Anda di halaman 1dari 7

BAB I

Pendahuluan

Selaput ketuban menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi.
Dalam keadaan normal selaput pecah saat dalam proses persalinan. Ketuban pecah dini
merupakan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Kejadian ketuban pecah dini di
Amerika Serikat terjadi pada 120.000 kehamilan per tahun, berkaitan dengan resiko tinggi
terhadap kesehatan dan keselamatan ibu, janin dan neonatal. 1
Bagi sebagian besar wanita, pola persalinan dapat diprediksi. Secara umum, wanita
pertama kali mencatat timbulnya kontraksi yang relatif ringan dan tidak teratur. Saat
persalinan berlangsung, kontraksi menjadi lebih kuat dan lebih teratur dan semakin lama
durasinya. Pecah spontan selaput umumnya mengikuti perkembangan yang teratur pola
kontraksi seiring pelebaran serviks berlangsung. Dalam sekitar 10% kasus, Namun, ketuban
pecah spontan terjadi sebelum onset persalinan. Ini didefinisikan sebagai ketuban pecah dini
(PROM).2

BAB II
TINJUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Ketuban Pecah dini

Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of the Membranes (PROM) adalah
keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum terjadinya proses persalinan pada kehamilan
aterm. Sedangkan Preterm Premature Rupture of the Membranes (PPROM) adalah pecahnya
ketuban pada pasien dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu.3

Pendapat lain menyatakan dalam ukuran pembukaan servik pada kala I, yaitu bila
ketuban pecah sebelum pembukaan pada primigravida kurang dari 3 cm dan pada
multigravida kurang dari 5 cm. Dalam keadaan normal selaput ketuban pecah dalam proses
persalinan.4

2.2. Epidemiologi

Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban
pecah dini. Sedangkan ketuban pecah dini premaatur terjadi pada 1% kehamilan. Morbiditas
maternal tertentu telah dilaporkan terkait dengan KPD. Komplikasi kehamilan yang
disebabkan oleh KPD yang diterapi secara konservatif tampaknya berada pada risiko
signifikan untuk terjadinya solusio plasenta. KPD pada beberapa kasus ditandai dengan
perdarahan.1

Insiden infeksi intrauterin meningkat dengan mudanya usia kehamilan pada saat
pecahnya selaput ketuban. KPD pada saat usia kehamilan lebih awal dikaitkan dengan infeksi
pada korioamnion. Korioamnionitis telah dilaporkan pada 0,5 - 71% dari kehamilan dengan
KPD. Insiden tertinggi korioamnionitis dikaitkan dengan kecilnya usia kehamilan dan perode
laten yang memanjang.5

2.3. Etiologi

Penyebab KPD menurut Manuaba, 2009 dan Morgan, 2009 meliputi antara lain (1)
Serviks inkompeten, (2) Faktor keturunan, (3) pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban
(infeksi genetalia), (4) overdistensi uterus , (5) malposisi atau malpresentase janin, (6) faktor
yang menyebabkan kerusakan serviks, (7) riwayat KPD sebelumnya dua kali atau lebih, (8)
faktor yang berhubungan dengan berat badan sebelum dan selama hamil, (9) merokok selama
kehamilan, (10) usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat dari pada
usia muda, (11) riwayat hubungan seksual baru-baru ini, (12) paritas, (13) anemia, (13)
keadaan nsosial ekonomi. Sebuah penelitian oleh Getahun D, nanth dkk tahun 2007
menyebutkan bahwa asma bisa memicu terjadinya ketuban pecah dini.

Faktor risiko Ketuban pecah dini2

2.4. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah keluarnya cairan
ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau
amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran.

Tetapi bila pasien duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah
biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina
yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda
infeksi yang terjadi.6

2.5. Patogenesis

Ketuban pecah dini terjadi setelah terdapat aktivasi dari multifaktorial dan berbagai
mekanisme. Faktor epidemiologi dan faktor klinis dipertimbangkan sebagai pencetus dari
ketuban pecah dini. Faktor ini termasuk infeksi traktus reproduksi pada wanita (Bakterial
vaginosis, Trikomoniasis, Gonorrhea, Chlamydia, dan korioamnionitis subklinis), faktor-
faktor perilaku (merokok penggunaan narkoba, status nutrisi, dan koitus), komplikasi obstetri
(kehamilan multipel, polihidramnion, insufisiensi servik, operasi servik, perdarahan dalam
kehamilan, dan trauma antenatal), dan kemungkinan karena perubahan lingkungan (tekanan
barometer). Sinyal biokimia dari fetus termasuk sinyal apoptosis dan sinyal endokrin dari
fetus, juga merupakan implikasi dalam inisiasi dari terjadinya ketuban pecah dini.7

Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada daerah tepi
robekan selaput ketuban. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat kaitannya
dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena penipisan oleh infeksi atau rendahnya
kadar kolagen. Kolagen pada selaput terdapat pada amnion di daerah lapisan kompakta,
fibroblas serta pada korion di daerah lapisan retikuler atau trofoblas.8

Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang
menyebabkan selaput ketuban mengalami kelemahan. Perubahan struktur, jumlah sel dan
katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput
ketuban pecah. Pada daerah di sekitar pecahnya selaput ketuban diidentifikasi sebagai suatu
zona “restricted zone of extreme altered morphology (ZAM)”.9

Penelitian oleh Malak dan Bell pada tahun 1994 menemukan adanya sebuah area yang
disebut dengan “high morphological change” pada selaput ketuban di daerah sekitar serviks.
Daerah ini merupakan 2 - 10% dari keseluruhan permukaan selaput ketuban.

Gambar mekanisme penyebab ketuban pecah dini

2.5. Diagnosis

Diagnosis KPD secara tepat sangat penting untuk menentukan penanganan selanjutnya.
Cara-cara yang dipakai untuk menegakkan diagnosis adalah:
1. Anamnesis
Pasien merasakan adanya cairan yang keluar secara tiba-tiba dari jalan lahir atau
basah pada vagina. Cairan ini berwarna bening dan pada tingkat lanjut dapat disertai
mekonium.1
2. Pemeriksaan inspekulo
Terdapat cairan ketuban yang keluar melalui bagian yang bocor menuju kanalis
servikalis atau forniks posterior, pada tingkat lanjut ditemukan cairan amnion yang keruh
dan berbau.1
3. Pemeriksaan USG
Ditemukan volume cairan amnion yang berkurang / oligohidramnion, namun
dalam hal ini tidak dapat dibedakan KPD sebagai penyebab oligohidramnion dengan
penyebab lainnya.1

4. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk menentukan ada atau tidaknya infeksi, kriteria laboratorium yang
digunakan adalah adanya Leukositosis maternal (lebih dari 15.000/uL), adanya
peningkatan C-reactive protein cairan ketuban serta amniosentesis untuk mendapatkan
bukti yang kuat (misalnya cairan ketuban yang mengandung leukosit yang banyak atau
bakteri pada pengecatan gram maupun pada kultur aerob maupun anaerob).
Tes lakmus (Nitrazine Test) merupakan tes untuk mengetahui pH cairan, di mana
cairan amnion memiliki pH 7,0-7,5 yang secara signifikan lebih basa daripada cairan
vagina dengan pH 4,5-5,5. jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan
adanya air ketuban. Normalnya pH air ketuban berkisar antara 7-7,5. Namun pada tes ini,
darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan positif palsu.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah Tes Fern. Untuk melakukan tes,
sampel cairan ditempatkan pada slide kaca dan dibiarkan kering. Pemeriksaan diamati di
bawah mikroskop untuk mencari pola kristalisasi natrium klorida yang berasal dari
cairan ketuban menyerupai bentuk seperti pakis.
2.6. Komplikasi

Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan.
Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematir, hipoksia karena
kompresi talipusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya
persalinan normal. 1

A. Persalinan prematur

Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban
pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan
kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
B. Infeksi

Risiko indeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah dini. Pada ibu terjadi
korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis.

C. Hipoksia dan asfiksia

Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat sehingga
terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubngan antara teradinya gawat janin dan derajat
oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.

D. Sindrom deformitas janin

Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janiin
terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi
pulmonar.

2.7. Tatalaksana

Penderita dengan kemungkinan ketuban pecah dini harus masuk Rumah Sakit untuk
diperiksa lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar, pasien dapat
dipulangkan untuk rawat jalan. Secara umum penatalaksanaan pasien ketuban pecah dini
yang tidak dalam persalinan serta tidak ad infeksi dan gawat janin, penatalaksanaannya
bergantung pada usia kehamilan.1,2

A. Penanganan konservatif

Rawat di RS. Berikan Antibiotik ( Ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak
tahan ampisilin dan metronidazol 2x500 mg selama 7 hari). Jika umur kehamilan <32-34
minggu : dirawat sampai air ketuban tidak ada lagi. Jika 32-37 minggu belum inpartu, tidak
ada infeksi, tes busa negatif : dexametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan
janin, terminasi pada usia 37 minggu. Jika 32-37 sudah inpartu, tanpa tanda infeksi : tokolitik
(salbutamol), dexametason, dan induksi sesudah 24 jam. Jika 32-37 minggu dengan infeksi :
antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda tanda infeksi. Jika 32-37 minggu, berikan steroid
untuk kmatangan paru janin, (pemeriksaan kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu).1,2

B. Penanganan aktif
Kehamilan >37 minggu , induksi dengan oksitosin, bila gagal lakukan seksio sesarea.
Dapat diberikan misoprostol 25 -50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila
ada tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri.

• Bila skor pelvik <5 lakukan pematangan serviks, kemudian induksi

• Bila skor pelvik >5 induksi persalinan

BAB III

KESIMPULAN

Ketuban pecah dini merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum


persalinan. Penyebab pasti terjadinya ketuban pecah dini masih belum diketahui, namun
terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya ketuban pecah dini.
Diagnosis ditegakkan jika ditemukan cairan jernih di vagina, dengan hasil nitrazine test
postif. Penderita dengan kemungkinan ketuba pecah dini harus di rujuk dan dilakukan
pemeriksaan lanjutan. Penatalaksanaanya bergantung pada usia kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai