OLEH
NAMA : PUTRI MAULIDYA SETIAWATI AM
NIM : PO. 71. 31. 2. 14. 024
Mahasiswa Program Studi Div Gizi Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jayapura
Mengetahui
Ka Instalansi Gizi
Femmy C. Potu
NIP. 19690221 199203 2 006
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjakan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
rahmat – Nya hingga dapat mengikuti PKL AGK (Asuhan Gizi Klinik ) di RSUD
Jayapura dan dapat menyelesaikan pembuatan ini dengan baik.
Kami menyadari selama mengikuti PKL dan menyususn laporan kami
tidak lepas dari bantuan dan bimbingan . Untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih :
Penulis menyadari Laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
segala saran kritik yang bersifat membagun sangat diharapkan penulis demi
perbaikan selanjutnya. Akhirnya semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
BAB I
GAMBARAN UMUM PASIEN
A. Identitas Pasien
B. Pengkajian Gizi
1. Data Riwayat Personal
a. Riwayat penyakit
Riwayat Penyakit Dahulu
Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga pasien
diketahui pasien dulu Sudah menderita penyakit gula dari
tahun 2012, Asam urat, dan Hipertensi dari thun 2011
Riwayat Penyakit Keluarga
Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga pasien
diketahui pasien tidak punya riwayat keluarga.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang keluhan nyeri di punggung dirasakan sejak
pagi menjalar hingga ke kaki rasa kesemutan. Pasien merasa
lebih baik saat kedua kaki ditekuk, nyeri bertambah lebar jika
kaki diluruskan
b. Keluhan Utama terkait Gizi
Menurut keterangan Pasien,pasien sering minum teh dan
makan yang manis-manis seperti kue dan jarang olahraga.
c. Keadaan sosial ekonomi
Pasien sebagai IRT dan suami pasien pensiunan dinas
perhubungan
d. Obat yang diberikan di RS
2. Data Antopometri
Secara umum, antropometri berarti ukuran tubuh manusia.
Penilaian secara antrometri adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi dari sebagai tingkat umur dan tingkat gizi. Data antropometri
merupakan hasil pengukuran tubuh pasien berupa BB, TB/PB, TL,
PRT, LILA dll. Data yang didapatkan dari pasien dan status gizinya
adalah sebagai berikut :
29
Persentiil LILA : 299
x 100% =
96%
Jenis/bahan
No Frekuensi Keterangan
makanan
1 Makanan Pokok:
Ubi 7 x seminngu
Nasi 7 x seminggu
2 Lauk Hewani: Pasien jarang
mengkonsumsi
lauk hewani
dalam minggu ini
pasien tidak
mengkonsumsi
lauk hewani
3 Lauk Nabati: Pasien jarang
mengkonsumsi
lauk Nabati
dalam minggu ini
pasien tidak
mengkonsumsi
lauk nabati
4 Sayuran :
Sawi 3 x seminggu Sering
Wortel 4 x seminggu Sering
Cool 3 x seminggu Sering
Kangkung 2 x seminggu Sering
5 Buah-buahan:
Jeruk 2 x seminggu Jarang
Pepaya 1 x seminggu Jarang
6 Minuman :
Air 7 x seminggu Selalu
7 Lain-lain:
Biskuat 3 x seminggu Sering
Malkis Roma 3 x seminggu Sering
1000
Glukosa 10% = 100 ml = 10 gr glukosa = 100
x 10 = 100 gr glukosa
2. Rencana Intervensi
a. Intervensi Diet
o Tujuan Diet
Menstabilkan Status metabolic tubuh dan kondisi klinik
anak
Menaikan Berat badan pasien
Memberikan makanan sesuai kebutuhan
Meningkatkan asupan makan pasien
Standar diit yang diberikan oleh rumah sakit kepada pasien melihat
kondisi klinik pasien, dapat dilihat pada tebel berikut :
Tabel Implementasi Diet
BAB III
HASIL DAN MONITORING & EVALUASI
Evaluasi
Assesment Diagnosa Gizi/Terapi Gizi Intervensi
Antropometri Biokimia Fisik/Clin
A. BB/U berat (NI 5.2) Adanya KEP Jenis Diet : TKTP BB : 8.1 Kg Creatinin TD : 110/7
badan berkaitan dengan TB : 90.3 Cm 0.6 mg/dl mmHg
dibawah Bentuk Makanan : Cair (Rendah) N : 105 x/m
normal keadaan patologi R: 24 x/me
Kebutuhan Gizi 8.1−14.8
Z skor BB/U : 14.8−13.2
TB/U (Hidrocepalus) ditandai SB : 36.9 o
tergolong dengan z SKor BB/U - E = 810 kkal = -4.2
KU : sesak n
Normal 4.2 dan BB/PB -4.3 (Gizi P = 12.15 gr Lemas
BB/TB Z Skor PB/U :
tergolong Buruk) L = 22.5 gr 90.3−96.6 Pusing
96.6−92.8
= -1.6
Kurus KH = 139.7 gr
Gizi Kurang Z Skor BB/PB
masa kini Frekuensi : 6 kali
8.1−12.9
B. Creatinin : 12.9−11.8 = -4.3
Pemberian yaitu =
Low
06.00 – 10.00 – 14.00 -
C. Nadi Cepat
18.00 – 22.00 – 02.00
Sesak nafas
WIT
D. Asupan
Sebanyak 50 cc tiap 1
makan kurang
< 80% kali pemberian
RP. Demam
Batuk batuk
Sering sakit
kepala
Muntah
Pasien puasa (NI 5.2) Adanya KEP Jenis Diet : TKTP SB : 37 oC
karna cairan berkaitan dengan N : 130 x/m
lambung Bentuk Makanan : Cair R : 40 x/me
berwarna kuning. keadaan patologi
Kebutuhan Gizi
(Hidrocepalus) ditandai
dengan z SKor BB/U - E = 810 kkal
4.2 dan BB/PB -4.3 (Gizi P = 12.15 gr
Buruk) L = 22.5 gr
KH = 139.7 gr
Frekuensi : 6 kali
Pemberian yaitu =
06.00 – 10.00 – 14.00 -
18.00 – 22.00 – 02.00
WIT
Sebanyak 50 cc tiap 1
kali pemberian
Rencana Edukasi :
Penatalaksanaan Gizi buruk
RP. Demam
Batuk batuk
Sering sakit
kepala
Muntah
A. BB/U berat (NI 5.2) Adanya KEP Jenis Diet : TKTP SB = 36.2
badan berkaitan dengan N : 104 x/m
dibawah Bentuk Makanan : Cair R : 20 x/me
keadaan patologi
normal (Hidrocepalus) ditandai Kebutuhan Gizi
TB/U dengan z SKor BB/U -
tergolong E = 810 kkal
4.2 dan BB/PB -4.3 (Gizi
Normal P = 12.15 gr
BB/TB Buruk)
tergolong L = 22.5 gr
Kurus KH = 139.7 gr
Gizi Kurang
masa kini Frekuensi : 6 kali
B. Creatinin Low Pemberian yaitu =
RP. Demam
Batuk batuk
Sering sakit
kepala
Muntah
A. BB/U berat (NI 5.2) Adanya KEP Jenis Diet : TKTP SB : 36.4 o
badan berkaitan dengan N : 102 x/m
dibawah Bentuk Makanan : Cair R : 16 x/me
normal keadaan patologi
Kebutuhan Gizi
TB/U (Hidrocepalus) ditandai
tergolong dengan z SKor BB/U - E = 810 kkal
Normal 4.2 dan BB/PB -4.3 (Gizi P = 12.15 gr
BB/TB
tergolong Buruk) L = 22.5 gr
Waktu Energi Protein Lemak Karbohidrat
15/10/2016 73.90% 65.60% 36.90% 85.97%
16/10/2016 49.3% 0% 0% 71.5%
17/10/2016 68% 49.80% 28% 82.51%
18/10/2016 74.21% 66.50% 37.40% 86.16%
19/10/2016 74.21% 66.50% 37.40% 86.16%
Kurus KH = 139.7 gr
Gizi Kurang
Frekuensi : 6 kali
masa kini
B. Creatinin Low Pemberian yaitu =
06.00 – 10.00 – 14.00 -
C. Nadi Cepat
Sesak nafas 18.00 – 22.00 – 02.00
Hasil City
WIT
scan :
Hidrosefalus Sebanyak 50 cc tiap 1
RP. Demam
Batuk batuk
Sering sakit
kepala
Muntah
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
15/10/2016 16/10/2016 17/10/2016 18/10/2016 19/10/2016
2. Klsifikasi KEP
a. Marasmus
- Anak tampak sangat kurus, tiggal tulang terbungkus kulit
- Wajah seperti orang tua
- Cengeng, rewel
- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit, bahkan
sampai tidak ada.
- Sering disertai diare kronik atau konstipasi/susah Buang air,
serta penyakit kronik
- Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang.
b. Kwashiorkor
- Oedem umunya diseluruh tubuh dan terutama pada kaki
(dorsum pedis)
- Wajah membulat dan sembab
- Otot – otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi
berdiri dan duduk, anak berbaring terus – menurus
- Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
- Anak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia)
- Pembesaran hati
- Sering disertai infeksi, anemia dan diare
- Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut
- Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah
menjadi hitam terkelupas (crazy pavement dermatosis)
- Pandangan mata anak Nampak sayu
c. Marasmus – kwasihiorkor
Tanda – tanda Marasmus – kwasihiorkor adalah gabungan dari
tanda – tanda yang ada pada Marasmus dan kwasihiorkor yang ada
(Depkes RI. 1999).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Anak
a. Penyakit Infeksi
Hasil penelitian Hariyadi (2010) menunjukkan bahwa ada hubungan
signifikan antara status infeksi dengan status gizi balita pada indeks
BB/U dan tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi balita
pada indeks BB/TB dan TB/U. Interaksi yang sinergis antara malnutrisi
dengan penyakit dapat berpengaruh terhadap status gizi dan
mempercepat malnutrisi (Sulistiyawati, 2011).
b. Asupan Makanan
Asupan makanan yang tidak seimbang dapat mempengaruhi
status gizi anak. Hasil penelitian Asrar (2009) menyatakan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi
balita menurut BB/U dan TB/U.
c. Sosial Ekonomi
Status ekonomi mempengaruhi daya beli dan ketersediaan
pangan dalam keluarga karena pada umumnya pendapatan
merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan kualitas
makanan. Bila pendapatan rendah maka hampir semua asupan
kebutuhan makanan tidak dapat tercukupi sesuai dengan standar
gizi yang diharapkan (Sulistiyawati, 2011). Selain itu, menurut
Davis dan Sherer (1994, dalam Hitchcock, Schubert, & Thomas,
1999) prevalensi status kurang nutrisi lebih banyak pada kelompok
sosial ekonomi rendah karena terbatasnya jumlah dan variasi
makanan.
d. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan menjadi salah satu faktor risiko
terjadinya masalah gizi pada balita karena tingkat pendidikan
formal berkaitan dengan pengetahuan tentang kesehatan dan
praktik gizi (Hidayati, 2011). Kurangnya informasi tentang nutrisi
dan bagaimana mengatur nutrisi dengan gizi seimbang untuk balita
dapat menyebabkan kebiasaan makan anak yang tidak sehat karena
kurangnya variasi dalam makanan.
Tatalaksana Gizi Buruk
Tatalaksana
Fase Stabilisasi Fase Transisi F
Diet
Fase saat kondisi klinis dan metabolism Fase pada saat perpindahan Umunya nafsu makan a
anak belum stabil. Untuk menstabilkan pemberian makan tidak membuat sepenuhnya secara oral
umumnya diperlukan waktu 1-2 hari, kondisi anak bermasalah, biasanya makanan oral maka dap
mungkin lebih bila keadaan anak memerlukan waktu anatara 3-7 hari. biasanya berlangsung s
Gambaran terlallu buruk atau ada komplikasi mencapai -2 SD
berat.
Refeeding Sydrome mungkin terjadi
karena pemberian makanan yang
agresif.
Diet yang diberikan ditunjukan untuk Memberikan kesempatan tubuh 1. Memberikan makan
menstabilkan status Metabolik tubuh untuk beradaptasi terhadap 2. Memotivasi anak ag
dan kondisi klinis anak. pemberian energy dan protein yang 3. Memotivasi ibu aga
Tujuan
semakin meningkat guna 4. Mempersiapkan ibu
mempersiapkan anak ke fase rumah
rehabilitasi.
1. Energi 80 – 100 kkal/KgBB/h. BB 1. Energi 100 – 150 kkal/KgBB/h. 1. Energi 150 – 220 k
yang digunakan untuk perhitungan BB yang digunakan untuk untuk perhitungan a
adalah BB actual hari itu. perhitungan adalah BB actual 2. Protein 4-6 gram/K
2. Protein 1 – 1.5 gram/Kg BB/hari, hari itu. 3. Cairan sampai 150
4-7.5% total energi per hari. 2. Protein 2-3 gram/Kg BB/hari. 4. Mineral Mix 20 ml
Diutamakan protein hewani , 3. Cairan sampai 150 ml/KgBB/h,
Syarat misalnya susu, daging ayam atau 4. Mineral Mix 20 ml (8g)/ 1000
telur. ml Formula
3. Cairan 130 ml/KgBB/h, 100 ml/Kg
BB/h bila ada edema berat.
4. Rendah Laktosa
5. Mineral Mix 20 ml (8g)/ 1000 ml
Formula
1. Untuk menghindari hipoglikemia 1. Pemberian makanan dengan 1. Berikan F-100 deng
dan beban saluran cerna, hati serta frekuensi sering dan porsi kecil, sampai anak tidak m
ginjal, maka pemberian makanan diberikan setiap 4 jam sekali. tidak melebihi volu
dilakukan dengan lebih sering dan 2. Pada 48 jam pertama (2 hari) 100/hari tersebut m
jumlah sedikit. Pada fase ini volume yang diberikan masih dibutuhkan anak un
makanan diberikan setiap 2 jam (12 sama dengan volume F-75 untuk pemberian m
kali) atau setiap 3 jam (8 kali) terakhir pada fase stabiliasasi. 2. Berdasarkan energy
dalam 24 jam. Bila anak mampu 3. Selanjutnya pada hari ke -3 bertahap dapt diber
menghabiskan porsi yang diberikan transisi volume F- 100 makin dikurangi, m
maka makanan dapat diberikan ditambah setiap hari sampai <7 Kg : F -100 + M
Cara
setiap 4 jam (6 kali) mencapai 150 ml/KgBB/h ≥7Kg : F-100 + Ma
Pemberian
2. Bila masih mendapatkan ASI, (=150 kkal/Kg BB/h = Volume 3. ASI Tetap diberika
dapat diberikan setelah pemberian minum pada tabel F-100) makannya.
formula khusus. 4. Bila Volume ini sudah tercapai
dan anak mampu
mengahabiskan porsinya berarti
fase transisi selesai dan anak
masuk fase rehabilitasi
5. ASI tetap diberikan setelah
anak menghabiskan porsi
makannya
Macam Diet F-75, F-75 modifikasi I-II F-100 atau modifikasinya F-100 atau formula
B. Gambaran Umum Hidrosefalus
1. Definisi Hidrosefalus
Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon
yang berarti kepala. Hidrosefalus adalah penambahan volume cairan
serebrospinalis (CSS) di ruang ventrikel dan ruang subarakhnoid.
Keadaan ini disebabkan karena tidak seimbangnya produksi dan absorpsi
cairan serebrospinalis. Hidrosefalus umumnya bersifat kongenital,
biasanya tampak pada masa bayi. Hidrosefalus yang muncul setelah
umur 6 bulan biasanya tidak bersifat kongenital.
2. Klasifikasi
Ada beberapa istilah dalam klasifikasi hidrosefalus : (Satyanegara, 2010)
a. Hidrosefalus Interna : menunjukkan adalanya dilatasi ventrikel
b. Hidrosefalus Eksternal : cenderung menunjukan adanya pelebaran
rongga subarachnoid diatas permukaan korteks.
c. Hidrossefalus Komunikans adalah keadaan hidrosefalus dimana ada
hubungan antara system vertikel dengan rongga subarachnoid otak
dan spinal.
d. Hidrosefalus Nonkomnikans bila ada blok didalam system ventrikel
atau saluran kerongga subarachnoid
Berdasarkan waktu onzetnya :
a. Akut : dalam beberapa hari
b. Subakut : dalam beberapa minggu
c. Kronis : bulanan
Berdasarkan gejala yang ada :
a. Hidrosefalus arrested menunjukan keadaan dimana factor – factor
yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak
aktif lagi
b. Hirosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali
yang diakibatkan oleh atrofi otak primer, yang biasanya terdapat
pada orang tua
Secara teoritis terjadi sebagai akibat
a. Produksi likuar yang berlebihan
b. Peningkatan resistensi aliran likuor
c. Peningkatan tekanan sinus venosa
3. Etiologi
Hidrosefalus dapat terjadi Karena gangguan sirkulasi likuir di dalam
system ventrikel atau oleh produksi berlebihan likuor. Hidrosefalus
obstruktif atau nonkomunkans terjadi bila sirkulasi likuor otak terganggu,
yang kebanyakan disebabkan oleh stenosis akuaduktif sylvius, Atresia
foramen magendi dan luschka, malformasi, vaskuler, atau tumor bawaan.
Hidrosefalus komunikans yang terjadi karena produksi berlebihan atau
gangguan penyerapan juga jarang ditemukan. (Wim de Jong).
4. Patofisiologi
CSS dihasilkan oleh plexus choroideus dan mengalir dari ventrikel
lateral ke dalam ventrikel III, dan dari sini melalui aquaductus masuk ke
ventrikel IV. Di sana cairan ini memasuki spatium liquor serebrospinalis
externum melalui foramen lateralis dan medialis dari ventrikel IV.
Pengaliran CSS ke dalam sirkulasi vena sebagian terjadi melalui villi
arachnoidea, yang menonjol ke dalam sinus venosus atau ke dalam
lacuna laterales; dan sebagian lagi pada tempat keluarnya nervi spinalis,
tempat terjadinya peralihan ke dalam plexus venosus yang padat dan ke
dalam selubung-selubung saraf (suatu jalan ke circulus lymphaticus).
C. Intervensi Gizi
1. Terapi Gizi Medik
PENGATURAN DIET
a. Fase Stabilisasi
Pada fase ini, peningkatan jumlah formula diberikan secara
bertahap dengan tujuan memberikan makanan awal supaya anak
dalam kondisi stabil. Formula hendaknya hipoosmolar rendah
laktosa, porsi kecil dan sering. Setiap 100 ml mengandung 75 kal
dan protein 0,9 gram. Diberikan makanan formula 75 (F 75).
Resomal dapat diberikan apabila anak diare/muntah / dehidrasi, 2
jam pertama setiap . jam, selanjutnua 10 jam berikutnya diselang
seling dengan F75.
Vitamin A
- Bayi < 6 bulan
½ kapsul vitamin A dosis 100.000 SI (warna biru)
- Bayi 6-11 bulan
1 kapsul vitamin A dosis 100.000 SI (warna biru)
- Balita 12-60 bulan
1 kapsul vitamin A dosis 200.000 SI (warna merah)
Vitamin lain
- Vitamin C
- Vitamin B
kompleks
- Asam folat
Pemberiannya dicampur dengan
Mineral lain
F75, F100 dan F135
- Zinc
- Kalium
- Natrium
- Magnesium
b. Fase Transisi
Pada fase ini anak mulai stabil dan memperbaiki jaringan
tubuh yang rusak (cathup). Diberikan F100, setiap 100 ml F100
mengandung 100 kal dan protein 2,9 gram.
A. PEMBAHASAN KASUS
Langkah pertama yang dilakukan untuk menangansi kasus An. H
adalah melakukan skrining gizi, karena skrining gizi sangat berpengaruh pada
status kesehatan An H. Skrining gizi dilakukan dengan melihat gejala dan
tanda-tanda fisik maupun klinis yang dialami oleh An H untuk menentukan
penanganan selanjutnya dan waktu penanganan yang harus diberikan.
Skrining bertujuan untuk menilai kondisi pasien dan menapis adanya masalah
supaya dapat dilakukan upaya preventif untuk mencegah terjadinya kondisi
yang lebih buruk. Dalam kasus ini, skrining dilakukan menggunakan MST
karena mempertimbangkan kebiasaan makan, penurunan berat badan, dan
tingkat keparahan penyakit. Skrining dalam kasus ini menunjukkan bahwa
pasien berisiko tinggi mengalami malnutrisi. Oleh karena itu, pasien perlu
dengan ditangani oleh ahli gizi.
8.1−14.8
Z skor BB/U : 14.8−13.2 = -4.2 (BB sangat Kurang)
90.3−96.6
Z Skor PB/U : 96.6−92.8
= -1.6 (Normal)
8.1−12.9
Z Skor BB/PB : 12.9−11.8 = -4.3 (Gizi Buruk)
B. INTERVENSI GIZI
Penatalaksanaaa asuhan gizi di mulai pada tanggal 14 – 19 Oktober
2016 di ruang perawatan anak RSUD Abepura . hari Pertama studi kasus
yaitu tanggal 14 Oktober 2016 digunakan untuk pengambilan data sepert
skrining gizi, pola makan pasien, anamnesa makanan sehari dirumah , recall
24 jam, assessment, planning gizi, perencanaan menu dan 5 hari berikutnya
yaitu pada tanggal 15 – 19 Oktober 2016 digunakan untuk intervensi lebih
lanjut seperti pelayanan gizi, pengamatan asupan makan pasien, konseling
kepada kelurga pasien, monitoring dan evaluasi yang terdiri dari melihat
perkembangan status gizi pasien, perkembangan fisik klinis pasien,
perkembangan data laboratorium, perkembangan diet dan evaluasi intake
makan pasien dari dalam maupun luar rumah sakit.
1. Antropometri
Pengamatan antropometri mulai dilalukan pada awal kasus 14
oktober 2016 sampai akhir kasus 19 oktober 2016 dari hasil pengamatan
yang telah saya lakukan selama 3 hari, Berat badan pasien sudah tidak
bisa ditimbang karna pasien hanya bad rest di tempat tidur. Untuk
menentukan status gizinya menggunakan LILA namun waktu saya
meminta untuk mengukur LILA orang tua pasien tidak memberikan izin.
2. Pemeriksaan Biokimia
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan menunjukan
bahwa pasien secara keseluruhan hasil laboratorium sebelum dan
sesudah intervensi/terapi. Sebelum intervensi data biokimia sudah ada
namun, selama intervensi berlangsung tidak ada data terbaru tentang
biokimia pasien.
3. Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik/klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
gizi medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis, rekam
medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam menegakkan
diagnose dan perencanaan perawatan pasien (Potter, 2005).
Dalam pemeriksaan fisik klinis tanda tanda vital pasien setiap hari
ada dan hasil pemerikasaan tersebut Normal seperti hal Nadi, respirasi,
suhu, tekanan darah normal. Selama terapi juga ada pemeriksaan city
scan yang dilakukan Hasilnya adalah Hydrosefalus non commnicans ec massa
pada ventrikel 4 (cendrung gambaran mendulablastoma/ PNET, primitive
neuroctodermal Tumor). Hidrosefalus adalah penambahan volume cairan
serebrospinalis (CSS) di ruang ventrikel dan ruang subarakhnoid.
Keadaan ini disebabkan karena tidak seimbangnya produksi dan absorpsi
cairan serebrospinalis.
B. Saran
1. Keluarga dapat mengingatkan jam minum MLP ke suster yang ada
bertugas pada saat itu. Agar asupan melalu NGT dapat terpenuhi
kebutuhannya.