Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN GIZI PADA PASIEN


DM TIPE II , LBP, HIPERTENSI GRADE II
DI BAGIAN RUANG PENYAKIT DALAM WANITA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA

OLEH
NAMA : PUTRI MAULIDYA SETIAWATI AM
NIM : PO. 71. 31. 2. 14. 024
Mahasiswa Program Studi Div Gizi Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jayapura

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA
JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI
2017
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN STUDI KASUS


ASUHAN GIZI PADA PASIEN
DM TIPE II , LBP, HIPERTENSI GRADE II
DI BAGIAN RUANG PENYAKIT DALAM WANITA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA

Telah disetujui pada tanggal November 2017

Pembimbing Instruktur Clinik

Nia Budhi Astuti, S. Gz, MPH Mawar Nawasine, S.ST, RD


NIP. 19850429 200812 2 002 NIP. 19700317 200112 2 001

Mengetahui
Ka Instalansi Gizi

Femmy C. Potu
NIP. 19690221 199203 2 006
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjakan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
rahmat – Nya hingga dapat mengikuti PKL AGK (Asuhan Gizi Klinik ) di RSUD
Jayapura dan dapat menyelesaikan pembuatan ini dengan baik.
Kami menyadari selama mengikuti PKL dan menyususn laporan kami
tidak lepas dari bantuan dan bimbingan . Untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih :

1. Femmy C. Potu sebagai Kepala Instalasi Gizi yang telah meberikan


kesempatan kepada kami untuk melaksanakan PKL di RSUD Jayapura.
2. Mawar Nawasine, S.ST, RD sebagai pembimbing di RSUD Jayapura yang
telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan saran – saran
sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
3. Nia Budhi Astuti, S.Gz, MPH sebagai pembimbing akademik yang telah
meluangkan waktunnya memberikan memberikan bimbingan dan saran –
saran sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
4. Para Ahli Gizi ruangan yang selalu membantu kami dalam melaksanakan
kegiatan PKL di RSUD Jayapura
5. Sahabat – sahabat Mahasiswa kelompok PKL AGK di RSUD Jayapura.

Penulis menyadari Laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
segala saran kritik yang bersifat membagun sangat diharapkan penulis demi
perbaikan selanjutnya. Akhirnya semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Jayapura, November 2016

Penulis
BAB I
GAMBARAN UMUM PASIEN

A. Identitas Pasien

 Nama : Ny. Agustina Ongge


 Jenis kelamin : Perempuan
 Umur : 62thn (25 – Agustus – 1955)
 TB. Est : 150cm
 BBI/Berat Badan Ideal : 47.2 kg
 Lila : 25cm
 Agama : Kristen Protestan
 Alamat : Hamadi
 No. DM / RM : 283574
 Tgl MRS : 16-10-2017
 Ruang Perawatan : penyakit dalam wanita / III
 Terapi Diet di RS : DM 2100 + RG II
 Bentuk makanan : Biasa
 Diagnosa : DM Tipe II + LBP + Hipertensi II
 Tanggal Pengamatan : 17-10-2017
 Tanggal Terapi : 18-20 oktober 2017

B. Pengkajian Gizi
1. Data Riwayat Personal

a. Riwayat penyakit
 Riwayat Penyakit Dahulu
Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga pasien
diketahui pasien dulu Sudah menderita penyakit gula dari
tahun 2012, Asam urat, dan Hipertensi dari thun 2011
 Riwayat Penyakit Keluarga
Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga pasien
diketahui pasien tidak punya riwayat keluarga.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang keluhan nyeri di punggung dirasakan sejak
pagi menjalar hingga ke kaki rasa kesemutan. Pasien merasa
lebih baik saat kedua kaki ditekuk, nyeri bertambah lebar jika
kaki diluruskan
b. Keluhan Utama terkait Gizi
Menurut keterangan Pasien,pasien sering minum teh dan
makan yang manis-manis seperti kue dan jarang olahraga.
c. Keadaan sosial ekonomi
Pasien sebagai IRT dan suami pasien pensiunan dinas
perhubungan
d. Obat yang diberikan di RS

Tabel. Jenis Obat Yang diberikan di RS

Tanggal Jenis Obat Fungsi Obat


Tramadol
18-10-2017 Natrium Diklofenak
Novorapid
Tramadol
19-10-2017 Natrium Diklofenak
Novorapid

2. Data Antopometri
Secara umum, antropometri berarti ukuran tubuh manusia.
Penilaian secara antrometri adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi dari sebagai tingkat umur dan tingkat gizi. Data antropometri
merupakan hasil pengukuran tubuh pasien berupa BB, TB/PB, TL,
PRT, LILA dll. Data yang didapatkan dari pasien dan status gizinya
adalah sebagai berikut :

Tabel. Hasil Pengukuran Antrometri Sebelum Terapi


Data Nilai Normal Keterangan
BBI : 47.2 kg 90-110% Status Gizi Baik
TB. Est : 150 Cm
LILA : 29 Cm
PRT : 77cmx2 = 154

29
Persentiil LILA : 299
x 100% =
96%

Indikator Persentil LILA sesuai umur


Persentil 50%
Usia (tahun)
Perempuan
299
3. Data Biokimia (Laboratorium)
Data biokimia adalah data hasil pemeriksaan laboratorium,
berupa pemeriksaan darah, biakan bakteri ataupun pemeriksaan patologi
anatomi yang didapat dari rekam medis penderita. Data biokimia pasien
dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel Hasil Data Laboratorium


Hasil Batas
Pemeriksaan Keterangan
Pemeriksaan Normal
Kimia darah - HGB (9.3 - 12-18 - Anemia
16-10-2017 g/dl)
- WBC - 5-10 - Normal
(10,49)
- HCT - 36-48 - Rendah
(27,8%)

Tgl: 17-10-2017 - GDS (395) - <125 - Hiperglikemia

Berdasarkan hasil pemerikasaa laboratorium diketahui bahwa


sebelum dilakukan terapi diketahui bahwa GDS (Gula Darah Sewaktu)
pasien tinggi , hasil data lab yang menunjukkan anemia.

4. Data Fisik Klinis


Data fisik klinis adalah hasil pengkajian gizi dalam aspek fisik dan
klinis yang didapatkan dari status pasien yang dipegang oleh perawat
ruangan. Data pemerikasaan klinis dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel. Hasil Fisik Klinis


Pemeriksaa
Hasil Pemeriksaan Batas Normal Keterangan
n
17-10-2017
- TD - 160/100 - 120/80 - Hipertensi
- Nadi - 86x/mnt - 80100x/mnt - Normal
- Respirasi - 20x/mntt - 24x/mnt - Lambat
- Suhu - 37.60C - 36.6-37.60C - Normal
- KU - Pasien bed rest
total
- Sakit dari
punggung
hingga kaki
- Batuk kering
- Luka pada
punggung

Berdasarkan hasil fisik klinis pasien bahwa sebelum melakukan


terapi semua tanda tanda vital pasien diketahui bahwa tekanan darah,
nadi, respirasi, suhu semua nya normal. Hanya keadaan pasien yang
lemas dan sesak nafas. Pasien juga telah dipasang selang NGT dan
bantuan pernafasan (tabung oksigen).

5. Data riwayat makan (Jumlah Konsumsi energy dan zat gizi)


Data riwayat makan adalah data yang berkaitan dengan pola
makan, kebiasaan makan, asupan makan dan kepercayaan atau
pengetahuan pasien tentang makanan, baik di rumah atau di rumah
sakit.
a. Riwayat Makan di rumah

Tebel Frekwensi penggunaan/dikonsumsi bahan makanan di


rumah

Jenis/bahan
No Frekuensi Keterangan
makanan
1 Makanan Pokok:
Ubi 7 x seminngu
Nasi 7 x seminggu
2 Lauk Hewani: Pasien jarang
mengkonsumsi
lauk hewani
dalam minggu ini
pasien tidak
mengkonsumsi
lauk hewani
3 Lauk Nabati: Pasien jarang
mengkonsumsi
lauk Nabati
dalam minggu ini
pasien tidak
mengkonsumsi
lauk nabati
4 Sayuran :
Sawi 3 x seminggu Sering
Wortel 4 x seminggu Sering
Cool 3 x seminggu Sering
Kangkung 2 x seminggu Sering
5 Buah-buahan:
Jeruk 2 x seminggu Jarang
Pepaya 1 x seminggu Jarang

6 Minuman :
Air 7 x seminggu Selalu
7 Lain-lain:
Biskuat 3 x seminggu Sering
Malkis Roma 3 x seminggu Sering

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui penggunaan bahan


makanan pokok, lauk nabati, dan sayuran sering dikonsumsi tapi
untuk lauk hewani dan lauk nabati pasien jarang mengkonsumsi.
Bedasarkan hasil wawancara dengan keluarga pasien juga,
diketahui selama sakit pasien juga sering muntah – muntah yang
menyebabkan asupan makan kurang.
Untuk mendapatkan gambaran asupan makan pasien
dilakukan recall kebiasan makan pasien sebelum masuk rumah
sakit dan dianalisis. Hasil recall dapat dilihat pada tabel berikut:

Tebel. Hasil Recall makan di rumah sebelum masuk rumah sakit


Waktu Bahan Berat
Menu URT
Makan Makanan (gr)

Biskuat Biskuat 98
bungkus
Pagi

Hasil analisis recall makan pasien sebelum masuk rumah


sakit didapat asupan energy dan zat gizi sebagai berikut: Energi
456.5 kkal, Protein 7 gr, Lemak 15.7 gr, Kharbohidrat 73.5 gr.
Untuk mendapatkan tingkat konsumsi makanan di rumah hasil
recall kebiasaan makan ini dibandingkan dengan kebutuhan
pasien disini saya menggunakan kebutuhan saat sakit karna
keadaan pasien datang ke rumah sakit dengan kondisi gizi buruk,
dapat dilihat pada tabel berikut:

Energi Protein Lemak Kharbohidrat


Variabel
(kkal) (gr) (gr) (gr)
Asupan 456.5 7 15.7 73.5

Kebutuhan 810 12.5 22.5 139.7


Tingkat
56 % 14.4 % 69.8 % 52.6 %
Komsumsi %
Keterangan Kurang Kurang Kurang Kurang
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui asupan makan
pasien untuk energy, protein, lemak, kharbohidrat kurang
dibawah 80%.

b. Riwayat makan di rumah sakit


Pasien masuk rumah sakit dengan di puasakan di sebabkan karna
keadaan pasien. Namun selama pasien puasa pasien hanya
mendapatkan asupan melalui parenteral yaitu mendapatkan infus
D 10% (Glukosa 10%) sebanyak 1000 ml/hari sehingga asupan
memelaluai parenteral adalah Energi 400 kkal.

1000
Glukosa 10% = 100 ml = 10 gr glukosa = 100
x 10 = 100 gr glukosa

= 100 gr x 4 kkal = 400 kkal

Sehingga tingkat konumsi energy pasien di hari pertama di rumah


sakit kurang dibawah 80%. Disebabkan pasien dipuasakan dan
hanya mendapatkan asupan melalui parenteral saja.
BAB II
PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI ASUHAN GIZI

A. Rencana Asuhan Gizi


1. Diagnosa Gizi ( Penentuan Diagnosa Prioritas )
o (NI 5.2) Adanya KEP berkaitan dengan keadaan patologi
(Hidrocepalus) ditandai dengan z SKor BB/U -4.2 dan BB/PB -4.3
(Gizi Buruk)

2. Rencana Intervensi
a. Intervensi Diet
o Tujuan Diet
 Menstabilkan Status metabolic tubuh dan kondisi klinik
anak
 Menaikan Berat badan pasien
 Memberikan makanan sesuai kebutuhan
 Meningkatkan asupan makan pasien

o Prinsip dan syarat


 Energi tinggi mengunakan 100kkal /Kg BB
 Protein tinggi menggunakan 1.5 gr / Kg BB
 Lemak Cukup 25% dari total energy
 Karbohidrat Cukup sisa dari energy total yang dikurangi
energi protein dan lemak.
 Vitamin dan mineral cukup menggunakan AKG
 Cairan 130 ml/Kg BB/ Hari

o Kebutuhan Energi dan Zat Gizi


Energi = 100 kkal x 8.1 = 810 kkal
Protein = 1.5 gr x 8.1 = 12.15 gr x 4 = 48.6
25% x 810 202.5 𝑘𝑘𝑎𝑙
Lemak = = = 22.5 gr
9 9
810 𝑘𝑘𝑎𝑙−(202.5+48.6) 810 −251.1 558.9 𝑘𝑘𝑎𝑙
KH = = = = 139.7 gr
4 4 4

Cairan : 130 ml x 8.1 kg = 1053 ml


o Diet yang akan diberikan
Jenis Diet : Diet TKTP
Bentuk makanan : Cair (MLP)
Cara pemberian : Melalui NGT, dengan pemberian 6 kali
pemberian sebanyak 50 cc MLP dengan pemeberian pada
pukul 06.00 – 10.00 – 14.00 – 18.00 – 22.00 – 02.00 WIT

b. Intervensi Konseling/Edukasi Gizi


Konseling gizi yang akan dilakukan dengan rencana.
Konseling gizi ini direncanakan dilakukan pada ke 3 terapi. Berikut
ini adalah rincian dari konseling gizi yang rencana diberikan :

Pokok Bahasan : Penatalaksanaan KEP dan Makanan


Sehat Bagi Balita
Sasaran : Keluarga Pasien
Waktu : 10 – 15 menit
Tempat : Ruang Perawatan Anak – Anak/HCU
Ceramah dan Tanya Jawab
Metode : Media Leaflet
Media : Keluarga pasien mengetahui dan
Tujuan Umum : memahami panatalaksanaan KEP dan
makanan sehat bagi balita.
Tujuan Intruksional : 1. Keluarga Pasien memahami tentang
panatalaksanaan KEP dan makanan
sehat bagi balita.
2. Keluarga pasien mengetahui bahan
makanan apa saja yang dianjurkan
dan tidak dianjurkan
Materi : 1. Apa itu KEP dan
penatalaksanaan
2. Bahan makanan yang dianjurkan
dan tidak dianjurkan
Evaluasi : 1. Menanyakan kembali tentang
KEP dan penatalaksanaan
2. Menanyakan kembali makanan
yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan
B. Implementasi Asuhan Gizi
1. Perbandingan standar RS dan Standar Mahasiswa
Perbandingan standar makanan RS dengan standar makanan
intervensi mahasiswa untuk melihat adanya tidaknya porsi pada makanan
yang akan disajikan sebelum dan setelah disajikan studi kasus.
Perbandingan antara standar RS dengan standar intervensi mahasiswa
dapat dilihat pada table berikut :

Tabel : Perbandingan antara Standar RS dan Standar Intervensi Mahasiswa

Waktu Kel bahan makanan Standar RS Standar Intervensi


makan Mahasiswa
02.00 MLP 50 cc 50 cc
06.00 MLP 50 cc 50 cc
10.00 MLP 50 cc 50 cc
14.00 MLP 50 cc 50 cc
18.00 MLP 50 cc 50 cc
22.00 MLP 50 cc 50 cc

Berdasarkan tabel diatas ada perbandingan pemberian susu MLP


ke pasien antara standar RS dan Mahasiswa, yaitu sama sehingga
pemberian susu MLP dari standar RS dan mahasiswa ke pasien yaitu 50
cc MLP dengan pemberian 6 kali dengan total pemberial 300 cc dengan
jumlah energy dari susu MLP 300 kkal.
2. Implementasi diet yang diberikan berdasarkan Standar RS

Standar diit yang diberikan oleh rumah sakit kepada pasien melihat
kondisi klinik pasien, dapat dilihat pada tebel berikut :
Tabel Implementasi Diet

Waktu Kel bahan makanan Implementasi


makan Standar RS
02.00 MLP 50 cc
06.00 MLP 50 cc
10.00 MLP 50 cc
14.00 MLP 50 cc
18.00 MLP 50 cc
22.00 MLP 50 cc

Dalam pemberian terapi gizi pasien diberikan susu MLP sebanyak 50 cc


dengan energy 50.27 kkal, protein 2.02 g, lemak 2.1 g dan KH 5.09. Jadi
pemberian susu MLP sebanyak 6 kali pemberian dalam 24 jam sebanyak
300 cc dengan total energy 301 kkal, protein 12.12 g, Lemak 12.63 g dan
KH 30.54 g.

BAB III
HASIL DAN MONITORING & EVALUASI

Evaluasi
Assesment Diagnosa Gizi/Terapi Gizi Intervensi
Antropometri Biokimia Fisik/Clin

A. BB/U berat (NI 5.2) Adanya KEP  Jenis Diet : TKTP BB : 8.1 Kg Creatinin TD : 110/7
badan berkaitan dengan TB : 90.3 Cm 0.6 mg/dl mmHg
dibawah  Bentuk Makanan : Cair (Rendah) N : 105 x/m
normal keadaan patologi R: 24 x/me
 Kebutuhan Gizi 8.1−14.8
Z skor BB/U : 14.8−13.2
TB/U (Hidrocepalus) ditandai SB : 36.9 o
tergolong dengan z SKor BB/U - E = 810 kkal = -4.2
KU : sesak n
Normal 4.2 dan BB/PB -4.3 (Gizi P = 12.15 gr Lemas
BB/TB Z Skor PB/U :
tergolong Buruk) L = 22.5 gr 90.3−96.6 Pusing
96.6−92.8
= -1.6
Kurus KH = 139.7 gr
Gizi Kurang Z Skor BB/PB
masa kini  Frekuensi : 6 kali
8.1−12.9
B. Creatinin : 12.9−11.8 = -4.3
Pemberian yaitu =
Low
06.00 – 10.00 – 14.00 -
C. Nadi Cepat
18.00 – 22.00 – 02.00
Sesak nafas
WIT
D. Asupan
Sebanyak 50 cc tiap 1
makan kurang
< 80% kali pemberian

RP. Demam  Rencana Edukasi :


Batuk batuk Penatalaksanaan Gizi
Sering sakit
buruk
kepala
Muntah
A. BB/U berat (NI 5.2) Adanya KEP  Jenis Diet : TKTP SB : 36.9 oC
badan berkaitan dengan N : 118 x/men
dibawah  Bentuk Makanan : Cair R : 30 x/meni
normal keadaan patologi
 Kebutuhan Gizi
TB/U (Hidrocepalus) ditandai Hasil City Sc
tergolong dengan z SKor BB/U - E = 810 kkal Hydrosefalus
Normal 4.2 dan BB/PB -4.3 (Gizi P = 12.15 gr commnicans e
BB/TB massa pada
tergolong Buruk) L = 22.5 gr ventrikel 4
Kurus KH = 139.7 gr (cendrung
Gizi Kurang gambaran
masa kini  Frekuensi : 6 kali mendulablast
B. Creatinin Low Pemberian yaitu = PNET, primit
neuroctoderm
C. Nadi Cepat 06.00 – 10.00 – 14.00 - Tumor)
Sesak nafas 18.00 – 22.00 – 02.00
Hasil City
scan : WIT
Hidrosefalus Sebanyak 50 cc tiap 1

D. Asupan kali pemberian


makan kurang Rencana Edukasi :
< 80% Penatalaksanaan Gizi buruk

RP. Demam
Batuk batuk
Sering sakit
kepala
Muntah
Pasien puasa (NI 5.2) Adanya KEP  Jenis Diet : TKTP SB : 37 oC
karna cairan berkaitan dengan N : 130 x/m
lambung  Bentuk Makanan : Cair R : 40 x/me
berwarna kuning. keadaan patologi
 Kebutuhan Gizi
(Hidrocepalus) ditandai
dengan z SKor BB/U - E = 810 kkal
4.2 dan BB/PB -4.3 (Gizi P = 12.15 gr
Buruk) L = 22.5 gr
KH = 139.7 gr
 Frekuensi : 6 kali
Pemberian yaitu =
06.00 – 10.00 – 14.00 -
18.00 – 22.00 – 02.00
WIT
Sebanyak 50 cc tiap 1
kali pemberian
Rencana Edukasi :
Penatalaksanaan Gizi buruk

A. BB/U berat (NI 5.2) Adanya KEP  Jenis Diet : TKTP SB : 36 oC


badan berkaitan dengan N : 108 x/m
dibawah  Bentuk Makanan : Cair R : 28 x/me
keadaan patologi
normal (Hidrocepalus) ditandai  Kebutuhan Gizi
B. TB/U dengan z SKor BB/U -
tergolong E = 810 kkal
4.2 dan BB/PB -4.3 (Gizi
Normal P = 12.15 gr
BB/TB Buruk)
tergolong L = 22.5 gr
Kurus KH = 139.7 gr
Gizi Kurang
masa kini  Frekuensi : 6 kali
B. Creatinin Low Pemberian yaitu =

C. Nadi Cepat 06.00 – 10.00 – 14.00 -


Sesak nafas 18.00 – 22.00 – 02.00
Hasil City
scan : WIT
Hidrosefalus Sebanyak 50 cc tiap 1

D. Asupan kali pemberian


makan kurang Rencana Edukasi :
< 80% Penatalaksanaan Gizi buruk

RP. Demam
Batuk batuk
Sering sakit
kepala
Muntah

A. BB/U berat (NI 5.2) Adanya KEP  Jenis Diet : TKTP SB = 36.2
badan berkaitan dengan N : 104 x/m
dibawah  Bentuk Makanan : Cair R : 20 x/me
keadaan patologi
normal (Hidrocepalus) ditandai  Kebutuhan Gizi
TB/U dengan z SKor BB/U -
tergolong E = 810 kkal
4.2 dan BB/PB -4.3 (Gizi
Normal P = 12.15 gr
BB/TB Buruk)
tergolong L = 22.5 gr
Kurus KH = 139.7 gr
Gizi Kurang
masa kini  Frekuensi : 6 kali
B. Creatinin Low Pemberian yaitu =

C. Nadi Cepat 06.00 – 10.00 – 14.00 -


Sesak nafas 18.00 – 22.00 – 02.00
Hasil City
scan : WIT
Hidrosefalus Sebanyak 50 cc tiap 1

D. Asupan kali pemberian


makan kurang Rencana Edukasi :
< 80% Penatalaksanaan Gizi buruk

RP. Demam
Batuk batuk
Sering sakit
kepala
Muntah

A. BB/U berat (NI 5.2) Adanya KEP  Jenis Diet : TKTP SB : 36.4 o
badan berkaitan dengan N : 102 x/m
dibawah  Bentuk Makanan : Cair R : 16 x/me
normal keadaan patologi
 Kebutuhan Gizi
TB/U (Hidrocepalus) ditandai
tergolong dengan z SKor BB/U - E = 810 kkal
Normal 4.2 dan BB/PB -4.3 (Gizi P = 12.15 gr
BB/TB
tergolong Buruk) L = 22.5 gr
Waktu Energi Protein Lemak Karbohidrat
15/10/2016 73.90% 65.60% 36.90% 85.97%
16/10/2016 49.3% 0% 0% 71.5%
17/10/2016 68% 49.80% 28% 82.51%
18/10/2016 74.21% 66.50% 37.40% 86.16%
19/10/2016 74.21% 66.50% 37.40% 86.16%
Kurus KH = 139.7 gr
Gizi Kurang
 Frekuensi : 6 kali
masa kini
B. Creatinin Low Pemberian yaitu =
06.00 – 10.00 – 14.00 -
C. Nadi Cepat
Sesak nafas 18.00 – 22.00 – 02.00
Hasil City
WIT
scan :
Hidrosefalus Sebanyak 50 cc tiap 1

D. Asupan kali pemberian


makan kurang Rencana Edukasi :
< 80% Penatalaksanaan Gizi buruk

RP. Demam
Batuk batuk
Sering sakit
kepala
Muntah

GRAFIK MONITORING EVALUASI TINGKAT KONSUMSI PASIEN


GAMBARAN EVALUASI ASUPAN PASIEN
Energi Protein Lemak Karbohidrat

100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
15/10/2016 16/10/2016 17/10/2016 18/10/2016 19/10/2016

Berdasarkan grafik diatas


BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. GAMBARAN UMUM KEP
1. Definisi KEP
Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energy dan protein dalam makanan
sehari – hari atau disebabkan oleh gangguan penyakit tertentu, sehingga
tidak memenuhi angka kecukupan Gizi. (Depkes RI, 1999).

Sedangkan menurut Jelife (1966) dalam supariasa, I.D. Nyoman


(2002) dikatakan bahwa KEP merupakan istilah umum yang meliputi
malnutrition, yaitu gizi kurang dan gizi buruk termasuk marasmus dan
kwashiorkor.

2. Klsifikasi KEP
a. Marasmus
- Anak tampak sangat kurus, tiggal tulang terbungkus kulit
- Wajah seperti orang tua
- Cengeng, rewel
- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit, bahkan
sampai tidak ada.
- Sering disertai diare kronik atau konstipasi/susah Buang air,
serta penyakit kronik
- Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang.

b. Kwashiorkor
- Oedem umunya diseluruh tubuh dan terutama pada kaki
(dorsum pedis)
- Wajah membulat dan sembab
- Otot – otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi
berdiri dan duduk, anak berbaring terus – menurus
- Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
- Anak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia)
- Pembesaran hati
- Sering disertai infeksi, anemia dan diare
- Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut
- Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah
menjadi hitam terkelupas (crazy pavement dermatosis)
- Pandangan mata anak Nampak sayu
c. Marasmus – kwasihiorkor
Tanda – tanda Marasmus – kwasihiorkor adalah gabungan dari
tanda – tanda yang ada pada Marasmus dan kwasihiorkor yang ada
(Depkes RI. 1999).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Anak
a. Penyakit Infeksi
Hasil penelitian Hariyadi (2010) menunjukkan bahwa ada hubungan
signifikan antara status infeksi dengan status gizi balita pada indeks
BB/U dan tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi balita
pada indeks BB/TB dan TB/U. Interaksi yang sinergis antara malnutrisi
dengan penyakit dapat berpengaruh terhadap status gizi dan
mempercepat malnutrisi (Sulistiyawati, 2011).

Protein penting untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan


sehingga kekurangan protein akan mempengaruhi semua sistem
tubuh (Penny, 2003 dalam Hockenberry & Wilson, 2009). Salah satu
dampak kekurangan protein adalah atrofi timus. Timus adalah organ
tempat sel T menjadi matang. Sel T limfosit sangat penting untuk
membunuh bakteri dan membantu tipe sel lain dalam sistem imun.
Selain itu, kekurangan vitamin dan mineral juga merupakan hal yang
umum terjadi pada keadaan malnutrisi. Dalam kaitannya dengan
fungsi imunitas, vitamin yang menarik perhatian dan yang sering
menjadi fokus penelitian adalah vitamin A, vitamin E, vitamin C,
dan kelompok vitamin B (Siagian, 2010).

b. Asupan Makanan
Asupan makanan yang tidak seimbang dapat mempengaruhi
status gizi anak. Hasil penelitian Asrar (2009) menyatakan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi
balita menurut BB/U dan TB/U.

c. Sosial Ekonomi
Status ekonomi mempengaruhi daya beli dan ketersediaan
pangan dalam keluarga karena pada umumnya pendapatan
merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan kualitas
makanan. Bila pendapatan rendah maka hampir semua asupan
kebutuhan makanan tidak dapat tercukupi sesuai dengan standar
gizi yang diharapkan (Sulistiyawati, 2011). Selain itu, menurut
Davis dan Sherer (1994, dalam Hitchcock, Schubert, & Thomas,
1999) prevalensi status kurang nutrisi lebih banyak pada kelompok
sosial ekonomi rendah karena terbatasnya jumlah dan variasi
makanan.
d. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan menjadi salah satu faktor risiko
terjadinya masalah gizi pada balita karena tingkat pendidikan
formal berkaitan dengan pengetahuan tentang kesehatan dan
praktik gizi (Hidayati, 2011). Kurangnya informasi tentang nutrisi
dan bagaimana mengatur nutrisi dengan gizi seimbang untuk balita
dapat menyebabkan kebiasaan makan anak yang tidak sehat karena
kurangnya variasi dalam makanan.
Tatalaksana Gizi Buruk
Tatalaksana
Fase Stabilisasi Fase Transisi F
Diet
Fase saat kondisi klinis dan metabolism Fase pada saat perpindahan Umunya nafsu makan a
anak belum stabil. Untuk menstabilkan pemberian makan tidak membuat sepenuhnya secara oral
umumnya diperlukan waktu 1-2 hari, kondisi anak bermasalah, biasanya makanan oral maka dap
mungkin lebih bila keadaan anak memerlukan waktu anatara 3-7 hari. biasanya berlangsung s
Gambaran terlallu buruk atau ada komplikasi mencapai -2 SD
berat.
Refeeding Sydrome mungkin terjadi
karena pemberian makanan yang
agresif.
Diet yang diberikan ditunjukan untuk Memberikan kesempatan tubuh 1. Memberikan makan
menstabilkan status Metabolik tubuh untuk beradaptasi terhadap 2. Memotivasi anak ag
dan kondisi klinis anak. pemberian energy dan protein yang 3. Memotivasi ibu aga
Tujuan
semakin meningkat guna 4. Mempersiapkan ibu
mempersiapkan anak ke fase rumah
rehabilitasi.
1. Energi 80 – 100 kkal/KgBB/h. BB 1. Energi 100 – 150 kkal/KgBB/h. 1. Energi 150 – 220 k
yang digunakan untuk perhitungan BB yang digunakan untuk untuk perhitungan a
adalah BB actual hari itu. perhitungan adalah BB actual 2. Protein 4-6 gram/K
2. Protein 1 – 1.5 gram/Kg BB/hari, hari itu. 3. Cairan sampai 150
4-7.5% total energi per hari. 2. Protein 2-3 gram/Kg BB/hari. 4. Mineral Mix 20 ml
Diutamakan protein hewani , 3. Cairan sampai 150 ml/KgBB/h,
Syarat misalnya susu, daging ayam atau 4. Mineral Mix 20 ml (8g)/ 1000
telur. ml Formula
3. Cairan 130 ml/KgBB/h, 100 ml/Kg
BB/h bila ada edema berat.
4. Rendah Laktosa
5. Mineral Mix 20 ml (8g)/ 1000 ml
Formula
1. Untuk menghindari hipoglikemia 1. Pemberian makanan dengan 1. Berikan F-100 deng
dan beban saluran cerna, hati serta frekuensi sering dan porsi kecil, sampai anak tidak m
ginjal, maka pemberian makanan diberikan setiap 4 jam sekali. tidak melebihi volu
dilakukan dengan lebih sering dan 2. Pada 48 jam pertama (2 hari) 100/hari tersebut m
jumlah sedikit. Pada fase ini volume yang diberikan masih dibutuhkan anak un
makanan diberikan setiap 2 jam (12 sama dengan volume F-75 untuk pemberian m
kali) atau setiap 3 jam (8 kali) terakhir pada fase stabiliasasi. 2. Berdasarkan energy
dalam 24 jam. Bila anak mampu 3. Selanjutnya pada hari ke -3 bertahap dapt diber
menghabiskan porsi yang diberikan transisi volume F- 100 makin dikurangi, m
maka makanan dapat diberikan ditambah setiap hari sampai <7 Kg : F -100 + M
Cara
setiap 4 jam (6 kali) mencapai 150 ml/KgBB/h ≥7Kg : F-100 + Ma
Pemberian
2. Bila masih mendapatkan ASI, (=150 kkal/Kg BB/h = Volume 3. ASI Tetap diberika
dapat diberikan setelah pemberian minum pada tabel F-100) makannya.
formula khusus. 4. Bila Volume ini sudah tercapai
dan anak mampu
mengahabiskan porsinya berarti
fase transisi selesai dan anak
masuk fase rehabilitasi
5. ASI tetap diberikan setelah
anak menghabiskan porsi
makannya
Macam Diet F-75, F-75 modifikasi I-II F-100 atau modifikasinya F-100 atau formula
B. Gambaran Umum Hidrosefalus
1. Definisi Hidrosefalus
Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon
yang berarti kepala. Hidrosefalus adalah penambahan volume cairan
serebrospinalis (CSS) di ruang ventrikel dan ruang subarakhnoid.
Keadaan ini disebabkan karena tidak seimbangnya produksi dan absorpsi
cairan serebrospinalis. Hidrosefalus umumnya bersifat kongenital,
biasanya tampak pada masa bayi. Hidrosefalus yang muncul setelah
umur 6 bulan biasanya tidak bersifat kongenital.

2. Klasifikasi
Ada beberapa istilah dalam klasifikasi hidrosefalus : (Satyanegara, 2010)
a. Hidrosefalus Interna : menunjukkan adalanya dilatasi ventrikel
b. Hidrosefalus Eksternal : cenderung menunjukan adanya pelebaran
rongga subarachnoid diatas permukaan korteks.
c. Hidrossefalus Komunikans adalah keadaan hidrosefalus dimana ada
hubungan antara system vertikel dengan rongga subarachnoid otak
dan spinal.
d. Hidrosefalus Nonkomnikans bila ada blok didalam system ventrikel
atau saluran kerongga subarachnoid
Berdasarkan waktu onzetnya :
a. Akut : dalam beberapa hari
b. Subakut : dalam beberapa minggu
c. Kronis : bulanan
Berdasarkan gejala yang ada :
a. Hidrosefalus arrested menunjukan keadaan dimana factor – factor
yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak
aktif lagi
b. Hirosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali
yang diakibatkan oleh atrofi otak primer, yang biasanya terdapat
pada orang tua
Secara teoritis terjadi sebagai akibat
a. Produksi likuar yang berlebihan
b. Peningkatan resistensi aliran likuor
c. Peningkatan tekanan sinus venosa

3. Etiologi
Hidrosefalus dapat terjadi Karena gangguan sirkulasi likuir di dalam
system ventrikel atau oleh produksi berlebihan likuor. Hidrosefalus
obstruktif atau nonkomunkans terjadi bila sirkulasi likuor otak terganggu,
yang kebanyakan disebabkan oleh stenosis akuaduktif sylvius, Atresia
foramen magendi dan luschka, malformasi, vaskuler, atau tumor bawaan.
Hidrosefalus komunikans yang terjadi karena produksi berlebihan atau
gangguan penyerapan juga jarang ditemukan. (Wim de Jong).

4. Patofisiologi
CSS dihasilkan oleh plexus choroideus dan mengalir dari ventrikel
lateral ke dalam ventrikel III, dan dari sini melalui aquaductus masuk ke
ventrikel IV. Di sana cairan ini memasuki spatium liquor serebrospinalis
externum melalui foramen lateralis dan medialis dari ventrikel IV.
Pengaliran CSS ke dalam sirkulasi vena sebagian terjadi melalui villi
arachnoidea, yang menonjol ke dalam sinus venosus atau ke dalam
lacuna laterales; dan sebagian lagi pada tempat keluarnya nervi spinalis,
tempat terjadinya peralihan ke dalam plexus venosus yang padat dan ke
dalam selubung-selubung saraf (suatu jalan ke circulus lymphaticus).

Kecepatan pembentukan CSS 0,3-0,4 cc/menit atau antara 0,2-


0,5% volume total per menit dan ada yang menyebut antara 14-38
cc/jam. Sekresi total CSS dalam 24 jam adalah sekitar 500-600cc,
sedangkan jumblah total CSS adalah 150 cc, berarti dalam 1 hari terjadi
pertukaran atau pembaharuan dari CSS sebanyak 4-5 kali/hari. Pada
neonatus jumblah total CSS berkisar 20-50 cc dan akan meningkat sesuai
usia sampai mencapai 150 cc pada orang dewasa.

Hidrosefalus timbul akibat terjadi ketidak seimbangan antara


produksi dengan absorpsi dan gangguan sirkulasi CSS.

PRODUKSI SIRKULASI ABSORPSI


Meningkat Normal Normal
c/o : Papilloma plexus
choroideus
Normal Terhambat Menurun
Aquaductus silvii Trauma
Foramen Magendi Subarachnoid
& Luscha hemorrhage
(sindrom Dandy- Gangguan
Walker) pembentukan villi
Ventrikel III arachnoid
Ventrikel IV Post meningitis
Ruang Kadar protein CSS
subarachnoid yang sangat tinggi
disekitar
medulaoblongata,
pons,
dan mesensefalon

Selain akibat gangguan pada produksi, absorpsi, dan sirkulasi,


hidrosefalus juga dapat timbul akibat : Disgenesis serebri dan atrofi
serebri.

C. Intervensi Gizi
1. Terapi Gizi Medik
PENGATURAN DIET
a. Fase Stabilisasi
Pada fase ini, peningkatan jumlah formula diberikan secara
bertahap dengan tujuan memberikan makanan awal supaya anak
dalam kondisi stabil. Formula hendaknya hipoosmolar rendah
laktosa, porsi kecil dan sering. Setiap 100 ml mengandung 75 kal
dan protein 0,9 gram. Diberikan makanan formula 75 (F 75).
Resomal dapat diberikan apabila anak diare/muntah / dehidrasi, 2
jam pertama setiap . jam, selanjutnua 10 jam berikutnya diselang
seling dengan F75.

Zat Gizi Transisi (hari ke 0 -7)


Energi 80-100 kkal/kgBB/hari
Protein 1-1,5 gram/kgBB/hari
Cairan cairan 130ml/kgBB/hari
Fe
Sulfas ferosus 200mg + 0,25 mg asam folat, sirup besi 150
ml.

Vitamin A
- Bayi < 6 bulan
½ kapsul vitamin A dosis 100.000 SI (warna biru)
- Bayi 6-11 bulan
1 kapsul vitamin A dosis 100.000 SI (warna biru)
- Balita 12-60 bulan
1 kapsul vitamin A dosis 200.000 SI (warna merah)
Vitamin lain
- Vitamin C
- Vitamin B
kompleks
- Asam folat
Pemberiannya dicampur dengan
Mineral lain
F75, F100 dan F135
- Zinc
- Kalium
- Natrium
- Magnesium
b. Fase Transisi
Pada fase ini anak mulai stabil dan memperbaiki jaringan
tubuh yang rusak (cathup). Diberikan F100, setiap 100 ml F100
mengandung 100 kal dan protein 2,9 gram.

Zat Gizi Transisi (hari ke 8-14)


Energi 100-150 kkal/kgBB/hari
Protein 2-3 gram/kgBB/hari
Cairan 150ml/kgBB/hari
Fe Sulfas ferosus 200mg + 0,25 mg
asam folat, sirup besi 150 ml.
Vitamin A
- Bayi < 6 bulan ½ kapsul vitamin A dosis 100.000 SI (warna biru)
- Bayi 6-11 bulan 1 kapsul vitamin A dosis 100.000 SI (warna biru)
- Balita 12-60 bulan 1 kapsul vitamin A dosis 200.000 SI (warna merah)

Vitamin lain Diberikan sebagai multivitamin


- Vitamin C Diawali 5 mg, selanjutnya 1
- Vitamin B mg/hari
kompleks
- Asam folat
Mineral lain Pemberiannya dicampur dengan
- Zinc F75, F100 dan F135
- Kalium
- Natrium
- Magnesium
c. Fase Rehabilitasi
Terapi nutrisi fase ini adalah untuk mengejar pertumbuhan
anak. Diberikan setelah anak sudah bisa makan. Makanan padat
diberikan pada fase rehabilitasi berdasarkan BB< 7 kg diberi MP-
ASI dan BB ≥ 7 kg diberi makanan balita. Diberikan makanan
formula 135 (F 135) dengan nilai gizi setiap 100 ml F135
mengandung energi 135 kal dan protein 3,3 gram.

Zat Gizi Transisi (hari ke 8-14)


Energi 150-200 kkal/kgBB/hari
Protein 3-4 gram/kgBB/hari
Cairan 150 – 200 ml/kgBB/hari
Fe Berikan awal selama 4 minggu.

Vitamin A ½ kapsul vitamin A dosis 100.000 SI (warna biru)


- Bayi < 6 bulan 1 kapsul vitamin A dosis 100.000 SI (warna biru)
- Bayi 6-11 bulan 1 kapsul vitamin A dosis 200.000 SI (warna merah)
- Balita 12-60 bulan

Vitamin lain Diberikan sebagai multivitamin


- Vitamin C
- Vitamin B
kompleks
- Asam folat
Mineral lain Pemberiannya dicampur dengan
- Zinc F75, F100 dan F135
- Kalium
- Natrium
- Magnesium

2. Intervensi Edukasi atau Konseling


a. Mencegah dan mengatasi hipoglikemi.
Hipoglikemi jika kadar gula darah < 54 mg/dl atau ditandai
suhu tubuh sangat rendah,kesadaran menurun, lemah, kejang, keluar
keringat dingin, pucat. Pengelolaan berikan segera cairan gula: 50 ml
dekstrosa 10% atau gula 1 sendok teh dicampurkan ke air 3,5 sendok
makan, penderita diberi makan tiap 2 jam, antibotik, jika penderita
tidak sadar, lewat sonde. Dilakukan evaluasi setelah 30 menit, jika
masih dijumpai tanda-tanda hipoglikemi maka ulang pemberian
cairan gula tersebut.

b. Mencegah dan mengatasi hipotermi.


Hipotermi jika suhu tubuh anak < 35oC , aksila 3 menit atau
rectal 1 menit. Pengelolaannya ruang penderita harus hangat, tidak
ada lubang angina dan bersih, sering diberi makan, anak diberi
pakaian, tutup kepala, sarung tangan dan kaos kaki, anak
dihangatkan dalam dekapan ibunya (metode kanguru), cepat ganti
popok basah, antibiotik. Dilakukan pengukuran suhu rectal tiap 2
jam sampai suhu > 36,5oC, pastikan anak memakai pakaian, tutup
kepala, kaos kaki.

c. Mencegah dan mengatasi dehidrasi.


Pengelolaannya diberikan cairan Resomal ml/kgBB dalam 12
jam atau mulai dengan 5 ml/kgBB setiap 30 menit secara oral dalam
2 jam pertama. Selanjutnya 5-10 ml/kgBB untuk 4-10 jam
berikutnya, jumlahnya disesuaikan seberapa banyak anak mau, feses
yang keluar dan muntah. Penggantian jumlah Resomal pada jam 4, 6,
8, 10 dengan F75 jika rehidrasi masih dilanjutkan pada saat itu.
Monitoring tanda vital, diuresis, frekuensi berak dan muntah,
pemberian cairan dievaluasi jika RR dan nadi menjadi cepat, tekanan
vena jugularis meningkat, jika anak dengan edem, oedemnya
bertambah.

d. Mulai pemberian makan.


Segera setelah dirawat, untuk mencegah hipoglikemi,
hipotermi Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010
Krisnansari, Nutrisi dan Gizi Buruk dan mencukupi kebutuhan
energi dan protein. Prinsip pemberian makanan fase stabilisasi yaitu
porsi kecil, sering, secara oral atau sonde, energy 100
kkal/kgBB/hari, protein 1-1,5 g/kgBB/hari, cairan 130 ml/kgBB/hari
untuk penderita marasmus atau kwashiorkor dengan edem derajat 1,2
jika derajat 3 berikan cairan 100 ml/kgBB/hari.

e. Koreksi kekurangan zat gizi mikro.


Berikan setiap hari minimal 2 minggu suplemen
multivitamin, asam folat (5mg hari 1, selanjutnya 1 mg), zinc 2
mg/kgBB/hari, cooper 0,3 mg/kgBB/hari, besi 1-3 Fe
elemental/kgBB/hari sesudah 2 minggu perawatan, vitamin A hari 1
(<6 bulan 50.000 IU, 6-12 bulan 100.000 IU, >1 tahun 200.000 IU)
f. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar
Satu minggu perawatan fase rehabilitasi, berikan F100 yang
mengandung 100 kkal dan 2,9 g protein/100ml, modifikasi makanan
keluarga dengan energi dan protein sebanding, porsi kecil, sering dan
padat gizi, cukup minyak dan protein.

g. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang.


Mainan digunakan sebagai stimulasi, macamnya tergantung
kondisi, umur dan perkembangan anak sebelumnya. Diharapkan
dapat terjadi stimulasi psikologis, baik mental, motorik dan
kognitif.

h. Mempersiapkan untuk tindak lanjut dirumah.


Setelah BB/PB mencapai -1SD dikatakan sembuh,
tunjukkan kepada orang tua frekuensi dan jumlah makanan, berikan
terapi bermain anak, pastikan pemberian imunisasi boster dan
vitamin A tiap 6 bulan.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN KASUS
Langkah pertama yang dilakukan untuk menangansi kasus An. H
adalah melakukan skrining gizi, karena skrining gizi sangat berpengaruh pada
status kesehatan An H. Skrining gizi dilakukan dengan melihat gejala dan
tanda-tanda fisik maupun klinis yang dialami oleh An H untuk menentukan
penanganan selanjutnya dan waktu penanganan yang harus diberikan.
Skrining bertujuan untuk menilai kondisi pasien dan menapis adanya masalah
supaya dapat dilakukan upaya preventif untuk mencegah terjadinya kondisi
yang lebih buruk. Dalam kasus ini, skrining dilakukan menggunakan MST
karena mempertimbangkan kebiasaan makan, penurunan berat badan, dan
tingkat keparahan penyakit. Skrining dalam kasus ini menunjukkan bahwa
pasien berisiko tinggi mengalami malnutrisi. Oleh karena itu, pasien perlu
dengan ditangani oleh ahli gizi.

Langkah selanjutnya dilakukan pengkajian data antropometri terkini


untuk mengetahui status gizi pasien. Data yang diperlukan antara lain BB dan
PB yang dilakukan dengan cara mengukur berat badan dan panjang badan
pasien. Kemudian dilakukan penghitungan z-skor agar untuk mengetahui
status gizi pasien terkini berdasarkan BB/U, PB/U dan BB/PB. Z- skor
menunjukan status gizi pasien gizi buruk saat ini maksudnya adalah pasien
menglami gizi buruk pada saat sekarang dimana pasien kurangnya asupan
makan. Ditarik kesimpulan bahwa jika keadaan pasien tidak teratasi maka BB
pasien akan terus menerus berkurang. Perhitungan z-skor An. H :

8.1−14.8
Z skor BB/U : 14.8−13.2 = -4.2 (BB sangat Kurang)

90.3−96.6
Z Skor PB/U : 96.6−92.8
= -1.6 (Normal)

8.1−12.9
Z Skor BB/PB : 12.9−11.8 = -4.3 (Gizi Buruk)

Setelah mengetahui status gizi An H, kemudian dilakukan pengkajian


data asupan, biokimia, pemeriksaan fisik, riwayat penyakit pasien dan
keluarga pasien. Data yang terkumpul kemudian dikategorikan sesuai domain
dan di kaji. Pada kebiasaan makan dan minum An. H sehari-hari An. H sering
mengonsumsi makanan rumah atau lebih suka makan makanan yang dibuat
sendiri namun makanan karna pasien sudah lama mengalami sakit yang sudah
lama sehingga pasien mengalami kesusahan dalam asupan makanan. Hal ini
merupakan salah satu penyebab masalah yang muncul pada kasus ini.
Semenjak pasien di diagnosa hydrosefalus , An H dirawat di rumah sakit dan
mengasup makanan melalui saluran naso gastric tube (NGT), hal ini
dikarenakan pasien yang kesulitan mengasup makanan melaui oral. Di rumah
sakit An H mendapatkan asupan dari susu MLP dan Glukosa 10% saja. Pada
data biokimia, ditemukan adanya creatinine yang rendah, Creatinin yang
rendah berkaitan dengan keadaan pasien yang sudah berbaring (bad rest)
dalam waktu yang lama. Dimana pasien beraktivitas sangat rendah sehingga
kontraksi otot juga kurang. Creatinin sendiri adalah produk limbah hasil dari
kontraksi otot. Dari data pemeriksaan fisik, ditemukan bahwa hasil dari
pemeriksaan dari respirasi, nadi, suhu, tekanan darah normal. Hanya saja
keadaan umum pasien yang lemah, dan lemas ini disebabkan masalah
patologi pasien dan kurangnya asupan makan.

Dari data-data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ada masalah


yang harus diselesaikan, yaitu Adanya KEP berkaitan dengan keadaan
patologi (Hidrocepalus) ditandai dengan z SKor BB/U -4.2 dan BB/PB -4.3
(Gizi Buruk saat ini)

Langkah selanjutnya adalah intervensi diet yang bertujuan


memberikan asupan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi An. H
dengan memperhatikan kondisi fisik/klinis dan komplikasi penyakit yang ada,
Menstabilkan Status metabolic tubuh dan kondisi klinik anak, Menaikan
Berat badan pasien, Memberikan makanan sesuai kebutuhan dan
Meningkatkan asupan makan pasien

Dengan mempertimbangkan kondisi pasien saat ini, kami memberikan


perencanaan diet. Pemberian diet TKTP dengan menggunakan NGT serta
edukasi gizi untuk keluarga. Pada fase stabilisasi, jumlah energi yang
diberikan dengan cara 100 kkal/BB pasien saat ini dan mendapatkan hasil
810 kkal/hari dengan 6 x pemberian tiap hari. Dikarenakan An. H mengalami
sulit menelan, maka kami memberikan makanan dengan bentuk cair secara
enteral menggunakan NGT sesuai dengan keadaan penyakit. Pasien diberikan
susu MLP sebanyak 50 cc dengan pemberian sebanyak 6x di beriakan pada
waktu 06.00 – 10.00 – 14.00 – 18.00 – 22.00 – 02.00 WIT

B. INTERVENSI GIZI
Penatalaksanaaa asuhan gizi di mulai pada tanggal 14 – 19 Oktober
2016 di ruang perawatan anak RSUD Abepura . hari Pertama studi kasus
yaitu tanggal 14 Oktober 2016 digunakan untuk pengambilan data sepert
skrining gizi, pola makan pasien, anamnesa makanan sehari dirumah , recall
24 jam, assessment, planning gizi, perencanaan menu dan 5 hari berikutnya
yaitu pada tanggal 15 – 19 Oktober 2016 digunakan untuk intervensi lebih
lanjut seperti pelayanan gizi, pengamatan asupan makan pasien, konseling
kepada kelurga pasien, monitoring dan evaluasi yang terdiri dari melihat
perkembangan status gizi pasien, perkembangan fisik klinis pasien,
perkembangan data laboratorium, perkembangan diet dan evaluasi intake
makan pasien dari dalam maupun luar rumah sakit.
1. Antropometri
Pengamatan antropometri mulai dilalukan pada awal kasus 14
oktober 2016 sampai akhir kasus 19 oktober 2016 dari hasil pengamatan
yang telah saya lakukan selama 3 hari, Berat badan pasien sudah tidak
bisa ditimbang karna pasien hanya bad rest di tempat tidur. Untuk
menentukan status gizinya menggunakan LILA namun waktu saya
meminta untuk mengukur LILA orang tua pasien tidak memberikan izin.

Sebelum terapi pasien dilakukan pengukuran antropometri dengan


hasil BB pasien 8.1 Kg dan PB pasien 90.3 Cm dan hasil pengukuran
tersebut di analisis menggunakan Z-Skor dan diketahui bahwa Status
gizi BB/U sangat Kurang, PB/U Normal, BB/PB Gizi Buruk. Sehingga
di Tarik kesimpulan bahwa pasien mengalami gizi buruk saat ini atau
keadan gizi buruk sekarang.

2. Pemeriksaan Biokimia
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan menunjukan
bahwa pasien secara keseluruhan hasil laboratorium sebelum dan
sesudah intervensi/terapi. Sebelum intervensi data biokimia sudah ada
namun, selama intervensi berlangsung tidak ada data terbaru tentang
biokimia pasien.

Sebelum terapi hasil labaratorium menunjukan hasil creatinine


pasien rendah ini berkaitan dengan keadaan pasien yang sudah
berbaring (bad rest) dalam waktu yang lama. Creatinin adalah produk
limbah kimia yang berada dalam darah, limbah ini kemudian disaring
oleh ginjal dan dibuang ke dalam urin. Kreatinin merupakan produk
sampingan dari kontraksi otot normal, di mana kreatinin terbuat dari
creatine yang merupakan pemasok energi untuk otot. Jadi creatinin
rendah berkaitan Dimana pasien beraktivitas sangat rendah sehingga
kontraksi otot juga kurang sehingga produk sampingan dari kotraksi
otot juga rendah.

3. Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik/klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
gizi medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis, rekam
medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam menegakkan
diagnose dan perencanaan perawatan pasien (Potter, 2005).

Dalam pemeriksaan fisik klinis tanda tanda vital pasien setiap hari
ada dan hasil pemerikasaan tersebut Normal seperti hal Nadi, respirasi,
suhu, tekanan darah normal. Selama terapi juga ada pemeriksaan city
scan yang dilakukan Hasilnya adalah Hydrosefalus non commnicans ec massa
pada ventrikel 4 (cendrung gambaran mendulablastoma/ PNET, primitive
neuroctodermal Tumor). Hidrosefalus adalah penambahan volume cairan
serebrospinalis (CSS) di ruang ventrikel dan ruang subarakhnoid.
Keadaan ini disebabkan karena tidak seimbangnya produksi dan absorpsi
cairan serebrospinalis.

b. Hasil Monitoring dan evaluasi


Monitoring dan evaluasi terhadap makan yang dikonsumsi pasien
merupakan suatu upaya untuk mengetahui asupan makan pasien selama
dirawat inap di rumah sakit. Untuk itu dilakukan Comstock, pengamatan serta
dilakukan wawancara kepada pasien dan keluarga pasien.

Berdasarkan grafik evalusi konsumsi pasien selama terapi mengalami


kenaikan dan penuruannan . pada hari pertama asupan belum baik, karna
kondisi pasien yang menggunakan NGT dan masih sesak, kemudian pada
hari kedua pasien dipuasakan karna residu lambung berwarna kuning. Pada
hari ketiga pasien bisa minum MLP asupan pun meningkat, hari keempat
asupan meningkat dan hari kelima asupan meningkat namun belum bisa
memenuhi kebutuhan asupan pasien.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Pada terapi I pasien didiagnosa penurunan kesadaran, dan pada akhir
terapi diagnose pasien berdasarkan hasil City Scan pasien menderita
penyakit Hidrosefalus.
2. Status Gizi pasien masih kurang dari pertama kali pengukuran, untuk
akhir terapi belum mendapatkan hasil terbaru malalui LILA
3. Diet yang diberikan selama terapi adalah TKTP, diberikan melalui Oral
dalam bentuk cair (MLP), dan pemberiann 6 x 50 cc setiap harinya.
4. Presentasi tingkat konsumsi selama terapi pasien belum dapat memenuhi
kebutuhan energy dan zat gizi dengan alasana kondisi pasien yang belum
begitu stabil.

B. Saran
1. Keluarga dapat mengingatkan jam minum MLP ke suster yang ada
bertugas pada saat itu. Agar asupan melalu NGT dapat terpenuhi
kebutuhannya.

Anda mungkin juga menyukai