Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS KECIL

PRAKTEK KERJA LAPANGAN GIZI KLINIK


PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR
PADA PASIEN HIPERTENSI DAN HNP
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Disusun oleh :
Siti Ruqoiyah 412020728029

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
2023
BAB 1. LATAR BELAKANG
1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny.M
Tanggal Lahir :-
Usia : 51 tahun
Alamat : pucangan
Suku Bangsa : jawa
Pekerjaan : tidak bekerja
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : islam
Masuk Rumah Sakit : 5 agustus 2023
Tanggal Kasus : 8 agustus 2023
No. Rekam Medis : -
Ruang /Kelas : kelas iii / 507 B
Diagnosis Medis : HIPERTENSI DAN HNP

1.2 Gambaran Kasus


Dihadapkan dengan pasien Ny. M berusia 51 tahun datang ke rumah sakit
pada tanggal 5 Agustus 2023. Keluhan sebelum masuk rumah sakit Tanpak
sakit, pasien mengatakan nyeri pada lutut skala -3 hilang timbul, sulit di
gerakkan karenanya. Berdasarakan hasil pemeriksaan dokter Ny. S
terdiagnosis hipertensi dan HNP. Pasien memiliki riwayat penyakit terdahulu
yaitu Stroke, HT, DM terkontrol. Pasien belum pernah mendapatkan edukasi
mengenai makanan dan minuman yang dibolehkan dan yang tidak dibolehkan.
Pengobatan yang diberikan oleh rumah sakit meliputi ringer laktat,
ondesetron, metformin, eprison, ramipril, atorvastatin, carvedidol.
Berdasarkan pemeriksaan Antropometri Ny. M didapatkan BB 81 kg dan
TB 153 cm, Hasil pemeriksaan biokimia Ny. M yaitu kadar GDS sewaktu 91
dan GDS strip 2 177 mg/dl. Hasil pemeriksaan fisik klinis Ny. S yaitu
kesadaran compos mentis, nadi 79 x/menit, suhu 36 0 C, respirasi 18 x/menit,
dan tekanan darah 138/85 mmHg dan nyeri pada lutut.
Berdasarkan hasil pengukuran pola makan Ny. M dengan metode SQFFQ
sebelum masuk rumah sakit didapatkan konsumsi makanan pokok yaitu
Makan nasi 3x sehari, sayur 3x sehari, ikan asin 3x sehari, telur hanya di
makan putihnya saja 3x/ perminggu, tahu dan tempe setiap hari, teh 1x sehari,
buah-buahan 3x/minggu, tidak memiliki alergi apapun.
Dan untuk recall 1x24 jam didapatakan asupan makan Ny. M yaitu pagi
mengkonsumsi nasi dengan porsi 1 centong, sayur pecel, dengan lauk hewani
telur. Untuk selingan pagi yaitu sosis basah. Makan siang nasi 1 centong, tidak
makan sayur, makan lauk hewani yaitu ayam goreng asam manis dan lauk
nabati yaitu Terik tempe. Selingan sore yaitu sandwich. Makan malam yaitu
nasi tidak makan sayur dan lauk nabati, makan lauk hewani yaitu nuget lele.

1.3 Patofisiologi
a. Hipertensi
Hipertensi berawal dari bahasa latin yaitu hiper dan tension. Hiper
ialah tekanan yang berlebihan dan tension ialah tensi. Hipertensi
merupakan kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara
kronis (dalam kurun waktu yang lama) yang dapat menyebabkan
kesakitan pada seseorang dan bahkan dapat menyebabkan kematia.
Seseorang dapat disebut menderita hipertensi jika didapatkan tekanan
darah sistolik >140 mmHg dan diastolik >90 mmHg (Yeyeh, 2010).
Tekanan darah yang selalu tinggi dan tidak diobati atau dicegah sejak
dini, maka sangat berisiko menyebabkan penyakit degeneratif seperti
retinopati, penebalan dinding jantung, kerusakan ginjal, jantung
koroner, pecahnya pembuluh darah, stroke, bahkan dapat menyebabkan
kematian mendadak.
Hipertensi tidak pandang bulu siapa saja dapat mengalaminya,
penyakit ini umumnya dialami oleh orang dewasa, namun oleh sebab
tertentu anak-anak juga dapat mengalami hipertensi misalnya
karena kondisi bawaan terkait dengan ketidakmampuan tubuhnya
menghasilkan nitrogen monoksida atau karena mengalami kelainan
ginjal. Secara alamiah, tekanan darah anak-anak lebih rendah daripada
tekanan darah orang dewasa. Tekanan darah tersebut akan
meningkatkan sejalan dengan pertambahan usia.
Hipertensi adalah proses degeneratif sistem sirkulasi yang dimulai
dengan atherosklerosis, yakni gangguan struktur anatomi pembuluh darah
perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah / arteri. Kekakuan
pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan
pembesaran plaque yang menghambat gangguan peredaran darah perifer.
Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung
bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya
pemompaan jantung yang berdampak pada peningkatan tekanan darah
dalam sistem sirkulasi. Dengan demikian, prosespatologis hipertensi
ditandai dengan peningkatan perifer yang berkelanjutan sehingga secara
kronik dikompensasi oleh jantung dalam bentuk hipertensi (Irwan, 2016
dalam Anyelir Putri, 2019).
Klasifikasi penderita hipertensi stadium I apabila tekanan
sistoliknya 140- 159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90-99 mmHg.
Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan
sistoliknya lebih 160 mmHg dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg,
sedangkan hipertensi stadium III apabila tekanan sistoliknya lebih dari 180
mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg (Sidabutar &
Simbolon, 2020).

b. HNP (Hernia Nucleus Pulposus)


Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan
annulus fibrosus dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau
rupture annulus fibrosus dengan tekanan dari nucleus pulposus yang
menyebabkan kompresi pada element saraf. Pada umumnya HNP pada
lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan L5-S1. Kompresi saraf pada level ini
melibatkan root nerve L4, L5, dan S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri
dari pantat dan menjalar ketungkai. Kebas dan nyeri menjalar yang tajam
merupakan hal yang sering dirasakan penderita HNP.
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan
meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan
kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Annulus fibrosus mengalami
perubahan karena digunakan terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosus
biasanya di daerah lumbal dapat menyembul atau pecah (Moore dan Agur,
2013)
Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus bersifat sirkum
ferensial. Karena adanya gaya traumatic yang berulang, sobekan tersebut
menjadi lebih besar dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah
terjadi, maka risiko HNP hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya
saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan sebagai gaya traumatik ketika
8 hendak menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda berat
dan sebagainya.
Menjebolnya (herniasi) nucleus pulposus dapat mencapai ke
korpus tulang belakang diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol
langsung ke kanalis vertebralis. Menjebolnya sebagian nucleus pulposus
ke dalam korpus vertebra dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal
sebagai nodus schmorl. Sobekan sirkum ferensial dan radial pada annulus
fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus
schmorl merupakan kelainan yang mendasari low back pain subkronis atau
kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal
sebagai ischialgia atau siatika. Menjebolnya nucleus pulposus ke kanalis
vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus menekan radiks yang
bersamasama dengan arteria radikularis yang berada dalam lapisan dura.
Hal itu terjadi jika penjebolan berada disisi lateral. Setelah terjadi HNP,
sisa discus intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua korpus vertebra
bertumpang tindih tanpa ganjalan.
BAB 2. SKRINING
2.1 Pemiihan Metode Skrining
Sebelum dilakukan pengkajian gizi lebih lanjut, dilakukan skrining pada
Ny. M dengan menggunakan MUST (Malnutrition Universal Skrining Tools).
Berdasarkan hasil penelitian alat skrining gizi yang cepat, mudah dan cocok
digunakan sesuai dengan kondisi pasien yang dirawat di rumah sakit adalah
MUST (Malnutrition Universal Skrining Tools) dibandingkan dengan alat skrining
lainnya.
2.2 Kesimpulan Kuesioner
Form MUST (Malnutrition Universal Skrining Tools)
Nama: Ny. M
Jenis Kelamin: perempuan
1. BMI pasien (kg/m2)
a. >20 (>30 obese) a. Skor 0
b. 18,5 – 20 b. Skor 1
c. <18,5 c. Skor 2
2. Persentase penurunan berat badan secara
tidak sengaja (3 – 6 bulan yang lalu)
a. <5% a. Skor 0
b. 5-10% b. Skor 1
c. >10% c. Skor 2
3. Pasien menderita penyakit berat dan/tidak a. Skor 0
mendapatkan asupan makanan >5 hari b. Skor 1
a. tidak c. Skor 2
b. ya
Total Skor MUST (Malnutrition Universal Skor 2
Skrining Tools)
Kesimpulan : tidak beresiko malnutrisi

Hasil :
- Skor 0 : status gizi normal, ulangi skrining setiap 7 hari
- Skor 1 : beresiko malnutrisi, monitoring asupan selama 3 hari. Jika tidak
ada peningkatan, lanjutkan pengkajian dan ulangi skrining setiap 7 hari
- Skor >2: malnutrisi, bekerja sama dengan Tim Asupan Gizi. Upayakan
peningkatan asupan gizi dengan memberikan makanan sesuai dengan daya
terima. Monitoring asupan makanan setiap hari. Ulangi skrinning setiap 7
hari.
Berdasarkan hasil skrining menggunakan MUST Ny. M
mendapatkan skor 0 point sehingga dapat di golongkan dalam kategori
tidak beresiko malnutrisi.

BAB 3. ASSESMENT (PENGKAJIAN GIZI)


3.1 Pengkajian Antopometri
Table 1. Assesment Data Antropometri
Kode IDNT Jenis Data Keterangan
AD.1.1.1 Tinggi Badan 153 cm
AD 1.1.2 Berat Badan 81 kg
AD 1.1.4 Perubahan Berat -
Badan
AD.1.1.5 IMT 34,61 kg/m2
LILA
Kesimpulan : status gizi berdasarkan IMT Ny.S tergolong overweight 34,61
kg/m2

BB(KG )
IMT =
TB( M )
81
= = 34,61 kg/m2
1, 53

BBI = Tb (dalam M2) x 22,5


= 1,532 x 22,5
= 52,67 kg
Tabel 2. Kategori IMT

<18,5 Kurus/kurang
18,5-22,9 Normal
23,0-24,9 Overweight
25-29,9 Obesitas
>30 Obesitas II
Sumber : Kemenkes,2018
3.2 Pengkajian Data Biokimia
Table 2. Data Biokimia
Kode Data Hasil Nilai Rujukan Ket.
IDNT Biokimia
Glukosa
91 mg/dl 60 – 140 mg/dl Normal
sewaktu
Glukosa
177 mg/dl 60-140 mg/dl Hight
strip 2

Kesimpulan :
- Dari Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara kadar gula darah dengan hipertensi pada pasien diabetes mellitus
tipe 2. Adanya hubungan tekanan darah dengan kadar gula darah
menjadikan pasien harus memperhatikan tekanan dan kadar gula darah
dengan cara mengendalikannya pada ambang normal. Manfaat dari
mengontrol tekanan darah pada pasien-pasien hipertensi dengan penyakit
penyerta diabetes tipe 2.
- Keterkaitan kadar gula darah dengan tekanan darah akibat adanya
kesamaan karakteristik faktor resiko penyakit. Resistensi insulin dan
hiperinsulinemia pada penderita DM diyakini dapat meningkatkan
resistensi vaskular perifer dan kontraktilitas otot polos vaskular melalui
respons berlebihan terhadap norepinefrin dan angiotensin II. Kondisi
tersebut menyebabkan peningkatan tekanan darah melalui mekanisme
umpan balik fisiologis maupun sistem Renin- Angiotensin – aldosterone.
(maulidah, 2021)
3.3 Pengkajian Data Fisik dan Klinis
Table 3. Data Fisik/Klinis
Kode IDNT Data Biokimia Hasil
PD.1.1.1 Penampilan Keseluruhan
PD.1.1.2 Bahasa Tubuh Lemas dan pucat
PD.1.1.6 Kepala dan mata
PD.1.1.9 Vital sign
Nadi 79 x / m
360C
Suhu 18 x / m
138/85 mmHg
Respirasi
Tekanan darah
PD 1 Sistem Pencernaan

Pemeriksaan Penunjang :
thoraks (bronchopneumonia, mild oedem pulmonum, cardiomegaly)
kesimpulan :
dibagi menjadi 6 kategori, kategori tekanan darah yang dikatakan normal
ialah tekanan darah sistolik <120 mmHg dan tekanan darah diastolic <80
mmHg, dikatakan tekanan darah tinggi ialah tekanan darah sistolik 120-
129 mmHg dan tekanan darah diastolik <80 mmHg, dikatakan
hipertensi tahap 1 ialah tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan
tekanan diastolik 80-89 mmHg, dikatakan hipertensi tahap 2 ialah
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah sistolik ≥90
mmHg serta dikatakan hipertensi urgensi dan hipertensi keadaan darurat
ialah tekanan darah sistolik >180 mmHg dan tekanan darah diastolik
>120 mmHg. Pada pemeriksaan fisik dan klinis didapatkan bahwa Ny. M
dikatakan hipertensi stage 1 karena TD tinggi yaitu 138/85mmHg (fdlilah,
dkk. 2020)

3.4 Pengkajian Riwayat Terkait Gizi/Makanan


a. pola makan
1) Kualitatif
Berdasarkan hasil pengkajian data dengan menggunakan metode SQFFQ
didapatkan bahwa pola makan Ny. M dalam 1 bulan sebelum masuk
rumah sakit yaitu konsumsi makanan pokok yaitu Makan nasi 3x sehari,
sayur 3x sehari, ikan asin 3x sehari, telur hanya di makan putihnya saja 3x/
perminggu, tahu dan tempe setiap hari, teh 1x sehari, buah-buahan
3x/minggu, tidak memiliki alergi apapun.

2) Kuantitatif
Table 4. Asupan Makan SMRS
Energi Protein Lemak KH
(kkal) (gram) (gram) (gram)
Asupan Oral 1025 38 21 169
Kebutuhan 1800 60 50 280
% Asupan 57% 63 % 42 % 60 %
Interpretasi
b. Asupan Gizi
1) Kualitatif
Dan untuk recall 1x24 jam didapatakan asupan makan Ny. M yaitu
pagi mengkonsumsi nasi dengan porsi 1 centong, sayur pecel, dengan
lauk hewani telur. Untuk selingan pagi yaitu sosis basah. Makan siang
nasi 1 centong, tidak makan sayur, makan lauk hewani yaitu ayam
goreng asam manis dan lauk nabati yaitu Terik tempe. Selingan sore
yaitu sandwich. Makan malam yaitu nasi tidak makan sayur dan lauk
nabati, makan lauk hewani yaitu nuget lele.

2) Kuantitatif
Table 5. Asupan Makan MRS (masuk rumah sakit)
Energi (kkal) Protein Lemak KH
(gram) (gram) (gram)
Asupan oral 1250 57 31 168
Kebutuhan 1800 60 50 280
% asupan 69 % 95 % 62 % 60 %
Kategori kurang cukup kurang kurang

c. Pengetahuan Terkait Gizi


Pasein tidak pernah mendapatkan edukasi tentang makanan yang baik
dikonsumsi dan makanan yang harus dihindari berdasarakan riwayat
penyakit terdahulu yaitu Stroke, HT, DM terkontrol.

d. Aktifitas Fisik
1) sebelum sakit =Aktifitas Ny. M tergolong sedang dengan karena
idak bekerja.
2) setelah sakit = Ny. M selama di rumah sakit bentuk aktifitas hanya di
tempat tidur untuk beristirahat

e. kemampuan menerima makanan


Pasien dalam keadaan compos mentis dan mengalami penurunan nafsu
makan karena lemes dan nyeri lutut.

3.5 pengkajian Data Riwatyat Pasien


Tabel 6. Data Riwayat Pasien

Kode IDNT Jenis Data Data Personal


CH.1.1 Nama Martuti
CH.1.1.1 Umur 51
CH.1.1.2 Jenis Kelamin Perempuan
CH.1.1.5 Suku/etnik
CH.1.1.9 Peran dalam keluarga Ibu rumah tangga
Diagnosis medis Hipertensi dan HNP

3.6 riwayat Penyakit (CH)

Table 7. Riwayat penyakit pasien

Kode IDNT Jenis Data Keterangan


CH.2.1 Keluhan utama Tanpak sakit, pasien mengatakan
nyeri pada lutut skala -3 hilang
timbul, sulit di gerakkan karenanya

Riwayat penyakit Sekarang :


sekarang dan dahulu Nyeri akut, nyeri pada lutut, 1
minggu SMRS, kaki kanan terasa
berat.
Dahulu :
Stroke, HT, DM terkontrol

Riwayat pengobatan -

3.7 Terapi Obat (interaksi obat dan makanan)

Table 8. terapi obat

Kode Jenis Terapi Interaksi dengan


Fungsi
IDNT Medis makanan
FH.3.1 Ringer laktat Menggantikan cairan Infus ringer laktat dapat
infus yang hilang dan bereaksi dengan
membantu prosedur makanan atau alkohol
intravena tertentu. yang akan mengubah
Ringer laktat dinilai cara kerja obat dan
lebih bermanfaat meningkatkan resiko
daripada larutan garam. efek samping cairan RL
Ringer laktat tidak dapat menimbulkan
bertahan lama di dalam asidosis laktat,
tubuh, sehingga kecil hiperkalemia,
kemungkinannya pembentukan cloting
menyebabkan kelebihan pada pasien transfuse,
cairan pruritus atau reaksi
local

Ondansetron Mencegah serta -


4 mg injeksi mengobati mual dan
muntah yang bisa di
sebabkan oleh raditerapi
atau operasi

Metformen Meningkatkan aksi Malabsorpsi glukosa


500 mg insulin. Penanganan asam amino, lemak,
tablet pada kegemukan dan vitamin, B12, kalsium,
diabetes tipe 2 air, elektrolit, dan
gangguan Indera perasa
Merilekskan otot
Eprison 50 skeletal, otot vascular, -
mg tablet serta memperlancar
aliran darah

Memperbesar pembuluh
Ramipril 10 darah agar jantung lebih -
mg tablet mudah memompa darah
ke seluruh tubuh

Memblokir enzim,
Atorvastatin HMG CoA yang terlibat Gangguan saluran
20 mg tablet dalam sintesis kolestrol, cerna
membersihkan LDL dan
VLDL, dari darah (lebih
rendah dari 30-35%)

Membantu mencegah
Carvedidol stroke dan gangguan -
25 mg tablet ginjal
(v block)

3.8 Standar Komperatif


Perkeni 2021
a) BBI = TB (dalam M2) x 22,5
= 1,532 x 22,5
= 52,67 kg
b) ABW = (BBA – BBI) x 0,25) + BBI
= (81 – 52,6) x 0,25 + 52,6
=28,4 x 0,25 + 52,6
= 60 kg

c) Energi basal = 25 kkal x 60 kg = 1500 kkal


d) Aktifitas fisik = 20% x energi basal
= 20% x 1500 = 300 kkal
e) Factor stress = 10% x energi basal
= 10% x 1500 = 150 kkal
f) Umur = 5% x energi basal
= 5% x 1500 = 75 kkal
Total kebutuhan = A + B + C – D = 1500 + 300 + 150 – 75 = 1875 kkal

g) Protein = 15 % x 1875 / 4
= 70,31 gr

h) Lemak = 25 % x 1875 / 9
= 52 gr

i) KH = 60% x 1875 / 4
= 281 gr

j) Kebutuhan Cairan = 1500 + (20 ml/kg x 81 kg)


= 1500 + 1620
= 3120 ml
BAB 4. DIAGNOSIS GIZI

Table 9. Diagnosis Gizi


Domain Problem Etiologi Sign and Sympthom

NI 2.1 Asupan oral Penurunan nafsu asupan energi, protein, lemak


dan karbohidrat dengan
inadekuat makan akibat nyeri
presentase <80% yang
pada lutut dianggap kurang.

NB 2.2 Penurunan zat gizi Hipertensi stage 1 pemeriksaan fisik klinis


tekanan darah 138/85 mmHg
spesifik natrium dan dan DM
dan hasil pemeriksaan
karbohidrat biokimia yaitu GDS 177
mg/dl.

1. Domain Intake (NI)


NI-2.1 Asupan oral tidak adekuat, berkaitan dengan tidak nafsu makan
akibat nyeri pada lutut, Ditandai dengan asupan energi, lemak dan
karbohidrat dengan presentase <80% yang dianggap kurang.

NI-5.4 Penurunan Kebutuhan Zat Gizi spesifik natrium dan karbohidrat


yang berhubungan dengan hipertensi stage 1 dan DM yang ditandai
dengan hasil pemeriksaan fisik klinis tekanan darah 138/85 mmHg dan
biokimia yaitu GDS 177 mg/dl.
BAB 5. INTERVENSI GIZI
5.1 Tujuan Intervensi
a) Memberikan asupan protein, lemak, dan karbohidrat yang adekuat
sesuai dengan kebutuhan pasien
b) Meningkatkan kebutuhan gizi yang spesifik kepada pasien menurut
kebutuhannya
c) Memberikan bentuk makanan yang sesuai kepada pasien untuk menca
pai asupan yang normal
d) Membantu mencapai status gizi normal
e) Memberikan edukasi terkait zat gizi agar kualitas makan sehari hari me
njadi lebih baik.
f) Mengontrol tekanan darah
5.2 perencanaan Diet
1. Preskripsi Diet
- ND.1.1 : Jenis DIIT : N, DJ, DM
- ND.1.2.1 : Bentuk Makanan : biasa
- ND.1.5 : Route :oral
- ND.1.3 : Jadwal/Frekuensi Pemberian : 3x makanan
utama dan 2x Makanan selingan
2. Syarat dan prinsip diet
a. Energi cukup 25 g / kg BB untuk diet DM dan DJ yaitu
1646 kkal
b. Protein cukup dengan jumlah 15 % dari kebutuhan energi
sebesar 61,72 gr
c. Lemak cukup dengan presentase 25% dari kebutuhan energi
sebesar 45,72 gr
d. KH cukup dengan presentasi 60% dari kebutuhan energi
sebesar 246,9 gr
e. Makanan yang diberikan dalam bentuk makanan biasa,
mudah dicerna, rendah lemak jenuh, cholesterol, dan tidak
bergas
f. Membatasi konsumsi lemak trans dan lemak jenuh
g. Meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, makanan serat
tinggi.
3. Kebutuhan
Perkeni 2021
BBI = TB (dalam M2) x 22,5
= 1,532 x 22,5
= 52,67 kg
a. ABW = (BBA – BBI) x 0,25) + BBI
= (81 – 52,6) x 0,25 + 52,6
=28,4 x 0,25 + 52,6
= 60 kg

b. Energi basal = 25 kkal x 60 kg = 1500 kkal


c. Aktifitas fisik = 20% x energi basal
= 20% x 1500 = 300 kkal
d. Factor stress = 10% x energi basal
= 10% x 1500 = 150 kkal
Umur = 5% x energi basal
= 5% x 1500 = 75 kkal
Total kebutuhan = A + B + C – D = 1500 + 300 + 150 – 75 = 1875 kkal
e. Protein = 15 % x 1875 / 4
= 70,31 gr

f. Lemak = 25 % x 1875 / 9
= 52 gr
g. KH = 60% x 1875 / 4
= 281 gr

h. Kebutuhan Cairan = 1500 + (20 ml/kg x 81 kg)


= 1500 + 1620
= 3120 ml

5.3 Perencanaan Konseling Gizi


a. tujuan
- Untuk memberikan pengetahuan terkait asupan gizi kepada
pasien dan keluarga pasien
- Agar pasien mencapai status gizi normal

b. Preskripsi
- Sasaran : pasien dan keluarga pasien
- Tempat : Ruang rawat inap (RS UNS)
- Waktu : pada saat kunjungan ahli gizi ke ruang rawat inap
- Permasalahan gizi : asupan energi, protein, KH, dan lemak
inadekuat
- Metode : ceramah, diskusi, tanya jawab
- Media : leaflet
- Materi :
 pentingnya penyakit hipertensi dan DM
 kebutuhan energi dan zat gizi
 menu diet penderita DM dan Hipertensi
 menetapkan bahan makanan penukar (DBMP)
5.4 Perencanaan Monitoring dan Evaluasi
Table 10. Tabel Monitoring dan Evaluasi
Anamnesis Hal Yang diukur Waktu Evaluasi/Target
Pengukuran
Antropometri BB dan TB Pada akhir Berat badan
perawatan normal
Biokimia
Klinis/fisik Nadi Setiap hari Membantu
Suhu
tekanan darah
Respirasi
Tekanan darah menuju nilai
normal
Dietary Riwayat diet Pada saat Untuk menuju
kunjungan ulang nilai normal

5.5 menu Makanan


Waktu Menu Bahan URT E P L KH
Makanan
Pagi Nasi Nasi 100 175 4 40
Ayam Ayam 1 ptg 150 7 13
ungkep/ paha
goreng
Minyak
2sdm 50 5

Sup Wortel 60 gr 25 1 5
makroni
Kapri 3,5 25 1 5
wortel
gr
kapri makaroni 50 1 10
10 gr
Selingan Roti isi Tepung 85 2 20
pagi vla keju
Keju 65 3,5 3 5

Siang Nasi Nasi 100 175 4 40


Kakap Kakap 65 gr 50 7 2
goreng fillet
Minyak
2sdm 50 5
Lodeh, K.panjang 23 g 25 1 5
sayur
Labu 34 g 25 1 5
buncis
siam
labu 25 g 25 1 5
siam Terong
16 g 25 1 5
Buncis
Tahu Tahu 50 gr 35 2,5 1,5 3,5
bumbu
kuning
Selingan Dadar Tepung 85 2 20
sore gulung
Pisang 50 gr 25 6
pisang
coklat Coklat

Malam Nasi Nasi 100 175 4 40


Bolat Ayam 38 gr 50 7 2
asam fillet
manis
Telur
5 gr 30 3,5 2.5
Sub Wortel 35 gr 25 1 5
kembang
Kem kol 33 gr 25 1 5
tahu
Kem tahu 5 gr 25 1 5
Perkedel Tempe 37 gr 50 3 2 3,5
tempe
tepung
Total Asupan 1525 59,5 49 233
1875 70,3 52 281
Total kebutuhan
1
Presentase 81% 85% 94% 83%
DAFTAR PUSTAKA
Carey RM, Calhoun DA, Bakris GL, Brook RD, Daugherty SL, Dennison-
Himmelfarb CR, et al. Resistant Hypertension: Detection, evaluation, and
management:A scientific statement from the American Heart Association.
Hypertension. 2018;72:53-90.
The Eight Joint National Commitee. Evidence based guideline for the
management of high blood pressure in adults-Report from the panel
members appointed to the eight joint national commitee. 2014.
De Rosa, M. Resistant hypertension: Definition, evaluation, and new therapeutic
approaches to treatment. Diseases and Disorders,1(1). 2017.
ESH and ESC. 2013. ESH/ESC Guidelines For the Management Of Arterial
Hypertension. Journal Of hypertension 2013, vol 31, 1281-1357.

Anda mungkin juga menyukai