Disusun oleh :
Siti Ruqoiyah 412020728029
1.3 Patofisiologi
a. Hipertensi
Hipertensi berawal dari bahasa latin yaitu hiper dan tension. Hiper
ialah tekanan yang berlebihan dan tension ialah tensi. Hipertensi
merupakan kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara
kronis (dalam kurun waktu yang lama) yang dapat menyebabkan
kesakitan pada seseorang dan bahkan dapat menyebabkan kematia.
Seseorang dapat disebut menderita hipertensi jika didapatkan tekanan
darah sistolik >140 mmHg dan diastolik >90 mmHg (Yeyeh, 2010).
Tekanan darah yang selalu tinggi dan tidak diobati atau dicegah sejak
dini, maka sangat berisiko menyebabkan penyakit degeneratif seperti
retinopati, penebalan dinding jantung, kerusakan ginjal, jantung
koroner, pecahnya pembuluh darah, stroke, bahkan dapat menyebabkan
kematian mendadak.
Hipertensi tidak pandang bulu siapa saja dapat mengalaminya,
penyakit ini umumnya dialami oleh orang dewasa, namun oleh sebab
tertentu anak-anak juga dapat mengalami hipertensi misalnya
karena kondisi bawaan terkait dengan ketidakmampuan tubuhnya
menghasilkan nitrogen monoksida atau karena mengalami kelainan
ginjal. Secara alamiah, tekanan darah anak-anak lebih rendah daripada
tekanan darah orang dewasa. Tekanan darah tersebut akan
meningkatkan sejalan dengan pertambahan usia.
Hipertensi adalah proses degeneratif sistem sirkulasi yang dimulai
dengan atherosklerosis, yakni gangguan struktur anatomi pembuluh darah
perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah / arteri. Kekakuan
pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan
pembesaran plaque yang menghambat gangguan peredaran darah perifer.
Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung
bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya
pemompaan jantung yang berdampak pada peningkatan tekanan darah
dalam sistem sirkulasi. Dengan demikian, prosespatologis hipertensi
ditandai dengan peningkatan perifer yang berkelanjutan sehingga secara
kronik dikompensasi oleh jantung dalam bentuk hipertensi (Irwan, 2016
dalam Anyelir Putri, 2019).
Klasifikasi penderita hipertensi stadium I apabila tekanan
sistoliknya 140- 159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90-99 mmHg.
Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan
sistoliknya lebih 160 mmHg dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg,
sedangkan hipertensi stadium III apabila tekanan sistoliknya lebih dari 180
mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg (Sidabutar &
Simbolon, 2020).
Hasil :
- Skor 0 : status gizi normal, ulangi skrining setiap 7 hari
- Skor 1 : beresiko malnutrisi, monitoring asupan selama 3 hari. Jika tidak
ada peningkatan, lanjutkan pengkajian dan ulangi skrining setiap 7 hari
- Skor >2: malnutrisi, bekerja sama dengan Tim Asupan Gizi. Upayakan
peningkatan asupan gizi dengan memberikan makanan sesuai dengan daya
terima. Monitoring asupan makanan setiap hari. Ulangi skrinning setiap 7
hari.
Berdasarkan hasil skrining menggunakan MUST Ny. M
mendapatkan skor 0 point sehingga dapat di golongkan dalam kategori
tidak beresiko malnutrisi.
BB(KG )
IMT =
TB( M )
81
= = 34,61 kg/m2
1, 53
<18,5 Kurus/kurang
18,5-22,9 Normal
23,0-24,9 Overweight
25-29,9 Obesitas
>30 Obesitas II
Sumber : Kemenkes,2018
3.2 Pengkajian Data Biokimia
Table 2. Data Biokimia
Kode Data Hasil Nilai Rujukan Ket.
IDNT Biokimia
Glukosa
91 mg/dl 60 – 140 mg/dl Normal
sewaktu
Glukosa
177 mg/dl 60-140 mg/dl Hight
strip 2
Kesimpulan :
- Dari Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara kadar gula darah dengan hipertensi pada pasien diabetes mellitus
tipe 2. Adanya hubungan tekanan darah dengan kadar gula darah
menjadikan pasien harus memperhatikan tekanan dan kadar gula darah
dengan cara mengendalikannya pada ambang normal. Manfaat dari
mengontrol tekanan darah pada pasien-pasien hipertensi dengan penyakit
penyerta diabetes tipe 2.
- Keterkaitan kadar gula darah dengan tekanan darah akibat adanya
kesamaan karakteristik faktor resiko penyakit. Resistensi insulin dan
hiperinsulinemia pada penderita DM diyakini dapat meningkatkan
resistensi vaskular perifer dan kontraktilitas otot polos vaskular melalui
respons berlebihan terhadap norepinefrin dan angiotensin II. Kondisi
tersebut menyebabkan peningkatan tekanan darah melalui mekanisme
umpan balik fisiologis maupun sistem Renin- Angiotensin – aldosterone.
(maulidah, 2021)
3.3 Pengkajian Data Fisik dan Klinis
Table 3. Data Fisik/Klinis
Kode IDNT Data Biokimia Hasil
PD.1.1.1 Penampilan Keseluruhan
PD.1.1.2 Bahasa Tubuh Lemas dan pucat
PD.1.1.6 Kepala dan mata
PD.1.1.9 Vital sign
Nadi 79 x / m
360C
Suhu 18 x / m
138/85 mmHg
Respirasi
Tekanan darah
PD 1 Sistem Pencernaan
Pemeriksaan Penunjang :
thoraks (bronchopneumonia, mild oedem pulmonum, cardiomegaly)
kesimpulan :
dibagi menjadi 6 kategori, kategori tekanan darah yang dikatakan normal
ialah tekanan darah sistolik <120 mmHg dan tekanan darah diastolic <80
mmHg, dikatakan tekanan darah tinggi ialah tekanan darah sistolik 120-
129 mmHg dan tekanan darah diastolik <80 mmHg, dikatakan
hipertensi tahap 1 ialah tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan
tekanan diastolik 80-89 mmHg, dikatakan hipertensi tahap 2 ialah
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah sistolik ≥90
mmHg serta dikatakan hipertensi urgensi dan hipertensi keadaan darurat
ialah tekanan darah sistolik >180 mmHg dan tekanan darah diastolik
>120 mmHg. Pada pemeriksaan fisik dan klinis didapatkan bahwa Ny. M
dikatakan hipertensi stage 1 karena TD tinggi yaitu 138/85mmHg (fdlilah,
dkk. 2020)
2) Kuantitatif
Table 4. Asupan Makan SMRS
Energi Protein Lemak KH
(kkal) (gram) (gram) (gram)
Asupan Oral 1025 38 21 169
Kebutuhan 1800 60 50 280
% Asupan 57% 63 % 42 % 60 %
Interpretasi
b. Asupan Gizi
1) Kualitatif
Dan untuk recall 1x24 jam didapatakan asupan makan Ny. M yaitu
pagi mengkonsumsi nasi dengan porsi 1 centong, sayur pecel, dengan
lauk hewani telur. Untuk selingan pagi yaitu sosis basah. Makan siang
nasi 1 centong, tidak makan sayur, makan lauk hewani yaitu ayam
goreng asam manis dan lauk nabati yaitu Terik tempe. Selingan sore
yaitu sandwich. Makan malam yaitu nasi tidak makan sayur dan lauk
nabati, makan lauk hewani yaitu nuget lele.
2) Kuantitatif
Table 5. Asupan Makan MRS (masuk rumah sakit)
Energi (kkal) Protein Lemak KH
(gram) (gram) (gram)
Asupan oral 1250 57 31 168
Kebutuhan 1800 60 50 280
% asupan 69 % 95 % 62 % 60 %
Kategori kurang cukup kurang kurang
d. Aktifitas Fisik
1) sebelum sakit =Aktifitas Ny. M tergolong sedang dengan karena
idak bekerja.
2) setelah sakit = Ny. M selama di rumah sakit bentuk aktifitas hanya di
tempat tidur untuk beristirahat
Riwayat pengobatan -
Memperbesar pembuluh
Ramipril 10 darah agar jantung lebih -
mg tablet mudah memompa darah
ke seluruh tubuh
Memblokir enzim,
Atorvastatin HMG CoA yang terlibat Gangguan saluran
20 mg tablet dalam sintesis kolestrol, cerna
membersihkan LDL dan
VLDL, dari darah (lebih
rendah dari 30-35%)
Membantu mencegah
Carvedidol stroke dan gangguan -
25 mg tablet ginjal
(v block)
g) Protein = 15 % x 1875 / 4
= 70,31 gr
h) Lemak = 25 % x 1875 / 9
= 52 gr
i) KH = 60% x 1875 / 4
= 281 gr
f. Lemak = 25 % x 1875 / 9
= 52 gr
g. KH = 60% x 1875 / 4
= 281 gr
b. Preskripsi
- Sasaran : pasien dan keluarga pasien
- Tempat : Ruang rawat inap (RS UNS)
- Waktu : pada saat kunjungan ahli gizi ke ruang rawat inap
- Permasalahan gizi : asupan energi, protein, KH, dan lemak
inadekuat
- Metode : ceramah, diskusi, tanya jawab
- Media : leaflet
- Materi :
pentingnya penyakit hipertensi dan DM
kebutuhan energi dan zat gizi
menu diet penderita DM dan Hipertensi
menetapkan bahan makanan penukar (DBMP)
5.4 Perencanaan Monitoring dan Evaluasi
Table 10. Tabel Monitoring dan Evaluasi
Anamnesis Hal Yang diukur Waktu Evaluasi/Target
Pengukuran
Antropometri BB dan TB Pada akhir Berat badan
perawatan normal
Biokimia
Klinis/fisik Nadi Setiap hari Membantu
Suhu
tekanan darah
Respirasi
Tekanan darah menuju nilai
normal
Dietary Riwayat diet Pada saat Untuk menuju
kunjungan ulang nilai normal
Sup Wortel 60 gr 25 1 5
makroni
Kapri 3,5 25 1 5
wortel
gr
kapri makaroni 50 1 10
10 gr
Selingan Roti isi Tepung 85 2 20
pagi vla keju
Keju 65 3,5 3 5