Anda di halaman 1dari 6

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATALAKSANA KASUS ANEMIA APLASTIK

Jl. Raya Surabaya - Malang Km 54Desa Lemahbang


Kecamatan Sukorejo - Pasuruanwebsite : www.rs-
1
primahusada.comemail :
Anemia Aplastik

Pengertian Anemia akibat aplasia sumsum tulang dimana jaringan hemopoiesis


diganti oleh jaringan lemak.
Hasil Anamnesis 1. Riwayat paparan terhadap zat toksik (obat, lingkungan kerja, hobi),
(Subjective) menderita infeksi virus 6 bulan terakhir (hepatitis, parvovirus). Pernah
mendapat transfusi darah.
2. Gejala anemia: rasa lemas/lemah, pucat, pusing,sesak nafas/gagal
jantung, berkunang-kunang.
3. Tanda-tanda infeksi: sering demam
4. Akibat trombositopenia: perdarahan (menstruasi lama, epistaksis,
perdarahan gusi, perdarahan dibawah kulit, hematuria, buang air
campur darah, muntah darah)
Hasil Konjungtiva pucat, takikardi, tanda perdarahan
Pemeriksaan
Fisik
sederhana
Hasil Laboratorium: darah tepi lengkap, serologi virus Aspirasi dan biopsi
Pemeriksaan sumsum tulang
Penunjang
sederhana
Penegakan Kriteria Diagnosis
Diagnosis 1. Anemia Aplastik Berat: Selularitas sum-sum tulang <25% dan
(Assessment) terdapat 2 dari 3 gejala berikut
a. Granulosit
b. Trombosit <10%
c. Retikulosit
2. Anemia Aplastik
a. Sum-sum tulang hipoplastik
b. Pansitopenia dengan satu dari tiga pemeriksaan darah
seperti pada anemia aplastic berat

Diagnosis Pasti
Sitologi dan Histopatologi sum-sum tulang

Diagnosis Kerja
Anemia aplastik

Diagnosis Banding
Mielofibrosis, anemia hemolitik, anemia defisiensi besi, anemia karena
penyakit kronik, anemia karena penyakit keganasan sumsum tulang,
hipersplenisme, leukimia akut
Penatalaksanaan Terapi penunjang:  Transfusi komponen darah (PRC dan atau TC)
komprehensif sesuai indikasi  Menghindari dan mengatasi infeksi  Kortikosteroid:
(Plan) prednison 1-2 mg/KgBB/hari.  Androgen: Metonolol asetat 2-3
gr/KgBB/hari, maksimal diberikan selama 3 bulan.
 Splenektomi dilakukan bila tidak respon dengan steroid. Bila pasien
menolak splenektomi dapat diberikan terapi imunosupresif:  Siklosporin
5 mg/KgBB/hari  ATG (anti thymocyte globulin) 15 mg/KgBB/hari
intravena selama 5 hari.  Transplantasi sumsum tulang bila ditemukan
HLA yang cocok.
Asuhan
Keperawatan
Konseling dan 1.
Edukasi
Tingkat Evidens I
Tingkat A
Rekomendasi

2
Indikator Medis Remisi komplit: granulosit >1000/µl, trombosit >100.000, Hb normal 
Remisi Parsial: granulosit >500/µl, tidak membutuhkan transfusi darah
merah dan trombosit.  Remisi Minimal: granulosit >500µl, membutuhkan
transfusi darah merah dan trombosit  Tidak berespon: anemia aplastik
berat menetap
Prognosis Dubia: tergantung tingkat hipoplasinya  Pada umumnya pasien
meninggal karena infeksi, perdarahan dan komplikasi transfusi darah
Referensi 1. Salonder H. Anemia aplastic. Dalam: Suyono S, Waspadji S, Lesmana
L, Alwi l, Setiati S, Sundara H, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
II. Edisi III. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 2001:501-8 2. Aplastiche
Anemie. Hematologie Klapper 8th ed. Leids Universitair Medisch
Centrum Leiden. Juni 1999:12-16 3. Widjanarko A. Anemia Aplastik. In:
Simadibrata M, Setiati S, Alwi I, Oemardi M, Gani RA, Mansjoer A, eds.
Pedoman diagnosis dan terapi di bidang ilmu penyakit dalam Jakarta:
Pusat Informasi dan Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI.RSCM:1999.p.102-3

3
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)
HIPERTENSI ESENSIAL
Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien Hipertensi esensial
Pengertian Asuhan
yang sistematis dimana Nutrisionis/ Dietisien berfikir kritis dalam
Gizi pada Hipertensi
membuat keputusan untuk menangani masalah gizi sehingga aman,
Esensial
efektif dan berkualitas
Asesmen /
Melanjutkan hasil Skrining perawat. Melihat data berat badan, tinggi
Pengkajian:
badan, Lingkar Lengan Atas
Antropometri
Biokimia Mengkaji data laboratorium terkait gizi
Mengkaji tekanan darah lemas, berubah/ adanya penurunan berat
Klinis/Fisik
badan dll
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
Riwayat Makan makanan, rata-rata asupan sebelum masuk Rumah Sakit (kualitatif
dan kuantitatif)
Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat ini,
Riwayat Personal riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat penggunaan
suplemen makanan, status kesehatan mental, serta status kognitif
Diagnosis Gizi NI.5.4 Penurunan kebutuhan natrium disebakan hipertensi ditandai
(Masalah Gizi) dengan tekanan darah yang tinggi
Intervensi Gizi
(Terapi Gizi)
a. Perencanaan Tujuan :
1. Mempertahankan status gizi optimal
2. Memberikan makanan yang mudah ditelan dan dicerna untuk
memenuhi kebutuhan yang meningkat, asupan makan≥ 80%
3. Makanan diberikan bertahap

b. Implementasi Preskripsi Diet :


1. Kebutuhan Energi diperhitungkan berdasarkan berat badan ideal
sesuai Tinggi badan actual
2. Protein 10 - 15% dari energi total
3. Lemak 25 - 35% dari energi total
4. Karbohidrat 55 - 65% dari energi total
5. Diet Rendah Garam I (200 - 400 mg Na)
6. Diet Rendah Garam II (600 - 800 mg Na)
7. Diet Rendah Garam III (1000 - 1200 mg Na
8. Cukup vitamin dan mineral
9. Cukup cairan dari makanan maupun minuman
10. Makanan bervariasi
11. Diberikan dalam 3 porsi makan lengkap terdiri dari makan pagi,
siang, malam dan 2 - 3 kali makanan selingan pagi, siang,
malam.
12. Jenis Diet makan cair (enteral), saring/ lunak atau dapat
dikombinasi sesuai dengan daya terima. bubur susu, bubur
saring, biskuit susu, makanan lunak maupun makan biasa.
13. Jalur makanan. (oral/ enteral per NGT/ parenteral/ kombinasi)
sesuai kondisi klinis dan kemampuan mengkonsumsi

c. Edukasi Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet

d. Konseling Gizi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien
dan penunggu pasien (care giver)

e. Koordinasi Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu dengan
dengan tenaga dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain terkait asuhan
kesehatan lain pasien
Monitoring dan a. Status Gizi berdasarkan antropometri
Evaluasi b. Hasil biokimia terkait dengan gizi

4
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan
Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada
hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui keberhasilan
Re Asesmen intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika pasien sudah kembali
(Kontrol Kembali) pulang maka re-asesmen di rawat jalan untuk menilai kepatuhan diet
dan keberhasilan intervensi (terapi gizi) 1 bulan setelah pulang dari
rumah sakit
1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
Indikator/ Outcome
2. Status Gizi Normal berdasarkan antropometri
1. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition Terminology
(IDNT) Reference Manual 2013
Kepustakaan 2. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual.
Standardize Language for the Nutrition Care Process. Fourth
Edition. Academy of Nutrition and Dietetics 2013

5
PANDUAN ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)
PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)
TATALAKSANA KASUS HIPERTENSI ESENSIAL
Hipertensi Primer (Esensial) merupakan Hipertensi yang paling banyak
ditemui (90% dari semua kasus) adalah hipertensi primer (hipertensi esensial)
yang tidak diketahui penyebabnya. Beberapa penyebab hipertensi diketahui
(misalnya, kelainan ginjal atau hormonal), tetapi hipertensi ini hanya
Pengertian
mencapai sekitar 5-10% dari semua kasus. Terlepas dari komponen genetik,
(Definisi)
lebih banyak wanita daripada pria dan lebih banyak orang perkotaan daripada
penduduk desa yang mengalami hipertensi primer. Selain itu, stress
psikologis kronis, baik itu terkait pekerjaan atau terkait kepribadian (misalnya,
frustasi atau stres), dapat menginduksi hipertensi
14. Mengumpulkan data dan informasi spesifik terkait pengobatan pasien
15. Menentukan problem farmaskoterapi dan farmakoekonomik pasien
Asesmen
16. Menentukan kebutuhan dan tujuan farmakoterapi dan farmakoekonomik
Kefarmasian
pasien
17. Mendesain regimen pengobatan pasien
1. Hentikan sementara obat-obat kortikosteroid/ ACTH yang rutin digunakan
pada pasien PGK karena dapat memperburuk kondisi hipertensi
Identifikasi 2. Pemilihan OAH (Obat Anti Hipertensi) yang kurang tepat
DRP (Drug 3. Kegagalan terapi OAH (Obat Anti Hipertensi) disebabkan karena ketidak
Related patuhan pasien
Problem) 4. Potensi interaksi OAH (Obat Anti Hipertensi)
5. Dosis obat
6. Potensi Efek samping Obat
1. Rekomendasi obat-obatan yang sebaiknya dihentikan sebelum
penggunaan OAH (Obat Anti Hipertensi)
Intervensi 2. Rekomendasi pemilihan OAH (Obat Anti Hipertensi)
Farmasi 3. Pemantauan terapi obat
4. Monitoring Efek samping obat
5. Rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi obat.
Monitoring Penggunaan OAH (Obat Anti Hipertensi) pasien:
Monitoring 1. TTV: Temperatur, Nadi, BP untuk menilai keberhasailan terapi OAH (Obat
dan Anti Hipertensi)
Evaluasi 2. Bandingkan kesesuaian penggunaan OAH (Obat Anti Hipertensi) dengan
yang direkomendasikan di JNC8
1. Hentikan penggunaan OAH (Obat Anti Hipertensi) jika pasien mengalami
Edukasi dan ciri-ciri Hipotensi
Informasi 2. Jangan Hentikan pemakaian OAH (Obat Anti Hipertensi) karena dapat
menyebabkan reaborn hipertensi
Penelaah
Apoteker Klinis
Kritis
1. Tekanan darah stabil/ Normal
Indikator 2. Tidak ada reaksi obat yang tidak di inginkan
3. Interaksi obat dapat di kendalikan jika ada
1. Dirjen binfar dan alkes, Pharmaceautical care hipertensi, dirjen binfar dan
Daftar alkes. 2006
Pustaka 2. Dipiro, Pharmacotherapy Handbook 9th, 2015
3. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi no 71 Kemenkes RI. 2017

Anda mungkin juga menyukai