Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENELITIAN HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN

KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SADABUAN


Disusun untuk Melengkapi Salah Satu Tugas Perkuliahan dalam Mata kuliah Metodologi Penelitian yang
Dibina oleh Ibu Ns. Natar Fitri N, M.Kep

Disusun oleh:

Dibyo Wirattama

17010086

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS AUFA ROYHAN
PADANGSIDIMPUAN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puja hanya bagi Allah yang Maha Pengasi lagi Maha Penyayang. Berkat limpahan
karunia nikmatNya saya dapat menyelesaikan Proposal Penelitian yang berjudul “Hubungan
Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Sadabuan” dengan lancar. Penyusunan
Proposal ini dalam rangka memenuhi tugas Metodelogi Penelitian

Dalam proses penyusunan Proposal ini tidak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu Penulis megucapkan terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan Proposal ini.

Meski demikian, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan di dalam
penulisan Proposal ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga penulis secara
terbuka menerima kritik dan saran positif dari pembaca.

Demikian isi Proposal ini. Semoga dapat bermanfaat untuk kita semua.

Padangsidimpuan,15 Juni 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2013). Penyakit tekanan
darah tinggi atau hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) Angka memperkirakan, jumlah penderita hipertensi akan terus
meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang,
diproyeksikan sekitar 29 persen warga dunia terkena hipertensi.(Kompas.com,2013).

Menurut Kemenkes RI Pada tahun 2013 hipertensi merupakan 10 penyakit terbesar di


Indonesia yang menempati peringkat pertama. Pada tahun 2012 sebanyak 43,2% dari
total penduduk Indonesia yang menderita hipertensi, dan pada tahun 2013 terjadi
peningkatan Penderita hipertensi menjadi 45,9% dari total seluruh penduduk Indonesia.
Jika saat ini jumlah penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat
65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi (Kemenkes RI, 2013). Penyakit hipertensi
merupakan penyakit tidak menular (PTM) yang menduduki peringkat pertama di provinsi
sumatera selatan. Prevalensi penderita hipertensi pada tahun 2013 sebanyak 62858 jiwa,
ditahun 2014 tercatat sebanyak 70426 jiwa yang menderita hipertensi, dan tahun 2015
sebanyak 79192 jiwa penderita hipertensi (Dinkes Sumatera Selatan, 2016).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Palembang. Penderita
Hipertensi tahun 2013 berjumlah 62.858 jiwa, pada tahun 2014 berjumlah 70.426 jiwa,
dan pada tahun 2015 berjumlah 79.192 jiwa (Dinkes Kota Palembang, 2015).
Berdasarkan data yang diperoleh dari profil Puskesmas Pembina palembang. Kasus
Hipertensi menduduki peringkat 1 dari 14 Penyakit Tidak Menular (PTM) lainnya di
puskesmas Pembina. Penderita hipertensi pada tahun 2014 berjumlah 2871 penderita,
sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 3054 penderita hipertensi (Profil Puseksmas
Pembina, 2015).

Prevalensi hipertensi di Provinsi Sumatra Utara mencapai 6.7% dari jumlah penduduk di
sumatra utara,berdasarkan data yang badan Litbangkes Kementrian Kesehatan.Ini berarti
bahwa jumlah penduduk Sumatra Utara yang menderita hipertensi mencapai 12,42 Juta
jiwa tersebar di beberapa kabupaten (Kemenkes,2013)

Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi yaitu faktor yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain usia lanjut, adanya riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga,
dan Jenis kelamin, faktor yang dapat dimodifikasi antara lain kelebihan berat badan yang
diikuti dengan kurangnya olahraga, merokok, konsumsi alkohol, konsumsi kopi dan
natrium

Alasan saya tertarik pada penelitian ini adalah saya ingin melihat apakah gaya hidup
masyarakat Daerah sekitar wilayah kerja Puskesmas Sadabuan menjadi Penyebab
terbesarnya adanya penyakit Hipertensi ini

B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada Hubungan antara gaya hidup dengan kejadian Hipertensi?
2. Bagaimana pengaruh gaya hidup dengan kejadian Hipertensi?

C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Khusus
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara gaya hidup dengan
kejadian hipertensi dan mengetahui distribusi frekuensi kriteria responden
b. Tujuan Umum
Penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran kejadian Hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Sadabuan dan dapat di ketahui juga apa hubungan antara gaya hidup
dengan kejadian Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sadabuan
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Hasil Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan mengenai
kebiaaan-kebiasaan masyarakat yang dapat menimbulkan penyakit Hipertensi
2. Bagi Puskesmas Sadabuan
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan mengenai
perilaku kesehatan masyarakat khususnya gaya hidup di wilayah kerja Puskesmas
Sadabuan sehingga menjadi bahan evaluasi untuk meningkaat kan penyuluhan
kepada masyarakat untuk mencegah Hipertensi melalui perilaku hidup sehat
3. Bagi bidang Ilmu Keperawatan
Hasil Penelitian diharapkan dapat memberi informasi dan pengetahuan ilmiah yang
bermanfaat dalam pengembangan Ilmu dalam Bidang Keperawatan
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Diharapkan Penelitian ini dapat menjadi Referensi utuk Penelitian selanjutnya ,dan
saya harap penelitian selanjut nya dapat meneliti lebih dalam lagi hubungan gaya
hidup dengan kejadian hipertensi ,seperti adakah hubungan stress dengan kejadian
hipertensi
BAB II
DASAR TEORI

A. Hipertensi

a. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140mmHg atau tekamam
diastolok sedikitnya 90mmHg.Hipertensi tidak hanya sedikitnya beresiko tinggi menderita
peyakit jantung ,tetapi juga dapat menyebabkan penyakit saraf,ginjal(Sylvia A.price)
Hipertensi dintandai dengan dengan tekanan darah melebihi nilai140/90mmHg dengan
pengukuran berulang disaat orang tersebut sedang dalam kondisi istirahat(WHO,2018)
Kesimpulan nya adalah seseorang dikatakan hipertensi(tekanan darah tinggi) jika tekanan
dara berada di angka 140/90 mmHg atau di atasnya

b. Etologi
Berdasarkkan penyebabnya hipertensi di bagi menjadi dua golongan
1. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karna tidak diketahui penyebabnya ,faaktor yang
mempengaruhinya adalah Genetik,Lingkungan ,hiperaktifitas saraf simpatis sistem
renindan adapun faktor yang dapat meningkatkan resiko adalah
obesitas,merokkok,alkohol dan polisitemia
2. Hipertensi skunder
Penyebab hipertensi skunder adalah penggunaan estrogen,penyakit ginjal,sindrom
cushing,dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140mmHg dan tekanan
diastolik nya sama atau melebihi 90mmHg
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik nya lebih rendah dari 90 mmHg
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katup jantung menebab dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kempuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volumenya
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena kurang nya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigen
5. Meningkatnta resitensi pembulih darah perifer
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu:

No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


.
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 84-89
4 Hipertensi
5 Grad 1 (ringan) 140-159 90-99
6 Grad 2 (sedang) 160-179 100-109
7 Grad 3 (berat) 180-209 100-119
8 Grad 4 (sangat berat) >210 >120

c. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuk nya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiontensin I converting enzym(ACE).ACE memegang peran fisiologis
penting dalam mengatur tekan darah .Darah mengandung angiontensinogen yang di
produksi dihati.Selanjutnya oleh hormon renin(diproduksi dalam ginjal) akan di ubah
menjadi angiotensin I.Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,angiontensin I diubah menjadi
angiontensin II.Angiontensin II inilah yang berperan penting kunci dalam menaikkan
tekanan darah melalui 2 aksi utama
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.ADH
diproduksi di hipotalamus dan bekerja pada ginjal untuk mengatus osmolalitas dan volume
urin.Dengan meningkatnya ADH,sangat sedikit urin yang di sekresikan ke luar tubuh
(antiduresis),sehingga menjadi tingg dan pekat osmolatitasnya.Untuk mengencerkan nya
volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
inraseluler.Akibatnya volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan
tekanan darah

Aksi kedua adalah menstimullasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.aldosteron


merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal .Untuk mengatur
cairan ekstraseluler ,aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCI (garam)dengan cara
mereabsorbsinya dari tubulus ginjal.Naiknya konsentrasi NaCI akan di encerkan kembali
dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.

d. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat di hubungkan dengan peningkatan tekanan
darah,selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.Hal ini berarti
hipertensi arteri tidak akan terdiagnosaa jika tekanan arteri tidak terukur
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hiperteensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan.dalam kenyataan nya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:


- Mengeluh sakit kepala atau pusing
-Lemas atau kelelahan
-Sesak nafas
-Gelisah
-Mual,Muntah
-Epistaksis
-Kesadaran menurun

e. Penaatalaksanaan
1.Pencegahan
Pendekatan awal penatalaksanaan hipertensi perioperatif adalah pencegahan. Karena
banyak pasien yang mengalami hipertensi setelah operasi disebabkan oleh penghentian
terapi antihipertensi yang dikonsumsi sebelumnya dalam waktu lama, maka disarankan
pasien diberikan obat antihipertensi long acting beberapa hari sebelum operasi sampai
pagi menjelang operasi.
Hipertensi preoperatif biasanya merupakan hipertensi urgensi yang tidak menyebabkan
kerusakan organ sehingga penurunan tekanan darah dapat dilakukan secara bertahap.
Untuk operasi elektif, pasien yang menderita hipertensi sebelum operasi disarankan untuk
menunda operasinya sampai tekanan darahnya terkontrol, sedangkan pasien yang
memiliki riwayat hipertensi kronis masih diperbolehkan untuk melakukan operasi elektif
asalkan tekanan diastol kurang dari 110 mm Hg. Bila tekanan darah diastol di atas 110
mm Hg maka disarankan untuk menunda operasi. [13] Untuk operasi darurat (emergensi),
tekanan darah tinggi sebelum operasi harus diturunkan sampai batas tertentu yang tidak
membahayakan organ lain.

2. Terapi Suportif
Hipertensi dan krisis hipertensi perioperatif dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya
nyeri, hipervolemia, hipoksia, hiperkarbia, dan hipotermia. Oleh karena itu, terapi suportif
untuk menangani faktor-faktor tersebut sangat penting seperti penanganan terhadap nyeri
dengan memberikan analgesik, pengangan hipervolemia dengan mengatur pemberian
cairan, penanganan hipoksia dengan pemberian oksigen, penanganan hiperkarbia dengan
pengaturan elektrolit dan penanganan hipotermia dengan pengaturan suhu yang tepat.
3. Obat Antihipertensi
Penanganan hipertensi perioperatif yang berkaitan dengan intubasi trakea, insisi bedah,
dan obat-obatan anestesi dapat diterapi dengan penghambat beta yang bekerja cepat
(short-acting beta blockers), penghambat enzim angiotensin (angiotensin-converting
enzyme / ACE inhibitor), penghambat saluran kalsium (calcium channel blockers / CCB)
atau vasodilator. Secara umum, target penurunan darah pada hipertensi emergensi adalah
10-15% (maksimal 20%) dari tekanan darah awal dalam 1 jam pertama dan dapat
diturunkan secara bertahap sampai tekanan darah 160/100 mm Hg dalam waktu 2–6 jam.
Untuk hipertensi urgensi, karena tidak ada gangguan pada organ target, maka penurunan
tekanan darah dapat dilakukan secara bertahap dalam waktu 24 jam. Obat antihipertensi
yang dapat diberikan untuk menangani hipertensi perioperatif adalah:

 Nicardipine
Merupakan golongan penghambat saluran kalsium (CCB) yang tersedia dalam sediaan
intravena dan oral. Nicardipine dapat menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
koroner sehingga dapat digunakan untuk mengurangi iskemik kardiak dan serebral.
Dosis nicardipine tergantung dari berat badan pasien. Dosis infus awalan adalah 5
mg/jam, ditingkatkan 2,5 mg/jam setiap 5 menit sampai maksimal 15 mg/jam sampai
mencapai tekanan darah yang diinginkan. Mula kerja Nicardipine intravena adalah 5
sampai 15 menit dengan lama kerja 4 sampai 6 jam.

Labetolol
Merupakan kombinasi golongan penghambat selektif reseptor alfa-1-adrenergik dan
penghambat nonselektif penghambat reseptor beta-adrenergik. Obat ini dapat diberikan
kepada pasien krisis hipertensi pada kehamilan karena obat ini tidak (atau sangat
sedikit) melewati plasenta. Labetolol juga dapat digunakan untuk pasien dengan diseksi
aorta akut, iskemik miokardial akut, stroke iskemik akut dan perdarahan intraserebral.
Mula kerja obat ini adalah 2 sampai 5 menit setelah pemberian secara intravena,
mencapai puncak kerja 5-15 menit setelah pemberian intravena dan bertahan 2 sampai 4
jam setelah pemberian. Dosis awalan adalah 20 mg secara intravena diikuti dengan 20-
80 mg secara bolus atau menggunakan infus dengan dosis 1-2 mg/menit dan dititrasi
sampai mencapai tekanan darah yang diharapkan.

Enalapril
Merupakan golongan penghambat enzim Angiotensin (ACE inhibitor). Obat ini dapat
digunakan untuk mengobati pasien hipertensi dengan gagal jantung kongestif,
hipertensi esensial dan dapat digunakan untuk mencegah hipertensi pada pasien yang
menjalani operasi kraniotomi. Dosis yang dapat diberikan adalah 1,25 mg i.v. dalam
waktu 5 menit setiap 6 jam dan dosisnya dapat dinaikkan 1,25 mg secara bertahap
dalam waktu 12 sampai 24 jam. Dosis maksimum adalah 5 mg setiap 6 jam. Kelebihan
obat enalapril adalah tidak menyebabkan takikardi dan tidak memberikan efek
peningkatan intrakranial. Kekurangan obat enalapril adalah mula kerjanya (onset of
action) yang lama yaitu 15 menit dan akumulasi waktu paruh yang efektif adalah 11
jam, sehingga obat ini kurang sesuai diberikan untuk pasien dengan
hipertensi emergency. Obat enalapril bukan merupakan lini pertama terapi hipertensi
perioperatif karena dapat meningkatkan risiko gangguan ginjal.

 Esmolol
Merupakan golongan penghambat reseptor Beta adrenergik kardioselektif yang
memiliki mula kerja sangat cepat (60 detik) dan lama kerja yang pendek (10-20 menit).
Obat Esmolol dimetabolisme di dalam sel darah merah dan tidak bergantung pada
fungsi hati dan ginjal. Esmolol menurunkan tekanan arterial dengan menurunkan
denyut jantung, kemampuan kontraksi miokard dan cardiac output. Esmolol dapat
digunakan untuk pasien hipertensi berat pasca operasi dengan denyut jantung
dan cardiac output yang meningkat. Obat ini juga dapat diberikan untuk pasien
hipertensi dengan penyakit inskemik miokardial akut. Dosis awalan (loading dose) obat
Esmolol yang digunakan adalah 500 -1000 µg/kgBB secara intravena diikuti dengan
infusan 50 µg/kgBB/menit dan dapat dititrasi sampai 300 µg/kg/BB/menit bila
diperlukan. Obat ini sebaiknya tidak diberikan kepada penderita penyakit paru obstruksi
kronis (PPOK) karena dapat memicu terjadinya bronkospasme. Obat ini juga
merupakan kontraindikasi pada pasien yang sudah menggunakan terapi hipertensi
golongan penghambat beta, pasien bradikardi dan gagal jantung.

 Fenoldopam
Merupakan golongan agonis reseptor dopamine-1 (DA) perifer yang diberikan secara
i.v. untuk menangani hipertensi berat. Mula kerja obat ini adalah 5 menit dan mencapai
respons maksimal setelah 15 menit pemberian. Dosis awalan adalah 0,1 µg/kgBB/menit
dapat ditingkatkan secara perlahan 0,05 sampai 0,1 µg/kgBB/menit dengan batas
maksimal 1,6 µg/kgBB/menit. Penurunan tekanan darah oleh fenoldopam dapat diiringi
dengan takikardia sehingga harus berhati-hati bila digunakan untuk pasien dengan
infark miokard akut. Obat ini juga dapat meningkatkan tekanan intraokular sehingga
sebaiknya tidak diberikan untuk pasien yang memiliki risiko peningkatan tekanan
intraokular dan intrakranial.

 Hidralazin
Merupakan vasodilator arteriolar, obat ini sering digunakan sebagai anti hipertensi lini
pertama pada pasien hamil dengan hipertensi. Mula kerja obat ini adalah 5 sampai 15
menit dan dapat bertahan selama 12 jam. Dosis obat yang digunakan adalah 2 sampai 3
mg bolus intravena. Penurunan resistensi vaskular perifer dapat meningkatkan refleks
takikardia dan cardiac output sehingga obat ini sebaiknya tidak digunakan pada pasien
dengan infark miokard akut, diseksi aneurisma dan peningkatan tekanan intraserebral. 

f.Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
 Hb/Ht untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viscositas) dan
dapat mengindikasi faktor resiko seperti hipokoogulabilitas dan anemia
 BUN/Kreatin yaitu memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal
 Glucosa yaitu Hiperglikemi (DM pencetus Hipertensi)dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolammin
 Urinalisa yaitu darah,protein,glukosa,mengisaratkan dsfungsi ginjal dan ada DM
2. Pemeriksaan CTT-scan untuk mengkaji adanya tumor cerebral
3. Pemeriksaan EKG yang dapat menunjukkan pola regangan dimana luas peninggian
gelombang P menunjukan adanya salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
4. Pemeriksan IUP yaitu mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti Batu ginjal
5. Photo dada yaitu menunjukan destruksi kasifikasi pada area katup atau pembesaran
jantung

g. Masalah yang lazim muncul


1.Penurunan curah jantung b.d peningkatan aferloard,vasokontriksi,hipertrofi/rigiditas
ventriculer dan iskemia miokard
2.Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral atau iskemia
3.Kelebihan volume cairan
4.Intoleransi aktivitas b.d kelemahan ,ketidak seimbangan suplai dan kebuthhan oksigen
5.Ketidakefektifan koping
6.Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
7.Resiko cedera
8.Defisiensi pengetahuan
9.Ansietas

h. Discharge plenning
1. Berhenti merokok
2. Pertahankan gaya hidup sehat
3. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stres
4. Batasi konsumsi alkohol
5. Ketahui penjelasan mengenai hipertensi
6. Jika sudah menggunakan obat hipertensi teruskan oenggunaan secara rutin
7. Diet garam serta pengendalian berat badan
8. Periksa tekanan darah secara teratur
i.Kompilikasi
Tekanan darah tinggi bisa merusak pembuluh darah dan organ-organ lain dalam tubuh. Jika
dibiarkan dan tidak segera diobati, tekanan darah tinggi bisa menimbulkan penyakit-
penyakit serius, seperti:
 Aterosklerosis. Tekanan darah tinggi memicu pengerasan arteri, yang kemudian disertai
dengan penimbunan lemak di dinding pembuluh darah. Kondisi ini
disebut aterosklerosis. Aterosklerosis ini dapat menimbulkan serangan jantung, stroke,
dan penyakit arteri perifer.
 Kehilangan penglihatan. Kondisi ini terjadi karena penebalan dan penyempitan
pembuluh darah di mata.
 Diseksi aorta, atau robeknya lapisan dinding dalam aorta. Diseksi aorta adalah kondisi
gawat darurat yang bisa mengancam nyawa.
 Terbentuk aneurisma. Tingginya tekanan darah bisa memicu pembuluh darah melemah
dan melebar. Jika kondisi ini terus berlanjut, pembuluh darah bisa pecah dan
menyebabkan kematian. Aneurisma bisa terbentuk di aorta (aneurisma aorta) atau di
arteri yang ada di otak (aneurisma otak).
 Gagal ginjal. Tekanan darah tinggi bisa memicu penyempitan pembuluh darah di ginjal.
Bila tidak segera diobati, kerusakan ginjal bisa mencapai stadium akhir.
 Gagal jantung. Tingginya tekanan darah membuat jantung bekerja lebih keras untuk
memompa darah ke seluruh tubuh.
 Demensia vaskuler. Hipertensi bisa menyebabkan gangguan pada aliran darah ke otak

B. Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan pola perilaku individu sehari-hari yang terbentuk sejak dini
diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opininya dengan tujuan untuk mempertahankan
hidup. Pembentukan gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan
psikografis.Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat
penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena
indikator penyusunnya dari karakteristik individu.Gaya hidup individu, yang dicirikan
dengan pola perilaku individu, akan memberi dampak pada kesehatan individu dan
selanjutnya pada kesehatan orang lain.

Sesungguhnya gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat mempengaruhi


kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat, dapat menyebabkan terjadinya
penyakit salah satunya ialah hipertensi, misalnya; Makanan, aktifitas fisik, stres, dan
merokok (Puspitorini, 2009). Jenis makanan yang menyebabkan hipertensi yaitu
makanan yang siap saji yang mengandung pengawet, kadar garam yang terlalu tinggi
dalam makanan, kelebihan konsumsi lemak (Susilo, 2011).

C. Kerangka Konsep
Dalam Penelitian ini faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi adalah Gaya
Hidup.Hal tersebut diangkat dari teori perilaku bahwa kedua faktor tersebut merupakan
faktor yang dapat mempengaruhi perilaaku kesehatan seseorang untuk mencapai derajat
kesehatan.Artinya bahwa penyakit Hipertensi yang berkembang saat ini diakibatkan oleh
Gaya Hidup seseorang dalam berperilaku hidup sehat.Berdasarkan hal tersebut kerangka
konsep dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:

Gaya Hidup Makanan,Aktifitas Fisik,Merokok,Stres

(Variabel Indevenden) (Variabel antara)

Kejadian Hipertensi
(Variabel Devenden)
D. Kerangka Teori

Faktor Resiko Hipertensi:


1. Pola Makan Hipertensi
2. Kebiasaan Merokok
3. Kurang Aktivitas Fisik
Komplikasi:
4. Stres berlebih 1. Aterosklerosis
2. Direksi aorta
3. Terbentuk aneurisma
4. Gagal ginjal
5. Gagal jantung
6. Demensia vaskuler

Terapi non Farmakologi: Terapi Farmakologi


1. Aktifitas Fisik Teratur 1. Terapi Suporif
2. Menjaga Pola makan 2. Obat antihipertensi
3. Hindari makanan yang mengandung
pengawet,tiggi garam dan tinggi
lemak
4. Hindari Merokok
5. Kurangi Stres
E. Definisi Operasional
Definisi Opersional dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
No Variabel Defenisi Cara Alat ukur Hasil ukur Skala Ukur
Operasional ukur
1 2 3 4 5 6 7
1 Gaya Pola hidup Angket Kuisioner 0=Berisiko,jika Ordinal
Hidup seseorang didunia memiliki kebiasaan
yang diekspresikan merokok/minum
dalam alkohol/minum
aktivitas,minat dan kopi/kurang
opininya olahraga

1=Tidak
beresiko,jika tidak
memiliki kebiasaan
merokok/minum
alkohol/minum kopi
dan olahraga teratur
2 Kejadian Keadaan responden Data Kuisioner 0=Hipertensi,jika Ordinal
hiperten dengan tekanan Skunder tekanan darah
si darah ≥ 140/90 ≥140/90 mmHg

1=Tidak
hipertensi,jika
tekanan darah
<140/90 mmHg
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode Kualitatip yang berfokus pada pemahaman pada
fenomena sosial yang terjadi di masyarakat .Pada Metode Penelitian ini,peneliti
menggunakan perspektif dari partisipan sebagai gambaran yang di utamakan dalam
memperoleh hasil penelitian

B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian menggunakan penelitian deskriptif

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Sadabuan lebih tepatnya jumlah populasi yang berkujung ke Puskesmas Sadabuan.Populasi
di bagi menjadi dua kelompok yaitu populasi kontrol dan populasi kasus.Populasi kasus
adalah penduduk yang mempunyai hipertensi.Sedangkan populasi kontrol adalah penduduk
yang memiliki riwayat keluarga hipertensi tapi tidak hipertensi.Jumlah Populasi pasien
hipertensi di Puskesmas Sadabuan bekisar sebanyak 60-70 orang per bulan
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.Sampel
dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 30 sampel terdiri dari 15 sampel kontrol dan 15
sampel kasus
3. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara purposive sampling
yaitu sampel di tentukan berdasarkan kriteria tertentu dan banyaknya sesuai dengan sampel
yang ditetapkan.Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi
Kriterian inklusi untuk kelompok kasus adalah responden yang merupakan penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Sadabuan dan tidak sedang menjalani pengobatan penyakit
tertentu
b.Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi untuk kelompok kasus dan dan kontrol adalah penduduk di wilayah
kerja Puskesmas Sadabuan yang tidak bisa membaca dan menulis atau memahami
kuesioner

D. Alat Dan Bahan Penelitian


Penelitian ini menggunakan kuesioner dan tensimeter jarum

E. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan di Puskesmas Sadabuan

F. Teknik pengumpulan data


Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu berupa kuesioner untuk
mengukur variabel dependen dan variabel independe.Setelah didapatkan subjek penelitian ,kemudian
dilakukan pengumpulan data dengan teknik angket.Angket dan pengambilan kuesioner dilakukan
pada subjek penelitian di wilayah kerja Puskesmas Sadabuan

G. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap variabel-variabel,dari hasil diperoleh dalam penelitian,pada
umumnya dari hasil analisis,menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel-variabel yang
ada,dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat dengan distribusi proporsi(Sugiyono,2009)
2. Analisa Bivariat
Analisa ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengangan variabel
dependen
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2016). Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Masyarakat di


Dusun Slawu Kecamatan Patrang Kabupaten Jember (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER).

Kusumawardani, G. D. (2020). Kejadian Hipertensi dengan Gaya Hidup dan Pola Makan.

Nor’ali,Dhian R.L,Kurnia.R.(2013),”Hubungan Gaya Hidup dengan kejadian Hipertensi


pada usia Dewasa Muda”,Nerspedia.Vol.2.pp.77-86

Ngurah, I. G. K. G., & Yahya, N. K. V. C. (2015). Gaya Hidup Penderita


Hipertensi. Gema Keperawatan, 8.

Rahmadani F,Rustam.(2011),”Hubungan Merokok dan Konsumsi Kopi dengan tekanan


darah pada pasien Hipertensi”,Jurnal Kesehataan.Vol.2.pp.263-268

Rachmawati, Y. D. (2013). Hubungan antara Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi


pada Usia Dewasa Muda di Desa Pondok Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo.

Anda mungkin juga menyukai