HISTRIONIK
OLEH
Npm : 1501090093
Semester : XI (Sebelas)
A. LATAR BELAKANG
TUJUAN
3. Mahasiswa juga dapat mengetahui tentang bagaimana cara supaya tidak mengalami
gangguan kepribadian histrionik.
C. RUMUSUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
Mereka cenderung congkak, self centered dan merasa tidak nyaman bila tidak menjadi pusat
perhatian. Penampilan dan perilakunya seringkali tampak menggoda dan mereka biasanya
sangat peduli pada penampilannya.
Selain itu mereka secara konstan mencari kepastian dan persetujuan dari orang lain dan bisa
menjadi gusar atau marah bila orang lain tidak memperhatikan atau memberikan pujian
kepadanya.
Penderita gangguan kepribadian histrionik juga cenderung impulsif dan memiliki banyak
kesulitan untuk menunda pujian.
Cognitive style yang terkait dengan gangguan kepribadian histrionik adalah impresionistik
(Shapiro, 1965), yang ditandai oleh adanya kecenderungan untuk melihat berbagai situasi
secara global, hitam dan putih.
Pembicaraannya sering tidak jelas, kurang mengandung detail dan ditandai dengan hiperbola
(Pfohl, 1991). Sebagai contoh, Ketika ditanyai tentang kencannya kemarin malam, Pat
mungkin akan mengatakan pokoknya asyik tetapi tidak dapat memberikan keterangan yang
lebih terperinci.
Seseorang dengan gangguan histrionik (HPD) seperti memiliki kehidupan yang dramatis,
terkesan genit, dan memiliki antusias berlebihan. Terkadang perilaku yang diperlihatkan bisa
membuat orang lain terangsang, penderita juga mudah dipengaruhi orang lain, serta ekspresi
emosi yang muncul berlebihan termasuk dalam berpakaian.
Penderita HPD selalu mencari-cari cara agar mendapat perhatian orang lain. Hal ini bertujuan
untuk memperoleh pengukuhan dirinya. Penderita akan selalu menanyakan pendapat orang
lain mengenai sesuatu yang berkaitan dengan dirinya, seperti dandanan, cara berpakaian,
sampai masalah pribadi lainnya.
Gangguan kepribadian ini bisa dialami pria maupun wanita. Wanita dengan gangguan HPD
cenderung berperilaku sesuka hatinya, kekanak-kanakan, dan sangat tergantung pada orang
lain. Mereka cenderung tidak realistis, fantasinya berlebihan. Ekspresi emosional yang
dangkal saat ia menghadapi distres dan kesulitan untuk memahami orang lain membuat
dirinya sulit dalam mempertahankan hubungan dengan pasangannya. Bahkan wanita HPD
yang memiliki gangguan kepribadian borderline cenderung akan melukai tubuh atau pura-
pura bunuh diri untuk menarik perhatian pasangan atau orang lain.
Pada pria, pelbagai permasalahan yang dihadapi dapat berupa krisis identitas diri, impulsif
dan gangguan berhubungan dengan orang lain. Masalah yang kerap dialami pria dengan HPD
adalah kecenderungan antisosial, dramatis, dan tidak mampu bersikap dewasa. Selain itu, pria
dengan gangguan ini akan merasa bersalah terhadap dirinya jika ia tidak sanggup untuk dekat
dengan orang lain.
Pria HPD dengan tendensi antisosial melakukan isolasi diri dan menghindari hubungan sosial
untuk beberapa hari bahkan beberapa tahun saat ia merasakan ketidaknyamanan atau bila
terjadi kesalahpahaman yang membuat dirinya terusik.
2. Bertingkah agar mendapat perhatian, biasanya dengan berperilaku yang bisa merangsang
gairah seksual orang lain.
3. Bisa mengubah ekspresi emosi dengan cepat atau berpura-pura dengan tujuan untuk
memberikan perhatian pada orang lain.
4. Konsistensi dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan penampilan yang mencolok agar
menjadi pusatperhatian.
1. Individu dengan gangguan ini tidak nyaman atau merasa tidak dihargai ketika mereka tidak
menjadi pusat perhatian.
2. Penampilan dan perilaku mereka sering melakukan profokasi secara seksual yang tidak
tepat (menggoda).
5. Individu ini memiliki gaya bicara yang impresionistik dan kurang rinci.
6. Individu dengan gangguan ini ditandai dengan dramatisasi diri, sandiwara, dan ekspresi
berlebihan dari emosi.
Individu dengan gangguan ini akan memiliki kesulitan dalam keintima berhubungan.
Terkadang mereka berusaha menguasai pasangannya dengan manipulasi emosional, namun
dalam keadaan lain mereka sangat bergantung pada pasangannya. Mereka menuntut untuk
diperhatikan secara konstan. Mereka sering mengalami depresi dan marah ketika mereka
bukan pusat perhatian ataupun dalam situasi yang membuat kepuasannya tertunda.
Sebagian besar terapi yang digunakan difokuskan pada hubungan interpersonalnya yang
bermasalah. Mereka perlu ditunjukkan bagaimana hasil jangka pendek dari gaya interaksi
semacam itu dapat menimbulkan pengorbanan jangka panjang. Mereka juga perlu diajari
tentang cara-cara yang lebih baik untuk menegosiasikan keinginan dan kebutuhannya.
CONTOH KASUS
Seorang wanita berusia sekitar 20-an tahun dan telah menikah serta memiliki seorang anak
yang masih bayi. Dia dikeluhkan oleh keluarganya karena seringkali pingsan dan setelah
diperiksa ke dokter ternyata tidak di temuakan gangguan fisik apapun. Ibunya menuturkan
bahwa hingga SMP sang anak masih tidur dengan ayah dan ibunya. Seluruh keinginannya
harus dipenuhi, cenderung ”bandel” namun sangat disayang oleh ayahnya. Sejak kecil, sang
anak memang sering kali terjatuh secara tiba-tiba, namun setelah menikah gejalanya
semakin parah (sang anak menikah karena telah hamil di luar pernikahan). Berkali-kali
sang anak pingsan. Apabila sedikit tersinggung biasanya akn langsung pingsan dan baru
tidak lama kemudian membaik setelah orang-orang di sekitarnya tampak panik membantu
dia.
· Biologis
· Psikologis
Sumbangsih kognitif dan pengalaman masa lalu yang suram menjadi salah satu
pemicu lahirnya gangguan ini.
· Spiritual
Kurangnya mendekatkan diri dengan Tuhan membuat salah satu dimensi kemanusiaan
yang dimiliki manusia terasa gersang.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa siapa saja berpotensi untuk mengalami
gangguan kepribadian. Karena gangguan kepribadian tidak saja disebabkan oleh faktor
genetika (dapat diturunkan), tapi juga dipengaruhi oleh faktor temperamental, faktor biologis
(hormon, neurotransmitter dan elektrofisiologi), dan faktor psikoanalitik (yaitu adanya fiksasi
pada salah satu tahap di masa perkembangan psikoseksual dan juga tergantung dari
mekanisme pertahanan ego orang yang bersangkutan).
B. SARAN
1. Mahasiswa harus bisa mengontrol sikap emosi yang meluap-luap supaya tidak terjadi
gangguan histrionik.
1. Baihaki Mif dkk, Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan, Bandung: PT. Refika Aditama,
2007.
4. http://janokogalls.blogspot.com/2011/12/makalah-gangguan-kepribadian.html
5. http://zidandemak.blogspot.com/2012/11/gangguan-gangguan-kepribadian-narsistik.html