Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH GANGGUAN KEPRIBADIAN

HISTRIONIK

OLEH

Nama : Fanny Kholilah Nst

Npm : 1501090093

Semester : XI (Sebelas)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TAPANULI SELATANFAKULTAS


ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKANPROGRAM STUDI
PENDIDIKAN EKONOMIPADANGSIDIMPUAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Dalam istilah awam, kepribadian sering disamakanatau digunakan secara


bergantian dengan istilah watak atau karakter dan tempramen, padahal masing-masing
berbeda. Watak adalah aspek sosial dari kepribadian manusia, sedangkan tempramen adalah
aspek badaniah dari kepribadian. Masin-masing hanyalah salah satu aspek kepribadian,
disamping aspek-aspek yang lain vitalitas, hasrat, perasaan, kehendak bakat, intelegensi, dan
yang lainnya. Pada umumnya seseorang terganggu kepribadiannya apabila satu atau lebih
kepribadiannya telah menjadi sedemikian rupa sehingga merugikan dirinya atau
lingkungannya.
Gangguan kepribadian adalah suetu proses perkembangan yang timbul pada mas anak-
anak, remaja, dan berlanjut pada mas dewasa. Keadaan ini merupaka pola prilaku yang
tertanam dalam dan berlangsung lama, muncul sebagai respon yang kaku terhadap tantangan
situasi pribadi dan sosial yang luas.
 Histrionik merupakan gejala kejiwaan. Menurut psikolog, orang dengan kepribadian
histrionik akan berupaya menarik simpati dari lingkungan sekitarnya untuk memahami dan
mengerti akan dirinya dengan berbagai cara. Cara yang dilakukan biasanya bersifat
memanipulasi lingkungan sebanyak-banyaknya sehingga berkesan seperti sesungguhnya
terjadi.
Seringkali, pengidap histrionik ini mengeluhkan kelemahan-kelemahannya demi
mendapatkan perhatian dan “excuse” dari orang lain. Dengan cara seperti ini maka orang
dengan kepribadian histrionik akan mendapatkan kenyamanan dan kepuasan diri.
Mengemukakan keluhan penyakit merupakan cara paling ampuh dan mudah ditempuh agar
orang lain memberikan “excuse” dan permakluman bahkan bisa turut bersimpati. Akhirnya,
orang seperti ini mampu melepaskan tanggung jawabnya sebagaimana yang sering dilakukan
orang “elit” yang tengah menerima tuntutan hukum. Orang “elit” ini pertama-tama langsung
menyatakan keluhan sakit tertentu sehingga perlu “istirahat” dulu di rumah sakit bila perlu
rumah sakit luar negeri. Atau, pergi umroh. Cara ini mujarab karena psikososial masyarakat
di sekitarnya mendukung untuk itu sehingga orang dengan kepribadian histrionik ini mampu
menarik kesan demi kenyamanan diri sebanyak-banyaknya.
Uniknya, karena keribadian histrionik ini menuntut suatu trik dan kecerdikan
memanipulasi lingkungan maka biasanya “penderitanya” adalah orang yang memiliki
kecerdasan lumayan, pandai berbicara, memiliki jaringan dan koneksitas, memiliki cukup
uang, memiliki strategi zig-zag dalam hidup dan menduduki strata “elit” di masyarakat.
Kepintaran akan digunakan menciptakan strategi, kepandaian berbicara untuk meyakinkan
orang, koneksitas untuk membuat citra, uang untuk mem-back up situasi, strategi zig-zag
untuk menghindari kejaran pembongkaran fakta. Dan, kedudukan “elit”, inilah dia yang
kebanyakan melakukannya.
Jarang kaum awam, tidak terdidik, orang miskin, dan rakyat jelata mampu melakukan
manipulasi lingkungan atau bersandiwara demi kepuasan pribadinya. Orang awam tidak
mampu bersandiwara dan biasanya apa adanya, orang tidak terdidik tidak mempunyai
kemampuan menemukan trik dan strategi, orang miskin tidak memiliki uang yang cukup
untuk “chek up” ke dokter (apa lagi dokter Singapura) supaya mendapat surat keterangan
sakit. Juga, orang miskin tidak punya uang untuk pergi umroh supaya terkesan “saleh” atau
setidaknya menunda tuntutan tanggung jawab.
Begitulah, fenomena histrioinik sangat menggejala dan keberadaannya semakin
mendapatkan tempat oleh masyarakat kita yang note bene juga sebagai masyarakat
melodramatik.

TUJUAN

1.      Mahasiswa dapat memahami gejala gangguan kepribadian histrionik.

2.      Mahasiswa dapat mengetahui gangguan kepribadian histrionik.

3.      Mahasiswa juga dapat mengetahui tentang bagaimana cara supaya tidak mengalami
gangguan kepribadian histrionik.

C.    RUMUSUSAN MASALAH

1.      Apa pengertian histrionik ?

2.      Apa gejala gangguan kepribadian histrionik ?

3.      Ciri – ciri gangguan Histrionik ?

4.      Apa penyebab terjadinya gangguan histrionik ?


BAB II

PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN GANGGUAN KEPRIBADIAN HISTRIONIK

Gangguan Kepribadian Histrionik adalah gangguan kepribadian dramatik, emosional


atau tidak menentu yang melibatkan pola emosionalitas yang berlebihan dan suka mencari
perhatian.

Penderita gangguan kepribadian histrionik cenderung mengekspresikan emosi emosinya


secara berlebih lebihan, misalnya memeluk seseorang yang baru saja dikenalnya atau
menangis tak terkontrol saat menonton film cengeng (Pfohl, 1995).

Mereka cenderung congkak, self centered dan merasa tidak nyaman bila tidak menjadi pusat
perhatian. Penampilan dan perilakunya seringkali tampak menggoda dan mereka biasanya
sangat peduli pada penampilannya.

Selain itu mereka secara konstan mencari kepastian dan persetujuan dari orang lain dan bisa
menjadi gusar atau marah bila orang lain tidak memperhatikan atau memberikan pujian
kepadanya.

Penderita gangguan kepribadian histrionik juga cenderung impulsif dan memiliki banyak
kesulitan untuk menunda pujian.

Cognitive style yang terkait dengan gangguan kepribadian histrionik adalah impresionistik
(Shapiro, 1965), yang ditandai oleh adanya kecenderungan untuk melihat berbagai situasi
secara global, hitam dan putih.

Pembicaraannya sering tidak jelas, kurang mengandung detail dan ditandai dengan hiperbola
(Pfohl, 1991). Sebagai contoh, Ketika ditanyai tentang kencannya kemarin malam, Pat
mungkin akan mengatakan pokoknya asyik tetapi tidak dapat memberikan keterangan yang
lebih terperinci.

Gangguan kepribadian histrionik merupakan gangguan kepribadian dengan karakter


emosi yang meluap-luap seperti keinginan untuk mendapat pujian atau rayuan yang tidak
tepat. Gangguan ini berawal dari masa kanak-kanak hingga menjelang remaja dan terus
berlanjut hingga membentuk gangguan kepribadian dikemudian harinya.

Seseorang dengan gangguan histrionik (HPD) seperti memiliki kehidupan yang dramatis,
terkesan genit, dan memiliki antusias berlebihan. Terkadang perilaku yang diperlihatkan bisa
membuat orang lain terangsang, penderita juga mudah dipengaruhi orang lain, serta ekspresi
emosi yang muncul berlebihan termasuk dalam berpakaian.

Penderita HPD selalu mencari-cari cara agar mendapat perhatian orang lain. Hal ini bertujuan
untuk memperoleh pengukuhan dirinya. Penderita akan selalu menanyakan pendapat orang
lain mengenai sesuatu yang berkaitan dengan dirinya, seperti dandanan, cara berpakaian,
sampai masalah pribadi lainnya.

Gangguan kepribadian ini bisa dialami pria maupun wanita. Wanita dengan gangguan HPD
cenderung berperilaku sesuka hatinya, kekanak-kanakan, dan sangat tergantung pada orang
lain. Mereka cenderung tidak realistis, fantasinya berlebihan. Ekspresi emosional yang
dangkal saat ia menghadapi distres dan kesulitan untuk memahami orang lain membuat
dirinya sulit dalam mempertahankan hubungan dengan pasangannya.  Bahkan wanita HPD
yang memiliki gangguan kepribadian borderline cenderung akan melukai tubuh atau pura-
pura bunuh diri untuk menarik perhatian pasangan atau orang lain.

Pada pria, pelbagai permasalahan yang dihadapi dapat berupa krisis identitas diri, impulsif
dan gangguan berhubungan dengan orang lain. Masalah yang kerap dialami pria dengan HPD
adalah kecenderungan antisosial, dramatis, dan tidak mampu bersikap dewasa. Selain itu, pria
dengan gangguan ini akan merasa bersalah terhadap dirinya jika ia tidak sanggup untuk dekat
dengan orang lain.

Pria HPD dengan tendensi antisosial melakukan isolasi diri dan menghindari hubungan sosial
untuk beberapa hari bahkan beberapa tahun saat ia merasakan ketidaknyamanan atau bila
terjadi kesalahpahaman yang membuat dirinya terusik.

B.     GEJALA – GEJALA  GANGGUAN KEPRIBADIAN HISTRIONIK

1.      Tidak merasa nyaman jika tidak menjadi pusat perhatian.

2.      Bertingkah agar mendapat perhatian, biasanya dengan berperilaku yang bisa merangsang
gairah seksual orang lain.

3.      Bisa mengubah ekspresi emosi dengan cepat atau berpura-pura dengan tujuan untuk
memberikan perhatian pada orang lain.

4.      Konsistensi dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan penampilan yang mencolok agar
menjadi pusatperhatian.

5.      Suka berbohong untuk mendapatkan perhatian orang lain

6.      Sensitif terhadap kritikan dan penolakan.

7.      Mudah frustasi dan tidak mudah puas.


C.    CIRI – CIRI GANGGUAN HISTRIONIK

Gangguan kepribadian histrionic digunakan untuk individu yang terlalu dramatis


(mengekspresikan hal emosional secara berlebihan) dan selalu menarik perhatian kepada
dirinya sendiri. Pola ini dimulai pada awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks.
Adapun ciri gangguan ini antara lain sebagai berikut:

1.      Individu dengan gangguan ini tidak nyaman atau merasa tidak dihargai ketika mereka tidak
menjadi pusat perhatian.

2.      Penampilan dan perilaku mereka sering melakukan profokasi secara seksual yang tidak
tepat (menggoda).

3.      Ekspresi emosional yang dangkal dan cepat berubah.

4.      Secara konsisten menggunakan penampilanfisik untuk menarik perhatian kepada diri


mereka sendiri.

5.       Individu ini memiliki gaya bicara yang impresionistik dan kurang rinci.

6.      Individu dengan gangguan ini ditandai dengan dramatisasi diri, sandiwara, dan ekspresi
berlebihan dari emosi.

7.      Memiliki tingkat sugestifitas yang tinggi.

8.      Menganggap hubungannya lebih intim dari realianya.

Individu dengan gangguan ini akan memiliki kesulitan dalam keintima berhubungan.
Terkadang mereka berusaha menguasai pasangannya dengan manipulasi emosional, namun
dalam keadaan lain mereka sangat bergantung pada pasangannya. Mereka menuntut untuk
diperhatikan secara konstan. Mereka sering mengalami depresi dan marah ketika mereka
bukan pusat perhatian ataupun dalam situasi yang membuat kepuasannya tertunda.

Sebagian besar terapi yang digunakan difokuskan pada hubungan interpersonalnya yang
bermasalah. Mereka perlu ditunjukkan bagaimana hasil jangka pendek dari gaya interaksi
semacam itu dapat menimbulkan pengorbanan jangka panjang. Mereka juga perlu diajari
tentang cara-cara yang lebih baik untuk menegosiasikan keinginan dan kebutuhannya.
CONTOH KASUS

Seorang wanita berusia sekitar 20-an tahun dan telah menikah serta memiliki seorang anak
yang masih bayi. Dia dikeluhkan oleh keluarganya karena seringkali pingsan dan setelah
diperiksa ke dokter ternyata tidak di temuakan gangguan fisik apapun. Ibunya menuturkan
bahwa hingga SMP sang anak masih tidur dengan ayah dan ibunya. Seluruh keinginannya
harus dipenuhi, cenderung ”bandel” namun sangat disayang oleh ayahnya. Sejak kecil, sang
anak memang sering kali  terjatuh secara tiba-tiba, namun setelah menikah gejalanya
semakin parah (sang anak menikah karena telah hamil di luar pernikahan). Berkali-kali
sang anak pingsan. Apabila sedikit tersinggung biasanya akn langsung pingsan dan baru
tidak lama kemudian membaik setelah orang-orang di sekitarnya tampak panik membantu
dia.

Tritment yang dapat diberikan yaitu:

a.       Psikoterapi. Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik seringkali tidak menyadari


perasaan mereka yang sesungguhnya; dengan demikian penjelasan dalam (inner feeling)
mereka adalah suatu proses yang penting. Psikoterapi berorientasi psikoanalisis, baik dalam
kelompok atau individual, adalah terapi yang terpilih untuk gangguan kepribadian histrionik.

b.      Farmakoterapi. Farmakoterapi dapat ditambahkan jika gejala adalah menjadi sasarannya,


seperti penggunaan antidepresan untuk depresi dan keluhan somatic, obat antiansietas untuk
kecemasan dan antipsikotik untuk derealisasi dan ilusi.

D.    PENYEBAB GANGGUAN N HISTRIONIK

·         Biologis

Secara genetis, kemungkinan bahwa ini merupakan sifat yang


diturunkan (genetika), lingkungan, termasuk pengalaman di masa kecil.

·         Psikologis

Sumbangsih kognitif dan pengalaman masa lalu yang suram menjadi salah satu
pemicu lahirnya gangguan ini.

·         Spiritual
Kurangnya mendekatkan diri dengan Tuhan membuat salah satu dimensi kemanusiaan
yang dimiliki manusia terasa gersang.

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa siapa saja berpotensi untuk mengalami
gangguan kepribadian. Karena gangguan kepribadian tidak saja disebabkan oleh faktor
genetika (dapat diturunkan), tapi juga dipengaruhi oleh faktor temperamental, faktor biologis
(hormon, neurotransmitter dan elektrofisiologi), dan faktor psikoanalitik (yaitu adanya fiksasi
pada salah satu tahap di masa perkembangan psikoseksual dan juga tergantung dari
mekanisme pertahanan ego orang yang bersangkutan).

Gangguan kepribadian histrionik digunakan untuk individu yang terlalu dramatis


(mengekspresikan hal emosional secara berlebihan) dan selalu menarik perhatian kepada
dirinya sendiri.

B.     SARAN

1.      Mahasiswa harus bisa mengontrol sikap emosi yang meluap-luap supaya tidak terjadi
gangguan histrionik.

2.      Mahasiswa harus bersikap dewasa terhadap masalah apapun yang dihadapinya.

3.      Mahasiswa harus menghindari penyebab sikap yang berhubungan dengan gangguan


histrionik.
DAFTAR PUSTAKA

1.      Baihaki Mif  dkk, Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan, Bandung: PT. Refika Aditama,
2007.

2.      Durand Mark dan  Barlow David, Intisari Psikologi Abnormal, Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2007.

3.      S. Nevid Jeffrey, dkk. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga. 2003.

4.      http://janokogalls.blogspot.com/2011/12/makalah-gangguan-kepribadian.html

5.      http://zidandemak.blogspot.com/2012/11/gangguan-gangguan-kepribadian-narsistik.html

Anda mungkin juga menyukai