Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS STILISTIKA PUISI TENTANG SEBUAH GERAKAN KARYA WIJI

THUKUL

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Stilistika

Disusun Oleh Kelompok Kaktus :

Yohana Magdalena (18110001)

Sri Rejeki Sitompul (18110005)

Elida Gries Simbolon (18110010)

Rotua Tambunan (18110017)

Vika Nortalina Silaban (18110028)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah kajian stilistika dan menambah wawasan penulis terhadap
analisis stilistika puisi Tentang Sebuah Gerakan. Dengan makalah ini penulis dapat
memahaminya. penulis juga sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun kebaikan makalah ini.

Medan, 31 Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR….…………………………………………………………….1

DAFTAR ISI……………..…………………………………………………………..2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………….4


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………5
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………..5

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Isi puisi Sebuah Gerakan…………………………………………………………..5

2.2 Analisis Stilistika puisi sebuah gerakan…………………………………………...6

BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….15

3.2 Saran……………………………………………………………………………...15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra merupakan wujud dari hasil pemikiran manusia. Karya sastra di ciptakan
untuk untuk dinikmati dan diapresiasi. Dalam hal ini setiap pengarang memilki cara atau gagasan
dalam dan gambarannya untuk menghasilkan efek-efek tertentu bagi pembacanya. Keindahan
gaya bahasa pembentukan kata seorang pengarang memberikan ekspresi sendiri tentang
kalimatnya. ekspresi puisi memberikan keindahan sebagai perwakilan perasaan sang pengarang.
Dengan demikian, secara menyeluruh kajian stilistika berperan untuk membantu menganalisis
dan memberikan gambaran secara lengkap bagaimana nilai keindahan sebuah karya sastra. Karya
sastra sebagai kajian dari stilistika menggunakan gaya bahasa sastra serta sebagai media untuk
menemukan nilai estetisnya. karya sastra tersebut memiliki cirri dan karakteristik tersendiri.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa isi puisi Tentang Sebuah Gerakan karya Wiji Thukul?
b. Bagaimana Analisis Stilistika pada puisi Tentang Sebuah Gerakan?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui isi puisi Tentang Sebuah Gerakan.
b. Untuk mengetahui Analisis stilistika pada puisi Tentang Sebuah Gerakan.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Puisi Tentang Sebuah Gerakan karya Wiji Thukul

Tentang Sebuah Gerakan

Karya Wiji Thukul

Tadinya aku pengin bilang

Aku butuh rumah

Tapi lantas kuganti

Dengan kalimat:

Setiap orang butuh tanah

Ingat: setiap orang!

Aku berpikir tentang

Sebuah gerakan

Tapi mana mungkin

Aku nuntut sendirian?

Aku bukan orang suci

Yang bisa hidup dari sekepal nasi

Dan air sekendi

Aku butuh celana dan baju

Untuk menutup kemaluanku


Aku berpikir tentang gerakan

Tapi mana mungkin

Kalau diam?

2.2  Analisis Stilistika Puisi

A. Pemilihan Bunyi

1).   Asonansi

Menurut Sayuti (2008:118) adalah persamaan bunyi pada vokal, hal ini merupakan
pengulangan bunyi vokal yang sama pada kata/perkataan yang berurutan dalam baris-baris puisi.
Pengulangan tersebut menimbulkan kesan kehalusan, kelembutan, kemerduan atau keindahan
bunyi.

Pada puisi Wiji Thukul “Tentang sebuah gerakan” pada bait pertama larik kedua “aku
butuh rumah” pada larik ini menggunakan pengulangan bunyi vokal u. Bait pertama larik ketiga
“tapi lantas kuganti” menggunakan pengulangan bunyi vokal i. Bait ketiga pada larik pertama
dan kedua juga menggunakan pengulangan bunyi vokal u “aku butuh celana dan baju, untuk
menutup kemaluanku”

2).   Aliterasi

Menurut Sayuti (2008:118) adalah persamaan pada berupa konsonan, yang merupakan
pengulangan bunyi konsonan yang sama dalam baris-baris puisi, biasanya pada awal
kata/perkataan yang berurutan.

Pada puisi Wiji Thukul “Tentang sebuah gerakan” pada larik kelima menggunakan aliterasi
“setiap orang butuh tanah” karena menggunakan pengulangan bunyi konsonan h. Dalam hal ini
pada puisi Wiji Thukul “tentang sebuah gerakan” lebih didominasi pada bunyi Asonansi yang
menimbulkan kesan kemerduan dan keindahan bunyi.
3).   Eufoni

Euphony merupakan salah satu ragam bunyi yang mampu menuansakan suasana
keriangan, maupun gerak. Hal ini seleras dengan Sayuti (2008:122) yang mengatakan bahwa
efoni adalah “suatu kombinasi vokal konsonan yang berfungsi melancarkan ucapan,
mempermudah pemahaman arti dan bertujuan untuk mempercepat irama baris yang
mengandungnya”. Pada hal ini bunyi euphony umumnya berupa bunyi-bunyi vokal.  

Pada puisi Wiji Thukul terdapat bunyi eufoni pada bait ketiga yang menggunakan bunyi vokal i
dan u.

Aku bukan orang suci

Yang bisa hidup dari sekepal nasi

Dan air sekendi

Aku butuh celana dan baju

Untuk menutup kemaluanku

Pada bait ini Wiji Thukul ingin menyampaikan rasa kepedulian dan kasih sayangnya pada
masyarakat yang kurang mendapat perhatian. Pada bait ini Wiji Thukul menggunakan eufoni
karena untuk mempermudah arti dan bertujuan untuk mempercepat irama ketika pembaca
memaknai puisinya. Sehingga pesan-pesan yang dituliskan dapat terbaca secara gamblang dan
mudah dipahami oleh orang-orang awam.

4).   Kakafoni

Bunyi cacophony umumnya berupa bunyi-bunyi konsonan yang berada di akhir kata.
Sayuti (2008:124) mengungkapkan fungsi ini untuk memperlambat irama baris yang
mengandungnya. Sehingga berfungsi untuk menghalangi kelancaran ucapan.

Tadinya aku pengin bilang

Aku butuh rumah

Tapi lantas kuganti

Dengan kalimat:
Setiap orang butuh tanah

Ingat: setiap orang!

Aku berpikir tentang

Sebuah gerakan

Tapi mana mungkin

Aku nuntut sendirian?

Aku bukan orang suci

Yang bisa hidup dari sekepal nasi

Dan air sekendi

Aku butuh celana dan baju

Untuk menutup kemaluanku

Aku berpikir tentang gerakan

Tapi mana mungkin

Kalau diam?

Pada puisi Wiji Thukul ini dominan bunyi Kakafoni yang terdapat pada bait pertama
yang menggunakan bunyi konsonan ng/h/t. Bait kedua bunyi konsonan ng/n dan bait ketiga n/m.
Wiji Thukul menggunakan bunyi kakafoni karena dalam puisinya ini melambangkan
ketertekanan batin dan kesedihan terhadap mesyarakat yang kurangnya akan perhatian. Sehingga
dalam bait-bait ini digunakan untuk memperlambat irama sehingga makna yang terkandung bisa
diresapi secara mendalam oleh pembaca.
B. Citraan

Citraan merupakan gambaran yang timbul dalam khayal atau angan-angan pembaca puisi
atau karya sastra umum. Gambaran dalam angan-angan seperti itu sengaja diupayakan oleh
penyair agar hal-hal yang semula abstrak menjadi konkret, agar menimbulkan suasana khusus
dan mengesankan (Suharianto, 2005 : 40). Dalam puisi Wiji Thukul “Tentang sebuah gerakan”
ini terdapat beberapa citraan yang dipakai, diantaranya adalah :

1).   Citraan Penglihatan, yaitu citraan yang timbul oleh penglihatan atau berhubungan dengan
indra penglihatan. Pada puisi Wiji Thukul terdapat pencitraan penglihatan yang terdapat pada
bait :

Tadinya aku pengin bilang

Aku butuh rumah

Tapi lantas kuganti

Dengan kalimat:

Setiap orang butuh tanah

Ingat: setiap orang!

           ------

Aku butuh celana dan baju

Untuk menutup kemaluanku

Pada bait ini membutuhkan Wiji Thukul menggunakan indera penglihatan dalam menyampaikan
puisinya sehingga menjadi suasana yang konkret dapat dilihat oleh pembaca.

2). Citraan Pendengaran, yaitu berhubungan dengan usaha memancing bayangan pendengaran
guna membangkitkan suasana tertentu dan biasanya juga berhubungan dengan penguraian
ataupun penyebutan tentang bunyi.

Aku berpikir tentang gerakan

Tapi mana mungkin


Kalau diam?

Pada larik terakhir terdapat kata “diam” dalam hal ini membutuhkan proses pendengaran
untuk mengetahui hasil dari kata diam yang diutarakan pada puisi. Sehingga proses ini
pengarang melibatkan citraan pendengaran didalamnya.

3).   Citraan gerak, yaitu gambaran tentang sesuatu yang seolah-olah dapat bergerak. Dapat juga
gambaran gerak pada umumnya.

Aku berpikir tentang

Sebuah gerakan

Tapi mana mungkin

Aku nuntut sendirian?

Pada kalimat sebuah gerakan dan aku nuntut sendirian menampilkan citraan gerak
dimana pengarang menginginkan sebuah usaha untuk dilakukan pembaca agar dapat melakukan
sebuah perubahan.

4. Citraan intelektual, yaitu citraan yang dihasilkan oleh asosiasi-asosiasi intelektual atau
pemikiran.

Pada keseluruhan puisi ini, menggambarkan pemikiran Wiji Thukul yang menginginkan
sebuah perubahan dimana masyarakat yang kurang diperhatikan agar dapat diperhatikan. Dalam
hal ini pengarang menggunakan citraan intelektual yang mana nantinya pemikiran ini digunakan
untuk memberikan perubahan pada masanya.

C. Diksi  

Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk
dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Hal ini dejelaskan pula pada aminudin (1987, dalam
Widyartono, 2011:11) Pemilihan kata untuk mengungkapkan suatu gagasan. Sehinggga
pemilihan kata dalam membuat puisi harus dilakukan secara padat, selaras dan cermat oleh
pengarang sehingga menimbulkan nuasa yang imajinatif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2002:264) diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Dari
penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa diksi adalah pilihan kata yang dianggap tepat untuk
mewakili sebuah pikiran atau gagasan seseorang.

Puisi Tentang sebuah gerakan karya Wiji Thukul ini dilatarbelakangi oleh dunia orde
baru yang menceritakan sebuah perjuangan pengarang untuk melakukan perubahan terhadap
masa nya yang menjadi kecenderungan tematik puisi tersebut adalah semangat nasionalisme.
Puisi diatas menggambarkan bagaimana seorang tokoh Wiji Thukul memperjuangkan kebebasan
masyarakat di tanah airnya. Dalam puisi tersebut terdapat ungkapan tadinya aku pengin bilang,
hal ini pengarang bukan sengaja dalam menggunakan kalimat sederhana melainkan untuk
mempermudah dalam pemaknaan terhadap puisi yang dituliskannya. Penggunaan diksi pada
kalimat lainnya juga mencerminkan bahwa diksi yang dipakai dalam puisi ini menggunakan
pemakaian diksi yang sederhana agar mudah untuk dipahami.

Setiap orang butuh tanah

Ingat: setiap orang!

Jadi ketepatan dan kesesuaian kata tersebut sangat penting dalam suatu karya sastra agar
pesan yang disampaikan penulis dapat dimengerti oleh pembaca. Pada hal ini Wiji Thukul
mengkhususkan puisinya mudah dipahami untuk kalangan menengah kebawah.  

D. Gaya Bahasa

Bahasa kiasan atau gaya Bahasa merupakan alat yang dipergunakan penyair untuk
mencapai aspek kepuitisan atau sebuah kata yang mempunyai arti secara konotatif tidak secara
sebenarnya. Dalam penulisan sebuah sajak bahasa kiasan ini digunakan untuk memperindah
tampilan atau bentuk muka dari sebuah sajak. Bahasa kiasan dipergunakan untuk memperindah
sajak-sajak yang ditulis seorang penyair. Pada puisi Tentang sebuah gerakan karya Wiji Thukul
ini terdapat beberapa gaya Bahasa diantaranya :

1) Repitisi, yaitu pengulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting
untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Dalam puisi ini terdapat dalam bait:

Aku berpikir tentang


Sebuah gerakan

Tapi mana mungkin

Aku nuntut sendirian?

Aku berpikir tentang gerakan

Tapi mana mungkin

Kalau diam?

Pada puisi ini pengarang ingin menekankan pada kalimat aku berpikir tentang sebuah
gerakan, tapi mana mungkin. Gaya Bahasa yang digunakan untuk menitik beratkan pada sebuah
pemikirannya mengenai bagaimana dia menyampaikan maknanya sehingga pengarang berusaha
untuk mengulanginya agar maknanya dapat tersampaikan.

2) Simile atau Persamaan yaitu perbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu langsung menyatakan
sesuatu sama dengan hal lain. Pada puisi terdapat dalam bait:

Aku butuh rumah

Tapi lantas kuganti

Dengan kalimat:

Setiap orang butuh tanah

Ingat: setiap orang!

Pengarang memaparkan mengenai kebutuhan yaitu tentang rumah dan tanah. Dalam hal
ini pengarang melukiskan kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat pada masa itu sehingga
pengarang menampilkan majas simile untuk membandingan sesuatu yang dianggapnya penting.

E. Feeling dan Tone

Feeling (Rasa) merupakan sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya.
Setiap kehadiran pokok pikiran tertentu dilatarbelakangi oleh sikap tertentu juga (Aminuddin,
2011:150). Dilengkapi dengan pendapat Djajasudarma, (2013:4) menyatakan bahwa “aspek
makna perasaan berhubungan dengan sikap pembicara dengan situasi pembicara. Pernyataan
situasi yang berhubungan dengan aspek makna perasaan tersebut digunakan kata-kata yang
sesuai dengan situasinya.

Aku berpikir tentang gerakan

Tapi mana mungkin

Kalau diam?

Dalam puisi “Tentang sebuah gerakan”, perasaan yang diungkapkan oleh penyair yakni
perasaan kepedulian karena dalam puisi ini penyair mengungkapkan perasaan yang
menggambarkan kepeduliannya terhadap kebebasan rakyat pada masa orde baru dan berusaha
untuk memperjuangkannya.  

2).   Tone (Nada) merupakan aspek makna nada (tone) adalah “an attitude to his listener” (sikap
penyair terhadap pembaca) Djajasudarma, (2013:5). Dilengkapi dengan pendapat Aminuddin,
(2011:150) tone merupakan sikap penyair terhadap pembaca sejalan dengan pokok pikiran yang
ditampilkannya.

Pada puisi “Tentang sebuah gerakan”, yaitu terasa lebih halus untuk mengajak dalam
menghayati setiap baris dalam puisi tersebut. Sikap penyair terhadap pembaca puisi lebih
menggambarkan masa bodoh. Penggunaan kata “aku” menunjukkan bahwa puisi tersebut hanya
mengungkapkan bagaimana pengarang bisa membangkitkan semangat para rakyat yang hanya
diam tanpa adanya gerakan untuk kebebasan rakyat pada masa orde baru tersebut yang
dilambangkan oleh kata “aku” pada pengarangnya yang bertujuan untuk menyadarkan bahwa
jika dirinya sendiri tidak akan mampu untuk memuwujudkan kebebasan tersebut. Sehingga
pokok pikiran yang ditampilkan lebih pada nada yang bersemangat untuk dapat merubah
pemikiran rakyat yang hanya diam.

f. Pokok persoalan pada Puisi

Gambaran totalitas makna pada puisi “Tentang sebuah gerakan”, bahwa sebuah
perjuangan tidak akan mampu berhasil jika dilakukan sendiri. Sehingga pada puisi ini pengarang
lebih menunjukkan pemikirannya agar rakyat tidak hanya diam tetapi juga ikut membantu
mendapatkan kebebasan yang belum didapatkan. Wiji Thukul ingin menggambarkan hubungan
kedekatan antara “aku” dengan masyarakat yang lain, yang bertujuan untuk dapat memberikan
stimulus perubahan bersama dengan masyarakat yang lain.

Pada puisi ini, pengarang ingin menggambarkan tema Nasionalisme, pengarang berusaha
menyampaikan pemikiran perubahan terhadap masa nya dengan menyampaikannya pada syair-
syair puisi yang diciptakan seperti pada puisi ini. Sehingga puisi ini menjadi cenderung terhadap
semangat nasionalisme.

.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Analisis stilistika memfokuskan tentang ke khas an suatu karya sastra. Puisi merupakan
salah satu kajian stilistika yang dapat di teliti. puisi memiliki ke khas an bahasa ataupun gaya
bahasa seperti pada puisi Tentang Sebuah Gerakan karya Wiji Thukul di atas. dalam kajian
tersebut pengarang ingin menggambarkan tema Nasionalisme, pengarang berusaha
menyampaikan pemikiran perubahan terhadap masa nya dengan menyampaikannya pada syair-
syair puisi yang diciptakan seperti pada puisi ini. Sehingga puisi ini menjadi cenderung terhadap
semangat nasionalisme.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari karta sempurna. Untuk itu penulis
menerima tanggapan yang dapat membangun kemajuan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Suprapto. 1991. Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra. Surabaya. Indah.

Waluyo,J.Herman. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta : PT Gelora Aksara Pratama.

Anda mungkin juga menyukai