Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Berkat dan Rahmat-Nya,
penyusunan makalah puisi ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.

Dalam penylesaian makalah puisi ini, penulis mengalami banyak kesulitan, terutama disebabkan
oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari pihak
lain, akhirnya makalah ini dapat terselesaiakan.Karena itu, karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis setiap saat.Penulis
sadar, sebagai pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah puisis ini masih
banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi. Harapan penulis, semoga makalah yang sederhana
ini dapat berguna bagi kita semua.

Sonraen,25 Mei 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………………………..1

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………………………….2

A. Pengertian Puisi………………………………………………………………………………………………………….2
B. Unsur-Unsur Puisi……………………………………………………………………………………………………….2
1. Struktur Fisik Puisi………………………………………………………………………………………………..2
a. Perwajahan Puisi (Tipografi)…………………………………………………………………………..2
b. Diksi……………………………………………………………………………………………………………….2
c. Imaji ………………………………………………………………………………………………………………3
d. Kata Konkret ………………………………………………………………………………………………….3
e. Gaya Bahasa…………………………………………………………………………………………………..3
f. Rima/Irama…………………………………………………………………………………………………….3
2. Strukur Batin Puisi…………………………………………………………………………………………………3
a. Tema/Makna (Sense)………………………………………………………………………………………3
b. Rasa (Feeling)………………………………………………………………………………………………….3
c. Nada (Tone)…………………………………………………………………………………………………….4
d. Amanat/tujuan/Maksud (Intention)………………………………………………………………..4
C. Jenis-Jenis Puisi Menurut Zaman………………………………………………………………………………….4
1. Puisi Lama………………………………………………………………………………………………………………4
2. Puisi Baru……………………………………………………………………………………………………………….4
D. Jenis-Jenis Puisi Menurut Bentuk………………………………………………………………………………….4
1. Distikon………………………………………………………………………………………………………………….4
2. Tersina……………………………………………………………………………………………………………………4
3. Kuantren………………………………………………………………………………………………………………4
4. Kuint…………………………………………………………………………………………………………………….4
5. Sekstet………………………………………………………………………………………………………………….4
6. Septima………………………………………………………………………………………………………………..4
7. Oktaf Atau Stanza…………………………………………………………………………………………………4
8. Soneta………………………………………………………………………………………………………………….4
E. Puisi Kontemporer……………………………………………………………………………………………………..4
1. Puisi Mantra…………………………………………………………………………………………………………4
2. Puisi Mbeling………………………………………………………………………………………………………..5
3. Puisi Konkret…………………………………………………………………………………………………………5

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………6

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………….6
B. Saran…………………………………………………………………………………………………………………………6

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………………..7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sasatra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan dan seni kreatif yang objeknya adalah
manusia dan kehidupannya dengan menggunakan Bahasa sebagai mediumnya. Sebagai seni
kreatif yang mengggunakan manusia dan segala macam kehidupannya maka ia tidak saja
merupakan suatu media yang menyampaikan ide, teori, atau system berpikir, tetapi juga media
untuk menampung ide, teori, dan system berpikir manusia. Sebagai karya kreatif, sastra harus
mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan
manusia.
Karya sastra secara umum dapat dibedakan menjadi tiga puisi, prosa, dan drama. Beberapa
ahli yang meruuskan pengertian puisi mengggunakan berbagai pendekatan. Batasan puisi
dengan menggunakan pendekatan psikolinguistik, karena puisi merupakan karya seni yang tidak
saja berhubungan dengan masalah bahasa tetapi berhungan dengan masalah jiwa. Dengan
pendekatan itu Slamet Mulyana menyimpulkan bahwa puisi adalah sintesis dari berbagai
peristiwa Bahasa yang telah tersaring semurni-murninya dan berbagai proses jiwa yang mencari
hakikat pengalamannya,tersusun dengan system korespondensi dalam salah satu bentuk.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian puisi?
2. Apa saja unsur-unsur puisi?
3. Apa saja jenis-jenis puisi menurut zamannya?
4. Apa saja jenis-jeis puisi menurut bentuknya?
5. Apa yang dimaksud dengan pusis kontemporer?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Puisi
Puisi adalah sebuah seni tertulis. Dalam bentuk seni ini, seorang penyair menggunakan
Bahasa untuk kualitas estetis pada makna semantis. Penekanan pada segi estetik suatu Bahasa
dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari
prosa.Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Pandangan kaum awam biasanya
membedakan puisi dan prosa dari jumlah huruf dan kalimat dalam karya tersebut. Puisi lebih
singkat dan padat sedangkan, prosa lebih mengalir seperti mengutarakan cerita. Beberapa ahli
modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak ebagai jenis liteatur tetapi
sebagai perwujudan imajinasi manusia yang menjadi sumber segala kreaktifitas.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zig-zag, dll). Hal tersebut
merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukan cara pemikirannya. Puisi kadang-kadang
juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang.Bagi pembaca hal tersebut
mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak di mengerti. Tapi penulis selalu memilik alasan
untuk segala `keanehan` yang di ciptakannya.Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam
menciptakan puisi.Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan baru.Namun beberap kasus
mengenai puisi modern dan puisi cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika di titik dari
pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu `pemadatan kata`. Kebanyakan penyair aktif sekarang
baik pemula ataupun buakn lebih mementingkan gaya Bahasa dan bukan pada pokok puisi
tersebut. Didalam puisi juga bisa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas
tersebut juga bermacam-macam , salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung
dengan kasar. Di beberapa daerah diIndonesia puisi juga sering dinyanyikan dalam bentuk
pantun.Mereka enggan atau ak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.

B. Unsur-Unsur Puisi
1. Struktur Fisik Puisi
a. Perwajahan Puisi (Tipografi)
Perwajahan puisi (tipografi) yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-
kata,tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu tidak mulai
dengan huruf capital dan diakhiri dengan tanda titik.Hal tersebut sangat menentukan
pemaknaan terhadap puisi.
b. Diksi
Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi
adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka
kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya
dengan makna, keselarasan bunyi dan urutan kata.

2
c. Imaji
Imaji yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan prngalaman indrawi,
seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan. Imaji dapat di bagi menjadi tiga, yaitu imaji
suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat
mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang
dialami penyair.
d. Kata konkret
Kata konkret yaitu kata yang dapat di tangkap dengan indra yang memungkinkan
munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambing. Misalnya kata-kata
konkret “salju” melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll. Sedangkan kata-kata
konkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi,
kehidupan,dll.
e. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan /meningkatkan efek
dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figurative menyebabkan puisi menjadi
prismatic, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna.Gaya Bahasa juga
disebut majas. Adapun macam-macam majas antara lain metafora, simile, personifikasi,
litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antithesis, alusio, klimaks,
antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
f. Rima/Irama
Rima/Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris
puisi. Rima mencakup :
1) Onomatope (tiruan terhadap bunyi, missal/ng/yang memberikan efek magis pada puisi
sutadji C.B.),
2) Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sejek
berselang, sejak berparuh, sejak penuh, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya.
3) Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, kerasnya
bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
2. Struktur Batin Puisi
a. Tema/Makna (Sense)
Tema/Makna (sense) media puisi adalah tataran bahasa. Tataran Bahasa adalah
hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris,
bait, maupun makna keseluruhan.
b. Rasa ( Felling )
Rasa (felling) yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat
didalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang
social dan psikologi penyair, misalnya latarbelakang pendidikan, agama, jenis kelamin,
kelas social, kedudukan dalam masyrakat, usia, pegalaman sosiologis dan psikologis, dan
pengetahuan.

3
c. Nada (Tone)
Nada (tone) yaitu sikap pemyair terhada pembacanya. Nada juga berhubngan
dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada mengurui,
mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan
masalah begitu saja kepada pembaca,dengan nada sombong, menganggap sombong dan
rendah pembaca,dll.
d. Amanat/Tujuan/Maksud (Intention)
Amanat/Tujuan/Maksud (Intention) pesan yang ingin di sampaikan penyair kepada
pembaca.
C. Jenis-jenis Puisi Menurut Zaman
1. Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan-aturan itu antara lain:
 Jumlah kata dalam 1 baris;
 Jumlah baris dalam 1 bait;
 Persajakan (rima);
 Banyak suku kata tiap baris;
 Irama.

Ciri-ciri puisi lama adalah sebagai berikut:

 Merupakan puisi rakyat yang tak di kenal nama pengarangnya.


 Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
 Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata
maupun rima.
2. Puisi Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dengan jumlah segi baris, suku
kata, maupun rima. Ciri-ciri puisi baru adalah sebagai berikut:
 Bentuknya rapi, simetris;
 Mempuyai persajakan akhir (yang teratur);
 Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
 Sebagian besar puisi empat seuntai;
 Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis);
 Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar):4-5 suku kata.
D. Jenis-jenis Puisi Menurut Bentuk
1. Distikon
Distikon, adalah puisi yang setiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
2. Terzina
Terzina, puisi yang setiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
3. Kuantren
Kuantren, puisi yang baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
4. Kuint
Kuint, adalah puisi yang baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).

4
5. Sekstet
Sekstet, adalah pusis yang baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
6. Septima
Septima, adalah puisi yang baitnya terdiri atas tujuh baris (puisi tujuh seuntai).
7. Oktaf atau Stanza
Oktaf/Stanza, adalah pusis yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (puisi delapan
seuntai).
8. Soneta
Soneta adalah Puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait
pertama masing-masing empat belas dan bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal
dari kata sonneto (Bahasa Italia) Perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi sonata
adalah puisi yang bersuara.DiIndonesia sonata masuk adri negeri Belanda diperkenalkan
oleh Muhammad Yamin dab Roestam Effendi, karena itulah mereka berdulah yang dianggap
sebagai “Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk sonata Indoesia tidak lagi tunduk pada
syarat-syarat sonata Italia atau Inggris, tetapi mempuyai kebebasan dalam segi isi maupun
rimanya.Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).
E. Puisi Kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman
atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, posisi kontemporer
dapat di artikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha
lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Puisi kontemporer sering memakai kata-kata yang
kurang mempehatikan santun bahasa , memkai kata-kata yang makin kasar, ejekan, dan lain-lain.
Pemekaian kata-kata simbolik atau lambang intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggap
tidak begitu penting lagi.
1. Puisi Mantrar
Puisi mantra adalah puisi mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bacrhi adalah
orang pertama yang memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri mantra
adalah sebagai berikut:
 Mantra bukanlah sesuatu yang di hadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang
disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu.
 Mantra berfungsi penghubung dunia manusia dengan dunia misteri.
 Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu
terletak pada pemerintah.

5
2. Puisi Mbeling
Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang
dimaksud adalah ketentuan-ketentuan umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama
kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan
oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tesebut di beri nama “Puisi Mbeling”. Kata-kata
dalam puisi mbeling tidak boleh dipilih-pilih lagi. Dasar puisis mbeling adalah main-main.
Puisi mbeling berciri mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur
puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa
ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).
Selain itu, puisi mbeling juga menyampaikan kritik social terutama pada system
perekonomian dan pemerintahan, dan menyampaikan ejekan kepada para penyair yang
bersikap sungguh-sungguh terhadap puisi. Dalam hal ini Taufik Isamil menyebut puisi
mbeling dengan puisi yang mengkritik puisi.
3. Puisi Konktret
Puisi konkret adalah puisi yang disusn dengan mengutamakan bentuk grafis berupa
bentuk tata wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya
menggunakan bahasa sebagai media. Didalam puisi konkret umumnya terdapat lambang-
lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan
ekspresi penyairnya.
Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu
meperhatikan beberapa unsur sebagai berikut:
 Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat
tertentu untuk menghidupkan pesan dipadu dengan repetisi ataupenggulangan-
penggulangannya.
 Tipografi; Meliputi penyususnan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang
disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
 Enjambemen; Meliputi penggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris
berikutnya.
 Kelakar (parodi); Meliputi menambah unsur hiburan ringan sebagai pelengkap
penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif).

6
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti
pembangunan, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya
membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya,
makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun
menurut syarat tertentu menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan.
Menurut zamannya puisi dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: puisi lama dan puisi baru. Puisi lama
merupakan puisi yang terikat oleh aturan-aturan.Puisi baru adalah puisi yang bentuknya
lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata,maupun rima.
Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri.Puisi
kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa,
memakai kata-kata yang makin kasar,ejekan, dan lain-lain. Pemekaian kata-kata simbolik
atau lambang intuisi, gaya Bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting
lagi.
B. SARAN
Pelajarilah karya sastra dengan baik agar kita memperoleh pengtahuan tentang karya sastra
terutama puisi.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Puisi

http://ilhamberkuliah.blogspot.co.id/2015/09/makalah-puisi.html

http://nandarthulo.blogspot.co.id/2011/08/makalah-menganalisis-jenis-karya-sastra.html

Anda mungkin juga menyukai