Anda di halaman 1dari 15

BAHASA INDONESIA

PUISI

OLEH :
ASIH TRY INDAH SAFITRI
KELAS : X MIA 3

SMA NEGERI 4 KEJURUAN MUDA


TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya, penyusunan makalah Puisi ini dapat
terselesaikan dengan cukup baik.
Dalam penyelesaian makalah Puisi ini, penulis banyak mengalami
kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang
menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari pihak lain, akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan. Karena itu, sudah sepantasnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan
dan bimbingan kepada penulis setiap saat.
Penulis sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah Puisi ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi. Harapan penulis, semoga
makalah yang sederhana ini dapat berguna bagi kita semua.

Sungai Liput, 12 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Hal.
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Puisi ..................................................................................... 2
B. Unsur-unsur Puisi .................................................................................. 3
C. Jenis-jenis Puisi Menurut Zaman .......................................................... 5
D. Jenis-jenis Puisi Menurut Bentuk ......................................................... 6
E. Puisi Kontemporer ................................................................................ 7
F. Contoh Puisi .......................................................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 11
B. Saran .................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan dan seni kreatif yang
obyeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa
sebagai mediumnya. Sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan
segala macam segi kehidupannya maka ia tidak saja merupakan suatu media
untuk menyampaikan ide, teori, atau sistem berpikir, tetapi juga merupakan
media untuk menampung ide, teori, atau sistem berpikir manusia. Sebagai
karya kreatif, sastra harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan
berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia. Di samping itu, sastra
harus pula mampu menjadi wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan
dirasakan oleh sastrawan tentang kehidupan umat manusia.
Karya sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa,
dan drama. Beberapa ahli yang merumuskan pengertian puisi menggunakan
berbagai pendekatan. Batasan puisi dengan menggunakan pendekatan
psikolinguistik, karena puisi merupakan karya seni yang tidak saja
berhubungan dengan masalah bahasa tetapi juga berhubungan dengan masalah
jiwa. Dengan pendekatan itu Slamet Mulyana menyimpulkan bahwa puisi
adalah sintesis dari pelbagai peristiwa bahasa yang telah tersaring semurni-
murninya dan pelbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalamannya,
tersusun dengan sistem korespondensi dalam salah satu bentuk.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian puisi?
2. Apa saja unsur-unsur puisi?
3. Apa saja jenis-jenis puisi menurut zamannya?
4. Apa saja jenis-jenis puisi menurut bentuknya?
5. Apa yang dimaksud dengan puisi kontemporer?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Puisi
Puisi adalah sebuah seni tertulis. Dalam bentuk seni ini, seorang
penyair menggunakan bahasa untuk menambah kualitas estetis pada makna
semantis. Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja
pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa.
Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Pandangan kaum awam biasanya
membedakan puisi dan prosa dari jumlah huruf dan kalimat dalam karya
tersebut. Puisi lebih singkat dan padat, sedangkan prosa lebih mengalir seperti
mengutarakan cerita. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan
mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tetapi sebagai perwujudan
imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi
juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke
dalam keadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zig-zag,
dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk
menunjukkan pemikirannya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu
kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin
membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki
alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi
keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan
antara puisi lama dan puisi baru
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber
belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi
itu sendiri yaitu 'pemadatan kata'. Kebanyakan penyair aktif sekarang baik
pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada
pokok puisi tersebut. Di dalam puisi juga biasa disisipkan majas yang
membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bermacam-macam,
salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar. Di

2
beberapa daerah di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan dalam bentuk
pantun. Mereka enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.

B. Unsur-unsur Puisi
1. Struktur Fisik Puisi
a. Perwajahan Puisi (Tipografi)
Perwajahan puisi (tipografi) yaitu bentuk puisi seperti halaman
yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya,
hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan
pemaknaan terhadap puisi.
b. Diksi
Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair
dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit
kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus
dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat
kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
c. Imaji
Imaji yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat
mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan,
pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau
sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan
melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
d. Kata Konkret
Kata konkret yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indra
yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan
dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata konkret “salju:
melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata
kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat
hidup, bumi, kehidupan, dll.

3
e. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yaitu penggunaan bahasa yang dapat
menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu.
Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatik, artinya
memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa
disebut juga majas. Adapun macam-macam majas antara lain metafora,
simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi,
anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars
pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
f. Rima/Irama
Rima/Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal,
tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup:
1) Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan
efek magis pada puisi Sutadji C.B.),
2) Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir,
persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh,
repetisi bunyi (kata), dan sebagainya.
3) Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah,
panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol
dalam pembacaan puisi.
2. Struktur Batin Puisi
a. Tema/Makna (Sense)
Tema/makna (sense) media puisi adalah tataran bahasa. Tataran
bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus
bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna
keseluruhan.
b. Rasa (Feeling)
Rasa (feeling) yaitu sikap penyair terhadap pokok
permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan
rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair,
misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial,
kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan

4
psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan
ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada
kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk
puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan,
pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang
sosiologis dan psikologisnya.
c. Nada (Tone)
Nada (tone) yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada
juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan
tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan
pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu
saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan
rendah pembaca, dll.
d. Amanat/Tujuan/Maksud (Intention)
Amanat/tujuan/maksud (intention) yaitu pesan yang ingin
disampaikan penyair kepada pembaca.

C. Jenis-jenis Puisi Menurut Zaman


1. Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan-aturan
itu antara lain:
a. Jumlah kata dalam 1 baris;
b. Jumlah baris dalam 1 bait;
c. Persajakan (rima);
d. Banyak suku kata tiap baris;
e. Irama.
Ciri puisi lama:
a. Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
b. Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
c. Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah
suku kata maupun rima.

5
2. Puisi Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam
segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri puisi baru:
a. Bentuknya rapi, simetris;
b. Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
c. Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada
pola yang lain;
d. Sebagian besar puisi empat seuntai;
e. Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
f. Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar): 4-5 suku kata.

D. Jenis-jenis Puisi Menurut Bentuk


1. Distikon
Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua
seuntai).
2. Terzina
Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
3. Kuatren
Kuatren, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat
seuntai).
4. Kuint
Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima
seuntai).
5. Sekstet
Sekstet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam
seuntai).
6. Septima
Septima, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh
seuntai).
7. Oktaf atau Stanza

6
Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris
(double kutrain atau puisi delapan seuntai).
8. Soneta
Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi
menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait
kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa
Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi
yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda
diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena
itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai “Pelopor/Bapak Soneta
Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat
soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi
maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat
belas baris).

E. Puisi Kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan
perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan
keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi
yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari
ikatan konvensional puisi itu sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai
kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata yang
makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau
lambang intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu
penting lagi.

1. Puisi Mantra
Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra.
Sutardji Calzoum Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan
puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri mantra adalah:
a. Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan
sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu.

7
b. Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri.
c. Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan
kemanjuran itu terletak pada perintah.

2. Puisi Mbeling
Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan.
Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum
berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah Aktuil
yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh
pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama "Puisi
Mbeling". Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi.
Dasar puisi mbeling adalah main-main. Puisi mbeling berciri
mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur
puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai
efek kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).
Selain itu, puisi mbeling juga menyampaikan kritik sosial terutama
terhadap sistem perekonomian dan pemerintahan, dan menyampaikan
ejekan kepada para penyair yang bersikap sungguh-sungguh terhadap
puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismail menyebut puisi mbeling dengan puisi
yang mengkritik puisi.

3. Puisi Konkret
Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan
bentuk grafis berupa tata wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi
seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media. Di
dalam puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang yang
diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan
ekspresi penyairnya.
Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata
juga perlu memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut:

8
1. Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-
tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau
pengulangan-pengulangannya.
2. Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata
yang disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
3. Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk
menuju baris berikutnya.
4. Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai
pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan
(kontemplatif).

F. Contoh Puisi

Hujan Bulan Juni


Karya Sapardi Djoko Damono

Tak ada yang lebih tabah


Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak


Dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif


Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
(1989)

9
Penerimaan
Karya Chairil Anwar

Kalau kau mau kuterima kau kembali


Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi


Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani


Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti
pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya
membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya,
makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun
menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata
kiasan.
Menurut zamannya puisi di bagi menjadi 2 (dua), yaitu: puisi lama dan puisi baru.
Puisi lama merupakan puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Puisi baru adalah puisi
bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata,
maupun rima.
Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Puisi
kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa,
memakai kata-kata yang makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik
atau lambang intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu
penting lagi.

B. Saran
Pelajarilah karya sastra dengan baik agar kita memperoleh pengetahuan tentang
karya sastra terutama puisi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Agni, Binar. 2009. Sastra Indonesia Lengkap. Jakarta : Hi-Fest Publishing

Arifin, Zaenal E. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akedemika Pressindo

Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Pressindo

Maman dan Rahmah Puerwahida. 2021. Buku Panduan Guru Bahasa Indonesia
Tingkat Lanjut : Cakap Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA Kelas XI.
Jkarta Selatan: Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia.

12

Anda mungkin juga menyukai