Anda di halaman 1dari 5

http://mazdzarberbagi.blogspot.com/2010/04/analisis-puisi-dengan-puisi-akukaray.

html

ANALISIS PUISI "DENGAN PUISI, AKU"


KARYA TAUFIQ ISMAIL
Pendahuluan - Ada tiga bentuk karya sastra, yaitu prosa, puisi, dan drama. Puisi adalah karya
sastra tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia. Karya-karya sastra lama yang berbentuk
puisi adalah Mahabharata, Ramayana dari India yang berbentuk puisi atau kavya (kakawin)
(Waluyo, 2003: 1). Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat,
dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif).
Walaupun singkat dan padat, tetapi berkekuatan. Karena itu, salah satu usaha penyair adalah
memilih kata-kata yang memiliki persamaan bunyi (rima). Kata-kata itu memiliki makna
yang lebih luas dan lebih banyak (Ibid, 2003: 1).
Karya-karya agung dalam banyak kesusastraan dunia selalu memberi pencerahan. Ia
mengajak kita untuk senantiasa bersikap kritis dalam menanggapi dunia sekitar kita atau
merangsang pembacanya agar tumbuh kepekaan emosional ketika hakikat manusia
dilecehkan. Puisi, mengingat bentuknya yang lebih padat dan ekspresif, konon paling
mewakili kegelisahan emosional. Konon juga, manusia sering kali merasa lebih mudah
mengungkapkan kegalauan perasaan dan pikirannya lewat puisi daripada ragam sastra yang
lain (Mahayana, 2005: 259).
Puisi yang baik lazimnya menawarkan serangkaian makna kepada pembacanya. Untuk
menangkap rangkaian makna itu, tentu saja pembaca perlu masuk ke dalamnya dan mencoba
memberi penafsiran terhadapnya. Langkah dasar yang dapat dilakukan untuk pemahaman itu
adalah ikhtiar untuk mencari tahu makna teks. Sebagai sebuah teks, puisi menyodorkan
makna eksplisit dan implisit. Makna eksplisit dapat kita tarik dari perwujudan teks itu sendiri;
pilihan katanya, rangkaian sintaksisnya, dan makna semantisnya. Pilihan kata atau diksi
menyodorkan kekayaan nuansa makna; rangkaian sintaksis berhubungan dengan maksud
yang hendak disampaikan. Adapun makna implisit berkaitan dengan interpretasi dan makna
yang meyertai di belakang puisi bersangkutan (Mahayana, 2005: 260).
Dalam sejarah kesusastraan modern, Taufiq Ismail dikenal sebagai salah seorang tokoh
Angkatan 66 yang memiliki pengaruh cukup populer dalam masyarakat. Popularitas ini tidak
mungkin dapat diraih oleh Taufiq jika ia tidak memiliki karya puisi dan mempublikasikannya
melalui berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik. Penyair yang mempublikasikan
puisi pertamanya di majalah Bangkitpada tahun 1954 ini, sampai kini telah menghasilkan
ratusan puisi. Meski Taufiq telah menrbitkan banyak kumpulan puisi, dalam perkembangan
terakhir ini hanya dua buku antologi puisi yang terkenal secara luas, yaitu Tirani
dan Benteng serta Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (Sayuti, 2005: 7).
Puisi Dengan Puisi, Aku dalam antologi puisi berjudul Tirani dan Benteng menarik
untuk dianalisis maknanya karena isinya kurang lebih mengungkapkan kecintaan Taufiq
Ismail terhadap puisi. Bagi Taufiq, puisi adalah sebuah nyanyian, dan ia berniat bernyanyi
sampai akhir hayat (Sayuti, 2005: 9).
2. Puisi Dengan Puisi, Aku
DENGAN PUISI, AKU
Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta

Berbatas cakrawala
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan Datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
Dengan puisi aku mengutuk
Nafas zaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya
1965
(Tirani dan Benteng, hlm. 62)
3. Pembahasan
Analisis yang dilakukan pada puisi Dengan Puisi, Aku mencakup beberapa aspek
atau unsur dalam suatu puisi, antara lain: (1) jenis puisi, (2) bunyi dan rima, (3) citraan dan
(4) penafsiran puisi.
3.1 Jenis Puisi
Puisi Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail ini termasuk dalam jenis puisi
diaphan. Hal ini karena pembaca dapat dengan mudah mengerti maksud yang ingin
disampaikan Taufiq Ismail. Walaupun menggunakan penggabungan kata-kata yang
menyebabkan bahasa kias tetapi pembaca masih dapat dengan mudah menerjemahkan isi dari
puisi tersebut. Berikut penggalan puisi yang menggunakan bahasa kias, tetapi masih dapat
dipahami isinya oleh pembaca.
Dengan puisi aku bernyanyi
Dengan puisi aku bercinta
Dengan puisi aku mengenang
Dengan puisi aku menangis
3.2 Bunyi dan Rima
3.2.1 Bunyi
Dalam sebuah puisi, bunyi tidak hanya memperindah bacaan puisi
bersangkutan. Tetapi juga dapat meciptakan gambaran dalam angan-angan pembacanya.
Bunyi juga dapat menciptakan suasana, sehingga kesedihan, keterpencilan, kerisauan, dan
suasana-suasana yang lain yang diharapkan dapat dirasakan oleh pembacanya dapat terpenuhi
akibat pemilihan bunyi pada puisi bersangkutan (Suharianto, 2005: 22).
Dalam puisi Dengan Puisi, Aku pembaca diharapkan merasakan bagaimana
kecintaan Taufiq Ismail dalam berpuisi. Karena Bagi Taufiq, puisi adalah sebuah nyanyian,
dan ia berniat bernyanyi sampai akhir hayat, karena nyanyian yang indah menyenangkan
pendengarnya (Sayuti, 2005:9).
3.2.2 Rima
Rima adalah pengulangan bunyi yang sama dalam puisi yang berguna untuk
menambah keindahan suatu puisi. Dalam persajakan rima dapat dibedakan menurut: bunyi
dan letak dalam baris.
3.2.2.1 Rima Awal
Dengan puisi aku bernyanyi
.............................................

Dengan puisi aku bercinta


.............................................
Dengan puisi aku mengenang
.............................................
Dengan puisi aku menangis
............................................
Dengan puisi aku mengutuk
.........................................
Dengan puisi aku berdoa
.........................................
3.2.2.2 Rima Akhir
Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta
Berbatas cakrawala
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan Datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
Dengan puisi aku mengutuk
Nafas zaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya
3.3 Citraan
Citraan merupakan gambaran yang timbul dalam khayal atau angan-angan pembaca
puisi atau karya sastra umum. Gambaran dalam angan-angan seperti itu sengaja diupayakan
oleh penyair agar hal-hal yang semula abstrak menjadi konkret, agar menimbulkan suasana
khusus dan mengesankan (Suharianto, 2005 : 40). Citraan yang biasanya muncul dalam puisi
antara lain: citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan perabaan, citraan penciuman,
citraan gerak, dan citraan pencecapan.
3.3.1 Citraan penglihatan
Citraan ini merupakan citraan saat penglihatan digugah untuk mencoba merasakan
apa yang ingin penyair sampaikan. Dalam puisi Dengan Puisi, Aku tidak terdapat citraan
jenis ini.
3.3.2 Citraan Pendengaran
Citraan ini merupakan citraan manakala indra pendengaran akan digugah untuk
merasakan maksud yang ingin disampaikan oleh penyair. Dalam puisi Dengan Puisi, Aku
tidak terdapat citraan jenis ini.
3.3.3 Citraan Perabaan
Citraan ini merupakan citraan yang bertujuan menggugah indra peraba, sehingga
dapat merasakan maksud yang ingin disampaikan oleh penyair.
..................................
Jarum waktu bila kejam mengiris
..................................
Pembaca diharapkan merasakan seperti teriris ketika mendengar dan membaca baris puisi
tersebut.
3.3.4 Citraan Penciuman

Citraan ini merupakan citraan yang bertujuan menggugah indra penciuman,


sehingga dapat merasakan maksud yang ingin disampaikan oleh penyair.
.........................................
Nafas zaman yang busuk
.........................................
3.3.5 Citraan Gerak
Citraan jenis ini merupakan citraan yang menggambarkan gerak, atau
menggambarkan sesuatu yang sesungguhnya tidak bergerak, tetapi dilukiskan sebagai dapat
bergerak. Dalam puisi Dengan Puisi, Aku tidak terdapat citraan jenis ini.
3.3.6 Citraan Pencecapan
Citraan ini merupakan citraan saat pencecapan digugah untuk mencoba merasakan
apa yang ingin penyair sampaikan. Dalam puisi karya Taufiq Ismail ini tidak terdapat citraan
jenis ini.
3.4. Penafsiran Puisi
Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Puisi ini adalah ungkapan seorang Taufiq Ismail, puisi adalah sebuah nyanyian, dan ia
berniat bernyanyi sampai akhir hayatnya, karena nyanyian yang indah dapat menyenangkan
pendengarnya.
Dengan puisi aku bercinta
Berbatas cakrawala
Puisi adalah cinta, yang luas maknanya karena cinta itu universal dan bisa disampaikan
melalui puisi.
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan Datang
Puisi adalah bagian dari keimanan, aku mengenang artinya mengingat sang Pencipta
untukKeabadian yang akan datang, untuk mengingatkan diri agar tak lekang mengenang hari
akhir yang abadi.
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
Puisi juga media untuk meratap, menangis, bila kesedihan tak tertahankan yang
diakibatkan diiris oleh waktu. Ketika waktu itu terlewati dengan hal-hal yang tidak
bermanfaat tentunya kita akan menyesal bagai teriris pisau.
Dengan puisi aku mengutuk
Nafas zaman yang busuk
Puisi adalah cara mengecam kezaliman, penindasan dan kesewenang-wenangan yang terasa
buruk dan busuk, sekaligus sebagai saksi dari berbagai peristiwa sejarah.
Dengan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya
Puisi adalah cara berdoa, cara untuk mengingat serta mendekatkan diri dengan sepenuh hati
kepada Tuhan Yang Maha Pencipta.
4. Penutup
Analisis yang dilakukan pada puisi Dengan Puisi, Aku mencakup beberapa aspek
atau unsur dalam suatu puisi, antara lain: (1) jenis puisi, (2) bunyi dan rima, (3) citraan dan
(4) penafsiran puisi. Jenis puisi pada puisi Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail ini
berjenis puisi diaphan karena kata-kata kias pada isi puisi mudah dipahami oleh pembacanya.
Bunyi dan rima puisi Dengan Puisi, Aku terdapat pada penempatan rima yang khas, seperti
terdapat rima awal dan rima akhir. Citraan yang digunakan dalam puisi Dengan Puisi, Aku

hanya ada dua citraan yaitu citraan penciuman dan citraan perabaan. Penafsiran puisi
Dengan Puisi, Aku adalah sepenuhnya bagaimana kita sebagai pembaca puisi dapat
memanfaatkan media puisi sebagai media yang baik dan bermanfaat untuk kehidupan di
sekitar kita.
5. Daftar Pustaka
Mahayana, Maman S. 2005. Sembilan Jawaban Sastra Indonesia. Jakarta: Bening Publishing.
Sayuti, Suminto A. 2005. Taufiq Ismail: Karya dan Dunianya. Jakarta: PT Grasindo.
Suharianto, S. 2005. Pengkajian Puisi. Buku Ajar Mata Kuliah Pengkajian Puisi. Semarang: Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
Waluyo, Herman J. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai