Disoproporsinasi
Disoproporsinasi propilena pada suhu 450
o
C dan tekanan 17 atm akan
menghasilkan etilen dan butilen. Reaksi dengan katalis tungsten:
Oksidasi Katalitik
Oksidasi katalitik propilena dengan adanya katalis PdCl2 menghasilkan aseton
Nitro oksidasi propilen pada suhu 700
o
C dengan katalis perak menghasilkan
akronitril
Aseton; yang juga dikenal sebagai propanon, dimetil keton, 2-propanon,
propan-2-on, dimetilformaldehida, dan -ketopropana; adalah senyawa berbentuk
cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Aseton merupakan keton yang
paling sederhana. Aseton larut dalam berbagai perbandingan dengan air, etanol, dietil
eter, dan lain lain sehingga mempunyai peran sebagai pelarut yang penting pada
berbagai kebutuhan. Aseton digunakan untuk membuat plastik, serat, obat-obatan,
dan senyawa-senyawa kimia lainnya.
Disisi lain fenol, atau asam karbolat/ benzenol, adalah zat kristal tak berwarna
yang memiliki bau khas dengan rumus kimia C
6
H
5
OH. Fenol dapat digunakan
sebagai antiseptik; berfungsi dalam pembuatan obat-obatan; sebagai desinfektan,
bahan pembuatan pelarut, dan bahan pembuat zat warna; dan untuk bahan pengawet.
3.1.2 Akrolein dan Gliserin
Akrolein (2 propenal), yang merupakan unsaturated aldehid sederhana,
merupakan senyawa tidak berwarna, mudah menguap, beracun, dan memiliki
reaktivitas kimia yang tinggi dengan bau yang kuat. Akrolein dibuat dengan proses
oksidasi propilena dalam reaktor katalitik. Katalis yang umum digunakan adalah
CuO. Propilena dan udara dipanaskan dalam heater atau furnace hingga suhunya
mencapai 350
o
C. Keluaran heater /furnace lalu diumpankan dalam reaktor katalitik
diamana reaksi yang terjadi adalah:
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
19 Universitas Indonesia
Kegunaan akrolein diantaranya:
1. Akrolein dengan konsentrasi kurang dari 500 ppm digunakan sebagai
pelindung bahan bakar cair dari mikroorganisme
2. Bahan pembuatan asam amino metionin esensial
3. Reduksi akrolein dengan alil alkohol akan menghasilkan gliserin sintesis
4. Oksidasi ko-polimerisasi akrolein dan asam akrilat akan menghasilkan
polimer dengan berat molekul yang rendah dengan sifat pemisah dan
pendispersi yang baik sehingga banyak digunakan dalam industri keramik,
kertas, dan elektroplating.
Akrolein sebagai produk antara dapat diubah lebih lanjut menjadi gliserin
(poin manfaat no.3). Gliserin digunakan sebagai bahan tambahan pada produk sabun
dan kosmetik. Lebih lanjut, gliserin juga digunakan sebagai pelarut untuk minyak dan
lemak pada produk makanan. Karena gliserin memiliki tiga gugus OH, maka gliserin
mudah larut dalam air, dan dapat membersihkan sejumlah noda berdasar minyak
ketika gliserin digunakan bersama dengan zat surfaktan seperti sabun.
Pada industri kosmetik senyawa gliserin digunakan sebagai zat pelembab.
Sifat gliserin yang menyerap air memungkinkannya untuk dapat melembabkan kulit
dan melindunginya dari kekeringan. Gliserin juga digunakan untuk mengentalkan
larutan dan melembabkan permukaan ketika dioleskan pada kulit ataupun rambut.
3.1.3 Propilen Oksida
Propilen Oksida merupakan suatu produk antara yang dihasilkan dari
propilena. Propilen Oksida merupakan cairan yang tidak berwarna dan baunya tidak
menyengat. Bahan kimia ini dapat dihasilkan dari propilena melalui proses
khlorohidrasi menghasilkan chlorohydrin, kemudian diikuti dengan proses
dehidroklorinasi dengan menggunakan lime untuk menghasilkan propilen oksida dan
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
20 Universitas Indonesia
salt (Kirk Othmer,1983). Propilen oksida mempunyai rumus molekul berupa
CH
3
CHCH
2
O.
Propilen Oksida direaksikan dengan air menggunakan katalis asam, katalis
basa maupun tanpa katalis menghasilkan monopropilen glikol dan ipropilen glikol.
Reaksi dengan senyawa lain mengahsilkan produk- produk sebgai berikut:
Reaksi dengan alkohol dan phenol menghasilkan glikol eter yang akan
bereaksi lebih lanjut membentuk di-, tri-, dan polipropilen glikol eter
Direaksikan dengan amonia tanpa katalis membentuk mono-, di-, tri- iso
propanolamina
Reaksi dengan asam organik akan menghasilkan glikol monoeter
Reaksi dengan komponen hidrogen sulfida dan dengan thiols (merkaptan) dan
thiophenol tanpa katalis akan membentuk merkaptopropanol dan glikol trieter
Reaksi dengan gugus hidroksil dalam gula, selulosa dan glikol dengan katalis
alkalin membentuk hidroksi propil eter dan turunan poliglikol
3.1.4 Poly Propylane (PP)
Propena merupakan olefin terpenting yang digunakan untuk membuat poly
propylane (polipropilen), yaitu suatu polimer yang digunakan untuk membuat serat
sintesis, materi pengepakan, dan peralatan memasak. Polipropilena merupakan
produk akhir dari propena. Polipropilena terbentuk dari monomer propilena melalui
proses polimerisasi menggunakan katalis Ziegler-Natta, Kminsky atau katalis
metallocenne.
Gambar 3.2 Proses Polimerisasi Ziegler-Natta
(Sumber: http://www.slideshare.net/carrie_mvp/presentasi-poli-propilena-pp)
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
21 Universitas Indonesia
Proses polimerisasi menghasilkan suatu rantai linier yang berbentuk A-A-A-
A-A-, dengan A merupakan unit ulang propilena. Monomer senyawa ini berupa
propilena dengan unit ulang polimer yang tergambarkan sebagai berikut,
Gambar 3.3 Unit Ulang Polimer PP
(Sumber: http://www.slideshare.net/carrie_mvp/presentasi-poli-propilena-pp)
Kegunaan polipropilen sangatlah luas terutama dalam kehidupan sehari- hari
seperti pada kantung plastik, mainan, ember, botol, film, dan industri otomotif.
Polipropilen memiliki kelebihan dibanding produk sintesis lainnya seperti lebih tahan
panas, keras namun flexible, dan dapat tembus cahaya.
Titik leleh polipropilen mencapai 165C.
Gambar 3.4 Produk- Produk Berbahan Dasar Polipropilena
(Sumber:http://www.academia.edu/3628006/Industry_of_Ethylene_and_Acetylene)
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
22 Universitas Indonesia
3.1.5 Butiraldehid
Butiraldehid merupakan produk utama dalam proses hidroformilasi propena
dan gas campuran serta merupakan produk antara yang banyak digunakan dalam
industri kimia. Butiraldehid melalui beberapa proses pengolahan lanjut, baru dapat
digunakan secara langsung oleh manusia. Misalnya proses aldolilasi dari n-
butiraldehid akan menghasilkan 2-etil heksanal dan untuk selanjutnya hidrogenasi 2-
etil heksanal akan menghasilkan 2-etil heksanol yang banyak digunakan sebagai
plasticier.
Butiraldehid dihasilkan dari reaksi hidroformilasi antara propena dan gas
campuran antara hidrogen-karbon monoksida. Pada reaksi hidroformilasi gugus
ganda pada propena bereaksi berikatan dengan gas campuran hidrogen-karbon
monoksida membentuk n-butiraldehid seperti yang ditunjukkan di bawah.
Propena dan gas campuran hidrogen-karbon monoksida merupakan reaktan yang
digunakan dalam proses hidroformilasi inisedangkan katalis yang digunakan adalah
rhodium yang berikatan dengan ligannya PPh
3
(tripenilpospin).
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
23 Universitas Indonesia
Gambar 3.5 Skema Pemanfaatan Butiraldehid dari Propena
Salah satu produk akhir dari butiraldehid adalah butyl asetat. Butil asetat
merupakan solvent yang aktif untuk film former seperti selulosa nitrat, selulosa asetat
butirat, etil selulosa, chlorinated rubber, polystirene dan resin methacrylate. Sebagai
protective coating, butil asetat dapat digunakan pada kerajinan kulit, tekstil dan
plastik. Senyawa ini dapat juga digunakan sebagai solven ekstraksi pada proses
bermacam- macam minyak dan obat-obatan. Kegunaan lainnya adalah sebagai bahan
untuk parfum, dan sebagai komponen pada aroma sintetis seperti aprikot, pisang, pir,
nanas, delima dan rashberry (Mc Ketta, 1977).
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
24 Universitas Indonesia
3.1.6 Asam Akrilat
Asam akrilat (acrylic acid atau prop2enoic acid) dengan rumus molekul
CH2=CHCOOH dan rumus kimia C3H4O2 diproduksi dari propena dengan proses
penyulingan. Asam akrilat merupakan senyawa vinil karboksilat yang berbau tajam
menyengat dan merupakan asam lemah, namun lebih korosif disbanding asam asetat,
sehingga perlu penanganan yang hati- hati, dan harus dihindari kontak langsung
dengan kulit (Billmeyer, 1983).
Asam akrilat digunakan untuk membuat polimer akrilik. Mulsion polymer dari
akrilat banyak digunakan sebagai cat (coatings), tekstil, bahan perekat (adhesive),
kertas, pengkilap lantai, industri kulit, keramik dan sebagai kopolimer dari acrylic
fiber.
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
25 Universitas Indonesia
BAB 4
PROSES PRODUKSI PROPENA
4.1 Jenis Reaksi Pembentukan Propena
Propena dapat diproduksi dengan cara Prophanol Dehydration, Crude Oil
Cracking, dan dehidrogenasi Propana. Berikut beberapa penjelasan mengenai proses
pembentukan propena.
4.1.1 Dehidrasi Propanol
Dehidrasi propanol merupakan reaksi pemecahan propanol menjadi propena
dan air. Propanol dihidrogenasi dengan ion hidrogen sehingga memisahkan ikatan
OH pada propanol. Ikatan OH tersebut lebih condong untuk berikatan dengan ion H+
membentuk H
2
O. Melalui reaksi tersebut terbentuk propana dengan gugus carbon ke
2 yang radikal. Kondisi radikal tersebut menyebabkan karbon 1 lebih condong untuk
membentuk rangkap dibandingkan dengan berikatan dengan ion H+ sehingga
terbentuk propilena dan ion H+.
Gambar 4.1 Proses Dehidrasi Propanol
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
26 Universitas Indonesia
4.1.2 Dehidrogenasi Propana
Propylene dapat dihasilkan pula dari propana. Propana merupakan jenis
alkana atau n-parafin (lurus, tidak bercabang, dan tidak rangkap). Suatu senyawa
alkana dapat dibentuk menjadi senyawa alkena dengan cara dehidrogenasi.
Dehidrogenasi pada kontek di sini merupakan reaksi pelepasan dua ion H+ pada
rantai alkana sehingga terbentuk ikatan rangkap (alkena). Dehidrogenasi ini dapat
terjadi dengan bantuan panas yang cukup tinggi maupun katalis yang sesuai.
CH
3
-CH
2
-CH
3
CH
2
=CH-CH
3
+ H
2
4.1.3 Naftha Cracking
Untuk meningkatkan efisiensi ekonomi pada industri oil and gas, maka nafta
akan dicracking (direkah) menjadi rantai karbon yang lebih pendek. Proses cracking
tersebut memiliki konversi yang berbagai macam tergantung dari kondisi operasi
yang dilakukan. Beberapa hal penting pada proses cracking yaitu kondisi operasi
berupa tekanan, suhu, jumlah reaktan maupun produk, serta katalis yang digunakan.
Berikut merupakan contoh persamaan cracking secara umum,
Persamaan reaksi cracking antara lain:
Parafin terengkah menjadi olefin dan paraffin yang lebih kecil
C
n
H
2n+2
C
m
H
2m
+ C
p
H
2p+2
paraffin olefin parafin
Olefin terengkah menjadi olefin yang lebih kecil
C
n
H
2n
C
m
H
2m
+ C
p
H
2p
olefin olefin olefin
Perengkahan rantai samping aromatik
AromatikC
n
H
2n-1
AromatikC
m
H
2m-1
+ C
m
H
2m+2
Naphtene (cycloparaffin) terengkah menjadi olefin
Cyclo-C
n
H
2n
Cyclo + C
m
H
2m
+ C
p
H
2p
olefin olefin
Jika sikloparafin mengandung sikloheksana
Cyclo-C
n
H
2n
C
6
H
12
+ C
m
H
2m
+ C
p
H
2p
sikloheksana olefin olefin
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
27 Universitas Indonesia
4.1.4 Methanol to Propylene (MTP)
Proses produksi propilena dengan metanol biasa dikenal dengan nama
Methanol to Propylene (MTP). Metanol dipanaskan membentuk dimethyl eter
(DME). Kemudian DME terionisasi dan berpolimerisasi menjadi rantai karbon C
2
C
3
dan bensin menggunakan katalis zeolit ZSM-5. Sebelum dilakukan pemurnian,
produk samping (non hidrokarbon) berupa air dipisahkan secara distilasi atau
pemanasan untuk mempermudah proses fraksinasi. Fraksinasi dilakukan untuk
memisahkan antara propilen dengan produk hidrokarbon lainnya. Berikut reaksi
kimia yang terjadi,
2 CH
3
OH CH
3
OCH
3
+ H
2
O
a CH
3
OCH
3
a C
n
H
2n
+ a H
2
O
4.1.5 Studi Perbandingan Jenis Pembentukan Propilena
Tabel di bawah ini menjelaskan merangkum beberapa jenis pembentukan
propilena,
Tabel 4.1 Perbandingan Jenis Pembentukan Propilena
Dehidrasi Dehidrogenasi Cat Cracking MTP
Umpan propanol Propana Naftha Metanol
Katalis H
2
SO
4
Ni dan Pt Al
2
O
3
dan SiO
2
Zeolit ZSM-5
Kondisi Operasi
Suhu:
Tekanan:
20 25
o
C
175
o
C
420 490
o
C
1,3-1,6 bar
Secara teoritis propilena dapat diproduksi dengan cara dehidrasi propanol dan
dehidrogenasi propana. Propanol dengan gugus OH terhidrasi dalam bentuk H
2
O
dengan katalis H
2
SO
4
. Begitu pula dengan dehidrogenasi propana, pembentukan
rangkap terjadi karena pelepasan H
2
pada dua gugus karbon. Selain itu, propilena
dapat dapat dihasilkan dengan cara catalytic cracking dan polimerisasi. Catalytic
cracking lebih banyak diaplikasikan pada skala industri karena selektifitas dari katalis
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
28 Universitas Indonesia
tersebut sehingga menghasilkan produk yang diinginkan. Teknologi terbaru berupa
MTP oleh Air Liquide memproduksi propilena menjadi propanol dengan suhu yang
cukup tinggi sekitas 490
o
C.
4.2 Proses Produksi pada Industri Propilena
Pemanfaatan propilena dalam kehidupan sehari- hari sangatlah luas sehingga
diperlukan kapasitas produksi yang sesuai. Di Indonesia industri penghasil propilena
masing- masing menggunakan metode yang berbeda dalam memproduksi propilena.
Hal ini tergambar pada tabel 4.1 diatas.
4.2.1 Methanol to Propylene (MTP) oleh PT. Air Liquide Indonesia
PT Air Liquide Indonesia menggunakan teknologi The Lurgi Mega Methanol
(LMM) yang merupakan teknologi proses yang mengubah methanol menjadi
propilen ( methanol to propylene / MTP ) dengan menggunakan fixed bed reactor
pada tekanan 1,3-1,6 bar dan temperature 420
0
C- 490
0
C. Katalis yang dapat
digunakan adalah alumino silicate dalam bentuk zeolit yang memiliki selektivitas
tinggi untuk propilen. Produk sampingnya berupa bensin dengan bilanggan oktan
tinggi , LNG, dan fuel gas. Konversi propilena yang didapatkan dengan
menggunakan metode ini sebesar 20, 73 %.
Gambar 4.2 Diagram Alir Lurgi MTP Process PT. Air Liquide Indonesia
(Sumber: airliquide.com)
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
29 Universitas Indonesia
Kelebihan menggunakan proses ini adalah:
High Yield (hingga 65 % mol untuk basis C)
Proses sederhana ( biaya produksi rendah )
Menggunakan sistem fixed-bed adiabatic reactor yang sederhana
Purification section yang sederhana dan telah dikenal luas
Kondisi operasi sedang
Produk samping yang bernilai jual cukup tinggi (Fuel gas, LNG, dan
Gasoline)
Tahapan proses pembuatan propilena dari methanol yaitu sebagai berikut,
metanol (MeOH) sebagai bahan baku masuk ke dalam DME reaktor bersama dengan
katalis yang digunakan, reaksi berlangsung selama 30 menit dengan suhu 573,15K.
Setelah terbentuk DME kemudian dilanjutkan ke reaktor MTP dengan suhu operasi
400
o
C dan tekanan 3 bar. Produk dari reaktor masuk ke dalam separator, dimana di
dalam separator produk tersebut dipisahkan menjadi 3 aliran. Aliran 1 berupa
methanol dan dimetil eter (DME) yang kemudian akan direcyle kembali ke dalam
reaktor. Aliran 2 berupa air hasil reaksi yang akan digunakan untuk steam dan air
pendingin. Aliran 3 merupakan produk utama yang yang masih tersisa sedikit
pengotor.Aliran 3 hasil dari separator akan masuk ke kompresor yang kemudian akan
dikompresi menuju unit purifikasi. Di dalam unit purifikasi aliran 3 akan dimurnikan
sehingga menghasilkan keluaran berupa propilena, gasoline, dan LPG dan pengotor
berupa sisa-sisa methanol dan dimetil eter. Metanol dan dimetil eter direcyle kembali
menuju reactor dan propilena, gasoline serta LPG akan disimpan di storage masing-
masing.
4.2.2 PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk
PT. CAP dapat memproduksi produk petrokimia dari turunan minyak bumi,
terutama nafta. Penggunaan nafta dilakukan karena paling mudah dibentuk ulang
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
30 Universitas Indonesia
(reforming).
Gambar 4.3 Diagram Alir Produksi Propilena PT Chandra Asri Tbk
Produk dari gambar di atas terlihat bahwa Nafta secara cracking dapat
memproduksi propilena yang merupakan bagian dari petrochemical upstream.
Propilene tersebut kemudian akan dimanfaatkan untuk satu produk berupa polimer
dari propilena tersebut yaitu polipropilena.
4.2.3 RCC oleh PT Pertamina RU VI Balongan
Pertamina UP VI menggunakan Propylene Recovery Unit (PRU) untuk
merecovery hasil samping dari produk LPG. Teknologi tersebut terus berkembang
dikarenakan kebutuhan propilena yang masih tergantung pada impor. Oleh karena itu,
teknologi tersebut diganti dengan RCC Off Gas to Propylene Project (RCCOPP)
masih sama yaitu recovery langsung produk samping dari RCC.
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
31 Universitas Indonesia
Proses utama yang ada pada pengolahan minyak bumi di PT PERTAMINA
RU VI Balongan, dibedakan menjadi 3, yaitu:
a. Hydro Skimming Complex (HSC) Unit
b. Distillation & Hydrotreating Complex (DHC) Unit yang terdiri dari
Atmospheric Hydrotreating Unit (AHU) dan Hydrotreating Unit (HTU)
c. Residue Catalytic Cracker Complex (RCCC) yang terdiri dari Residue
Catalytic Cracker (RCC/RCU) dan Light End Unit (LEU)
Dari ketiga proses utama di balongan, propilena diproduksi di Kilang
Pertamina RU VI, Balongan pada Residue Catalytic Cracker (RCC) berbahan baku
Nafta. Nafta tersebut dikonversi menjadi propilena dengan cara cracking.
Prosesnya adalah sebagai berikut: bahan baku minyak mentah yang berasal
dari Duri dan Minas diolah di CDU (Crude Distillation Unit). Unit CDU merupakan
primary processing yang berfungsi memisahkan minyak mentah menjadi beberapa
produk melalui pemisahan fisik berdasarkan titik didih dengan proses yang disebut
distilasi. Feed pada CDU masih mengandung kontaminan logam serta komponen lain
yang tidak dikehendaki dalam proses. Bahan baku diolah dengan proses fraksinasi
atmosferis (atmospheric fractionation). Produk yang dihasilkan adalah Straight Run
Naphta, Kerosene, Gas oil, dan Atmospheric Residue (AR).
Atmospheric Residue (AR) yang dihasilkan oleh unit CDU diumpankan ke
ARHDM (Atmospheric Residue Hydrodemetalizzation) dan ke RCC (Residue
Catalytic Cracking). Unit ARHDM merupakan secondary processing yang berfungsi
untuk mengolah AR dari CDU untuk mengurangi senyawa-senyawa yang terkandung
di dalamnya seperti Nickel, Vanadium,Carbon Residue, Senyawa Nitrogen dan
Senyawa sulfur. ARHDM terdiri dari 2 train reaktor dan satu train fraksionator yang
menghasilkan produk Naphta, Kerosene, Gas Oil, dan Treated Residue (DMAR).
Unit RCC (Residue Catalytic Cracking) merupakan kilang minyak tingkat
lanjut (secondary processing) untuk mendapatkan nilai tambah dari pengolahan
residu campuran dari DMAR (Treated Residue) produk ARHDM (Atmospheric
Residue Hydrodemetalizzation) dan AR (Atmospheric Residue) produk CDU (Crude
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
32 Universitas Indonesia
Distillation Unit). Reaksi yang terjadi adalah reaksi cracking secara katalis dan
thermal. Katalis yang digunakan terdiri dari zeolit, silica, dll.
Reaksi crackingmerupakan reaksi eksotermis. Produk yang dihasilkan oleh unit RCC
antara lain: LPG, Propylene, Polygasoline, Naphta, Light Cycle Oil (LCO) serta
Decant Oil (DCO).
4.3 Unit Proses Produksi Propena PT Pertamina
4.3.1 Residu Catalytic Cracker Unit
Unit ini berfungsi sebagai kilang minyak tingkat lanjut (secondary
processing) untuk mendapatkan nilai tambah dari pengolahan residu. Reduced crude
sebagai umpan RCC adalah campuran dari paraffin, olefin, naphtene, dan aromatik
yang sangat kompleks merupakan rangkaian fraksi mulai dari gasoline dalam jumlah
kecil sampai fraksi berat dengan jumlah atom C panjang.Di dalam RCC terdapat
reaktor, regenerator, catalyst condenser, main air blower, cyclone, catalyst system,
dan CO boiler. Unit ini berkaitan erat dengan Unsaturated Gas Plant Unit yang akan
mengelola produk puncak main column RCC Unit menjadi stabilized gasoline, LPG
dan non condensable lean gas.
Reaksi yang terjadi di unit ini adalah reaksi cracking (secara katalis dan
thermal). Thermal cracking terjadi melalui pembentukan radikal bebas,
sedangkan catalytic cracking melalui pembentukan ion carbonium tersier.
Reaksi cracking merupakan reaksi eksotermis. Katalis yang digunakan terdiri atas
zeolit, silica, dan lain- lain. Salah satu fungsi bagian asam dari katalis adalah untuk
memecah molekul yang besar.
Produk-produk yang dihasilkan antara lain:
Liquified Petroleum Gas (LPG)
Gasoline dari fraksi naphta
Light Cycle Oil (LCO)
Decant Oil (DCO)
Sedangkan stream yang tidak diproduksi antara lain:
Heavy naphta
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
33 Universitas Indonesia
Heavy Cycle Oil (HCO)
4.3.2 LPG Treatment Unit
Unit LPG Treatment dirancang untuk mengolah feed dari produk
atas debutanizer padaUnsaturated Gas Plant, dan berfungsi untuk memurnikan LPG
produk Unsaturated Gas PlantUnit dengan cara mengambil
senyawa merchaptan dan organic sulfur lain untuk merubahnya menjadi senyawa
sulfida. Produk yang dihasilkan yaitu treated mixed LPG untuk selanjutnya dikirim
ke Propylene Recovery Unit.
4.3.3 Propylene Recovery Unit
Unit PRU berfungsi untuk menghasilkan High Purity Prophylene selain
propana dan campuran butana, dengan saturated LPG dari treater sebagai umpan.
Fungsi utama dari unit ini adalah memisahkan mixed butane dan memproses LPG
C
3
dan C
4
dari gas concentration unit untuk mendapatkan produk propilene dengan
kemurnian yang tinggi (99,6%). Produk lain yang dihasilkan dari unit ini adalah
propan dan campuran butane/butilen yang kemudian akan dialirkan ke Catalitic
Condensation Unit. Proses yang digunakan dalam unit ini untuk menjenuhkan
senyawa diolefin menjadi monolefin adalah Selective Hydrogenation
Processes (SHP) dengan Reaktor Huels. Reaksi kimia SHP ini berlangsung dalam
kondisi fase cair dalam fixed bed catalyst dengan jumlah H
2
yang digunakan hanya
secukupnya.
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
34 Universitas Indonesia
Gambar 4.4 Unit Proses Produksi Propilena dengan RCC
(Sumber: PT. Pertamina)
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
35 Universitas Indonesia
BAB 5
ISU LINGKUNGAN TERKAIT PROPENA
5.1 Keamanan Lingkungan Senyawa Propena
Propena ditemukan secara alami pada vegetasi, terutama jenis pohon tertentu.
Senyawa ini juga merupakan produk pembakaran, misalnya dari kebakaran hutan dan
asap rokok dari kendaraan bermotor dan knalpot pesawat. Lebih lanjut, senyawa ini
juga sebagai pengotor dalam beberapa gas pemanasan. Dalam beberapa uji tes,
konsentrasi propena di pedesaan berada pada kisaran 0,1-4,8 ppb, 4-10,5 ppb diudara
perkotaan, dan 7-260 ppb di dalam lingkungan industri.
Di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa, senyawa ini dipatok nilai
ambang batasnya pada angka 500 ppm bagi pekerja yang minimal memiliki 8 jam
kerja. Hal ini dikarenakan propena yanganggap senyawa organic volatile (VOC)
namun tidak terdaftar sebagai polutan udara yang berbahaya oleh US Environmental
Protection Agency (EPA). Dengan memiliki umur aktif yang relatif pendek, senyawa
ini tidak diperkirakan menyebabkan fenomena bioakumulasi.
Propena memiliki tingkat toksisitas akut yang rendah jika terinhalasi.
Menghirup gas propena dapat menyebabkan efek anastesik. Dibutuhkan konsentrasi
propena yang cukup tinggi untuk membuat seseorang tidak sadarkan diri akibat
menghirup senyawa propena. Dalam segi pharmakologi, propena bertindak sebagai
central nervous system depressant. Terekspos secara berlebihan senyawa ini dapat
mengakibatkan sedation dan amnesia, yang bisa menyebabkan koma sampai
kematian dengan mekanisme yang sama jika kita mengalami overdosis dari
benzodiazepine.
5.1.1 Penyimpanan dan Penanganan
Dikarena senyawa propena sangat mudah menguap (volatile) dan mudah
terbakar (flammable), tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menghindari
bahaya kebakaran dalam penanganan gas propena. Jika propena diisikan ke peralatan
yang dapat menimbulkan percikan api, peralatan tersebut harus dimatikan terlebih
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
36 Universitas Indonesia
dahulu jika kita ingin mengisi, mengeluarkan, menyambungkan maupun
memutuskan. Propena biasanya disimpan dalam bentuk cair dengan tekanan rendah,
walaupun memungkinkan juga untuk menyimpan dalam fasa gas dengan aman pada
suhu ambient dalam container yang memenuhi standar.
Pada proses penyimpanan propena, sebaiknya patut dihindari penggunaan
tembaga, perak, magnesium dan pengolahan logam lainnya. Garam asam (misalnya,
klorida timah, seng klorida), basa, amina tersier seperti polusi yang berlebihan harus
juga dihindari. Jika terjadi kebakaran propena pun harus dipadamkan dengan busa
khusus.
5.2 Daur Ulang Polipropilena
Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barang-barang
plastik beberapa dekade ini telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah
plastik (80%) dapat diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus
dilakukan pencampuran dengan bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan
kualitas (Syafitrie, 2001). Menurut Hartono (1998) empat jenis limbah plastik yang
populer dan laku di pasaran yaitu polietilena (PE), High Density Polyethylene
(HDPE), polipropilena (PP), dan asoi.
Di Indonesia, plastik daur ulang sebagian besar dimanfaatkan kembali sebagai
produk semula dengan kualitas yang lebih rendah. Pemanfaatan plastik daur ulang
sebagai bahan konstruksi masih sangat jarang ditemui. Pada tahun 1980 an, di Inggris
dan Italia plastik daur ulang telah digunakan untuk membuat tiang telepon sebagai
pengganti tiang-tiang kayu atau besi. Di Swedia plastik daur ulang dimanfaatkan
sebagai bata plastik untuk pembuatan bangunan bertingkat, karena ringan serta lebih
kuat dibandingkan bata yang umum dipakai (YBP, 1986).
Pemanfaatan plastik daur ulang dalam bidang komposit kayu di Indonesia
masih terbatas pada tahap penelitian. Ada dua strategi dalam pembuatan komposit
kayu dengan memanfaatkan plastik, pertama plastik dijadikan sebagai binder
sedangkan kayu sebagai komponen utama; kedua kayu dijadikan bahan
pengisi/filler dan plastik sebagai matriksnya. Penelitian mengenai pemanfaatan
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
37 Universitas Indonesia
plastik polipropilena daur ulang sebagai substitusi perekat termoset dalam pembuatan
papan partikel telah dilakukan oleh Febrianto dkk (2001). Produk papan partikel yang
dihasilkan memiliki stabilitas dimensi dan kekuatan mekanis yang tinggi
dibandingkan dengan papan partikel konvensional. Penelitian plastik daur ulang
sebagai matriks komposit kayu plastik dilakukan Setyawati (2003) dan Sulaeman
(2003) dengan menggunakan plastik polipropilena daur ulang. Dalam pembuatan
komposit kayu plastik daur ulang, beberapa polimer termoplastik dapat digunakan
sebagai matriks, tetapi dibatasi oleh rendahnya temperatur permulaan dan pemanasan
dekomposisi kayu (lebih kurang 200C).
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
38 Universitas Indonesia
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas, penulis memberikan bahwa propena, yang dikenal
sebagai propilena atau methylethylene, merupakan senyawa organik tak jenuh
(rangkap) yang memiliki rumus kimia C
3
H
6
berbentuk gas. Senyawa ini dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku PP (polimer serat), butiraldehid, dan aseton. Selain
itu, terdapat pula turunan dari propilena berupa gliserin (bahan campuran sabun) dan
akrilat (bahan baku cat).
Kebutuhan propilena sangat tinggi, tetapi hanya tiga industri di Indonesia
yang menyokong kebutuhan propilena di Indonesia. PT. Chandra Asri sebesar
320.000 ton dan PERTAMINA RU VI Balongan sebesar 230.000 ton pertahun pada
2012. Pada tahun tersebut pula PT. Air Liquide Indonesia mulai berproduksi
menghasilkan propilena dengan metode MTP yang berkapasitas 470.000 ton/ tahun.
Propilena dapat diproduksi dengan cara Crude/ Residual Oil Cracking,
Prophanol Dehydration, Dehydrogeneration of Parafin dan lainnya. Tetapi, pada
praktiknya industri hanya menggunakan proses cracking turunan minyak bumi karena
memliki lebih menguntungkan dari segi ekonomi, bahan baku, dan kapasitas produksi
yang harus terus dikejar. Sehingga, biasanya industri propilen sering terdapat pada
sekitar industri minyak bumi untuk mempermudah supply bahan baku.
Meskipun bermanfaat, propilena merupakan polutan udara di lingkungan,
dapat menyebabkan anastesik, dan tak sadarkan diri dalam konsentrasi tinggi. Oleh
karena itu, perlu di atur keberadaan propilena di udara. Di Amerika Serikat dan
beberapa negara Eropa, senyawa ini dipatok nilai ambang batasnya pada angka 500
ppm bagi pekerja yang minimal memiliki 8 jam kerja. Meskipun sebagai zat volatil,
penyimpanan poliprena harus dikendalikan pada kondisi cair dan tekanan tertentu
sehingga tidak banyak memerlukan ruang yang besar dalam penyimpanannya.
Diusahakan untuk jauh dari bahan meledak untuk mencegah hal yang tidak
diinginkan karena propena mudah terbakar.
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
39 Universitas Indonesia
PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Apakah Perbedaan PT. Chandra Asri dan Pertamina UP VI Balongan ?
Dijawab dalam bentuk revisi makalah ( Lihat halaman 15)
2. Jelaskan proses pembuatan propena dari metanol?
Dijawab dalam bentuk revisi makalah ( Lihat halaman 27)
3. Jelaskan mengenai penggunaan lembar propilena yang sangat tipis
digunakan sebagai kondensator frekuensi radio yang kehilangan
frekuensinya? Penggunaanya sebagai anti-pembekuan (anti-freezing),
bagusan mana sama yg pake polietilena?
Lembar propilena yang sangat tipis digunakan sebagai kondensator frekuensi
radio yang kehilangan frekuensinya. Kondensator merupakan suatu media yang
dapat menyimpan energi sehingga kondensator ini digunakan untuk menangkap
frekuensi radio
Penggunaanya sebagai anti-pembeku (anti-freezing) lebih bagus polipropilena
dibanding dengan polietena karena tekstur PP yang lebih lembut dengan produk
propylene oxide mampu menciptakan kelembutan dan keamanan untuk kulit
4. Berapa nilai ukuran standard thermal resistance dari Polypropylene? Dan apa
dampak lingkungan yang mungkin akan terjadi?
Menurut sumber yang kami dapat, ketahanan thermal dari polipropilena
berkisar antara 100 sampai 140
o
C. Standard thermal resistance adalah ketahanan
panas dari setiap jenis-jenis resin dalam penggunaan yang normal.
Dampak negative dari pemanfaatan polipropilena adalah jika kita membuang
hasil sisa penggunaan polipropilena langsung kelingkungan, akan sulit untuk
diuraikan oleh mikroorganisme didalam tanah. Hal ini menyebabkan pencemaran
lingkungan. Dan jika gugus atom polimer yang terlarut dalam makanan dan
tertelan didalam tubuh, akan menyebabkan kanker (karsinogenik)
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
40 Universitas Indonesia
2.3.5 Jelaskan tentang catalytic crackingdan reactor yang digunakan!
Fixed Bed Fluid Bed Moving Bed
Tahun 1920 1938 1941
Keterangan
Reaktor paralel
Continous Regenerator
Aliran silang
Kiln Regenerator
Wujud feed beragam
Rasio CF < 10:1 < 10:1 > 10:1
Katalis Al
2
O
3
dan SiO
2
Al
2
O
3
dan SiO
2
Al
2
O
3
dan SiO
2
Jenis
Houdry
Model IV
Orthflow
UOP
Shell Two Stage
Airlift Thermofor
Houdriflow
Houdresid
Suspensoid
Dari tabel di atas terlihat bahwa perkembangan catalytic cracking terjadi
sangat cepat. Pada tahun 1920 dikenal dengan Fixed-bed sebagai catalytic cracking
pertama oleh Eugene J Houndry. Kelemahan dari reaktor ini yaitu memerlukan 3
reaktor paralel karena regenerasi tidak dapat dilakukan secara seri. Oleh karena itu
dikembangkan reaktor Fluid Bed dengan cara memisahkan reaktor katalis dan reaktor
cracking. Meskipun demikian proses tetap dapat berjalan secara kontinu melaui aliran
silang. Katalis yang telah lama terpakai akan mengalir menuju reaktor regenerasi,
sedangkan produk dihasilkan melalui reaktor cracking aliran atas. Kemudian
teknologi yang dikembangkan berupa perkembangan berdasarkan jenis wujud feed
dan katalis yang digunakan.
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
41 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
(2001). Facts About Propane: America's Exceptional
Energy.http://www.npga.org/files/public/Facts_About_Propane.pdf(diakses
21 Maret 2014, 04:15)
(2010). http://dc354.4shared.com/doc/Z7IORa76/preview.html (diakses pada 20
Maret 2014, 21:50)
(2011). Perencanaan Pengembangan Investasi Industri Petrokimia
Terintegrasi.Badan Koordinasi Penanaman Modal.
(2011). Polipropilen. http://www.slideshare.net/carrie_mvp/presentasi-poli-propilena-
pp (diakses pada 19 Maret 2014, 19:26)
(2012). Polypropilene. http://www.lyondellbasell.com/NR/rdonlyres/C2ED0A47-
6430-45FA-87A4-D4018108814D/0/AusPPEnvirostatementJan12final.pdf
(diakses pada 20 Maret 2013, 20:10)
Boswell, Clay. (2012). On-purpose technologies ready to fill propylene
gap. http://www.icis.com/resources/news/2012/04/16/9549968/on-purpose-
technologies-ready-to-fill-propylene-gap/ (Diakasespada 20 Maret 2014,
21:05).
CIEC Promoting Science. (2013). Propene
(propylene).http://www.essentialchemicalindustry.org/chemicals/propene.ht
ml (Diakses pada20 Maret 2014, 20:00)
Darojat, Ibnu. (2008). Skripsi: Analisis Pengaruh Waktu Pemanasan Awal dan
Massa Sampel Terhadap Hasil Uji Indeks Alir Lelehan
Polipropilena.http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125051-
R040869Analisis%20pengaruh-Literatur.pdf (diakses pada 20 Maret 2013,
20:10)
Herlina. (2013).Produk yang Dihasilkan oleh Minyak Bumi.
http://www.slideshare.net/HerlinaGunawan/produk-yang-di- hasilkan-oleh-
minyak-bumi (diakses pada 20 Maret 2014, 20:30)
Makalah Proses Petrokimia - PROPENA
42 Universitas Indonesia
Lee, Sungyu. (2006.)Encyclopedia of Chemical Processing. Vol 1. Department of
Chemical Engineering University of Missouri Columbia Columbia,
Missouri U.S.A.
Messer. (2009). Propene. http://www.specialtygases.de/download/propene_en.pdf
(diakses pada 20 Maret 2013, 20:10)
Putrya. (2012). Kosmetik halal. http://www.formmit.org/kosmetik- halal (diakses
pada 19 Maret 2014, 20:18)
Saputra, Govinda. (2011). Skripsi: Perancangan Pabrik Etil Akrilat dari Etanol dan
Asam Akrilat Kapasitas 60.000 Ton/ Tahun.
http://library.uns.ac.id/dglib/pengguna.php?mn=showview&id=24422
(diakses 20 Maret 2014, 20:00)