Anda di halaman 1dari 11

BAB I

HAKIKAT PUISI

A. Definisi Puisi
Pengertian Puisi Puisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan
sebagai ragam sastra yang bahasanya terikat oleh rima, ritma, dan irama serta
penyusunan larik dan bait. Menurut Kosasih (2011:206), puisi adalah bentuk karya
sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna. Kekayaan makna yang
terdapat dalam puisi disebabkan oleh adanya pemadatan segala unsur bahasa. Bahasa
dalam puisi berbeda dengan bahasa sehari-hari. Puisi itu sendiri penulisannya ringkas
akan tetapi penuh makna yang kaya. Katakata yang digunakan adalah kata-kata
konotatif, yang mengandung banyak penafsiran. Serta keindahan puisi itu dipengaruhi
oleh adanya diksi, majas, rima dan irama yang terkadang dalam karya sastra itu. Puisi
adalah karyasastra yang dalam penulisannya menggunakan bahasa tersaring dan
sangat memperhatikan aspek kebahasaan (Nurgiyantoro, 2005: 312). Jadi dalam
pemilihan bahasa diutamakan aspek diksi, karena dalam diksi menyangkut adanya
unsur bunyi, bentuk, dan makna yang kesemuanya harus memenuhi persyaratan untuk
memperoleh efek keindahan.
Berbeda halnya dengan Sayuti (2008:3), ia merumuskan puisi sebagai “bentuk
pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyibunyi di dalamnya,
yang mengungkapkan pengalaman imajinatif emosional, dan intelektual penyair yang
ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya; yang diungkapkan dengan teknik
pilihan tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula
dengan diri pembaca atau pendengar-pendengarnya”. Jadi dalam hal ini puisi lebih
dilihat dari aspek bunyi-bunyi di dalam yang diungkapkan secara imajinatif emosional
oleh sipenulis sesuai pengalaman kehidupan sosialnya dengan memilih teknik tertentu
agar pembaca dapat merasakan pengalamannya.
Menurut Waluyo dalam buku I Ketut Dibia menyatakan bahwa puisi adalah
bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara
imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua unsur bahasa melalui
struktur luar dan struktur dalam. Sama halnya dengan Waluyo (dalam siswanto,
2008:108), mengemukakan puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan
pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan
mengkonsentrasikan struktur fisik dan batinnya. Berdasarkan kedua teori di atas
bahwa puisi adalah salah satu bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan
perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua
kekuatan bahasa, diantaranya dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur
batinnya. Adapun menurut Waluyo (2005:40) puisi hakikatnya adalah segala unsur
puisi yang harus ada dalam puisi. Hakikat ini dikenal dengan istilah catur tunggal
(empat yang satu) yaitu:
1. Sense (tema) Sense adalah arti yang terkandung dalam pokok persoalan
sebuah puisi. Setiap penyair ingin mengemukakan suatu yang dilihat,
dirasakan, atau yang dialaminya dalam kehidupan. Sense disebut dengan
tema. Menurut Waluyo (2005:25) dalam apresiasi puisi, tema merupakan
gagasan pokok atau subjek-metter yang dikemukakan oleh penyair melalui
puisinya.
2. Feeling (rasa) Puisi mengungkapkan perasaan penyair, perasaan penyair
akan dapat kita tangkap apabila puisi itu dibaca keras dalam deklamasi
puisi. Perasaan yang menjiwai puisi bias rasa senang, se in dih, sombong,
semangat, menyesal dan lain sebagainya.
3. Tone (nada) Tone disebut juga sebagai nada dan suasana kejiwaan puisi,
nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca. Dari sikap itu
terciptalah suasana puisi. Ada puisi yang bernada kagum, sinis, protes,
memberontak, menggurui, belas kasih, pesimis, santai dan lain-lain.
4. Intention (amanat) Intention adalah amanat, pesan, atau nasihat yang
terdapat pada puisi yang ditangkap oleh pembaca. Amanat dirumuskan
sendiri oleh pembaca. Secara apektif pengalaman empiris pembaca
mempengaruhi pada amanat puisi.

Cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca
terhadap suatu hal. Meskipun ditentukan berdasarkan cara pandang, amanat tidak
dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair. Selain
mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa puisi mempunyai ciriciri khusus, para ahli
mengemukakan diantaranya menurut Sadikin (2005:195) merumuskan ciri-ciri puisi
sebagai berikut:

a. Dalam puisi terdapat pemadatan segala unsur bahasa.


b. Unsur-unsur bahasa dalam puisi diatur dengan memerhatikan irama dan
bunyi.

c. Puisi berisikan ungkapan perasaan dan pikiran penyair yang berdasarkan


pengalaman dan bersifat imajinatif/khayalan.

d. Bahasa yang dipergunakan bersifat konotatif/bermakna ganda.

e. Puisi dibentuk oleh struktur fisik (diksi, majas, rima, dan irama) dan struktur
batin (tema, amanat, suasana).

Menurut Handayani (2006:57) menyataka bahwa puisi sebagai karya sastra memoria
lliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Memiliki bait.

b. Bait dibagi menjadi beberapa lirik.

c. Mementingkan unsur bunyi.

d. Bahasa emosional.

Sedangkan Lintang (2015: 436) menyatakan bahwa ciri-ciri yang terdapat dalam
sebuah puisi adalah:

a. Mengutamakan keindahan bahasa.

b. Bahasa yang digunakan ringkas dan konotatif.

c. Disajikan dalam bentuk monolog.

Menurut Kosasih (2011:206) ciri-ciri sebuah puisi sebagai berikut:

a. Dalam puisi terdapat pemadatan segala unsur kekuatan bahasa.

b. Dalam penyusunannya unsur-unsur bahasanya dirapikan, diperbagus dan diatur


sebaik-baiknya dengan memperhatikan irama dan bunyi.

c. Puisi berisikan ungkapan pikiran dan perasaan pengarang yang berdasarkan


pengalaman dan bersifat imajinatif.

d. Bahasa yang digunakan bersifat konotatif.

e. Puisi dibentuk oleh struktur fisik (tipografi, diksi, majas, rima dan irama) serta
struktur batin (tema, amanat, perasaan, dan suasana puisi).
B. JENIS-JENIS PUISI
Berdasarkan bentuknya kita mengenal puisi terikat dan puisi bebas. Puisi
terikat atau disebut puisi lama, puisi yang diciptakan oleh masyarakat lama, seperti
pantun, syair, dan gurindam. Serta terikat oleh syarat-syarat, seperti jumlah lirik
dalam setiap bait, jumlah suku kata dalam setiap lirik, pola rima dan irama, serta
muatan setiap bait. Sementara puisi baru, puisi bebas atau puisi modern merupakan
bentuk pengucapan puisi yang tidak menginginkan pola-pola estetika yang kaku atau
patokan-patokan yang membelenggu kebebasan jiwa penyair. Dengan demikian, nilai
puisi modern dapat dilihat pada keutuhan, keselarasan, dan kepadatan ucapan, dan
bukan terletak pada jumlah bait dan lirik yang membangunnya (Dibia, 2018: 78).
a. Puisi Lama
Puisi lama memiliki beberapa bentuk, misalnya pantun, syair, gurindam, talibun,
seloka, mantra, dan karmina.
1). Pantun Pantun adalah jenis puisi lama yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
- Terdiri atas empat baris atau lirik.
- Bersajak a-b-a-b.
- Terdapat sampiran dan isi.
Contoh :
Ada papaya ada mentimun (a)
Ada markisa ada salak (b)
Daripada duduk melamun (a)
Mari kita membaca sajak (b)

2). Syair Syair mirip dengan pantun. Syair mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Terdiri dari empat baris atau lirik.
- Setiap baris terdiri atas 8-12 suku kata.
- Bersajak a-a-a-a.
- Tidak terdapat sampiran.
- Isinya berupa ragkaian cerita.
Contoh :
Syair Ken Tambunan (Cerita Panji)
Lalulah berjalan Ken Tambuhan
Diiringi penglipur dengan tadahan
Lemah lembut berjalan perlahan-lahan
Lakunya manis memberi kasihan

Tunduk menangis segala puteri


Masing-masing berkata sama sendiri
Jahatnya perangai permaisuri
Lakunya seperti jin dan peri
(Via Waluyo dalam Suryaman, 2013: 21)

3). Gurindam

Gurindam merupakan puisi lama yang isi dan tema di dalamnya sama dengan
pantun. Gurindam memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

- Terdiri atas 2 baris.

- Sajak akhir berirama a – a; b – b; dan seterusnya.

- Baris pertama berisi sebab dan baris kedua berisi akibat.

- Isinya mengandung nasihat-nasihat dan bersifat mendidik.

Contoh puisi gurindam berkaitan dengan nasihat agama:

Gurindam Dua Belas

Barang siapa tiada memegang agama

Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama

Barang siapa mengenal yang empat

Makai ia itulah orang makrifat

Barang siapa mengenal diri

Maka telah mengenal akan Tuhan yang Bahari

Barang siapa mengenal dunia

Tahulah ia barang yang terperdaya


Barang siapa mengenal akhirat

Thulah ia dunia mudarat

(Djamaris dalam Setyawati, 2004:220)

4). Seloka

Seloka disebut juga pantun berbingkai. Ciri-ciri seloka adalah kalimat ke-
2 dan ke-4 pada bait pertama diulang kembali pengucapannya menjadi kalimat
pertama dan ketiga bait ke-2.

5). Mantra

Mantra adalah karya sastra lama yang berisi pujian-pujian terhadap


sesuatu yang gaib atau dianggap keramat. Mantra biasanya diucapkan secara
lisan oleh para pawang atau dukun dalam acara keagamaan.

6). Karmina (pantun kilat)

Ciri-ciri karmina adalah terdiri atas dua baris atau lirik dan baris pertama
berisi sampiran dan baris kedua berisi isi.

b. Puisi Baru
Puisi baru berbeda dengan puisi lama. Isi, bentuk irama, dan persajakan seperti
yang terdapat dalam puisi lama mulai berubah pada puisi baru. Isi puisi baru
dituliskan dengan bahasa yang cukup bebas dan lincah.
Ada beberapa jenis karya sastra puisi baru yaitu:
1) Puisi Transparan (Diapan) adalah puisi yang menggunakan kata-kata mudah
dipahami akan tetapi dapat menimbulkan rasa haru dan gugah para pembaca.
Adapun contoh puisi Diapan sebagai berikut:

SAJAK SIKAT GIGI


Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur
Di dalam tidurnya ia bermimpi
Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka
Ketika ia bangun pagi hari
Sikat giginya tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya
Tersesat dalam mimpinya dan tak bisa kembali
Dan ia berpendapat bahwa kejadian itu terlalu berlebih-lebihan
(Yudhistira Ardinugraha dalam buku Suryaman dkk, 2013.Hal.31)

2) Puisi Prismatis adalah puisi yang sukar dipahami karena menggunakan kata-
kata kiasan, asosiasi, perlambangan yang mengandung makna konotatif, yakni
makna yang bisa ditafsirkan bermacam-macam (poly interpretable). Berikut
contoh puisi Primatis:

SAAT SEBELUM BERANGKAT


mengapa kita masih juga bercakap
hari hampir gelap menyekap
beribu kata di antara karangan bunga
di ruang semakin maya, dunia purnama
sampai tak ada sempat bertanya
mengapa musim tiba-tiba reda kita di mana.
Waktu seorang bertahan di sini
di luar para pengiring jenazah menanti
(Sapardi Djoko Damono dalam buku Suryaman dkk, 2013. Hal.31)

3) Puisi Kontemporer adalah Puisi yang lebih mengandalkan variasi bentuk dan
permainan bunyi bahasa seperti rima , irama, tekanan, intonasi dan lain-lain.
Jenis ini lebih mengutamakan kesan yang ditimbulkan oleh puisi bukan arti
yang ingin disampaikan oleh penyair. Adapun contoh puisi kontemporer karya
(Sutardji Calzoum Bachri dalam Juwati, 2017:81) sebagai berikut:

Mantera Lima
percik mawar Tujuh
sayap merpati Sesayat l
angit perih Dicabik
puncak gunung Sebelas duri sepi
Dalam dupa rupa
Tiga menyan luka
Mengasapi luka
Puah!
Kau jadi!
Kasihku

4) Puisi Mbling adalah jenis puisi yang tidak patuh pada aturan atau puisi nakal.
Yaitu ketentuan-ketentuan yang umumnya berlaku dalam penciptaan suatu
puisi (Sehandi, 2016: 64-65). Adapun contoh puisi Mbling (Sylado, 2004:9)
sebagai berikut.

MADAH YANG TERTINDAS NAMUN TAK BINASA


lantaran kamu
memerintah dengan kekerasan
aku menyiapkan pemberontakan
dengan kasih saying
lewat teaterku

C. UNSUR-UNSUR PUISI
Emzir (2016:242) menyatakan bahwa unsur puisi terdiri atas struktur luar dan struktur
dalam. Struktur luar puisi berkaitan dengan bentuk, sedangkan struktur dalam puisi
berkaitan isi atau makna. Berikut sajian uraiannya ;
a. Struktur Luar
1) Pilihan Kata (diksi) Pilihan kata merupakan hal yang sangat esensial dalam
struktur puisi karena kata merupakan wacana sebagai ekspresi utama. Setiap kata
akan mempunyai beberapa fungsi, baik fungsi makna, bunyi, nilai estetika,
bentuk dan lainnya.
2) Unsur Bunyi Unsur bunyi merupakan hasil penataan kata dalam struktur
kalimat. Pada puisi-puisi lama, seperti pantun dan syair, penyusunan bunyi
merupakan bagian yang mutlak karena struktur tersebut merupakan bagian
penanda bentuk. ragam bunyi mencakup hal-hal sebagai berikut .
a) Rima
Rima atau bunyi-bunyi yang sama dan diulang, baik dalam satuan kalimat
maupun pada kalimat-kalimat berikutnya. Rima tersebut dapat berupa: -
Asonansi atau keruntutan vocal yang ditandai oleh persamaan bunyi vokal
pada satu kalimat seperti rindu, sendu, mengharu kalbu. - Aliterasi, yaitu
persamaan bunyi konsonan pada kalimat atau antar kalimat dalam puisi.
- Rima dalam, yaitu persamaan bunyi (baik vocal maupun konsonan)
yang berlaku antara kata dalam satu baris.
- Rima akhir, yaitu persamaan bunyi akhir baris.

b) Irama

Irama adalah paduan bunyi yang menimbulkan aspek musikalitas atau ritme
tertentu. Ritme dapat muncul karena adanya penataan rima.

b. Struktur Dalam
Struktur dalam pada dasarnya adalah makna yang terkandung di balik kata-
kata yang disusun sebagai struktur luarnya. Pengertian struktur dalam diberikan
karena makna dalam puisi sering kali merupakan makna yang tidak langsung atau
simbolis. Berikut ini dapat diuraikan yang membangun puisi terdiri dari dua jenis
yaitu:
1) Struktur Batin Puisi (Hakikat Puisi) Struktur batin puisi adalah medium untuk
mengungkapkan makna yang hendak disampaikan puisi. Richards (dalam Waluyo,
1987) menyebutkan makna atau struktur batin dengan istilah hakikat puisi. Ada
empat unsur hakikat puisi, yakni tema (sense), perasaan penyair (feeling), nada
atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan amanat (intention).
a) Tema
Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair atau
pokok persoalan yang akan diungkapkan oleh pengarang. Pokok persoalan
atau pokok pikiran itu begitu kuat mendesak dalam jiwa pengarang,
sehingga menjadi landasan utama
pengucapannya. Jika desakan yang kuat berupa hubungan pengarang
dengan tuhan, maka puisinya bertema ketuhanan. Disini penyair menjadi
peran utama untuk menguasai gagasan pokok yang hendak ditulis. Tema
harus dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsep yang
terimajinasikan.
b) Perasaan Penyair
Puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi perasaan
pengarang. Bentuk ekspresi itu dapat berupa kerinduan, kegelisahan, atau
pengagungan kepada kekasih, kepada teman, atau Sang Khalik. Oleh kerena
itu, bahasa dalam puisi terasa sangat ekspresif dan lebih padat.Perasaan
penyair (feeling) merupakan faktor yang mempengaruhi dalam penciptaan
puisi. Suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati
oleh pembaca.
c) Nada dan Suasana
Dalam menulis puisi, pengarang mempunyai sikap tertentu terhadap
pembaca; apakah dia ingin bersikap menggurui, mengejek, menyendiri, atau
bersikap lugas dengan hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap
pengarang kepada pembaca ini disebut nada puisi. Jika nada merupakan
sikap pengarang terhadap pembaca maka suasana adalah jiwa pembaca
setelah membaca puisi itu atau akibat psikologi yang ditimbulkan puisi itu
terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling berkaitan, karena nada
puisi menimbulkan perasaan terhadap pembaca. Nada senang yang
diciptakan penyair dapat menimbulkan suasana gembira/ceria hati pembaca.
Dalam apresiasi puisi, penyair dapat menentukan sikap kepada pembaca,
apakah dia ingin bersikap menggurui, menasehati, mengejek dan lain-lain.
Adapun yang dimaksud dengan suasana dalam puisi adalah keadaan jiwa
pembaca setelah membaca puisi atau akibat psikologis yang ditimbulkan
puisi itu terhadap pembaca.

d) Amanat (pesan)

Amanat merupakan hal yang penting dalam puisi, karena di


dalammnya tersirat kata-kata penulis yang hendak disampaikan kepada
pembaca secara bahasa tulis, hal ini untuk memberikan kesan atau pesan
terhadap pembaca.

Anda mungkin juga menyukai