Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PRAKTEK UPAKARA

DOSEN PENGAMPU : Ni Ketut Ratini, S.E.,M.Si

Disusun oleh :

I putu eka pratama

DS0120010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU


SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU(STAH) DHARMA SENTANA
SULAWESI TENGAH
2021
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nyasehingga saya dapat menyelesaikan Makalahl tentang
“Bentuk, Makna, Fungsi dan Simbul Upakara ”

Kami juga mengucapkan terima kaasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu


Ni Ketut Ratini, SE., M.Si selaku dosen mata kuliah Praktek Upakara yang sudah
memberikan kepercayaan kepada saya untuk menyelesaikan tugas ini.

Saya berharap agar Makalah tentang Bentuk, Makna, Fungsi dan Simbul
Upakara ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan dan juga
wawasan bagi pembaca sekalian.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Blakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan penulisan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1 Bentuk, Makna, Fungsi, Dan Simbul Aled Segi Empat ............................................ 3
2.2 Bentuk, Makna, Fungsi, Dan Simbul Aled Budar .................................................... 4
2.3 Bentuk, Makna, Fungsi, Dan Simbul Kulit Sesayut ................................................. 4
2.4 Bentuk, Makna, Fungsi, Dan Simbul Kulit Peras ..................................................... 5
2.5 Bentuk, Makna, Fungsi, Dan Simbul Ceper ............................................................. 6
2.6 Bentuk, Makna,Fungsi, Dan Simbul Ituk-Ituk .......................................................... 6
2.7 Bentuk, Makna, Fungsi, Dan Simbul Tamas Sesayut ............................................... 7
2.8 Bentuk, Makna, Fungsi, Dan Simbul Tamasbesar .................................................... 8
2.9 Bentuk, Makna, Fungsi, Dan Simbul Tetabasan ....................................................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 9
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 9
3.2 Saran ......................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Blakang


Upakara secara etimologi berasal dari upa dan kara. Upa artinya dekat,
dan kara yang berarti tangan. Sehingga, upakara dimaknai sebagai persembahan
suci yang berasal dari kreatifitas tangan. Umat hindu mengidentifikasi upakara itu
dengan sebutan bebantenan. Dalam susastra suci bhagawadgita, IX.26
menyebutkan bahwa “patram, puspham, phalam, toyam, yo me baktya prayachati,
tad aham baktya upahrtam, asnami prayatat manah.” Artinya, siapapun yang
mendorong sehelai daun, sekuntung bunga, sebiji buah-buahan, dan segelas air
akan saya terima sebagai persembahan yang tulus ihklas.

Lalu mengapa ada aneka bebantenan ? Hal tersebut karena kita sebagai
manusia memiliki daya kreativitas, jnana, seni budaya yang perlu dikembangkan.
Pada sisi yng lain para maha rsi yang menerjemahkan lontar bebantenan
berdasarkan strata sosial. Dengan demikian umat hindu. Diharapkan bijaksana
memilih lontar bebantenan yang mana pas untuk masyarakat, dan untuk dirinya
sendiri agar, agar berupacara tidak ribet, dan mengeluarkan biaya yang tidak
besar.

Mungkin ada yang bertanya untuk apa kita membuat bebantenan ?


bebantenan yang kita buat, sebagai media untuk membayar hutang yang disebut
drngan tri rna. Yakni tiga hutang yang terdiri dari dewa rna, pitra rna, dan rsi rna.
Hutang tersebut kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari misalnya pada acara
hari raya suci, kliwon,purnama, tilem, hari saraswati, pagerwesi, siwaratri,, buda
cemeng klawu, dan hari raya lainya sebagai pembayaran hutang kepada dewa.
Dalam Bhagawadgita, III.10, disebutkan bahwa sesungguhnya sejak dahulu kala
telahmenciptakan manusia melalui yadnya, dan berkata dengan cara ini engkau
akan berkembang sebagaimana sapi perah yang memenuhi keinginanmu.
Sedangkan hutang kepada pitra yadnya berupa upacara ngaben. Tidak hanya itu
mematuhi dan menghormati orang tua juga merupakan bagian dari pitra yadnya.

1
Terahir adalah rsi yadnya dengan cara medana punia, dan mengaturang rsi bojana.
Sebab, para maha rsi kita telah memberikan pengetahuan dan ajaran suci kepada
kita.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Menjelaskan bentuk, makna, fungsi, dan simbul Aled segi empat ?

1.2.2 Menjelaskan bentuk, makna, fungsi, dan simbul Aled budar ?

1.2.3 Menjelaskan bentuk, makna, fungsi, dan simbul kulit sesayut ?

1.2.4 Menjelaskan bentuk, makna, fungsi, dan simbul kulit peras ?

1.2.5 Menjelaskan bentuk, makna, fungsi, dan simbul ceper ?

1.2.6 Menjelaskan bentuk, makna,fungsi, dan simbul ituk-ituk ?

1.2.7 Menjelaskan bentuk, makna, fungsi, dan simbul tamas sesayut ?

1.2.8 Menjelaskan bentuk, makna, fungsi, dan simbul tamasbesar ?

1.2.9 Menjelaskan bentuk, makna, fungsi, dan simbul Tetabasan ?

1.3 Tujuan penulisan


Agar mahasiswa mampu memahami tentang Bentuk, makna, fungsi, dan
simbol dari alid segi empat, aled budar, kulit sesayut, kulit peras, ceper, ituk-ituk,
tamas sesayut, tamas besar dan tetabasan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bentuk, Makna, Fungsi, Dan Simbul Aled Segi Empat


(Aled Segi Empat)

Keterangan bentuk, makna, fungsi dan simbol dari aled segi empat :

1. Aled segi empat terbuat dari janur/slepan yang bentuknya persegi empat.

2. Taledan Berbentuk segi empat panjang sebagai simbul catur bala.

3. Fungsinya sebagai alasatau tatakan banten, contohnya seperti banten


peras, sodaan.

4. Alas upakara berbentuk segi empat berupa ceper, taledan ini simbol dari
catur purusartha yaitu Dharma, Artha, Kama, dan Moksa merupakan
merupakan empat tujuan hidup yang dilakukan dan dicapai secara lahir
dan bathin dalam kehidupan.

3
2.2 Bentuk, Makna, Fungsi, Dan Simbul Aled Budar

Keterangan bentuk, makna, fungsi dan simbol dari aled bundar :

1. Aled bundar terbuat dari janur/slepan yang bentuknya bulat dan sedikit
panjang serta ada batas pinggirnya.

2. Tamas merupakan lambang cakra atau simbul kekosongan yang murni


(aninda). Taled merupakan lambang catur marga, yaitu empat jalan
untuk menghubungkan diri dengan tuhan, yaitu bhakti marga, karma
marga, jnana marga, dan raja marga, sebagai sarana memuliakan Hyang
Whidi (ngajum)

3. Tamas yang diletakan sejumput beras sebagai simbol penggunaannya


pada banten pras dalam berbagai upacara yadnya bertujuan untuk dapat
menetralisir salah satu sifat tri guna.

2.3 Bentuk, Makna, Fungsi, Dan Simbul Kulit Sesayut

Keterangan bentuk, makna, fungsi dan simbol dari kulit sesayut :

1. kulit sesayut memiliki bentuk bulat meiseh kekanan dan mesibeh


merupakan simbol windu dengan kekuatan sang hyang siwa raditya,
sebagai symbol permohonan kehadapan ida sang hyang widhi wasa agar

4
dianugrahi kesucian dan kerahayuan baik dalam bhuana agung maupun
bhuana alit.

2. kulit sesayut atau aled berbentuk bundar yang terbuat dari slepan (daun
kelapa yang berwarna hijau tua, red). Ini hidup di dunia sekala di
usahakan dengan cara bertahap dengan rencana yang matangmenuju
yang semakin baik.

3. kulit sesayut bermakna kerahayuan sehingga terlihat jelas bahwa dari


banten byakala ini adalah mengubah keadaan dari yang kurang baik
menjadi baik.

4. sesayut merupakan stana dari ista dewata untuk memohon kerahayuan


agar orang yang melaksanakan yadnya itu terhindar dari mala, ganguan,
atau penyakit dan sebagainya.

2.4 Bentuk, Makna, Fungsi, Dan Simbul Kulit Peras

Keterangan bentuk, makna, fungsi dan simbol dari kulit peras

1. kulit peras yang terdiri dari lima potong reringgitan yang melambangkan
kekuatan panca dewata.

2. Kulit peras sebagai kekuatan panca maha bhuta yang mengandung


kekuatan dunia.

3. tetuasan kulit peras memiliki ukuran panjangnya dengan ukuran besar


dan kecil sesuai dengan kebutuhan, kalau ukuran besar memiliki ukuran
satu cengkang penguripnya dua guli sedangkan kalu ukuran kecil
memiliki ukuran panjang satu jari telunjuk penguripnya dua guli setiap
banten peras memiliki kulit kulit peras lima helai karena kulit peras

5
tersebut mengandung makna panca amerta dengan demikian kulit peras
ini tidak boleh dikurangi karena sudah sesuai tatwam.

2.5 Bentuk, Makna, Fungsi, Dan Simbul Ceper

Keterangan bentuk, makna, fungsi dan simbol dari Ceper

1. Ceper adalah alas dari sebuah canang yang memiliki bentuk segi empat
dan melambangkan anggasarira (badan). Keempat sisi ceper
melambangkan pembentuk angga-sarira, yaitu panca maha bhuta, panca
tan mantra, pancabuddhindriya, dan panca karmendriya.

2. canang yang dialas dengan sebuah ceper, adalah sebagai simbul


“ArdhaCandra”

3. Didalam ceper berisi sebuah porosan adalah sebagai simbol “Silih Asih”
dalam arti umat hindu harus didasari oleh hati yang welas asih kehadapan
sang hyang widhi, demikian sebaliknyasebagai anugrah bliau.

4. Didalam ceper juga berisi jajan, tebu,dan pisang, adalah sebagai simbul
“tedong ongkara”, menjadi perwujudan dari kekuatan, utpeti, stiti,
danpralina dalam kehidupan dialam semesta ini”.

2.6 Bentuk, Makna,Fungsi, Dan Simbul Ituk-Ituk

Keterangan bentuk, makna, fungsi dan simbol dari Ituk-ituk

1. ituk-ituk berbentuk segitiga yang terbuat dari daun janur

6
2. ituk-ituk merupakan lambang dari keseimbangan yang kita kenal dengan tri
kona dan tri guna, tri kona sendiri merupakan lambang dari utpeti,stiti dan
pralina atau yang kita kenal dengan kelahiran, kehidupan dan kematian.
Sedangkan tri guna merupakan satwam rajas dan tamas. Jadi satwam
adalah kebijaksanaan, rajas adalah semanagat dan tamas adalah kemalasan
jadi dari bentuk segitiga itu hendaknya kita bisa mengendalikan diri

2.7 Bentuk, Makna, Fungsi, Dan Simbul Tamas Sesayut

Keterangan bentuk, makna, fungsi dan simbol dari Tamas Sesayut

1. tamas sesayut digunakan sebagai alas dari banten-banten sesayut,


contohnya sesayut pageh urip, sesayut side purna dan lain-lain

2. tamas sesayut ini meiseh kekanan dan mesibeh dikarenakan banten sesayut
itu adalah simbul dari permohonan kita untuk nunas segala sesuatu yang
baik atau nunas kerahayuan kehadapan tuhan.

3. tamas sesayut memiliki bentuk bulat meiseh kekanan dan mesibeh


merupakan simbol windu dengan kekuatan sang hyang siwa raditya,
sebagai simbol permohonan kehadapan ida sng hyang widhi wasa agar
dianugrahi kesucian dan kerahayuan baik dalam buana agung maupun
buana alit.

7
2.8 Bentuk, Makna, Fungsi, Dan Simbul Tamasbesar

Keterangan bentuk, makna, fungsi dan simbol dari Tamas

1. Tamas besar sebagi simbol windhu dan memiliki makna sebagai kekuatan
pawitra (penyucian)

2. Tamas besar merupakan lambang cakra atau simbol kekosongan yang


murni (ananda)

3. Tamas adalah jenis jejahitan berbentuk lingkaran yang melambangkan


motif bumi. Tamas juga melambangkan cakra yadnya(perputaran hidup)
dan melambangkan windhu (simbol kekosongan)

2.9 Bentuk, Makna, Fungsi, Dan Simbul Tetabasan

Keterangan bentuk, makna, fungsi dan simbol dari Tetabasan

1. Tebasan (Tatebasan) adalah simbol penyempurnaan yang letaknya dalam


tri angga upacara yadnya berfungsi sebagai ayaban yang mengandung
nilai-nilai magis.

2. Arti kata tebasan sebenarnya disebutkan berasal dari kata tebas yang
artinya menyempurnakan seperti halnya penggunaannya disebutkan oleh
arta dharma dalam makna Tebasan Prayascitta untuk menyempurnakan
pikiran.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Upakara adalah hasil karya manuias sebagai wujud persembahan yang
berasal dari kata upa+kara;

 ”upa”, yang artinya perantara (jalaran),


 ”kara”, artinya sembah sebagai hasil karya tangan manusia.
Upakara sebagai bentuk pelayanan dengan ramah diwujudkan yang
dengan banten yang dalam ajaran Siddhanta disebutkan upakara termasuk
Yajna atau persembahan suci. Dan sebagai perbuatan yang sangat mulia
untuk dapat belajar membuat upakara hendaknya juga terlebih dahulu dapat
menyucikan laksana agar tingkat kesucian upakara yang dibuat tersebut dapat
dipertahankan.
Sebagai sarana perantara untuk persembahan dan bhakti umat Hindu
kepada Sang Hyang Widhi dan manifestasinya sehingga di Bali, ucapan
upakara sebagai sarana perantara yang lebih mentradisi dengan sebutan
”yadnya (banten)” dengan tetandingan banten yang memiliki nilai religius
tinggi.

3.2 Saran
Demikian makalah ini saya buat, saya menyadari penyajian atau isi dari
makalah ini masi jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan sarannya
sangat saya harapkan.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://filsafatpendidikans.wordpress.com/2016/11/14/arti-banten-pejati-dan-
makna-unsur-unsur-filosofi-dalam-banten-pejati/

Agung Paramita, 2018. Bencana, Agama dan Kearifan Lokal. (Jurnal


Dharmasmrti Vol. 1 No. 18, Denpasar Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Universitas Hindu Indonesia, 2018).

Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta


: Rineka Cipta.

https://youtu.be/FI0xr_xpL1I

https://youtu.be/ou_Jy83QJB0

https://youtu.be/LPd0WUBIJ5A

10

Anda mungkin juga menyukai