Arsip merupakan salah satu macam pekerjaan kantor atau pekerjaan tatausaha, yang banyak dilakukan
oleh setiap badan usaha, baik badan usaha pemerintahan maupun badan usaha swasta. Kegiatan yang
berhubungan dengan penyimpanan surat-surat atau dokumen-dokumen inilah yang disebut kearsipan.
Kearsipan memegang peranan penting bagi kelancaran jalannya organisasi, yaitu sebagai sumber informasi
dan sebagai pusat ingatan bagi organisasi. Mengingat arti pentingnya, Pemerintah Indonesia menaruh perhatian
yang cukup besar terhadap kearsipan.Hal ini terbukti dengan dikeluarkannya beberapa peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang kearsipan Nasional. Peraturan pertama kali yang mengatur tentang kearsipan
Nasioanal ialah Undang-undang Nomor Prp. 19 tahun 1961, tentang Pokok-pokok Kearsipan Nasional, yang dimuat
dalam Lembaran Negara tahun 1971 Nomor 32, tambahan lembaran Negara nomor 2964.
A. Pengertian Arsip Menurut Kamus / Ensiklopedi
1. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah simpanan surat-surat penting. Menurut pengertian
tersebut, tidak semua surat dikatakan arsip. Surat dapat dikatakan arsip apabila memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
Surat tersebut harus masih mempunyai kepentingan (bagi lembaga, organisasi, instansi, perseorangan)
baik untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang.
Surat tersebut, karena masih mempunyai nilai kepentingan harus disimpan dengan mempergunakan
suatu sistem tertentu sehingga dengan mudah dan cepat ditemukan apabila sewaktu-waktu diperlukan
kembali.
2. Menurut Kamus Administrasi Perkantoran, arsip adalah kumpulan warkat yang disimpan secara teratur
berencana karena mempunyai suatu kegunaan agar setiap kali diperlukan dapat cepat ditemukan kembali.
Menurut pengertian tersebut, warkat yang selanjutnya disebut arsip harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
Warkat tersebut harus masih mempunyai kegunaan
Warkat tersebut harus disimpan secara teratur dan berencana
Pengamanan Arsip
Pengamanan arsip menyangkut pengamanan arsip dari segi informasinya, dan pengamanan arsip dari segi
fisiknya.
1. Pengamanan Arsip Dari Segi Informasinya
Pengamanan arsip dari segi informasinya telah diatur dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1971 hanya
ditetapkan mengenai ketentuan pidana yang menyangkut pengamanan arsip dari segi informasinya saja, seperti
yang diatur dalam pasal 11 sebagai berikut :
Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum, memiliki arsip sebagaimana dimaksud pasal 1 UU No. 7
tahun 1971 ini dapat dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 10 tahun.
Barang siapa yang menyimpan arsip sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 huruf a UU No. 7 th 1971 ini yang
dengan sengaja memberitahukan hal-hal tentang isi naskah itu kepada pihak ketiga yang tidak berhak
mengetahuinya sedang ia diwajibkan merahasiakan hal-hal tersebut, dapat dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya 20 tahun atau dipidana penjara seumur hidup.
2. Pengamanan Arsip Dari Segi Fisiknya
Restorasi Arsip
Restorasi arsip adalah memperbaiki arsip-arsip yang sudah rusak, sulit dipergunakan kembali, sehingga arsip
tersebut dapat dipergunakan dan disimpan kembali untuk jangka waktu yang lebih lama lagi
Laminasi Arsip
Menutup kertas arsip di antara 2 lembar plastik sehingga arsip itu terlindungi dan aman dari bahaya kena air,
udara (lembab atau kering) dan serangan serangga pemakan atau perusak arsip. Dengan cara demikian arsip
akan tahan lebih lama untuk disimpan.
Microfilm
Arsip yang masih mempunyai nilai akan tetapi sudah rusak atau rapuh, dan tidak dapat direstorasi dan
dilaminasi lagi maka perlu dimikrofilmkan. Microfilm dipergunakan untuk mengawetkan arsip-arsip yang
sudah rusak yang tidak dapat direstorasi dan dilaminasi kembali dengan cara mengadakan pemotretan
terhadap suatu arsip yang perlu diawetkan, kemudian dipindahkan ke lembaran film kecil.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membuat microfilm adalah sebagai berikut:
a. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua arsip dapat dimicrofilmkan.
b. Persiapan arsip yang dimicrofilmkan harus dalam keadaan rapi, agar mewujudkan suatu persoalan secara
berurutan mulai dari awal sampai akhir secara lengkap.
c. Arsip yang lebih kecil harus diatur terlebih dahulu. Dengan cara demikian akan dapat diketahui jenis
microfilm yang akan dipergunakan apakah akan menggunakan microfilm yang berukuran 8 mm, 16 mm,
35 mm, atau 70 mm. Oleh karena itu arsip dengan ukuran yang berbeda memerlukan ukuran microfilm
yang berbeda pula
Faktor-faktor Penyebab Kerusakan Arsip
Kerusakan arsip dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal adalah
kerusakan yang disebabknan dari dalam, sedangkan faktor eksternal adalah kerusakan yang disebabkan dari luar
arsip.
1. Kerusakan yang disebabkan dari dalam (faktor internal)
Kertas
Arsip-arsip yang sebagian besar terdiri dari kertas mempunyai sifat yang unik. Air yang dipergunakan untuk
proses pembuatan kertas mungkin tidak bersih, demikian pula bahan-bahan yang dipergunakan untuk
lapisan atas yang terbuat dari kanji,cuka, garam mineral, menimbulkan masalah-masalah tersendiri yang
harus diperhitungkan pula akibatnya.
Tinta
Tinta merupakan cairan dalam berbagai warna yang digunakan utuk membubuhkan tulisan di atas kertas.
Apabila tinta yang kurang baik akan menyebabkan tulisan akan mudah luntur apabila kertas terkena air atau
pada udara lembab. Tinta-tinta yang tidak baik juga akan dapat menimbulkan reaksi kimia yang dapat
merusak kertas.
Pasta atau lem
Pasta atau lem yang digunakan sebagai bahan perekat juga mempunyai peranan yang kurang baik dalam
daya tahan kertas. Jangan menggunakan pasta atau lem yang dibuat dari celluloce tape dan sejenisnya,
sebab bahan tersebut dapat dengan mudah merusak kertas arsip itu sendiri.
2. Kerusakan yang disebabkan dari luar (faktor eksternal)
Kerusakan yang disebabkan dari luar (faktor eksternal) faktor penyebab kerusakan ekstern adalah faktor-
faktor kerusakan arsip yang berasal dari luar arsip tersebut, misalnya:
Kelembaban udara
Akibat kelembaban udara yang tidak terkontrol akan memungkinkan akibat-akibat seperti timbulnya jamur.
Pertolongan pertama pada arsip yang berjamur adalah dengan menormalisasi kelembaban.
Udara yang terlalu kering
Udara yang terlampau keringpun akan dapat merusak kertas pula, seperti misalnya kertas akan menjadi
kering, kesat dan mudah petas (getas). Untuk menghindari udara yang terlampau kering, kelembaban harus
diatur sedemikian rupa sehingga tidak melampaui 75 dan temperatur udara diantara 65 F dan 85 F.
Sinar matahari
Sinar matahari memang penting untuk membantu membasmi musuh-musuh kertas, akan tetapi sinar
matahari yang dikarenakan panasnya terutama ultraviolet sangat membahayakan bagi kertas-kertas arsip.
Oleh karena itu tidak ada sinar yang jatuh secara langsung pada kertas-kertas arsip tersebut.
Debu
Untuk mengatasi debu-debu dapat menggunakan jaring kawat yang halus pada jendela-jendela dan pintu-
pintu. Selain berguna untuk menyaring udara masuk, juga berguna untuk menahan masuknya berjenis-jenis
serangga di dalam ruang penyimpanan arsip.
Jamur dan sejenisnya
Jamur adalah akibat langsung dari kelembaban dan karena temparatur udara yang tidak terkontrol, jamur ini
tampak seperti lapisan tipis yang keputih-putihan.Untuk hal seperti ini, hendaknya pertama-tama yang
dilakukan adalah menutup jendela-jendela, kemudian buatlah panas buatan dengan menggunakan alat untuk
menormalisasikan kelembaban.
Rayap
Usaha untuk melindungi serangan rayap yang paling tepat adalah dengan mengadakan pencegahan, yakni
dengan peniadaan penggunaan kayu bangunan yang langsung bersentuhan dengan tanah.
Contoh Kasus :
Kita memiliki koleksi arsip yang disimpan sebanyak 6746 lembar. Sepanjang 1 periode karsipan terjadi
peminjaman sebanyak 352 kali terhadap arsip yang berbeda. Hitunglah angka pemakaiannya!
Realita menunjukkan bahwa sebenarnya banyak koleksi arsip yang kita simpan hanyalah sampah belaka.
Bukanlah dokumen yang memang dibutuhkan. Wajib segera diadakan penyusutan arsip.
2. Angka Kecermatan
Apabila Angka Kecermatan < 3% berarti sistem penyimpanan dan penemuan kembali arsip yang digunakan
oleh organisasi yang bersangkutan sudah cukup baik. Apabila Angka Kecermatan = 3% berarti penyelenggaraan
penyimpanan dan penemuan kembali arsip berada pada titik batas. Apabila Angka Kecermatan > 3% berarti
sistem penyimpanan dan penemuan kembali arsip yang digunakan perlu ditinjau kembali untuk diadakan
penyempurnaan lebih lanjut.
Jadi, apabila angka kecermatan arsip menunjukkan persentase yang semakin tinggi, berarti sistem
penyimpanan dan penemuan kembali arsip kurang baik. Sebaliknya jika kecermatan menunjukkan prosentase
yang semakin rendah, berartisistem penyimpanan dan penemuan kembali arsip sudah cukup baik.
Rumus :
Contoh kasus :
Dalam suatu periode kearsipan terjadi permintan arsip sebanyak 358 kali. Namun, arsip yang mampu ditemukan
oleh petugas hanya 321 lembar. Hitunglah angka kecermatannya!
358 - 321 = 37 (jumlah arsip yang tidak ditemukan)
1. Kabinet Virtual. Merupakan database yang meniru bentuk dari kabinet nyata yang dipergunakan pada
sistem kearsipan konvensional dan dapat menampung data yang tidak terbatas. Atribut-atribut dalam
kabinet virtual ini akan mencatat beberapa hal sebagai berikut:
Kode kabinet: akan mencatat kode kabinet seuai dengan aturan penulisan kode dalam perusahaan.
Nama kabinet: digunakan untuk mencatat nama cabinet seperti misalnya “Surat Masuk” “Surat Keluar”
dan sebagainya.
Fungsi kabinet: untuk mencatat fungsi kegunaan kabinet.
Lokasi: untuk mencatat lokasi kabinet.
Dan lain lain.
2. Map Virtual. Merupakan database yang atribut – atributnya seperti map yang sesungguhnya dalam system
kearsipan konvensional dan memiliki kemampuan yang tidak terbatas dalam menyimpan dokumen.
Atribut-atribut dalam map virtual ini akan mencatat beberapa hal sebagai berikut:
Kode map: akan mencatat kode map sesuai dengan aturan penulisan kode dalam perusahaan.
Nama Map: digunakan untuk mencatat nama map seperti misalnya “Bgian Keuangan”, “Bagian
Pemasaran: dan sebagainya.
Lokasi Map
Keterangan
3. Lembar Virtual
Beberapa atribut yang dicatat di dalam databasenya antara lain adalah:
Kode Arsip: akan mencatat kode arsip sesuai dengan aturan peulisan kode arsip perusahaan.
Nama Arsip: untuk mencatat nama yang menggambarkan isi detail dari arsip yang disimpan.
Klasifikasi Arsip: digunakan untuk mencatat klasifikasi map seperti misalnya : “Penawaran Khusus”,
“Rahasia”, dan sebagainya.
Tanggal Arsip: untuk mencatat tanggal arsip tersebut dibuat.
Tanggal Terima: mencatat tanggal arsip tersebut diterima.
Pengirim: untuk mencatat pengirim arsip
Penerima: untuk mencatat penerima arsip
Gambar: untuk mencatat file arsip yang sudah di scanner jika ada.
Lokasi File: untuk mencatat lokasi file di dalam hard disk.
Lokasi Fisik: untuk mencatat lokasi hard copy arsip tersebut.
Pengertian arsip elektronik
Arsip elektronik adalah arsip yang diciptakan, digunakan, dan dipelihara sebagai buktitransaksi, aktivitas dan
fungsi lembaga atau individu yang ditransfer dan diolah dengan sistem computer. Adapun dalam Perka ANRI
No.20 tahun 2011 tentang Pedoman Autentifikasi Arsip Elektronik disebutkan bahwa arsip elektronik adalah
arsip yang diciptakan (dibuat atau diterima dan disimpan) dalam format elektonik.
Arsip elektronik atau arsip digital merupakan arsip yang sudah mengalami perubahan bentuk fisik dari lembaran
kertas menjadi lembaran elektronik. Proses konversi arsip dari lembaran kertas menjadi lembaran elektronik
disebut alih media. Proses alih media menggunakan perangkat computer yang dibantu dengan perangkat
scanner kecepatan tinggi.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, mendefinisikan informasi
elektronik sebagai satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara,
gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram,
teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang telah diolah yang
memiliki arti atau dapat dipahami orang yang mampu memahaminya.
Yang Menjadi Landasan dalam Pengelolaan Arsip Elektronik
1. Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi Nasional Pembangunan E-Government
yang menyebutkan “Pemerintah harus mampu memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk
menciptakan kemampuan mengolah, menyalurkan dan mendistribusikan informasi dan pelayanan publik’’
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 5 ayat (3) yang
menyebutkan “Informasi elektronik dan atau Dokumen Elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan sistem
elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi Publik.
Tahapan – tahapan arsip elektronik diciptakan melalui proses digitalisasi dari arsip konvensional
1. Tahapan pengumpulan bahan. Arsip yang dipilih untuk dilayankan adalah dengan mempetimbangkan kegunaan
arsip dimana arsip yang sering dicari oleh pengguna adalah yang menjadi prioritas utama, kemudian adalah
arsip yang sudah rapuh atau segera rusak, untuk menjaga, merawat. Pertimbangan selanjutnya ialah dari sisi
informasi, semakin penting informasi yang terkandung di dalam arsip maka arsip tersebut menjadi prioritas
untuk dilayankan
2. Tahapan pemindaian. Dimana arsip konvensional jenis tekstual dan jenis foto dilakukan pemindaian dengan alat
pemindai yaitu scanner
3. Tahapan manipulasi. Tahapan dimana arsip elektronik disesuaikan sehingga nantinya dapat digunakan pada
aplikasi dengan baik.
4. Tahapan entry data. Tahap dimana data deskrpsi arsip disesuaikan dengan arsip elektronik sehingga pengguna
dapat melakukan pencarian dari aplikasi ini dengan menggunakan kata kunci sesuai dengan deskripsi arsip dan
dapat langsung dilihat
5. Tahapan editing dan koreksi. Tahapan terakhir dimana dilakukan koreksi terhadap pengetikan deskripsi arsip
dan juga dilakukan koreksi apakah data deskripsi arsip yang di-entry sudah sesusai dengan arsip elekroniknya.
Kemudahan dalam Pengelolaan Arsip
Beberapa kemudahan yang diberikan sistem kearsipan elektronik berbasis komputer tersebut antara lain:
1. Mudah dioperasikan
2. Tampilan yang menarik
3. Fasilitas pencarian dokumen
4. Pencatatan lokasi fisik dokumen
5. Fasilitas gambar dan suara
6. Keamanan daa
7. Retensi Otomatis
8. Laporan kondisi arsip
9. Bisa terhubung dengan jaringan computer
10. Memungkinkan fasilitas OCR
Kelemahan Pengelolaan Arsip secara Elektronik
Biaya pengadaan alat-alat dan sistem yang relativ tinggi. Namun besarnya biaya yang digunakan untuk
pengadaan alat-alat elektronik jangan dianggap sebagai beban (cost), melainkan sebagai suatu investasi, dimana
suatu saat akan lebih menguntungkan.
Kemungkinan dilakukan perubahan informasi atau manipulasi iformasi.
Ketergantungan terhadap perangkat lunak dan keras yang berkembang pesat. Semakin cepatnya inovasi dan
kemajuan teknologi, memuat media atau alat yang kita miliki cepat using dan ketinggalan jaman.
Terbatasnya daya tahan media fisik penyimpanan arsip elektronik.
Adanya peluang untuk memanipulasi file.
Kesulitan untuk berbagi file karena format file maupun ketersediaan jaringan maupun akses untuk berbagi file
dengan yang lain.
Kemungkinan rusaknya file setiap saat tanpa adanya indikasi terlebih dahulu, misalnya: karena virus.
Manfaat dari pengelolaan arsip secara elektronik:
Lebih mudah dalam penyimpanannya. Dengan menggunakan sistem komputerisasi akan memudahkan dalam
penyimpanan dan pengorganisasian file.
Lebih cepat dan lebih mudah untuk ditemukan. Dengan indek elektronik akan membuat lebih cepat dan lebih
mudah untuk menemukan arsip.
Lebih aman dan praktis. Arsip elektronik lebih aman dan lebih praktis, sehingga menghemat waktu dalam
menemukan kembali.
Menghemat tempat. Perlengkapan arsip elektronik hanyalah computer, disk sehinggga tidak memerlukan
tempat yang besar
Lebih mudah dalam berbagi arsip. Sistem online akan memudahkan berbagi arsip dengan bagian lain untuk
lokasi yang berjauhan sekalipun.
Lebih mudah dalam penanganan data yang rusak. Sitem pengelolaan arsip elektronik memudahkan untuk
recovery document atau file.