Anda di halaman 1dari 9

TANAMAN TALAS

1. Latar Belakang
Talas atau keladi sudah menjadi bahan makanan pokok
bagi masyarakat sebagian wilayah di dunia ini. Di dalam
famili Araceae, talas yang sesungguhnya dikenal
dengan nama Colocasia esculenta. Habitat tanaman ini
diperkirakan berasal dari daerah tropis antara India dan
Indonesia. Talas merupakan bahan makanan pokok bagi
masyarakat daerah Pasifik, seperti New Zealand dan
Australia (Matthews, 2004). Talas mempunyai beberapa
nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’ dan
‘Eddo (e)’. Di beberapa negara dikenal dengan nama
lain, seperti: Abalong (Philipina), Taioba (Brazil), Arvi
(India), Keladi (Malaysia), Satoimo (Japan), Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao (China).

Dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini dikenal dengan nama taro, old cocoyam, dasheen, atau
eddoe. Di Indonesia, mengutip dari Wikipedia, nama lokalnya sangat beragam, misalnya
talé, kÄladi, sukat, suhat, seuhat, suwat (Batak); taro (Nias); taléh, kaladi, kuladi
(Minangkabau); talos, kÄladi (Lampung); talÄs, kÄladi, kujang, luèh (Dayak); taleus,
bolang (Sunda); tales (Jawa); talÄs, kaladi (Madura); talÄs, kladi (Bali); talé, koladi, kolai,
kolei, korei, kore (aneka dialek di Sulut); aladi, suli, kosi, paco (Sulsel); lole, ufi lole
(Timor); inane, inano, inan, ina wuu, ronan, kětu, etu, hakar, wakal, gwal (berbagai pulau
di Maluku); bètè, ota, dilago, komo (Maluku Utara); nomo, uma, warimu, hèkérè, sèkéré,
ifen, yéfam (Papua). Sementara di Aceh sering disebut dengan leubu dan eumpeuk.

Husain (2004) menyatakan, pangan lokal adalah pangan yang diproduksi setempat (suatu
wilayah/ daerah tertentu) untuk tujuan ekonomi dan atau konsumsi. Dengan demikian,
pangan lokal Aceh adalah pangan yang diproduksi di Aceh dengan tujuan ekonomi atau
produksi. Kondisi agroekosistem Aceh sangat mendukung pengembangan komoditas
pertanian, terutama komoditas pangan spesifik lokal. Pengembangan komoditas talas merata
di dataran Aceh, yang dapat dijumpai di berbagai wilayah, baik pada dataran rendah maupun
dataran tinggi, terutama pada wilayah pegunungan tengah.

2. Kesesuaian dengan Potensi Wilayah


Di Indonesia tanaman talas bisa dibudidayakan dengan mudah di berbagai penjuru daerah.
Daya tahan tanaman talas yang relatif lebih bandel dibandingkan dengan tanaman pangan
lainnya (seperti misalnya padi dan jagung), menjadikan tumbuhan talas ini bisa hidup dengan
subur meskipun dengan karakter musim yang berbeda dari sebelumnya. Saat ini potensi
bisnis budidaya talas bisa kita temukan dengan mudah di daerah Bogor, Malang, Makassar,
Sumatera Selatan, Sulawesi Utara, Bengkulu, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat,
Kalimantan Barat, Aceh, dan lain sebagainya (Rukmana, 2006, h.30).

Provinsi Aceh memiliki agroekosistem yang beragam mulai dari dataran rendah sampai
dataran tinggi, dengan keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Keanekaragaman hayati
tersebut telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang,
papan, pakan, bahan bakar, dan obat-obatan serta untuk menjaga keseimbangan lingkungan.
Keanekaragaman sumber daya genetik pada suatu wilayah merupakan modal atau kekayaan

1
alam yang perlu dilestarikan guna mendukung berbagai
kebutuhan masyarakat dan ketahanan agroekosistem baik
untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang.

Secara umum Aceh merupakan daerah kabupaten/ kota


yang kondisi topografinya memiliki alam tiga dimensi,
yakni bukit pengunungan, lembah dataran, dan sungai,
dengan musim dan iklimnya tergolong iklim tropis basah.
Aceh memiliki sumber daya keanekaragaman hayati yang
tinggi untuk tanaman talas (Colocasia esculenta [L.]
Schott).

Talas atau keladi tumbuh hampir di seluruh kepulauan


nusantara dari tepi pantai sampai ke pegunungan, di atas
1000 meter dari permukaan laut, baik liar maupun
ditanam. Talas termasuk tumbuhan tegak yang memiliki
perakaran liar, berserabut dan dangkal. Batang yang
tersimpan dalam tanah pejal, bentuknya menyilinder
(membulat), umumnya berwarna cokelat tua, dilengkapi
dengan kuncup ketiak yang terdapat diatas lampang daun
tempat munculnya umbi baru, tunas (stolon). Daun
memerisai dengan tangkai panjang dan besar.

Syarat tumbuh sangat sesuai dengan alam Aceh. Teknis budidaya talas sangat mudah dan
mudah juga dalam pemeliharaan. Budidaya talas sangat mudah karena talas tidak menuntut
syarat khusus untuk tumbuh. Tanaman talas bisa tumbuh pada segala jenis tanah dan dapat
tumbuh pada ketinggian antara 0—1.300 m dpl. Sebenarnya, budidaya talas dapat tumbuh
di segala kondisi curah hujan, namun pertumbuhannya akan dapat optimal pada keadaan
lembab dengan curah hujan berkisar 1.000 mm per tahun.

Talas biasanya tumbuh liar di antara semak-semak di


hutan-hutan di bawah pohon yang rindang atau teduh.
pohon talas tumbuh di semak-semak belukar,
berkembang baik di tempat-tempat yang lembab dan
terlindungi dari sinar matahari. Berdasarkan informasi
pada FGD dan survey yang telah dilakukan, Talas sudah
ada yang dibudidayakan, terutama di Kabupaten Aceh
Barat seperti di Kecamatan Kaway XVI, di Kabupaten
Aceh Besar seperti di Kecamatan Lembah Seulawah
(Saree), di Kabupaten Aceh Barat Daya terutama di
Kecamatan Manggeng dan di Kota Subulussalam di
Kecamatan Rundeng sudah ada budidaya talas seluas 4 ha.
Menurut Nurfarianti (2016), di Kabupaten Aceh Barat ada di 9 (Sembilan) Gampong yang
ada di Kecamatan Kaway XVI yaitu antara lain di Gampong pungky, Gampong Pucok
Pungky, Gampong Blang Geunang, Gampong Pasi Kumbang, Gampong Drien Caleu,
Gampong Alue On, Gampong Alue Peudeung, dan Gampong Pasi Meugat. Pada tahap awal
ini telah di kembangkan sebanyak 2.735 bibit talas atau keladi. Strategi pengembangan
tanaman pangan lokal ini dimulai dari rumah tangga dengan memanfaatkan pekarangan yang
ada, alasannya adalah karena rumah tangga dianggap lebih efektif dan tanaman bisa lebih
terjamin keberhasilannya (terpelihara). Apabila tanaman tersebut berhasil dikembangkan

2
maka diharapkan nantinya kecamatan sudah memiliki persediaan pangan dan bahkan
mungkin saja produksi pangan lokal Kabupaten Aceh Barat melimpah. Namun agar produksi
pangan lokal yang dihasilkan berkualitas maka perlu juga dipikirkan pengolahannya paska
panen.

Menurut informasi staf Dinas Pangan Kota


Subulussalam, di daerah ini sudah ada usaha
budidaya talas seluas 4 ha yang teletak di Desa
Panglima Saman Kecamatan Rundeng. Budidaya
sudah dilakukan secara insentive, murni swakelola
masyarakat belum ada bantuan pemerintah, Untuk
itu perlu perhatian pemerintah menjadikan usaha ini
sebagai lahan percontohan pengembangan budidaya
talas secaa insentive.

Jenis talas satoimo (Colocasia esculenta var


antiquorum) juga sudah lebih popular di Kabupaten
Aceh Besar. Salah satu jenis talas yang saat ini Gambar…… Budidaya Talas di Kecamatan
Rundeng Kota Subulussalam.
mulai “ngetren” dan digalakkan di berbagai daerah
karena memiliki nilai dan prospek ekonomi yang
cukup bagus. Satoimo atau yang dikenal sebagai Taro Potato. Bahan pangan yang satu ini
sekarang sudah menjadi salah satu bahan pangan utama bagi sebagian besar penduduk
Jepang sebagai pengganti beras dan kentang,
karena mereka menganggap beras dan kentang
terlalu banyak mengandung karbohidrat dan gula,
sehingga banyak warga Jepang yang mengalihkan
konsumsi mereka pada jenis talas ini.

3. Potensi Untuk Dikembangkan


Kebutuhan terhadap bahan pangan yang semakin
meningkat akibat pertumbuhan penduduk, sulit
dipenuhi hanya dengan mengandalkan produksi
beras. Hal ini karena semakin terbatasnya sumber
daya lahan yang sesuai untuk pertanaman padi
penghasil beras. Untuk itu pangan alternatif seperti Gambar 4, Lahan pengembangan talas
umbi talas perlu terus dikembangkan. Peluang jepang di kabupaten Aceh Besar (Doc).
pengembangan talas sebagai bahan pangan berpati Ahdar).
non beras, cukup besar dan terus didorong oleh pemerintah. Penggunaannya sebagai bahan
makanan dapat diarahkan untuk menunjang ketahanan pangan nasional melalui program
diversifikasi pangan disamping peluangnya sebagai bahan baku industri yang menggunakan
pati sebagai bahan dasarnya

3.1. Sudah dikenal


Saat pertemuan FGD, menurut Kepala Dinas Pangan Aceh Barat, jenis talas lokal di Aceh,
khususnya di Aceh Barat sudah cukup dikenal oleh masyarakat luas terutama jenis talas
bawang. Namun keragaman talas di Aceh Barat sampai saat ini belum banyak yang
diinventarisasi dan diidentifikasi. Oleh karena itu, inventarisasi dan identifikasi karakter
morfologi talas lokal ini penting dan perlu disimpan dalam database. Menurut Rudyatmi dan
Rahayu (2014), database talas lokal dapat digunakan sebagai rujukan Dinas
Pangan/masyarakat dalam menentukan talas yang berpotensi dikembangkan untuk
alternative pangan.

3
Berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk setempat dan tokoh masyarakat, olahan
umbi talas sudah diperlombakan sampai ditingkat kecamatan dan tingkat kabupaten Aceh
Barat pada kegiatan perlombaan masakan pengganti non beras. Salah satu kendala
terbatasnya perkembangan umbi talas adalah karena masih rendahnya pengetahuan petani
dalam hal teknik budidaya dan juga pemasaran. Di samping itu masyarakat luas belum
banyak yang mengetahui manfaat dan kandungan gizi dari umbi talas tersebut. Hal ini
kemungkinan karena masih belum banyak informasi dari umbi talas baik secara kandungan
gizinya maupun manfaat lainnya. Oleh karena itu tim pelaksana berencana akan menetapkan
tanaman talas ini menjadi suatu bahan pangan alternative yang nantinya akan di kembangkan
dengan baik.

3.2. Ketersediaan Lahan


Potensi lahan cukup luas untuk pengembangan tanaman talas. Misalnya banyak terdapat
lahan tidur pada sebagian lahan HGU. Untuk Aceh saat ini diperkirakan ada sekitar ribuan
hektar lahan tidur (yaitu lahan yang telah dilepaskan oleh Kementerian Kehutanan tetapi
belum dimanfaatkan secara seksama oleh pemegang HGU). Dalam kaitan dengan HPH, saat
ini terdapat beberapa HPH yang telah habis masa berlakukanya atau tidak aktif melakukan
kegiatan sehingga lokasi tersebut saat ini seperti areal tak bertuan. Malahan untuk budidaya
talas ini bisa memanfaatkan lokasi sempit seperti perkarangan rumah dan lahan terbangkalai
atau tidak dimanfaatkan, menjadikan rawa-rawa sebagai lokasi pembudidaya pohon talas
dengan jenis tertentu. Pengelolaan, budidayanya tidak begitu berat dan modal besar, sikulasi
yang tidak sampai satu tahun untuk usia panen.
Salah satu wilayah di Aceh yang berpotensi untuk pengembangan talas adalah Kabupaten
Aceh Barat. Di wilayah tersebut talas tersebar di berbagai agro ekosistem. Mulai dataran
rendah atau tinggi. Dari lahan basah sampai kering. Berdasarkan kesesuaian argo ekosistem
dijumpai beragam kultivar talas. Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Aceh Barat pernah
memunculkan program pengembangan dan pemanfaatan sekitar perkarangan secara optimal
menjadi Rumah Pangan Lestari (RPL) dengan suntikan dana pemerintah lewat usaha
kelompok wanita tani (KWT). Setelah muncul kelompok yang aktif dan berhasil dalam
pembudidayaan tersebut maka selanjutnya dirangkul pihak intansi terkait untuk
pengembangan ekonomi kreatif atau memberikan akses pembinaan untuk kegiatan Usaha
Kecil Menengah (UKM). Sebab itu dijadwalkan seremonial penampilan produk hasil
kreatifitas itu dalam ekspo lomba cipta menu bergizi berimbang, bila terobosan itu berhasil,
maka talas menjadi bahan baku produk makanan khas Aceh Barat.

3.3. Teknologi Budidaya Talas Mudah


Syarat tumbuh sangat sesuai dengan alam Aceh. Teknis budidaya talas sangat mudah dan
mudah juga dalam pemeliharaan. Budidaya talas sangat mudah karena talas tidak menuntut
syarat khusus untuk tumbuh. Tanaman talas bisa tumbuh pada segala jenis tanah dan dapat
tumbuh pada ketinggian antara 0—1.300 m dpl. Sebenarnya, budidaya talas dapat tumbuh
di segala kondisi curah hujan, namun pertumbuhannya akan dapat optimal pada keadaan
lembab dengan curah hujan berkisar 1.000 mm per tahun.

Masyarakat pasti sudah tahu tanaman umbi yang satu ini, keberadaannya memang sangat
diminati banyak orang. Talas atau Calocasia esculenta L. Schott merupakan tanaman jenis
umbi-umbian yang memiliki kandungan karbohidrat dengan rasa yang enak. Berikut adalah
klasifikasi tanaman umbi talas.

4
a. Klasifikasi tanaman talas :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Alismatales/Arales
Famili : Araceae
Ufamili : Aroideae
Bangsa : Caladieae
Genus : Xanthosoma/Colocasia
Species : Colocasia esculenta (L) Schott
b. Syarat tumbuh
o Membutuhkan tanah dengan kandungan humus dan air
o Ph tanah antara 5,5 – 5,6
o Tumbuh pada ketinggian optimal antara 250 – 1.100 m dpl
o Tumbuh baik dengan curah hujan rata-rata 1.000 mm per tahun
o Suhu optimal yang baik antara 21- 27o C
o Tanaman harus mendapat penyinaran matahari secara penuh selama pertumbuhannya
(minimum 11 jam per hari)

c. Pembibitan
o Perbanyakan dilakukan secara vegetatif (dari anakan, menggunakan sulur dan pangkal
umbi di bawah pelepah daun dengan cara mengikutsertakan sebagian tangkai daunnya)
o Umbi yang baik untuk bibit adalah berukuran besar dengan diameter lebih kurang 6,5
cm.

d. Pengolahan Tanah
o Lahan dibersihkan dengan dibajak atau dicangkul sampai gembur
o Dibuat bedengan dengan lebar 120 – 150 cm, tinggi bedeng 25-30 cm dan jarak antar
bedeng 30-50 cm (berfungsi sebagai saluran pemasukan maupun pengeluaran air)

e. Penanaman

o Untuk lahan pekarangan atau tegalan, talas ditanam pada musim penghujan
o Untuk lahan sawah pada musim kemarau
o Membuat lubang-lubang tanam dengan ukuran kurang lebih 40 x 40 x 40 cm sebagai
tempat penanaman bibit
o Ukuran yang optimal untuk mendapat hasil maksimal dengan jarak tanam 30 x 30 cm
atau sekitar 10-11 tanaman setiap meter persegi atau dapat digunakan jarak tanam yang
lain, misalnya 100 x 50 cm ; 75 x 75 cm dan 100 x 25 cm.

f. Pengairan
Talas yang diusahakan di kebun, tegalan dan dilahan sawah pada musim kemarau harus
diperhatikan agar bisa mendapat air secara cukup. Pemberian air biasanya dilakukan
dengan cara penyiraman. Pada tanaman talas yang diusahakan di kebun pada musim hujan
maka pengairan tidak menjadi masalah; namun yang terpenting adalah harus dijaga agar
dapat membuang air secara tuntas (tanah jangan tergenang). Oleh karena itu pembuatan
saluran pembuangan disekeliling maupun dibagian tengah lahan harus dilakukan.
Tanaman talas yang diusahakan di lahan sawah, pemberian air pengairan dapat dilakukan
dengan cara menyiram air dari got yang berada di sekitar lahan atau dapat juga dengan
cara menggenangi selama sehari semalam, kemudian air dibuang kembali sampai tuntas
melalui saluran drainase.

5
g. Pemupukan

o Beri pupuk kompos atau pupuk kandang sebanyak 1 kaleng jika kondisi tanah padat
dan keras
o Dianjurkan memberi pupuk Urea, SP-36 dan KCl masing-masing dengan dosis 100
kg/ha diberikan pada saat tanaman berumur 3-4 bulan, dengan cara ditugal sedalam 5
cm pada jarak 5 cm dari pangkal tanaman

h. Pemeliharaan
o penyulaman, dilakukan paling lambat 15 hari setelah tanam
o penyiangan, dilakukan pada umur 1 bulan, 75 hari dan 5 bulan setelah tanam
o pemangkasan daun, dilakukan pada saat tanaman berumur 3, 4 dan 5 bulan
o pembumbunan, dilakukan secara bertahap dengan meninggikan tanah yang dilakukan
setiap bulan sekali sampai pada fase berumbi.
o pengurangan anakan dan sulur, agar pertumbuhan induk tidak terganggu
o pengairan dengan cara penyiraman, namun tidak sampai tergenang.

i. Pengendalian OPT
o Hama :
 Kebanyakan jenis hama yang menyerang pertanaman talas adalah ulat/lundi yang
merusak perakaran atau kulit dari umbi talas. Tanaman yang terserang ulat/lundi
tersebut memperlihatkan gejala seperti layu daun. Pengendalian hama ulat ini
biasanya dilakukan secara mekanis yaitu dengan mencari dan memusnahkan
ulat/lundi tersebut. Pencarian ulat/lundi dilakukan pada saat dilaksanakanya kegiatan
pembumbunan.
o Penyakit :
 Tanaman talas yang seringkali menderita gangguan penyakit adalah pada pertanaman
yang diusahakan di lahan-lahan yang becek; sedangkan pada lahan yang kering
umumnya hampir tidak pernah ditemukan adanya gangguan penyakit. Jenis penyakit
yang biasanya menyerang pertanaman talas adalah : penyakit bercak daun dan
penyakit kering pada daun.

j. Panen
Panen talas sudah dapat dilakukan pada usia tanaman 6—7 bulan. Cirinya, daun sudah
terlihat mengering. Cara memanen talas, yakni dengan melakukan pemangkasan daun dan
sisakan pelepah sepanjang 30 cm. Selanjuntya, gali tanah di sekitar tanaman. Hati- hati
dalam melakukan pembongkaran supaya umbi tidak rusak. Lakukan pembersihan pada
umbi dari tanah yang menempel.

 Panen :
o Umur panen antara 7-9 bulan
o Dengan cara memangkas dan menyisakan pelepahnya sepanjang 30 cm
o Hasil rata-rata per hektar talas yang dipanen pada umur 6-8 bulan mencapai
5-7 ton umbi basah dan jika dipanen umur 9-10 bulan mencapai 8-10 ton
umbi basah.

3.4. Aspek Pengolahan


Umbi talas sangat bermanfaat sebagai bahan makanan tambahan maupun sebagai penyangga
bahan pangan bagi daerah¬daerah pada saat terjadinya kelangkaan pangan (musim paceklik)
misalnya yang diakibatkan oleh terjadinya kemarau panjang dan sebagainya. Adapun talas

6
yang masih mentah banyak dijual dipinggiran jalan. Talas mentah biasa diolah menjadi
hidangan cemilan berupa keripik talas atau talas goreng.

Meski bisa dikonsumsi, namun umumnya talas tidak dapat dikonsumsi secara langsung
tanpa diolah terlebih dahulu. Hal ini disebabkan kalsium oksalat yang terkandung di
dalamnya dapat menyebabkan rasa gatal pada mulut, lidah dan tenggorokan. Namun,
beberapa teknologi pengolahan talas bisa menurunkan kadar asamnya hingga 50 persen.

Di Aceh talas hanya diolah sebagai hidangan cemilan berupa talas rebus, talas goreng dan
keripik talas. Di Aceh selain direbus dan digoreng biasanya juga bisa diolah menjadi
bubur yang dicampur dengan beras ketan, bahkan saat ini umbi talas dapat diolah
menjadi keripik talas, naget talas, perkedel talas, dan dodol talas. Talas juga bisa bahan
campuran kolak, bubur, atau dibuat sayur berkuah santai.

Salah satu resep simple yang cukup dikenal di Aceh


adalah Keladi Rebus Kelapa Parut dan Gula aren. Bahan
digunakan : 1 kg Keladi/talas, Kelapa parut
secukupnya,gunakan kelapa yang agak muda, yang
sering di gunakan untuk Inti Gula Aren, parut tipis/di
sisir sejumput garam. Cara pembuatan : Kupas keladi,
potong sesuai selera,lalu di cuci, tiriskan. Masukkan ke
dalam periuk, isi air hingga semua keladi terendam, beri
garam. Rebus Hingga keladi empuk. Angkat, tiriskan
Hidangkan bersama kelapa parut yang sudah di beri
sedikit garam, dan Gula aren. Makyussssssss.

Selain umbi bagian tanaman yang lain seperti daun dan


batangnya juga dapat digunakan sebagai sayuran seperti
batang. Sedangkan akar rimpang maupun getah pada
pelepahnya dapat juga dimanfaatkan sebagai obat
tradisonal. Resep sayuran talas asam pedas (leubue asam
keu'eung) Aceh. Bahan : Batang talas air, cabe rawit,
Cabe keriting, lada, asam sunti, udang rebon/terasi,
daun jeruk, siung bawang merah dll.

3.5. Aspek Pemanfaatan


Talas memiliki umbi berbentuk silinder sampai agak membulat. Talas dapat dimanfaatkan
sebagai bahan makanan yang diarahkan untuk menunjang ketahanan pangan nasional
melalui proses diversifikasi pangan. Didalam program diversifikasi pangan karena
merupakan salah satu tanaman sumber penghasil karbohidrat non beras dari golongan umbi¬
umbian yang memiliki peranan cukup penting untuk penganeka ragaman pangan. Umbi
talas berpotensi sebagai sumber karbohidrat dan protein yang cukup tinggi. Umbi talas juga
mengandung lemak, vitamin A, B1 (thiamin) dan sedikit vitamin C. Umbi talas memiliki
kandungan mineral Ca dan P yang cukup tinggi. Mineral – mineral ini penting bagi
pembentukan tulang dan gigi yang kuat.

Umbi talas mengandung 1,9% protein, lebih tinggi jika dibanding dengan ubi kayu (0,8%)
dan ubi jalar (1,8%), meskipun kandungan karbohidratnya (23,78%) lebih sedikit dibanding
dengan ubi kayu (37,87%) dan ubi jalar (27,97%). Komponen makronutrien dan
mikronutrien yang terkandung di dalam umbi talas meliputi protein, karbohidrat, lemak,
7
serat kasar, fosfor, kalsium, besi, tiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin C (Catherwood et
al. 2007; Huang et al. 2007). Untuk kandungan gizi pada talas dapat dilihat pada Tabel ……

Tabel…..Kandungan Gizi Talas per 100 Gram Bahan


Kandungan gizi Talas mentah Talas rebus
Energi (kal) 120 108
Protein (g) 1,5 1,4
Lemak (g) 0,3 0,4
Hidrat arang total (g) 28,2 25,0
Serat (g) 0,7 0,9
Abu (g) 0,8 0,8
Kalsium (mg) 31 47
Fosfor (mg) 67 67
Besi (mg) 0,7 0,7
Karoten total 0 0
Vitamin B1 (mg) 0,05 0,06
Vitamin C (mg) 2 4
Air (g) 69,2 72,4
Bagian yang dimakan (%) 85 100
Sumber : Dewi Sabita Slamet dan Ignatius Tarwotjo (1980), majalah gizi dan makanan
jilid 4, hal 26. Bogor Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI.

Pemanfaatan Umbi Talas Menjadi Tepung Talas


Dewasa ini tepung talas sudah cukup banyak dijumpai
dipasaran. Hal ini menunjukkan makin berkembangnya
aneka ragam makanan di masyarakat Indone sia
khususnya di Pulau Jawa yang menempatkan talas
sebagai salah satu bahan dasar pembuatan makanan.
Pemanfaatan Umbi Talas. Keunggulan produk yang
dimiliki oleh Tepung talas ini ialah terletak pada
kandungan gizinya. Seperti yang kita tahu, umbi talas
itu sendiri sudah sangat banyak memiliki manfaat dalam
bidang kesehatan, seperti meningkatkan sistem imun
tubuh, membantu tekanan darah agar tetap stabil, sehat
untuk jantung, mengatasi kelelahan, anti aging dan
masih banyak lagi. Jadi tidak heran bila diolah menjadi
tepung talas khasiat yang dimilikinya tetap tinggi. Tepung talas memiliki kandungan
karbohidrat, serat, abu, lemak, kalori dan vitamin yang lebih tinggi dibanding tepung terigu.
Tepung talas juga mudah dicampur dengan bahan-bahan lainnya karena memiliki kapasitas
absorpsi air dan absorpsi lemak yang tinggi, dan tepung talas memiliki kandungan serat yang
tinggi, dimana kandungan seratnya ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan serat kita
dalam sehari. Selain itu makanan yang berserat tinggi sangat baik untuk pencernaan.
Menkomsumsi tepung talas sangat cocok untuk yang sedang ingin melakukan diet.
Cara pembuatan tepung talas ini dengan menggunakan talas bentul, talas ketan dan talas
lampung adalah sebagai berikut; talas yang telah dipanen dikupas sampai bersih, kemudian
dicuci menggunakan air. Setelah bersih umbi dirajang tipis¬tipis dan dimasukkan kedalam
larutan bahan kimia (natrium metabisulfit, asam sitrat dan asam askorbat) selama 20 menit.

8
Selanjutnya hasil rajangan dikeringkan menggunakan cahaya matahari. Setelah kering
rajangan digiling dan diayak untuk mendapatkan tepung talas.

DAFTAR PUSTAKA
Catherwood, D.J., Savage, G.P., Mason, S.M., Scheffer, J.J.C. & Douglas, J.A. (2007)
Oxalate content of cormels of Japanese taro (Colocasia esculenta (L.) Schott) and
the effect of cooking. Journal of Food Composition and Analysis, 20 (3–4), 147–
151. doi:10.1016/j.jfca.2005.12.012.
Dewi Sabita, Slamet dan Ignatius Tarwotjo. 1980. Majalah gizi dan makanan jilid 4, hal 26.
Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI
Husain. 2004. Konsep dasar potensi pengembangan pangan spesifik lokal di Provinsi Papua.
hlm. 3342. Dalam. Y.P. Karafir, H. Manutubun, Soenarto, Y. Abdullah, B.
Nugroho, dan M.J. Tokede (Ed.). Prosiding Lokakarya Nasional Pendayagunaan
Pangan Spesifik Lokal Papua. Kerja Sama Universitas Papua dengan Pemerintah
Provinsi Papua.
Huang, C.C., Chen, W.C. & Wang, C.C. (2007) Comparison of Taiwan paddy and upland
cultivated taro (Colocasia esculenta L.) cultivars for nutritive values. Food
Chemistry, 102 (1), 250–256. doi:10.1016/j.foodchem.2006.04.044.
Matthews, P, 2004. Genetic diversity in taro and the preservation of culinary knowledge.
Ethonobotany Journal 2 (1547), 55-77.
Perez, E., FS., Schultz, and EP., Delahaye. 2007. Characterization in some properties of
starched isolated from Xantosoma sagittifolium (tannia) and Colocasia esculenta L
(taro). J. Carbohydrate Polimer 60: 139-145.
Rahmat Rukmana,Budi Daya Talas,Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2006, h.16.
Rudyatmi, E. & Rahayu, E.S. (2014) Karakterisasi talas lokal Jawa Tengah (identifikasi
sumber plasma nutfah sebagai upaya konservasi tanaman pangan alternatif). Jurnal
Sains dan Teknologi, 12 (1), 1–8. doi:10.15294/sainteknol.v12i1.5420.
Nurfarianti (2016), Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Keladi Di Kecamatan
Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat, Skripsi, Universitas Teuku Umar, Meulaboh.

Anda mungkin juga menyukai