1. Latar Belakang
Talas atau keladi sudah menjadi bahan makanan pokok
bagi masyarakat sebagian wilayah di dunia ini. Di dalam
famili Araceae, talas yang sesungguhnya dikenal
dengan nama Colocasia esculenta. Habitat tanaman ini
diperkirakan berasal dari daerah tropis antara India dan
Indonesia. Talas merupakan bahan makanan pokok bagi
masyarakat daerah Pasifik, seperti New Zealand dan
Australia (Matthews, 2004). Talas mempunyai beberapa
nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’ dan
‘Eddo (e)’. Di beberapa negara dikenal dengan nama
lain, seperti: Abalong (Philipina), Taioba (Brazil), Arvi
(India), Keladi (Malaysia), Satoimo (Japan), Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao (China).
Dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini dikenal dengan nama taro, old cocoyam, dasheen, atau
eddoe. Di Indonesia, mengutip dari Wikipedia, nama lokalnya sangat beragam, misalnya
talé, kÄladi, sukat, suhat, seuhat, suwat (Batak); taro (Nias); taléh, kaladi, kuladi
(Minangkabau); talos, kÄladi (Lampung); talÄs, kÄladi, kujang, luèh (Dayak); taleus,
bolang (Sunda); tales (Jawa); talÄs, kaladi (Madura); talÄs, kladi (Bali); talé, koladi, kolai,
kolei, korei, kore (aneka dialek di Sulut); aladi, suli, kosi, paco (Sulsel); lole, ufi lole
(Timor); inane, inano, inan, ina wuu, ronan, kětu, etu, hakar, wakal, gwal (berbagai pulau
di Maluku); bètè, ota, dilago, komo (Maluku Utara); nomo, uma, warimu, hèkérè, sèkéré,
ifen, yéfam (Papua). Sementara di Aceh sering disebut dengan leubu dan eumpeuk.
Husain (2004) menyatakan, pangan lokal adalah pangan yang diproduksi setempat (suatu
wilayah/ daerah tertentu) untuk tujuan ekonomi dan atau konsumsi. Dengan demikian,
pangan lokal Aceh adalah pangan yang diproduksi di Aceh dengan tujuan ekonomi atau
produksi. Kondisi agroekosistem Aceh sangat mendukung pengembangan komoditas
pertanian, terutama komoditas pangan spesifik lokal. Pengembangan komoditas talas merata
di dataran Aceh, yang dapat dijumpai di berbagai wilayah, baik pada dataran rendah maupun
dataran tinggi, terutama pada wilayah pegunungan tengah.
Provinsi Aceh memiliki agroekosistem yang beragam mulai dari dataran rendah sampai
dataran tinggi, dengan keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Keanekaragaman hayati
tersebut telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang,
papan, pakan, bahan bakar, dan obat-obatan serta untuk menjaga keseimbangan lingkungan.
Keanekaragaman sumber daya genetik pada suatu wilayah merupakan modal atau kekayaan
1
alam yang perlu dilestarikan guna mendukung berbagai
kebutuhan masyarakat dan ketahanan agroekosistem baik
untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang.
Syarat tumbuh sangat sesuai dengan alam Aceh. Teknis budidaya talas sangat mudah dan
mudah juga dalam pemeliharaan. Budidaya talas sangat mudah karena talas tidak menuntut
syarat khusus untuk tumbuh. Tanaman talas bisa tumbuh pada segala jenis tanah dan dapat
tumbuh pada ketinggian antara 0—1.300 m dpl. Sebenarnya, budidaya talas dapat tumbuh
di segala kondisi curah hujan, namun pertumbuhannya akan dapat optimal pada keadaan
lembab dengan curah hujan berkisar 1.000 mm per tahun.
2
maka diharapkan nantinya kecamatan sudah memiliki persediaan pangan dan bahkan
mungkin saja produksi pangan lokal Kabupaten Aceh Barat melimpah. Namun agar produksi
pangan lokal yang dihasilkan berkualitas maka perlu juga dipikirkan pengolahannya paska
panen.
3
Berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk setempat dan tokoh masyarakat, olahan
umbi talas sudah diperlombakan sampai ditingkat kecamatan dan tingkat kabupaten Aceh
Barat pada kegiatan perlombaan masakan pengganti non beras. Salah satu kendala
terbatasnya perkembangan umbi talas adalah karena masih rendahnya pengetahuan petani
dalam hal teknik budidaya dan juga pemasaran. Di samping itu masyarakat luas belum
banyak yang mengetahui manfaat dan kandungan gizi dari umbi talas tersebut. Hal ini
kemungkinan karena masih belum banyak informasi dari umbi talas baik secara kandungan
gizinya maupun manfaat lainnya. Oleh karena itu tim pelaksana berencana akan menetapkan
tanaman talas ini menjadi suatu bahan pangan alternative yang nantinya akan di kembangkan
dengan baik.
Masyarakat pasti sudah tahu tanaman umbi yang satu ini, keberadaannya memang sangat
diminati banyak orang. Talas atau Calocasia esculenta L. Schott merupakan tanaman jenis
umbi-umbian yang memiliki kandungan karbohidrat dengan rasa yang enak. Berikut adalah
klasifikasi tanaman umbi talas.
4
a. Klasifikasi tanaman talas :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Alismatales/Arales
Famili : Araceae
Ufamili : Aroideae
Bangsa : Caladieae
Genus : Xanthosoma/Colocasia
Species : Colocasia esculenta (L) Schott
b. Syarat tumbuh
o Membutuhkan tanah dengan kandungan humus dan air
o Ph tanah antara 5,5 – 5,6
o Tumbuh pada ketinggian optimal antara 250 – 1.100 m dpl
o Tumbuh baik dengan curah hujan rata-rata 1.000 mm per tahun
o Suhu optimal yang baik antara 21- 27o C
o Tanaman harus mendapat penyinaran matahari secara penuh selama pertumbuhannya
(minimum 11 jam per hari)
c. Pembibitan
o Perbanyakan dilakukan secara vegetatif (dari anakan, menggunakan sulur dan pangkal
umbi di bawah pelepah daun dengan cara mengikutsertakan sebagian tangkai daunnya)
o Umbi yang baik untuk bibit adalah berukuran besar dengan diameter lebih kurang 6,5
cm.
d. Pengolahan Tanah
o Lahan dibersihkan dengan dibajak atau dicangkul sampai gembur
o Dibuat bedengan dengan lebar 120 – 150 cm, tinggi bedeng 25-30 cm dan jarak antar
bedeng 30-50 cm (berfungsi sebagai saluran pemasukan maupun pengeluaran air)
e. Penanaman
o Untuk lahan pekarangan atau tegalan, talas ditanam pada musim penghujan
o Untuk lahan sawah pada musim kemarau
o Membuat lubang-lubang tanam dengan ukuran kurang lebih 40 x 40 x 40 cm sebagai
tempat penanaman bibit
o Ukuran yang optimal untuk mendapat hasil maksimal dengan jarak tanam 30 x 30 cm
atau sekitar 10-11 tanaman setiap meter persegi atau dapat digunakan jarak tanam yang
lain, misalnya 100 x 50 cm ; 75 x 75 cm dan 100 x 25 cm.
f. Pengairan
Talas yang diusahakan di kebun, tegalan dan dilahan sawah pada musim kemarau harus
diperhatikan agar bisa mendapat air secara cukup. Pemberian air biasanya dilakukan
dengan cara penyiraman. Pada tanaman talas yang diusahakan di kebun pada musim hujan
maka pengairan tidak menjadi masalah; namun yang terpenting adalah harus dijaga agar
dapat membuang air secara tuntas (tanah jangan tergenang). Oleh karena itu pembuatan
saluran pembuangan disekeliling maupun dibagian tengah lahan harus dilakukan.
Tanaman talas yang diusahakan di lahan sawah, pemberian air pengairan dapat dilakukan
dengan cara menyiram air dari got yang berada di sekitar lahan atau dapat juga dengan
cara menggenangi selama sehari semalam, kemudian air dibuang kembali sampai tuntas
melalui saluran drainase.
5
g. Pemupukan
o Beri pupuk kompos atau pupuk kandang sebanyak 1 kaleng jika kondisi tanah padat
dan keras
o Dianjurkan memberi pupuk Urea, SP-36 dan KCl masing-masing dengan dosis 100
kg/ha diberikan pada saat tanaman berumur 3-4 bulan, dengan cara ditugal sedalam 5
cm pada jarak 5 cm dari pangkal tanaman
h. Pemeliharaan
o penyulaman, dilakukan paling lambat 15 hari setelah tanam
o penyiangan, dilakukan pada umur 1 bulan, 75 hari dan 5 bulan setelah tanam
o pemangkasan daun, dilakukan pada saat tanaman berumur 3, 4 dan 5 bulan
o pembumbunan, dilakukan secara bertahap dengan meninggikan tanah yang dilakukan
setiap bulan sekali sampai pada fase berumbi.
o pengurangan anakan dan sulur, agar pertumbuhan induk tidak terganggu
o pengairan dengan cara penyiraman, namun tidak sampai tergenang.
i. Pengendalian OPT
o Hama :
Kebanyakan jenis hama yang menyerang pertanaman talas adalah ulat/lundi yang
merusak perakaran atau kulit dari umbi talas. Tanaman yang terserang ulat/lundi
tersebut memperlihatkan gejala seperti layu daun. Pengendalian hama ulat ini
biasanya dilakukan secara mekanis yaitu dengan mencari dan memusnahkan
ulat/lundi tersebut. Pencarian ulat/lundi dilakukan pada saat dilaksanakanya kegiatan
pembumbunan.
o Penyakit :
Tanaman talas yang seringkali menderita gangguan penyakit adalah pada pertanaman
yang diusahakan di lahan-lahan yang becek; sedangkan pada lahan yang kering
umumnya hampir tidak pernah ditemukan adanya gangguan penyakit. Jenis penyakit
yang biasanya menyerang pertanaman talas adalah : penyakit bercak daun dan
penyakit kering pada daun.
j. Panen
Panen talas sudah dapat dilakukan pada usia tanaman 6—7 bulan. Cirinya, daun sudah
terlihat mengering. Cara memanen talas, yakni dengan melakukan pemangkasan daun dan
sisakan pelepah sepanjang 30 cm. Selanjuntya, gali tanah di sekitar tanaman. Hati- hati
dalam melakukan pembongkaran supaya umbi tidak rusak. Lakukan pembersihan pada
umbi dari tanah yang menempel.
Panen :
o Umur panen antara 7-9 bulan
o Dengan cara memangkas dan menyisakan pelepahnya sepanjang 30 cm
o Hasil rata-rata per hektar talas yang dipanen pada umur 6-8 bulan mencapai
5-7 ton umbi basah dan jika dipanen umur 9-10 bulan mencapai 8-10 ton
umbi basah.
6
yang masih mentah banyak dijual dipinggiran jalan. Talas mentah biasa diolah menjadi
hidangan cemilan berupa keripik talas atau talas goreng.
Meski bisa dikonsumsi, namun umumnya talas tidak dapat dikonsumsi secara langsung
tanpa diolah terlebih dahulu. Hal ini disebabkan kalsium oksalat yang terkandung di
dalamnya dapat menyebabkan rasa gatal pada mulut, lidah dan tenggorokan. Namun,
beberapa teknologi pengolahan talas bisa menurunkan kadar asamnya hingga 50 persen.
Di Aceh talas hanya diolah sebagai hidangan cemilan berupa talas rebus, talas goreng dan
keripik talas. Di Aceh selain direbus dan digoreng biasanya juga bisa diolah menjadi
bubur yang dicampur dengan beras ketan, bahkan saat ini umbi talas dapat diolah
menjadi keripik talas, naget talas, perkedel talas, dan dodol talas. Talas juga bisa bahan
campuran kolak, bubur, atau dibuat sayur berkuah santai.
Umbi talas mengandung 1,9% protein, lebih tinggi jika dibanding dengan ubi kayu (0,8%)
dan ubi jalar (1,8%), meskipun kandungan karbohidratnya (23,78%) lebih sedikit dibanding
dengan ubi kayu (37,87%) dan ubi jalar (27,97%). Komponen makronutrien dan
mikronutrien yang terkandung di dalam umbi talas meliputi protein, karbohidrat, lemak,
7
serat kasar, fosfor, kalsium, besi, tiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin C (Catherwood et
al. 2007; Huang et al. 2007). Untuk kandungan gizi pada talas dapat dilihat pada Tabel ……
8
Selanjutnya hasil rajangan dikeringkan menggunakan cahaya matahari. Setelah kering
rajangan digiling dan diayak untuk mendapatkan tepung talas.
DAFTAR PUSTAKA
Catherwood, D.J., Savage, G.P., Mason, S.M., Scheffer, J.J.C. & Douglas, J.A. (2007)
Oxalate content of cormels of Japanese taro (Colocasia esculenta (L.) Schott) and
the effect of cooking. Journal of Food Composition and Analysis, 20 (3–4), 147–
151. doi:10.1016/j.jfca.2005.12.012.
Dewi Sabita, Slamet dan Ignatius Tarwotjo. 1980. Majalah gizi dan makanan jilid 4, hal 26.
Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI
Husain. 2004. Konsep dasar potensi pengembangan pangan spesifik lokal di Provinsi Papua.
hlm. 3342. Dalam. Y.P. Karafir, H. Manutubun, Soenarto, Y. Abdullah, B.
Nugroho, dan M.J. Tokede (Ed.). Prosiding Lokakarya Nasional Pendayagunaan
Pangan Spesifik Lokal Papua. Kerja Sama Universitas Papua dengan Pemerintah
Provinsi Papua.
Huang, C.C., Chen, W.C. & Wang, C.C. (2007) Comparison of Taiwan paddy and upland
cultivated taro (Colocasia esculenta L.) cultivars for nutritive values. Food
Chemistry, 102 (1), 250–256. doi:10.1016/j.foodchem.2006.04.044.
Matthews, P, 2004. Genetic diversity in taro and the preservation of culinary knowledge.
Ethonobotany Journal 2 (1547), 55-77.
Perez, E., FS., Schultz, and EP., Delahaye. 2007. Characterization in some properties of
starched isolated from Xantosoma sagittifolium (tannia) and Colocasia esculenta L
(taro). J. Carbohydrate Polimer 60: 139-145.
Rahmat Rukmana,Budi Daya Talas,Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2006, h.16.
Rudyatmi, E. & Rahayu, E.S. (2014) Karakterisasi talas lokal Jawa Tengah (identifikasi
sumber plasma nutfah sebagai upaya konservasi tanaman pangan alternatif). Jurnal
Sains dan Teknologi, 12 (1), 1–8. doi:10.15294/sainteknol.v12i1.5420.
Nurfarianti (2016), Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Keladi Di Kecamatan
Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat, Skripsi, Universitas Teuku Umar, Meulaboh.