BIOKIMIA I
UNTUK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
OLEH :
TIM DOSEN BIOKIMIA
Puji syukur kehadirat Allah atas segala rahmat karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan diktat petunjuk praktikum Biokimia. Diktat ini disusun
dengan tujuan untuk menunjang perkuliahan Biokimia di Program Studi Pendidikan
Kimia, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, FKIP Universitas Mataram
tahun ajaran 2014/2015 dan sebagai panduan bagi semua pihak, terutama mahasiswa
yang sedang mengikuti perkuliahan Biokimia I dalam melakukan praktikum di
laboratorium agar terhindar dari kesalahan yang mengakibatkan kerugian bagi diri
sendiri maupun orang lain. Penyusunan diktat petunjuk praktikum ini disesuaikan
dengan perkuliahan dan ketersediaan peralatan dan bahan di laboratorium Kimia FKIP
Universitas Mataram.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan diktat petunjuk praktikum Biokimia I ini. Semoga bermanfaat
bagi kita semua.
Tim Penyusun
PETUNJUK UMUM
1. TATA TERTIB
1.1 Praktikan harus hadir 10 menit sebelum waktu praktikum yang ditetapkan dimulai
dengan mengisi daftar hadir, dan bagi yang terlambat tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan tidak diperkenankan mengikuti acara praktikum.
1.2 Praktikan yang tidak mengikuti satu saja acara praktikum, dinyatakan tidak lulus
kecuali dengan alasan yang dapat dimaklumi.
1.3 Praktikan diwajibkan menggunakan pakaian/jas praktikum yang bersih dan rapi,
memakai kacamata pengaman dan harus tetap menjaga ketertiban dan kesopanan
selama acara praktikum berlangsung.
1.4 Praktikan tidak diperbolehkan mengkonsumsi makanan dan minuman serta merokok
selama berada di dalam laboratorium.
1.5 Sebelum acara praktikum dimulai, praktikan harus sudah siap membaca petunjuk
praktikum yang selalu dibawa setiap acara praktikum.
1.6 Jika praktikan menghilangkan, merusak atau memecahkan alat-alat yang dipinjam
maka praktikan harus menggantinya dengan alat yang sama dan sejenis.
1.7 Pada saat melaksanakan praktikum, praktikan harus bekerja dengan teliti, tertib, dan
menjaga kebersihan laboratorium.
1.9 Penggunaan bahan kimia yang berbahaya harus hati-hati dan ikuti petunjuk yang
disiapkan untuk itu, dan kalau ragu-ragu minta bimbingan asisten.
1.10 Semua alat-alat yang digunakan dalam acara praktikum dibersihkan dan disusun
kembali pada tempatnya secara rapi kecuali pengawas praktikum memberikan
instruksi lain.
1.11 Selesai acara praktikum, laporan hasil pelaksanaan praktikum harus ditunjukkan
kepada pengawas praktikum untuk disahkan.
1.12 Hal-hal yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan diatur kemudian.
2. PEMBUATAN LAPORAN
2.1 Laporan sementara yang singkat (max 2 lembar) harus dibuat setiap acara praktikum
yang berisi hasil praktikum dan diserahkan kepada co-asisten paling lambat satu hari
setelah acara praktikum.
2.2 Laporan resmi setiap acara praktikum harus diserahkan selambat-lambatnya satu
minggu setelah acara praktikum berlangsung.
2.3 Laporan sementara dan laporan resmi disusun mengikuti format laporan yang telah
ditentukan.
FORMAT LAPORAN SEMENTARA
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM BIOKIMIA
Kelompok :
Tanggal praktikum :
Judul praktikum :
Tujuan percobaan :
Catatatan : Laporan sementara dibuat rangkap dua (satu untuk asisten praktikum dan
satu untuk kelompok praktikan) dan harus dilampirkan pada laporan resmi.
FORMAT LAPORAN RESMI
I. Judul Percobaan
V. Cara Kerja
VII. Kesimpulan
Menjelaskan beberapa hal yang dapat disimpulkan dari percobaan yang saudara
lakukan dengan memperhatikan tujuan percobaan.
Daftar Pustaka
Daftar pustaka mengikuti aturan berikut :
Nama penulis, tahun penerbitan, judul buku, jilid, edisi, penerbit, kota penerbit,
halaman yang diacu.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Pendahuluan
Tujuan utama dari pelajaran keselamatan kerja di laboratorium adalah
mendidik mahasiswa untuk bekerja secara aman dan efisien di laboratorium
sehingga dapat menguasai bagaimana menghindari berbagai macam
kesalahan/kerugian bagi dirinya sendiri ataupun bagi teman kerjanya.
Selanjutnya ada catatan-catatan penting dimaksudkan untuk mendapat
perhatian langsung tentang masalah-masalah umum yang berkaitan dengan bahaya
dari bahan kimia yang dipakai. Selain itu juga menggambarkan secara singkat
mengenai cara-cara mendasar untuk memberikan pertolongan pertama pada
kecelakaan yang bersifat umum di laboratorium. Tindakan pertolongan pertama
harus dilaksanakan secara sangat cepat agar diperoleh hasil yang efektif (seperti
dalam kasus kebakaran atau tumpahnya bahan-bahan kimia korosif) dan tidak
dibenarkan saat setelah kecelakaan baru membuka catatan atau buku tentang cara
memberi pertolongan pertama.
2. Macam-macam Bahan Kimia
Cara pengelompokan bahan organik yang dipakai di laboratorium umumnya
didasarkan pada sifat yang dimiliki oleh masing-masing bahan, yaitu meliputi :
a. Bahan kimia korosif
Larutan asam sulftat, asam klorida, dan asam nitrat (terutama dalam bentuk
pekat) dan larutan natrium serta kalium hidroksida adalah bahan kimia korosif.
Bahan korosif lain yang sering dipakai adalah halogen (klor, brom, dan iodin
dalam keadaan murni atau dalam larutannya), asetat anhidrida, asetil klorida,
fenol, atau turunan fenol dan larutan hidrogen peroksida.
b. Bahan Kimia Toksik
Dari sejumlah bahan kimia korosif ada beberapa bahan kimia yang bersifat
sangat toksik dan tidak diperhatikan aksi korosifnya. Beberapa diantaranya
hidrogen sianida (cairan dan gas) dan logam alkali sianida memliki aksi sangat
cepat. Asam nitrat pekat atau uapnya dan uap nitroso selain toksik juga korosif.
Benzena adalah pelarut yang sangat mudah terbakar dan toksisitasnya tinggi.
c. Bahan Kimia Karsinogen
Bahan kimia yang dapat merusak sifat dan fungsi jaringan tubuh disebut bahan
karsinogen. Efek yang ditimbulkan umumnya akan nampak setelah beberapa
bulan atau tahun. Contoh bahan kimia yang bersifat karsinogen misalnya
benzena, kloroform dan piridin.
d. Cairan Organik Mudah Terbakar
Kebanyakan pelarut-pelarut organik yang umum bersifat flammable (mudah
terbakar), sedangkan yang tergolong extremely flammable meliputi benzena,
dietil eter, petroleum eter, etil asetat, karbon disulfida, aseton, butanon, dan
yang bersifat highly flammable yaitu metanol, etanol, dan piridin.
3. Tindakan Pencegahan
Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama bekerja di
laboratorium, maka harus diperhatikan beberapa hal berikut :
a. Pemindahan atau pengambilan bahan padat korosif harus menggunakan sendok
bukan logam atau memerlukan peralatan lain.
b. Penanganan cairan korosif harus dilakukan dalam lemari asam dan pengambilan
harus menggunakan pipette ball atau dengan syringe gelas (plastik).
c. Untuk melindungi bahan kimia yang korosif terhadap mata gunakan kaca mata
pengaman.
d. Setiap kerja di laboratorium harus memakai baju praktikum, beralas kaki sepatu
dan jika perlu memakai sarung tangan.
4. Pertolongan Pertama
Standar keamanan praktek adalah suatu bagian mutlak dari semua pekerjaan
laboratorium. Bahan-bahan yang digunakan dalam laboratorium biasanya mudah
terbakar, ada yang dapat menyebabkan iritasi dan bahkan ada yang bersifat racun.
Meskipun beberapa penuntun praktikum telah dirancang untuk pekerjaan yang
aman, tapi anda wajib dituntut tetap waspada terhadap berbagai macam
kemungkinan yang dapat membahayakan keselamatan. Kecelakaan dalam
laboratorium kimia organik dapat dihindari jika anda memasuki laboratorium
dengan penuh kesiapan.
Hal-hal paling umum menimbulkan luka dalam laboratorium adalah
pecahan-pecahan gelas, luka bakar oleh gelas panas atau oleh logam panas, dan
bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan luka bakar pada kulit atau dalam
mata. Untuk mencegah patahnya pipa gelas atau termometer, anda seharusnya
melumasi pipa atau termometer dengan gliserin atau air sebelum memasukkan ke
dalam karet atau gabus penutup, dan lindungi tangan anda dengan kain lap. Dalam
kejadian luka iris atau luka bakar yang parah maka segeralah panggil instruktur
anda dan lakukan prosedur-prosedur berikut ini :
Luka iris. Jika tidak parah, cuci luka tersebut dengan air dan larutan sabun. Jika
luka parah langsung tekan dengan kain, bungkus dengan kain steril, dan segera
hubungi dokter.
Luka bakar. Jika luka bakar kecil dimana jaringan tidak terbakar, dapat disiram
dengan air dingin. Jika luka parah, segera hubungi dokter.
Luka bakar karena zat kimia. Bahan-bahan kimia pada kulit atau di dalam mata
harus dicuci dengan air mengalir sebanyak mungkin. Segera hubungi dokter.
Asam, basa, dan bahan-bahan kimia yang lain dapat merusak jaringan kulit bila
tidak segera dibersihkan. Bahan-bahan kimia semacam itu perlu ekstra hati-hati bila
tidak ditangani, dan prosedur yang tepat bila a) dituang dari wadahnya ke gelas
piala atau erlenmeyer untuk keperluan penimbangan, dan b) dalam larutan, asam
yang dituang ke dalam air, bukan sebaliknya. Lachrymators adalah bahan-bahan
kimia yang menyebabkan iritasi pada mata dan umumnya menyebabkan air mata
menetes. Bahan-bahan ini harus ditangani dalam lemari asam.
A. Tujuan Percobaan
Untuk mengidentifikasi jenis asam amino dalam larutan protein secara kualitatif.
B. Dasar Teori
C. Alat-Alat
- Tabung reaksi
- Rak Tabung reaksi
- Pipet Tetes
- Beaker Gelas/Gelas Kimia
- Pemanas Listrik
D. Bahan-bahan
- Asam amino: glysine, tirosin, asam glutamat, sistein, triptofan, fenilalanin,
sistin, prolin.
- Reagen Ninhydrin
- NaOH 40%
- Reagen Millon
- Larutan Pb-asetat
- HCl encer dan NaOH encer
- HNO3 pekat
E. Cara Kerja
1. Uji Kelarutan
Kelarutan asam amino dan protein sebagian besar tergantung pada pH larutan.
Perubahan struktural dalam asam amino atau protein yang berlangsung pada pH
yang berbeda mengubah kelarutan relatif molekul. Dalam larutan asam, baik
gugus amino dan karboksilat dalam keadaan terprotonasi. Dalam larutan basa,
kedua gugus terdeprotonasi. Asam amino pada dasarnya larut dalam air.
Kelarutan dalam air, larutan alkali dan larutan asam bervariasi dari satu
senyawa ke yang lain tergantung pada struktur rantai samping mereka.
- Amati kelarutan asam amino (glisin, tirosin, asam glutamat dan sistein)
dalam air dan alkohol dengan menempatkan sejumlah kecil asam amino
dalam tabung reaksi, dan menambahkan beberapa mL pelarut dan
pemanasan jika perlu.
- Tentukan larutan asam amino bersifat asam atau basa dengan menggunakan
kertas lakmus saat uji coba kelarutan dalam air.
- Ulangi tes kelarutan menggunakan HCl encer dan NaOH encer.
2. Uji Ninhydrin
Ninhidrin adalah bahan kimia yang digunakan untuk mendeteksi amina primer
dan sekunder. Produk yang diperoleh dari ninhidrin kemudian bereaksi dengan
NH3 dan kelebihan ninhidrin untuk menghasilkan zat berwarna biru. Reaksi ini
merupakan tes yang sangat sensitif untuk asam amino.
- Ke dalam 1 mL larutan asam amino tambahkan 5 tetes 0,2% larutan
ninhydrine dalam aseton.
- Panaskan dalam penangas selama 2 menit.
- Biarkan dingin dan amati warna biru terbentuk.
5. Uji Millon
Uji Millon adalah uji khusus untuk asam amino yang mengandung fenol (tirosin
adalah satu-satunya asam amino fenolik umum). Reagen Millon mengandung
HNO3, di mana merkuri terlarut. Sebagai hasil dari reaksi endapan merah atau
larutan merah dianggap sebagai hasil positif. Jika terdpat endapan kuning HgO
reaksi dianggap negatif tetapi biasanya menunjukkan bahwa larutannya terlalu
basa.
- Ke dalam 2 mL larutan asam amino (tirosin, fenilalanin, glisin) dalam
tabung reaksi, ditambahkan 1-2 tetes reagen Millon.
- Panaskan tabung dalam penangas yang mendidih selama 10 menit.
- Reaksi dikatakan positif jika terbentuk warna merah pada larutan.
6. Uji Sulfur
Ketika sistin dipanaskan dengan 40% NaOH, beberapa sulfur dalam struktur
asam amino dikonversi menjadi natrium sulfida (Na2S). Na2S dapat dideteksi
dengan menggunakan larutan Pb-asetat yang menyebabkan pengendapan PbS
dari larutan basa.
- Sebanyak 1 ml larutan asam amino ( sistein, sistin) ditambahkan 1 ml
NaOH 40%
- panaskan hati-hati selama 1 menit untuk mengubah sulfur organik menjadi
Na-S.
- Tambahkan 1 tetes larutan Pb-asetat, akan terjadi warna coklat atau hitam
karena terbentuk endapan PbS.
F. Analisis Data
1. Uji Kelarutan
2. Ninhydrin Test
4. Xanthoproteic test
Asam Pemanasan Pendingina
NaOH 40% Hasil
Amino Sebelum Setelah n
Tirosin
Triptophan
Fenilalanin
Asam
Glutamat
5. Millon’s Test
Asam + reagen Millon’s Pemanasan
Amino Sebelum Setelah Sebelum Setelah
Tirosin
Glisin
Fenilalanin
6. Lead-Sulfide Test
didihka + 40%
Asam Pendingina
NaOH Pb-asetat Hasil
Amino n
Sebelum Setelah
Sistein
Sistin
PERCOBAAN 2
IDENTIFIKASI PROTEIN
A. Tujuan Percobaaan
Mengidentifikasi protein berdasarkan sifat-sifatnya.
B. Dasar Teori
Seperti asam amino, protein yang larut dalam air akan membentuk ion
dengan muatan (+) dan (-). Dalam suasana asam protein akan membentuk ion (+)
dan dalam suasana basa yang membentuk ion (-). Pada titik isoelektriknya sifatnya
sama dengan Zwitterion asam amino. Titik isoelektrik protein mempunyai arti
penting karena sifat fisika dan kimianya berhubungan erat dengan pH pada titik
isoelektrik ini. Pada pH diatas titik isoelektriknya, protein bermuatan (+) sedangkan
di bawah titik isoelektriknya protein bermuatan (-). Oleh karena itu, untuk
mengendapkan protein dengan ion logam (Ag2+, Ca2+, Zn2+, Hg2+, Fe2+, Cu2+, dan
Pb2+) diperlukan pH larutan di atas titik isoelektrik, sedangkan untuk pengendapan
oleh ion negative (ion salisilat, trikloroasetat, pikrat, tanat, dan sulfosalisilat)
memerlukan pH di bawah titik isoelektrik.
Sejumlah protein termasuk globulin larut dalam air. Sifat larut dalam air
membuat protein ini menjadi stabil. Namun kestabilan protein tersebut sangat
ditentukan oleh kondisi fisik atau lingkungan sekitarnya. Apabila kondisi
lingkungan berubah menjadi ekstrim, protein akan mengalami denaturasi
(mengendap). Kondisi ini dapat bersifat kekal (irreversible) atau sementara
(reversible). Denaturasi protein dianggap kekal apabila telah terjadi modifikasi
kimiawi terhadap struktur protein sehingga menyebabkan kehilangan
bentuk/struktur asli dan fungsi biologis (denaturasi). Kondisi ini dapat disebabkan
oleh pemanasan, perubahan pH yang extrim, radiasi, pelarut organik, urea
berkonsestrasi tinggi, dan detergen. Sebaliknya, protein yang mengalami denaturasi
sementara dapat berubah ke keadaan semula. Dengan kata lain, perubahan
lingkungan tidak meyebabkan terjadinya perubahan bentuk alami sehingga fungsi
biologisnya masih terjaga. Kondisi ini umumnya terjadi bila larutan protein
ditambahkan etanol, aseton, dan garam berkonsentrasi tinggi (umumnya ammonium
sulfat). Endapan protein dapat larut kembali dalam air. Proses ini disebut renaturasi.
C. Alat, bahan dan cara kerja
a. Tes Biuret
- Alat : Tabung reaksi, Pipet tetes
- Bahan : NaOH 2,5 M, Larutan protein, CuSO4 0,01 M
- Cara Kerja : 3 mL larutan protein ditambahkan 1 mL NaOH 2,5 M
dan
dicampurkan dengan baik. Tambahkan 1 tetes 0,01 M
CuSO4 sampai tercampur dengan baik. Jika timbul warna
ditambahkan lagi 1 tetes atau lebih CuSO4. Percobaan
dapat diulang untuk larutan asam amino
No. Larutan sampel NaOH 2,5 M CuSO4 0,01 CuSO4 0,01 M
M berlebih
1.
2.
3.
Dst
A. Tujuan Percobaan
- Melakukan ekstraksi DNA dari beberapa jenis tumbuhan
- Untuk mengamati DNA dari sel tanaman
B. Dasar Teori
Salah satu aspek yang mencolok dari tatanan alam adalah rasa persatuan yang
ada di antara anggota generasi-generasi di setiap spesies. Hampir selalu ada bank
informasi yang stabil yang harus dilestarikan dan diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya jika suatu spesies individu ingin mempertahankan identitas
mereka agar tidak berubah selama jutaan tahun. Bank informasi genetik tersebut
adalah asam deoksiribonukleat (DNA), yang berfungsi sebagai pembawa informasi
genetik di baik untuk organisme prokariota dan eukariota.
Molekul DNA mengarahkan sintesis setiap protein dan berisi semua
informasi genetis yang diteruskan kepada sel-sel baru. Dalam sel eukariotik yang
kompleks seperti dari tanaman, hewan, jamur dan protista, sebagian besar DNA
terletak di inti sel (kloroplas, mitokondria, dan ribosom juga membawa beberapa
DNA). Sebaliknya, dalam sel sederhana yang disebut prokariota, termasuk
Eubacteria dan archaea, DNA tidak dipisahkan dari sitoplasma oleh membran inti.
Meskipun DNA adalah molekul yang sangat kecil, namun dalam jumlah besar
memungkinkan untuk dilihat.
Beberapa buah-buahan merupakan poliploid yang berarti bahwa mereka
memiliki lebih dari dua dari setiap jenis kromosom. Ada tiga langkah dasar dalam
ekstraksi DNA. Pertama, sel harus dilisikan (rusak terbuka) untuk melepaskan inti.
Berikutnya, inti juga harus dibuka untuk melepaskan DNA. Terakhir, setelah DNA
dilepaskan, maka harus diendapkan dari larutan. Beberapa reagen yang diperlukan
untuk menyelesaikan prosedur ekstraksi seperti garam, deterjen, dan alkohol.
Kedua sel dan membran inti terutama terdiri dari lipid. Agar sel dapat mengalami
lisis, dinding lipid harus dipecahkan dengan cara mekanik dan penambahan larutan
detergen. Kemudian Etanol digunakan untuk mengendapkan DNA. Dalam air,
DNA larut. Namun, bila dalam etanol, DNA akan terendapkan.
C. Alat-Alat
- Tabung reaksi
- Rak Tabung reaksi
- Pipet Tetes
- Beaker Gelas/Gelas Kimia
- Pemanas Listrik
- Plastik cetik
- Batang Pengaduk
- Kertas Saring
D. Bahan-bahan
- Tanaman : Strawberry, kiwi, pisang, tomat, bawang bombay, brokoli, jeruk
- Sabun cair/detergen
- Etanol 95%
- Garam meja
- Es batu
- Akuades
E. Cara Kerja
1. Pembuatan Etanol dingin
- Letakkan es batu ke dalam gelas kaca 500 ml
- Masukkan sekitar 100 ml etanol 95% ke dalam gelas kaca dengan
menggunakan wadah tertutup
3. Prosedur ekstraksi
- Kupas kulit buah dari tanaman yang akan diektraksi DNAnya.
- Tempatkan buah dalam plastik cetik dan segel tertutup.
- Tekan selama beberapa menit sampai benar-benar lumat.
(atau Anda dapat memotong buah menjadi bagian kecil kemudian
menggerusnya menggunakan mortar.
- Tambahkan beberapa ml Larutan buffer ekstraksi (perbandingan 1 :1) dan
tekan selama beberapa menit lagi. Cobalah untuk tidak membuat banyak
gelembung sabun.
- Diamkan campuran mereka selama 10 menit dalam air hangat (suam kuku).
- Saring dengan kertas saring sampai mendapatkan sekitar 3 ml cairan.
- Tambahkan 2 ml alkohol dingin untuk buah cair di dalam tabung. Tuangkan
etanol dengan hati-hati di sisi tabung sehingga membentuk lapisan terpisah di
atas cairan strawberry.
- Perhatikan sekitar satu menit. Anda akan melihat awan berbulu putih pada
antarmuka antara dua cairan. Itu DNA!
- Gunakan batang pengaduk/pipet untuk mengambil dalam jalinan DNA.
F. Analisis Data
Pengamatan
No Bahan Gambar
Sebelum Setelah
1. Strawberry
2. Kiwi
Bawang
3.
bombay
4. Tomato
5. Jeruk
6. Pisang
7. Brokoli
Permasalahan :
1. Apakah Anda berpikir DNA dalam tanaman yang berbeda sebagian besar sama
atau berbeda?
2. Apa fungsi dari: garam meja, sabun cair/detregen, dan etanol dalam percobaan
ini?
3. Apakah DNA yang diekstrak murni? Apa lagi yang mungkin melekat pada
DNA?
4. Faktor-faktor apa bisa menyebabkan perbedaan dalam jumlah DNA yang
dikumpulkan?
PERCOBAAN 4
ENZIM PENCERNAAN
A. Tujuan Percobaan
- Untuk mempelajari sifat-sifat enzim sebagai protein
- Untuk menentukan aktivitas enzim pencernaan
B. Dasar Teori
Fungsi enzim pencernaan adalah untuk memecah molekul besar pada
makanan (makromolekul) seperti karbohidrat, protein, dan lipid ke dalam bentuk
micromolecules yang cukup kecil untuk diserap ke dalam aliran darah di mana
nutrisi dapat dimanfaatkan oleh sel-sel tubuh. Makanan dipecah oleh perlakuan
mekanis, seperti mengunyah dan oleh aksi kimiawi dari enzim pencernaan. Enzim
adalah protein yang mengkatalisis reaksi kimia dalam tubuh. Mereka
meningkatkan laju reaksi tanpa ikut bereaksi dalam reaksi. Enzim dalam saluran
pencernaan manusia mengkatalisis konversi karbohidrat menjadi gula disakarida
dan monosakarida; mengkonversi protein ke dalam rantai pendek asam amino
yang disebut peptida, serta unit satuan asam amino dan mengkonversi lemak
menjadi gliserol dan asam lemak.
Setiap enzim yang ditemukan dalam sistem pencernaan bekerja pada
substrat tertentu (karbohidrat, protein atau lipid). Misalnya, amilase, enzim yang
diproduksi oleh kelenjar ludah dan pankreas memecah karbohidrat tetapi tidak
berpengaruh pada protein atau lipid. Contoh lain adalah enzim lipase yang
mengkatalisis pemecahan lemak tetapi tidak berpengaruh pada karbohidrat atau
protein. Aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh suhu dan pH. Kerja enzim manusia
terbaik pada suhu tubuh manusia (37C). Enzim juga merupakan protein, oleh
karena itu struktur molekul mereka dapat terdenaturasi dengan pemanasan 60C
atau lebih tinggi agar kehilangan fungsi biologisnya. Sebaliknya, ketika enzim
didinginkan, aktivitas mereka menjadi lambat seiring penurunan suhu dan
aktivitas berhenti di 0C. Aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh pH. Berbagai
enzim memiliki pH optimal di mana mereka mengkatalisis reaksi pada tingkat
tercepat. Dalam kegiatan percobaan ini Anda akan melakukan percobaan dengan
menggunakan salah satu enzim pencernaan, yaitu air liur.
Air liur adalah cairan tubuh yang disekresi oleh tiga pasang kelenjar ludah
utama (parotis, sublingua dan submandibula) dan oleh banyak kelenjar ludah
minor. Cairan ini terdiri lebih dari 99,5% air dan hanya 0,5% bahan padat. Dua
pertiga dari emulsi tersebut merupakan substansi organik seperti ptyalin dan
musin. Musin berperan sebagai pelumas makanan dan pelindung rongga mulut
saat mengunyah, sehingga mereka mudah untuk dicerna. Ptyalin, juga dikenal
sebagai amilase yang menghidrolisis pati menjadi dekstrin dan maltosa. Enzim ini
tidak aktif pada pH 4.0 atau lebih rendah. Saliva bersifat sedikit asam dengan pH
sekitar 6,8.
C. Alat-Alat
- Pemanas listrik/penangas air
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Pipet tetes
- Indikator pH universal
- Plat uji
D. Bahan-Bahan
- Air liur/saliva
- Pati
- Akuades
- Reagen millon, biuret, benedict
- Larutan iodin
E. Cara Kerja
1. Penyiapan sampel
- Untuk mahasiswa relawan agar mencuci mulut Anda tiga kali. Mengunyah
sepotong kapas atau kertas saring dibasahi oleh asam asetat encer untuk
menginduksi produksi air liur. Kumpulkan saliva (min. 20 ml) dan saring.
(HANYA SEORANG SISWA UNTUK 1 KELOMPOK. JANGAN
DICAMPUR!)
2. Uji pH
Ukur pH air liur dengan menggunakan indikator universal. Catat hasilnya
3. Uji Millon
Reagen : Reagen untuk uji millon terdiri dari merkuri dan ion mercurous
dalam nitrat dan asam nitrat. Warna merah yang terbentuk dalam
pengujian ini mungkin disebabkan oleh garam merkuri dari tirosin
ternitrasi.
Test : Tambahkan 5 tetes reagen millon ke dalam 3 ml larutan protein
(saliva). Perlahan panaskan campuran. kelebihan reagen akan
mengurangi warna pada pemanasan.
4. Uji Biuret
Reagen : Dalam larutan basa, biuret memberikan warna ungu dengan CuSO4.
Warna yang dihasilkan berasal dari kompleks antara Cu2+, -CO, dan
gugus -NH dari ikatan peptida dalam larutan basa. Dipeptida dari
histidin, serin, dan Threonin tidak bereaksi dengan cara ini.
Test : Tambahkan 1 ml NaOH 10% ke dalam 3 ml larutan saliva.
Campurkan dengan baik. Tambahkan satu tetes CuSO4 0,1%. Campur
dengan baik. Tambahkan lebih banyak tetes jika warna tidak
terbentuk.
5. Uji Molish
Reagen : Uji ini didasarkan pada reduksi asam sulfat pekat menjadi furfural
atau furfural lain seperti hidroksil metil furfural.
Test : 5 ml larutan saliva dan 2 tetes reagen molish dicampur dengan baik
dalam tabung reaksi. Ke dalam campuran ini, tambahkan 2 tetes
H2SO4 pekat secara perlahan melalui dinding tabung.
6. Uji Benedict
Reagen : Uji benedict didasarkan pada reduksi Cu (II) ke Cu (I) dalam larutan
basa. Ion Cupri kembali tereduksi dalam larutan basa dengan aldehida
atau keto-bebas dari karbohidrat yang menghasilkan warna merah
bata.
Test : 5 ml larutan Benedict dan 8 tetes larutan yang akan diuji dicampur
dalam tabung reaksi. Panaskan campuran selama 5 menit dan
dinginkan campuran. Catat apakah ada endapat yg terbentuk.
7. Uji musin
Reagen : Uji ini digunakan untuk menguji keberadaan musin dalam larutan
saliva. endapan putih menunjukkan keberadaan musin.
Test : satu tetes asam asetat encer ditambahkan ke 2 ml larutan saliva.
Amati
8. Aktivitas Enzim
- saliva diencerkan 1:10 dengan akuades
- 5 ml pati 1% ditambahkankan ke dalam tabung reaksi.
- Satu tetes larutan pati dimasukkan ke plat uji dan reaksinya dengan satu
tetes larutan iodin dicatat.
- 0,2 ml larutan saliva encer ditambahkan ke dalam tabung uji tabung yang
berisi 5 ml pati 1%.
- Panaskan campuran dalam penangas pada 37C.
- Satu tetes campuran tersebut diambil setiap 30 detik dan diuji reaksinya
dengan larutan iodin pada plat uji.
- mengulangi langkah no. 5 sampai tidak ada terbentuk warna kembali
- catat drop yang tidak memberikan pembentukan warna. Hal ini dikenal
sebagai titik acromatic.
- Setelah titik acromatic tercapai, larutan diuji dengan reagen Benedict.
F. Analisis Data
- Uji pH
pH saliva :__________
teori :___________
- Uji reaksi
Pengamatan
No. Uji Langkah kerja
Sebelum Setelah
1. Millon
2. Biuret
3. Molish
4. Benedict
5. Mucin
- Aktivitas Enzim
PERTANYAAN
1. Jelaskan secara singkat apa komponen apa saja yang terdapat di saliva?
2. Apa tujuan dari tes berikut:
a. Uji Millon d. uji Molish
b. uji biuret e. uji musin
c. uji Benedict
3. Jelaskan hasil yang Anda peroleh berkaitan dengan pH dan aktivitas enzim
saliva!
4. Setelah melakukan percobaan ini, Tuliskan kesimpulan berdasarkan hasil
yang Anda peroleh!
PERCOBAAN 5
ISOLASI KASEIN
A. Tujuan Percobaan
- Untuk mengisolasi kasein dari susu non fat
- Untuk mengisolasi lactalbumin dari susu non fat
B. Dasar Teori
Susu merupakan campuran kompleks bahan kimia yang berfungsi sebagai salah
satu sumber makanan utama untuk bayi mamalia. Susu mengandung sebagian besar
molekul biologis yang diperlukan untuk mempertahankan hidup termasuk air, berbagai
vitamin, mineral, protein, gula, dan lipid. Meskipun semua mamalia berhenti minum susu
pada saat tertentu, beberapa dari mereka terus meminum produk susu (misalnya, keju,
mentega, dan krim) sepanjang seluruh hidup mereka.
Susu mengandung beberapa komponen seperti lipid dan protein. Susu mengandung
sekitar 4% lemak dalam air. Ini berarti bahwa dalam 100 ml air, sekitar 4 ml lemak akan
hadir. Hal ini dimungkinkan karena susu mengandung, selain lemak, juga mengandung
sejumlah lipid yang disebut fosfolipid. Gugus fosfat yang bermuatan negatif, bersifat cukup
larut dalam air, sedangkan daerah hidrokarbon tak bermuatan yang non polar bersifat tidak
larut dalam air. Kepribadian ganda dari phospolipid (sifat amphipatic) memungkinkan
lemak susu menjadi larut di air susu dengan menyelaraskan sejumlah daerah hidrofobik
dengan lemak lainnya, dengan fosfat menghadap ke arah air. Hal ini membuat
campurannya membentuk emulsi. Pada percobaan ini, Anda akan menggunakan susu
bubuk yang tidak mengandung lemak (non fat).
Ada tiga protein utama dalam susu yaitu kasein, lactalbumin, dan
laktoglobulin. Dalam percobaan ini Anda akan mengisolasi kasein, dan campuran
dari lactalbumin dan laktoglobulin protein (diisolasi dibawah kondisi yang sama
dan sulit untuk memisahkan keduanya dari satu sama lain). Kasein adalah protein
utama yang ditemukan dalam susu. Kasein memiliki sejumlah besar kutub polar,
yang membuatnya larut dalam air. Kasein juga memiliki gugus lain yang
bermuatan negatif. Jika asam ditambahkan ke susu, ion hidrogen dari asam melekat
pada gugus bermuatan negatif, dan kasein menjadi tidak larut, menyebabkan kasein
dapat terendapkan dari susu. Selain itu, kasein dapat terendapkan ketika struktur
primernya hancur, proses ini disebut denaturasi protein. Pengendapan protein
laktalbumin mudah dipicu oleh pemanasan. Setelah kasein protein dihapus,
memanaskan larutan whey (larutan sisa) dapat memberikan endapan protein.
Meskipun dalam jumlah kecil, protein laktoglobulin adalah protein kekebalan tubuh
yang hadir dalam susu yang melindungi bayi dari penyakit sampai bayi bisa
mengembangkan sistem kekebalan tubuh sendiri.
C. Alat-alat
- Spatula
- Beaker glass
- Pipet tetes
- Pemanas listrik/penangas air
- Kertas saring
- Corong
- Termometer
D. Bahan-Bahan
- Asam asetat 10%
- Susu non fat
- Akuades
- CaCO3
E. Cara Kerja
1. Isolasi kasein
- Siapkan beaker glass 500 ml. Timbnag beratnya
- Tempatkan sekitar 4 gram susu bubuk tanpa lemak dan 42 ml air ke dalam gelas
kimia dan timbang beratnya. Panaskan susu hingga 40C.
- Ketika susu telah mencapai 40C, tambahkan 1-3 ml larutan asam asetat 10%. Aduk
larutan dengan spatula. Anda akan melihat endapan terbentuk. ini adalah kasein.
Dorong kasein ke sisi atas gelas dan tekan untuk mengelaurakan cairan yang
mungkin masih ada dalam kasein. Transfer kasein ke kaca arloji saat, jika Anda
melihat cairan pada kaca arloji, pipet kembali ke dalam gelas kimia.
- Tambahkan 0,6 gram kalsium karbonat ke dalam larutan susu dalam gelas untuk
menetralkan pH.
- Timbang kertas saring, kemudian tambahkan kasein dan catat massanya.
2. Isolasi lactalbumin
- Panaskan campuran (cairan dari langkah 2) ke 75C selama 5 menit. Perlakuan Ini
akan menyebabkan protein laktalbumin terendapkan (dan salah satu protein
laktoglobulin dalam susu).\
- Timbang kertas saring yang akan digunakan untuk menyaring.
- Gunakan filter corong dan kertas saring untuk memisahkan endapan padat dari
larutan panas.
- Timbang berat endapan dan catat hasilnya.
F. Analisis Data
Pengamatan
No. Langkah Kerja
Sebelum Setelah
10. Total massa protein dalam sampel anda (#4 + #5) ________________g
11. Tentukan kadar protein dalam sampel anda
massa protein
×100
massa susu +air dlm gelas
________________%
Pertanyaan
2. Apa yang dilakukan asam asetat terhadap struktur kasein yang menyebabkan ia
mengendap?