Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TINDAKAN

“GAGAL GINJAL KRONIK” PADA TN. R

di RUANG HEMODIALISA RSUD dr. LOEKMONO HADI KUDUS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Medikal Bedah

di Ruang RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus

Disusun Oleh :

Desti Kumalasari

NIM: 62019040012

JURUSAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN 2019
JURNAL TINDAKAN KEPERAWATAN PADA TN. R

DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK DIRUANG HEMODIALISA

RSUD dr. LOEKMONOHADI KUDUS

NAMA MAHASISWA : Desti Kumalasari

HARI/ TANGGAL : Senin 04 November 2019

NIM : 62019040012

JUDUL JURNAL : Jurnal Tindakan keperawatan pada Tn. R dengan gagal ginjal kronik

A. IDENTITAS PASIEN :
Nama : Tn. R
Umur : 66 thn
Pendidikan : SD
Suku : jawa
Agama : Islam
Status perkawinan : menikah
Ruang rawat : Hemodialisa
No. Rekam :777652
Tgl/jam masuk : 04/11/2019 06.00 WIB
Tgl/jam pengkajian : 04/11/2019 12.00 WIB
Diagnosa : CKD

B. Pengkajian Fokus
Pengkajian fokus gagal ginjal kronis menurut Doenges (2000) yaitu :
a. Aktivitas / Istirahat
- Gejala :
1) Kelelahan ekstremitas, kelemahan, malaaise.
2) Gangguan tidur (insomnia, gelisah, somnolen)

- Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.


b. Sirkulasi
- Gejala :
1) Riwayat hipertensi lama atau berat.
2) Palpitasi, nyeri dada (angina).
- Tanda :
a) Hipertensi, peningkatan vena jugularis, nadi kuat, edema jaringan umum dan
pitting pada telapak kaki dan telapak tangan.
b) Disretmia jantung.
c) Nadi lemah, dan halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia yang
jarang pada penyakit tahap akhir.
d) Friction rub pericardial (respon terhadap akumulasi sisa).
e) Pucat, kulit kekuningan.
f) Kecederungan perdarahan.
c. Integritas Ego
- Gejala :
1) Faktor stress, contoh : finansial, hubungan, dan sebagainya.
2) Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
- Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
d. Eliminasi
- Gejala
1) Penuruna frekuensi urin, oliguri, anuria (gagal ginjal tahap lanjut)
2) Abdomen kembung, diare, atau konstipasi.
- Tanda : Perubahan warna urin, contoh : kuninng pekat, merah, coklat berawan,
oliguria, dapat menjadi anuria.
e. Makanan dan cairan
- Gejala :
1) Peningkatan BB cepat (edema) penurunan BB (malnutrisi).
2) Anoreksia, nyeri ulu hati, mual, muntah.
3) Rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan amonia)
4) Penggunaan diuretik.
- Tanda :
a) Distensi abdomen atau asites, pembesaran hati tahap akhir.
b) Penuruna turgor kulit dan kelmbapan.
c) Edema.
d) Penurunan otot, penuruna lemak, subkutan, penampilan tak bertenaga.
f. Neurosensori
- Gejala :
1) Sakit kepala dan penglihatan kabur.
2) Kram otot/ kejang : sindrom “kaki gelisah” ; kebas dan rasa terbakar pada
kaki.
3) Kebas/ kesemutan dan kelmahan, khususnya ekstremita bawah (neuropati
perifer)
- Tanda :
a) Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan
tingkat kesadaran, stupor, koma.
b) Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang.
c) Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
g. Nyeri/ kenyamanan
- Gejala :
1) Nyeri panggul, sakit kepala.
2) Kram otot/ nyeri kaki (memperburuk saat malam hari).
- Tanda : Perilaku hati-hati/ distraksi, gelisah.
h. Pernapasan
- Gejala :
1) Napas pendek, dispnea noktural proksimal.
2) Batuk dengan tanpa sputum kental dan banyak.
- Tanda :
a) Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi dan kedalaman (pernapasan
kusmaul).
b) Batuk produktif dengan sputum merah muda dan encer (edema paru).
i. Keamanan
- Gejala : Kulit gatal, ada berulangnya infeksi.
- Tanda :
a) Pruritus.
b) Demam (sepsis, dehidrasi) : normotermia dapat secara aktual terjadi
peningkatan pada tubuh yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari
normal (efek gagal ginjal kronis/ depresi respon imun).
c) Petekie, area ekimosis pada kulit.
d) Fraktur tulang,: deposit fostfat kalsium (klasifikasi metastasi) pada kulit,
jaringan lunak, sendi keterbatasan gerak sendi.
j. Seksualitas
- Gejala : Penurunan libido, amenore, infertilitas.
k. Interaksi Sosial
- Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan
fungsi peran biasanya dalam berkeluarga.
l. Penyuluhan/ pembelajaran
- Gejala :
1) Riwayat diabetes melitus (DM), keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal),
penyakt polikistik, netresis herediter.
2) Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.
3) Penggunaan antibiotik nefrotoksik saat ini berulang.

C. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 04/11/2019 09:30 WIB
Hasil pengkajian :
DS : pasien mengatakan sulit BAK dan BAB
DO :
- Keadaan umum : Composmetis nilai GCS: 15 E :4 M: 6 V: 5
- TTV :

Tekanan Darah : 137/82 mmHg


RR : 20 x/mnt
Suhu : 36.2 C
Nadi : 80 X/MNT
SPO2 : 98%
- BAK : kurang lebih 2-3x sehari
- BAB : tidah setiap hari pasien BAB 1x
- Pitting edema : 3+ cukup dalam, berlangsung 1mnt tampak membengkak.
D. TINDAKAN / HAL YANG DIPELAJARI SESUAI PENGKAJIAN :
1. Pitting edema
a. Indikasi
Dugaan menderita :
a) Sindroma nefrotik
b) Gagal jantung kongestif
c) Sirosis hepatis
d) Oklusi vena
e) Hipotiroidisme
f) Limfedema
b. Tujuan pengambilan pemeriksaan : untuk mengetahui penyebab yang mendasari
timbulnya edema sehingga dapat diberikan terapi yang sesuai.
c. Persiapan pasien
Pasien diminta berbaring dan membebaskan kedua tungkai dari pakaian/kaos
kaki.
d. Cara pemeriksaan :
a) Inspeksi : edema dapat ditemukan pada palpebra, ekstremitas, atau pada
vulva (wanita) atau skrotum (pria).
b) Palpasi : regio tibia bagian anterior diberi tekanan ringan dengan ibu jari
selama kurang lebih 10 detik lalu dilepaskan. Pada pitting edema akan
timbul indentasi kulit yang ditekan, dan akan kembali secara
perlahanlahan. Pada non-pitting edema tidak akan terjadi indentasi. Pada
pasien yang sudah berbaring lama maka cairan akan berkumpul di bagian
terendah, biasanya pada daerah punggung dan sakrum. Pasien dapat
dimiringkan atau didudukkan, lalu dilakukan penekanan ringan sama
seperti pada ekstremitas.

E. ANALISA DISERTAI KAJIAN ILMIAH DAN SESUAI DATA PADA PASIEN :


Kelebihan volume cairan yang berhubungan penurunan haluaran urin, retensi cairan dan
natrium (Doengoes, 2010). Kele bihan volume cairan dalah suatu keadaan dimana seorang
individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interistiel
(Doengoes, 2010). Masalah keperawatan yang muncul pada pasien ckd adalah kelebihan
volume cairan dengan etiologi penurunan haluaran urine retensi cairan dan natrium ditandai
dengan BAK sedikit, urine output per 24jm 300cc. terdapat edema , turgorkulit jelek, balance
cairan per24jm 249cc, ureum : 109.7mg/dl creatinin : 8,7mg/dl. BB : 75kg TD :
150/100mmhg, N : 79x/mnt, S : 36.5C, RR : 22x/mnt.

Penyakit gagal ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang mendasarinya, tapi
dalam perkem-bangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Mula-mula karena
adanya zat toksik, infeksi dan obstruksi saluran kemih yang menyebabkan retensi urine. Dari
penyebab tersebut, Glomerular Filtration Rate (GFR) di seluruh massa nefron turun dibawah
normal. Hal yang dapat terjadi dari menurunnya GFR meliputi: sekresi protein terganggu,
retensi Na dan sekresi eritropoitin turun. Hal ini mengakibatkan terjadinya sindrom uremia
yang diikuti oleh peningkatan asam lambung dan pruritus. Asam lambung yang meningkat
akan merangsang rasa mual, dapat juga terjadi iritasi pada lambung dan perdarahan jika iritasi
tersebut tidak ditangani yang dapat menyebabkan melena. Proses retensi Na menyebabkan
total cairan ekstra seluler meningkat, kemudian terjadilah edema (Corwin,2009).
REFERENSI

Burns EA, Korn K, Whyte J, Thomas J, Monaghan T. Oxford American Handbook of


Clinical Examination and Practical Skills. New York: Oxford University Press; 2011.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC

Doengoes, M.E.,. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaandan


Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai