Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS

A. Definisi Febris
Febris atau demam adalah meningkatnya temperatur tubuh secara abnormal. Tipe
demam yang mungkin kita jumpai antara lain : (Sudoyo dkk, 2009)
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
ingin kembali ketingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat
yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal.penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila
demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi
dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang
kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

B. Etiologi
1. Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat
regulasi suhu sentral. Pada dasarnya untuk mencari ketepatan diagnosis
penyebab demam diperlukan antara lain : keteliyian pengambilan riwayat
penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit,
dan lain-lain.
2. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam yaitu cara timbul demam,
tinggi demam, serta keluhan dari gejala lain yang menyertai demam.
3. Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien
mengalami demam terus-menerus selama 3 minggu terakhir dan suhu badannya
di atas 38,3 derajat celcius dan tetap belum didapat penyebabnya walaupun
telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana
laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya.

C. Manifestasi Klinis
1. Anak rewel
2. Kulit kemerahan
3. Hangat tanpa sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernafasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan

(Sylvia dan Wilson, 2009)

D. Pemeriksaan penunjang
1. Uji coba darah
2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh
3. Sinar tembus rutin

E. Penatalaksanaan
1. Antipiretik
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Identitas pasien
Meliputi : mana, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Orang yang menderita observasi febris biasanya mengeluh suhu badannya
naik (panas), keluar banyak keringat, batuk-batuk dan tidak nafsu makan.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya didapatkan peningkatan suhu tubuh di atas 37,50C (N
36,5 – 37,5 C) atau ada masalah psikologis ( rasa takut dan cemas
terhadap penyakitnya)
2) Riwayat penyakit dahulu
Umumnya dikaitkan dengan riwayat medis yang berhubungan dengan
penyakit febris.
3) Riwayat penyakit keluarga
Dalam susunan keluarga adalah riwayat penyakit febris yang pernah
diderita atau penyakit turunan dan menular yang pernag diderita atau
anggota keluarga.
d. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksan hidup sehat
Umumnya pada pola ini penderita penyakit febris mengalami perubahan
dalam perawat dirinya yang diakibatkan oleh penyakitnya
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Umumnya terjadi penurunan nafsu makan atau tidak.
3) Pola eliminasi
Pada pola ini bisa terjadi perubahan karena asupan yang kurang sehingg
klien tidak bisa BAB / BAK secara normal.
4) Pola istirahat tidur
Pada pola ini tidur kx biasanya mengalami gangguan karena adanya rasa
tidak nyaman dengan meningkatnya suhu
5) Pola aktifitas dan latihan
Aktivitas kx bergantung karena biasanya klien lemah karena kurangnya
asupan serta meningkatnya suhu.
6) Pola persepsi dan konsep diri
Kx merasa cemas dengan keadaan suhu tubuhnya yang meningkat dan
ketakutan sehingga mengalami perubahan metabolisme (ex : mencret)
7) Pola sensori dan kognitif
Tidak terjadi gangguan pada pola ini dan biasanya hanya sebagian kx
yang dapat mengetahuinya.
8) Pola reproduksi dan sexual
Pada pola ini biasanya kx tidak mengalami gangguan.
9) Pola hubungan peran
Bisa terjadi hubungan yang baik atau kekeluargaan dan tidak mengalami
gangguan.
10) Pola penanggulangan stres
Dukungan keluarga sangat berarti untuk kesembuhan klien.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan dalam melaksanakan ibadah sebagai dampak dari
penyakitnya.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemi b/d proses penyakit ditandai dengan mual, kulit lembab, suhu, RR,
kulit hangat jika disentuh, takikardi.
2. Resiko defisit volume cairan yang berhubungan dengan intake tidak adekuat
dan diaporesis

C. Intervensi Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
Dx Hasil
1 Setelah dilakukan 1. Pantau suhu pasien
asuhan keperawatan (derajat dan
selama 3x24 jam pola),perhatian
diharapkan pasien menggigil/ diaforesis
menunjukkan 2. Monitor tekanan
thermoregulasi yang darah, nadi dan RR
baik dengan KH : 3. Monitor intake dan
1. Suhu tubuh 36-37 output
derajat C 4. Berikan kompres air
2. Nadi normal hangat untuk
3. RR normal merangsang
4. Tidak ada perubahan penurunan panas atau
warna kulit demam
5. Tidak pusing 5. Kolaborasi
memberikan
antipiretik

2 Setelah dilakukan 1. Kaji masukan dan


asuhan keperawatan haluaran cairan
selama 3x24 jam 2. Kaji tanda- tanda vital
diharapkan pasien pasien,
menunjukkan Defisit 3. Ajarkan pasien
volume cairan dapat pentingnya
diatasi dengan KH : mempertahankan
Mempertahankan cairan masukan yang
dan elektrolit dalam adekuat (sedikitnya
tubuh. 2000 ml / hari,
kecuali terdapat
kontra indikasi
penyakit jantung atau
ginjal)
4. Kaji tanda dan gejala
dini defisit volume
cairan (mukosa bibir
kering, penurunan
berat badan).
5. Timbang berat badan
setiap hari.

D. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan tindakan mandiri dasar berdasarkan
ilmiah, masuk akal dalam melaksanakan yang bermanfaat bagi klien yang antipasi
berhubungan dengan diagnosa keperawatan dan tujuan yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan pewujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tindakan keperawatan pada kien dapat
berupa tindakan mandiri atau tindakan kolaborasi. Dalam pelaksanaan tindakan
langkah – langkah yang dilakukan adalah : mengkaji kembali keadaan klien,
validasi rencana keperawatan, menentukan kebutuhan dan bantuan yang diberikan
serta menetapkan strategi tindakan yang dilakukan. Selain itu juga dalam
pelaksanaan tindakan, semua tindakan yang dilakukan pada klien dan respon klien
pada setiap tindakan keperawatan didokumentasikan dalam catatan keperawatan
dalam pendokumentasian adalah waktu tindakan dilakukan, tindakan dan respon
klien, serta diberi tanda tangan sebagai aspek legal dari dokumentasi yang
dilakukan. (Asmmadi, 2008: hal.177).

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
proses yang dilakukan dalam menilai keberhasilan suatu tindakn keperawatan dan
menentukan seberapa jauh tujuan sudah dicapai. Evaluasi merupakn aspek penting
daam proses keperawatan, karena menghasilkan kesimpulan apakah intervensi
keperawatan diakhiri atau dilanjutkan kembali atau dimodifikasi. Dalam evaluasi
prinsip obyektifias, rehabilitas, dan validasi dapat dipertahankan agar kepustakan
yang diambil tepat. Evaluasi proses keperawatan ada 2 yaitu : evaluasi proses dan
evaluasi hasil (Asmadi, 2008: hal. 177). Evaluasi proses adalah evaluasi yang
dilakukan segera setelah tindakan dilakukan dan di dokumentasikan pada catatan
keperawatan. Sedengkan evaluasi akhir adalah evaluasi yang dilakukan untuk
mengukur sejauh mana pencapaian tujuan yang ditetapkan dan dilakukan pada akhir
asuhan. Adapun evaluasi yang diharapkan dari diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada klien dengan typoid adalah
1. Suhu tubuh normal
2. Klien dapat melakukan perawatan diri sendiri tanpa bantuan keluarga

Anda mungkin juga menyukai