Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

Disusun Oleh :

AYU CAHYANINGTYAS OKTAVIANI

P27220021279

PROGRAM PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2022
KONSEP PENYAKIT

A. Definisi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sisitolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh
darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Sylvia A.
price dalam Nurarifin, 2015).

B. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabnya menurunnya kontraksi dan volumenya
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hali ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu :

No. Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi 140 90
5. Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
6. Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
7. Grade 3 (berat) 180 – 109 110 – 119
8. Grade 4 (sangat berat) >210 >120
C. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarifin (2015) tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan
menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentu tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiaknosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Keluhan beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
D. Komplikasi
Komplikasi hipertensi menurut Triyanto (2014) adalah :
a. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal
jantung.
b. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler - kapiler ginjal glomelurus. Rusaknya
membran glomelurus, protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan
edema.
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat
terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri - arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal sehingga
aliran darah ke daerah yang diperdarahi berkurang.
d. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan
penglihatan,hingga kebutaan.
e. Kerusakan pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan
penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan ateroklorosis
dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).

E. Patofisiologi dan Pathway


Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk
pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada
system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner &
Suddarth dalam Nurhidayat, 2015).
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
- Hb/Ht, untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
- BUN/kreatinin, memberikan informasi tentang perfusi/fungsi
ginjal.
- Glucosa, hiperglikemi (DM merupakan pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
- Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan adanya DM.
2. CT Scan, mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. EKG, dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4. IUP, mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal,
perbaikan ginjal.
5. Photo dada, menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung (Nurarifin, 2015).

G. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.(5)
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan:

a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.


1.) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB
dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan
aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2.) Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan
seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.

b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
- Mempunyai efektivitas yang tinggi.
- Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
- Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
- Tidak menimbulakn intoleransi.
- Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
- Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi
seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis
kalsium, golongan penghambat konversi rennin angiotensin
(Nurhidayat, 2015).
Skema penatalaksanaan menurut Nurarifin (2015) :
Modifukasi gaya hidup

Tak mencapai sasaran TD (<140/90 mmHg atau <130/80 mmHg pada penderita DM
atau penyakit ginjal kronik

Pilihan obat untuk terapi permulaan

Hipertensi tanpa indikasi khusus Hipertensi dengan indikasi khusus

Hipertensi derajat 1 Hipertensi derajat 2 Obat – obatan untuk


indikasi khusus
Umumnya diberikan Umumnya diberikan
diuretik gol kombinasi 2 macam Obat anti hipertensi
Thiazide. Bisa bisa obat (biasanya lainnya (diuretik,
dipertimbangkan diuretik gol Thiazide penghambat EKA,
pemberian dan penghambat ARB, penyekat b,
penghambat EKA, EKA, atau ARB atau angiotensin Ca)
ARB, penyekat b, penyekat b, atau sesuai yang
angiotensin Ca atau angiotensin Ca diperlukan
kombinasi

Sasaran tekanan darah tak tercapai

Optimalkan dosis atau penambah jenis obat sampai terget tekanan darah tercapai. Pertimbangakan konsultasi
dengan spesialis hipertensi
Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik

1. Pengkajian

a. Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit pasien termasuk riwayat penyakit 6 bulan terakhir,


riwayat penyakit keluarga, dan riwayat penyakit dahulu.

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik mencakup pemeriksaan head to toe pada pasien.

c. Pemeriksaan Penunjang (Diagnostik / Laboratorium)

1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan


(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagubilita, anemia.
2) BUN /kreatinin : memberikaan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
3) Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
5) CT scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
6) EKG : dapat menunjukkan pola rengangan, dimanaluas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
7) IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
8) Photo dada : menujukkan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan


oksigen
2) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
3) Risiko penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung
C. PERENCANAAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam intoleransi Manajemen energi (I.05178)
aktivitas aktivitas teratasi
(D.0056) a. Observasi
Kriteria Hasil (L.05047): - Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat mengakibatkan
menurun meningkat kelelahan
- Monitor pola dan jam
1 Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari tidur
- Monitor kelelahan fisik
1 2 3 4 5
dan emosional
2 Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah

1 2 3 4 5 b. Terapeutik
- Sediakan lingkungan
3 Keluhan lelah nyaman dan rendah
stimulus
1 2 3 4 5
- Lakukan aktivitas
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun distraksi yang
meningkat menurun menenangkan
- Fasilitasi duduk disisi
4 Dipsnea saat aktivitas tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
1 2 3 4 5 berjalan
c. Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan aktivitas
secara bertahap
- teknik batuk efektif
d. Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

2. Nyeri Akut Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama .. jam, diharapkan Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0077) tingkat nyeri menurun (L.0024) dengan kriteria hasil : Observasi :

1) Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat (5) 1) Identifikasi lokasi,


karakteristik, durasi, kualitas,
2) Keluhan nyeri menurun (5) intensitas nyeri
3) Sikap protektif waspada menurun (5) 2) Identifikasi skala nyeri
4) Sikap protektif menghindari nyeri menurun (5) 3) Identifikasi respon nyeri
5) Gelisah menurun (5) non verbal
6) Kesulitan tidur menurun (5) 4) Identifikasi faktor yang
memperberat rasa nyeri
7) Menarik diri menurun (5)
5) Identifikasi pengetahuan
8) Berfokus pada diri sendiri menurun (5) tentang nyeri
9) Diaphoresis menurun (5) 6) Identifikasipengaruh
10) Perasaan depresi atau tertekan menurun (5) budaya terhadap respon
nyeri
11) Anoreksia menurun (5)
7) Identifikasi pengaruh
12) Ketegangan otot menurun (5) nyeri pada kualitas hidup

13) Frekwensi nadi membaik (5) 8) Monitor keberhasilan


terapi komplementer yang
14) Pola nafas membaik (5)
sudah diberikan
15) Tekanan darah membaik (5)
9) Monitor efek samping
16) Proses berfikir membaik (5) pemberian analgetik

17) Kemampuan mengenali onset nyeri meningkat (5) Terapeutik :

18) Penggunaan analgetik menurun (5) 1) Berikan teknik non


farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (missal : TENS,
hipnosis, acupressure, terapi
musik, biofeedback, terapi
pemijatan, aroma terapi, tehnik
imajinasi terbimbing kompres
hangat/dingin, terapi bermain)

2) Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa nyeri

3) Fasilitas istirahat dan


tidur

Edukasi :

1) Jelaskan penyebab, periode


dan pemicu nyeri

3. Risiko L.02008 Curah Jantung I. 02075 Perawatan Jantung


penurunan
curah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... jam, keadekuatan Observasi
jantung jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh meningkat - Identifikasi tanda/gejala
D.0011 primer penurunan jantung
dengan kriteria hasil : (dispnea, kelelahan, edema,
ortopnea,paroxymal nocturnal
1. Kekuatan nadi perifer meningkat dari skala 1 menjadi 5 dyspnea, peningkatan CVP)
2. Palpitasi menurun dari skala 1 menjadi 5 - Monitor tekanan darah
3. Bradikardia menurun dari skala 1 menjadi 5
4. Takikardia menurun dari skala 1 menjadi 5 - Monitor saturasi oksigen

5. Gambaran EKG aritmia menurun dari skala 1 menjadi 5 - Monitor keluhan nyeri
dada
6. Tekanan darah membaik dari skala 1 menjadi
- Monitor nilai
laboratorium jantung

Terapeutik

- Posisikan pasien semi


fowler

- Berikan diet jantung


yang sesuai (batasi asupan
kafein, natrium, kolesterol, dan
makanan tinggi lemak)

- Berikan terapi relaksasi


untuk mengurangi stres

- Berikan oksigen untuk


mempertahankan saturasi
oksigen >94%

Edukasi

- Anjurkan berhenti
merokok

- Anjurkan beraktifitas
fisik sesuai toleransi

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian anti


aritmia, jika perlu
D. IMPLEMENTASI

Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah


kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan diselesaikan

1. Tindakan keperawatan mandiri

Tindakan keperawatan mandiri yang di lakukan oleh perawat tanpa


pesanan dokter. Misalnya, mengkaji nyeri dan tanda – tanda infeksi,
mengajarkan teknik relaksasi, mengajarkan ROM, dll.

2. Tindakan keperawatan kolaboratif

Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawat bekerja dengan


tenaga kesehatan lain dalam membuat keputusan bersama yang bertujuan
untuk mengatasi masalah klien. Misalnya kolaborasi dengan dengan dokter
dalam pemberian anantibiotik dan analgetik.

E. EVALUASI

Penilaian terhadap perkembangan dan kondisi kesehatan pasien setelah dilakukan


tindakan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume II. Edisi
13. Jakarta: EGC. Alih bahasa oleh Waluyo Agung, Monica Ester. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Herdman, T.Heather. 2015. NANDA International Inc. nursing diagnoses: definitions &
classification 2015-2017, edisi 10. Jakarta. EGC.

Masriadi . 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : TIM

Muttaqin A. 2014. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika

Nurarif & Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi


dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan


Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi


dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Triyanto,Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi secara


Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai