Anda di halaman 1dari 186

LABORATRIUM HISTOLOGI

BAGIAN ANATOMI, HISTOLOGI DAN EMBRIOLOGI


DEPARTEMEN ANATOMI,FISIOLOGIDAN FARMAKOLOGI
FKH-IPB
STAF PENGAJAR

Drh. Adi Winarto, Ph.D Prof. Drh. Tutik Wresdiyati, Ph.D


Young lecturer

Drh. I Ketut M. Adnyane, Msi, Ph.D Dr. Drh. Sri Rahmatul Laila
MATA KULIAH

 HISTOLOGI VETERINER I
 HISTOLOGI VETERINER II

 HISTOTEKNIK
 HISTOKIMIA
HISTOLOGI
 Mikromorfologi, morfologi mikroskopis
 Melihat detil sel dan jaringan serta organ
fungsional tubuh
• Mendeteksi komponen sel (hormon,
enzim, karbohidrat, mineral)
HISTOLOGI VETERINER I
Learning outcome:

Dapat menjelaskan tentang


teknik histologi, dan
membandingkan gambaran
histologis jaringan dasar
pembentuk organ-organ tubuh
TEKNIK HISTOLOGI
Teknik pembuatan sediaan sel,
jaringan atau organ tubuh yang siap
untuk diamati di bawah mikroskop
 JARINGAN DASAR
Jaringan Epitel
Jaringan Ikat
Jaringan Otot
Jaringan Syaraf
• PEWARNAAN HISTOKIMIA
Jaringan Otak (diawetkan)

Otak kecil Otak besar


(kiri)

Medulla Otak besar


spinalis (kanan)
HISTO I HISTO II

Epitel silindris banyak baris bersilia

Tulang rawan hyalin Trakhea


MIKROSKOP
JADWAL

 SELASA : KULIAH DARING


PK 07.30 – 08.20
 SELASA : PRAKTIKUM DARING
09.00
11.30
14.00
JUMLAH PERTEMUAN (K/P) : 14 kali
JADWAL PRAKTIKUM
WAKTU MULAI
Gel PARALEL WAKTU QUIZ
(WIB)

I (PAGI) 1-3 09.00 08.45

II (SIANG) 4-6 11.30 11.15

III (SORE) 7-8 14.00 13.45

Pengumpulan Tugas : RABU jam 24.00 WIB di new LMS


KOORDINATOR KELOMPOK &
WA GROUP
KELOMPOK K1
KELOMPOK K2
KELOMPOK K3
KELOMPOK K4 (international)
PENGHITUNGAN BOBOT UJIAN
No Kriteria Penilaian Rentang Bobot Kompnen
Nilai (%) penilaian

1. Ujian Tengah Semester (UTS) 0-100 30 Kognitif


2. Ujian Akhir Semester (UAS) 0-100 30 Kognitif
3. Kuis 0-100 5 Kognitif
4 Laporan Praktikum 60-100 10 Kognitif
4. Makalah kelompok (penilaian 60-100 7.5 PBL
sesuai rubrik)
5. Presentasi kelompok (penilaian 60-100 7.5 PBL
sesuai rubrik)

6. Keaktifan saat kuliah, praktikum, 60-100 10 PBL


dan diskusi kelompok di kelas

TOTAL 100
PENILAIAN HURUF MUTU

75 ≤ A
70 ≤ A/B  55 ≤ C
65 ≤ B  45 ≤ D

60 ≤ B/C  35 ≤ E
TATA TERTIB KULIAH DARING
1.KEHADIRAN :
- Kuliah min 80%
- Praktikum 100%
- Mahasiswa wajib hadir 10 menit sebelum
kuliah/praktikum/ujian dimulai
- Pada tatap muka daring (zoom, google meet, dll)
mahasiswa dianggap hadir jika mengikuti kegiatan
sampai selesai.
- Mahasiswa yang mengalami kendala jaringan saat
synchronous harus melaporkan segera via WA atau
minimal via SMS (jika internet tidak mendukung)
kepada dosen yang bersangkutan. Pelaporan setelah
jam kuliah berakhir akan dianggap tidak mengikuti
perkuliahan/diskusi.
Lab. Histologi, fkh-ipb
2.KULIAH dan PRAKTIKUM :
- Mahasiswa wajib masuk ke aplikasi kuliah/diskusi
daring (zoom, google meet, Wbex, dll) 5 menit
sebelum kegiatan dimulai
- Pakaian yang dikenakan harus sesuai denan aturan
perkuliahan di IPB (sopan, rapi dan tidak memakai
kaos).
- Selama perkuliahan, video/camera on dan audio off
(jika tidak, dosen bisa memberikan sanksi menurut
ketentuan), namun saat diskusi/dosen bertanya,
audio wajib on untuk menanggapi maupun bertanya.
- Terdapat pertemuan PBL yang dilaksanakan sesuai
aturan kuliah PBL (lihat file kuliah PBL histologi vet I)
Lab. Histologi, fkh-ipb
3.UJIAN (Teori dan Praktikum) :
- Ujian dilaksanakan di newLMS IPB
- Ujian dilaksanakan sesuai waktu yang ditentukan oleh
tim pengajar
- Ujian dilaksanakan menggunakan 2 device, satu untuk
ujian, satu terhubung dengan zoom untuk memantau
aktivitas mahasiswa selama ujian
- Mahasiswa yang mengalami kendala jaringan harus
melaporkan segera via WA atau minimal via SMS (jika
internet tidak mendukung) kepada dosen MK.
- Pelaporan setelah ujian berakhir tidak akan diberikan
keringanan ataupun ujian ulang.
- Mahasiswa dilarang menyontek dalam bentuk apapun.
Apabila ada komponen nilai yang kosong, maka nilai mutu
tidak akan dikeluarkan (BL).
Lab. Histologi, fkh-ipb
PENGESAHAN KONTRAK PERKULIAHAN

Pada hari ini, tanggal 24 Agustus 2021 telah disepakati antara Koordinator MK
Histologi Veteriner I, yaitu Drh Adi Winarto, PhD dengan mahasiswa MK Histologi
Veteriner I 2021/2022, tentang Kontrak Perkuliahan yang terdiri atas (Terlampir) :
1. RPS
2. Jadwal Kuliah dan Praktikum
3. Pelaksanaan pembelajaran PBL
4. Bobot Penilaian Ujian Teori, Ujian Praktikum, Laporan Praktikum, Quis, dan Tugas
PBL
5. Tata Tertib
Demikian Kontrak Perkuliahan ini dibuat dengan tujuan agar proses belajar dan
mengajar pada MK Histologi Veteriner I dapat berjalan dengan baik dan mencapai
tujuan instruksional umum maupun tujuan instruksional khusus.

Bogor,
PJ Kelas Koord. MK Histologi Vet. I

(………………….) Drh. Adi Winarto, PhD, PAVet


NIM NIP. 195805161986011001
Lab. Histologi, fkh-ipb
HISTOLOGI VETERINER I

LABORATORIUM HISTOLOGI (wing 8 lantai 2)


Bagian Anatomi, Histologi, dan Embriologi
Departemen Anatomi, Fisiologi & Farmakologi
FKH - IPB
Unit fungsional terkecil dalam tubuh

Laboratorium Histologi
Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
SEL HEWAN

Structure of an animal cell. The above image is from


http://www.biosci.uga.edu/almanac/bio_103
MORFOLOGI SEL
1. Membran Sel (Membran Sitoplasma)
2. Inti (Nucleus)
3. Sitoplasma :
A. Organel Pensintesa Protein
(RNA, Ribosom, rER, Badan Golgi)
B. Organel Bermembran (Lisosom, Multivesikular
Bodies, Peroksisome, Mitokondria)
C. Sitoskletal (Mikrofillamen, Mikrotubule, inklusi
sitoplasma)
D. Matriks
1. MEMBRAN SEL
(CELLULAR MEMBRANES)
Membran sel, suatu membran yang mengelilingi sel yang
dibagi dalam beberapa bagian (compartements), bersifat
semipermiabel antara sitoplasma & lingkungan di luar sel
Komposisi, membran sel disusun oleh lapisan lemak ganda
dan protein terkait.
Lapisan lemak ganda, tersusun oleh fosfolipid, kolesterol
dan glikolipid. Setiap molekul lemaknya memiliki ujung
nonpolar mengarah ke dalam sel dan bagian kepala
adalah polar menghadap keluar.
Pritein, merupakan komponen mayor, terselip di sela-sela
susunan lapisan lemak ganda. Integral (intrinsic) membran
protein bersifat nonpolar dan Peripheral (ectrinsic)
membran protein terletak di bagian luar (tidak punya
bagian nonpolar)
https://byjus.com/biology/cell-wall-and-cell-membrane/
2. NUKLEUS (INTI SEL)

1. Nukleoplasma: mengandung khromatin dan nukleolus


- Khromatin, berisi DNA dan protein
- DNA pembawa informasi genetik
- DNA yang mensintesa protein
- Transkripsi (eukhromatin dan heterokhromatin)
- Replikasi (pengkopian DNA) pada mitosis
- Nukleolus: mengandung RNA (rRNA), membesar saat aktif
- Air: di dalamnya terdapat molekul terlarut
2. Dinding nukleus: membatasi nulkelus dari sitoplasma
- terdiri dari 2 lapis dan banyak lubang (pores)
- lapis luar dapat menyambung dengan membran rER
Sel darah merah tidak berinti????
3. SITOPLASMA :
A. ORGANEL PENSINTESA PROTEIN

Sintesa protein diprogram oleh DNA dan diselesaikan oleh RNA


(proses translasi)
a. RNA, tiga tipe yang masuk ke sitoplasma:
1. Messenger RNA (mRNA) mengkode protein yang akan
disintesa (kode untuk satu asam amino CODON)
2. Ribosomal RNA (rRNA) ribosom yang mengandung RNA yang
berhasil menterjemahkan codon mRNA
3. Transfer RNA (tRNA) sering disebut soluble RNA (sRNA)
dapat membentuk komplek dengan satu tipe asam amino.
tRNA selanjutnya mengenali koresponden codon yang aktif
dan menyusun asam amino membentuk rangkaian peptida
A. ORGANEL PENSINTESA PROTEIN

b. Ribosom
1. Formasi: gabungan bahan ribosom bersatu bila bertemu
dengan mRNA, setiap ribosom mempunyai subunit
yang berikatan dengan mRNA pada “start codon”,
gabungan ribosum disebut poliribosom (polysome)
2. Distribusi: menyebar di sitoplasma dan yang besar menempel
di ER (endoplasmic reticulum)
3. Fungsi: mesin sintesa protein
4. Gambaran histologis: ukuran di bawah kemampuan mikroskop
cahaya, neuron mempunyai ribosom dalam jumlah
besar
A. ORGANEL PENSINTESA PROTEIN

c. Rough Endoplasmic Reticulum (rER)


1. Struktur dan destribusi: disebut rER karena adanya
ribosom yang menempel dan pada sel terdapat di
sisterna yang terkemas seperti lamellae
2. Fungsi: mensintesa protein untuk sekreta dan lisosom,
juga mensintesa karbohidrat dan lemak untuk
membran
3. Gambaran histologis: ukuran sisterna rER terlalu kecil
untuk diamati dengan mikroskop cahaya
A. ORGANEL PENSINTESA PROTEIN

d. Badan Golgi
1. Struktur dan distribusi: badan Golgi tersusun dari 3-15
sisterna paralel dan berasosiasi dengan vesikel,
pertukaran vesikel terjadi pada permukaan dan ujung
sisterna, vesikel sekreta lebih ke arah membran dan
condensing vesicles tidak segera dilepas.
2. Fungsi: menerima transferprotein yang dihasilkan rER,
pematangan protein terjadi saat dipindah ke permukaan,
KH, lipid, dihasilkan badan Golgi sementara air
dikeluarkan dari badan Golgi
B. ORGANEL BERMEMBRAN

1. Lisosom (Lysosome), merupakan vesikel bermembran


ukuran diameter 0,2-0,4 µm, mengandung enzim hidrolisa
dan kemungkinan bercampur dengan bahan yang tercerna
2. Multivesicular bodies, vesikel kecil yang di dalamnya terdapat
vesikel yang lebih kecil, ukuran lisosom terlalu kecil untuk
mikroskop cahaya
Fungsi, sebagai alat transport bahan yang dibawa untuk
dicerna diantaranya: elemen sitoplasma, vesikel pinositik
dan fagosom (heterofagosom).
Pengeluaran enzim lisosom dari WBC akan
mengakibatkan kerusakan pada sekeliling sel yang
inflamasi, partikel penyakit ektraseluler juga dapat
dikendalikan oleh lisosom, materi penyakit yang tak
tercerna sempurna akan diamankan
B. ORGANEL BERMEMBRAN

3. Peroksisom, merupakan vesikel kecil yang mengadung enzim


oksidatif termasuk peroksidase dan katalase
Ukuran dan bentuk, sangat bervariasi dan tergantung spesies
dan jenis sel
Sebaran, peroksisom terdapat pada hampir semua sel dan
banyak ditemukan pada sel hati dan ginjal
Fungsi, pembentuk peroksida dengan mengambil H dari suatu
substan dan menggabungkannya dengan molekul Oksigen;
mengoksidasi asam lemak dan glukoneogenesis terjadi saat
asam amino dan asam lemak diubah menjadi karbohidrat
Ukuran peroksisom sedikit di atas batas pengamatan
mikroskop cahaya, dapat divisualisasikan dengan
pewarnaan khusus, atau TEM
B. ORGANEL BERMEMBRAN

4. Mitokondria, disusun dalam bentuk sperikal atau ovoid


sampai bentuk yang panjang, dapat tersekat maupun
fuse, bergerak dan selalu berubah bentuk
Membran ganda, bagian luar mempertahankan sitoplasma
luar, membran dalam terproyeksi ke dalam membentuk
siterna terkait dengan pembentukan ATP
Mitokondria pada satu individu berasal dari mitokondria
dalam ovum
Fungsi, pernapasan sel, biosintesis steroid, mengatur
konsentrasi Calcium dalam sitosol
C. SITOSKELETAL

1. Mikrofilamen, filamen sitoplasma paling tipis, merupakan


filamen polimer yang disusun oleh aktin
Distribusi, pada sel-sel otot, pada permukaan sel epitel,
pada sel yang lain umumnya terkonsentrasi dekat
membran sel
Fungsi, pada sel otot berinteraksi dengan filamen tebal
(miosin) membangun struktur sel, pada sel yang lain
menopang pergerakan membran sel
Ukuran sebenarnya terlalu kecil untuk mikroskop cahaya,
pada brush border bersifat asidofilia, pada otot kerangka
terlihat sebagai garis melintang
Filamen intermediet, keratin filamen (tonofilamen), desmin,
vimentin, neurofilamen, filamen spektrin, berfungsi
menopang sel dan mempertahankan bentuk sel
C. SITOSKELETAL

2. Mikrotubul, silinder dengan diameter 25 nm dan panjang


sangat berveriasi, dibentuk oleh  dan ß tubulin,
polimerisasi dan depolimerisasi terjadi pada ujung
mikrotubul
Distribusi, dapat tersebar sendiri-sendiri atau berkelompok
yang banyak dipenjuluran sel saraf. Centriol, merupakan
gabungan mikrotubul yang pendek, sering terletak
didekat pusat sel.
Ukuran, di bawah kemampuan mikroskop cahaya, dengan
iron hematoksilin dapat memvisualisasikan centriol
C. SITOSKELETAL DAN MATRIK

3. Inklusi sitoplasma, bentukan yang terdapat di sitoplasma


dan diketahui tidak berperan dalam metabolisme sel
Macam inklusi, residu, pigmen (melanin, hemoglobin,
hemosiderin), granul sekresi, fagosom dan kristal
Bentuk lemak akan terlihat kosong dengan HE dan pigmen
terlihat sesuai warna yang yang ditampilkan

D. MATRIK (HYALOPLASM, CYTOSOL)


Matrik, tersebar mengisi ruangan sel bentuknya dapat
berupa larutan ataupun gel (cytocentrum dan
ectoplasm)
PENGAMATAN MIKROSKOPIS
1. Membran Sel memberikan bentuk sel
2. Nukleus (basofilik): bereaksi dengan pewarna bersifat basa
Hematoksilin pewarna basa meberikan warna biru-
ungu
Eukhromatin terlihat lebih pucat
Heterokhromatin terlihat lebih gelap karena banyak
DNA basofilik
Nukleolus terlihat paling gelap
Dinding inti (basofilik) terlihat sebagai batas dengan
warna biru
3. Komponen lain dalam sitoplasma (asidofilik): bereaksi
dengan pewarna asam
Eosin pewarna asam memberikan warna pink/merah
Dellman HD, Carithers JR. 1996. Cytology and Microscopic Anatomy. Williams and Wilkins. Baltimore.
SIFAT SEL

* Metabolisme

* Pergerakan -Kontraksi
-Amuboid
-Cilia/Flagella

* Peka Terhadap Rangsang


* Reproduksi
SIFAT SEL

METABOLISME
SUBSTANSI
 PERMANEN
 KELUAR-MASUK MEMBRAN SEL

TRANSFER
 DIFUSI
 ENDOSITOSIS
 TRANSPOR AKTIF
 EKSOSITOSIS
SUBSTANSI
KELUAR-MASUK MEMBRAN SEL

DIFUSI TRANSPOR AKTIF

ENDOSITOSIS EKSOSITOSIS

FAGOSITOSIS

PINOSITOSIS
1

ADAPTASI PERMUKAAN SEL

A. PERTAUTAN ANTAR SEL, memungkinkan sel


untuk menempel, seal off lumina, fasilitas
komunikasi sel.
a. tight junctions (zonulae occludentes), pertautan
yang kontinyu antara sisi samping atas sel
(adjecent), memisahkan dua bagian luar sel
b. adhering junctions, tempat terjadinya pertautan
kuat dari membran glikoprotein (mempertahankan
sel untuk tidak bercerai berai) diantaranya
zonulae adherent (intermediate junction, belt
desmosum), desmosome (macula adherent, spot
desmosome)
2

ADAPTASI PERMUKAAN SEL


c. gab (communicating) junctions,
memungkinkan sel untuk komunikasi untuk
dapat melakukan kegiatan berkelompok
dalam hal metabolic coupling, electrical
coupling dam morphogenesis

B. CILIA
Cilia, penjuluran mirip rambut dan motil,
cilium tunggal/majemuk. Fungsi mindahkan
material ekstraseluler dan sebagai sensory
receptor (photoreceptors, chemoreceptors,
sensory portions of hair cells in the ear)
PEMBELAHAN SEL
/REPRODUKSI

 STATUS SEL dalam TUBUH


Berdasarkan statusnya sel dalam
tubuh dapat dibagi menjadi
1- STATIS
2- STABIL
3- PERGANTIAN (renewing)
1. SEL STATIS
 Sel yang tidak melakukan mitosis pada
periode dewasa
 Contoh: sel saraf, sel jantung

2. SEL STABIL
 Sel yang secara umum tidak membelah tetapi
dapat merespon (mengganti) sel yang rusak
 Contoh: sel hati
3. PERGANTIAN (RENEWING)
 Jaringan/organ yang selalu melakukan
pergantian sel, ada kematian dan
pengantian sel (siklus sel)
 Contoh: sel pada epitel saluran
pencernaan dan sel pada kulit
PEMBELAHAN SEL/MITOSIS
 Interfase , merupakan masa istirahat
dan masa pembentukan protein
termasuk di dalamnya (G1), S, (G2)
 Mitosis, merupakan masa pembelahan
sel untuk menghasilkan sel dengan
jumlah kromosom tetap. Tahapan
yang terjadi:
profse, metefase, anafase dan
telofase
SUMBER REFERENSI
•Bacha WJ, Bacha LM. 1990. Color Atlas of Veterinary Histology. 2nd.
Lippincott Williams & Wilkins. A Wolters Company. Tokyo.
•Bergman RA, Afif AK, Heidger PM. 1996. Histology. WB Saunders
Company. New York.
•Bloom W, Fawcett DW. 1969. A Textbook of Histology. WB Saunders
Company. New York.
• Dellman HD. 1992. Textbook of Veterinary Histology. Lea and
Febiger. Philadelphia.
• Dellman HD, Carithers JR. 1996. Cytology and Microscopic
Anatomy. Williams and Wilkins. Baltimore.
• Habel RE, Biberstein EL. 1957. Fundamentals of The Histology of
Domestic Animals. George Banta Company, Inc.
• Ross MH, Romrell LJ, Kaye GI. 1995. Histology, A Text and Atlas. 3rd
ed. Williams and Wilkins. Baltimor.
•Telford IR, Bridgman CF. 1995. Introduction to Functional Histology.
2nd ed. Harper Collins College Publishers. New York.
KLASIFIKASI DAN CIRI MORFOLOGIS
Klasifikasi berdasarkan terutama berdasarkan SUSUNAN dan
BENTUK SEL (tidak berdasarkan fungsi):
A. Susunan
1. Sederhana (simple) : 1 lapis/baris
2. Majemuk (stratified) : 2 lapis atau lebih

B. Bentuk
1. Pipih (squamous)
2. Kubus (cuboid)
3. Silinder/silindris (columnar) : tinggi / rendah

C. Epitel type khusus


1. Peralihan (transisional)
2. sitogenik (seminiferous)  Tubuli simeniferi testis
3. Neuroepitel
4. Mioepitel
5. Epitel berpigmen….pada mata
Sederhana (Simple)

A
Majemuk (Stratified)

SUSUNAN
SEL EPITEL
Pipih

B Kubus

BENTUK SEL EPITEL Silinder


4. Epitel Slindris Sebaris
(Simple cuboidal epithelium)
Tampak samping (side view)

http://www.powershow.com/view/1fd047-
MTAyZ/EPITHELIAL_TISSUE_powerpoint_ppt_presentati Cell: columnar; Nuclei: oval near basal
on
Epitel selindris sebaris
(pada usus)

Villi usus potongan memanjang dan melintang


Epitel selindris sebaris
(pada usus)
5. Epitel Slindris Banyak Baris
(Pseudostratified columnar
epithelium)

Tampak samping (side view)


Semua sel mencapai
membran basal
Tidak semua sel mencapai
bagian apikal
5. E. Silindris Banyak Baris + silia
6. E. Silindris Banyak Baris + Steriosilia
(pada Duktus Epididimis)
7. Epitel Peralihan (transitional)

 Mostly in urinary tract (Ureter, Vesica urinaria)


 The shape of cells change when the organ is
distended (cuboidal squamous) and then
reverse when it is deflated
 Umbrella cell at the epithelium surface line
Epitel Peralihan
Epitel Peralihan

VU Kosong VU Terisi
Neuroepitel
Mioepitel
7. RENEWAL/PERGANTIAN SEL EPITEL
Tergantung pada lokasi pergantian sel-sel epitel
mempunyai jadwal khas:

Beberapa organ penting  long live (hati)


Pergantian diinisiasi dari lapisan kecambah (individu
maupun kumpulan sel kecambah) di basal atau
bagian tengah lapis sel epitel.

• Kemampuan beregenerasi epitel sangat cepat


dibandingkan dengan jaringan lainnya.
• >> umur semakin lambat
• Banyak tumor / kanker yang terjadi dari sel epitel
Example:
Epidermis…21 hari (stratum germinativum)

B
Intestine………..4-6 hari (Kripta)
SIMPLE

STRATIFIED
JENIS JARINGAN EPITEL
SEL  JARINGAN  ORGAN  ?
Peran 4 Jaringan Dasar
1. Epitel : - Melapisi seluruh permukaan tubuh, rongga tubuh
(kecuali permukaan persedian, anterior iris).
- membentuk kelenjar

2. Penghubung / ikat  Mengelilingi/di dasar ketiga


jaringan lainnya,  Fs:
Penunjang, Pelindung dan
Penyimpan energi

3. Otot : Sel-sel khusus yang dapat berkontraksi

4. Syaraf : Transmisi dan koordinasi informasi dari


luar/dalam tubuh untuk kontrol aktivitas tubuh
GAMBARAN JARINGAN EPITEL
1. CIRI KHAS
 Sel-sel terletak berdekatan/menempel satu sama lain lewat
junction khusus
 Bagian Apikal = ujung bebas berhubungan dengan lingkungan
luar
 Permukaan basal melekat pada membran basal (lapis non selular
kaya protein polisakarida).
Dengan Catatan:
• Ada yang bagian apikalnya bukan ujung bebas. Tidak berhubungan
dengan dunia luar.
Epiteloid : Sel Leydig, Sel-sel kelenjar Adrenal
JARINGAN EPITEL
2. FUNGSI
Berdasarkan bentuk MORFOLOGIS dan LOKASI
Epitel mempunyai beberapa fungsi yaitu:

a. Pelindung, barrier (epidermis kulit)


b. Sekretori dan Penyerapan (Saluran Pencernaan)

c. Penyalur (Duktus pada kelenjar ludah)

d. Sensoris (Neuroepitel)
e. Kontraktif (mioepitel)
Jaringan Epitel
Gambaran umum (MIKROSKOPIS)
Lapisan sel +

Membrane
Basal
Jaringan Epitel
Gambaran umum
• Lapis sel + Membran basal
• Tidak ada supply pembuluh darah
langsung
• Bersentuhan/berhubungan satu sama
lainnya
• Reproduksi sel cepat
3. MEMBRAN BASAL
Membran basal adalah Jaringan ikat tempat sel-sel
epitel berpijak
EM tebalnya = 20-100nm
A. Fungsi
1. Tempat perlekatan epitel (serabut protein)
2. Unsur pemisah antar jaringan
3. Filtrasi ion-ion
4. Induksi arus listrik
5. Pendukung arsitektur jaringan

B. Komponen - Lamina Rara / Lucida


- Lamina Densa
1. Kolagen tipe IV
2. Glikoprotein : Laminin
3. Proteoglikan (ex: heparan sulfat)
Membran Basal

Lamina
Lucida
Lamina
Densa
Serabut retikuler
(kolagen tipe III)
4. ADHESI ANTAR SEL EPITEL
Sel-sel epitel berada dalam “terikat” / melekat antara satu sel
dengan sel lainnya.
Dulu lem interseluler (intercelular cement). Now: adanya
terminal bar  Komplek junction

INTERCELLULAR JUNCTION:
A. Zona Ocludens (tight junction):
Paling apikal dari sel,
Fs: barrier terhadap difusi
B. Adherens junction
- Zona Adherens (belt desmosome)
Berbentuk pita mengelilingi sel
Fs: melekatkan badan sel satu dengan yang lainnya.
- Macula Adherens (spot desmosome):
Berbentuk titik pada beberapa lokasi
C. Gap (communication) junction:
Berupa lubang / kanal  komunikasi antar sel
Gap
Junction

SEM

TEM
Macula adherens / Desmosome
5. MODIFIKASI PERMUKAAN SEL EPITEL
Beberapa modifikasi terjadi pada permukaan sel epitel untuk
menunjang fungsi sel:

1. Mikrovili:
Penjuluran sitoplasma di apikal ke arah luar (usus). 1 um

2. Stereosilia:
Mikrovili yang sangat panjang (epididimis, sel rambut di
telinga)

3. Silia / kinosilia:
Penjuluran sitoplasma yang aktif bergerak (trakhea,
bronkhus, oviduk).

4. Lipatan sitoplasma pada bagian lateral dan basal sel (usus


dan tubuli ginjal).
 80 nm 200 nm
T: 1µm T: 10 µm

Mikrovilli Silia / Stereosilia


Kinosilia
Mikrovili
Silia pada Trakhea
6. KLASIFIKASI DAN CIRI MORFOLOGIS
Klasifikasi berdasarkan terutama berdasarkan SUSUNAN dan
BENTUK SEL (tidak berdasarkan fungsi):
A. Susunan
1. Sederhana (simple) : 1 lapis/baris
2. Majemuk (stratified) : 2 lapis atau lebih

B. Bentuk
1. Pipih (squamous)
2. Kubus (cuboid)
3. Silinder/silindris (columnar) : tinggi / rendah

C. Epitel type khusus


1. Peralihan (transisional)
2. sitogenik (seminiferous)  Tubuli simeniferi testis
3. Neuroepitel
4. Mioepitel
5. Epitel berpigmen….pada mata
Sederhana (Simple)

A
Majemuk (Stratified)

SUSUNAN
SEL EPITEL
Pipih

B Kubus

BENTUK SEL EPITEL Silinder


1. Epitel pipih selapis

Tampak samping Tampak atas


Epitel pipih selapis
(pada kapsula Bowman ginjal)
Epitel pipih selapis
(pada dinding pembuluh darah)
2. E. Pipih Banyak Lapis tdd:

1. Stratum Korneum (L. Tanduk)


Lapis paling luar, sel  kornifikasi, cerah,
makin menipis  sisik

2. Stratum Lucidum  kulit yg tebal


Beberapa lapis sel mati, homogen, organel dan inti tidak jelas

3. Stratum Granulosum (L. Granula)


Satu atau dua lapis sel bentuk elips  butir keratohialin

4. Stratum Spinosum (L. Prickle)


Beberapa lapis sel  poligonal, lapis superfisial makin pipih

5. Stratum Basale
Lapis paling bawah, epitel kubus atau silindris rendah sebaris.
Pigmen Melanin
Epidermis Kulit
Keterangan:
C = Stratum Corneum
G = Stratum Granulosum
S = Stratum Spinosum
B = Stratum Basale
M = Sel-sel Melanosit
3. Epitel Kubus Sebaris
(Pada Tubuli Kolektus ginjal)
Epitel Kubus Sebaris
(Pada kelenjar Tiroid)
Kelenjar (glandulae) : kumpulan sel-sel epitel khusus
yang mengalami diferensiasi, sehingga mempunyai
kemampuan untuk membentuk dan mengeluarkan
substansi spesifik (sekreta).
Klasifikasi Kelenjar
K
E Endokrin
L
E Uniseluler
N Endoepitelial Tanpa penyalur
J Multiseluler
A Eksokrin
R Eksoepitelial Alat penyalur

Kelenjar sederhana Kelenjar majemuk

Tubular Asinar Tubuloasinar


(Alveolar) (Tubuloalveolar)
KLASIFIKASI MORFOLOGIS
I. Kelenjar endokrin (Kelenjar hormon)
 Tdd: banyak sel dan tidak berhubungan dengan epitel permukaan
 Tidak mempunyai alat penyalur
 Produk hormon yang dihasilkan langsung dilepaskan ke dalam
pembuluh darah, diedarkan ke seluruh tubuh menuju target organ.
 Contoh : Kelenjar hipofise, adrenal, testis, ovarium dll

Berbeda pada kelenjar tiroid :


• Mempunyai bentuk seperti kantong (folikuler).
• Sintesa hormon sebelumnya disimpan dalam
bentuk koloid di dalam folikel yang dikelilingi
sel-sel epitel.
• Selanjutnya sesuai dengan kebutuhannya baru
dilepaskan ke dalam pembuluh darah.
KELENJAR TIROID
II. Kelenjar Eksokrin
Sekreta dapat dikeluarkan secara langsung atau melalui alat penyalur
Prinsip Pembagian Kelenjar Eksokrin
1. Berdasarkan Letaknya terhadap epitel permukaan
a. Kelenjar endoepitelial
- bersifat uniseluler atau multiseluler
- terletak pada epitel permukaan
contoh: - sel mangkok(goblet cells,
menghasilkan lendir/mucin, uniseluler)
- mukosa hidung (multiseluler)
b. Kelenjar eksoepitelial
- bersifat multiseluler
- terletak subepitel pada jaringan ikat
- terdiri dari alat penyalur dan ujung kelenjar
(tempat sekreta dibentuk)
2. Berdasarkan Komposisi Sekreta yang Dihasilkan
a. Kelenjar Homokrin
- terdiri atas satu (1) jenis sel yang menghasilkan sekreta sejenis

b. Kelenjar Heterokrin
- terdiri atas beberapa tipe sel kelenjar
- masing-masing menghasilkan produk berbeda dan kemudian
dikeluarkan sebagai sekreta campuran

Kelenjar eksoepitelial
Kelenjar sederhana (simple glands)
Kumpulan sel kelenjar dengan berbagai bentuk serta disposisi,
memiliki ujung kelenjar dan satu alat penyalur. Kelenajr ini dapat
bercabang

Kelenjar majemuk (compound glands)


Mempunyai bentuk yang kompleks dengan banyak ujung kelenjar
dan sistem alat penyalur yang bercabang-cabang. Umumnya
memiliki parenkim dan stroma
Bentuk Ujung Kelenjar

 Tubular (seperti pipa/buluh)


Ukuran lumen relatif tetap

 Asinar (seperti buah arbei);


lumen ujung kelenjar sempit

 Alveolar (seperti gelembung);


lumen ujung kelenjar luas

 Campuran (tubuloasinar/tubuloalveolar);
ujung kelenjar bercabang
Tubular Tubular simpleks Tubular simpleks Asinar simpleks
simpleks melingkar bercabang bercabang

Tubuloasinar Tubular Asinar


kompleks kompleks kompleks
Tipe Ujung Kelenjar
Berdasarkan bentuk sekretanya ujung kelenjar dibedakan :
Kelenjar serous
• Sekreta seperti cairan
• Sel epitel dengan inti di tengah
• Pada kutub bebas (apikal) berkumpul butir-butir sekreta
• Batas antar sel dapat dikenali/jelas terlihat
Kelenjar mukous
• Sekreta agak kental (mucus).
• Sitoplasma tampak cerah dan berbusa
• Dengan pewarnaan HE berwarna biru cerah
• Inti sel lonjong dan terdesak ke basal
Kelenjar seromukous
• Mengandung sel-sel bersifat serous dan mukous
• Sel serous terletak dipinggir ujung kelenjar mukous
• Sekreta sel serous dialirkan ke dalam lumen ujung
kelenjar mukous melalui kanalikuli antar sel
• Inti sel bulat
• Terletak di tengah

Sel-sel Serous
TIPE UJUNG KELENJAR

SEROUS
MUKOUS

SEROMUKOUS
Modus Sekresi
Berdasarkan cara pembentukan sekreta dapat dibedakan :
1. Tipe Holokrin
Seluruh sel tua di permukaan dapat terlontar ke luar dan hancur menjadi
sekreta
Contoh : Kelenjar sebaseous/palit

2. Tipe Apokrin
Sekreta intra seluler yang dibalut oleh selaput berkumpul di daerah kutub
apikal, kemudian terjadi invaginasi atau konstriksi membran plasma samping,
akhirnya terpotong dan lepas sebagai sekreta. Sitoplasma dan membran
plasma ikut terpotong dan lepas sebagai sekreta.
Contoh : kelenjar ambing/mammae aktif

3. Tipe Merokrin atau Ekrin


Tipe yang terbanyak dijumpai
Sekreta berbentuk butir halus yang terbungkus (granulated vesicles),
dikeluarkan ke dalam lumen ujung kelenjar melalui proses eksositosis
Contoh : Kelenjar keringat
Pembagian kelenjar berdasarkan modus sekresi :

Tipe Holokrin Tipe Apokrin Tipe Merokrin


Tipe Holokrin

Folikel rambut

Kel. sebaceous
Batang rambut

Epedermis kulit

Kelenjar
Sebaseous
TIPE APOKRIN
Membran Basal
TIPE APOKRIN
TIPE MEROKRIN
Alat Penyalur atau Duktus
Duktus interkalatus :
Saluran penghubung yang bercabang
Sering sangat pendek
Menghubungkan beberapa ujung kelenjar
Bentuk epitel satu lapis, kebanyakan pipih sampai kubus
(bersifat basofilik).
Jika tidak ada, maka langsung ke duktus striatus

Duktus striatus :
Saluran penghubung yang bercabang
Bentuk epitel umumnya silindris (bersifat asidofilik)

Duktus eksretorius :
Saluran penghubung yang bercabang
Bentuk epitel awalnya kubus selapis sampai silindris sebaris,
kemudian menjadi banyak lapis atau banyak baris
Sel Mioepitel (Myoepithelium)
 Merupakan modifikasi sel-sel epitel yang
mengandung elemen kontraktil (berasal dari
ektoderm)
 Terdapat pada di bagian perifer kebanyakan ujung
kelenjar dan sebagian alat penyalur
 Penjuluran sel saling berhubungan dan terletak
antara epitel kelenjar dan membran basal
Contoh : Kelenjar Keringat
Kelenjar ambing/mammae
Kelenjar air liur/ludah

Sel mioepitel

Kel. Mammae Potongan memanjang Potongan melintang


Macam Kelenjar Sederhana
Jenis /macam kelenjar Contoh
Kelenjar tubular lurus sederhana Usus besar
(Simple straight tubular glands)

Kelenjar tubular mengulir sederhana Kelenjar keringat


(Simple coiled tubular glands)

Kelenjar tubular sederhana bercabang Kelenjar lambung


(Simple branched tubular glands)

Kelenjar asinar sederhana Kelenjar palit (sebaceous)


(Simple acinar glands)

Kelenjar asinar bercabang Kelenjar palit besar


(Simple branched acinar glands)

Kelenjar alveolar sederhana Kelenjar pada amfibi


(Simple alveolar glands)

Kelenjar tubuloasinar dan tubuloalveolar sederhana Kelenjar air liur minor


(simple tubuloacinar and tubulo alveolar glands)
RINGKASAN / REVIEW
1. Kelenjar dibedakan menjadi 2:
2. Prisip pembagian kelenjar Eksokrin
3. Bentuk ujung kelenjar (ada 3)
4. Berdasarkan letaknya terhadap epitel permukaan
5. Berdasarkan bentuk sekreta yang dihasilkan (3 macam)
6. Berdasarkan komposisi sekreta (2 tipe)
7. Berdasarkan modus sekresi (3 jenis)
REFERENCES
•Bacha WJ, Bacha LM. 1990. Color Atlas of Veterinary Histology. 2nd.
Lippincott Williams & Wilkins. A Wolters Company. Tokyo.
•Bergman RA, Afif AK, Heidger PM. 1996. Histology. WB Saunders
Company. New York.
•Bloom W, Fawcett DW. 1969. A Textbook of Histology. WB Saunders
Company. New York.
• Dellman HD. 1992. Textbook of Veterinary Histology. Lea and Febiger.
Philadelphia.
• Dellman HD, Carithers JR. 1996. Cytology and Microscopic Anatomy.
Williams and Wilkins. Baltimore.
• Habel RE, Biberstein EL. 1957. Fundamentals of The Histology of
Domestic Animals. George Banta Company, Inc.
• Ross MH, Romrell LJ, Kaye GI. 1995. Histology, A Text and Atlas. 3rd ed.
Williams and Wilkins. Baltimor.
•Telford IR, Bridgman CF. 1995. Introduction to Functional Histology. 2nd
ed. Harper Collins College Publishers. New York.
Selamat Belajar
Prof. Drh. Tutik Wresdiyati, PhD, PAVet.
Drh. Adi Winarto, PhD, PAVet.
Drh. I Ketut Mudite Adnyane, M.Si, PhD, PAVet.

FKH Lab. Histologi, Fakultas Kedokteran hewan Institut Pertanian Bogor


I PB Mengharmonikan Kesehatan Hewan, Manusia dan Lingkungan Histologi Veteriner I
JARINGAN IKAT
JARINGAN IKAT
Jaringan ikat (Connective Tissue) :
Merupakan penghubung antar jaringan tubuh

Jaringan ikat tubuh Beragam


(morfologi, topografi, struktur dan fungsi)

Fungsi Jaringan Ikat :


1. Support
2. Transportation
3. Energy Source
4. Storage
5. Inflammation and tissue repair
UNSUR JARINGAN IKAT
SEL
(12 JENIS) MATRIKS

SERABUT BAHAN DASAR

SEL JARINGAN IKAT:


1. Fibroblast 7. Eosinofil
2. Makrofag 8. Monosit
3. Sel Mast 9. Basofil
4. Limfosit 10. Sel Lemak
5. Sel Plasma 11. Sel Pigment
6. Neutrofil 12. Sel Mesenkhim
JARINGAN IKAT LONGGAR
(pada Lamina Propria/ di bawah Lamina Epitelia)
Tipe Sel Jaringan Ikat :

1. Tipe Tetap (Resident type/fixed cells):


Menurut Trautmann & Fiebiger (1957)
Ronald et al. (1996)
 Fibroblast
Menurut Ross et al. (1995)
 Fibroblast, makrofag, sel lemak,
sel mast dan sel Mesenkhim
Menurut Delmann (1987)
Fibroblast, sel lemak dan sel mesenkhim

2. Tipe Transient (Wandering cells)


SEL JARINGAN IKAT (12)
1. FIBROBLAST
- Sel Utama
- Pembentuk serabut (kolagen, retikuler dan
elastik)
- Sintesis komponen bahan dasar, yaitu
karbohidrat kompleks (glycosaminoglycan
dan proteoglycan)
- Letak: di bawah epitel kulit, epitel usus, dan di
sekitar epitel kelenjar, dll
- Aktif pada proses persembuhan
2. MAKROFAG
- Berasal dari monosit
- Fagositosis - Nama (tabel 1)  DIKTAT
MAKROFAG

FIBROBLAST
3. SEL MAST
- Sel jaringan ikat yang besar, bagian sitoplasmanya
berisi granul
- Pada permukaan sel mast terdapat reseptor
terhadap imunoglobulin (antibodi) yang dihasilkan
oleh sel plasma
- Isi granul sel mast :
- Histamin
- SRS-A
- ECF-A ALERGI
- Heparin
- Dua jenis sel mast : 1. Di jaringan ikat
2. Di mukosa saluran
pencernaan
SEL MAST (TEM)
SEL MAST
4. LIMFOSIT
- Sel jaringan ikat terkecil
- Ditemukan dlm kondisi patologis (peradangan)
- Limfosit B dan Limfosit T

5. SEL PLASMA
- Berasal dari sel limfosit B
- Intinya eksentrik, kromatinnya spt. bentuk roda
- Fungsi membentuk antibodi thd. benda asing
(agen penyakit) 10-20 hr
- Lokasi: lamina propria tractus digestivus dan
tractus respiratorius, kelenjar limfe dan organ
limfatik, kelenjar ludah
LAMINA PROPRIA
LIMFOSIT

Sel Plasma

Limfosit (TEM)
Limfosit (HE) Sel Limf. T Aktif
SEL PLASMA
6. NEUTROFIL; 7. EOSINOFIL; 8. MONOSIT; & 9. BASOFIL

- Migrasi sel-sel ini dari pembuluh darah


merupakan suatu reaksi terhadap respon
kekebalan
- Pada peradangan akut : neutrofil dan monosit
- Pada alergi, infeksi parasit: eosinofil
- Pada sel basofil:
• Permukaannya memp. reseptor thd Ig E (antibodi).
• memp. granul yg mengandung histamin dan heparin
(meningkatkan permiabilitas dan vasodilatasi
p.darah pada reaksi hipersensitivitas kulit).
Contoh: gigitan nyamuk / serangga
SEL PLASMA, LIMFOSIT & EOSINOFIL
10. SEL LEMAK

- Sel lemak (adipocyte) intinya terletak eksentrik


(di pinggir)
- Pew. HE (kosong); Sudan III (orange); Asam
osmium (hitam)
- Lokasi: jaringan ikat longgar
JARINGAN LEMAK (SEL LEMAK)
11. SEL PIGMEN
- Mensintesis pigmen (melanin), yg melindungi sel thd.
sinar UV
- Lokasi: dermis kulit, iris dan choroidea mata

12. SEL MESENKHIM


- Mempunyai penjuluruan-penjuluran sitoplasma yg
saling berhubungan
- Menumbuhkan jaringan ikat dewasa; pemb. darah &
limfe, dan otot polos
SEL PIGMEN
SEL MESENKHIM
UNSUR JARINGAN IKAT

SEL MATRIKS
(12 JENIS)

SERABUT BAHAN DASAR

a. Serabut Kolagen
a. Proteoglycans/
b. Serabut Retikuler glicoprotein
c. Serabut Elastik b. Hyaluronic acid
MATRIKS JARINGAN IKAT
1. SERABUT
a. Serabut Kolagen
- Merup. komponen utama hampir semua jaringan ikat
- Proses pembentukannya : Molekul polypeptida
(procollagen) disintesis dan dikeluarkan dr sel
bergabung 3 rangkap menjadi Tropocollagen 
Microfibril  Fibril  Serabut kolagen

b. Serabut Retikuler
- Merupakan serabut kolagen tipe III, bercabang
membentuk anyaman
- Merupakan komponen utama membran basal
- Pewarnaan : PAS (merah), silver salt (hitam)
- Disintesis oleh: Sel fibroblast, sel retikuler, sel
Schwann dan sel otot polos
SINTESIS SERABUT KOLAGEN
(pada Sel Fibroblast)
c. Serabut Elastik
- Merupakan serabut yg bercabang
- Terdapat pada ligamentum nukhe, lamina elastika
(tunika media) aorta, t.m. pembuluh darah
- Pewarnaan khusus : Resorsin fuchsin (ungu hitam),
Arsein (coklat merah)
- Serabut elastik pd jaringan ikat disintesis oleh fibroblast,
pd aorta & pemb. darah disintesis oleh
sel otot polos
2. BAHAN DASAR (GROUND SUBSTANCE)

- Bersifat kental amorf dan nonfibrilar


- Tempat terbenamnya sel-sel dan serabut jaringan ikat
- Mengandung proteoglycans dan asam hyaluron
glycosaminoglycans-giant macromolecules- bhn dasar
tulang rawan
- Molekul komplek glycosaminoglycan-protein bermuatan
negatif-mengikat molekul air.

- Fungsi utama : * Diffusion


* Storage
* Protection
REFERENCES
•Bacha WJ, Bacha LM. 1990. Color Atlas of Veterinary Histology. 2nd.
Lippincott Williams & Wilkins. A Wolters Company. Tokyo.
•Bergman RA, Afif AK, Heidger PM. 1996. Histology. WB Saunders
Company. New York.
•Bloom W, Fawcett DW. 1969. A Textbook of Histology. WB Saunders
Company. New York.
• Dellman HD. 1992. Textbook of Veterinary Histology. Lea and Febiger.
Philadelphia.
• Dellman HD, Carithers JR. 1996. Cytology and Microscopic Anatomy.
Williams and Wilkins. Baltimore.
• Habel RE, Biberstein EL. 1957. Fundamentals of The Histology of
Domestic Animals. George Banta Company, Inc.
• Ross MH, Romrell LJ, Kaye GI. 1995. Histology, A Text and Atlas. 3rd ed.
Williams and Wilkins. Baltimor.
•Telford IR, Bridgman CF. 1995. Introduction to Functional Histology. 2nd
ed. Harper Collins College Publishers. New York.
Prof. Drh. Tutik Wresdiyati, PhD, PAVet.
Drh. Adi Winarto, PhD, PAVet.
Drh. I Ketut Mudite Adnyane, M.Si, PhD, PAVet.

FKH Lab. Histologi, Fakultas Kedokteran hewan Institut Pertanian Bogor


I PB Mengharmonikan Kesehatan Hewan, Manusia dan Lingkungan Histologi Veteriner I
KLASIFIKASI JARINGAN IKAT
I. JARINGAN IKAT EMBRIONAL
1. Mesenkhim (Jaringan Ikat Embrio)
Komponen : Sel-sel mesenkhim dan bahan dasar
Sel mesenkhim bentuknya tidak teratur
dengan penjuluran sitoplasma yang saling
berhubungan.
Intinya lonjong dan besar.
Bahan dasarnya homogen seperti lendir.

Sel mesenkhim akan berkembang dan menumbuhkan


fibroblast, jaringan ikat dewasa, pembuluh darah dan limfe,
serta otot polos.

Umur embrio meningkat, pada matriksnya mulai terbentuk


filament-filament yg bergabung menjadi fibril, yg selanjutnya
akan membentuk serabut.
JARINGAN IKAT EMBRIONAL

Inti sel

Sel Mesenkhim

Penjuluran
Sitoplasma
2. Jaringan Mucoid (Jaringan Ikat berlendir)

Jaringan mucoid tumbuh dan berkembang dari


mesenkhim.

Pada matriksnya sudah terbentuk fibroblast yg


menghasilkan serabut kolagen (tipe II) dan juga
bahan dasar, shg berkonsistensi seperti jelly.

Pada jaringan ikat ini sudah mulai ditemukan


pembuluh darah dan limfe.

Contoh: jaringan ikat mucoid pada umbilikus, yg


lebih dikenal dg “Wharton’s Jelly”
II. JARINGAN IKAT UMUM
A. Jaringan Ikat Longgar
Komponennya : sel-sel jaringan ikat (hampir seluruhnya
ada), serabut kolagen, serabut elastik,
dan bahan dasar (yg jumlahnya banyak)
Bahan dasarnya kental (spt. jelly), untuk difusi nutrisi dan
oksigen dari pembuluh darah terdekat ke sel-sel jaringan ikat
dan sebaliknya.
Lokasi utama : di bawah lamina epithelia

JIL dikenal berdasarkan letaknya sbb:


1. Subkutis (di bawah dermis kulit)
2. Jaringan interstitial
3. Lamina propria
4. Endomisium
Jaringan Ikat Longgar di kulit
(dermis dan subkutis)

Serabut kolagen

Sel-sel jaringan ikat


Ginjal (Tubuli Renalis)

Jaringan interstisial
Kelenjar Tiroid

Jaringan interstisial
Epimisium

Fasikulus Perimisium

Endomisium
Bundel Otot
Kerangka

Serabut Otot

Serabut Otot
Epiineurium

Endoneurium Perineurium
Jaringan ikat longgar :

Merupakan tempat awal benda-benda asing (agen


penyakit) setelah mampu menembus lapisan epitel
ditemukan hampir semua jenis sel jaringan ikat

untuk menghadapi/melawan
agen penyakit

jaringan ikat longgar  tempat


terjadinya peradangan, alergi/
reaksi immune (kekebalan)
B. Jaringan Ikat Padat

Berdasarkan penampakan struktur mikroskopis, J I P


dibedakan :
1. JIP Teratur (tendon, ligament, ligamentum nukhe,
aponeurosis, fascia)
2. JIP Tidak Teratur (kapsula, trabekula, tunica
albuginea testis)
TENDON
Jaringan ikat padat dengan serabut kolagen yg tersusun
paralel membentuk berkas yg padat.
Diantara serabut kolagen terdapat fibroblast yg dinamakan
sel tendon.
Diantara berkas serabut kolagen terdapat jar ikat longgar
yg membawa p. darah dan saraf.
TENDON (Potongan Memanjang)

Sel tendon

• Serabut kolagen
• Sel tendon
LIGAMENT
Struktur dan komponennya mirip dengan tendon
(serabut kolagen yg tersusun paralel membentuk
berkas yg padat)
Ligament berfungsi sbg pengikat persendian,
menghubungkan bungkul tulang yg satu dg yg lainnya.

LIGAMENTUM NUKHE
Lokasi : leher bagian belakang pd kuda
Komponen utamanya serabut elastik yg bergelombang
tersusun membentuk berkas yg padat.
Diantara serabut elastik ditemukan sel fibroblast.
LIGAMENTUM NUKHE (Pot. Memanjang)

Fibroblast

• Serabut elastik
APONEUROSIS
Merupakan jaringan ikat padat yang tipis,
terdiri dari serabut kolagen yang tersusun
sejajar, berlapis-lapis dengan arah yang
berbeda (tersusun 90º terhadap berkas
lainnya) dan pekat.

Aponeurosis berfungsi menghubungkan


tendon dengan serabut otot, juga dapat
menyisip diantara otot.
FASCIA
Mirip aponeurosis, bisa tebal atau tipis

Menurut letaknya, ada 2 jenis fascia :


- Fascia superficialis (di bwh subkutis
langsung membalut otot)
- Fascia profunda (bertaut pd tulang dan
ligament)
Jaringan Ikat Padat Tidak Teratur
Terdiri dari serabut kolagen
(padat dan tdk teratur), sedikit
serabut elastik dan otot polos

Tempat ditemukan :
- Tunika Albuginea testis
- Kapsula dan trabekula
limpa dan limfonodus
(pada organ-organ yg
berkapsula)
TUNIKA ALBUGENIA TESTIS
KAPSULA DAN TRABEKULA LIMPA

Kapsula Trabekula

Limfonodus Limpa
KAPSULA DAN TRABEKULA LIMPA
III. JARINGAN IKAT KHUSUS
1. Jaringan Lemak 5. Tulang Rawan
2. Jaringan Pigmen 6. Tulang
3. Jaringan Hemopoietik 7. Darah
4. Jaringan Limfatik

1. Jaringan Lemak
- Menimbun lemak, terdiri dari sel-sel lemak, serabut kolagen,
elastik dan retikuler, serta pemb. Darah
- Fungsi : - Cadangan energi
- Isolasi tubuh thd suhu dingin, dan
- Sebagai bantalan telapak kaki pd karnivora
- Terdapat 2 tipe jaringan lemak :
1. Lemak Putih
2. Lemak coklat
1. Lemak Putih
- Unilokuler
- Subkutis, sekitar ginjal, jantung, bola mata, dan
mesenterium

2. Lemak coklat
- Multilokuler
- Fungsi menimbulkan panas
- Sel lemaknya mengandung mitokondria, sER, dan
cytochrome oxidase (memberikan warna coklat)
- Ditemukan pd hibernating animals (inguinal dan
interscapula)
JARINGAN LEMAK

Inti sel lemak

Sel lemak

Fibroblast
LEMAK COKLAT
LEMAK PUTIH
2. Jaringan Pigmen

Terdiri dari sel-sel pigmen (melanosit) yang mampu


menghasilkan pigmen (melanin)
Melindungi tubuh dari sinar UV

Ditemukan pada :
- Stratum germinativum dan korium kulit
- Lapis choroidea dan iris mata
- Rambut dan bulu
JARINGAN PIGMEN

Bekas inti

Melanin

Sel pigmen
(Melanosit)
REFERENCES
•Bacha WJ, Bacha LM. 1990. Color Atlas of Veterinary Histology. 2nd.
Lippincott Williams & Wilkins. A Wolters Company. Tokyo.
•Bergman RA, Afif AK, Heidger PM. 1996. Histology. WB Saunders
Company. New York.
•Bloom W, Fawcett DW. 1969. A Textbook of Histology. WB
Saunders Company. New York.
• Dellman HD. 1992. Textbook of Veterinary Histology. Lea and
Febiger. Philadelphia.
• Dellman HD, Carithers JR. 1996. Cytology and Microscopic
Anatomy. Williams and Wilkins. Baltimore.
• Habel RE, Biberstein EL. 1957. Fundamentals of The Histology of
Domestic Animals. George Banta Company, Inc.
• Ross MH, Romrell LJ, Kaye GI. 1995. Histology, A Text and Atlas.
3rd ed. Williams and Wilkins. Baltimor.
•Telford IR, Bridgman CF. 1995. Introduction to Functional
Histology. 2nd ed. Harper Collins College Publishers. New York.

Anda mungkin juga menyukai