Anda di halaman 1dari 50

BAB 1

PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI MATA KULIAH

Mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan memiliki beban 2 SKS praktikum yang
dicapai dengan kegiatan praktikum sebanyak 14 kali pertemuan @ 2 jam (100 menit).
Pengalaman pembelajaran praktikum di laboratorium kelas sangat besar manfaatnya
karena mahasiswa diberikan kesempatan untuk melakukan ketrampilan dengan alat bantu
yang menggambarkan situasi di lapangan sehingga dapat meningkatkan pemahaman teori
maupun ketrampilannya. Setelah menyelesaikan pembelajaran dilaboratorium mahasiswa
diberi kesempatan untuk mengikuti praktikum dilapangan, untuk lebih memahami dan
mendapatkan pengalaman nyata sebagai bekal praktik klinik pada semester berikutnya.

Materi praktikum Biologi Reproduksi mencakup memahami struktur dan fungsi sel,
macam – macam hormone, proses kehamilan dan tumbuh kembang fetus, hokum mendel
dan hereditas mamire, fisiologi kehamilan, persalinan, struktur payudara dan fisiologi
laktasi, perkembangan dan persiapan kehidupan neonates dan intra ke ekstra uterin.

Modul ini bertujuan untuk membantu mahasiswa agar mampu menjadi praktisi yang ahli
dan mampu untuk berpikir kritis serta mampu membuat keputusan klinis berdasarkan
pengetahuan dan pemahaman mengenai Biologi Reproduksi.

B. PRASYARAT

Sebelum mempelajari modul ini anda harus sudah memahami Anatomi, fisiologi dan
Asuhan Kebidanan I.

C. PETUNJUK PENGGUNAAN

Sebelum menggunakan modul ini anda harus memahami cara penggunaan modul. Modul
ini disusun untuk menjadi bahan belajar mandiri mahasiswa disamping proses
pembelajaran di kelas. Baca dengan hati – hati semua komponen modul dan ikuti langkah

Modul Praktikum Biologi reproduksi 1


– langkah yang telah diuraikan dalam modul ini. Jika ada beberapa hal yang tidak anda
mengerti tanyakanlah kepada dosen penanggung jawab mata kuliah. Setiap aktivitas
dalam modul ini telah disusun secara berurutan, maka dari itu pastikan anda telah
mengikuti dan menyelesaikan aktivitas yang diperintahkan dalam modul sebelum
mengerjakan ke aktivitas berikutnya.

Tiap modul tersusun atas beberapa komponen sebagai berikut:

1. Tujuan Bagian ini berisikan keterampilan apa yang dapat anda lakukan
setelah mempelajari modul ini.
2. Uraian Tiap uraian materi terdiri dari:
Materi a. Pendahuluan yang berisikan penjelasan tentang masalah spesifik
yang dibahas.
b. Faktor – faktor yang dapat menyebabkan terjadinya masalah.
c. Cara mengidentifikasi masalah.
d. Cara menangani masalah.
e. Keterampilan klinis yang diharus anda kuasai.
3. Aktivitas Bagian ini mengajak anda untuk melakukan sebuah tindakan
Mahasiswa tertentu seperti diskusi, studi pustaka, atau praktek laboratorium
untuk meningkatkan pemahaman tentang masalah yang sedang
dibahas.
4. Rangkuman Ringkasan dari uraian materi.
5. Evaluasi Bagian ini berisi pertanyaan – pertanyaan singkat yang disusun
untuk membantu anda menilai sendiri pemahaman anda tentang
masalah yang dibahas.

D. TUJUAN

1) Tujuan Umum
Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
tentang Biologi Reproduksi kebidanan. Menjelaskan keterkaitan antara struktur dan
fungsi sel, macam – macam hormone, proses kehamilan dan tumbuh kembang fetus,
hokum mendel dan hereditas mamire, fisiologi kehamilan, persalinan, struktur payudara
dan fisiologi laktasi, perkembangan dan persiapan kehidupan neonates dan intra ke
ekstra uterin

2) Tujuan Khusus
Setelah mengikuti proses pembelajaran praktikum, baik di laboratorium kelas maupun
lapangan, mahasiswa dapat :
a. Memberikan pendidikan struktur dan fungsi sel,
b. Memberikan peniikan macam – macam hormone,
c. Member pendidikan proses kehamilan dan tumbuh kembang fetus,
Modul Praktikum Biologi reproduksi 2
d. Melakukan teknik perhitungan kehamilan danegan hukum mendel dan hereditas
mamire,
e. Melakukan memberikan pendidikan fisiologi kehamilan, persalinan,
f. Melakukan pemeriksaan struktur payudara dan fisiologi laktasi,
g. Melakukan pemeriksaan perkembangan dan persiapan kehidupan neonates dan intra
ke ekstra uterus

E. PROSEDUR PENCAPAIAN

1. Kegiatan diikuti oleh seluruh mahasiswa yang dibagi dalam kelompok


kecil
2. Setiap materi diberikan oleh tiap pembimbing yang berbeda dengan
menggunakan metode demonstrasi di laboratorium ketrampilan
3. Setelah mendapatkan seluruh materi praktikum, ketrampilan mahasiswa
dievaluasi di akhir pertemuan.

F. BEBAN SKS
1 SKS Praktikum

G. DOSEN INSTRUKTUR

1. Desfira Mustika Ayu, M.Pd

H. TATA TERTIB MAHASISWA

1. Tata Tertib Praktikum


a. Mahasiswa menyiapkan diri 15 menit di depan laboratorium sebelum
praktikum dimulai
b. Mahasiswa yang terlambat 15 menit atau lebih tidak diijinkan mengikuti
praktikum
c. Mahasiswa tidak boleh bersendau gurau dan harus bersikap sopan selama
mengikuti praktikum
d. Selama praktikum berlangsung, mahasiswa tidak boleh meninggalkan
laboratorium tanpa izin dosen

Modul Praktikum Biologi reproduksi 3


e. Mahasiswa wajib membereskan alat-alat yang dipakai untuk praktikum dan
dikembalikan dalam keadaan rapi dan bersih
f. Mahasiswa diwajibkan mengganti peralatan jika terjadi kerusakan paling
lambat 2 hari setelah praktikum
g. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum karena berhalangan atau
gagal dalam praktikum harus menggulang atau mengganti pada hari lain sesuai
dengan jadwal yang telah diatur (sesuai kebijakan dosen)
h. Mahasiswa wajib mengikuti praktikum 100% dari kegiatan praktikum
2. Tata Tertib Pemakaian Alat Praktikum
a. Setiap mahasiswa berhak meminjam/menggunakan alat-alat laboratorium
dengan persetujuan kepala laboratorium
b. Setiap mahasiswa yang akan praktik laboratorium wajib memberitahu/pesan
alat kepada petugas 3 hari sebelum praktik dilaksanakan
c. Mahasiswa/peminjam wajib mengisi formulir peminjaman alat/bon alat yang
telah disediakan dengan lengkap yang meliputi (nama,kelas/jurusan, hari/tanggal,
waktu, dosen, jenis ketrampilan, nama alat, jumlah, keterangan, tanda tangan)
d. Mahasiswa atau peminjam bertanggung jawab atas kebersihan dan keutuhan
alat-alat yang dipinjam
e. Mahasiswa wajib merapikan dan membersihkan kembali peralatan yang
dipinjam setelah selesai menggunakan alat laboratorium
f. Alat-alat laboratorium dikembalikan segera setelah melaksanakan kegiatan
praktik
g. Alat-alat laboratorium yang dipinjam dikembalikan tepat waktu dan dalam
keadaan bersih dan utuh
h. Mahasiswa diperbolehkan meninggalkan ruangan setelah serah terima alat-
alat yang dipinjam kepada kepala laboratorium
i. Keterlambatan mengembalikan alat atau mengembalikan alat dalam keadaan
kotor, maka mahasiswa dikenakan denda Rp.10.000/hari/alat
j. Peminjam alat laboratorium harus mengganti alat yang rusak/hilang dalam
waktu kurang dari dua hari setelah alat rusak/hilang.

I. MATER

Modul Praktikum Biologi reproduksi 4


a. Struktur dan fungsi sel,
b. Macam – macam hormone,
c. Proses kehamilan dan tumbuh kembang fetus,
d. Hukum mendel dan hereditas mamire,
e. Fisiologi kehamilan, persalinan,
f. Struktur payudara dan fisiologi laktasi,
g. Perkembangan dan persiapan kehidupan neonates dan intra ke ekstra uterus

J. EVALUASI PRAKTIKUM

Penilaian (evaluasi) kegiatan praktikum Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi diambil dari
perolehan uji ketrampilan berdasarkan ceklist. Petunjuk skor penilaian ketrampilan :
1 : Jika tidak dilakukan dengan sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna

Modul Praktikum Biologi reproduksi 5


Modul Praktikum Biologi reproduksi 6
MATA KULIAH : BIOLOI REPRODUKSI
POKOK BAHASAN : Struktur dan Fungsi Sel
SEMESTER : II (dua)

LEARNNG OUTCOME
Setelah mengikuti Pembelajaran ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan struktur jaringan tulang dan klasifikasi tulang (Skeletal)
2. Menjelaskan klasifikasi berdasarkan gerakan dan struktur sendi
3. Menjelaskan klasifikasi berdasarkan struktur dan lokasi otot

DASAR TEORI

1. Biologi Sel dan Jaringan


A. Konsep dasar sel
Sel adalah unit fungsionil & struktur yang terkecil dari makhluk hidup. Sel yang sejenis akan
membentuk jaringan. Beberapa jaringan akan membentuk organ dan beberapa organ akan
membentuk sistem tubuh.

Berdasarkan keberadaan inti sel, sel dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:


1. Prokariotik, tidak mempunyai nucleus/inti dengan DNA terletak bebas di dalam sitoplasma.
Contoh organisme prokariotik yaitu organisme uniselular (bersel satu), bakteri.
2. Eukaryotik, mempunyai nucleus/inti yang menjadi komponen dari organism multiseluler
(bersel banyak)

Tabel 1. Karakteristik dan perbedaan sel prokariotik dan eukariotik.

Prokariotik Eukariotik Catatan


Membran inti - +
Membrane - +
organela
Dinding sel + -
Membran sel - +
Sitoplasma + + (mengelilingi
inti; berisi
organela sel
dan inklusi
(inclusion)
Inti sel - +
Plasmid + - Plasmid adalah DNA sirkular
berukuran kecil yang terdapat
Diluar kromosom pada sel
prokariot dan dimanfaatkan untuk
membuat DNA rekombinan
Keterangan: + = ada; - = tidak ada

Modul Praktikum Biologi reproduksi 7


Sel mempunyai potensi untuk hidup, tumbuh, makan, reproduksi (duplikasi/pembelahan),
regenerasi, dan diferensiasi menjadi sel spesifik. Stem sel atau sel punca (sel induk) adalah sel
yang tidak atau belum berdiferensiasi/spesialisasi.

Sitoplasma
Struktur di dalam sitoplasma yaitu organela sel dan inclusion. Organela sel adalah struktur hidup
yang mempunyai membrane (kecuali pada prokariotik). Sedangkan inclusion adalah struktur
(benda) mati dengan membrane yang terbatas atau tanpa membran. Misalnya droplet. Bentuk sel
dipengaruhi sitoskeleton yang tersebar di dalam sitoplasma. Sitoskeleton adalah anyaman protein
yang menunjang bentuk sel.

Organela sel
Komponen sel atau organela sel dapat dijumpai pada sel eukariotik karena masing-masing
organela dibungkus membran organela. Organela sel terdiri dari:
1. Mitokondria. Merupakan organela terbesar yang berfungsi sintesa ATP/energy.
Mitokondria mempunyai DNA sendiri (DNA mitokondria) dan mempunyai 2 membran
(outer dan inner).
2. Ribosom. Pada prokariotik berupa mitokondrial ribosom. Sedangkan pada eukariotik
dapat berupa (a) ribosom bebas dan (b) poliribosom/polisom yang melekat pada
reticulum endoplasma (pada mRNA)
3. Reticulum endoplasma (RE/ER). Merupakan organel kompleks yang berperan dalam
sintesis protein dengan membentuk vesikel. Ada dua bentuk RE, yaitu kasar (granular)
yang dilekati ribosom yang berfungsi mensekresi protein dan RE halus yang tidak
mempunyai ribosom. RE halus mengandung enzim yang penting dalam metabolisme
lipid, sintesis steroid dan detoksifikasi/enzymatic conjugation, juga enzyme glucose-6-
fosfatase yang berperan penting untuk memecah glikogen.
4. Apparatus golgi. Organela ini berfungsi mengumpulkan dan membungkus (packaging)
dan menyimpan produk hasil sekresi.
5. Fagosom. Berupa vesikel bermembran terbatas yang terbagi menjadi (a) heterofagosom,
membawa material dari luar sel (ekstraselular), dan (b) autofagosom, membawa material
intraselular. Contohnya organela sel yang rusak.
6. Lisosom. merupakan vesikel bermembran yang berisi lebih dari 50 enzim hidrolisis
untuk digestif intraselular. Jenisnya adalah (a)lisosom primer yang berisi enzim inaktif,
dan (b) lisosom primer yang bergabung dengan fagosom dan membentuk lisosom
sekunder dan berisi enzim aktif.
7. Sitoskeleton. Anyaman matriks protein intraselular yang berfungsi memberi bentuk dan
mempertahankan bentuk sel, membantuk pergerakan sel, dan pergerakan intraselular.
Struktur ini dapat diamati menggunakan mikroskop electron (EM, electron microscope).
Struktur yang membentuknya terdiri dari microtubule, microfilament, dan intermediate
filament.
8. Inti sel (nucleus). Merupakan organela terbesar yang ditemukan pada sel eukariotik.
Organel sel ini mengandung sebagian besar materi genetic sel dengan bentuk molekul
DNA linier panjang yang membentuk kromosom bersama dengan beragam jenis protein
yang mengikatnya, diantaranya protein histon. Fungsi inti sel dalam hal ini adalah

Modul Praktikum Biologi reproduksi 8


mengatur dan mengontrol segala aktifitas kehidupan sel serta membawa informasi
genetic yang akan diturunkan pada sel generasi berikutnya.
9. Sentriol. Struktur ini merupakan perkembangan dari sentrosom yaitu pusat sel di daerah
sitoplasma yang dekat dengan inti. Sentriol berupa kumpulan mikrotubulus yang
strukturnya berbentuk bintang dan berperan sebagai kutub-kutub pembelahan sel secara
mitosis maupun meiosis.
10. Vacuola. Vacuola adalah kantung kecil yang dibungkus membrane yang memegang
peranan dalam proses pencernaan di dalam sel dan untuk melepaskan sisa-sisa
metabolisme sel. Vacuola dalam melebur dengan membrane plasma guna melepas isi sel
ke luar sel dan dapat juga melebur di dalam sel.

PETUNJUK KERJA
1. Baca dan pelajari terlebih dahulu pelaksanaan prosedur
2. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis
3. Bekerja secara hati – hati dan teliti
4. Tanyakan pada dosen pembimbing bila terdapat hal – hal yang kurang dimengerti

KESELAMATAN KERJA

Sebelum melakukan tindakan, pastikan semua alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan siap pakai.

PERALATAN/PERLENGKAPAN DAN BAHAN


1. Alat tulis
2. Poster Sel

PROSEDUR KERJA

Tugas Mandiri :
1. Gambarkan sel secara lengkap dengan organelanya!
2. Gambarkan masing-masing sel pada jaringan dasar berikut dan jelaskan
karakteristiknya:
No. Sel/jaringan Stuktur/organela Karakteristik
1 Sel epitel cervix
2 Sel tulang
3 Sel otot jantung
4 Sel otak

Modul Praktikum Biologi reproduksi 9


3. Menjodohkan:

Kolom A Kolom B
A. Organ yang memproduksi spermatozoa
1. Kapasitasi
B. Hasil pembelahan meiosis I
2. Spermiogenesis
C. Bagian sistem reproduksi wanita tempat terjadi fertilisasi
3. Zona pellucida
4. Oosit sekunder D. Pelepasan glikoprotein oleh sperma di mukosa
endometrium
E. Kontrasepsi sistem barier
5. Reaksi akrosom
F. Bentuk embryo saat implantasi
6. Ampula Tuba Uterina
G. Proses migrasi sel-sel epiblast melewati primitive streak
7. Cervical cap
H. Perubahan spermatid menjadi spermatozoa
8. Blastocyst
I. Pelindung oosit berbentuk jelly.
9. Tubulus seminiferus
J. Proses penetrasi sperma ke dalam oosit
10. Gastrulasi

4. Tebak gambar dan deskripsikan serinci mungkin:

Modul Praktikum Biologi reproduksi 10


10

Modul Praktikum Biologi reproduksi 11


MATA KULIAH : BIOLOI REPRODUKSI
POKOK BAHASAN : MACAM – MACAM HORMON
SEMESTER : II (dua)

LEARNNG OUTCOME
Setelah mengikuti Pembelajaran ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan definisi hormone
2. Menjelaskan perbedaan hormone, phehormon & kairomon
3. Menjelaskan kaitan antara hormone dan reproduksi
4. Menjelaskan klasifikasi hormone
5. Menjelaskan fungsi hormone reproduksi
6. Menjelaskan Hormone reproduksi
7. Menjelaskan Klasifikasi Hormon Reproduksi Berdasarkan Unsur Pembentuknya

DASAR TEORI

1. Definisi Hormon

Hormon adalah subtansi yang dihasilkan oleh sel atau kelompok sel yang bergerak dalam aliran darah
yang mengantarnya ke organ target atau jaringan dalam tubuh yang memberikan suatu reaksi yang
dapat menolong mengkoordinasi fungsi-fungsi dalam tubuh.

Hormon berasal dari kata hormao yang berarti pembangkit aktivitas adalah sebuah zat organik. Sifat-
sifat atau kekhususan dari hormon adalah zat ini merupakan pengatur fisiologis terhadap
kelangsungan hidup suatu organ atau suatu sistem. Hormon dapat didefinisikan sebagai zat organik
yang diproduksi oleh sel-sel khusus dalam bahan dan dialirkan ke dalam peredaran darah dan dengan
jumlah yang sangat kecil dapat merangsang sel-sel tertentu untuk berfungsi.

Hormon adalah subtansi yang dihasilkan oleh sel atau kelompok sel yang bergerak dalam aliran darah
yang mengantarnya ke organ target atau jaringan dalam tubuh yang memberikan suatu reaksi yang
dapat menolong mengkoordinasi fungsi-fungsi dalam tubuh. Hormon dapat memberikan efeknya
pada struktur-struktur target dengan cara :
a. Mengubah fungsi gen
b. Memengaruhi jalur-jalur metabolik secara langsung
c. Mengontrol perkembangan organ-organ spesifik atau produk-produk skretorisnya.

Hormon adalah zat kimia berupa getah yang dihasilkan kelenjar endokrin dan disekresi secara alami
yang kemudian dibawa darah ke areal yang dituju  atau ditentukan. Adanya hormon menimbulkan

Modul Praktikum Biologi reproduksi 12


efek tertentu sesuai dengan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, sama halnya dengan sistem
tubuh lainnya, sistem reproduksi juga mempunyai hormon yang memberikan efek dan fungsi dalam
perkembangannya.

2. Perbedaan antara Hormon, Pheromon dan Kairomon


Perbedaan antara hormon, pheromon dan kairomon adalah :
a. Hormon dihasilkan oleh tubuh dan bekerja ditubuh itu sendiri.
b. Pheromon dihasilkan oleh individu tertentu yang bekerja pada saat ada atau terdapat lawan
jenis.
c. Kairomon dihasilkan oleh spesies tertentu yang bekerja padaa individu yang lain.

3. Kaitan antara Hormon dan Reproduksi


Kaitan hormon dan reproduksi adalah :
a. Hormon primer adalah hormon yang berhubungan langsung dengan reproduksi. Contohnya :
spermatogenesi, ovulasi dan lain-lain.
b. Hormon-hormon metabolik adalah hormon yang mempertahankan fungsi tubuh dalam keadaan
normal (hemeostatis). Contohnya : insulin, hormon tiroid, vasopressin dan glucagon

4. Klasifikasi Hormon Reproduksi Berdasarkan Unsur Pembentuknya


Semua hormon berpartisipasi dalam semua aspek reproduksi. Partisipasi ini mungkin melalui kerja
langsung terhadap fungsi fisiologik lingkungan internal yang menjamin keberhasilan reproduksi atau
pengaruh tidak langsung. Hormon-hormon reproduksi dibagi dalam tiga kategori menurut unsur
pembentuknya, yakni Golongan protein (peptida), Golongan steroid, dan Golongan asam lemak.
Berikut penjelasan dari ketiga golongan hormon diatas, sebagai berikut :
a. Hormon protein atau polipeptida bermolekul besar dengan berat molekul 300-70.000 dalton
dengan sifat-sifat mudah dipisahkan oleh enzim sehingga tidak dapat diberikan melalui oral
tetapi harus diberikan melalui suntikan (Contohnya : Gn-RH).
b. Hormon steroid mempunyai berat molekul 300-400 dalton. Hormon steroid alami tidak efektif
apabila diberikan melalui oral, tetapi steroid sintesis dan yang berasal dari tumbuhan dapat
diberikan melalui oral maupun suntikan (Contohnya : estrogen, progesteron, dan androgen).
c. Hormon asam lemak mempunyai berat molekul 400 dalton dan hanya dapat diberikan melalui
suntikan (Contohnya : prostaglandin).

5. Fungsi Hormon Reproduksi


Fungsi hormon reproduksi adalah :
a. Merangsang keluarnya hormon-hormon lain
b. Mempengaruhi fungsi gonad
c. Activator sexual
d. Mempertahankan kebuntingan
e. Melisis corpus luteum

6. Hormon-hormon Reproduksi

Ada empat kelenjar endokrin yang terdapat di dalam tubuh yang dapat menghasilkan hormon
reproduksi, yakni Kelenjar Hipofisa, Kelenjar Ovarium, Endometrium, dan Testis. Berikut hormon-
hormon yang dihasilkan oleh empat kelenjar tersebut, antara lain :

Modul Praktikum Biologi reproduksi 13


a. Kelenjar Hipofisa, yang masing-masing bagian anterior meghasilkan tiga macam hormon
reproduksi yaitu, Follicle Stimulating Hormone , Luteinizing Hormone yang pada hewan jantan
disebut dengan Interstitial Cell Stimulating Hormone dan Luteotropic Hormone, serta bagian
posterior yang menghasilkan dua macam hormon yakni oksitoksin dan vasopressin.
b. Kelenjar Ovarium yang menghasilkan tiga hormon yaitu estrogen, progesteron, dan relaksin.
c. Endometrium dari uterus yang menghasilkan hormon Prostaglandin.
d. Testis pada hewan jantan menghasilkan hormon testosteron. Kedua belas hormon ini mempunyai
peranan mengatur kegiatan reproduksi pada tubuh hewan, sehingga disebut hormon reproduksi.

1) Hormon Estrogen.
Hormon Estrogen dihasilkan oleh ovarium, Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri
perkembangan seksual pada betina yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan,
dan lain-lain.
2) Hormon Progesteron
Hormon Progesteron mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat menerima
implantasi zygot, mengatur pembentukan plasenta dan produksi air susu.
3) Hormon FSH (Folikel Stimulating Hormone)
Hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis akibat rangsangan
dari GnRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel.
4) Hormon LH (Luteinizing Hormone)
Hormon ini ujuga dihasilkan oleh hipofisis akibat rangsangan dari GnRH. Berfungsi untuk
merangsang sekresi kelenjar Gonade / Foliclle menjadi matang pecah dan ovulasi.
5) Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)
GnRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan merangsang
pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di hipofisis.
6) Hormon Testosteron
Dihasilkan di dalam testes. Berfungsi mempegaruhi pertumbuhan alat kelamin jantan,
menstimulasi bermacam-macam metabolisme tubuh, memperpanajang daya hidup spermatozoa
dalam saluran kelamin, meningkatkan pertumbuhan tulang.
7) Hormon Pertumbuhan  / Growth Hormone (GH)
Hormon pertumbuhan (Somatotrop) dihasilkan di Kelenjar hipofisa. Fungsinya antara lain
mengendalikan pertumbuhan & perkembangan, meningkatkan pembentukan protein, mendorong
pertumbuhan umum tubuh, mempercepat sintesa protein
8) Hormon Prostaglandin (PGF2α)
Dihasilkan di endometrium dari uterus.

7. Klasifikasi Hormon Reproduksi Berdasarkan Cara Kerjanya

Berdasarkan cara kerjanya, hormon-hormon reproduksi dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu
hormon reproduksi primer, hormon reproduksi sekunder, dan hormon pelepas.

Hormon-hormon reproduksi primer secara langsung memengaruhi berbagai aspek reproduksi seperti
spermatogenesis, ovulasi, kelakuan kelamin, fertilisasi, pengangkutan ovum, implantasi,
kelangsungan kebuntingan, kelahiran, laktasi dan tingkah laku induk.Hormon-hormon reproduksi
sekunder berfungsi untuk mempertahankan keadaan fisiologik yang memungkinkan terjadinya proses
reproduksi.

Tabel 1. Hormon-hormon reproduksi primer


Kelenjar Hormon Beberapa fungsi
Adenohipofisis Follicle Stimulating Hormone spermatogenesis, pertumbuhan
(FSH) folikel

Modul Praktikum Biologi reproduksi 14


ovulasi, pelepasan estrogen,
Luteinizing Hormon (LH)
pelepasan progesteron
Interstitial Cell Stimulating Stimulasi sel-sel interstitial leydig,
Hormone (ICSH) pelepasan testosteron
Prolaktin/Luteotropic
Pelepasan progesteron, laktasi
Hormone  (LTH)
Kontraksi uterus, kelahiran,
Neurohipofisis Oksitosin
penurunan (let down) susu
Spermatogenesis,
mempertahankan sistem kelamin
Testis Testosteron jantan dan sifat-sifat kelamin
sekunder, kelakuan kelamin
jantan.
Mempertahankan sistem saluran
kelamin betina dan sifat-sifat
kelamin sekunder, tanda-tanda
Estrogen/estradiol birahi/ekstrus, kelakuan kelamin
betina, stimulasi kelenjar susu,
mobilisasi Ca, dan lemak pada
Ovarium unggas
Implantasi, mempertahankan
Progesteron kebuntingan, stimulasi kelenjar
susu
Relaksasi serviks uteri, kontraksi
Relaxin
uterus, pemisahan simfisis pubis
Human Chorionic
Seperti LH (LH-like)
Gonadotrophin (HCG)
Pegnan Mare Serum
Seperti FSH (FSH-like)
Gonadotrophin (PMSG)
Plasenta Estradiol Lihat ovarium
Progesteron Lihat ovarium
Relaxin Lihat ovarium
Luteolisis (melisiskan korpus
Prostaglandin
luteum)

Reproduksi merupakan hasil kerjasama berbagai sekresi endoktrin terhadap organ sasaran dan reaksi-
reaksi khusus di dalam tubuh. Kelompok ketiga dari hormon-hormon reproduksi terdapat di dalam 
hipotalamus dan kelompok hormon ini disebut sebagai faktor-faktor pelepas (releasing factors).

Tabel 2. Hormon-hormon reproduksi sekunder


Kelenjar Hormon Beberapa fungsi
Somatotropic Hormone (STH) Pertumbuhan, sintesa protein
Stimulasi kelenjar tyroid, pelepasan
Thyroid Stimulating Hormone
tiroksin, dan pengikatan iodium oleh
Adenohipofisis (TSH)
thyroid
Adrenocorticotrophic Hormone Stimulasi korteks adrenal, pelepasan
(ACTH) kortikoid adrenal
Vasopressin (Antidiuretic Hormone, Pertumbuhan tubuh, perkembangan
Neurohipofisis
ADH) dan pematangan, oksidasi zat

Modul Praktikum Biologi reproduksi 15


makanan
Tri-iodothyronin Sama dengan atas
Thyrocalcitonin Metabolisme kalsium
Aldosteron Metabolisme air dan elektrolit
Pankreas Metabolisme karbohidrat, lemak dan
Corticoid
protein
Metabolisme karbohidrat, lemak dan
Insulin
Parathyroid protein
Parathormon Metabolisme Ca dan P

Tabel 3. Faktor-faktor pelepas (Releasing factors)

Faktor (Hormon) Fungsi


Stimulasi pelepasan gonadotropin (FSH
Gonadotropin Releasing Hormone (Gn-RH)
dan LH)
Thyrotropin Hormone (TRH) Stimulasi pelepasan TSH
Prolacting Inhibition Factore (PIF) Inhibisi pelepasan prolaktin
Corticotropin Releasing Factore ( CRF) Stimulasi pelepasan ACTH
Somatotropic Hormone Releasing Factore (STH-
Stimulasi pelepasan STH
RH)

PETUNJUK KERJA
1. Baca dan pelajari terlebih dahulu pelaksanaan prosedur
2. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis
3. Bekerja secara hati – hati dan teliti
4. Tanyakan pada dosen pembimbing bila terdapat hal – hal yang kurang dimengerti

KESELAMATAN KERJA

Sebelum melakukan tindakan, pastikan semua alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan siap pakai.

PERALATAN/PERLENGKAPAN DAN BAHAN


1. Alat tulis
2. Poster Hormone

Modul Praktikum Biologi reproduksi 16


PROSEDUR KERJA

Tugas Mandiri :
1. Gambarkan alur hormone yang mempengaruhi terjadinya menstruasi !
2. Lengkapi kolom dengan keterangan dari gambar dibawah ini dengan tepat :

No Keterangan
1
2
3
4
5

Modul Praktikum Biologi reproduksi 17


Modul Praktikum Biologi reproduksi 18
MATA KULIAH : BIOLOI REPRODUKSI
POKOK BAHASAN : Proses Kehamilan dan Tumbuh Kembang fetus
SEMESTER : II (dua)

LEARNNG OUTCOME
Setelah mengikuti Pembelajaran ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan definisi Proses Kehamilan
2. Menjelaskan definisi Tumbuh Kembang Fetus

DASAR TEORI

1. Proses Kehamilan
Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma laki laki
(Fertilisasi). Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara
pembelahan sel secara besar besaran) menjadi embrio. Pembuahan itu sendiri berlangsung
setelah terjadinya hubungan seksual (persetubuhan) antar lawan jenis, meskipun tidak semua
hubungan seksual akan menghasilkan pembuahan.

Pembuahan hanya dapat terjadi ketika wanita sedang dalam masa subur. Pada masa itu,
seorang wanita akan melepaskan sel telur yang sudah matang dan siap dibuahi. Dalam
keadaan normal, seorang pria akan mengeluarkan jutaan sperma saat melakukan
persetubuhan. Dari berjuta juta sel sperma tersebut hanya satu yang akan berhasil
membenamkan diri ke dalam dinding sel telur yang sudah masak, dan menyatukan dua inti
sel. Sel yang telah dibuahi akan membelah diri. Mula mula menjadi 2 lalu 4, 8, 16 dan
seterusnya. Seminggu setelah pembuahan, kelompok sel yang terus tumbuh itu telah sampai
di dalam rongga rahim dan melekat diri di dinding rahim ( Nidasi ). Bila berlangsung normal,
proses kehamilan akan berjalan terus sampai janin siap untuk dilahirkan ke dunia

KONSEPSI atau FERTILISASI terjadi pada saat sebuah sperma melakukan penetrasi
pada SEL TELUR YANG TELAH MATANG.

Untuk memahami proses konsepsi atau fertilisasi, ikutilah peroses pertumbuhan dan
perkembangan sebuah sel telur menjadi MUDIGAH.
a. OVULASI

2. Tumbuh Kembang Fetus

Modul Praktikum Biologi reproduksi 19


PETUNJUK KERJA
1. Baca dan pelajari terlebih dahulu pelaksanaan prosedur
2. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis
3. Bekerja secara hati – hati dan teliti
4. Tanyakan pada dosen pembimbing bila terdapat hal – hal yang kurang dimengerti

KESELAMATAN KERJA

Sebelum melakukan tindakan, pastikan semua alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan siap pakai.

PERALATAN/PERLENGKAPAN DAN BAHAN

1. Alat tulis
2. Poster Sel

PROSEDUR KERJA

Tugas Mandiri :
1. Lengkapi penjelasan gambar di bawah ini !

No Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8

2. Gambarkan skema tahapan proses produksi ASI !

Modul Praktikum Biologi reproduksi 20


Modul Praktikum Biologi reproduksi 21
Modul Praktikum Biologi reproduksi 22
MATA KULIAH : BIOLOI REPRODUKSI
POKOK BAHASAN : Hukum Mendel dan Hereditas Mamire
SEMESTER : II (dua)

LEARNNG OUTCOME
Setelah mengikuti Pembelajaran ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan Hukum Mendel I & II
2. Menjelaskan Hereditas Mamire

DASAR TEORI

3. Hukum Mendel
b. Hukum Mendel I

Menyatakan bahwa pada waktu pembentukan gamet, terjadi pemisahan alel secara acak (The
Law of Segregation of Allelic Genes). Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, gen merupakan
bagian dari DNA yang terdapat dalam kromosom. Pasangan kromosom homolog mengandung
pasangan gen (terdiri dari 2 alel). Pada pembentukan gamet secara meiosis, pasangan-pasangan
gen pada kromosom homolog saling berpisah (tahap Anafase). Pada akhir meiosis, setiap sel
gamet yang dihasilkan hanya memiliki satu alel dari pasangan gen saja (pelajari kembali tentang
gametogenesis). Proses pemisahan gen inilah yang disebut segregasi gen.

Hukum ini diperoleh dari hasil perkawinan monohibrid, yaitu persilangan dengan satu sifat beda.
Mendel melakukan persilangan antara tanaman ercis biji bulat dengan tanaman ercis biji
berkerut.Hasilnya semua keturunan F1 berupa tanaman ercis biji bulat. Selanjutnya dilakukan
persilangan antar keturunan F1 untuk mendapatkan keturunan F2. Pada keturunan F2 didapatkan
perbandingan fenotip 3 biji bulat : 1 biji berkerut.

P1 : ♀ BB × ♂ bb
(biji bulat) (biji keriput)
Gamet : B b
F1 : Bb
( biji bulat)
F1 x F1 : ♀ Bb × ♂ Bb
(biji bulat) ( biji bulat)
Gamet : B B
b b

F2 :

B b

BB Bb
B
bulat bulat
Bb Bb
B
bulat keriput
Perbandingan fenotip bulat : berkerut = 3 : 1

Modul Praktikum Biologi reproduksi 23


Perbandingan genotip BB : Bb : bb = 1 : 2 : 1

Berdasarkan hasil perkawinan yang diperoleh dalam percobaannya, Mendel menyimpulkan


bahwa pada waktu pembentukan gamet-gamet, gen akan mengalami segregasi (memisah)
sehingga setiap gamet hanya akan menerima sebuah gen saja. Kesimpulan itu dirumuskan
sebagai hukumI Mendel yang dikenal juga dengan hukum Pemisahan Gen yang Sealel.

c. Hukum Mendel II

Hukum Mendel II dikenal sebagai Hukum Asortasi, hukum berpasangan atau penggabungan
secara bebas (The Law of Independent Assortment of Genes). Hukum ini menyatakan bahwa
pada saat pembentukan sel-sel gamet, gen-gen yang tidak sealel akan mengelompok secara
bebas setelah memisah dari gen yang sealel. Gen untuk satu sifat/karakter tidak akan
berpengaruh pada gen untuk sifat/karakter yang lain yang tidak sealel karena gen-gen yang
bukan alelnya mempunyai karakter yang berbeda.

Hukum Mendel ini ditemukan ketika Mendel menyilangkan kacang ercis dengan mengamati
lebih dari satu sifat beda. Disilangkan galur murni kacang ercis berbiji bulat kuning dengan galur
murni kacang ercis berbiji keriput warna hijau. Persilangan dengan mengamati dua sifat beda ini
disebut persilangan dihibrid. Bulat (B) dominan terhadap keriput (b), kuning (K) dominan
terhadap hijau (h). Diperoleh keturunan F1 semuanya berbiji bulat warna kuning (BbKk). Jika
F1 mengadakan penyerbukan sesamanya diperoleh F2, ternyatadiperoleh keturunan F2 yang
sebagian tidak sama dengan induknya

4. Hereditas
1) Determinasi seks (penentuan jenis kelamin)
a) Tipe XY
Tipe penentuan seks ini dapat dijumpai pada lalat buah, manusia, tumbuh-tumbuhan
berumah dua, dan pada hewan menyusui. Pada nukleus lalat buah terdapat 8 buah
kromosom (4 pasang) yang terdiri dari 3 pasang kromosom tubuh (autosom) dan 1 pasang
kromosom seks. Kromosom seks pada lalat betina mempunyai 2 kromosom X (bentuknya
batang lurus), sedangkan pada lalat jantan terdiri dari kromosom X dan kromosom Y (lebih
pendek dari kromosom X dan salah satu ujungnya membengkok). Formula kromosom lalat
buah betina adalah 8XX (3 pasang kromosom atau 6 buah autosom + 1 pasang kromosom
X), sedangkan lalat buah jantan adalah 8XY (3 pasang kromosom autosom + 1 kromosom
X + 1 kromosom Y).

Jumlah kromosom pada manusia adalah 46 buah (23 pasang). Pada wanita, terdapat 22
pasang autosom dan 1 pasang kromosom X (46XX), sedangkan pada laki-laki terdapat 22
pasang autosom, 1 kromosom X, dan 1 kromosom Y (46XY). Pada gametogenesis,
dihasilkan ovum (sel telur) haploid sehingga mengandung 22 autosom(11 pasang) dan 1
kromosom X. Pada spermatogenesis dihasilkan spermatozoa yang mengandung 22 autosom
dan 1 kromosom X sertaspermatozoa yang mengandung 22 autosom dan 1 kromosom Y.

Modul Praktikum Biologi reproduksi 24


b) Tipe XO
Tipe XO ini dijumpai pada serangga seperti belalang (Ordo Orthoptera) dan kepik (Ordo
Hemiptera). Pada belalang tidak dijumpai adanya kromosom Y sehingga hanya mempunyai
kromosom X saja. Oleh karena itu, belalang jantan bertipe XO dan belalang betina bertipe
XX (mempunyai sepasang kromosom X).

c) Tipe ZW
Tipe ini dijumpai pada serangga (kupu-kupu), beberapa jenis ikan dan reptil. Berbeda
dengan tipe seks pada manusia dan lalat buah yang homogametik (terdiri dari kromosom
kelamin yang sama) pada betina atau wanita, tipe seks ZW pada betina bersifat
heterogametik (terdiri dari kromosom kelamin yang berbeda). Agar tidak terjadi kekeliruan
dengan tipe penentuan kelamin XY, maka digunakan Z dan W. Oleh karena itu, yang betina
mempunyai tipe ZW (atau XY) dan yang jantan mempunyai tipe ZZ (atau XX).

d) Tipe ZO
Tipe ZO dijumpai pada unggas seperti ayam dan itik. Unggas betina juga bersifat
heterogametik, yaitu hanya mempunyai satu kromosom X saja, sehingga tipenya adalah ZO
atau XO. Unggas jantan bersifat homogametik, sehingga tipenya adalah ZZ atau XX.

2) Gagal Berpisah ( non-disjunction)


Pada saat pembentukan gamet (pembelahan meiosis), kromosom dapat mengalami gagal
berpisah sehingga jumlah kromosom menjadi berubah. Kromosom dapat gagal berpisah dengan
kromosom homolognya pada saat meiosis I. Selain itu, kromatid dalam satu kromosom juga
dapat gagal berpisah pada saat meiosis II.

Gagal berpisah dapat mengakibatkan gamet atau individu yang baru lahir mempunyai kelainan
jumlah kromosom. Contoh akibat gagal berpisah adalah aneuploidi dan poliploidi.Aneuploidi
adalah individu yang memiliki kekurangan atau kelebihan satu kromosom dari kromosom
tetuanya. Aneuploidi mengakibatkan perubahan fenotip pada individu, misalnya individu yang
mempunyai kromosom monosomi (2n – 1) atau trisomi (2n + 1). Sedangkan, poliploidi adalah
individu yang mempunyai kelipatan jumlah kromosom tetuanya. Poliploidi misalnya gamet
diploid bertemu dengan gamet haploid menjadi triploid (3n), atau dua gamet diploid bersatu
membentuk individu tetraploid.

Hal-hal apa sajakah yang menyebabkan gagal berpisah? Gagal berpisah tersebut kemungkinan
dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

a) Adanya virus atau kerusakan akibat radiasi. Pengaruh ini akan mudah terlihat pada wanita
yang telah berumur tua.
b) Kandungan antibodi tiroid yang tinggi
c) Sel telur dalam saluran telur yang tidak segera dibuahi akan mengalami kemunduran. Oleh
karena itu, risiko melahirkan anak yang cacat akan dialami oleh wanita berumur lebih dari
25 tahun.

3) Pautan gen (gen linkage)


Modul Praktikum Biologi reproduksi 25
Pautan gen merupakan salah satu penyimpangan terhadap hukum Mendel. Pada peristiwa ini,
dua gen atau lebih terletak pada satu kromosom dan tidak dapat memisahkan diri secara bebas.
Hal ini terjadi karena gen-gen yang mengendalikan dua sifat beda terletak pada kromosom yang
sama dengan letak lokus yang berdekatan.

Contoh peristiwa pautan terdapat pada Drosophila melanogaster, yang dilaporkan pertama kali
oleh T.H. Morgan. Drosophila melanogaster memiliki empat pasang kromosom dalam inti
selnya dan memiliki banyak gen yang semua berada pada kromosom sehingga tiap kromosom
mengandung banyak gen. Fakta menjelaskan bahwa faktor pembawa sifat panjang sayap dan
lebar abdomen terletak pada kromosom yang sama dan diturunkan bersama-sama. Dengan
perkataan lain, gen yang mengatur ukuran panjang sayap bertaut dengan gen yang mengatur
ukuran lebar abdomen.

4) Pindah silang (crossing over)


Pindah silang adalah pertukaran segmen antara dua kromosom homolog. Peristiwa ini
berlangsung pada saat kromosom homolog berpasangan dalam profase I meiosis, yaitu pada saat
pakiten. Pakiten merupakan saat seluruh bagian kromosom berpasangan pada jarak yang paling
dekat. Titik kontak dari kromosom-kromosom yang bersentuhan dinamakan kiasma. Pindah
silang akan menghasilkan kromosom rekombinan yang merupakan hasil penyeberangan
fragmen-fragmen kromosom ke kromosom homolog tetangganya. Pautan gen dapat dipisahkan
oleh peristiwa pindah silang pada semua titik sepanjang kromosom.

5. Hereditas Pada Manusia


Telah diketahui bersama bahwa manusia satu dengan manusia lainnya di dunia ini tentunya tidak ada
yang sama persis (benar-benar identik). Penyebabnya ialah adanya materi genetik yang mempunyai
sifat-sifat berbeda antarindividu. Dalam ilmu tentang materi genetik (genetika), telah banyak
dipelajari tentang peristiwa penurunan sifat, baik pada tumbuhan, hewan, maupun manusia. Di antara
objek yang dipelajari dalam genetika tersebut, genetika manusia paling lambat perkembangannya
dibandingkan pada hewan dan tumbuhan. Beberapa hambatan yang menyebabkan lambatnya
perkembangan tersebut, antara lain: sulitnya mencari objek (manusia) untuk penelitian, sulitnya
mengarahkan manusia dalam mencapai tujuan atau keinginan peneliti, sulitnya mengamati
perkembangan sifat manusia yang mengarah pada tujuan peneliti, keturunan manusia yang relatif
lebih sedikit dibandingkan hewan dan tumbuhan karena umur atau siklus hidup manusia lebih
panjang, serta lingkungan manusia yang tidak mudah bahkan tidak dapat dikontrol.

Setelah kita mengetahui adanya beberapa hambatan dalam perkembangan genetika manusia,
bagaimanakah cara yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut? Cara-cara untuk mengatasi
masalah tersebut dapat dilakukan dengan membuat peta silsilah keluarga atau keturunan (pedegree
chart) dan menerapkan hasil percobaan hewan pada manusia. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan
mempelajari adanya fenomena-fenomena pada manusia seperti munculnya anak kembar hasil
perkawinan. Kita tentunya pasti telah mengetahui hal apa saja yang diwariskan pada manusia,
bukan? Ya, sifat-sifat pada manusia yang dapat diwariskan meliputi: jenis kelamin, kelainan atau
cacat menurun, dan golongan darah. Selain itu, ada juga ekspresi gen-gen (genotip) yang ditentukan
oleh jenis kelamin. Peristiwa pembentukan jenis kelamin pada manusia telah dibahas sebelumnya.

Modul Praktikum Biologi reproduksi 26


Oleh karena itu, pada uraian berikut akan kalian pelajari tentang tiga hal yang diwariskan pada
manusia.

 Sifat/Cacat Menurun Autosomal


Beberapa sifat/cacat menurun yang terpaut pada kromosom tubuh (autosom) adalah
sebagai berikut.
a) Albinisme
Albinisme merupakan cacat menurun dimana seseorang tidak mempunyai tirosin yang akan
diubah menjadi pigmen melanin. Akibatnya alis, rambut, dan kulit tampak putih (albino),
dan matanya peka terhadap cahaya. Gen penyebab albino bersifat resesif, sedangkan alel
dominannya mengendalikan sifat normal. Seorang anak albino lahir dari pasangan suami
isteri yang masing-masing membawa gen albino (carrier)

P    :    Aa        x      Aa


F    :    AA        : normal
          2Aa       : normal (carrier)
          aa         : albino

b) Idiot/Imbisil

Cacat menurun ini disebabkan karena seseorang tidak punya enzim yang mengubah
fenilalanin menjadi tirosin. Akibatnya terjadi penimbunan fenilalanin dalam darah dan
diubah menjadi asam fenilpiruvat. Tingginya kadar fenilpiruvat menghambat
perkembangan dan fungsi otak. Kelainan ini sering disebut phenilketouria (PKU) karena
banyaknya kandungan residu fenilpiruvat yang terdapat pada urine.

Anak yang idiot/imbisil memiliki ciri sebagai berikut:


 IQ rendah
 gerakan lambat
 rambut sering kekurangan pigmen
 dalam urine dijumpai residu fenilpiruvat

Seorang anak idiot dilahirkan dari pasangan suami isteri yang keduanya membawa gen
resesif.
P    :    Ii    x    Ii
F    :    II    : normal
         2Ii    : normal (carrier)
           ii    : idiot

c) Thallasemia

Modul Praktikum Biologi reproduksi 27


Thallasemia merupakan kelainan dimana sel darah merah seseorang berbentuk tidak
beraturan, kadar Hb sedikit sehingga penderita sering kekurangan oksigen
(hipoksemia). Cacat ini disebabkan oleh gen dominan.

Ada dua jenis thallasemia, yaitu thallasemia mayor (ThTh) dan thallasemia minor
(Thth). Sel darah merah penderita thallasemia mayor semua berbentuk tidak
beraturan dan umumnya lethal. Sedangkan pada penderita thallasemia minor
sebagian sel darah merahnya berbentuk tak beraturan. Penderita bisa bertahan hidup
dengan melakukan transfusi reguler.

Penderita thallasemia mayor lahir  dari perkawinan antar penderita thallasemia


minor.
P    :     Thth    x    Thth
F    :    ThTh   : thallasemia mayor
        2Thth  : thallasemia minor
        thth  : normal

d) Golongan Darah

Ada banyak klasifikasi golongan darah, diantaranya adalah golongan ABO, Rhesus,
dan MN. Dua yang pertama memiliki nilai medis, sedang yang terakhir tidak.
Ketiga golongan tersebut ditemukan oleh K. Landsteiner.

 Golongan ABO
Golongan ini membagi golongan darah menjadi empat, yaitu A, B, AB, dan O,
didasarkan pada adanya jenis antigen tertentu pada sel darah yang disebut
isoaglutinogen. Susunan genotif dan kemungkinan gamet yang dibentuk dapat dilihat
pada tabel berikut.

Golongan darah ABO dikendalikan oleh alela ganda IA, IB, dan IO. IA dan IB
kodominan, dan keduanya dominan terhadap IO.

Modul Praktikum Biologi reproduksi 28


Contoh: perkawinan antara pria golongan A heterozigot dengan wanita B heterozigot.
P  :    IAIO        x        IBIO
G   :    IA , IO                 IB , IO
F    :    IAIB    : golongan AB
        IAIO    : golongan A
        IBIO    : golongan B
        IOIO    : golongan O

 Golongan Rhesus
Golongan ini dinamakan berdasar nama kera dari India, Macacus rhesus, yang
dulu sering digunakan untuk mengetes darah orang.

Golongan darah ini ada dua yaitu Rhesus + dan Rhesus -. Susunan genotif dan
kemungkinan gamet dapat dilihat pada tabel berikut.

Golongan Rhesus ini memiliki arti penting pada perkawinan. Bila seorang pria
Rhesus + menikah dengan wanita Rhesus -, kemungkinan anaknya menderita
eritroblastosis fetalis (penyakit kuning bayi).

Contoh: perkawinan antara pria Rh + dengan wanita Rh –


P  :    pria Rhesus +        x         wanita Rhesus –
        RhRh                     rhrh
G    :    Rh                        rh
F    :    Rhrh  Rhesus +    (eritroblastosis fetalis)

Kasus eritroblastosis: perhatikan bahwa eritrosit anak golongan Rh+ digumpalkan oleh antibodi ibu (warna putih) yang
bergolongan Rh- ketika dalam kandungan

 Golongan MN

Golongan ini tidak memiliki nilai medis karena hanya dijumpai antigen penentu
golongan dalam eritrosit dan tidak dijumpai antibodi dalam plasma.

Golongan ini dikendalikan oleh gen IM dan IN kodominan satu sama lain. Susunan
genotif dan kemungkinan gamet dapat dilihat pada tabel berikut.

Modul Praktikum Biologi reproduksi 29


Contoh: perkawinan antara pria golongan M (homozigot) dengan wanita golongan N
(homozigot)
P  :    pria golongan M        x    wanita golongan N
            IMIM                     ININ
G    :         IM                     IN
F    :        IMIN    : golongan MN

 Sifat/Cacat Menurun Gonosomal

Sifat yang diturunkan terpaut kromosom sex (gonosom) dibedakan menjadi dua, yaitu
terpaut kromosom X dan terpaut kromosom Y. Gen yang terpaut kromosom X dapat
diturunkan pada anak perempuan dan anak laki-laki, tetapi fenotif yang muncul
bergantung pada susunan genotifnya. Sedangkan gen yang terpaut kromosom Y hanya
diturunkan pada anak laki-laki.

a) Cacat menurun yang terpaut kromosom X

Dua contoh cacat menurun yang terpaut kromosom X adalah hemofili dan butawarna.
 Hemofili

Hemofili merupakan suatu kelainan dimana darah seseorang sulit untuk


membeku. Penyakit ini disebabkan gen resesif h, sedangkan sifat normal
dikendalikan oleh gen H. Seorang wanita normal memiliki dua gen H pada
masing-masing kromosom X. Bila salah satu kromosom X terdapat gen h, wanita
ini termasuk wanita normal tetapi membawa sifat hemofili (carrier). Bila pada
kedua kromosom X terdapat gen h wanita tersebut menderita hemofili dan
umumnya lethal. Pria menderita hemofili bila pada kromosom X-nya terdapat gen
h, dan normal bila terdapat gen H. Seorang anak laki-laki hemofili dapat lahir dari
ibu carrier.

Modul Praktikum Biologi reproduksi 30


Menurut sejarah, wanita pertama carrier hemofili adalah Ratu Victoria. Disebut
pertama karena silsilah di atas Ratu Vicotria tidak diketahui. Pangeran Andrew
mewarisi gen ini dari ibunya dan meninggal saat kecelakaan dengan luka yang
tidak seberapa parah.

P   :    pria normal    x     wanita carrier


            XHY                       XHXh
G   :        XH, Y            XH, Xh
H H
F :    X X     : wanita normal                 XHY    : pria normal
          XHXh     : wanita normal carrier       Xhy   : pria hemofili

 Butawarna (colorblind)

Butawarna merupakan cacat menurun dimana seseorang tidak bisa membedakan


warna. Umumnya tidak bisa membedakan warna merah dan hijau (dikromatis).
Sedangkan pada butawarna total orang tidak bisa melihat warna. Kelainan ini juga
disebabkan gen resesif c, sedangkan sifat normal dikendalikan gen dominan C.

Anak perempuan buta warna dapat dilahirkan dari pria butawarna yang menikah
dengan wanita carrier.
P  :    pria butawarna        x        wanita carrier
               XcY                                 XCXc
G  :     Xc, Y                            XC, Xc
F   :    XCXc   : wanita normal carrier
         XcXc   : wanita butawarna
          XCY    : pria normal
          XcY     : pria butawarna

 Cacat menurun yang terpaut kromosom Y

Gen-gen yang terpaut pada kromosom Y hanya diwariskan pada anak laki-laki,
oleh karena itu sering disebut sebagai gen holandrik.

Contoh dari cacat yang terpaut kromosom Y adalah: hypertrichosis,


hystrixgraviour, dan webbedtoes. Ketiganya disebabkan oleh gen resesif.
Hypertrichosis

Seorang pria dengan hypertrichosis

Modul Praktikum Biologi reproduksi 31


Gen ht yang terdapat pada kromosom Y menyebabkan tumbuhnya rambut di tepi
daun telinga. Kelainan seperti ini banyak dijumpai pada para pria Pakistan.
P   :    XYht    x     XX
F   :   XYht   : laki-laki hypertrichosis
       XYht    : laki-laki hypertrichosis

b) Hystrixgraviour

Kelainan ini disebabkan oleh gen hg yang menyebabkan tumbuhnya rambut panjang
dan kaku di seluruh tubuh (penyakit bulu landak). Sifat normal dikendalikan gen Hg.

c) Webbedtoes
Merupakan kelainan dimana pada jari terutama kaki tumbuh selaput seperti kaki
katak. Penyebabnya adalah gen wt, sedangkan sifat normal dikendalikan gen Wt.

Labels : pautan sex, gen holandrik, hipertrichosis, thalasemia, golongan darah,


hemofili, butawarna, fenilketouria, albino, hereditas pada manusia

PETUNJUK KERJA
1. Baca dan pelajari terlebih dahulu pelaksanaan prosedur
2. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis
3. Bekerja secara hati – hati dan teliti
4. Tanyakan pada dosen pembimbing bila terdapat hal – hal yang kurang dimengerti

KESELAMATAN KERJA

Sebelum melakukan tindakan, pastikan semua alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan siap pakai.

PERALATAN/PERLENGKAPAN DAN BAHAN

1. Alat tulis
2. Poster Sel

Modul Praktikum Biologi reproduksi 32


PROSEDUR KERJA

Tugas Mandiri :
 Buat ilustrasi Hukum Mendel 1
 Buat skema perkawinan silang pada manusia berdasarkan hokum mendel !
 Huruf berapakah dibawah ini sesuai no urutannya ?!

No Jawaban
1
2
3
4
5
6

Modul Praktikum Biologi reproduksi 33


Modul Praktikum Biologi reproduksi 34
MATA KULIAH : BIOLOI REPRODUKSI
POKOK BAHASAN : Fisiologi Kehamilan dan Persalinan
SEMESTER : II (dua)

LEARNNG OUTCOME
Setelah mengikuti Pembelajaran ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan definisi kehamilan
2. Menjelaskan definisi fisiologi kehmailan normal
3. Menjelaskan definisi proses persalinan normal

DASAR TEORI

1. Definisi kehamilan
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi yang berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan (sarwono 2011).

2. Fisiologi kehamilan normal


a. Uterus akan membesar pada bulan-bulan  pertama dibawa pengaruh estrogen dan progesterone
yang kadarnya meningkat. Pada kehamilan 18 minggu uterus membesar sebesar telur bebek pada
kehamilan 12 minggu sebesar telur angsa. Pada kehamilan 16 minggu sebesar kepala bayi dan
semakin membesar sesuai dengan usia kehamilan dan ketika usia kehamilan aterm dan
pertumbuhan janin normal.
b. Payudara pembesaaran putting susu dan pengeluaran kolostrum (mulai terlihat atau dapat
diekspresikan sejak kehamilan memasuki usia 12 minggu (Asrinah, 2010).
c. Vulva vagina vulva dan vagina mengalami perubahan akibat hormone estrogen. Adanya
hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah dan agak kebiru-biruan
(livide).
d. Ovarium dan Tuba Fallopi Selama Kehamilan ovulasi berhenti karena adanya peningkatan
estrogen dan progesterone yang menyebabkan penekanan sekresi FSH dan LH dari hipofisis
anterior.
e. Perubahan perkemihan Selama kehamilan Sistem perkemihan mengalami berbagai perubahan
structural dan fungsional dengan banyaknya perubahan stuktural yang bertahan dengan baik
sampai periode postpartum.
f. Perubahan system pernafasan Kehamilan mempengaruhi perubahan system pernafasan pada
volume paru-paru dan ventilasi.Perubahan tersebut terjadi karena pengaruh hormonal dan
biokimia, maka dari sebab itu ibu merasa susah bernafas.
g. Perubahan serviks uteri Vaskularasi ke serviks meningkat selama kehamilan, sehingga serviks
menjadi lunak dan warnanya lebih biru. Perubahan serviks terutama terdiri atas jaringan fibrosa.
Glandula servikalis mensekresikan lebih banyak muncus dan plak bahan mucus yang akan
menutupi kanalis servikalis.Fungsi utama dari plak mucus ini adalah untuk menutup kanalis
servikalis dan untuk memperkecil resiko infeksi genital yang meluas keatas.Menjelang kehamilan
kehamilan kadar hormone relaksin memberikan pengaruh perlunakan kandungan kolagen pada
serviks.

3. Fisiologi Proses Persalinan Normal


a. PERSALINAN / PARTUS
Modul Praktikum Biologi reproduksi 35
Adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus melalui
vagina atau jalan lain ke dunia luar.

Partus normal / partus biasa


Bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala / ubun-ubun kecil, tanpa memakai
alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi),
berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.

Partus abnormal
Bayi lahir melalui vagina dengan bantuan tindakan atau alat seperti versi / ekstraksi, cunam,
vakum, dekapitasi, embriotomi dan sebagainya, atau lahir per abdominam dengan sectio
cesarea.
Beberapa istilah
Gravida : wanita yang sedang hamil
Para : wanita pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable)
In partu : wanita yang sedang berada dalam proses persalinan

b. SEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN


1) Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun mendadak, nutrisi
janin dari plasenta berkurang.
(pada diagram, dari Lancet, kok estrogen meningkat ?)
2) Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi stimulasi
(pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.
3) Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin merangsang
terjadinya kontraksi.
4) Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen
mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi
pencetus rangsangan untuk proses persalinan (DIAGRAM)

c. PERSALINAN DITENTUKAN OLEH 3 FAKTOR “P” UTAMA


1) Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan kardiovaskular
respirasi metabolik ibu.
2) Passage
Keadaan jalan lahir
3) Passanger
Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomik mayor)
(++ faktor2 “P” lainnya : psychology, physician, position)
Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor “P” tersebut, persalinan
normal diharapkan dapat berlangsung.

d. PEMBAGIAN FASE / KALA PERSALINAN


a) Kala 1
Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala pembukaan)
Modul Praktikum Biologi reproduksi 36
b) Kala 2
Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)
c) Kala 3
Pengeluaran plasenta (kala uri)
d) Kala 4
Masa 1 jam setelah partus, terutama untuk observasi

e. HIS
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari daerah
fundus uteri di mana tuba falopii memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat
dari ‘pacemaker’ yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut.

Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal mengarah ke daerah lokus
minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan laihir) yang membuka, untuk mendorong isi
uterus ke luar.

1) Terjadinya his, akibat :


 kerja hormon oksitosin
 regangan dinding uterus oleh isi konsepsi
 rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi.

2) His yang baik dan ideal meliputi :


 kontraksi simultan simetris di seluruh uterus
 kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus
 terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi.
 terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his
 serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung
serabut otot,akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian terbuka
secara pasif dan mendatar (cervical effacement). Ostium uteri eksternum dan
internum pun akan terbuka.

3) Nyeri persalinan pada waktu his dipengaruhi berbagai faktor :


 iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleksus
hipogastrikus diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi nyeri.
 peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneum, menjadi
rangsang nyeri.
 keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas/ anxietas, atau
eksitasi).
 prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress
Pengukuran kontraksi uterus
 amplitudo : intensitas kontraksi otot polos : bagian pertama peningkatan agak cepat,
bagian kedua penurunan agak lambat.
 frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit)
 satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan / mmHg terhadap frekuensi).

4) Sifat his pada berbagai fase persalinan


Modul Praktikum Biologi reproduksi 37
 Kala 1 awal (fase laten)
Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks
terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.

 Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir


Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi
2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm).

 Kala 2
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga
akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu
kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu,
dengan kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk
mengeluarkan bayi.

 Kala 3
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun.
Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap
menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).

f. PERSALINAN KALA 1 :

FASE PEMATANGAN / PEMBUKAAN SERVIKS


DIMULAI pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur, makin
lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang
tidak lebih banyak daripada darah haid.

BERAKHIR pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio
serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala
I.

Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.


Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam. Fase
aktif terbagi atas :
a. fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
b. fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
c. fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).

1. Peristiwa penting pada persalinan kala 1


keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang
selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler
serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.

Modul Praktikum Biologi reproduksi 38


2. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar.
3. selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini
jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).

Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida berbeda


dengan pada multipara :
a) pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum terjadi pembukaan
– pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga
langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan
b) pada primigravida, ostium internum membuka lebih dulu daripada ostium eksternum
(inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah) – pada
multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium
tampak berbentuk seperti garis lebar)
c) periode kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14
jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida
memerlukan waktu lebih lama.

g. PERSALINAN KALA 2 :

FASE PENGELUARAN BAYI


DIMULAI pada saat pembukaan serviks telah lengkap.
BERAKHIR pada saat bayi telah lahir lengkap.
His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, sangat kuat.

Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala 2.
a. Peristiwa penting pada persalinan kala 2
b. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul.
c. Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat.
d. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)
e. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis
sebagai sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.
f. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan lahir
(episiotomi).
Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam.

Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala
a. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu
atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu atas panggul
(asinklitismus anterior / posterior).
b. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari daerah
fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding
perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
c. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari
diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus
(belakang kepala).

Modul Praktikum Biologi reproduksi 39


d. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun
kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia
interspinarum dengan diameter biparietalis.
e. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati
bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi,
hidung, mulut, dagu.
f. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu
rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di
bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
g. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah.
Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan
belakang, tungkai dan kaki.

h. PERSALINAN KALA 3 :

FASE PENGELUARAN PLASENTA


DIMULAI pada saat bayi telah lahir lengkap.
BERAKHIR dengan lahirnya plasenta.

a. Kelahiran plasenta
 lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran plasenta dari
kavum uteri.
b. Lepasnya plasenta dari insersinya
 mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi /
marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga
serempak sentral dan marginal.

Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi,
sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah. Pada keadaan normal, kontraksi
uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas pusat. Plasenta lepas spontan 5-15
menit setelah bayi lahir. (jika lepasnya plasenta terjadi sebelum bayi lahir, disebut
solusio/abruptio placentae – keadaan gawat darurat obstetrik !!).

i. KALA 4 :

OBSERVASI PASCAPERSALINAN
Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan observasi.

7 pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 :


a. kontraksi uterus harus baik,
b. tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,
c. plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
d. kandung kencing harus kosong,
e. luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,
f. resume keadaan umum bayi, dan resume keadaan umum ibu.
Modul Praktikum Biologi reproduksi 40
PETUNJUK KERJA
1. Baca dan pelajari terlebih dahulu pelaksanaan prosedur
2. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis
3. Bekerja secara hati – hati dan teliti
4. Tanyakan pada dosen pembimbing bila terdapat hal – hal yang kurang dimengerti

KESELAMATAN KERJA

Sebelum melakukan tindakan, pastikan semua alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan siap pakai.

PERALATAN/PERLENGKAPAN DAN BAHAN

1.Alat tulis
2.Poster Sel

PROSEDUR KERJA

Tugas Mandiri :
1. Sebutkan perbedaan kehamilan pasti dan kehamilan tidak pasti !
2. Jelaskan proses penurunan kepala pada proses persalinan ormal !
3. Lengkapi keterangan pada gambar disamping !

No Kterangan
1
2
3
4
5
6
7
8

Modul Praktikum Biologi reproduksi 41


MATA KULIAH : BIOLOI REPRODUKSI
POKOK BAHASAN : Struktur Payudara dan fisiologi laktasi
SEMESTER : II (dua)

LEARNNG OUTCOME
Setelah mengikuti Pembelajaran ini mahasiswa mampu :
3. Menjelaskan definisi Anatomi dan Fisologi Payudara
Modul Praktikum Biologi reproduksi 42
4. Menjelaskan definisi fisiologi laktasi

DASAR TEORI

2. Anatomi dan Fisologi Payudara


a. Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi
dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang
kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui
800 gram. Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
1) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2) Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3) Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

Payudara (mammae, susu) adalah kalenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi
dari payudara adalah memproduksi susu untuk menutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang
kalenjar payudara, yang beratnya lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800
gram.

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :


1) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar
2) Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah
3) Papilla atau puting, yaaitu bagian yang menonjol di puncak payudara

b. Korpus
1) Korpus alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel
aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah
2) Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
3) Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.
4) ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus
bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus)

c. Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam
puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran
terdapat ototpolos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

d. Papilla atau putting


Bagian yang menojol yang dimasukan ke mulut bayi untuk aliran air susu

3. Fisiologis laktasi

Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI Biasanya belum keluar
karea masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca perasalinan,
kadar estrogen dan progestero menurun drastic, sehingga prolaktin lebih dominan dan pada saat

Modul Praktikum Biologi reproduksi 43


inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting susu,
terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI lebih lancer.

Dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu prolaktin dan reflek aliran timbul
karena akibat perangsangan putting susu karena hisapan oleh bayi.

a. Reflek prolaktin

Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, terbatas
dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca
oersalinan, yaitu lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan
progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara
karena ujung-ujung syaraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini
dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran
faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu
sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga
keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.

Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai
penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan
bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar
prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3. Sedangkan pada ibi menyusui prolaktin
akan meningkat dalam keadaan seperti : stress atau pengaruh psikis, anestesi, operasi dan
rangsangan puting susu.

b. Reflek let down

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari
isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan
oksitosin. Melalui aliran darah hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi.
Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk
melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.

PETUNJUK KERJA
5. Baca dan pelajari terlebih dahulu pelaksanaan prosedur
6. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis
7. Bekerja secara hati – hati dan teliti
8. Tanyakan pada dosen pembimbing bila terdapat hal – hal yang kurang dimengerti

KESELAMATAN KERJA

Sebelum melakukan tindakan, pastikan semua alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan siap pakai.

Modul Praktikum Biologi reproduksi 44


PERALATAN/PERLENGKAPAN DAN BAHAN

3. Alat tulis
4. Poster Sel

PROSEDUR KERJA

Tugas Mandiri :
1. Lengkapi penjelasan gambar di bawah ini !

No Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8

3. Gambarkan skema tahapan proses produksi ASI !

Modul Praktikum Biologi reproduksi 45


MATA KULIAH : BIOLOI REPRODUKSI
POKOK BAHASAN : Struktur Payudara dan fisiologi laktasi
SEMESTER : II (dua)

LEARNNG OUTCOME
Setelah mengikuti Pembelajaran ini mahasiswa mampu :
5. Menjelaskan definisi Anatomi dan Fisologi Payudara
6. Menjelaskan definisi fisiologi laktasi

DASAR TEORI

Modul Praktikum Biologi reproduksi 46


4. Anatomi dan Fisologi Payudara
e. Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi
dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang
kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui
800 gram. Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
4) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
5) Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
6) Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

Payudara (mammae, susu) adalah kalenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi
dari payudara adalah memproduksi susu untuk menutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang
kalenjar payudara, yang beratnya lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800
gram.

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :


4) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar
5) Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah
6) Papilla atau puting, yaaitu bagian yang menonjol di puncak payudara

f. Korpus
5) Korpus alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel
aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah
6) Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
7) Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.
8) ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus
bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus)

g. Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam
puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran
terdapat ototpolos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

h. Papilla atau putting


Bagian yang menojol yang dimasukan ke mulut bayi untuk aliran air susu

5. Fisiologis laktasi

Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI Biasanya belum keluar
karea masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca perasalinan,
kadar estrogen dan progestero menurun drastic, sehingga prolaktin lebih dominan dan pada saat
inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting susu,
terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI lebih lancer.

Modul Praktikum Biologi reproduksi 47


Dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu prolaktin dan reflek aliran timbul
karena akibat perangsangan putting susu karena hisapan oleh bayi.

c. Reflek prolaktin

Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, terbatas
dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca
oersalinan, yaitu lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan
progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara
karena ujung-ujung syaraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini
dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran
faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu
sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga
keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.

Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai
penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan
bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar
prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3. Sedangkan pada ibi menyusui prolaktin
akan meningkat dalam keadaan seperti : stress atau pengaruh psikis, anestesi, operasi dan
rangsangan puting susu.

d. Reflek let down

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari
isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan
oksitosin. Melalui aliran darah hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi.
Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk
melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.

PETUNJUK KERJA
9. Baca dan pelajari terlebih dahulu pelaksanaan prosedur
10. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis
11. Bekerja secara hati – hati dan teliti
12. Tanyakan pada dosen pembimbing bila terdapat hal – hal yang kurang dimengerti

KESELAMATAN KERJA

Sebelum melakukan tindakan, pastikan semua alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan siap pakai.

PERALATAN/PERLENGKAPAN DAN BAHAN

5. Alat tulis

Modul Praktikum Biologi reproduksi 48


6. Poster Sel

PROSEDUR KERJA

Tugas Mandiri :
1. Lengkapi penjelasan gambar di bawah ini !

No Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8

4. Gambarkan skema tahapan proses produksi ASI !

Modul Praktikum Biologi reproduksi 49


DAFTAR PUSTAKA

Budiati, Herni.2009.Biologi untuk SMA & MA Kelas XII, Jilid 3. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Ferdinand.P, Fictor.,Ariebowo, Moekti.2009.Praktis belajar biologi3.Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Rachmawati, Faidah.,Urifah, Nurul.,Wijayati, Ari.2009. Biologi untuk SMA/MA Kelas XII
Program IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Rochmah, Siti Nur.,Widayati, Sri.,Miah, Mazrikhatul.2009.Biologi SMA dan MA Kelas XII.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sudjino. 2009.Biologi kelas XII untuk SMA dan MA/Langkah Sembiring. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
W.Ferial, Eddyman.2013.Biologi Reproduksi.Jakarta: Erlangga.
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 6-9)
Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Laktasi. Ahad, 6 September 2009; pukul 10:55 WIB
http://sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-payudara-dan-fisiologi-laktasi.html
Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta. (hlm:1-5)
Pusdiknakes, 2003. Buku 4: Asuhan Kebidanan Post Partum. (hlm: 14-17)
Roesli, U. 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara. (hlm: 4-8)

Modul Praktikum Biologi reproduksi 50

Anda mungkin juga menyukai