PENDAHULUAN
B. PRASYARAT
Sebelum mempelajari modul ini anda harus sudah lulus pada matakuliah sebelumnya.
Sebelum menggunakan modul ini anda harus memahami cara penggunaan modul. Modul ini
disusun untuk menjadi bahan belajar mandiri mahasiswa disamping proses pembelajaran di
kelas. Baca dengan hati – hati semua komponen modul dan ikuti langkah – langkah yang telah
diuraikan dalam modul ini. Jika ada beberapa hal yang tidak anda mengerti tanyakanlah kepada
dosen penanggung jawab mata kuliah. Setiap aktivitas dalam modul ini telah disusun secara
berurutan, maka dari itu pastikan anda telah mengikuti dan menyelesaikan aktivitas yang
diperintahkan dalam modul sebelum mengerjakan ke aktivitas berikutnya.
Tiap modul tersusun atas beberapa komponen sebagai berikut:
1. Tujuan Bagian ini berisikan keterampilan apa yang dapat anda lakukan setelah
mempelajari modul ini.
2. Uraian Tiap uraian materi terdiri dari:
Materi a. Pendahuluan yang berisikan penjelasan tentang masalah spesifik yang
dibahas.
b. Faktor – faktor yang dapat menyebabkan terjadinya masalah.
c. Cara mengidentifikasi masalah.
d. Cara menangani masalah.
e. Keterampilan klinis yang diharus anda kuasai.
3. Aktivitas Bagian ini mengajak anda untuk melakukan sebuah tindakan tertentu seperti
Mahasiswa diskusi, studi pustaka, atau praktek laboratorium untuk meningkatkan
pemahaman tentang masalah yang sedang dibahas.
4. Rangkuman Ringkasan dari uraian materi.
5. Evaluasi Bagian ini berisi pertanyaan – pertanyaan singkat yang disusun untuk
membantu anda menilai sendiri pemahaman anda tentang masalah yang
dibahas.
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan penerapan pembelajaran mata kuliah Farmakologi.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti proses pembelajaran praktikum, baik di laboratorium kelas maupun lapangan,
mahasiswa dapat :
1. Mempelajari obat utorotinika
2. Mempelajari obat anti perdarahan
3. Mempelajari obat analgetik
4. Mempelajari obat anti jamur
5. Mempelajari obat diuretika
6. Mempelajari obat antibiotika
7. Mempelajari obat anemia
8. Mempelajari obat anastesi
9. Mempelajari obat pre dan eklamsia
10. Mempelajari obat anti piretik
11. Mempelajari vitamin dan mineral
12. Mempelajari obat konvulsi
13. Mempelajari obat anti hipertensi
14. Mempelajari obat imunologi
E. PROSEDUR PENCAPAIAN
1. Kegiatan diikuti oleh seluruh mahasiswa yang dibagi dalam kelompok kecil
2. Setiap materi diberikan oleh tiap pembimbing yang berbeda dengan menggunakan metode demonstrasi
di laboratorium ketrampilan
3. Setelah mendapatkan seluruh materi praktikum, ketrampilan mahasiswa dievaluasi di akhir pertemuan.
F. BEBAN SKS
1 SKS Praktikum
I. MATERI
1. Obat utorotinika
2. Obat anti perdarahan
3. Obat analgetik
4. Obat anti jamur
5. Obat diuretika
6. Obat antibiotika
7. Obat anemia
8. Obat anastesi
9. Obat pre dan eklamsia
10. Obat anti piretik
11. Vitamin dan mineral
12. Obat konvulsi
13. Obat anti hipertensi
14. Obat imunologi
A. OBAT UTEROTONIKA
A. Pengertian Uterotonika
Uterotonika adalah obat yang dapat meningkatkan kontraksi otot polos uterus. Banyak
obat memeperlihatkan efek oksitosik, tetapi hanya beberapa saja yang kerjanya cukup
selektif dab dapat berguna dalam praktek keperawatan. Obat yanng bermanfaat itu ialah
oxytocin(oksitosin) dan derivatnya, alkaloid ergot dan derivatnya, dan beberapa
prostaglandin semisintetik. Obat- obat tersebut memperlihatkan respons bertingkat (graded
respons) pada kehamilan, mulai dari kontraksi uterus spontan, ritmis sampai kontraksi tetani.
Meskipun obat ini mempunyai efek farmakodinamik lain, tetapi manfaat dan bahayanya
terutama terhadap uterus. Derivat prostaglandin merupakan obat yang baru dikembangkan
tahun tujuh puluhan. Pembicaraan di sini terbatas pada efek Prostaglandin E dan F terhadap
uterus serta penggunaannya sebagai abortivum, dan oksitosin untuk induksi partus.
B. Fungsi Obat Uterotonika
Indikasi obat uterotonika adalah untuk:
a. Induksi partus aterm
1. 10 unit oksitosin dilarutkan dalam satu liter dekstrosa 5%=10 ml unit/ml diberikan
melalui infus dengan kecepatan 0,2 ml/mnt
2. Jika tidak ada respon selama 15 menit, kecepatan dinaikkan sampai 2 ml/ mnt
b. Mengontrol PPP
1. Penggunaan oksitosin sudah tidak dianjurkan lagi
2. Penggunaan ergonovine atau metilergonovine lebih disukai karena toksisitasnya rendah,
durasi lama, dosis 0,2 – 0,3 mg IM/ 0,2 IV
3. Pilihan lain PGF2α 250 µg IM
c. Abortus terapeutik
A. Pengertian Perdarahan
Perdarahan adalah suatu kejadian dimana keluarnya darah dari pembuluh darah, yang
diakibatkan pembuluh tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan ini bisa disebabkan oleh
ruda paksa (trauma) atau penyakit.
B. Macam-Macam Obat Anti Perdarahan
1. Obat hemostatik
a. Aprotinin, sebagai antihemostatik diindikasikan untuk :
1. Pengobatan pasien dengan resiko tinggi kehilangan banyak darah selama bedah buka
jantung dengan sirkulasi ekstrakorporal.
2. Pengobatan pasien yang konservasi darah optimal selama bedah buka jantung
merupakan prioritas absolut.
b. Ethamsylate
Adalah senyawa yang dapat menstabilkan membran yang menghambat enzim
spesifik postglandin dalam proses sintesanya. Obat hemostatik ini juga digunakan pada
waktu operasi melahirkan sebaik operasi lain dengan kondisi hemoragik lainnya.
c. Carbazochrome, merupakan obat hemostatik yang diindikasikan untuk :
1) Perdarahan karena penurunan resistensi kapiler dan meningkatnya permeabilitas
kapiler.
2) Perdarahan dari kulit, membran mukosa dan internal.
3) Perdarahan sekitar mata, perdarahan nefrotik dan metroragia.
4) Perdarahan abnormal selama dan setelah pembedahan karena menurunnya resistensi
kapiler.
d. Asam Traneksamat
Merupakan obat hemostatik yang merupakan penghambat bersaing dari aktivator
plasminogen dan penghambat plasmin. Oleh karena itu dapat membantu mengatasi
perdarahan berat akibat fibrinolisis yang berlebihan.
Ada dua jenis analgetik, analgetik narkotik dan analgetik non narkotik. Selain
berdasarkan struktur kimianya, pembagian diatas juga didasarkan pada nyeri yang dapat
dihilangkan.
a. Morfin HCl
b. Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol)
c. Fentanil HCl
d. Petidin
e. Tramadol
2. Obat Analgetik Non-narkotik
Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan
istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang
terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat
Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan
atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan
hingga efek menurunkan tingkat kesadaran.
Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan
efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunaan Obat Analgetika jenis
Analgetik Narkotik).
Macam-macam obat Analgesik Non-Narkotik :
a. Ibupropen
Ibupropen merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara.
Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek
analgesiknya sama dengan aspirin. Ibu hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim
obat ini.
c. Asam Mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat
terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus
diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan
gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.
C. Cara Kerja Obat Analgetik
5. Pasien yang menderita haemodialysis secara reguler memerlukan dosis yang biasa yang
diberikan setelah masing-masing tahap atau sesi dialysis
A. Pengertian Diuretik
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin melalui kerja
langsung terhadap ginjal. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan
adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah
pengeluaran zat-zat terlarut dalam air. Proses deuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke
glomeruli (gumpalan kapiler) yang terletak dibagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli
inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat di lintasi air, garam, dan
glukosa. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali
menjadi normal.
B. Golongan Diuretik.
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1. Diuretik osmotic
Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :
a. Tubuli proksimal
Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air melalui daya osmotiknya.
b. Ansa enle
Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.
c. Duktus Koligentes
Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi,atau
adanya faktor lain. Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang
mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol,
urea,gliserin dan isisorbid.
2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
G. Efek samping
Meskipun antibiotik umumnya dianggap aman dan ditoleransi dengan baik, mereka
juga telah dikaitkan dengan berbagai efek-efek yang merugikan. Efek sampingnya
banyak, bervariasi dan bisa jadi sangat serius tergantung pada antibiotik yang digunakan
dan target organisme microbial. Efek-efek yang merugikan dapat dimulai dengan demam
dan mual, termasuk reaksi alergi pada kulit (photodermatitis). Salah satu efek samping
yang lebih umum adalah diare, kadang-kadang disebabkan oleh bakteri anaerob
Clostridium difficile, kasus ini diakibatkan karena antibiotik telah mengganggu
keseimbangan flora di usus. Efek samping lainnya dapat terjadi sebagai akibat dari
interaksi dengan obat lainnya, seperti resiko kerusakan otot dari penggunaan antibiotik
quinolone dengan corticosteroid sistemik.
A. Definisi Anemia
Ada beberapa pengertian anemia menurut :
1. Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin yang di jumpai selama kehamilan pada
wanita sehat yang tidak mengalami defisiensi besi atau folat yang di sebabkan oleh
penambahan volume plasma yang relative lebih besar dari pada penambahan massa
hemoglobin dan volume sel darah. (Cunningham G,2005;h.1463).
2. Anemia didefenisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan
konsentrasi hemoglobin dalam sirkulasi darah.anemia yang diterima secara umum
adalah kadar Hb kurang dari 12,0 gr/100 ml dan wanita hamil 11,0 g/dl. ( Varney
H,2006.;h.623).
3. Anemia didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentarsi Hb, atau hitung eritrosit di bawah
batas” normal “. Dimana umumnya ibu hamil dianggap anemi jika kadar hemoglobin
dibawah 11 gr / dl atau hematokrit kurang dari 33 %.( Prawirohardjo, 2008;h.775).
4. Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen; hal tersebut
dapat terjadi akibat penurunan Sel Darah Merah (SDM), dan / atau penurunan
hemoglobin (Hb) dalam darah.(Fraser Diane dan Cooper A Margaret, 2009;h.328).
5. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin di bawah
11g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 g% pada trimester 2. (Saifuddin AB,
2007;h.281).
Anemia jenis ini berbentuk normositik dan hipokromik di sebabkan oleh kurang gizi
(malnutrisi), kurang zat besi dalam diet, malabsorpsi, kehilangan darah yang banyak
Anemia ini berbentuk makrositik, penyebabnya adalah kekurangan asam folik dan
Anemia jenis ini di sebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel
Anemia jenis ini di sebabkan penghancuran/pemecahan sel darah nerah yang lebih
D. Penyebab Anemia(Varney:2006)
INTERAKSI OBAT
Interaksi obat sampaai sekarang belum diamati. Karena besi merupakan senyawa kompleks,
interaksi secara ionic dengan komponen makanan (Phytin,oksalat,tain,dll) dan pemberian
obat-obatan secara bersamaam (tetrasiklin,antasida), jarang terjadi.
Tidak merusak “haemoccult test” (khusus untuk Hb) untuk mendeteksi daerah yang
terseembunyi sehingga tidak perlu menghentikan terapi zat besi.
CARA PENYIMPANAN
Simpan di dalam wadah aslinya pada suhu dibawah 25˚C
A. Definisi Anestesi
Anestesi artinya adalah pembiusan, berasal dari bahasa Yunani an artinya “tidak atau
tanpa" dan aesthetos, "artinya persepsi atau kemampuan untuk merasa". Secara umum berarti
anestesi adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Obat anestesi adalah obat
yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit dalam bermacam-macam tindakan operasi
(Kartika Sari, 2013).
Istilah anestesi dikemukakan pertama kali oleh O.W. Holmes yang artinya tidak ada rasa sakit.
Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesia lokal dan anestesi umum.
Siklopropan dapat menimbulkan aritmia jantung yaitu fibrilasi atrium, bradikardi sinus,
ekstrasistole atrium, ritme atrioventrikular, ekstrasistole ventrikel dan ritme bigemini. Aliran
darah kulit ditinggikan oleh siklopropan sehingga mudah terjadi perdarahan waktu operasi.
Siklopropan tidak menimbulkan hambatan terhadap sambungan saraf otot. Setelah waktu
pemulihan sering timbul mual, muntah dan delirium.
Absorpsi dan ekskresi siklopropan melalui paru. Hanya 0,5% dimetabolisme dalam badan dan
diekskresi dalam bentuk CO2 dan air. Siklopapan dapat digunakan pada setiap macam operasi.
Untuk mendapatkan efek analgesic digunakan 1,2% siklopropan dengan oksigen. Untuk mencapi
induksi siklopropan digunakan 25-50% dengan oksigen, sedangkan untuk dosis penunjang
digunakan 10-20% oksigen.
1) Eter
Eter merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap, berbau mudah terbakar, mengiritasi
saluran nafas dan mudah meledak. Sifat analgesik kuat sekali, dengan kadar dalam darah arteri
10-15 mg % sudah terjadi analgesik tetapi penderita masih sadar. Eter pada kadar tinggi dan
sedang menimbulkan relaksasi otot karena efek sentral dan hambatan neuromuscular yang
berbeda dengan hambatan oleh kurare, sebab tidak dapat dilawan oleh neostigmin. Zat ini
meningkatkan hambatan neuromuscular oleh antibiotik seperti neomisin, streptomisin,
polimiksin dan kanamisin. Eter dapat merangsang sekresi kelenjar bronkus. Eter diabsorpsi dan
disekresi melalui paru dan sebagian kecil diekskresi juga melalui urin, air susu, keringat dan
difusi melalui kulit utuh.
2) Halotan
Merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak mudah terbakar dan tidak mudah
meledak meskipun dicampur dengan oksigen. Halotan bereaksi dengan perak, tembaga, baja,
magnesium, aluminium, brom, karet dan plastik. Karet larut dalam halotan, sedangkan nikel,
titanium dan polietilen tidak sehingga pemberian obat ini harus dengan alat khusus yang disebut
fluotec. Efek analgesic halotan lemah tetapi relaksasi otot yang ditimbulkannya baik. Dengan
3) Metoksifluran
Merupakan cairan jernih, tidak berwarna, bau manis seperti buah, tidak mudah meledak, tidak
mudah terbakar di udara atau dalam oksigen. Pada kadar anestetik, metoksifluran mudah larut
dalam darah. Anestetik yang kuat dengan kadar minimal 0,16 volume % sudah dapat
menyebabkan anestesi dalam tanpa hipoksia. Metoksifluran tidak menyebabkan iritasi dan
stimulasi kelenjar bronkus, tidak menyebabkan spasme laring dan bronkus sehingga dapat
digunakan pada penderita asma. Metoksifluran menyebabkan sensitisasi jantung terhadap
ketokolamin tetapi tidak sekuat kloroform, siklopropan, halotan atau trikloretilan. Metoksifluran
bersifat hepatoksik sehingga sebaiknya tidak diberikan pada penderita kelainan hati.
4) Etilklorida
Merupakan cairan tak berwarna, sangat mudah menguap, mudah terbakar dan mempunyai
titik didih 12-13°C. Bila disemprotkan pada kulit akan segera menguap dan menimbulkan
pembekuan sehingga rasa sakit hilang. Anesthesia dengan etilklorida cepat terjadi tetapi cepat
pula hilangnya. Induksi dicapai dalam 0,5-2 menit dengan waktu pemulihan 2-3 menit sesudah
pemberian anesthesia dihentikan. Karena itu etilkloretilen sudah tidak dianjurkan lagi untuk
anestetik umum, tetapi hanya digunakan untuk induksi dengan memberikan 20-30 tetes pada
masker selama 30 detik. Etilkloroda digunakan juga sebagai anestetik lokal dengan cara
menyemprotkannya pada kulit sampai beku. Kerugiannya, kulit yang beku sukar dipotong dan
mudah kena infeksi karena penurunan resistensi sel dan melambatnya penyembuhan.
5) Trikloretilen
Merupakan cairan jernih tidak berwarna, mudah menguap, berbau khas seperti kloroform,
tidak mudah terbakardan tidak mudah meledak. Induksi dan waktu pemulihan terjadi lambat
karena trikloretilen sangat larut dalam darah. Efek analgesic trikloretilen cukup kuat tetapi
relaksasi otot rangka yang ditimbulkannya kurang baik, maka sering digunakan pada operasi
ringan dalam kombinasi dengan N2O. untuk anestesi umum, kadar trikloretilen tidak boleh lebih
dari 1% dalam campuran 2:1 dengan N2O dan oksigen. Trikloretilen menimbulkan sensitisasi
a) Natrium thiopental
Dosis yang dibutuhkan untuk induksi dan mempertahankan anestesi tergantung dari berat
badan, keadaan fisik dan penyakit yang diderita. Untuk induksi pada orang dewasa diberikan 2-4
ml larutan 2,5% secara intermitten setiap 30-60 detik sampai tercapai efek yang diinginkan.
Untuk anak digunakan larutan pentotal 2% dengan interval 30 detik dengan dosis 1,5 ml untuk
berat badan 15 kg,3 ml untuk berat badan 30 kg, 4 ml untuk berat badan 40 kg dan 5 ml untuk
berat badan 50 kg. Untuk mempertahankan anesthesia pada orang dewasa diberikan pentotal 0,5-
2 ml larutan 2,5%, sedangkan pada anak 2 ml larutan 2%. Untuk anesthesia basal pada anak,
biasa digunakan pentotal per rectal sebagai suspensi 40% dengan dosis 30 mg/kgBB.
b) Natrium tiamilal
c) Natrium metoheksital
Dosis induksi pada orang dewasa adalah 5-12 ml larutan 1% diberikan secara intravena
dengan kecepatan 1 ml/5 detik, dosis penunjang 2-4 ml larutan 1% atau bila akan diberikan
secara terus menerus dapat digunakan larutan larutan 0,2%.
2) Ketamin
Merupakan larutan larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relatif aman.
Ketamin mempunyai sifat analgesik, anestetik dan kataleptik dengan kerja singkat. Sifat
analgesiknya sangat kuat untuk system somatik, tetapi lemah untuk sistem visceral. Tidak
menyebabkan relaksasi otot lurik, bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi. Ketamin
akan meningkatkan tekanan darah, frekuensi nadi dan curah jantung sampai ± 20%. Ketamin
menyebabkan reflek faring dan laring tetap normal. Ketamin sering menimbulkan halusinasi
terutama pada orang dewasa. Sebagian besar ketamin mengalami dealkilasi dan dihidrolisis
dalam hati, kemudian diekskresi terutama dalam bentuk utuh. Untuk induksi ketamin secara
intravena dengan dosis 2 mm/kgBB dalam waktu 60 detik, stadium operasi dicapai dalam 5-10
menit. Untuk mempertahankan anestesi dapat diberikan dosis ulangan setengah dari semula.
Ketamin intramuscular untuk induksi diberikan 10 mg/kgBB, stadium operasi terjadi dalam 12-
25 menit.
3) Droperidol dan fentanil
Tersedia dalam kombinasi tetap, dan tidak diperguna-kan untuk menimbulkan analgesia
neuroleptik. Induksi dengan dosis 1 mm/9-15 kg BB diberikan perlahan-lahan secara intravena
(1 ml setiap 1-2 menit) diikuti pemberian N2O atau O2 bila sudah timbul kantuk. Sebagai dosis
penunjang digunakan N2O atau fentanil saja (0,05-0,1 mg tiap 30-60 menit) bila anesthesia
kurang dalam. Droperidol dan fentanil dapat diberikan dengan aman pada penderita yang dengan
anestesi umum lainnya mengalami hiperpireksia maligna.
Menyebabkan tidur dan penurunan kesadaran yang disertai nistagmus dan bicara lambat,
tetapi tidak berefek analgesik. Juga tidak menimbulkan potensiasi terhadap efek penghambat
neuromuscular dan efek analgesik obat narkotik. Diazepam digunakan untuk menimbulkan
sedasi basal pada anesthesia regional, endoskopi dan prosedur dental, juga untuk induksi
anestesia terutama pada penderita dengan penyakit kardiovascular. Dibandingkan dengan ultra
short acting barbiturate, efek anestesi diazepam kurang memuaskan karena mula kerjanya lambat
dan masa pemulihannya lama. Diazepam juga digunakan untuk medikasi preanestetik dan untuk
mengatasi konvulsi yang disebabkan obat anestesi lokal.
5) Etomidat
Merupakan anestetik non barbiturat yang digunakan untuk induksi anestesi. Obat ini tidak
berefek analgesic tetapi dapat digunakan untuk anestesi dengan teknik infuse terus menerus
bersama fentanil atau secara intermiten. Dosis induksi eto-midat menurunkan curah jantung , isi
sekuncup dan tekanan arteri serta meningkat-kan frekuensi denyut jantung akibat kompensasi.
Etomidat menurunkn aliran darah otak (35-50%), kecepatan metabolism otak, dan tekanan
intracranial, sehingga anestetik ini mungkin berguna pada bedah saraf.Etomidat menyebabkan
rasa nyeri ditempat nyeri di tempat suntik yang dapat diatasi dengan menyuntikkan cepat pada
vena besar, atau diberikan bersama medikasi preanestetik seperti meperidin.
6) Propofol
Secara kimia tak ada hubungannya dengan anestetik intravena lain. Zat ini berupa minyak
pada suhu kamar dan disediakan sebagai emulsi 1%. Efek pemberian anestesi umum intravena
propofol (2 mg/kg) menginduksi secara cepat seperti tiopental. Rasa nyeri kadang terjadi
ditempat suntikan, tetapi jarang disertai dengan thrombosis. Propofol menurunkan tekanan arteri
sistemik kira-kira 80% tetapi efek ini lebih disebabkan karena vasodilatasi perifer daripada
penurunan curah jantung. Tekanan sistemik kembali normal dengan intubasi trakea. Propofol
tidak merusak fungsi hati dan ginjal. Aliran darah ke otak, metabolism otak, dan tekanan
intracranial akan menurun. Biasanya terdapat kejang.
b) Menimbulkan stadium kataleptik yang menyebabkan pasien sulit tidur karena mata terus
terbuka (golongan Ketamin).
d) Nyeri tenggorokan.
e) Sakit kepala.
g) Menekan pernapasan yang pada anestesi dalam terutama ditimbulkan oleh halotan, enfluran
dan isofluran. Efek ini paling ringan pada N2O dan eter.
h) Menekan system kardiovaskuler, terutama oleh halotan, enfluran dan isofluran. Efek ini juga
ditimbulkan oleh eter, tetapi karena eter juga merangsang sistem saraf simpatis, maka efek
keseluruhannya menjadi ringan.
j) Oliguri (reversibel) karena berkurangnya pengaliran darah di ginjal, sehingga pasien perlu
dihidratasi secukupnya.
k) Menekan sistem regulasi suhu, sehingga timbul perasaan kedinginan (menggigil) pasca-bedah.
1. Magnesium sulfat.
Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa magnesium sulfat merupakan
drug of choice untuk mengobati kejang eklamptik (dibandingkan dengan diazepam
dan fenitoin). Merupakan antikonvulsan yang efektif dan membantu mencegah kejang
kambuh dan mempertahankan aliran darah ke uterus dan aliran darah ke fetus.
Magnesium sulfat berhasil mengontrol kejang eklamptik pada >95% kasus. Selain itu
zat ini memberikan keuntungan fisiologis untuk fetus dengan meningkatkan aliran
darah ke uterus.
2. Fenitoin
Fenitoin telah berhasil digunakan untuk mengatasi kejang eklamptik, namun
diduga menyebabkan bradikardi dan hipotensi. Fenitoin bekerja menstabilkan
aktivitas neuron dengan menurunkan flux ion di seberang membran depolarisasi.
Keuntungan fenitoin adalah dapat dilanjutkan secara oral untuk beberapa hari sampai
risiko kejang eklamtik berkurang. Fenitoin juga memiliki kadar terapetik dan
penggunaannya dalam jangka pendek sampai sejauh ini tidak memberikan efek
samping yang buruk pada neonatus.
3. Diazepam
Telah lama digunakan untuk menanggulangi kegawatdaruratan pada kejang
eklamptik. Mempunyai waktu paruh yang pendek dan efek depresi SSP yang
signifikan.
4. Hidralazin
Merupakan vasodilator arteriolar langsung yang menyebabkan takikardi dan
peningkatan cardiac output.Hidralazin membantu meningkatkan aliran darah ke
uterus dan mencegah hipotensi. Hidralazin dimetabolisir di hati. Dapat mengontrol
hipertensi pada 95% pasien dengan eklampsia.
5. Labetalol
2) Fentolin
Dosis awal: 10 mg/kgbb. IV per drip dengan kecepatan < 50 mg/min, diikuti dengan
dosis rumatan 5 mg/kgbb. 2 jam kemudian.
3) Diazepam
Dosis : 5 mg IV
4) Hidralazin
Dosis: 5 mg IV ulangi 15-20 menit kemudian sampai tekanan darah <110 mmHg.
Aksi obat mulai dalam 15menit, puncaknya 30-60 menit, durasi kerja 4-6 jam.
5) Labetalol
Dosis: Dosis awal 20 mg, dosis kedua ditingkatkan hingga 40 mg, dosis berikutnya
hingga 80 mg sampai dosis kumulatif maksimal 300 mg; Dapat diberikan secara
konstan melalui infus; Aksi obat dimulai setelah5 menit, efek puncak pada 10-20
menit, durasi kerja obat 45 menit sampai 6 jam.
6) Nifedipin
Dosis: 10 mg per oral, dapat ditingkatkan sampai dosis maksimal 120 mg/ hari
7) Klonidin
Dosis: dimulai dengan 0.1 mg dua kali sehari; dapat ditingkatkan 0.1-0.2 mg/hari
sampai 2.4 mg/hari.Penggunaan klonidin menurunkan tekanan darah sebesar 30-60
mmHg, dengan efek puncak 2-4 jam dan durasi kerja 6-8 jam. Efek samping yang
2. Penanganan konservatif
I. Syarat pemberian MgSO4 : – frekuensi napas lebih dari 16 kali permenit – tidak ada
tanda-tanda gawat napas – diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya – refleks
patella positif. MgSO4 dihentikan bila : – ada tanda-tanda intoksikasi – atau setelah 24
jam pasca persalinan atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan yang
nyata. Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc NaCl
0.9%, diberikan intravena dalam 3 menit).Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan
darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg.
Obat yang dipakai umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2
jam belum turun dapat diberi tambahan 10 mg lagi.Terminasi kehamilan : bila penderita
belum in partu, dilakukan induksi persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter
Folley, atau prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak
terpenuhi atau ada kontraindikasi partus pervaginam. Pada persalinan pervaginam kala 2,
bila perlu dibantu ekstraksi vakum atau cunam.
A. ANTIPIRETIK
1. Pengertian Antipiretik
Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan panas atau untuk obat mengurangi suhu
tubuh (suhu tubuh yang tinggi). Hanya menurunkan temperatur tubuh saat panas dan tidak
berefektif pada orang normal. Dapat menurunkan panas karena dapat menghambat
prostatglandin pada CNS.
2. Mekanisme Kerja Obat Antipiretik
Bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin di hipotalamus anterior (yang
meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen).
3. Macam-macam obat Antipiretik
Contoh Obat Antipiretik : Parasetamol, panadol, paracetol, paraco, praxion, primadol,
santol, zacoldin, poldan mig, acetaminophen, asetosal atau asam salisilat, salisilamida.
Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita sering
mengunakannya misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah satu komponen obat
3. Gangguan Ginjal
Hambatan pembentukan prostaglandin juga bisa berdampak pada ginjal. Karena
prostaglandin berperan homestasis di ginjal. Jika pembentukan terganggu, terjadi gangguan
homeostasis.
4. Reaksi Alergi
Penggunaan obat aspirin dapat menimbulkan raksi alergi. Reaksi dapat berupa rinitis
vasomotor, asma bronkial hingga mengakibatkan syok.
Epilepsi adalah nama umum untuk sekelompok gangguan atau penyakit susunan saraf
pusat yang timbul spontan dengan episode singkat (disebut Bangkitan atau Seizure), dengan
gejala utama kesadaran menurun sampai hilang. Bangkitan ini biasanya disertai kejang
(Konvulsi), hiperaktifitas otonomik, gangguan sensorik atau psikis dan selalu disertai
gambaran letupan EEG obsormal dan eksesif. Berdasarkan gambaran EEG, apilepsi dapat
dinamakan disritmia serebral yang bersifat paroksimal.
B. Mekanisme Kerja
Terdapat dua mekanisme antikonvulsi yang penting, yaitu :
1. Dengan mencegah timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron epileptik dalam
fokus epilepsi.
2. Dengan mencegah terjadinya letupan depolarisasi pada neuron normal akibat pengaruh dari
fokus epilepsi.
Mekanisme kerja antiepilepsi hanya sedikit yang dimengerti secara baik. Berbagai obat
antiepilepsi diketahui mempengaruhi berbagai fungsi neurofisiologik otak, terutama yang
mempengaruhi system inhibisi yang melibatkan GABA dalam mekanisme kerja berbagai
antiepilepsi.
C. Efek Samping Dan Cara Mengatasinya
Efek samping obat anti konvulsi:
a. Jumlah sel darah putih & sel darah merah berkurang
b. Tenang
c. Ruam kulit
d. Pembengkakan gusi
D. CONTOH OBAT
Beberapa Obat Golongan Antikonvulsi/ Antiepilepsi
a. Golongan Hidantoin
Pada golongan ini terdapat 3 senyawa yaitu Fenitoin, mefentoin dan etotoin, dari ketiga
jenis itu yang tersering digunakan adalan Fenitoin dan digunakan untuk semua jenis
bangkitan, kecuali bangkitan Lena.Fenitoin merupakan antikonvulsi tanpa efek depresi
umum SSP, sifat antikonvulsinya penghambatan penjalaran rangsang dari focus ke bagian
lain di otak.
b. Golongan Barbiturat
Golongan obat ini sebagai hipnotik- sedative dan efektif sebagai antikonvulsi, yang
sering digunakan adalah barbiturate kerja lama ( Long Acting Barbiturates ).Jenis obat
golongan ini antara lain fenobarbital dan primidon, kedua obat ini dapat menekan letupan
di focus epilepsy.
c. Golongan Oksazolidindion
A. Pengertian Hipertensi
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanana sistoliklebih besar
atau sama dengan 160 mmHg. (Kodim Nasrin, 2003)
B. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi hipertensi esensial dan hipertensi sekunder.
1. Hipertensi esensial
Disebut juga hipertensi primer atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar patolofi
yang jelas. 90% kasus merupakan hipertensi esensial. Penyebabnya multifaktoral meliputi
faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap
natrium,kepekaan terhadap stress, reaktifitas pembuluh darah terhadap
vasokontrikstor,resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor
lingkungan antara lain diet, kebiasaan meroko, stress emosi, obesitas dan lain-lain.
2. Hipertensi sekunder
Meliputi 5-10% kasus hipertensi. Yang termasuk disini antara lain akibat penyakit
ginjal,(hipertensi renal,) hipertensi endokrin,kelaianan saraf pusat, obat-obatan dan lain-
lain. Hipertensi renal dapat berupa hipertensirenovaskular minsalnya pada stenosis arteri
renalis, vaskulitis intrarenal, dan hipertensi akibat lesi parenkim, ginjal seperti pada
glomerulonefritis. Pielonefritis, penyakit ginjal polikistik, nefropati diabetik dan lain-lain.
Hipertensi endokrin termasuk disini adalah kelainan korteks adrenal, tumor
medullaadrenal, hipertiroidisme, hiperparatiroidisme dan lain-lain.
Dosis dan sediaan berbagai jenis diuretik untuk penggunaan sebagai anti-hipertensi
Suatu ciri asas sistem imun ialah keupayaan untuk membezakan bahan-bahan yang wujud
secara semula jadi atau normal (diri) dari bahan-bahan atau agen-agen yang masuk ke dalam
tubuh dari luar (bukan diri) dan menghasilkan gerak balas terhadap bahan bukan diri sahaja.
Ketidakwujudan khusus suatu gerak balas terhadap diri dikenali sebagai toleransi. Peri
pentingnya keupayaan untuk membezakan (mendiskriminasi) antara diri dan bukan diri, serta
toleransi diri, ditunjukkan dalam penyakit-penyakit autoimun, apabila fungsi-fungsi tersebut
gagal. Penyakit-penyakit ini terhasil apabila bahan normal tubuh dicam sebagai asing dan
gerak balas imun dihasilkan terhadap bahan-bahan tersebut. Walau bagaimananpun, sistem
imun lazimnya amat berkesan membezakan antara diri dan bukan diri.
B. Sejarah Imunologi:
Orang-orang pada abad ke-15 mengamalkan menghidu bahan-bahan dari parut pesakit
cacar (smallpox) untuk memperolehi keimunan. Walau bagaimanapun inokulasi bahan yang
J. Reaksi Imunologi
Oleh karena sel-sel tumor mempunyai antigen baru yang oleh mesin imunologik
dianggap bukan sebagai "self" antigen, maka lambat laun akan terjadi suatu proses
terbentuknya suatu reaksi imun terhadapnya.
Pada prinsipnya reaksi imun itu dapat dibagi atas dua bagian, yaitu pertama, dengan jalan
terbentuk-nya suatu molekul imunoglobulin yang mempunyai daya antibodi yang spesifik
terhadap TSTA, dan kedua, dengan jalan terbentuknya sel-sel limfosit yang sensitif terhadap
antigen itu. Dengan lain per-kataan, didalam tubuh dapat terjadi dua macam reaksi
imunologik, yang satu dibawakan oleh system humoral dan yang lainnya dibawakan oleh
system sel.Agar respons imun dapat dimulai, maka antigen harus dilepaskan terlebih dahulu
oleh sel-sel tumor dan dengan aliran darah atau limfe, akhirnya sampai kedalam limfonodus
atau limpa. Didalam organ-organ tersebut, antigen itu akan diproses oleh sel-sel makrofag
K. Terapi Imunologi
sebagai anti tumor Hingga sekarang didalam klinik telah ditemukan beberapa tumor yang
dapat menghilang atau mengecil secara spontan tanpa diberi obat atau dioperasi. Halini telah
terjadi, umpamanya pada tumor-tumorneuroblastoma, melanoma, adenokarsinoma, limfoma
dan lain-lain. Mekanisme daripada daya pertahanantubuh diduga memegang peranan penting
dalam proses tersebut. Oleh karena pengalaman-pengalaman di klinik seperti itu dan juga
bukti-bukti pada binatang percobaan, maka dipandang dari sudut ilmu kedokteran
pencegahan, mungkin sekali dikemudian hari para ahli dapat membuat suatu
vaksintumor.Umpamanya imunisasi secara aktif dapat dilakukan dengan memberikan
kumpulan-kumpulan daripada antigen yang spesifik tumor, sehingga selang beberapa waktu
akan timbul suatu reaksi imunologik yang sewaktu-waktu siap untuk menyerang sel tumor
yang sedang tumbuh. Disamping ini, maka kita dapat juga memberikan serum yang sudah
mengandung antibodi yang spesifik terhadap sel tumor. Sayangnya untuk dapat melakukan
kedua prosedur ini, imunisasiaktif dan pasif, masih terlalu banyak rintangannya.
Yang pertama,kita masih dihadapkan kepada persoalan-persoalan dasar yang penting,
yaitu antaralain, berapa dosis yang harus diberikan, bagaimana cara pemberian antigen, dalam
bentuk apa anti gen tersebut diberikan, bagaimana cara mendapatkan anti-gen yang murni dan
lain-lain, yang kesemuanya memegang peranan dan tidak dapat diabaikan begitu saja bila kita
hendak membentuk antibodi yang mempunyai sifat-sifat sitotoksis yang spesifik terhadap sel
tumor. Yang kedua, yaitu kesulitan pada imunisasi secara pasif ialah pemberian protein asing
yang sering menyebabkan reaksi hipersensitif; selain ini,kita juga harus mempersiapkan
berbagai macam antibodi dengan spesifisitas yang tertentu.Oleh karena daya penolakan
terhadap tumbuhnya tumor lebih bermakna pada reaksi imun yang dibawakan oleh sistem sel,
maka para sarjana telah memikir-kan pula kemungkinan-kemungkinannya untuk membuat
dan mempergunakan sel-sel limfosit yang sudah peka terhadap sel tumor, sehingga dapat
diimunisasikan secara pasif kedalam tubuh penderita. Pada binatang percobaan, hal ini telah
L. Alergi Obat
Kadang-kadang dalam pengobatan terjadi hal-hal yang membingungkan.Misalnya
seorang datang dengan demam dan nyeri waktu menelan makanan. Ternyata ia menderita
tonsihtis akut. Maka pengobatannya adalah antibiotik ampicillin bersama dengan suatu
analgetik-antipiretik. Lima hari kemudian ia kembali, demamnya masih tetap tinggi. Tetapi
tanda-tanda peradangan tonsil sudah tidak ada lagi. Apakah demamnya ini karena kuman
yang resisten terhadap ampicillin, ataukah ada penyakit lainnya disamping tonsilitis, atau Satu
penyebab yang harus dipikirkan adalah drug fever, yaitu demam yang ditimbulkan karena
reaksi alergik terhadap obat yang diberikan. Diperkirakan kejadian alergi obat adalah 2% dari
pemakaian obat-obatan atau 15-20% dari kejadian efek samping pemakaian obat-obatan.
Termasuk dalam obat yang mudah membentuk ikatan kovalen dengan komponen dalam darah
atau jaringan adalah golongan alkylator (misalnya carbon te-trachloride, chloramphenicol ,
nitrogen mustards, beberapa obat anti-neoplas-tik), golongan acylator (misalnya struktur beta
laktam : penicillin, phthalimi-des, beberapa zat karsinogenik dan tera-togenik) dan obat-obat
yang bersifat alkalis (misalnya chloroquine, kanamy-cin, neomycin, polymyxin, streptomy-
cin). Efek teratogenik dari beberapa obat dapat diterangkan dengan terbentuknya ikatan antara
nukleoprotein dari komponen genetik dengan obat, misalnya suatu acylator, sehingga fungsi
genetik tsb. akan terganggu
N. Manifestasi Klinik
Reaksi alergik yang segera (imme-diate), terjadi dalam beberapa menit dan ditandai
dengan urtikaria, hipotensidan shok. Bila reaksi itu membahayakan jiwa maka disebut reaksi
anafilaktik.Reaksi ini terutama ditimbulkan oleh antibodi IgE. Reaksi yang cepat (acce-
lerated) timbul dari 1 sampai 72 jam sesudah pernberian obat dan kebanyakan bermanifestasi
sebagai urtikaria. Kadang-kadang berupa rash morbilliform atau edema larynx. Reaksi yang
lambat(late) timbul lebih dari 3 hari dan berupa bermacam-macam erupsi kulit, serumsickness
dan drug fever . Diperkirakan reaksi jenis cepat dan lambat ini ditimbulkan oleh antibodi IgG,
tetapi beberapa reaksi hemolitik dan exanthem dihubungkan dengan antibodi IgM.Drug fever
hampir menyerupai serum sickness , ditandai dengan peninggian suhu tubuh yang timbul
selama suatu pengobatan. Diagnosa keadaan ini pada umumnya sukar sekali, karena biasanya
obat penyebab adalah suatu anti-biotik yang digunakan untuk pengobatan infeksi yang disertai
dengan demam.Drug fever dapat disertai dengan suatu arter itis, yaitu peradangan multipel
pada pembuluh-pembuluh darah kecil. Bila dibiarkan dapat menimbulkan kerusakan yang
berat
PENUTUP
C. Simpulan
Dalam modul praktikum ini dibahas mengenai macam macam obat yang digunakan dalam
kebidanan
D. Saran
Diharapkan dapat menjadikan bahan pustaka dan meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa
dengan penerapan secara langsung pada mahasiswa sehingga dapat menghasilkan bidan yang
berkualitas.