Anda di halaman 1dari 55

FARMAKOLOGI

Dalam melaksanakan upaya pengobatan farmakoterapi atau terapi dengan menggunakan obat di rumah
sakit, minimal kita mengenal peran-peran petugas yang ada di rumah sakit yang menyelenggarakan
terapi obat/pengobatan. Untuk dapat menjalankan pengobatan dengan baik dan benar maka sangat
diperlukan koordinasi dan kerja sama dengan semua pihak terutama dari ketiga pihak yakni dokter,
apoteker dan perawat; khususnya dalam farmakoterapi meliputi:
E Medical Care (Tindakan medik)
E Pharmaceutical Care (Pelayanan kefarmasian)
E Nursing Care (Asuhan keperawatan)
1
MEDICAL CARE
Physician/Dokter
PHARMACEUTICAL
CARE:
Pharmacist/Apoteker
NURSING CARE
Nurse/Perawat
Client/Patient
PASIEN
EPetugas lain
EKeluarga
Peranan Perawat
Dalam Terapi Obat:
1. Assesment/Pengkajian
2. Planning/Persiapan
3. Pemberian obat
4. Informasiedukasi obat
5. Monev - dokumentasi
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
Bab Satu :
PENGOBATAN
Upaya untuk menyembuhkan yang paling sering digunakan atau lazimnya
yaitu dengan menggunakan obat yang dalam bahasa sehari-hari disebut
pengobatan = berobat = terapi obat. Cara pengobatan yang dilakukan dengan
intervensi obat atau pemberian obat disebut farmakoterapi
(Pharmacotherapeutica yaitu terapi dengan menggunakan obat). Kegunaan dari
setiap obat terkadang sangat spesifik sehingga dapat disebutkan sesuai dengan
kegunaan atau indikasi obat. Berupaya mencari obat yang sesuai atau yang cocok
dan menggunakan obat disebut sebagai upaya pengobatan. Pada saat ini upaya
pengobatan dilakukan pada semua lini pelayanan kesehatan.
Dalam upaya mengobati, menyembuhkan atau memulihkan suatu penyakit
dapat dilakukan berbagai upaya atau tindakan. Dalam pengobatan seperti juga
upaya kesehatan lainnya maka tujuan program pengobatan dengan pemberian
obat adalah untuk: Preventif (pencegahan), Kuratif (penyembuhan),
Rehabilitatif (pemulihan), Promotif (peningkatan kesehatan).
Demikian juga institusi seperti rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan,
dokter praktek swasta atau lembaga pelayanan kesehatan lainnya memberikan
berbagai pelayanan kesehatan terutama yang berhubungan dengan pengobatan.
Pada institusi pelayanan kesehatan di rumah sakit tujuan utamanya adalah
memberikan pelayanan kesehatan terutama penekanan pada tindakan medik,
tindakan keperawatan dan pengobatan dengan menggunakan obat atau
farmakoterapi.
Pada farmakoterapi atau terapi dengan menggunakan obat di rumah sakit, minimal
kita mengenal peran-peran petugas yang ada di rumah sakit yang
menyelenggarakan terapi obat/pengobatan. Untuk dapat menjalankan pengobatan
dengan baik dan benar maka sangat diperlukan koordinasi dan kerja sama dari
ketiga pihak tersebut yakni dokter, apoteker dan perawat; khususnya dalam
farmakoterapi; meliputi:
E Dokter bertanggung jawab untuk mendiagnosa, melakukan tindakan
medik dan terapi serta menentukan obat. Obat yang telah ditentukan
diperoleh dengan menulis resep atau order obat untuk pasien.
E Apoteker bertanggung jawab untuk menyiapkan dan menyerahkan obat
serta memberikan informasi obat. Peran lainnya adalah sebagai narasumber
informasi obat dan juga sebagai konsultan obat bagi dokter, perawat dan
profesi kesehatan lain serta tentunya kepada pasien atau keluarga.
E Perawat berperan untuk mengimplementasi pemberian obat, perawat
secara tradisi bertanggung jawab untuk memastikan pemberian obat yang
tepat kepada pasien. Selain pemberian obat perawat juga memberi
konseling, informasi dan edukasi pada pasien yang berkenaan dengan
terapi obat.
Secara konvensional perawat hanya dapat memberikan obat setelah mendapat
pesan dari dokter dan obat tersebut telah disiapkan oleh apoteker. Di beberapa
rumah sakit perawat dapat memberikan obat secara langsung pada keadaan tertentu
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
2
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
misalnya kondisi gawat darurat. Pemberian obat tidak boleh dipandang secara
terpisah dari pasien dan ini harus dikaitkan dengan rencana keperawatan yang
terintegrasi sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang bermutu. Peran
apoteker dalam pemberian obat secara langsung kepada pasien juga meningkat,
untuk rumah sakit yang mempunyai tenaga yang memadai, peran apoteker
mengamati dan mengevaluasi pemberian obat kepada pasien oleh perawat.
Peran perawat saat ini lebih banyak terlibat dalam pemberian obat, peran ini
juga cukup bervariasi di berbagai institusi pelayanan kesehatan antara lain
peran di rumah sakit , puskesmas, balai pengobatan. Peran dan tanggung
jawab perawat dalam pemberian obat mengalami perubahan seiring dengan
perubahan keperawatan dan system pelayanan kesehatan dalam menanggapi
tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan sesuai dengan tuntutan
ilmu dan teknologi.Untuk menentukan seberapa jauh perawat terlibat dalam
pemberian obat, maka perawat harus bersikap sesuai dengan profesi dan
standar praktek keperawatan. Perawat harus pula dapat mengukur sejauh
mana pengetahuan dan pemahamannya tentang pengobatan. Perawat
mempunyai peranan dalam melakukan pengkajian secara berkelanjutan,
untuk ini perawat harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang
obat yang diberikan kepada pasien sehingga dapat mengobservasi
keefektifitasan obat dan mendeteksi adanya kemungkinan reaksi yang
merugikan, efek samping dan toksisitas.
Pengetahuan tentang farmakologi yang harus diketahui perawat cukup
bervariasi, antara lain tentang dosis, reaksi obat, mekanisme tubuh, efek
obat, efek samping obat, cara pemberian, interaksi obat dengan bahan yang
lain, makna pemberian obat, serta perilaku dan persepsi pasien dalam
menerima terapi obat.
Bagaimanapun variasinya peran dan tanggung jawab perawat dalam
memberikan obat, mengamati perkembangan pasien setelah pemberian obat,
maka perawat harus dibekali atau mempunyai pengetahuan dan
pemahaman yang memadai dalam upaya terapi dengan menggunakan obat
melalui pengetahuan farmakologi.
Selain menggunakan obat masih banyak cara lain dalam pengobatan
dengan tidak menggunakan obat. Upaya penyembuhan lain, selain
penggunaan obat atau upaya non-farmakoterapi diantaranya adalah:
E tindakan medik (tindakan kedokteran),
E tindakan keperawatan (nursing care),
E tindakan kebidanan,
E tindakan pencegahan atau preventif,
E tindakan rehabilitatif,
E tindakan fisioterapi,
E psikoterapi,
E akupunktur,
E konsultasi psikologi,
E nasehat medis/non medis,
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
3
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
E berolah raga yang sesuai dan teratur, dan
E istirahat (bed rest),
E nasehat nutrisi mengenai diet/gizi makanan serta
E pengobatan alternatif lainnya.
Semua upaya ini, baik yang farmakoterapi maupun non farmakoterapi
dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan yaitu kesembuhan atau
bebas dari gangguan penyakit, untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
Bab 2:
Pengertian Obat dan Farmakologi
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
4
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
1. Sejarah obat:
Sejak jaman dahulu manusia telah menjaga kesehatannya dan apa bila
jatuh sakit, berupaya untuk mencari pengobatan bagi dirinya antara lain
dengan menggunakan obat, fisioterapi ataupun tata cara lain. Hal yang
penting dalam upaya mencari pengobatan adalah memperoleh kesembuhan
atau terhindar dari penyakit. Manusia sejak dahulu kala telah mengetahui
banyak tentang obat-obat alamiah serta penggunaan nya untuk mengobati
penyakit. Pengunaan obat dilakukan sejak 5000 tahun sebelum Masehi di
negeri Cina telah dikenal tumbuhan Ephedra vulgaris (Ephedrine) yang
dipakai sebagai obat flu-pilek dan di India digunakan tumbuhan Rauwolfia
serpentina (Reserpin) untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Ini adalah
contoh dimana obat tersebut masih dipakai sampai saat ini.
Sejak 3.000 4.000 tahun yang lalu di Babylonia, Assyria dan Mesir juga
telah dikenal daftar obat atau bahan obat dan resep yang ditulis diatas daun
papyrus, demikian pula di Arab. Di Yunani, Hippocrates mengembangkan
cara-cara ilmiah dan etika dalam pengobatan; dalam bukunya telah memuat
sejumlah bahan, proses dan bentuk obatnya, dilanjutkan kemudian oleh
Galen. Selain itu penggunaan obat dimaksudkan juga untuk tujuan social dan
keagamaan sehingga pada waktu itu pengobatan dilakukan oleh tabib atau
dukun yang menjalankan tiga fungsi yaitu sebagai dokter apoteker-imam.
Memang terasa aneh namun pengobatan oleh dukun/orang pintar sampai saat
ini masih melakukan tiga fungsi tersebut.
Nenek moyang kita telah menggunakan obat yang berasal dari
tumbuhan, baik itu daun, akar, kulit batang, buah dan biji-bijian. Bahkan
sampai sekarang pun kita masih menggunakan obat tradisional yang dikenal
sebagai jamu. Bahkan pengobatan dengan bahan alamiah menjadi populer
sehubungan dengan back to nature, kembali ke alam. Obat-obat mempunyai
kedudukan yang khusus dalam masyarakat karena merupakan komoditi
yang diperlukan mencegah dan menyembuhkan penyakit, memelihara dan
meningkatkan kesehatan.
Farmakologi terjemahan dari Pharmacology, kata dasar Pharmaco
berasal dari Pharmaca, kata ini berasal bahasa Yunani yaitu: Pharmacon
yang artinya obat; ada juga yang menyebutkan Pharmaca atau Pharmacos.
Pengertian obat sendiri ditanggapi beragam namun secara farmakologi; obat
adalah zat atau bahan yang dapat memengaruhi sel dan organ-organ tubuh,
sistem fisiologi atau keadaan patologi yang digunakan untuk mencegah,
meringankan atau menyembuhkan penyakit.
2. Definisi obat:
Definisi menurut peraturan perundangan:
Obat adalah bahan atau campuran bahan-bahan untuk dipergunakan
dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit, luka dan kelainan badaniah atau rohaniah pada
manusia atau hewan termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh
manusia. Pengertian yang lebih komprehesif:
Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan untuk
memengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan: diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.
Catatan pinggir
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
5
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
3. Farmakologi
Obat dengan berbagai macam bentuk masuk ke dalam tubuh dengan ber-
bagai macam cara, cara oral yaitu memasukkan obat melalui mulut dan
melewati saluran pencernaan, diserap dan didistribusikan ke seluruh tubuh,
mengalami berbagai proses dalam tubuh, mencapai reseptor, memengaruhi
fungsi fisiologis atau keadaan patologis kemudian obat dikeluarkan dari
tubuh dengan berbagai proses.
Jadi farmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang obat (bahan atau
paduan bahan) yang berinteraksi dalam tubuh manusia melalui proses fisis
dan atau kimia memengaruhi, memacu atau menghambat proses-proses
yang terjadi dalam tubuh, kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh.
Ilustrasi perjalanan obat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1: Ilustrasi Perjalanan Obat
Keterangan: Obat yang baik memenuhi semua persyaratan, dengan
berbagai rute obat masuk ke dalam tubuh, bekerja sesuai fungsi
dan keluar tubuh.
Secara lebih praktis didefinisikan bahwa:
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang asal-usul obat, sifat
fisik, kimiawi, cara campur/membuat/formulasi, bentuk obat, dosis, rute
pemberian atau cara memakainya, absorpsi, distribusi, metabolisme/
biotransformasi efek terhadap fungsi biokimiawi & faal, cara kerja,
khasiat/kegunaan, efek terapi, efek merugikan, toksisitas, efek samping dan
ekskresi obat.
4. Efek Farmakologi:
Semua obat yang digunakan sudah tentu mempunyai khasiat atau
kegunaan, bisa mempunyai satu atau lebih macam khasiat atau efek
obatnya. Efek obat pada umumnya dapat diamati sebagai perubahan faal
organ atau fungsi organ misalnya dari demam (suhu badan yang tinggi)
menjadi normal atau biasa; dari rasa sakit menjadi tidak sakit, dari rasa
pusing menjadi tidak pusing atau dari luka menjadi sembuh. Pada kenyataan
sehari-hari bagi pasien atau masyarakat yang membutuhkan obat, menurut
sudut pandangnya masing-masing yang paling penting dari suatu obat
adalah menyembuhkan. Tanpa disadari bahwa efek obat itu bisa lebih dari
satu dimana efek yang lainnya mungkin tidak diperlukan dalam pengobatan.
Namun perlu diketahui bahwa hampir semua macam obat mempunyai
kerja ikutan yang tidak diinginkan atau efek obat yang merugikan seperti
efek samping obat, hipersensitivitas misalnya alergi, gatal-gatal, sesak nafas
dan kadang terjadi keracunan bahkan reaksi syok anafilaktik.
5. Upaya Pengobatan
Dalam upaya mengobati, menyembuhkan atau memulihkan suatu penyakit
dapat dilakukan berbagai upaya atau tindakan. Upaya menyembuhkan yang
lazim yaitu dengan menggunakan obat yang dalam bahasa sehari-hari
disebut pengobatan = berobat = terapi obat. Cara pengobatan yang dilakukan
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
6
Obat dalam tubuh:
' Ketersediaan obat
' Dipengaruhi tubuh
' Memengaruhi tubuh
Obat
Masuk
Obat/hasil
metabolit
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
dengan intervensi obat atau pemberian obat disebut farmakoterapi.
(Farmakoterapi = Pharmacotherapeutica yaitu terapi dengan menggunakan
obat). Selain menggunakan obat masih banyak cara lain dalam pengobatan
dengan tidak menggunakan obat.
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
7
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
Upaya penyembuhan lain, selain penggunaan obat atau upaya non-
farmakoterapi diantaranya adalah
E Tindakan medik (tindakan kedokteran),
E Tindakan keperawatan, tindakan kebidanan,
E Tindakan pencegahan atau preventif
E Tindakan rehabilitatif, tindakan fisioterapi, akupunktur,
E Psikoterapi, konsultasi psikologi,
E Nasehat medis/non medis,
E Berolah raga yang sesuai dan teratur, dan istirahat (bed rest)
E Nasehat nutrisi mengenai diet/gizi makanan serta
E Pengobatan alternatif lainnya.
Semua upaya ini, baik yang farmakoterapi maupun non farmakoterapi dapat
dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan yaitu kesembuhan atau bebas
dari gangguan penyakit.
6. Tujuan Pemberian Obat
Dalam pengobatan seperti juga upaya kesehatan lainnya maka
tujuan program pengobatan dengan pemberian obat adalah untuk:
E Preventif (pencegahan),
E Kuratif (penyembuhan),
E Rehabilitatif (pemulihan),
E Promotif (peningkatan kesehatan).
Namun manfaat obat tidak terbatas hanya pada keempat fungsi tadi
tetapi juga bermanfaat untuk penetapan diagnosis, menyelidiki fungsi
fisilogi atau keadaan patologi tubuh dan obat-obat kontrasepsi yang
digunakan untuk mencegah kehamilan. Kegunaan dari setiap obat
terkadang sangat spesifik sehingga dapat disebutkan sesuai dengan
kegunaan atau indikasi obat .
Dengan menggunakan tujuan pemberian obat maka obat dapat
dikategorikan ke dalam kelompok:
E Obat preventif yang digunakan untuk pencegahan misalnya vaksin
dan serum. Termasuk dalam kelompok ini adalah obat-obat
yang digunakan sebagai profilaksis. Sebagai contoh ada obat anti
malaria sebagai pengobatan penyakit malaria tetapi ada juga obat
malaria yang digunakan sebagai profilaksis untuk mencegah
penyakit malaria
E Obat Diagnostik juga dapat digunakan untuk mendiagnosa
penyakit, menyelidiki fungsi atau keadaan patologi yang terdapat
dalam organ tertentu, kelompok ini termasuk obat radiofarmaka
yaitu obat yang mengandung zat atau unsur radioaktif.
E Kelompok obat terbesar adalah yang berfungsi sebagai kuratif
untuk menyembuhkan penyaki t tertentu atau kondisi tubuh
yang mengalami gangguan. Obat kuratif yang bersifat misalnya
obat yang digunakan sebagai antiinfeksi baik antimikroba
maupun antibiotika, antipiretika menurunkan demam atau suhu
tubuh, analgetika mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri.
E Obat-obat yang masuk dalam kelompok rehabilitatif adalah
untuk memulihkan kembali kesehatan atau kondisi tubuh antara
lain, anti hipertensi atau menurunkan tekanan darah.
E Kelompok obat yang bersifat meningkatkan kesehatan dan promotif
yaitu meningkatkan stamina dan vitalitas tubuh yaitu obat-obat
golongan vitamin. Kelompok obat ini kadang dimasukkan
sebagai suplemen untuk melengkapi kebutuhan nutrisi makanan
Catatan pinggir
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
8
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
atau pada kekurangan vitamin tertentu. .
E Obat yang masuk dalam kelompok roborantia, penambah nafsu
makan, vitamin, mineral dan nutrien juga dapat digunakan untuk
peningkatan kesehatan atau promotif.
E Kelompok obat yang digunakan secara spesifik misalnya untuk
mencegah kehamilan atau mengatur regulasi hormonal misalnya
pada sediaan farmasi untuk pengaturan menstruasi untuk pencegahan
kehamilan pada pil KB (keluarga berencana).

Tidak semua obat bersifat betul-betul menyembuhkan penyakit, banyak
diantaranya hanya meniadakan atau meringankan gejala-gejalanya.
Oleh karena itu dapat dibedakan tiga jenis pengobatan :
ETerapi kausal,
dimana penyebab penyakit ditiadakan khususnya pemusnahan kuman
atau parasit. Contoh: antimikroba: sulfonamida, antibiotika, antiparasit:
anti malaria, anti cacing dan sebagainya.
ETerapi simtomatis,
hanya gejala penyakit diobati dan diringankan, sebabnya yang lebih
mendalam tidak dipengaruhi, misalnya analgetik pada rematik, anti
hipertensi dan kardiotonik.
ETerapi substitusi,
obat yang menggantikan zat lazimnya dibuat oleh organ yang sakit,
misalnya insulin pada diabetes, estrogen pada hipofungsi ovarium dan
obat-obat hormon lainnya. Obat oralit merupakan terapi substitusi
pengganti ion elektrolit yang hilang atau dikeluarkan pada saat terjadi
diare atau muntaber. Sediaan farmasi yang digunakan untuk
pencegahan kehamilan termasuk dalam obat kontrasepsi seperti pil
KB, suntikan dan implan.
7. Khasiat dan manfaat obat:
Ditinjau dari khasiat dan pemanfaatan serta penggunaan dari
suatu obat maka obat dapat dikelompokkan berdasarkan asas
manfaatnya. Kelompok obat berdasarkan asas manfaat dan khasiatnya
disebut sebagai kelas farmakologi atau kelas farmakoterapi. Kelas
farmakologi atau kelas farmakoterapi obat-obat relatif banyak sesuai dengan
masing-masing khasiat dan manfaat obat. Berikut ini beberapa khasiat dan
manfaat obat antara lain:
E Anti piretik adalah obat demam atau penurun panas :
parasetamol, aspirin
E Analgesik adalah obat untuk mengurangi atau menghilangkan rasa
nyeri : antalgin, asam mefenamat.
E Anti inflamasi non steroid adalah obat yang digunakan untuk
untuk mengurangi atau menghilangkan radang: Fenilbutazon
E Antihistaminika adalah obat yang dapat mengurangi atau
menghilangkan alergi disebut juga obat anti alergi misalnya CTM
dan deksklorfeniramin maleat.
E Antijamur adalah obat untuk mengeliminasi atau menghambat jamur
seperti ketokonazol, itrakonazol, klotrimazol, griseofulvin dan
nistatin.
E Antiinfeksi adalah obat untuk menyembuhkan infeksi digunakan
untuk membunuh atau menghambat kuman contoh:penisilin,
tetrasiklin .
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
9
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
E Obat TBC adalah etambutol, isoniazid, pyrazinamid dan rifampisin.
E Antintihipertensi bermanfaat sebagai penurun tekanan darah tinggi
antara lain captopril, lisinopril, propranolol dan reserpin
E Antitusif adalah obat batuk; Contoh obatnya :Dekstromethorpan
E Ekspektoranadalah obat untuk mengencerkan dahak:Bromheksin,
Gliseril guaiakolat (GG), Obat Batuk Hitam (OBH)
Proses Perjalanan Obat Dalam Konsep Farmakologi
Proses perjalanan obat mulai dari obat yang baik dan sesuai masuk masuk
tubuh, obat berada dalam tubuh akan mengalami berbagai tahapan dan
proses memengaruhi tubuh sebelum akhirnya keluar lagi dari dalam tubuh
disebut konsep farmakologi.
1. Obat: sediaan obat yang baik memenuhi semua persyaratan
sediaan farmasetika diseleksi dan disesuaikan sifat obat, bentuk
obat, keadaan pasien serta rute pemberian obat yang diinginkan
pengobatan.
2. Dosis obat yang tepat untuk pasien yang tepat. Dosis pemberian
obat harus disesuaikan dengan individu pasien yang bersangkutan
umur, berat badan, berat ringannya penyakit dan disesuaikan
dengan kondisinya.
3. Rute, cara pemberian dan cara pemakaian obat yang tepat. Obat
yang diberikan akan masuk ke dalam tubuh melalui berbagai rute
pemberian tergantung dari bentuk dan cara pemberian.
4. Obat mengalami proses farmasetika/biofarmasetika dan
bioavaibilitas. Sediaan oral akan diproses di saluran pencernaan
sampai tersedia dalam larutan tubuh yang siap
(bioavaibilitas=ketersediaan hayati) untuk diabsorpsi selanjutnya
oleh tubuh.
5. Obat mengalami proses farmakokinetika. Obat yang tersedia dalam
larutan tubuh segera mulai mengalami proses absorpsi, distribusi,
metabolisme atau biotransfomasi dan ekskresi. Distribusi obat ke
seluruh tubuh melalui saluran pembuluh darah.
6. Obat akan sampai pada tempat dimana obat akan bekerja yang biasa
disebut RESEPTOR (sel atau jaringan tempat obat bekerja)
7. Terjadi interaksi antara OBAT dan RESEPTOR yang berada dalam
jaringan. Lamanya interaksi obat reseptor baik dari segi intensitas
maupun afinitasnya. Interaksi obat reseptor ini akan menimbulkan
efek farmakodinami obat
8. Farmakodinami obat: yaitu munculnya pengaruh kerja obat
terhadap sel, jaringan, organ atau tubuh. Respons obat dapat
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
10
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
menyebabkan perubahan efek fisiologis yang disebut sebagai efek
farmakologi.
9. Efek Farmakologi: terjadi perubahan fungsi atau fisiologis dari sel
atau organ atau jaringan disebut juga efek farmakoterapi atau efek
obat. Efek farmakologi ini baik efek yang diinginkan maupun yang
tidak diinginkan.
10. Obat akan lepas dari Reseptor. Efek obat akan hilang jika obat lepas
dari reseptor, mengalami perlakuan farmakokinetika masuk ke jalur
distribusi, mengalami metabolisme atau biotransfomasi dan
eliminasi.
11. Hasil metabolisme atau biotransfomasi dan eliminasi biasanya
berupa metabolit obat atau sebagian masih berbentuk senyawa asli
senyawa obat.
12. Obat akan diekresikan keluar tubuh melalui berbagai macam cara
antara lain melalui ginjal dalam bentuk urine dan feses. Sebagian
kecil melalui kulit dalam bentuk keringat, feses, pernafasan, air
mata, ludah dan lainnya.
Kedua belas proses perjalanan obat mulai dari masuk sampai keluar dari
tubuh dapat dikelompokkan dalam tiga aspek. Ketiga aspek penting yang
dialami yang dialami obat dalam farmakologi yaitu:
E Aspek Farmasetika,
E Aspek Farmakokinetika
E Aspek Farmakodinamika
Masing-masing aspek atau fase dengan berbagai dan rincian prosesnya
sendiri-sendiri dan berkaitan satu sama lain.
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
11
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
TAHAP/FASE DALAM FARMAKOLOGI
1. Tahap/Fase Farmasetika:
Tahap/Fase Farmasetika, yaitu tahapan dimana obat memenuhi berbagai
criteria obat yang baik masuk ke dalam tubuh melalui rute yang sesuai.
Tahap farmasetika meliputi proses mulai seleksi sediaan farmasi yang
menyangkut sifat fisik, kimiawi bahan baku, cara campur dan buat obat,
bentuk-bentuk obat yang sesuai, rute pemberian dan cara pakai sampai obat
tersedia dalam tubuh (ketersediaan obat dalam tubuh).
Gambar 2 : Proses Biofarmasetik dan Bioavailabilitas Tablet Oral
Pelepasan Pelarutan obat
Absorpsi
disintegrasi media aqueous
oleh tubuh
Keterangan : Tahap farmasetika melalui proses biofarmasetika dan
bioavaibilitas
Tahapan ini menggambarkan mengenai hubungan dinamik antara obat yang
masuk ke dalam tubuh pelepasan dan pelarutan obat dengan ketersediaan
obat untuk diabsorpsi oleh tubuh.
2. Tahap Farmakokinetika
Tahapan/Fase Farmakokinetika, yaitu obat yang tersedia dalam tubuh
mengalami proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi (ADME);
disebut juga sebagai pengaruh tubuh terhadap obat.
Gambar 3 : Proses farmakokinetika
Keterangan: Ringkasan proses dalam tahap farmakokinetika
Tahap ini dimulai dari obat diserap atau diabsorbsi oleh tubuh, masuk ke
dalam system peredaran darah untuk diedarkan ke seluruh tubuh, obat
mengalami metabolisme atau biotransforasi di hati. Dalam darah obat
dapat terikat dengan protein darah atau bentuk bebas dan mengalami
metabolisme, terutama metabolisme terjadi di hati. Obat kemudian akan
didistribusikan keseluruh tubuh, ke reseptor (tempat kerja obat) dan ada
pula yang diekskresi. Proses obat keluar dari dalam tubuh baik dalam
bentuk asli/metabolit obat melalui organ ekskresi antara lain melalui ginjal,
saluran pencernaan, pernafasan dan kulit.
3. Tahap Farmakodinamika
Tahapan/Fase Farmakodinamika dimana obat sampai di reseptor
kemudian mengalami proses berantar aksi dengan reseptor dan
memengaruhi reseptor, memengaruhi sel-sel atau organ tubuh, dikenal
sebagai respons biologik obat mulai bekerja sehingga terjadinya atau efek
farmakologi obat. Bila obat telah sampai di jaringan atau reseptor akan
terjadi interaksi dengan reseptor, biasanya dengan protein membrane, akan
menimbulkan respons biologik.
Gambar 4: Interaksi antara obat dan reseptor
Keterangan: O=obat; R=reseptor; OR = Ikatan obat reseptor; serta
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
12
Obat dalam/
Produk obat
Partikel
obat padat
Obat dalam
larutan
Absorpsi Distribusi Metabolisme
Ekskresi
O + R + OR + Efek O = Efek Farmakologi


C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
BAGAN KONSEP FARMAKOLOGI:
Ketiga tahap penting yang dialami yang dialami obat dalam farmakologi yaitu: tahap farmasetika,
tahap farmakokinetika dan tahap farmakodinamika. Masing-masing tahap dengan berbagai dan rincian
prosesnya sendiri-sendiri dan berkaitan satu sama lain yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5: Skema tahapan dan proses dalam konsep farmakologi
OBAT yang BAIK
(memenuhi persyaratan obat)
OBAT yang SESUAI
(persyaratan farmasetika)
RUTE yang BENAR
(cara pemberian yang baik)
parenteral/suntikan
Obat Masuk (oral) Farmasetika/
LUAR TUBUH Biofarmasetika

DALAM TUBUH
Disintegrasi, dissolusi
Intravaskuler Obat larut & tersedia
(bioavailabilitas)



Farmako-
kinetika

Interaksi Obat Reseptor Farmakodinamika
Efek Farmakologi
1 Terapeutik
1 Efek Merugikan
Eso, toksis,
hipersensitif
DALAM TUBUH Obat dikeluarkan dari tubuh
LUAR TUBUH
S e k r e s i obat dan atau metabolit
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
13
RESEPTOR METABOLISME DISTRIBUSI
ABSORPSI
EKSKRESI
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
Dalam urin, feses, keringat, empedu,dll
Keterangan: Obat mulai dari fase farmasetika masuk ke dalam tubuh, tersedia dalam cairan tubuh,
melalui fase farmakokinetika, mengalami fase farmakodinamika sampai keluar lagi dari
tubuh

TAHAP FARMASETIK/BIOFARMASETIKA
Tahap farmasetika atau sering disebut biofarmasetika adalah tahap
pertama perjalanan obat dalam saluran gastrointestinal, dimana obat yang
bentuknya padat (tablet, kaplet, pil, kapsul) mengalami disintegrasi menjadi
partikel kecil dan dissolusi supaya dapat larut ke dalam cairan tubuh.
Seberapa besarnya ketersediaan obat yang berada dalam cairan tubuh
merupakan kesediaan obat untuk diabsorbsi oleh tubuh selanjutnya.Tahapan
ini menggambarkan proses mengenai hubungan dinamik antara obat yang
masuk ke dalam tubuh sesuai bentuk sesuai bentuk, rute, cara pemakaian,
pelepasan dan pelarutan obat dengan ketersediaan obat tersebut untuk
diabsorpsi oleh tubuh. Tahap ini dimulai saat memilih bentuk obat yang
sesuai dan penggunaan obat hingga pelepasan zat aktifnya ke dalam
cairan tubuh; untuk selanjutnya diabsorpsi masuk ke dalam sistem distribusi
dan diedarkan ke seluruh tubuh.
Gambar 5: Proses Biofarmasetik dan Bioavailabilitas Tablet Oral
Pelepasan Pelarutan obat
Absorpsi
disintegrasi media aqueous
oleh tubuh
Keterangan : Tahap farmasetika melalui proses biofarmasetika dan
bioavaibilitas
Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari pengaruh-pengaruh
pembuatan sediaan terhadap kegiatan terapeutika obat. Efek terapi obat
tidak hanya tergantung pada faktor farmakoterapinya ternyata faktor
formulasi dapat menyebabkan ketersediaan hayati obat dalam tubuh yang
dapat memengaruhi efek obat. Hal ini berhubungan erat dengan bentuk
fisik zat aktif, keadaan struktur kimia, zat tambahan dan proses pembuatan
sediaan. Bentuk fisik zat aktif dapat berupa amorf, kristal, atau derajat
kehalusan dari zat kristalnya. Keadaan atau stuktur kimiawi seperti bentuk
ester, garam, garam kompleks ataupun bentuk isomer yang lainnya. Zat
penambah atau pembantu seperti pengisi, pelekat, pelicin dan pelindung.
Dalam proses pembuatan obat tak kalah pentingnya teknik yang digunakan
untuk membuat sediaan seperti tekanan tablet, emulgator, penyalutan tablet
dan lainnya.
Formulasi obat dalam tahap farmasetika tergantung pada faktor- faktor
berikut: penghalang yang dapat dilewati oleh obat.
E Preparat oral harus melewati dinding saluran pencernaan dan dinding
pembuluh darah sebelum memasuki aliran darah. Obat-obatan oral harus
tahan terhadap lingkungan asam dalam lambung dan harus menembus
lapisan usus sebelum memasuki aliran darah diabsorpsi melalui mukosa
saluran pencernaan dan dinding kapiler sebelum masuk ke aliran darah.
Kestabilan obat dalam lambung, obat didenaturasi oleh asam bukan obat
yang baik untuk oral karena dapat dirusak dalam lambung (pH =2).
E Keadaan saat obat akan digunakan serta mendesaknya situasi medis
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
14
Obat dalam
Produk obat
Partikel
obat padat
Obat dalam
larutan
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
pasien. Obat intravena disuntikan secara langsung ke dalam aliran darah
E Efek lintasan pertama, obat dari saluran pencernaan dibawa oleh darah
langsung melintasi hati sebelum memasuki organ-organ lain. Selama
lintasan pertama melalui hati ini, sebagian obat dapat dimetabolisme
menjadi derivat yang tidak aktif atau kurang aktif.
Tahap farmasetika meliputi juga cara dan rute pemberian obat serta waktu
mulai penggunaan sediaan obat misalnya tablet melalui mulut hingga
pelepasan pelepasan zat aktifnya kedalam cairan tubuh. Cara pemberian
obat meliputi: oral, sublingual, rectal, topical, inhalasi, parenteral antara
lain intravena, intramuskuler, subcutan dan transdermal. Oral (per oral=
PO): paling cocok untuk obat-obat yang diberikan sendiri, paling banyak
dipakai sehingga selalu diperhatikan biofarmasetikanya.
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
15
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
TAHAP FARMAKOKINETIK
Setelah obat dilepas dari bentuk sediaannya maka obat akan diabsorpsi
ke dalam darah, segera akan didistribusikan melalui pembuluh darah ke tiap-
tiap jaringan tubuh. Keseluruhan proses perjalanan obat ini untuk mencapai
tempat kerja obat. Dalam darah obat dapat terikat dengan protein darah
atau bentuk bebas dan mengalami metabolisme, terutama metabolisme
terjadi di hati. Obat kemudian akan didistribusikan dalam tubuh ada yang
menuju ke reseptor (tempat kerja obat). Ada empat proses yang dialami
obat di dalam tubuh disingkat ADME (absorpsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi) obat ini sering disebut juga sebagai pengaruh tubuh terhadap
obat.yaitu: Absorpsi, obat diabsorbsi tubuh; Distribusi ke seluruh tubuh
sampai ketempat reseptor. Metabolisme atau biotransfomasi dan Ekskresi
obat keluar lagi dari tubuh
Gambar 6: Proses farmakokinetika
Keterangan: Ringkasan proses dalam tahap farmakokinetika
Tahap farmakokinetik dianggap sebagai tahap dimana nasib obat ditentukan
oleh mekanisme dalam tubuh atau pengaruh tubuh terhadap obat.
Absorpsi :
Absorbsi adalah perjalanan partikel obat dari saluran gastrointestinal ke
dalam cairan tubuh untuk siap didistribusikan. Sediaan padat obat oral
kebanyakan diabsorbsi di usus halus melalui villi mukosa yang halus dan
luas. Ada beberapa cara absorpsi dilakukan yaitu:
E Absorpsi pasif : umumnya terjadi melalui proses difusi, yaitu
pergerakan obat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
E Absorpsi aktif yaitu obat bergerak melawan perbedaan konsentrasi
perlu enzim atau protein yang membawa obat menembus membran
sel.
E Pinositosis: yaitu membawa obat menembus membrane dengan
proses menelan atau fagositosis
Absorbsi obat dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain makanan yang
dimakan, aliran darah yang buruk atau beberapa penyakit dapat merintangi
absorpsi obat., rasa nyeri, stress, kelaparan, dan pH. Makanan yang padat
pedas, berlemak dapat menyebabkan obat lebih lama berada dalam lambung.
Distribusi :
Distribusi obat dalam tubuh dilakukan melalui jaringan kardiovaskuler
(sistem peredaran darah). Distribusi merupakan proses perjalanan obat
melalui cairan tubuh untuk sampai ke jaringan tubuh atau reseptor tempat
dimana obat tersebut akan bekerja.
E Pada umumnya obat obat yang berikatan dengan protein darah
termasuk tinggi (di atas 80 %) dan cukup tinggi (di atas 60 80 %),
yang berikatan sedang dengan protein antara 40 60 %.
E Hanya obat-obat dalam bentuk bebas (tidak berikatan dengan protein)
yang bersifat aktif dan menimbulkan efek farmakologik.
E Keadaan patologik seperti tumor, abses, kelenjar atau eksudat akan
berpengaruh terhadap distribusi obat.
Gambaran singkat proses tersebut sebagai berikut:
Obat masuk ke sirkulasi darah kebanyakan berikatan dengan
protein dan sebagian lagi dalam bentuk bebas kemudian obat obat
melintasi membrane sel lalu masuk ke dalam intrasel dan ekstra
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
16
Absorpsi Distribusi Metabolisme Ekskresi
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
Metabolisme:
Metabolisme obat atau sering disebut juga biotransformasi obat pada
umumnya terjadi di sel-sel hati. Kebanyakan obat diinaktifkan oleh enzim-
enzim hati dan kemudian biotransformasi menjadi metabolit inaktif atau zat
yang larut dalam air untuk diekskresikan. Penyakit-penyakit hati seperti
sirosis dan hepatitis memengaruhi metabolisme obat.
E Waktu paruh obat ( t ) :
Waktu paruh adalah jumlah waktu yang dibutuhkan oleh konsentrasi suatu
obat dalam plasma untuk turun menjadi 50% setelah penghentian obat; atau
waktu yang diperlukan agar sisa obat dalam tubuh menjadi separuhnya.
Separuh obat lagi telah mengalami eliminasi ataupun keluar dari tubuh.
Waktu paruh untuk tiap jenis obat tidak sama, ada yang membutuhkan
waktu yang lama dan ada yang tidak. Waktu paruh pertama obat menjadi
separuhnya, waktu paruh kedua obat menjadi tinggal seperempat, waktu
paruh ketiga sisa obat menjadi sepedelapan dan seterusnya.- Hal ini amat
berguna pada perencanaan dosis dan frekuensi pemberian obat.
E Konsentrasi obat dalam tubuh
Konsentrasi obat dalam darah atau dalam plasma jika obat diberikan secara
oral waktu puncaknya mungkin berkisar antara 1 sampai 3 jam setelah
pemberian, diberikan secara intravena kadar puncaknya mungkin dicapai
dalam 10 menit. Konsentrasi tertinggi obat dalam plasma digunakan
sebagai indicator terapeutik obat. Konsentrasi obat dalam tubuh akan terus
menurun karena mengalami ekskresi, sampai akhirnya semua obat
dikeluarkan dari dalam tubuh.
Gambar 7: Hubungan konsentrasi obat dalam plasma versus waktu

Konsentrasi Batas maksimum
dalam
plasma
Batas minimal
Waktu
Keterangan:
Gambar menunjukkan konsentrasi obat dalam darah selama proses
farmakokinetika Jendela terapi menunjukan lebar atau sempitnya
efek terapi.
Ekskresi Obat :
Obat setelah mengalami metabolisme maka obat akan dikeluarkan dari
tubuh. Proses obat keluar dari tubuh dengan berbagai macam cara, sebagian
besar melalui ginjal dan keluar dalam bentuk urin.
E Proses eliminasi: proses dimana obat mengalami metabolisme dan
dikeluarkan dari tubuh sering disebut juga proses eliminasi obat.
E Laju ekskresi suatu obat sangat menentukan konsentrasi obat dalam
tubuh bila obat sulit mengalami eliminasi maka pemberian dosisnya
atau frekuensinya turut dipengaruhi laju sekresi obat.
Obat yang berikatan dengan protein tidak dapat melewati filtrasi oleh ginjal,
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
17
Jendela terapi
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
hanya obat atau metabolit bebas yang dapat diekskresi melalui urine. Selain
itu rute pengeluaran meliputi: empedu, paru-paru, air susu ibu, keringat,
melalui mukosa kulit, sebum/lemak, air liur, air mata, flatus dan tinja.
TAHAP FARMAKODINAMIKA
Farmakodinamika merupakan fase efek atau pengaruh obat terhadap
tubuh atau fungsi organ atau fungsi sel. Tahap farmakodinamika dimulai
pada saat obat mencapai reseptor dan terjadi interaksi antara obat dan
reseptor. Interaksi ini yang akan menimbulkan efek atau kerja obat. Efek
obat dapat diamati atau yang terasa berupa misalnya hilangnya gejala
sakit/nyeri atau dapat juga berupa rangsangan terhadap aktifitas sel/organ.
Secara skematis interaksi obat reseptor ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 8: Interaksi antara obat dan reseptor
Keterangan: O=obat; R=reseptor; OR = Ikatan obat reseptor; serta efek
farmakologi
E Reseptor
Reseptor = tempat kerja obat atau tempat dimana obat dapat bekerja
baik pada tingkat sel ataupun jaringan; kebanyakan reseptor berstruktur
protein ditemukan pada membran sel. Teori reseptor yang sering
dikemukakan mengatakan bahwa obat hanya dapat menimbulkan
efeknya bila terjadi interaksi antara molekulnya dengan molekul tubuh
atau kuman. Tempat-tempat terjadi hipotesis ini dinamakan reseptor-
reseptor bagi obat didalam organisme.
E Interaksi obat reseptor
Interaksi antara obat dan reseptor dapat menghasilkan efek obat atau
efek farmakologi obat. Efek farmakologi yang ditimbulkan dalan
antaraksi bisa efek utama dan efek tambahannya. Efek utama sebagai
efek primer yang diinginkan atau efek farmakoterapi dan efek sekunder,
efek sekunder ini bisa yang diinginkan atau yang tidak diinginkan.
Dalam bagan diatas terlihat bahwa yang dimaksud dengan
mekanisme kerja obat adalah akibat langsung penggabungan molekul
obat {O} dengan suatu reseptor [R]. Bila reseptor itu suatu enzim, maka
hasilnya dapat berupa penghambatan atau perangsangan enzim tersebut.
Setelah kompleks obat-reseptor{OR} terbentuk kemungkinan besar
akan terjadi reaksi rantai lebih lanjut, tetapi yang terlihat atau dapat
diobservasi ialah timbulnya perubahan fungsi organ tertentu. Perubahan
yang dapat dilihat, diamati, atau dirasakan disebut efek obat atau efek
farmakologi obat.
E Agonis dan antagonis
Obat yang menghasilkan respon disebut agonis sedangkan obat yang
menghambat respon disebut antagonis. Sebuah reseptor yang terdapat
di tempat-tempat berbeda dalam tubuh akan menghasilkan bermacam-
macam respon fisiologis, tergantung di mana letak reseptor itu berada.
Obat yang bekerja pada tempat-tempat seperti itu disebut nonspesifik.
Obat yang menimbulkan berbagai respons di seluruh tubuh disebut
memiliki respon yang nonspesifik. Ada pula obat yang memengaruhi
berbagai reseptor dalam tubuh disebut sebagai nonselektif atau memiliki
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
18
O + R + OR + Efek O = Efek Farmakologi
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
nonselektifitas.
E Awitan
Awitan adalah jumlah waktu yang diperlukan oleh suatu obat untuk
mulai bekerja. Mula kerja obat, dimulai pada waktu obat memasuki
plasma sampai mencapai konsentrasi efektif minimal (MEC= minimum
effective consentration). Beberapa obat menghasilkan efek dalam
beberapa menit, akan tetapi obat yang lain dapat memakan waktu
beberapa jam atau hari.
Obat-obat yang diberikan secara intravena secara umum mempunyai
awitan lebih cepat dibanding obat-obat yang diberikan peroral karena
oral harus diabsorpsi dan melalui usus sebelum masuk ke aliran darah.
E Puncak kerja obat
Puncak kerja obat terjadi pada saat obat mencapai konsentrasi tertinggi.
Puncak kerja obat adalah konsentrasi plasma tertinggi dari sebuah obat
pada waktu tertentu. Jika obat diberikan secara oral waktu puncaknya
mungkin berkisar antara 1 sampai 3 jam setelah pemberian, bila
diberikan secara intravena kadar puncaknya mungkin dicapai dalam 10
menit. Kadar terapeutik obat dapat dicapai lebih cepat dengan
memberikan dosis muatan yang diikuti dengan dosis rumatan.
E dosis pembebanan/dosis muatan: adalah pemberian dosis awal yang
lebih besar, hal ini sering dilakukan dalam pengobatan sehingga mudah
tercapai konsentrasi efektif minimal (MEC= minimal effective
concentration) dalam plasma. Dosis muatan adalah dosis awal obat yang
lebih tinggi dari dosis-dosis selanjutnya dengan tujuan mencapai kadar
obat terapeutik dalam serum dengan cepat. Dosis uatan diikuti dengan
dosis rumatan yang merupakan dosis obat yang mempertahankan
konsentrasi plasma dalam keadaan stabil pada rentang terapeutik,
regimen dosis (cara, jumlah, dan frekuensi), pemberian obat
mempengaruhi awitan dan durasi (lama) kerja obat.
E Lama kerja obat atau durasi
Durasi adalah lamanya waktu suatu obat bersifat terapeutik atau
lamanya obat mempunyai kerja farmakologis. Durasi biasanya sesuai
dengan waktu paruh obat tersebut ( kecuali bila obat terikat secara
ireversibel dengan reseptornya ) dan tergantung pada metabolisme dan
ekskresinya. Lama kerja obat tergantung waktu paruh obat. Kerja obat
dapat berlangsung beberapa jam, hari, minggu atau bulan. Jadi waktu
paruh merupakan pedoman yang penting untuk menentukan interval
dosis obat dan frekuensi pemakaiannya. Jika sebuah obat diberikan
dalan waktu paruh yang panjang diberikan dua kali atau lebih dalam
sehari akan mengakibatkan penimbunan obat dan menimbulkan efek
over dosis (OD) dan toksisitas.
E Tempat kerja obat selain reseptor
Masih dikenal pula beberapa mekanisme kerja lain tanpa pengikatan pada
reseptor yaitu :
- Secara fisika, misalnya anestesi, laksansia dan diuretic osmotic. Obat
ini dianggap melarut dalam lapisan lemak dari membran sel, yang
karenanya berubah sedemikian rupa sehingga transport dari oksigen
dan zat-zat gizi terganggu, akibatnya hilang perasaan.
- Secara kimiawi, misalnya antasida lambung. Antasida ini dapat
mengikat asam lambung yang berlebihan dengan reaksi netralisasi
kimiawi.
- Secara kompetisi, yaitu dengan antagonisme saingan, misalnya pada
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
19
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
pemakaian obat golongan sulfonamida.
- Dengan proses metabolisme berbagai macam, misalnya antibiotika
yang dapat menggangu pembentukan dinding sel.
Untuk memperpanjang efek kerja suatu obat dapat digunakan beberapa cara
mempertahankan konsentrasi obat dalam tubuh sehingga durasi kerja
obatnya dapat diperpanjang; antara lain dengan :
E Menggunakan minyak sebagai pelarutnya untuk zat hidrofil,
misalnya hormon kelamin, penisilin dan sebagainya
E Memerkecil daya larut dengan menggabungkannya dengan zat lain
misalnya protamin zinc insulin
E Menggunakan kristal obat yang lebih kasar misalnya insulin
E Menggunakan zat atau fasa agar system pengeluaran obat dari
bentuk tablet atau kapsul berlangsung lebih lama/berjalan lebih
lambat.
E Efek kerja obat yang berlangsung lebih lama disebut sebagai long
acting dikenal dengan istilah antara lain: timespan, retard, repetab
dan spansul
Mekanisme kerja obat:
Mekanisme kerja obat adalah akibat langsung penggabungan molekul obat
{O} dengan suatu reseptor [R] disebut komplek obat-reseptor{OR}. Bila
reseptor itu suatu enzim, maka hasilnya dapat berupa penghambatan atau
perangsangan enzim tersebut. Setelah kompleks obat-reseptor{OR}
terbentuk, kemungkinan besar akan terjadi reaksi rantai lebih lanjut. Reaksi
yang terjadi dari suatu komplek OR akan menimbulkan efek kerja obat ini
disebut sebagai mekanisme kerja obat. Mekanisme kerja suatu obat dapat
diobservasi atau yang terlihat berupa timbulnya perubahan fungsi organ
atau jaringan tertentu tertentu. Perubahan tersebut bisa merangsang atau
menekan fungsi-fungsi organ atau jaringan. Perubahan tersebut dapat
dilihat, diamati, atau dirasakan disebut efek obat atau efek farmakologi
obat.
Ada lima kategori dari kerja obat meliputi:
E Mekanisme kerja obat reseptor (OR) yang menimbulkan perubahan
fungsi organ, bisa merangsang atau menekan fungsi-fungsi organ atau
jaringan.
E Merangsang atau menekan fungsi organ tetapi obat yang tidak bekerja
pada reseptor di organ tersebut; tetapi bekerja pada reseptor dapat
berfungsi merangsang aktivitas enzim atau produksi hormon. Obat
yang menekan akan menurunkan aktivitas sel dan mengurangi fungsi
organ.
E Menggantikan, misalnya obat-obat sebagai pengganti senyawa-senyawa
tubuh yang esensial seperti insulin
E Mencegah atau membunuh mikroorgnisme, seperti pada umumnya
antimikroba atau antibiotika
E Mengiritasi, misalnya obat laksatif dapat mengiritasi bagian dalam
kolon sehingga meningkatkan peristaltic dan defekasi.
Efek terapeutik
Perubahan yang ditimbulkan oleh kerja obat atau efek farmakologi obat bisa
bermanfaat,bisa juga berupa efek yang merugikan.Efek obat yang
menguntungkan disebut sebagai efek terapi obat antara lain berupa:
E Anestetika berkhasiat untuk mengurangi atau menghilangkan rasa.
Anestetika local seperti prokain, prilokain, lignokain, etilklorida;
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
20
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
sedangkan anestetika umum contohnya ketamin, fentanil dan halotan.
E Khasiat obat untuk anti infeksi cacing yaitu albendazole,
mebendazole, pirantel dan piperazin.
E Antiinfeksi dari kuman misalnya penisilin, ampisilin, amoksisilin,
tetrasiklin, kloramfenikol, klindamisin dan siprofloksasin .
E Antijamur seperti ketokonazol, itrakonazol, klotrimazol, griseofulvin
dan nistatin.
E Obat penyakit TBC adalah etambutol, pyrazinamid dan rifampisin.
E Obat antihipertensi atau penurun tekanan darah tinggi antara lain
captopril, reserpin
Reaksi obat yang tidak diingikan atau yang merugikan:
E Reaksi obat yang tidak diinginkan dapat timbul pada seseorang yang
menggunakan obat. reaksi yang merugikan adalah batas efek yang
tidak diinginkan pada dosis normal dari obat-obat yang diberikan. reaksi
yang tidak diinginkan dari pemakaian obat bisa dari yang ringan sampai
yang berat, disebabkan antara lain, karena: overdosis, side effect, drug
poisoning, akumulasi obat, hypersensitivy, ketergantungan, toleransi &
resistensi, interaksi obat: sinergis dan antagonis, interaksi obat makanan,
idiosyncracies, ketidak- patuhan dan kesalahan pemberian obat.
E Manifestasi dari reaksi obat yang tidak diinginkan dapat berupa antara
lain: alergi: bentuk dari alergi sendiri berbagai macam sangat
individual: ruam kulit, gatal, mual, muntah , diare; efek samping obat
(eso)
Toleransi, ketergantungan dan Gejala Putus Obat
E Toleransi
Toleransi menggambarkan penurunan respons terhadap suatu obat.
Secara klinis terlihat ketika dosis obat harus ditingkatkan dosisnya untuk
mencapai efek yang sama.
E Ketergantungan
Ketergantungan adalah gejala-gejala dorongan untuk menggunakan obat
secara terus menerus, toleransi dan gejala putus obat apabila penggunaan
dihentikan. Ketergantungan terjadi ketika pasien membutuhkan suatu
obat untuk dapat berfungsi normal. Ketergantungan dapat bersifat
fisik: Dorongan kebutuhan tubuh secara terus menerus mengkonsumsi
obat sehingga proses fisik dapat berjalan secara normal; misalnya
ketergantungan pada pencahar agar dapat buang air besar secara normal.
Ketergantungan psikis : Dorongan kejiwaan yang terus menerus untuk
memperoleh obat dengan segala macam cara dan mengonsumsinya agar
terpenuhinya kebutuhan psikologis; misalnya harus minum alcohol
supaya lancar bicara, minum secangkir kopi sebelum aktif bekerja,
minum vitamin/neurotropikagar aktif atau obat psikotropika dan
narkotika.
E Adiksi
Adiksi adalah gejala-gejala dorongan untuk menambah dosis untuk
menghasilkan efek farmakologi yang sama. Secara klinis terdeteksi
ketika penghentian obat membuat gejala-gejala putus obat. Ada obat
atau bahan tertentu yang dapat menimbulkan gejala adiksi ini
E Gejala Putus Obat
terjadi ketika suatu obat tidak diberikan lagi pada pasien yang
tergantung. Gejala-gejala putus obat sering berlawanan dengan efek
yang dibuat oleh obat (penghentian obat antihipertensi sering
menyebabkan hipertensi berat dan takikardi refleks). Dalam beberapa
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
21
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
kasus, seperti penghentian morfin atau alcohol, gejala-gejalanya
kompleks dan dapat tidak berhubungan dengan efek obatnya.
E Efek obat karena terjadi interaksi obat
Interaksi Obat: Obat-obat dapat berinteraksi satu sama lain menurut
mekanisme berikut :
- Perubahan absorpsi : Obat-obat dapat menghambat absorpsi obat lain
melintasi membran biologik (obat antiulkus yang melapisi lambung
dapat menurunkan absorpsi gastrointestinal terhadap obat-obat lain)
- Perubahan metabolisme: Induksi atau kompetisi memperebutkan enzim-
enzim metabolisme.
- Kompetisi protein plasma: obatobat yang mengikat protein plasma
dapat bersaing dengan obat lain memperebutkan tempat pengikatan
protein. Pergeseran obat A. dari protein plasma oleh obat B dapat
meningkatkan konsentrasi obat A yang tidak terikat ke kadar toksik.
- Perubahan ekskresi: obat-obatan dapat bekerja pada ginjal untuk
mengurangi ekskresi zat-zat tertentu (mis. Probenesid bersaing dengan
sulfonamid memperebutkan pembawa yang sama, sehingga
meningkatkan resiko toksisitas sulfonamid).
Istilah-istilah yang digunakan untuk menerangkan interaksi obat adalah:
- Sinergisme, adalah response yang ditimbulkan oleh gabungan obat
lebih besar dari pada gabungan respons masing-masing obat.
- Sinergis penjumlahan atau adisi, adalah respons yang ditimbulkan oleh
gabungan obat sama dengan respons masing-masing obat.
- Sinergis potensiasi adalah respons yang ditimbulkan oleh gabungan
obat jauh lebih besar respons masing-masing obat.
- Antagonisme adalah obat yang menghambat obat lain. Biasanya respons
yang ditimbulkan oleh gabungan obatsaling meniadakan respons obat
lain.
Bab dua
Penggolongan Dan Klasifikasi Obat
Penggolongan dan klasifikasi obat tergantung dari aspek mana kita
melihatnya. Pengelompokan terutama didasarkan pada efekmenguntungkan
atau efek yang merugikan terhadap kesehatan. Disamping itu didasarkan
pada berbagai pertimbangan antara lain yaitu pengetahuan masyarakat,
kewenangan profesi, tingkat pengawasan, mudah tidaknya obat tersebut
diperoleh, yang semuanya bermuara pada tingkat keamanan dalam
penggunaan obat tersebut. Klasifikasi suatu obat pada umumnya dapat
dikelompokkan berdasarkan peraturan perundangan, kegunaan obat, bentuk
dan cara pakai obat, struktur kimia ataupun menurut asal usul suatu obat.
Garis Besar Penggolongan dan Klasifikasi Obat didasarkan pada:
1. Peraturan perundangan: Narkotika, Psikotropika, Obat Keras, Bebas
Terbatas & Obat Bebas dan obat tradisional yang dikenal sebagai jamu
2. Bentuk obat : Tablet, Kapsul, Sirup, Parenteral, Pil, Injeksi, Salep,
Tetes, Serbuk, Infus, Drage, Ovula, Supositoria, dll
3. Rute dan cara pakai obat: Oral, Suntik, Oles, Diminum, Dikumur,
Dioles, Disuntik, Dikemut, Ditetes, Inhalasi, Disemprot, Per vaginal,Per
anal,dll
4. Kelas terapi obat: Analgesik, Antihistaminika, Antiinfeksi, Psikotropika,
5. Struktur kimia: Penisilin dan turunannya, Sulfonamida dan turunannya
6. Asal usul obat: Hewani, Tumbuhan, Sintesis, Mikroba, Bahan Tambang
PERATURAN PERUNDANGAN:
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
22
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
Menurut peraturan perundangan yang berlaku obat dapat diklasifikasikan
ke dalam beberapa kelompok dan golongan. Berdasarkan peraturan
perundangan yang ada obat digolongkan menjadi Narkotika, Psikotropika,
Obat Keras, Obat Bebas Terbatas, Obat Bebas dan Obat Tradisional.
Undang-undang yang mengatur tentang obat adalah:
E Undang-undang Obat Keras tahun 1948,
E Undang-undang No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika
E Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika serta
E Sejumlah peraturan pengaturan mengenai obat yang lainnya.
1. OBAT KERAS
Undang-undang Obat Keras No. 419 tgl 22 Desember 1949 berdasarkan UU
Obat Keras (St. 1937 N0. 541).- Obat keras yaitu obat-obatan yang tidak
digunakan untuk keperluan teknik, yang mempunyai khasiat mengobati,
menguatkan, membaguskan, mendesinfeksikan dan lain-lain tubuh manusia
baik bungkusan maupun tidak, yang ditetapkan oleh Menkes. Menkes
mempunyai wewenang menetapkan bahan-bahan sebagai obat keras.
Penetapan ini dijalankan dengan menempatkan bahan-bahan itu pada daftar
G atau daftar W.
Daftar G : Gevarlijk (obat keras) : Daftar obat keras
Daftar W: Warschuwing (Daftar Peringatan)Daftar obat bebas terbatas
- Daftar G sebagai obat keras; istilah yang paling sering digunakan adalah
obat etikal (ethical). Harus dengan resep dokter
- Obat-obat ini hanya diperoleh di apotek, rumah sakit atau puskesmas
- Semua obat suntik: pemberian obat dengan cara merobek jaringan asli.
- Obat yang termasuk dalam daftar G tidak boleh diiklankan di media massa
- Obat yang tidak jelas identitasnya atau yang dikeluarkan dari wadah
aslinya atau yang masih dalam penelitian
- Penandaan obat keras: Tanda khusus Obat Keras Daftar G: sesuai
dengan
SK. MENKES nomor: 2396 /A/ SK /VIII/ 86 Tgl. 7
Agustus 1986;
- Lingkaran Merah Tepi Hitam ada huruf K di
dalamnya
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
23
K
K
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
2. OBAT BEBAS DAN BEBAS TERBATAS
Obat Bebas Terbatas (OBT) = Daftar W = Warschuwing yaitu obat dengan
tanda peringatan; OBT ini dapat diperoleh tanpa melalui resep dokter.
E Istilah digunakan adalah OTC (baca otisi) singkatan dari over the
counter
E Dapat diperoleh tanpa resep dokter; Untuk pengobatan diri sendiri
E Masyarakat boleh memperolehnya di Apotek atau Toko Obat
E Yang paling penting untuk masyarakat sebelum menggunakan obat ini
yaitu membaca tanda peringatan yang tertera pada bungkus terkecil
obat.
E Penandaan obat bebas terbatas:
- Tanda khusus Obat Bebas Terbatas: SK MenKes N0.
2380/A/SK/83 tanggal 15 Juni 1983
- Ada tanda pada bungkus terkecil, berupa Lingkaran
biru tepi hitam
E Pada bungkus terkecil harus terdapat tanda peringatan berupa kotak
hitam, tulisan putih yang memuat;

3. OBAT BEBAS
Kriteria obat bebas adalah obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter dan
disertai dengan penandaan obat bebas, dapat diperoleh di rumah sakit, di
apotek dan toko obat berijin.
E Obat-obat dari kelompok ini juga dapat diiklankan pada media masa.
E Penandaan obat bebas:
- Tanda khusus untuk Obat Bebas Terbatas: SK
MenKes No.2380/A/SK/83 tanggal 15 Juni 1983.
- Ada tanda pada bungkus terkecil, berupa Lingkaran
hijau tepi hitam.
4. OBAT TRADISIONAL:
E Obat Tradisional : adalah bahan atau ramuan bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari
bahan tersebut yang secara turun temurun digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman.
E Obat yang digunakan berdasarkan pengalaman
dan diwariskan secara turun temurun.
Penandaan obat tradisional:
5. OBAT FITOFARMAKA
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
24
P. No.2
Awas ! Obat Keras
Hanya untuk kumur jangan ditelan
jangan ditelan
P. No.5
Awas ! Obat Keras
Tidak boleh ditelan
P. No.1
Awas ! Obat Keras
Bacalah aturan memakainya
P. No.4
Awas ! Obat Keras
Hanya untuk dibakar
P. No.6
Awas ! Obat Keras
Obat wasir jangan ditelan
P. No.3.
Awas ! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar badan
JAM
U
D
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
E Fitofarmaka: adalah sediaan obat yang telah
Dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan
bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik
yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku.
E Penandaan: Ada gambar daun atau pucuk dalam lingkaran
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
25
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
5. NARKOTIKA
UU no. 22 tahun 1997 ttg Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagai mana
terlampir dalam UU ini atau yang ditetapkan kemudian oleh Menkes.
1. Narkotika Gol. I adalah hanya untuk pengembangan ilmu akibatkan
ketergantungan. Contohnya : Papaveromniferum, (kecuali biji), opium
mentah (getah buah), opium masak (candu; jicing); Erythroxylon,
kokain, Tanaman Ganja (Cannabis).
2. Narkotika Gol. II adalah untuk terapi sebagai pilihan terakhir dapat
untuk ilmu pengetahuan, potensi tinggi, contoh : Morfina, Fentanil,
Metadon, Petidin.
3. Narkotika Gol. III untuk terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan,
potensi ringan, ketergantungan. Contoh : Kodein, Etilmorfin,
Dextropropoksifen.
E Ketergantungan Narkotika adalah gejala-gejala dorongan untuk
menggunakan narkotika secara terus menerus, toleransi dan gejala putus
narkotika apabila penggunaan dihentikan.
E Penyerahan narkotik oleh apotik hanya dapat ke apotik lain, RS,
Puskesmas BP, pasien hanya atas R/ dokter, tidak boleh salinan resep
E Tempat penyimpanan Narkotika haruslah memenuhi persyaratan.
E Laporan Narkotika juga dilakukan secara khusus
E Dilakukan dengan format dan tata cara khusus
6. PSIKOTROPIKA
UU no. 5 tahun 1997 ttg Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat (SSP) yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Obat-obat Psikotropika
punya potensi besar menyebabkan ketergantungan.
Penggolongan psikotropika
1. Psikotropika-Gol. I : Psi yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta punya potensi amat
kuat => sindrom ketergantungan. Contoh: Brolamfetamin, Lisergid
(LSD).
2. Psikotropika-Gol. II : Psi yang berkhasiat terapi dan dapat digunakan
terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta punya potensi kuat
=> sindrom ketergantungan. Contoh : Amfetamin, deksamfetamin,
Metamfetamin, Metakualon.
3. Psikotropika-Gol. III : Psi yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta punya
potensi sedang => sindrom ketergantungan. Contoh : Amobarbital,
Flunitrazepam, Pentobarbital
4. Psikotropika-Gol.IV Psi yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan
terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta punya potensi ringan
=> sindrom ketergantungan. Contoh: Allobarbital, barbital, bromazepam,
Diazepam, Etilamfetamin, Fludiazepam, Flurazepam, Nitrazepam,
Tetrazepam.
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
26
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
E Obat Keras Tertentu PerMenkes ttg OKT : adalah zat atau obat
psikotropik baik alamiah maupun sintetis yang dapat menimbulkan
ketergantungan psikis dan fisik serta dapat disalah gunakan.
E Penyerahan Psikotropik oleh Apotik hanya dapat dilakukan ke apotik
lain, RS, Puskes, BP, Dr, pasien hanya atas R/ Dr. (resep asli Dr.)
E Tempat penyimpanan psikotropika haruslah ditempat khusus
E Laporan Psikotropika dilakukan dengan format dan tata cara khusus.
B. Bentuk Obat
Saat ini bentuk obat sangat bervariasi disesuaikan sifat obat dan keadaan
pasien dan selera masyarakat misalnya : Tablet, Kapsul, Kaplet, Pil, Sirup,
Injeksi, Larutan, Salap, Krim, Losio, Tablet salut, Tablet buih, Tablet hisap
, Tetes, Serbuk, Infus, Drage (salut gula), Ovula, Supositoria dan lain-lain.
Sehubungan kemajuan pengetahuan dan teknologi dalam bidang farmasi
dan kesehatan bentuk obat banyak mengalami perbaikan misalnya dengan
daya serap diperlambat pada tablet sustained release
C. Berdasarkan Rute Pemberian Obat atau Cara Pakai
Cara pakai obat yang paling sering kita gunakan adalah diminum atau
ditelan melalui mulut dan saluran pencernaan disebut obat oral. Obat-
obat yang cara pakainya melalui oral dikenal sebagai obat dalam (di apotek
obat dalam atau oral diberikan dengan etiket putih). Sedangkan cara
pemakaian obat yang bukan oral disebut sebagai obat luar (di apotek
diberikan dengan etiket biru). Selain itu dikenal cara pemakaian obat
seperti: dikumur-kumur, dioles, disuntik, diinfus, dikemut, ditetes (tetes
mata, tetes telinga, tetes hidung), diinhalasi, disemprot, per vaginal, per
anal dan lain-lain
D. Kelas Terapi (Farmakoterapi) :
Pembagian kelas terapi ini didasarkan pada asas manfaat obat atau indikasi
obat digunakan untuk efek farmakologinya atau efek obat terhadap organ
tubuh. Kelas terapi atau kelas farmakologi didasarkan pada manfaat
obatnya; misalnya analgesik adalah golongan obat-obat yang bekerja
sebagai penahan, pengurang atau penghilang rasa sakit. Golongan
antipiretik adalah obat penurun panas yang digunakan untuk demam atau
mengurangi suhu badan yang meninggi. Antihistaminika adalah golongan
obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan alergi disebut juga obat
anti alergi misalnya CTM dan deksklorfeniramin maleat. Antiinfeksi
adalah obat untuk menyembuhkan infeksi dengan cara kerja menghambat
pertumbuhan atau mematikan kuman penyebab infeksi. Antiemesis atau
antiametika adalah obat - obat antimual dan muntah.
E. Struktur Kimia dan Turunannya :
Ciri umum mempunyai struktur kimia yang sama dan gugus lainnya yang
berbeda, biasanya mekanisme kerja obatnya sama sedangkan kekuatan
atau potensinya berbeda. Misalnya Penisilin dan turunannya seperti
amoksisilin, ampisilin, Tetrasiklin dan turunannya: Tetrasiklin HCl,
Tetrasiklin fosfat, oksitetrasiklin; Sulfonamida dan turunannya. Dalam
mempelajari farmakologi mekanisme kerja obat mempunyai kesamaan atau
kemiripan karena mempunyai struktur dasar kimia yang sama. Untuk
itulah penggolongan berdasarkan struktur kimia sangat penting dalam
sintesa kimia obat. Penisilin dan turunan contohnya penisilin G, V,
ampisilin, amoksisilin
Tetrasiklin dan turunan contohnya klortetrasiklin, doksisiklin,
oksitetrasiklin
Kloramfenikol dan turunan contohnya kloramfenikol, tiamfenikol
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
27
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
Sulfa dan turunan contohnya: sulfadiazin, sulfamerazin, sulfamezatin
F. Sumber dan asal-usul obat :
Obat atau bahan obat dapat diperoleh dari berbagai sumber baik yang
alami, sintetik maupun semisintetik. Pengelompokan suatu obat
berdasarkan asal-usulnya antara lain sebagai berikut:
1. Tumbuhtumbuhan, Kinine dari pohon kina, reserpin dari Rauwolfia
2. Mikroba, Penisilin dari Aspergilus penisilin , Aspergilus notatum
3. Bahan Tambang, contoh: yodium, vaselin, talcum, bentonite
4. Hewan, contoh : Minyak ikan, lemak domba
5. Sintetik : golongan obat sulfonamida, parasetamol
6. Semi Sintetik, golongan sefalosporin, antibiotik semisintetis lainnya.
3. Nama Obat :
Semua obat jadi yang beredar di seluruh Indonesia haruslah didaftarkan di
Departemen Kesehatan RI. Pada waktu mengajukan pendaftaran obat
diusulkan Nama Obat Jadi tersebut. Nama suatu obat diambil dari isi
kandungan zat berkhasiatnya, baik yang tunggal maupun kombinasi. Untuk
suatu obat tunggal biasanya mempunyai 3 (tiga) yaitu nama yaitu: Nama
Latin/ Kimia, Nama generik dan Nama paten. Bahkan untuk kandungan zat
khasiat tertentu masih mempunya nama lain misalnya nama trivial atau
nama yang lazim yang digunakan dalam masyarakat atau dalam
perdagangan. Nama paten (nama dagang, nama merk) biasanya lebih
terkenal, karena persepsi masyarakat menganggap bahwa obat paten lebih
manjur dan mujarab dari pada obat dengan nama generik, meskipun zat
berkhasiatnya sama, secara farmakologi seharusnya sama.
Berikut ini diberikan contoh di bawah ini:
Tabel nama obat:
Nama latin/kimia, generik dan paten
Catatan pinggir:
No Nama Latin/ kimia Nama generik Nama paten Keterangan
1. Acetaminophenum Parasetamol
Asetaminofen
Panadol
Sanmol
2. Acidum
acetylsalicylicum
Asetosal
Aspirin
Aspilet
3. Amoxycillinum Amoksisilin
Amoxil
Kalmoxillin
4. Allopurinolum Allopurinol
Alofar
Zyloric
5. Klorfeniramin Maleat CTM
Cohistan
Pehachlor
6. Asam ascorbinat Vitamin C
Vitacimin
Redoxon
7. 7-klor-4(4dietilamino
metilbutilamino)kuinolin
Kloroquin
Resochin
Mexaquin
8. Thiamin HCl Thiamin
Vitamin B1
Alinamin
Bionamin
9. Tocopherol asetat Vitamin E
Nature E
Evion
10. Methampyronum Antalgin
Metamizol
Novalgin
Ronalgin
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
28
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
11. Asam mefenamat Asam
mefenamat
Ponstan
Mectan
12.


13.

14.

15.


16.

17.

MACAM-MACAM OBAT :
Beberapa istilah ang dikaitkan dengan penggolongan obat antara lain:
' Obat Generik : Obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam buku
Farmakope Indonesia untuk zat yang berkhasiat yang dikandungnya.
' Obat Paten : Obat dengan nama dagang dan menggunakan nama yang
merupakan milik produsen obat yang bersangkutan.
' Obat Esensial : Obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan
bagi masyarakat terbanyak mencakup upaya Diagnosa, Profilaksi, Terapi
dan Rehabilitasi, yang harus diusahakan selalu tersedia pada unit
pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatnya.
' Obat Tradisional : Obat yang digunakan berdasarkan pengalaman dan
diwariskan secara turun menurun.
' Fitofarmaka: adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik
yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku.
' Obat jadi: adalah sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan untuk
memengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi
' Obat jadi me too adalah obat jadi dengan zat berkhasiat yang sama
dengan obat jadi yang sudah terdaftar lebih dahulu di Depkes RI.
' Obat kuasi adalah sediaan yang mengandung obat yang kerjanya ringan
dan biasa dipergunakan masyarakat untuk mengatasi keluhan ringan
dengan cara penggunaan yang sederhana, misalnya minyak angin,
minyak urat, obat gosok, dll.
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
29
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
' Obat palsu adalah obat yang diproduksi oleh yang tidak berhak
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; obat yang
tidak terdaftar dan obat yang kadar zat berkhasiatnya menyimpang lebih
dari 20 % dari batas yang ditetapkan.
' Obat Plasebo (Placebo) adalah suatu obat yang tidak mempunyai zat
khasiat atau yang mempunyai efek farmakodinamik, yang digunakan
untuk maksud tertentu terutama dalam ujui klinik suatu obat. Plasebo
dapat juga digunakan sebagai pelengkap atau pengenap dalam suatu
regimen pemberian obat-obat tertentu misalnya dalam pil KB.
' Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan,
dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada
dimasukkan dalam, dipergunakanpada badan atau bagian badan manusia
dengan maksud uintuk membersihkan, memelihara, menambah daya
tarik atau mengubah rupa dan tidak termasuk golongan obat.
Bab tiga:
Bentuk Sediaan Obat
Obat atau bahan obat aktif jarang diberikan dalam bentuk aslinya, hal ini
disebabkan antara lain: warna, bau, aroma, bentuk, stabilitas, efektifitasd
obat dalam tubuh, cara memakai obat dan banyak faktor lain. Sediaan obat
biasanya dibuat dengan jalan mencampur bahan obat aktif dengan berbagai
macam bahan tambahan kemudian diproses secara farmasetika menjadi
bentuk sediaan yang dikehendaki. Ada berbagai macam bentuk sediaan
obat yang pada umumnya dikenal yaitu Tablet, Kapsul, Pil, Kaplet, Sirup,
Injeksi, Larutan, Salap, Krim, Losio, Tablet salut, Tablet buih, Tablet hisap ,
Tetes, Serbuk, Infus, Drage (salut gula), Ovula, Supositoria.
Pengelompokan bentuk sediaan juga dapat dibagi menjadi bentuk padat,
setengah padat, cair dan gas.
E Bentuk padat contohnya tablet, kapsul, pil, serbuk, drage.
E Bentuk setengah padat contohnya: salep,krim, pasta, gel.
E Bentuk cair contohnya larutan, sirop, eliksir, tetes, injeksi, infus, emulsi,
suspensi. Sedangkan obat bentuk gas adalah: inhalasi, spray dan
aerosol.
Berikut adalah penjelasan singkat dari masing bentuk obat
1. Aerosol: Larutan obat yang dapat disemprotkan ke dalam larutan napas
atau sistem koloid dengan gas sebagai medium dispersi.
2. Aqua aromatica: Larutan jenuh minyak atsisi dalam air, harus
mempunyai bau dan rasa menyerupai bahan asal, bebas bau, tak
berwarna dan tak berlendir.
3. Boli : Pil yang sangat besar dengan bobot > 300 mg (biasanya untuk
hewan)
4. Cerata: Salep berlemak yang mengandung persentase tinggi lilin
(waxes) hingga konsentrasi lebih keras.
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
30
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
5. Collutoria: Larutan yang digunakan sebagai obat kumur mulut, jangan
ditelan.
6. Ekstrak: Sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewan menurut cara yang cocok, diluar pengaruh
cahaya matahari.
7. Eliksir: Sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau yang
sedap.
8. Emulsi: Sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil.
9. Enema: Suatu larutan yang dimasukkan ke dalam melalui dubur
10. Gargarisma (gargle): Larutan yang digunakan sebagai obat kumur
tenggorokkan, jangan ditelan.
11. Gel, jeli: Merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat
dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan.
12. Granula: Pil yang sangat kecil dengan bobot tidak lebih dari 30 mg.
13. Guttae: Sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi, dimaksudkan
peroral atau topikal digunakan dengan cara meneteskan dengan
menggunakan pipet tetes.
14. Guttae auricales: Obat yang berbentuk cairan digunakan dengan cara
meneteskan ke dalam telinga dengan menggunakan pipet tetes.
15. Guttae nasales (tetes hidung): Obat yang berbentuk cairan digunakan
dengan cara meneteskan ke dalam rongga hidung dengan menggunakan
pipet penetes.
17. Guttae opthalmicae: Sediaan steril dimana bahan obat dilarutkan didalam
pelarut yang cocok dan disimpan didalam tempat yang steril.
18. Infundibilia: Sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen
sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikan langsung ke
dalam vena dalam volume relatif banyak.
16. Inhalasi: Sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri atas satu atau
lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran napas hidung atau
mulut untuk memperoleh efek lokal atau sistemin.
17. Injeksi: Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui
selaput lendir.
18. Irigationes (irigasi): Larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau
membersihkan luka terbuka atau rongga-rongga tubuh.
19. Kapsul: Sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut.
20. Kaplet: Tablet tanpa salut bentuknya seperti kapsul disebut juga
kapsitab
21. Krim: Bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
22. Larutan cuci mata: Obat cuci mata ini dipakai untuk mencuci atau
memandikan mata dengan menggunakan gelas cuci mata.
23. Larutan obat mata: Larutan steril, bebas partikel asing, merupakan
sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai
digunakan pada mata.
24. Larutan Oral: Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
31
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
mengandung satu atau lebih zat gizi dengan/tanpa bahan pengaroma,
pemanis atau pewarna yang larut dalam air/campuran kosolven-air.
25. Larutan otik: Larutan yang mengandung air/gliserin/pelarut lain dan
bahan pendispersi.
26. Larutan topical: Larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali
mengandung pelarut lain, seperti etanol dan poliot penggunaan topikal
pada kulit.
27. Larutan: Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat gizi kimia
yang terlarut missal: terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang
sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.
28. Linimen : Sediaan cair atau kental, mengandung analgetikum dan zat
gizi yang mempunyai sifat rubefasien, melemaskan otot atau
menghangatkan digunakan sebagai obat luar.
29. Lotio: Sediaan cair berupa suspensi atau dispersi, digunakan sebagai
obat luar.
30. Olea pinguia: Campuran senyawa asam lemak suhu tinggi dengan
glicerol (gliserin).
31. Olea volatilia: Campuran bahan-bahan yang berbau keras dan mudah
menguap diperoleh dari simplisia dengan cara penyulingan, pemerasan
dan cara lain yang cocok.
32. Ovula: Untuk pemakaian lokal dengan cara dimasukkan ke dalam alat
kelamin wanita (vagina) bentuknya bulat telur, mudah larut dan hancur
dalam vagina.
33. Pasta: Sediaan semi pada yang mengandung satu atau lebih bahan obat
yang ditunjukan untuk pemakaian topikal.
34. Pilulae (pil): Sediaan berupa massa bulat dan besarnya normal dengan
bobot 300 mg.
35. Plester: Bahan yang digunakan untuk pemakaian luar terbuat dari bahan
yang dapat melekat pada kulit dan menempel pada pembalut.
36. Pulvis dentifricus (serbuk gigi): Biasanya menggunakan carmyn sebagai
pewarna yang dilarutkan terlebih dahulu dalam chloroform / etanol
90%.
37. Pulvis efervesen (serbuk buih): Serbuk biasa yang sebelum ditelan,
dilarutkan terlebih dahulu dalam air dingin/air hangat.
38. Pulvis sternutatorius (serbuk bersin): Serbuk untuk dihisap oleh hidung
sehingga serbuk harus halus sekali.
39. Salep : Sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada
kulit atau selaput lendir.
40. Salep mata (oculenta): Salep yang digunakan pada mata, salep harus
steril dan disimpan didalam tube yang steril.
41. Serbuk (pulvis): Campuran kering bahan obat atau zat gizi kimia yang
dihaluskan ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
42. Sirup: Sediaan cair berupa larutan yang mengandung gula.
43. Sirup kering: Sediaan kering yang mengandung gula; dapat dibuat cair
berupa larutan dengan menambahkan air.
44. Spirit Larutan mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat gizi
mudah mengisap, umumnya merupakan larutan tunggal atau campuran
bahan.
45. Suspensi tetes telinga: Sediaan cair mengandung partikel-partikel halus
yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
46. Suspensi topical: Sediaan cair mengandung partikel padat yang
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
32
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada
kulit.
47. Suspensi: Sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair.
48. Suspensia oral: Sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditujukkan untuk penggunaan oral.
49. Suspositoria: Sediaan dalam berbagai bobot dan bentuk tertentu, yang
diberikan melalui rectal atau vagina
50. Tablet bersalut: Tablet yang disalut untuk berbagai alasan, antara lain
melindungi zat aktif dari udara. Kelembaban atau cahaya, menutupi
rasa dan bau yang tidak enak, membuat penampilan lebih menarik dan
mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna misal : tablet salut
gula, tablet salut selaput.
51. Tablet biasa (tablet telan): Dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral
dengan cara ditelan, bahan obat berkhasiat dilepas di dalam cairan
lambung.
52. Tablet bukal: Digunakan dengan cara menyisipkan tablet disekitar
selaput lendir pipi, biasanya mengandung hormon steroid.
53. Tablet efervesen, tablet buih: Tablet efervesen yang larut dibuat dengan
cara dikempa, selain zat gizi aktif, juga mengandung campuran asam
(asam sitrat, asam tartrat) dan natrium bikarbonat, yang jika dilarutkan
dalam air akan menghasilkan karbon dioksida.
54. Tablet hipodermik: Tablet steril berat umumnya 30 mg, larut dalam air
digunakan dengan cara melarutkan ke dalam air untuk injeksi secara
aseptik dan disuntikan dibawah kulit (subkutan).
55. Tablet hisap (lozenges, trochisi, pastilles): Sediaan padat mengandung
satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan
manis yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam
mulut.
56. Tablet implantasi (tabet pelet): Tablet kecil bulat atau oval putih, steril
dan berisi hormon steroid dimasukkan ke bawah kulit dengan cara
melukai kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan kalau perlu kulit
dijahit kembali.
57. Tablet kapsitab: Tablet tanpa salut bentuknya seperti kapsul sering
disebut juga kaplet
59. Tablet kunyah: Tablet yang dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan
residu dengan rasa enak didalam ronggal mulut, mudah ditelan dan tidak
meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.
60. Tablet sublingual: Digunakan dengan cara menyisipkan tablet dibawah
lidah biasanya mengandung hormon steroid ataupun obat yang
digunakan untuk mengatasi serangan jantung.
61. Tablet vagina (ovula): Untuk pemakaian lokal dengan cara dimasukkan
ke dalam alat kelamin wanita (vagina) bentuknya bulat telus, mudah
larut dan hancur dalam vagina.
62. Tablet: Sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi.
63. Tetes hidung (Guttae nassales) : Obat yang berbentuk cairan digunakan
dengan cara meneteskan ke dalam hidung dengan menggunakan pipet
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
33
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
tetes.
64. Tetes mata (guttae opthalmicae): Sediaan steril dimana bahan obat
dilarutkan didalam pelarut yang cocok dan disimpan didalam tempat
yang steril.
65. Tetes Obat: Sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi,
dimaksudkan peroral atau topikal digunakan dengan cara meneteskan
dengan menggunakan pipet tetes.
66. Tetes telinga (guttae auricales): Obat yang berbentuk cairan digunakan
dengan cara meneteskan ke dalam telinga dengan menggunakan pipet
tetes.
67. Tingtur: Larutan mengandung etanol/hidroalkohol dibuat dari bahan
tumbuhan atau senyawa kimia.
68. Vaccina (vaksin): Sediaan yang mengandung zat antigenik yang
mampu menimbulkan kekebalan aktif dan khas pada manusia.
69. Serum Imunosera (Imunoserum): Sediaan mengandung imunoglobulin
khas yang diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian.
Bab Empat
Rute Pemberian & Cara Menggunakan Obat
1. Pemilihan Rute Pemberian Obat
Pemilihan rute untuk memberikan atau menggunakan obat sangat
tergantung pada beberapa faktor antara lain:
E Pada tujuan terapi,
E Bentuk sediaan obat,
E Sifat obat yang digunakan dan
E Kondisi klinis pasien.
Tentukanlah dahulu tujuan terapi untuk pengobatan sistemik atau local. Bila
yang diinginkan efek sistemik maka rute pemberian yang adalah cara oral,
rectal, parenteral, inhalasi dan sub-lingual. Bila tujuan terapi yang
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
34
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
diinginkan efek local melalui kulit dengan salep, krim, lotio, pasta, jel. Bila
efek local melalui membran selaput lendir/mukosa pancaindra diberikan
salep/tetes mata, tetes hidung, tetes telinga.
Ada berbagai rute pemberian obat dan berbagai cara menggunakan obat
dalam pengobatan. Beberapa rute pemberian obat yang digunakan antara
lain: rute oral/per oral, rectal, parenteral, transdermal melalui kulit,
membran selaput lendir/mukosa (mata, hidung, telinga) dengan bagan
sebagai berikut:
Rute pemberian obat
A. Rute pemberian obat untuk efek sistemik (Routes of administration
for systemic effect)
1. Rute Oral (Oral Route)
2. Rute Bukal (Buccal Route)
3. Rute Sublingual (Sublingual Route)
4. Rute Rektal (Rectal Route)
5. Rute Inhalasi (Inhalational Route)
6. Rute Transdermal (Transdermal Route)
7. Rute Parenteral (Parenteral Route): Intracutan (ic); Subcutan (sc);
intramuscular (im); intravena (iv), ext.
B. Rute pemberian obat untuk efek lokal (Routes of administration for
local effect)
1. Rute Topikal (Topical Route)
a. Bentuk pemberian melalui dermal: (Dosage Forms:
Dermal/external)
b. Bentuk pemberian melalui vaginal (Dosage Forms: Vaginal)
c. Bentuk pemberian melalui hidung (Dosage Forms: Intranasally)
d. Bentuk pemberian melalui mata (Dosage Forms: Intraoccular)
2. Rute Oral (Oral Route)
a. Bentuk pemberian antiseptik oral (Dosage Forms: oral antiseptic)
b. Bentuk pemberian obat kumur (Dosage Forms: gargle)
c. Bentuk pemberian obat jel (Dosage Forms: oral gels)
Terdapat hubungan erat antara bentuk obat dan cara pakai obat yang dikenal
sebagai Route Dosage Forms yang kita kenal sebagai Bentuk
pemberian oral (Dosage Forms Oral); Bentuk pemakaian melalui
anus/rectal (Dosage Forms: Rectal); Bentuk pemakaian melalui
vagina (Dosage Forms: Vaginal); Bentuk pemakaian melalui hidung
(Dosage Forms: Intranasally); Dosage Forms: Intraoccular; Dosage
Forms: Otic; Dosage Forms: Topical; Dosage Forms: Parenteral
Dari rute pemberian oral dengan bentuk tablet, kapsul dan cairan;
transdermal, instilasi yaitu dengan cara tetes, semprot dan aerosol;
suppositoria, vaginal dan parenteral. Cara parenteral juga dilakukan dengan
berbagai macam cara antara lain: intradermal, subkutan, intramuskuler, intra
vena, intra arteri, intra kardial, intratekal, intraperitonial.
Cara pemberian obat meliputi:
E Oral (PO): paling cocok untuk obat-obat yang diberikan sendiri. Obat-
obat oral harus tahan terhadap lingkungan asam dalam lambung dan
harus menembus lapisan usus sebelum memasuki aliran darah.
E Sublingual: absorpsinya baik melalui jaringan kapiler dibawah lidah.
Obat-obat ini mudah diberikan sendiri. Karena tidak melalui lambung,
sifat kelabilan dalam asam dan permeabilitas usus tidak perlu
dipikirkan.
Catatan pinggir:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
35
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
E Rectal (PR) : berguna untuk pasien yang tidak sadar atau muntah-
muntah atau anak kecil. Absorpsinya tidak dapat dipercaya.
E Ada beberapa tehnik pemberian obat yang secara parenteral. Tehnik
ini menggunakan tusukan pada kulit atau merobek jaringan asli dari
tubuh . Jadi pemberian dengan cara ini menyebabkan resiko adanya
infeksi, nyeri, dan iritasi local.
= Intravena (IV): awitan (onset) kerjanya cepat karena obat
disuntikan langsung kedalam aliran darah. Berguna untuk situasi
darurat dan pada pasien yang tidak sadar. Obat yang tidak larut
tidak dapat diberikan secara intravena.
= Intramuskular (IM): obat melalui dinding kapiler untuk memasuki
aliran darah. Kecepatan absorpsi tergantung pada formulasi obat
(preparat yang larut dalam minyak diabsorbsi dengan lambat ,
preparat yang larut dalam air diabsorbsi dengan cepat ). Dapat
diberikan sendiri oleh pasien-pasien yang sudah dilatih.
= Subkutan (sub Q, SC): obat disuntikkan di bawah kulit dan
menembus dinding kapiler untuk memasuki aliran darah. Absorpsi
dapat diatur dengan formulasi obat.
E Inhalasi: secara umum absorpsinya cepat. Beberapa obat, yang
dipasarkan dalam alat-alat yang dapat diberikan pada dosis terukur,
cocok untuk pemberian sendiri.
E Topical: berguna untuk pemberian obat-obat local, khususnya yang
mempunyai efek toksik jika diberikan secara sistemik. Paling banyak
digunakan untuk preparat dermatology dan oftalmologi.
E Transdermal: sedikit obat-obatan yang dapat diformulasikan sedemikian
sehingga koyo yang berisi obat tersebut ditempelkan kekulit. Obat
keluar dari koyo, melalui kulit dan masuk kedalam jaringan kapiler.
Cara ini sangat nyaman untuk pemberian sendiri.
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
36
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
Catatan pinggir:
Catatan pinggir:
Catatan pinggir:
Catatan pinggir:


Tugas perawat atau bidan dalam pemberian obat adalah:
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
37
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
' Jelaskan apa yang saudara ingin kerjakan kepada pasien
' Tunjukan perhatian dan rasa empati saudara terhadap pasien
' Aturlah posisi pasien sesuai dengan keperluan pengobatan
' Berikan obat sesuai dengan rute yang diperintahkan
' Jangan memberikan obat suntik pada daerah yang mengalami peradangan
' Berikan obat sesuai dengan prosedur pemberian obat yang telah ditetapkan
' Apabila pasien menggunakan obat secara mandiri misalnya untuk oral sebaiknya tinggal tetap
bersama pasien sampai pasien selesai menggunakan obat.
' Berikan informasi yang diperlukan pasien tentang pemakaian obat tersebut
' Amati reaksi yang tidak diinginkan dan laporkan kepada dokter atau apoteker
CARA MENGGUNAKAN OBAT
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh perawat sehubungan dengan penggunaan obat yaitu pasien yang
benar, obat yang benar, dosis yang benar, cara atau rute pemberian yang benar, waktu pemberian yang
benar serta informasi obat yang benar kepada pasien.
A. Perhatikan petunjuk penggunaan atau pemberian dan dosis obat
B. Persiapan obat dan peralatannya
C. Persiapan pasien termasuk pemberian informasi obat kepada pasien
D. Pelaksanaan prosedur penggunaan atau pemberian obat
E. Amati pasien dalam menggunakan obat dan efek yang ditimbulkan
Penggunaan Obat atau Cara Memakai Obat yang sebagaimana mestinya meliputi :
A. Penggunaan Obat Melalui Mulut
Perhatikan bentuk obat oral yang akan digunakan
A1. Obat Oral Padat: tablet, pil, kaplet atau kapsul
1. Cucilah tangan
2. Buka pembungkus tablet
3. Keluarkan tablet, pil atau kapsul ke tangan
4. Letakkan tablet ke dalam rongga mulut
5. Lalu telan dengan air
6. Minumlah air secukupnya
Catatan :
Bentuk obat oral yang lain
a. Minum obat sebelum makan artinya minumlah obat 30 - 15 menit sebelum makan artinya
saat lambung kosong
b. Minum obat sesudah makan artinya minumlah obat begitu selesai makan atau setengah jam
sesudah makan, saat lambung masih terisi makanan
c. Antibiotik sebaiknya digunakan untuk selama 5 (lima) hari.
A2. Obat Oral Cair : Larutan, sirup, suspensi dan emulsi
1. Cucilah tangan
2. Buka tutup botol larutan, sirup, suspensi dan emulsi
3. Tuangkan obat ke sendok teh, sendok bubur atau sendok makan atau sendok obat sesuai
dengan dosis yang dianjurkan (Tuangkan obat melalui bagian botol yang tidak berlabel)
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
38
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
4. Masukkan sendok berisi obat ke dalam rongga mulut
5. Lalu telan obat cair tersebut
6. Minumlah air secukupnya
A3. Obat Tablet Hisap/kemut
1. Cucilah tangan
2. Buka pembungkus tablet
3. Keluarkan tablet, pil atau kapsul ke tangan
4. Letakkan tablet ke dalam rongga mulut
5. Tablet dihisap atau dikemut-kemut sampai habis
6. Kumur-kumur dengan air apabila rasa dan bau obat yang kurang diinginkan
A4. Obat Tablet Kunyah
1. Cucilah tangan
2. Buka pembungkus tablet
3. Keluarkan tablet kunyah ke tangan
4. Letakkan tablet ke dalam rongga mulut
5. Tablet dikunyah sampai hancur
6. Telan bagian tablet yang sudah hancur
7. Kalau perlu minum air
A5. Obat Tablet Bawah lidah
1. Cucilah tangan
2. Buka pembungkus tablet
3. Keluarkan tablet ke tangan
4. Letakkan tablet ke dalam bagian bawah lidah
5. Tablet dibiarkan sampai larut semuanya di bawah lidah
6. Kalau perlu minum air
A6. Obat tablet efferfecence = tablet buih
1. Cucilah tangan
2. Buka pembungkus tablet
3. Keluarkan tablet ke tangan
4. Masukkan tablet ke dalam gelas yang sudah diisi dengan air matang yang dingin
5. Tablet dibiarkan sampai larut semuanya seperti membuih
6. Larutan sudah siap diminum
B. Penggunaan Obat Tetes Mata
1. Cuci tangan
2. Jangan menyentuh lubang penetes
3. Tengadahkan kepala
4. Tarik kelopak mata bawah ke bawah agar terbentuk semacam cekungan
5. Dekatkan alat penetes sedekat mungkin ke cekungan tanpa menyentuhnya atau menyentuh
mata
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
39
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
6. Teteskan obat sebanyak yang dianjurkan ke dalam cekungan
7. Pejamkan mata selama kira- kira 2 menit. Jangan memejamkannya terlalu kuat
8. Bersihkan kelebihan cairan dengan kertas tissue
9. Jika menggunakan lebih dari satu jenis obat tetes mata, tunggu sedikitnya 5 menit sebelum
meneteskan obat tetes berikutnya
10. Obat tetes mata mungkin menimbulkan rasa terbakar, tetapi ini hanya akan berlangsung
beberapa menit. Jika terasa lebih lama bertanyalah ke Dokter atau Apoteker.
C. Penggunaan Obat Tetes Telinga
1. Hangatkan obat tetes telinga dengan menggenggamnya atau mengempitnya di ketiak
selama beberapa menit. Jangan gunakan air panas dari kran karena suhunya sukar
dikendalikan.
2. Miringkan kepala ke satu sisi atau berbaringlah miring. Telinga yang akan diobati harus
berada disebelah atas.
3. Tarik daun telinga perlahan untuk membuka liang telinga
4. Teteskan obat sejumlah yang dianjurkan
5. Tunggu 5 menit sebelum beralih ke telinga yang lainnya
6. Gunakan kapas untuk menutup liang telinga setelah ditetesi obat . Hanya jika perintah
ini nyata-nyata dianjurkan oleh produsennya.
Catatan : Rasa terbakar atau perih hanya akan terasa beberapa menit
D. Penggunaan Obat Tetes Hidung
1. Bersihkan hidung
2. Duduk dan tengadahkan kepal atau berbaringlah dengan bantal di bawah bahu. Usahakn
agar kepala tetap lurus
3. Masukkan alat penetes sejauh 1 cm ke dalam lubang hidung.
4. Teteskan obat sejumlah yang dianjurkan.
5. Segera tundukkan kepala serendah mungkin (letakkan kepala di antara lutut).
6. Setelah beberapa detik, duduk, tegak, cairan akan menetes ke dalam kerongkongan.
7. Ulangi langkah-langkah ini untuk lubang hidung sebelahnya, jika perlu.
8. Bersihkan alat penetes dengan air matang.
E. Penggunaan Suppositoria
1. Cucilah tangan
2. Buka kemasan obat (kecuali bila terlalu lunak)
3. Jika suppositoria terlalu lunak , keraskan dahulu dengan cara mendinginkannya (simpan di
lemari pendingin atau aliri air kran dingin, berikut kemasannya) baru kemudian buka
kemasannya
4. Hilangkan bagian-bagian pinggir yang mungkin tajam dengan menghangatkannya dalam
genggaman
5. Basahi obat dengan air dingin
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
40
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
6. Berbaringlah miring pada satu sisi dan tekuk lutut
7. Secar perlahan-lahan masukkan suppositoria, dengan ujung yang membulat terlebih dahulu
sampai seluruh obat masuk
8. Tetaplah berbaring selama beberapa menit
9. Cucilah tangan
10. Usahakan agar tidak buang air besar selama 1 jam setelah pemberian obat.
F. Penggunaan Salep/Kream Kulit
1. Cucilah tangan
2. Jagala agar ujung tube salep/kream tidak menyentuh apapun
3. Pegang tube dengan satu tangan dan dekatkan tube sedekat mungkin ke kulit yang sakit
4. Bubuhkan salep sejumlah yang dianjurkan
5. Seka sisa salep dengan kertas tissue
6. Bersihkan ujung tube dengan tissue lain.
G. Pengguanaan Tablet Vagina dengan Aplikator
1. Cucilah tangan
2. Buka pembungkus tablet
3. Letakkan tablet di ujung aplikator yang terbuka
4. berbaringlah terlentang, tekuk lutut sedikit dan mengangkanglah
5. Perlahan-lahan masukkan aplikator ke dalam vagina sejauh mungkin, tabletnya di
bagian depan. Jangan mendorongnya dengan paksa.
6. Tekan alt pendorong, sehingga tablet terlepas
7. Keluarkan aplikator
8. Buang aplikator ( untuk kemasan sekali pakai )
9. Bersihkan dengan cermat kedua bagian aplikator dengan sabun dan air matang yang
hangat-hangat kuku ( jika bukan kemasan sekali pakai )
10. Cucilah tangan.
H. Penggunaan obat secara suntikan:
Sesuai dengan tugas yang diberikan kepada bidan
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
41
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
Bab Lima
Dosis, Waktu & Aturan
Pemberian / Pemakaian Obat
A. PENGERTIAN KEKUATAN OBAT DAN DOSIS
Beberapa ukuran mengenai dosis
1. KEKUATAN SEDIAAN/OBAT
Tiap sediaan obat yang diproduksi mempunyai kekuatan obat yang telah disesuai dengan bentuk,
ukuran dan cara pakai atau rute pemakaian obat. Supaya pemakaian obat disesuai dengan kekuatan
obat maka harus ada pernyataan kekuatan obat dalam setiap sediaan farmasi. Kekuatan sediaan obat
dapat dinyatakan dengan bobot, volume atau potensi untuk satuan bentuk, ukuran:
a. Tiap satu satuan bentuk sediaan bagi tablet, kapsul, pil, supositoria dan ovula
b. Tiap gram atau % b/b bagi salep atau krem
c. Tiap ml bagi larutan injeksi atau serbuk injeksi
d. Tiap 5 ml atau 15 ml bagi sirup, suspensi, emulsi, obat kumur
e. Tiap ml atau % b/v bagi obat tetes
f. Tiap bungkus bagi serbuk pemakaian oral
g. Tiap gram bagi serbuk pemakaian luar
h. Tiap wadah bagi aerosol dan sebagainya
i. Tiap satuan luas permukaan atau tiap satuan bobot bagi kasa atau plester
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
42
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
j. Tiap liter bagi larutan infus
2. SATUAN UKURAN
a. Kilogram disingkat
kg
b. Gram disingkat
g
c. Miligram disingkat
mg
d. mikrogram disingkat
mcg
e. liter disingkat
l
f. mililiter disingkat
ml
g. meter disingkat
m
h. sentimeter disingkat
cm
i. gramekivalen disingkat
grek
j. miligramekivalen disingkat mgrek
= mEq = milli Equivalen
k. satuan internasional disingkat s.i.
(i.u. = international unit)
3. KADAR OBAT
Kadar obat adalah jumlah satuan ukuran obat dalam satuan bentuk obat misalnya : Parasetamol 500
mg / tablet, Allopurinol 100 mg / kaplet, Betametason krim 0,1 % tube 5 gram, Vitamin A tablet
6000 i.u. Untuk larutan infus: Tiap liter larutan infus mengandung Na= 50mEq, K=20 mEq, Cl=50
mEq, laktat=20mEq, glukosa=100gr.
Kadar obat dalam satuan bentuk obat disebut juga sebagai kekuatan obat, bisa juga kadar atau
kekuatan obat dinyatakan dalam takaran terkecil misalnya Amoksisilin 125 mg / 5 ml atau satu
sendok teh, kadar obat per tetes untuk obat tetes.
4. DOSIS
Dosis Obat adalah takaran atau jumlah satuan ukuran obat untuk tiap kali pemberian obat.
Dosis pemakaian adalah jumlah obat dalam satuan obat yang lazim dipakai untuk satu kali
pemakaian atau satu hari pemakaian. Bisa saja dosis untuk satu hari pemakaian dibagi dalam
beberapa dosis. Dosis suatu obat biasanya dinyatakan untuk orang dewasa, sedangkan untuk anak
tergantung pada usia, berat badan dan luas permukaan tubuh
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
43
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
Tiap satu satuan bentuk sediaan bagi tablet, kapsul, pil, sirup, suspensi, injeksi misalnya 500 mg /
tablet, 100 mg / 5ml suspensi, bila dinyatakan untuk dewasa maka harus dihitung kembali dosisnya
untuk seorang anak.
Dosis obat juga ada kalanya dinyatakan dalam mg obat per kg berat badan untuk sekali pemakaian
atau satu hari pemakaian; perhitungan dosis untuk seseorang tinggal menghitung berat badan anak
atau berat badan seseorang.
5. KLASIFIKASI DOSIS
Dosis suatu obat yang diberikan tergantung pula pada indeks terapi suatu obat. Ada obat yang punya
indeks terapi luas dan ada pula yang punya index terapi sempit. Klasifikasi suatu dosis obat pada
umumnya sebagai berikut:
1 Dosis Minimal = Takaran Minimal
Dosis terkecil yang masih mempunyai efek terapi
1 Dosis Terapi = Takaran terapi
Dosis yang mempunyai efek terapi yang optimum
1 Dosis Maksimal = Takaran maksimal
Dosis yang tidak boleh dilampaui untuk setiap kali pemakaian dan dosis untuk satu hari
pemakaian
1 Dosis Toksik = Toxicale Doses =Takaran toksik
Dosis yang dapat menyebabkan atau menimbulkan keracunan
1 Dosis Letale = Lethale Doses(LD) = Takaran Letal= Dosis yang mematikan
Dosis yang dapat menyebabkan kematian, biasanya dipakai pada hewan atau binatang
percobaan, dimana pada dosis tersebut dapat mematikan atau membunuh hewan percobaan.
Catatan
1. LD ukuran yang dipakai pada binatang atau hewan percobaan
LD 50 menyababkan 50 % hewan percobaan mati demikian pula LD 90
2. ED Ukuran dosis yang dipakai untuk menyatakan dosis yang efektif misalnya ED 50
adalah dosis terapi efektif untuk 50 % dari hewan percobaan
B. CARA PERHITUNGAN DOSIS
Perhitungan dosis untuk seseorang didasarkan pada berbagai pertimbangan antara lain berdasarkan
pertimbangan individu pemakai obat, jenis dan berat ringannya penyakit, profil obat, epidemi dan faktor
lingkungan.
1. UMUR :
Menentukan efek terapi suatu obat, juga keterkaitan dgn fungsi organ dan keadaan fisiologisnya:
bayi, anak, dewasa dan lansia. Rumus-rumus : kaitan antara usia & dosis terapi
2. BOBOT BADAN
pada usia yang sama, bobot badan menentukan tinggi rendahnya dosis untuk menghasilkan efek
terapi yang sama
1. Rumus Young :
Umur anak dinyatakan dalam n tahun
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
44
n
TP n tahun = ------- x TP Dewasa
n + 12
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
n = usia dalam tahun
2. Rumus Dilling :
3. Rumus Fried untuk Bayi :
4. Bobot Badan : Rumus CLARCK
Perhitungan dosis untuk berat badan
Rumus dalam pound

W = berat badan (pound)
1 kg = 2,2 pound
Rumus dalam kg berat badan
B = berat badan dalam kg berat badan
3. Rumus berdasarkan dosis obat per kg berat badan sudah diketahui:
Bila diketahui berat badan dan takaran obat per kg berat badan

Contoh soal
Bila diketahui berat badan dan takaran obat per kg berat badan
Dosis obat perkg berat badan adalah 10 mg per sekali pakai. Berapa dosis obat yang
diberikan pada anak dengan BB = 15 kg apabila suatu sirop dalam 5 ml mengandung 100
mg obat ?
4. Luas Permukaan Tubuh :
S = Luas permukaan tubuh (m2)
5. Berdasarkan tabel
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
45
W
TP utk W = ------ x TP dewasa
150
B
TP utk B kg = ------- x TP dewasa
70
TP untuk b kg BB = b x dosis obat per kg BB
n
TP n tahun = ------- x TP Dewasa
20
m
TP n tahun = ------- x TP Dewasa
150
S
TP utk luas S = ---- x TP dewasa
1,73
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
UMUR BOBOT BADAN
dalam Kg
DOSIS BAYI ANAK
THD DOSIS DEWASA
Bayi Prematur 1.13
1.81
2.27
2.5 - 5%
4 - 8%
5 -10%
Bayi Baru Lahir 3.18 12.50%
2 Bln 4.54 15%
4 Bln 6.36 20%
12 Bln 9.98 25%
3 Tahun 14.97 33%
7 Tahun 22.68 50%
10 Tahun 29.94 60%
12 Tahun 35.52 75%
14 Tahun 45.36 80%
16 Tahun 54.43 90%
C. WAKTU PEMBERIAN OBAT & CARA PERHITUNGANNYA
Waktu Pemberian Obat
Lamanya Waktu atau Selang waktu minum obat
1 Menit,
1 Jam
1 Hari, Minggu, Bulan
1 Misalnya: Sehari 3 x 1 tablet
1 Apa bedanya dengan Sehari 1 x 3
Dalam Arti Keadaan : Keadaan pada saat minum obat, antara lain:
1 Sesudah makan : 3 jam sesudah makan
1 Sebelum makan : 1 jam sebelum makan
1 Saat makan atau sedang makan
1 Pagi hari
1 Malam hari
1 Saat lambung kosong
Cara perhitungan waktu :
Misalnya : Sehari 3 x 1 tablet
a. Perhitungan secara umum:
Jumlah jam 1 hari = 24 jam
Lamanya selang waktu minum obat = 24 : 3 = 8 jam ,
jadi tiap 8 jam minum obat
Kalau minum obat pagi : pkl 07.00
Siang : pkl 15.00
Malam pkl 23.00
Latihan untuk menghitung:
Hitung selang waktu minum obat sehari 4 x 1 kapsul
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
46
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
Bab Enam
Pelayanan Obat Yang Baik
Pelayanan obat merupakan salah satu dalam rangkaian dalam pengelolaan obat. Pelayanan obat akan ikut
menentukan efektifitas upaya pengobatan yang dilakukan oleh tenaga medis kepada pasien. Pelayanan
obat biasanya merupakan tahapan akhir dari suatu pelayanan kesehatan. Tahapan ini sangat penting
untuk penyiapan obat, pemberian etiket, peraturan pemakaian obat, pemberian informasi mengenai obat
dan kepatuhan pasien menggunakanan obat. Tahapan ini dimulai dengan adanya permintaan dan
penyiapan obat untuk pasien sesuai dengan resep ( R/ = permintaan tertulis dokter)
Pengertian Resep
R/ adalah Suatu surat atau permintaan tertulis oleh seseorang dokter, yang ditujukan kepada
Apoteker suatu apotik yang berisi mengenai: permintaan, penyiapan, pembuatan dan penyerahan
obat dengan cara pemakaian untuk sisakit/penderita seperti tertera dalam R/
RESEPTUR=ILMU RESEP, yang mempelajari tentang:
Pengertian R/ = Recipe =
Penulis dan Penerima R/
Bagian-bagian R/
Pengertian bagian R/
Istilah-istilah R/
Meracik obat
Menyediakan obat
Memberikan obat
Informasi obat
PENULIS RESEP: Yang berhak menulis resep
1. dr. Umum
2. dr. Gigi
3. dr. Spesialis
4. dr. Hewan
PENERIMA RESEP: Yang berhak menerima resep
+ Apoteker di Apotik
PEMBERI OBAT: Yang berhak memberi obat
+ Apoteker di Apotek
+ Asisten Apoteker di Toko Obat Berijin
PENGGUNAAN BAHASA LATIN
Bahasa latin digunakan dalam Resep
1. Bahasa untuk kalangan ilmiah (bahasa ilmiah)
2. Bahasa untuk kesehatan (banyak istilah kesehatan dan obat bahasa latin)
3. Bahasa yang tidak berubah lagi ( bahasa yang tidak berkembang lagi)
4. Bahasa latin untuk suatu tujuan tertentu tidak mungkin terjadi kekeliruan atau duplikasi
(misalnya untuk obat gosok = krim, salap, balsem, lotio ???)
5. Pasien tidak mengetahui obat dan penyakit tapi sekarang sikap ini berubah
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
47
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
BAGIAN RESEP
Istilah-istilah Latin dalam R/
Nama obat dalam bahasa latin yang sudah diindonesiakan sesuai dengan daftar dalam ISO
(informasi spesialit obat)
- Bentuk obat
- Kekuatan obat
- Jumlah obat
- Cara pakai obat
- Keterangan lain yang diperlukan
Istilah-istilah yang lazim digunakan:
S Signa Tandailah
R/ Recipe Resep
Aa ana masing-masing
Prn prorenata jika diperlukan
dd atau dd de die hari ini
Det deture sudah diberikan
ne det ne deture belum diberikan
Iter iteratur boleh diulangi
ne iter ne iteratur tidak boleh diulangi
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
48
Nama dan alamat dokter
Surat ijin dokter dan surat ijin praktek
.
Bandung, ..
R/ Nama obat , kekuatan obat, bentuk obat, jumlah obat
Permintaan untuk membuat/campur obat (kalau ada)
Aturan pakai obat (signatura: sehari 3 x 1 tablet)
Waktu dan syarat pemakaian obat, keterangan lain
Ditutup oleh paraf dokter
R/ Nama obat , kekuatan obat, bentuk obat, jumlah obat
Permintaan untuk cara membuat obat (kalau ada)
Aturan pakai obat (signatura: sehari 3 x 1 tablet)
Waktu dan syarat pemakaian obat
Ditutup oleh paraf dokter
R/ Dst.nya
Tanda-tanda urgensinya resep
Pro : .
Umur : .
Alamat :
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
Cito cito ! segera
Stat statim segera
Antidote antidotum anti racun
Pim periculum in mora Berbahaya bila ditunda
dtd
dtd
da tales dosis
da tales dosis
dosis/ukuran seperti yang diberikan
Mf misce fac buatlah/kerjakan
No numero banyaknya
C cochcear sendok
Cth cochcear theae sendok teh
Cc cochcear coebum sendok makan
Cp Cochlear pultis Sendok bubur
Ac ante cibos sebelum makan
Pc post cibos sesudah makan
Dc durante coenam sedang makan
Ic inter cibos antara dua waktu makan
q.i.d quarter in die Sehari 4 * 1
t.i.d ter in die Sehari 3 * 1
Tdd Ter de die 3 kali sehari
b.i.d bis in die 2 * 1
q.d quaque die tiap hari
q.n quaque naris tiap malam
s.u.c signa usum cognitum sudah diketahui
d.t.d dentur tales dosis berikan
Aq aqua dosis seperti diatas air
h.s hora somni jam tidur/waktu tidur
Hm Hora matutina Waktu pagi
o.d oculo dextro mata kanan
o.s oculo sinistro mata kiri
ut.dict ut dictum seperti yang diperintahkan
Et et dan
q.s quantum sufficit/satis secukupnya
Ad libit Ad libitum Sesuka hati
Ad us ext Ad usum externum Untuk pemakaian luar
s.o.s si opus sit jika diperlukan
S m signa mane tandai pagi
S v signa vespere tandai sore
S n signa nocte tandai malam
s.u.c signa usum cognitum sudah diketahui
Pro rect Pro rectum Melalui anus
Pro vag Pro vagina Melalui vagina
Pulv Pulvis/pulveratus Serbuk / diserbukkan
Pemahaman Isi Resep
Sebelum menyediakan obat Petugas harus memahami isi resep. Hal-hal yang perlu dipahami oleh
petugas kamar obat mengenai isi resep antara lain :
Usia Pasien
Jenis Kelamin
Berat badan pasien
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
49
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
Jenis obat yang diberikan
Jumlah obat yang diberikan
Aturan pakai obat
Hal hal mendasar ini harus benar-benar dipahami oleh petugas kamar obat. Dengan pemahaman yang
benar tentang isi resep pasien akan menerima obat dalam jumlah, jenis obat yang tepat.
Menyiapkan Obat
Tahapan selanjutnya setelah memahami isi resep adalah menyiapkan obat yang tertulis dalam resep obat
tersebut. Pada saat menyiapkan obat kepada pasien sebaiknya di ingat :
Gunakan sendok atau sarung tangan pada saat menghitung obat jenis tablet, kaplet atau kapsul.
Selalu tutup kembali wadah obat yang telah digunakan.
Hitung obat secara teliti.
Syrup kering sebaiknya diberikan kepada pasien sudah dalam keadaan di campur dengan air
matang sesuai dengan takarannya.
Formulasi/meracik obat :
Sesuai dengan resep obat yang tertera dalam resep maka petugas harus meracik obat sesuai dengan
permintaan dokter tersebut. Pekerjaan meracik obat merupakan kombinasi antara sains dan seni
(science dan art) yang dalam bahasa apotekernya lege artis.
Biasanya meracik obat: serbuk (pulvis), sirup, salap, krim, cairan, dll
Resep yang tertulis seringkali memerlukan formulasi, contohnya puyer. Untuk itu perlu dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
Sebelum bekerja dibersihkan mortar dan stamper dengan alkohol
Sediakan kertas puyer sesuai dengan jumlah puyer yang tertulis dalam resep
Bersihkan tangan dengan alkohol 70%
Hitung dan sediakan item obat yang tertulis dalam resep secara teliti
Gerus terlebih dahulu obat yang jumlahnya sedikit. Lalu gabungkan dengan obat yang
jumlahnya lebih besar. Gerus hingga homogen. Gunakan sudip dari plastik untuk memastikan
bahwa puyer yang digerus sudah dalam keadaan homogen.
Gunakan sudip untuk mengangkat puyer dari mortar. Bagikan ke masing-masing bungkus secara
merata. Bungkus dengan rapih.
Jangan pernah mencampurkan obat antibiotika ke dalam sediaan puyer.
Upayakan tidak pernah menyediakan puyer dalam jumlah besar sekaligus.
Pengemasan dan pemberian etiket
Pengemasan obat yang baik dan benar akan ikut membantu pasien mematuhi petunjuk penggunaan obat
sebagaimana mestinya. Upayakan obat dikemas per item. Jangan sampai obat simptomatik dan obat
kausatif dikemas dalam kemasan yang sama. Hal ini dapat menimbulkan kesalah pahaman pasien.
Pemberian etiket untuk masing-masing item obat harus sesuai dengan yang tertera dalam resep. Ada
beberapa hal yang sebaiknya diingat pada saat mencantumkan etiket obat :
Etiket warna putih untuk obat oral
Etiket warna biru untuk obat suntik
Sebutkan jumlah obat yang harus diminum oleh pasien dengan jelas.
Sebutkan waktunya kapan harus meminum, pagi, siang, sore. Sebelum makan-sesudah makan.
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
50
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
Bubuhkan kata-kata kocok dulu untuk sediaan obat yang berbentuk larutan.
Bubuhkan kata-kata harus diminum sampai habis bagi obat golongan anti biotik atau mikroba
lainnya.
Penyerahan obat
Sesudah obat untuk pasien selesai disiapkan, maka panggilah pasien yang bersangkutan. Pastikan
kembali bahwa pasien yang dipanggil memang yang seharusnya menerima obat. Adapun caranya adalah
:
Tanyakan nama
Usia
Jika perlu alamatnya.
Pemberian Informasi
Pemberian Informasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan obat. Buatkan informasi
tentang apa yang sebaiknya disampaikan kepada tenaga medis atau paramedik sebelum mendapat
pelayanan rawat jalan. Informasi ini sebaiknya tertempel pada dinding.
Oleh karena itu sampaikanlah Informasi penggunaan obat dengan sebaik-baiknya kepada pasien.
1. Penggunaan Obat Melalui Mulut =Oral
2. Penggunaan Obat Luar
3. Penggunaan Obat Tetes Mata
4. Penggunaan Obat Tetes Hidung
5. Penggunaan Salep/Krim Kulit
6. Penggunaan Suppositoria
7. Penggunaan Tablet Vagina dengan Aplikator
8. Penggunaan Obat Kumur
9. Penggunaan Obat Injeksi
Adapun informasi yang perlu disampaikan kepada pasien antara lain :
Jika anda mempunyai alergi atau reaksi yang tidak umum.
Jika anda mempunyai diet tertentu mis : gula, garam,dsb.
Jika anda sedang hamil atau merencanakan untuk hamil
Jika anda sedang menyusui
Jika anda pada saat bersamaan masih meminum obat
Jika anda mengalami kesulitan untuk mengingat sesuatau atau membaca etiket obat.
KELAS TERAPI OBAT
1 Susunan syaraf, obat.
1.1 Analgesik , anti piretik, anti inflamasi non steroid anti pirai.
Analgesik adalah obat penurun panas.
Anti piretik adalah obat penurun panas.
Anti inflamasi non steroid adalah obat untuk radang.
1.1.1 Analgesik- Antipiretik
Contoh obatnya adalah:
- Asam Asetisalisilat
- Metampiron (antalgin; noramidopyrini methano sulfonas natricum )
- Paracetamol (paracetamolum )
1.1.2 Anti imflamasi non steroid, Anti pirai
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
51
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
Contoh obatnya adalah :
- Allopurinol (Allopurinolum )
- Asam Asetisalisilat (Asetosal )
- Fenilbutazon (Phenilbutazonum )
- Indometasina (Indometacinum )
- Probenersid (Probenecidum )
1.2 Analgesik narkotik
Narkotik adalah obat bius.
Contohnya adalah :
- Fentanil (Fentanylum )
- Metadon Hidroklorida (Methadonum Hydrochloridum )
- Morfina Hidroklorida / Sulfat.
- Petidina Hidroklorida (pethidinum Hydrochloridum )
1.3 Anastesi
1.3.1 Anastesi local
Anastesi local menghilangkan perasaan sekitar daerah yang di berikan obat tersebut.
Contohnya obat :
- Bupi vakain hidroklorida (bupivacainum hydrochloridium).
- Etiklorida (kloretan).
- Lidokaina hidroklorida (lidocainum hydrochloridum).
- Kombinasi dari: lidokaina hidroklorida 5%, glukosa (glucosum) 5%, natrium hidroksida
sampai PH 6, 3 6,7
1.3.2 Anastesik umum
Anastesik umum bekerja langsung mempengaruhi pusat kesadaran yang ada di otak , sehingga
menyebabkan orang tidak sadarkan diri / tidak mengetahui sama sekali apa yang terjadi atas
dirinnya maupun di sekitarnya.
Contoh obatnya :
- Dinitrogen oksida
- Droperidol (Droperidolum )
- Enfluran (Enfluranum )
- Eter anestesi
- Halotan (Halothanum )
- Ketamina hidroklorida (Ketaminum hydrochloridum )
- Natrium thiopental (Thiopentalum natricum )
- Trikloretilen (trichloroethylenum )
1.4 Anti epilepsy Anti konfulasi
Anti epilepsy adalah obat untuk penyakit epilepsy yaitu npenyakit yang menyerang pusat susunan
syaraf
Contoh obatnya adalah :
- Diazepam (Diazepamum )
- Etosuksimid ( Ethosuximidum )
- Natrium Fenitokin (phenobarbitalum )
- Karbamazepina (carbamazepinum )
1.5 Antiparkinson
Contoh obatnya adalah :
- Atrofina Sulfat (Atropini sulfas )
- Triheksifenidil hidroklorida (trihexyphenidilum hydrochloridum )
- Kombinasi dari : Karbidopa (carbidopumo dan levoda (levodopum )
1.6 Psikofarmaka
Yaitu obat yang dapat di berikan pada seseorang yasng mengalamigangguan jiwa.
1.6.1 Antiansietas
Antiansietas adalah obat untuk mengurangi/ menghilangkan rasa cemas.
Contoh obatnya :
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
52
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
- Diazepam (diazepamum )
1.6.2 Anti depresi
Yaitu obat untuk mengurangi perasaan yang tertekan
Contoh obatnya :
- Amitriptilina hidroklorida
1.6.3 Antipsikotik
Yaitu obat untuk orang yang mempunyai penyakit jiwa
Contoh obatnya :
- Flufenazin hidroklorida (Flupenazinum Hydrochloridum )
- Flufenazim Dekanoat (Flufenazinum Decanoat )
- Haloperidol (Haloperidolum )
- Klorpromazina Hidroklorida (Chlorpromazinum Hydrochloridum )
1.6.4 Hipnotik- Sedatif
Hipnotik ialah obat tidur.
Sedatif ialah obat penenang / pereda.
Contoh obatnya:
- Diazepam
1.7 Anti emetik
Yaitu obat untuk menghentikan muntah.
Contoh obatnya:
- Dimenhidrinat (Dimenhydrinatum )
- Klorpamazina Hidroklorida.
1.8 Anti migran
Anti migran adalah obat untuk orang yang menderita sakit kepala sebelah
Contoh obatnya :
- Kombinasi dari ergotramina tartrat dan kofeina.
1.9 Tonus otot rangka obat
1.9.1 Penghambat neuromuskuler
Contoh obatnya :
- Alkuronium Klorida (Alcuronii Chloridum )
- Pankuronium Bromida (Pancuronii Bromidum )
- Suksametonium Klorida
1.9.2 Miastenia Grafis obat
Contoh obatnya :
- Edrofonium Klorida
- Neotigmina metilsulfat
- Neostigmina Bromida
- Piridostigmina Bromida
2 Kardiovaskuler, obat
Yaitu obat yang dapat mempengaruhi jantung dan pembuluh darah
2.1 Antiangina
Contoh obatnya :
- Isosorbid Dinitrat (Isosorbid dinitras)
- Nitrogliserin
- Propranolol HCl
Antiaritmia
Aritmia adalah suatu keadaan dimana denyutan jantung tidak mempunyai irama.
Obatnya adalah:
- Kinidin sulfas
- Lidokain HCl
- Prokainamida HCl
- Propranolol HCl
- Verapamil
Anti hipertensi
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
53
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah melebihi normal.
Contoh obatya adalah :
- Hidroklorotiazida
- Klonidin Hidroklorida
- Metildopa anhidrat
- Natrium Nitroprusida
- Prozosin Hidroklorida (Prazosinum Hydrochloridum)
- Propanolol Hidroklorida (Propanololum Hydrochloridum)
- Reserpina (Reserpinum)
Glikosida jantung
Contoh obatnya :
- Digoksin (Digoxinum)
- Lanatosida
Vasodilatator Koroner/ Perifer
Yaitu pelebaran pembuluh darah koroner/ perifer
Obat pada syok
Syok adalah gangguan kesadaran yang disebabkan karena tidak adanya keseimbangan antara jumblah
Volume darah dengan besarnya pembuluh darah.
Contoh obatnya :
- Deksamethason natrium fosfat.
- Dopamine hidroklorida.
- Epinefrina hidroklorida / Bitartat.
- Efedrina hidroklorida
- Etilfenilefrin
Saluran pernafasan obat
Anti tusif /obat batuk
Contoh obatnya :
- Dekstromethorpan hidrobromida (dekstromethorpanum Hydrochloridum)
- Kodeina hidroklorida /fosfat
- Sirop timi majemuk
Ekspektoran
Ekspektoran adalah obat untuk mengencerkan dahak
Contoh obatnya :
- Bromheksin hidroklorida
- Gliseril guaiakolat
- Obat batuk hitam
- Obat batuk putih
Anti asma
Obatnya :
- Aminofilin
- Deksamethason
- Deksamethason natrium fosfat
- Efedrina
- Epineprina Hidroklorida / Bitartrat (adrenalina hidroklorida / bitartrat )
- Heksoprenalin
Saluran cerna, obat
Antasid
Antasid adalah zat-zat pengikat asam
Contoh obatnya :
- Aluminium hidroksida
- Magnesium hidroksida
Diare, obat
Contoh obatnya :
- Kodeina, tingtur opium, garam oralit
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
54
C:MD/DB/Weking/BukuFarma/Pharnurs Farmacologi untuk perawat
Katartik /laksan
Yaitu obat pencahar
Contoh obatnya:
- Dioksiantrakinon, gliserin
Tukak peptic, obat
- Simetidin (contoh obatnya)
Sterilisasi usus obat
Obat ini mempunyai khasiat membebas hamakan kuman patogen dan a patogen berikut sporanya
Obatnya yaitu :
- Kanamisina
rs. Weking,J.M. Apt. MKes.
55

Anda mungkin juga menyukai