Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PRA KONSEPSI PADA CATIN Nn.S USIA 20 TAHUN


DENGAN KEK DI PUSKESMAS WONOKUSUMO SURABAYA
PERIODE 23 OKTOBER 2023 – 25 NOVEMBER 2023

Disusun Oleh :

Ivon Nabila Ikbar


NIM
P27824423182

KEMETERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL
PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SURABAYA JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini Dilaksanakan di Puskesmas


Wonokusumo Surabaya periode praktik tanggal 23 Oktober 2023 sampai dengan
25 November 2023

Surabaya, Oktober 2023

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan

Nurul Yuliani,A.Md.Keb Ahdatul Islamiyah, ST.M.Kes


NIP. NIP.
196806051989032015

Mengetahui,
Ka Prodi Sarjana Terapan Kebidanan

Dwi Purwanti, S.Kp.,SST.,M.Kes.


NIP. 196702061990032003
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan rahmat taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kelompok “ASUHAN KEBIDANAN PRAKONSEPSI
PADA CATIN Nn. S USIA 20 TAHUN DENGAN KEK DI PUSKESMAS
WONOKUSUMO KOTA SURABAYA“ laporan ini di susun dalam rangka
memenuhi target asuhan kebidanan prakonsepsisecara komprehensif di Program
Studi Alih Jenjang Kebidanan Kampus Sutomo Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya. Penulis mengharapkan bantuan
pengarahan dan bimbingan, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Ibu Dwi Purwanti, SST., M.Kes selaku Ketua Prodi Alih Jenjang
Kebidanan.
2. Ibu Ahdatul Islamiyah, SST.M.Keb selaku dosen pembimbing lahan
3. dr.Dania Rahmawati selaku kepala Puskesmas Wonokusumo
4. Ibu Nurul Yuliani, A.Md.Keb selaku bidan koordinator sekaligus
pembiming lahan praktik di Puskesmas Wonokusumo
5. Semua pihak yang telah ikut serta membantu dan memberikan dukungan
dalam pembuatan laporan ini
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan.
Untuk itu penulis memohon untuk kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan
dalam pembuatan laporan ini.

Penulis meminta maaf atas kekurangan baik berupa kesalahan isi, penyajian
maupun penulisan. Semoga hasil dari laporan ini bermanfaat bagi penyusun
khususnya dan pada pembaca umumnya.

Surabaya, Oktober 2023

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................2
1.3 Manfaat........................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................4
2.1 Tinjauan Teori Kasus........................................................................................4
2.1.1 Pengertian Calon Pengantin..............................................................................4
2.1.2 Pemeriksaan Pra-Nikah.....................................................................................4
2.1.3 Manfaat Pemeriksaan Pra-Nikah......................................................................5
2.1.4 Tahapan Pemeriksaan Pra-Nikah......................................................................5
2.1.5 Persiapan Pranikah Bagi Calon Pengantin........................................................6
2.1.6 Konsep Dasar Kekurangan Energi Kronis (KEK)............................................7
2.1.7 Etiologi Kekurangan Energi Kronis (KEK)......................................................7
2.1.8 Patofisiologi Kekurangan Energi Kronis (KEK)..............................................8
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan Pada Catin..........................................................9
2.2.2 Identifikasi Masalah........................................................................................19
2.2.3 Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial........................................................20
2.2.4 Tindakan Segera.............................................................................................20
2.2.5 Perencanaan Asuhan Kebidanan.....................................................................20
2.2.6 Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan.....................................................20
2.2.7 Evaluasi...........................................................................................................20
BAB 3 TINJAUAN KASUS.....................................................................................22
3.1 Identifikasi Data Dasar....................................................................................22
3.2 Identifikasi Masalah........................................................................................24
3.3 Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial........................................................25
iii
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera..........................................................................25
3.5 Interpretasi Asuhan...........................................................................................25
3.6 Implementasi Asuhan........................................................................................26
3.7 Evaluasi.............................................................................................................26
BAB 4 PEMBAHASAN...........................................................................................29
BAB 5 PENUTUP.....................................................................................................30
5.1 Kesimpulan........................................................................................................30
5.1 Saran..................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................31

iv
vi

v
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asuhan prakonsepsi merupakan asuhan yang diberikan pada
perempuan sebelum terjadi konsepsi. Asuhan ini diberikan sebelum
kehamilan dengan sasaran mempermudah wanita mencapai tingkat
kesehatan optimal sebelum hamil. Dalam mewujudkan kehamilan yang
ideal butuh serangkaian persiapan. Salah satu persiapan yang harus
disiapkan adalah pemeriksaan fisik atau pemeriksaan kesehatan.
Pemeriksaan kesehatan pada masa prakonsepsi pada wanita akan
mengurangi angka kesakitan dan kematian ibu dan anak. Beberapa
penyakit yang kemungkinan mengganggu proses kehamilan dapat
dideteksi secara dini sehingga keadaan yang lebih buruk dapat cepat
dihindari (Cunningham, 2012)
Menurut data (WHO 2021) prevalensi KEK secara global yaitu 35%-
75%. Kejadian kekurangan energi kronik di Negara-negara berkembang
seperti Bangladesh, india, Thailand, Indonesia, Myanmar, dan Srilangka
adalah 15%-47% yaitu dengan BMI <18,5. Berdasarkan survei
Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2021 menyebutkan bahwa
wanita usia subur (pra konsepsi) yang tidak hamil yang mengalami KEK
sebesar 14,5%, Sedangkan wanita yang hamil usia 15-49 tahun yang
mengalami KEK sebesar 17,3%
Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental, oleh
karena itu perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa
kehamilan. Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik akan
berdampak positif pada kondisi janin dan adaptasi fisik, serta psikologis
ibu pada kehamilan menjadi lebih baik. Pengaturan gizi yang baik juga
sangat berperan dalam proses pembentukan sperma dan sel telur yang
sehat. Status gizi yang baik dapat mencegah masalah gizi pada saat
kehamilan seperti anemia, KEK, pencegahan infeksi dan komplikasi
kehamilan ( Oktaria dan Juli , 2016).
Untuk mencegah terjadinya resiko KEK sebelum kehamilan (WUS
1
mapun catin) sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan
LILA tidak kurang dari 23.5 cm. Beberapa kriteria ibu KEK adalah berat
badan ibu berdasarkan IMT, tinggi badan < 145cm dan anemia.
Pencegahan KEK dapat dilakukan dengan menerapkan gizi seimbang,
dimana gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman
pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat
badan normal untuk mencecah masalah gizi (Kemenkes RI, 2017).
Praktik gizi seimbang adalah respon terhadap perilaku dan sikap
terhadap gizi seimbang yang meliputi mengkonsumsi makanan beragam,
membiasakan perilaku hidup bersih, melakukan aktifitas fisik,
mempertahankan dan memantau berat badan normal (Kemenkes RI, 2017).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Melakukan asuhan kebidanan pada Calon pengantin pelayanan
kesehatan secara keseluruhan dengan manajemen kebidanan dan di
dokumentasikan dengan metode SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
Melakukan asuhan kebidanan pada calon pengantin, meliputi:
pengkajian, merumuskan diagnose kebidanan, merencanakan asuhan
kebidanan, penatalaksanaan asuhan kebidanan, evaluasi dan
didokumentasikan dengan metode SOAP
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Laporan ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan
wawasan, sertabahan dalam penerapan asuhan kebidanan pada calon
pengantin.
1.3.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan kajian terhadap materi Asuhan Kebidanan serta
referensi bagi mahasiswa dalam memahami pelaksanaan Asuhan
secara komprehensif pada calon pengantin
2
2. Manfaat Bagi Penulis
Dapat mempraktekkan teori yang didapatkan secara langsung di
lapangan dalam mengaplikasikan asuhan kebidanan pada calon
pengantin secara menyeluruh, bermutu, dan berkualitas.
3. Manfaat Bagi Pasien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan komprehensif yang sesuai
standar pelayanan kebidanan dan sesuai kebutuhan klien, sehingga
klien apabila terdapat komplikasi dapat terdeteksi sedini mungkin.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori Kasus


2.1.1 Pengertian Calon Pengantin
Calon pengantin adalah pasangan yang belum mempunyai ikatan, baik
secara hukum agama ataupun negara dan pasangan tersebut berproses
menuju pernikahan. Dan juga proses memenuhi persyaratan dalam
melengkapi data- data yang diperlukan untuk pernikahan (Iskandar, 2017).
Persiapan pranikah adalah waktu berproses untuk menyiapkan keadaan
lahirdan batin menuju pernikahan, dan persiapan tersebut meliputi Aspek
Fisik / Biologis, Aspek Mental / Psikologis, Aspek Psikososial dan Spiritual.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa menyiapkan keadaan
lahir dan batin menuju pernikahan, dan persiapan untuk saling memberi
ketenangan(sakinah) dengan mengembangkan hubungan atas dasar saling
cinta dan kasih (mawaddah warahmah), pernikahan juga disebut awal dari
terbentuknyasuatu keluarga.
2.1.2 Pemeriksaan Pra-Nikah
Pre marital screening check up atau tes pranikah merupakan
serangkaian tes yang harus dilakukan pasangan sebelum menikah. Di
negara- negara lain, tes pranikah sudah menjadi persyaratan wajib bagi
pasangan yang akan menikah. Hal tersebut dikarenakan tidak semua orang
mempunyai riwayat kesehatan yang baik. Seseorang yang tampak sehat
dapat dimungkinkan memiliki sifat pembawa (carrier) penyakit (Kemenkes
RI, 2018).
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan genetik, penyakit
menulardan infeksi melalui darah. Pemeriksaan bertujuan untuk mencegah
agar penyakit tersebut tidak menurun pada keturunannya di kemudian hari
sehingga hidup sehat bersama keluarga bisa tercapai. Waktu pelaksanaan
pemeriksaan pra nikah yang disarankan adalah 6 bulan sebelum calon
mempelai menikah
4
2.1.3 Manfaat Pemeriksaan Pra-Nikah
Menjalankan pre marital check up (pemeriksaan kesehatan pra
nikah) merupakan sebuah tindakan pencegahan yang wajib dilakukan untuk
mencegah terjadinya permasalahan kesehatan pada diri sendiri, pasangan,
maupun keturunan ke depannya. Beberapa keuntungan melakukan
pemeriksaan kesehatan pra nikah menurut (Kemenkes RI, 2018), antara lain:
1. Mencegah berbagai macam penyakit pada calon bayi, seperti
penyakit thalassemia, diabetes melitus, dan penyakit lainnya.
2. Pemeriksaan pranikah dilakukan untuk mengenal riwayat kesehatan diri
sendiri maupun pasangan, sehingga tidak ada penyesalan di kemudian
hari, khususnya bagi riwayat keturunan yang dihasilkan.
3. Membuat calon mempelai semakin mantap, lebih terbuka, dan lebih
yakin satu sama lain mengenai riwayat kesehatan keduanya.
2.1.4 Tahapan Pemeriksaan Pra-Nikah
Tahapan Pemeriksaan Pra-Nikah menurut (Kemenkes RI, 2018) adalah
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan fisik secara lengkap
Umumnya status kesehatan dapat dilihat lewat tekanan darah.
Umumnya, tekanan darah tinggi dapat berbahaya bagi kandungan sebab
membuat tumbuh kembang janin dalam kandungan terhambat. Selain
itu, pemeriksaan pra nikah juga dapat mengetahui apakah pasangan
tersebut mempunyai beberapa riwayat penyakit ataukah tidak, misalnya
diabetes.
2. Pemeriksaan penyakit hereditas
Penyakit hereditas biasanya diturunkan dari kedua orang tua, misalnya
gangguan kelainan darah yang membuat penderitanya tidak bisa
memproduksi hemoglobin (sel darah merah) secara normal.
3. Pemeriksaan penyakit menular
Pemeriksaan yang ketiga meliputi pemeriksaan terhadap penyakit
menular, diantaranya seperti hepatitis B, hepatitis C, dan HIV-AIDS.
Pemeriksaan tersebut penting sekali dilakukan, mengingat penyakit-
penyakit menular tersebut sangat berbahaya dan mengancam jiwa.
4. Pemeriksaan organ reproduksi

5
Pemerikaan ini berkaitan dengan kesuburan serta organ reproduksi untuk

6
pria maupun wanita. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa
kondisi kesehatan organ reproduksi diri sendiri dan pasangan.
5. Pemeriksaan alergi
Walaupun seringkali dianggap sepele, melakukan pemeriksaan alergi
sangatlah penting karena alergi yang tidak disadari dari awal dan tidak
ditangani dengan tepat dapat berakibat fatal.
2.1.5 Persiapan Pranikah Bagi Calon Pengantin
1. Aspek Fisik / Biologis
Menurut WHO (World Health Organization) tentang persiapan
perkawinan yang ditulis oleh Hawari di dalam bukunya, aspek fisik dan
biologi, meliputi :
a. Usia yang Ideal menurut kesehatan dan juga program KB, maka usia
antara 20-25 tahun bagi wanita dan usia antara 25-30 tahun bagi pria
adalah masa yang paling baik untuk berumah tangga. Lazimnya usia
pria lebih daripada usia wanita, perbedaan usia relatif sifatnya.
b. Kondisi fisik bagi mereka yang hendak berkeluarga amat dianjurkan
untuk menjaga kesehatan, sehat jasmani dan sehat rohani. Kesehatan
fisik meliputi kesehatan dalam arti orang itu tidak menghidap penyakit
(apalagi penyakit menular) dan bebas dari penyakit keturunan.
2. Aspek Mental / Psikologis, meliputi:
a. Kepribadian
Aspek kepribadian sangat penting karena hal ini akan mempengaruhi
pasangan dalam kemampuan beradaptasi antar pribadi. Pasangan yang
memiliki kematangan pribadi akan memiliki kemampuan yang baik
dalam memberikan kebutuhan afeksional sebagai unsur penting dalam
berumah tangga. Kenyataannya, tidak ada orang yang memiliki
kepribadian ideal yang sempurna, tapi paling tidak masing-masing
pasangan bisa saling memahami dan menghargai kelebihan dan
kelemahan masing-masing, sehingga diharapkan akan bisa saling
mengisi dan melengkapi.
b. Pendidikan
Tingkat kecerdasan dan pendidikan masing-masing pasangan
hendaknya diperhatikan. Umumnya taraf kecerdasan dan pendidikan

7
pria lebih tinggi dari wanita, meskipun tidak menutup kemungkinan
terjadi hal yang sebaliknya. Kalaupun hal ini terjadi, hendaknya
keduanya memiliki kemampuan adaptasi dan saling menghargai yang
cukup tinggi, karena walau bagaimanapun, laki-lakilah yang kelak
manjadi pemimpin dalam rumah tangganya, sebagai pihak yang
nantinya akan banyak mengambil keputusan penting dalam keluarga.
Karenanya, laki-laki dituntut memiliki kemampuan.
2.1.6 Konsep Dasar Kekurangan Energi Kronis (KEK)
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi
atau keadaan patologis akibat kekurangan secara relatif atau absolut satu atau
lebih zat gizi (Supariasa, 2014).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah kekurangan energi yang
memiliki dampak buruk terhadap kesehatan ibu dan pertumbuhan
perkembangan janin. Ibu hamil dikategorikan KEK jika Lingkar Lengan Atas
(LILA) < 23,5 cm (Muliarini,2015).
Kurang energi kronis (KEK) adalah keadaan kekurangan asupan
energidan protein pada wanita usia subur (WUS) dan orang hamil yang
berlangsung secara terus menerus dan menimbulkan gangguan kesehatan pada
ibu. Kurangnya asupan energi dan protein tersebut terjadi pada waktu yang
lama sehingga menyebabkan ukuran indeks massa tubuh berada di bawah
normal (kurang dari 18,5 untuk orang dewasa). (Cesia, 2017)
2.1.7 Etiologi Kekurangan Energi Kronis (KEK)
Kekurangan Energi Kronis (KEK) memberikan tanda dan
gejalayang dapat dilihat dan diukur.
Menurut Supariasa (2014), tanda-tanda klinis KEK meliputi :
a. Berat badan <40 kg atau tampak kurus dan LILA kurang
dari23,5 cm.
b. Tinggi badan <145 cm.
c. Ibu menderita anemia dengan Hb <11 gr%.
d. Lelah, letih, lesu, lemah, lunglai.
e. Bibir tampak pucat.
f. Nafas pendek.
g. Denyut jantung meningkat.

8
h. Susah buang air besar.
i. Nafsu makan berkurang
j. Kadang-kadang pusing.
k. Mudah mengantuk.

2.1.8 Patofisiologi Kekurangan Energi Kronis (KEK)

Patofisiologi penyakit gizi kurang terjadi melalui lima tahapan yaitu :


pertama, ketidakcukupan zat gizi. Apabila ketidakcukupan zat gizi ini
berlangsung lama maka persediaan/cadangan jaringan akan digunakan untuk
memenuhi ketidakcukupan itu. Kedua, apabila ini berlangsunglama, maka akan
terjadi kemerosotan jaringan, yang ditandai dengan penurunan berat badan.
Ketiga, terjadi perubahan biokimia yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan
laboratorium. Keempat, terjadi perubahan fungsi yang ditandai dengan tanda
yang khas. Kelima, terjadi perubahan anatomi yang dapat dilihat dari
munculnya tanda klasik (Supariasa dkk., 2014).

Proses terjadinya KEK merupakan akibat dari faktor lingkungan


danfaktor manusia yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi, maka
simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila
keadaan ini berlangsung lama maka simpanan zatgizi akan habis dan akhirnya terjadi
kemerosotan jaringan (Supariasa dkk., 2014)

9
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan Pada Catin
2.2.1 Pengkajian Data
1. Pengkajian Data Subyektif
a. Biodata
1) Umur
Menurut UU Republik Indonesia nomor 16 tahun 2019 tentang
perubahan atas undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang
perkawinan, terkait batas usia menyebutkan batas usiaperkawinan
antara laki-laki dan perempuan adalah sama, yaitu
19 tahun. Usia perkawinan yang ideal menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
adalah 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki- laki.
2) Suku
Pernikahan antar suku memungkinkan timbulnya kesalah pahaman
dalam berkomunikasi. Kesalahpahaman ini biasanya melibatkan
seluruh anggota keluarga, baik suami, istri, anak bahkan melibatkan
seluruh anggota keluarga besar (Lusiana, 2012). Pada pernikahan
beda negara ditakutkan terjadi perbedaan rhesus antara pasangan
calon pengantin. Jika rhesus ibu negative dan rhesus ayah positif
maka jika terjadi kehamilan dapat beresiko terhada kesehatan
janin(Kemenkes RI, 2018(a)).
3) Pendidikan
semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin rendah untuk
melakukan pernikahan dini (Kusumawati, 2013).
4) Status Menikah
Kehamilan dan anak harus bersumber dari perkawinan yang sah
menurut adat agama, hukum dan disaksikan masyarakat. Sakral
tujuan utamanya mencapai kelanggengan dalam menempuh hidup
sampai lanjut usia. dampak hamil di luar nikah menurut Sarwono
(2001) diantaranya:

10
a. Dampak psikologis
Dampak psikologis dari perilaku seks bebas di antaranya
perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan
berdosa.
b. Dampak fisiologis
Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut di
antaranya dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan
aborsi.
c. Dampak sosial
Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang
dilakukan sebelum saatnya antara lain dikucilkan, tekanan dari
masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.
d. Dampak fisik
Dampak fisik lainnya adalah berkembangnya penyakit menular
seksual dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual
(PMS) yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit
menular seksual dapat menyebabkan kemandulan rasa sakit
kronis serta meningkatkan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS.
5) Berapa kali menikah
Ibu menikah lebih dari 1 kali, dikhawatirkan memiliki Penyakit
Menular Seksual (PMS)(Manuaba, 2014).
b. Keluhan Utama
1) Melakukan Pemeriksaan Kesehatan
Untuk mengetahui kondisi pasangan serta proyeksi masa depan
pernikahan seseorang terutama yang berkaitan dengan masalah
kesehatan reproduksi dan genetika.
2) Skrining TT
Seorang ibu harus memiliki kekebalan tubuh ynag cukup terhadap
serangn penyakit tetanus untuk melindungi ibu dan bayi. Untuk itu
baik disaat catin atau saat hamil perlu dilakukan pemeriksaan status

11
TT, apabila belum cukup maka perlu diberikn suntikan TT sesuai
jadwal (Kemenkes RI, 2014).
c. Riwayat Kesehatan
Kementerian Kesehatan telah merekomendasikan para pasangan yang
ingin menikah untuk menjalani tes kesehatan sebelum menikah.
Prosedur ini bertujuan memberi konsultasi kepada calon pasangan
seputar status kesehatan masing-masing, hal ini agar calon pasangan
suami istri dapat membangun keluarga yang sehat dan menghasilkan
keturunan yang sehat pula (Kemenkes RI, 2018). Pemeriksaan terhadap
penyakit menular, diantaranya seperti hepatitis B, hepatitis C, dan HIV-
AIDS. Pemeriksaan tersebut penting sekali dilakukan, mengingat
penyakit-penyakit menular tersebut sangat berbahaya dan mengancam
jiwa (Kemenkes RI, 2018).TORCH
d. Riwayat Alergi
Walaupun seringkali dianggap sepele, melakukan pemeriksaan alergi
sangatlah penting karena alergi yang tidak disadari dari awal dan tidak
ditangani dengan tepat dapat berakibat fatal (Kemenkes RI, 2018).
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji untuk mengidentifikasi
penyakit keturunan yang sering terjadi pada keluarga tertentu. pu
Beberapa penyakit keturunan yang berbahaya misalnya hemophilia.
Mutasi genetik yang terjadi pada hemofilia mempengaruhi kromosom
X. Kelainan pada kromosom X kemudian diturunkan oleh ayah, ibu,
atau kedua orang tua kepada anak. Hemofilia yang bergejala biasanya
terjadi pada laki-laki. Anak perempuan lebih sering menjadi pembawa
(carrier) gen abnormal yang berpotensi untuk diwariskan kepada
keturunannya(Pane, 2020). Thalasemia disebabkan oleh kelainan
genetik yang memengaruhi produksi sel darah merah. Kelainan genetik
ini diturunkan dari orang tua, dan tetap dapat diturunkan walaupun
orang tua tidak mengalami gejala (Willy, 2019). Buta warna

12
merupakan penyakit kelainan mata yang ditentukan oleh gen resesif
pada kromosom seks, khususnya terpaut pada kromosom X atau
kondisiketika sel-sel retina tidak mampu merespon warna dengan
semestinya (Riadi, 2020).
f. Riwayat Kebidanan
1) Riwayat haid
Pemeriksaan ini juga bisa membantu menentukan tingkat kesuburan
wanita (Putri, 2020). Berikut adalah kelainan haid :
a. Hipermenorea
Kelainan yang terletak pada jumlah perdarahan lebih banyak
dan dapat disertai gumpalan darah dan lamanya perdarahan
lebih dari 8 hari. Terjadinya hipermenorea berkaitan
dengankelainan pad rahim yaitu mioma uteri, polip
endometrium dan gangguan pelepasan endometrium. (Manuaba,
2009)
b. Hipomenorea
Siklus haid tetap, tetapi lama perdarahan memendek kurang dari
3 hari. Hipomenorea dapat disebabkan kesuburan endometrium
kurang karena keadaan gizi penderita yang rendah, penyakit
menahun dan gangguan hormonal. (Manuaba, 2009)
c. Metroragia
Perdarahan diluar haid (metroragia) dapat disebabkan oleh
keadaan yang bersifat hormonal dan kelainan anatomis. pada
kelainan hormonal terjadi gangguan poros hipotalamus -
hipofise, ovarium dan rangsangan estrogen progesteron. pada
kelainan anatomis terjadi perdarahan karena adanya gangguan
pada alat kelamin seperti pada mulut rahim, pada badan rahim
dan pad saluran telur yang dapat menyebabkan mioma uteri,
kehamilan dituba dan keguguran (Manuaba, 2009).

13
2) Riwayat Obstetri
Bagi Catin yang pernah menikah perlu dikaji mengenai riwayat
kehamilan, persalinan, jumlah anak, bayi yang dilahirkan,
keguguran dan kontrasepsi (Kemenkes RI, 2018).
3) Riwayat KB
WUS yang sebelumnya menggunakan KB hormonal untuk
menunda kehamilan akan mengalami terlambatnya kembali
kesuburan setelah penghentian pemakaian.
g. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Nutrisi
status gizi ibu sebelum hamil mempunyai pengaruh yang bermakna
terhadap kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
(Kristiyanasari, 2010).
2) Eliminasi
perhatikan frekuensi berkemih, apabila frekuesi berkemih >7 kali
curigai adanya resiko diabetes. apabila terdapat nyeri saat BAK dan
urin yang keluar hanya sedikit curiga resiko ISK (Infeksi Saluran
Kemih) (ADA, 2017).
3) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
tidur, kebiasaan sebelum tidur. Orang dewasa membutuhkan waktu
tidur 7-8 jam setiap hari. para dokter menyarankan bagi mereka
yang ingin hidup sehat untuk menerapkan aturan ini pada kebiasaan
sehari- hari (Kemenkes RI, 2018).
4) Aktivitas
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Bab 1, Pasal 1, Ayat 8:
”Nilai Ambang Batas” yang selanjutnya disingkat NAB adalah
standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-
rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan

14
kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi
8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
5) Personal Hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi pada
organ reproduksi (Kemenkes, 2015). Mengganti pakaian dalam 2
kali sehari, tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan
berbahan non sintetik. Saat menstruasi normalnya ganti pembalut
maksimal 4 jam sekali atau sesering mungkin (Kemenkes RI, 2015).
Menggunakan air bersih saat mencuci vagina dari arah depan ke
belakang dan tidak perlu sering menggunakan sabun khusus
pembersih vagina ataupun obat semprot pewangi vagina (Fitriyah,
2014).
h. Riwayat Psikososial Budaya
Kebanyakan orang Jawa mempunyai kepercayaan menggunakan
petungan untuk melakukan sesuatu seperti pernikahan, panen,
membangun rumah dan lain-lain. Di dalam petungan ada yang namanya
weton di setiap weton ada nilainya sendiri-sendiri (Faruq, 2019).
i. Riwayat Ketergantungan
Keseimbangan hormon dapat mengalami kerusakan karena adanya zat
kimia yang terkandung dalam rokok dan nikotin. Zat kimia tersebut
masuk ke bagian aliran darah melalui asap. Sehingga jika hal ini terus
dibiarkan maka akan berpengaruh pada hormon baik itu wanita maupun
pria. Pada saat hormon tubuh gangguan maka sistem reproduksi tubuh
juga akan mengalami gangguan. (Archiando, 2020)
2. Pengkajian Data Obyektif
a. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
Tekanan darah dikatakan normal ketika systole <120 mmHg dan
dyastole < 80 mmHg (Kemenkes RI, 2018).

15
2) Nadi
Denyut nadi normal berkisar antara 60-100 x/menit
3) Suhu
Suhu tubuh yang normal adalah 36,5-37,5 oC. Jika suhu tubuh lebih
dari 37,5oC kemungkinan demam tersebut disebabkan oleh
penyakit seperti flu atau malaria, infeksi pada bagian tubuh (infeksi
kandung kemih atau infeksi rahim)(Klein, S., Miller, S., &
Thomson, 2015).
4) Pernafasan
Frekuensi normal pernafasan yaitu 14–20 kali per menit
b. Pemeriksaan Antropometri
1) Berat Badan
Berat badan yang kurang lebih beresiko terserang penyakit infeksi.
Berat badan yang berlebihan beresiko terserang penyakit
degeneratif. Berat badan yang kurang dengan standart IMT kurang
dari 18 lebih beresiko terserang penyakit infeksi. Berat badan yang
berlebihan dengan standart IMT lebih dari 27 beresiko terserang
penyakit degeneratif
2) Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan dilakukan untuk menapis adanya faktor
risiko, tinggi saat hamil bila < 145 cm berisiko terjadinya Cephalo
Pelvic Disproportion (CPD) (IBI, 2016: 51).
3) IMT
Calon pengantin harus memiliki status gizi yang baik. Penentuan
status gizi menggunakan cara menghitung Indeks Masa Tubuh
(IMT). IMT merupakan indicator sederhana dari korelasi antara
tinggi dan berat badan. IMT normal pada angka 18,5-25,0
(Kemenkes RI, 2018).

16
4) Lingkar Lengan Atas (LILA)
Menurut Kemenkes RI, (2018) untuk mengetahui catin perempuan
beresiko Kekurangan Energi Kronik (KEK), perlu dilakukan
pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA). Ambang batas LiLA
pada WUS (19-49 tahun) yaitu 23,5 cm.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Kulit kepala pucat dan rambut rapuh dapat mengindikasikan
kekurangan nutrisi (Walsh, 2012). Rambut yang mudah dicabut
menandakan kurang gizi atau ada kelainan tertentu (Romauli,
2011).
2) Mata
Konjungtiva palpebral normal warna merah muda, bila pucat
menandakan anemia. Sklera normal berwarna putih, bila kuning
menandakan mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah kemungkinan
ada konjungtivitis. (Romauli, 2011).
3) Leher
Normal bila tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran limfe dan tidak ditemukan bendungan vena jugularis
(Kemenkes RI, 2018).
4) Dada
Melihat kelainan bentuk dada, dan pemeriksaan bunyi jantung dan
bunyi paru. Pemeriksaan bunyi jantung dan paru perlu dicermati
sehubungan dengan beberapa penyakit kronis seperti TB paru,
gangguan jantung yang dapat memberi efek pada kehamilan
(Kemenkes RI, 2018). efek pada kehamilan seperti abortus,
terhambatnya pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan
terjadinya penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi cairan
amnion (disebut TB congenital). Gejala TB congenital biasanya
sudah bisa diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,s eperti
prematur, gangguan napas, demam, berat badan rendah, hati dan

17
limpa membesar. Penularan kongenital sampai saat ini masih
belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah
lahir. Wanita yang mengalami penyakit jantung,terjadi komplikasi
yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin, bahkan dapat
membahayakan nyawa ibu dan janin (Manuaba, 2012).
5) Payudara
Perhatikan apakah kedua payudara simetris, apakah ada perubahan
warna, luka/borok, bengkak pada kulit puting menonjol/tidak
(Hastami, 2019).
6) Abdomen
Perhatikan simetris, pembesaran organ atau adanya massa (Betty
Suryawati dkk, 2019). Perlu diperhatikan juga mengenai nyeri
tekan abdominal, bising usus, bekas operasi, keadaan heppar/limpa
(Kemenkes RI, 2018).
7) Genetalia
Pemeriksaan genitalia dilakukan dengan bila ada indikasi, sesuai
dengan sasaran keputihan abnormal, luka/lecet, bengkak pada
pangkal paha, adanya kondiloma, gatal/rasa terbakar (Kemenkes
RI, 2018).
8) Ekstremitas
Sesuai indikasi, periksa apakah ada deformitas/kelainan bentuk,
keterbatasan gerak, nyeri tekan (Kemenkes RI, 2018).
9) Kulit
Pemeriksaan kulit dilakukan untuk menilai warna, adanya sianosis,
icterus, edema, pucat, turgor kulit dan kelembapan kulit.
Kulitpucat dapat menunjukkan adanya anemia (Kemenkes RI,
2018).

18
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Golongan Darah dan Rhesus
Golongan darah wajib diketahui karena dapat mencegah resiko
kesehatan, dan terjadinya perbedaan rhesus antara catin perempuan
dan laki laki, dimana jika perempuan mempunyai rhesus negataif
sementara laki laki rhesus positif bila terjadi kehamilan dapat
beresiko terhadap janin yang dikandung (Kemenkes RI, 2018).
2) Status TT
Status TT diperlukan karena, seorang ibu harus memiliki
kekebalan tubuh ynag cukup terhadap serangn penyakit tetanus
untuk melindungi ibu dan bayi. Untuk itu baik disaat catin atau
saathamil perlu dilakukan pemeriksaan status TT, apabila belum
cukupmaka perlu diberikan suntikan TT sesuai jadwal (Kemenkes
RI, 2014). Status imunisasi tetanus dapat ditentukan melalui
skrining status TT pada catin perempuan dari riwayat imunisasi
tetanusyang didapat sejak masa balita, anak dan remaja. apabila
catin belum t5 dilakukan penyuntikan imunisasi tetanus dengan
interval waktu 4 minggu, 6 bulan, 1 tahun dan 1 tahun. (Kemenkes
RI, 2018)
3) Hemoglobin
Pemeriksaan haemoglobin diperlukan untuk mengetahui
anemiaatau tidaknya catin. Kadar HB normal untuk catin wanita 12
gr/dl, untuk laki-laki 13 gr/dl (Kemenkes RI, 2018). Pemeriksaan
haemoglobin diperlukan untuk mengetahui anemia atau tidaknya
catin. Jika anemia terjadi sejak masa usia subur, akan berdampak
pada rendahnya cadangan besi yang dimiliki sehingga akan
menimbulkan dampak negatif pada kehamilan, kelahiran, bahkan
pertumbuhan dan perkembangan anak.

19
4) HIV/AIDS
Pemeriksaan HIV dilakukan pada catin dan PUS di daerah
terkonsentrasi HIV dan beresiko tinggi terinfeksi HIV.
Apabilahasil tes HIV positif, segera rujuk (Kemenkes RI, 2018).
5) HbsAg
Hepatitis B dapat menular melalui darah dan cairan tubuh (sperma
dan cairan vagina) melalui kontak seksual dengan penderita
Hepatitis B, berbagi jarum suntik dengan penderita hepatitis B ,
dan juga pada ibu hamil yang menderita hepatitis B pada
saatpersalinan. Bila hasil pemeriksaan HbsAg poitif maka organ
hati sudah terinfeksi virus ini (Kemenkes RI, 2018).
6) Urine
Pemeriksaan urin rutin dilakukan unuk mengetahui dan memantau
kelainan ginjal/ saluran kemih termasuk infeksi saluran kemih
(ISK) dan mendeteksi penyakit metabolic, dan kadar HCG pada
catin perempuan (Kemenkes RI, 2018).
3. Analisa Data
Analisa merupakan langkah awal untuk perumusan masalah dalam
menentukan diagnosa kebidanan yang ditegakkan. Analisis data
berpedoman pada data subyektif dan data obyektif yang bersifat utama
(mayor) dan penunjang (minor) (Kemenkes RI, 2011).
2.2.2 Identifikasi Masalah
Pada langkah ini melaksanakan identifiksai yang benar terhadap
masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik (Varney,
2007).
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan (Varney, 2007).
2) Masalah
20
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien

21
yang ditemukan dari hasil atau menyertai diagnosa bidan
membutuhkan penanganan (Varney, 2007).
3) Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data
(Varney, 2007)
2.2.3 Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial
Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul berdasarkan
diagnosa atau masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah ini
mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila bersiap-siap bila diagnosa atau masalah
potensial ini benar- benar terjadi (Varney, 2007)
2.2.4 Tindakan Segera
Langkah keempat ini merupakan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Identifikasi kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera dari tindakan kolaborasi dengan tenaga medis lain
untuk menghindari terjadinya kegawat daruratan (Varney, 2007
2.2.5 Perencanaan Asuhan Kebidanan
Merencanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya, langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau
diagnosa yang telah diidentifikasi pada langkah informasi data dasar yang
tidak lengkap dan dilengkapi (Varney, 2007).
2.2.6 Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan
Langkah keenam ini adalah pelaksanaan dari asuhan menyeluruh.
Penatalaksanaan manajemen yang efisien akan meningkat waktu dan biaya
serta meningkatkan mutu dan asuhan klien (Varney, 2007)
2.2.7 Evaluasi
Langkah ini merupakan penilaian apakah rencana asuhan tersebut
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan benar-benar telah dipenuhi
kebutuhannya akan bantuan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam
masalah dan diagnosa (Varney, 2007). Menurut Muslihatun (2009), metode
pendokumentasian yang akan digunakan dalam dokumentasi data
perkembangan adalah dengan menggunakan metode SOAP. Prinsip dari
22
metode SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen
kebidanan

23
BAB 3
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF


ASUHAN KEBIDANAN PRA KONSEPSI PADA Nn. S USIA 20 TAHUN
DENGAN KEK DI PUSKESMAS WONOKUSUMO SURABAYA

3.1 Identifikasi Data Dasar


Tanggal Pengkajian : 25 Oktober 2023 Pukul : 08.00
WIB Tempat Pengkajian : Puskesmas Wonokusumo
A. Data Subyektif
Biodata
Nama : Nn.S Tn. A
Umur : 21 tahun 25 Tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Pelajar Swasta
Alamat : Wonosari Lor Baru 5/14 Jombang

a. Keluhan Utama :
Nn.S dan Tn.A datang ke puskesmas untuk melakukan pemeriksaan
sebagai syarat untuk menikah. Catin merencanakan pernikahan pada tanggal
01 Desember 2023
b. Riwayat Haid
Calon pengantin menarch usia 14 tahun, siklus 30 hari, teratur, lama 5-7
hari, warna merah segar. Hari pertama dan kedua biasa mengalami nyeri
haid dengan konsistensi encer tidak bergumpal.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Saat ini calon pengantin pria dan wanita dalam keadaan sehat tidak ada
keluhan dalam masalah kesehatan
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular HIV/AIDS, batuk
24
lama lebih dari 2 minggu (TBC), serta penyakit kuning (Hepatitis).
Penyakit menurun seperti kencing manis (diabetes), sesak nafas (asma),
tekanan darah tinggi (hipertensi). Penyakit menahun seperti jantung,
stroke, serta kanker
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan saat ini keluarga ibu maupun keluarga suami tidak pernah
dan tidak sedang menderita penyakit menular HIV/AIDS, batuk lama lebih
dari 2 minggu (TBC), serta penyakit kuning (Hepatitis). Penyakit menurun
seperti kencing manis (diabetes), sesak nafas (asma), tekanan darah tinggi
(hipertensi). Penyakit menahun seperti jantung, stroke, serta kanker
f. Riwayat Sosial Ekonomi
Pendidikan terakhir calon pengantin wanita dan pria adalah SMA. Setelah
menikah suami yang akan bekerja, istri sebagai ibu rumah tangga
mengurus rumah
g. Riwayat seksual
Calon pengantin wanita dan pria tidak pernah melakukan hubungan
seksual pranikah atau perilaku seksual berisiko, tidak pernah melakukan
kekerasan seksual, tidak menderita IMS/HIV.
h. Riwayat Pernikahan
Baik dari calon pengantin wanita maupun calon pengantin pria belum pernah
menikah, ini merupakan pernikahan yang pertama
i. Riwayat Obstetrik
Belum pernah hamil
j. Riwayat Pola Makan
Calon pengantin makan sehari 2-3 kali dengan porsi kecil 1 centong nasi,
dengan lauk telur, tempe, atau ayam
B. Data Objektif

a. Keadaan umum : Baik


b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda-tanda vital
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36oC
25
d. BB : 42 kg
e. TB : 152 cm
f. LILA : 22,5 cm
g. IMT : 17,3 (kurus)

Pemeriksaan fisik
Muka : Tidak tampak pucat
Mata : Tampak simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda,
pengelihatan normal.
Telinga : Simetris, fungsi pendengaran baik
Mulut : Bersih, mukosa bibir berwarna merah muda, dan tidak ada
stomatitis
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tyroid,
tidak ada pembendungan vena jugularis.
Dada : bunyi jantung dan paru-paru normal, simetris, tidak ada
pernapasan retraksi intercostalis.
Payudara : Normal, tidak ada benjolan
Abdomen : Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
Genetalia : Tidak dilakukan pengkajian
Ekstremitas
Atas : normal, tidak oedema, kuku tidak pucat.
Bawah : normal, tidak oedema, tidak ada varices,.

Pemeriksaan Penunjang Tanggal 25 Oktober 2023


Hb : 13.2 gr/dL

Golda : O+
HIV : NR
RBC : 4.42
MCV : 88.2
MCH: : 31.2

3.2 Identifikasi Masalah


Diagnosa : Nn.S calon pengantin usia 20 tahun dengan KEK

26
DS : Pasien dating ke puskesmas mendapat pengantar dari KUA
untuk melakukan persiapan pranikah

DO :
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36oC

d. BB : 42 kg
e. TB : 152 cm
f. LILA : 22,5 cm
g. IMT : 17,3 (kurus)

3.3 Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial


Tidak Ada
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Tidak ada
3.5 Interpretasi Asuhan
Tanggal : 19 November 2019
Jam : 09.43 WIB
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
Rasional : Agar Catin tahu tentang keadaanya sehingga pasien tidak khawatir
dengan hasil pemeriksaan.
2. Memberitahu untuk mengikuti kelas pranikah
Rasional : untuk persiapan kehidupan berumah
tangga
3. Memberitahu bahaya merokok
Rasional : menjaga Kesehatan organ dan persiapan kehamilan sehat
4. Memberikan konseling tentang KEK
Rasional : Dilakukan untuk memberikan pengetahuan tentang KEK dan akibatnya
pada kesuburan calon pengantin
5. Memberikan konseling tentang gizi seimbang
Rasional : Dilakukan untuk memberikan pengetahuan pada catin tentang manfaat
27
gizi seimbang

28
6. Memberikan konseling mengenai persiapan kehamilan
Rasional : Dilakukan untuk mempersiapkan kehamilan karena Status gizi
sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin
3.6 Implementasi Asuhan

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan calon pengantin wanita


didapatkan tanda-tanda Kekurangan Energi Kronis (KEK), pemerikasaan
tanda-tanda vital dalam keadaan baik

2. Memberitahu catin untuk mengikuti kelas catin mengenai persiapan


pranikah, kesehatan reproduksi, hak reproduksi dan seksual, tindak
kekerasan dalam rumah tangga, kehamilan ideal, metode kontrasepsi, proses
kahmilan, masa subur wanita

3. Menjelaskan dampak buruk merokok bagi calon pengantin yang dapat


mengganggu kualitas sperma, membahayakan kehamilan. menganjurkan
catin laki-laki untuk mengurangi kebiasaan merokok
4. Memberikan konseling mengenai pengertian KEK beserta dampaknya
sebelum maupun sesudah menikah
5. Memberikan KIE mengenai gizi seimbang dengan makan 3 kali sehari,
pemenuhan nutrisi meliputi kebutuhan zat besi dan makanan tinggi
protein seperti sayuran hijau, ayam, daging, hati, tempe, telur serta
berolahraga untuk menjaga berat badan ideal
6. Memberitahu untuk mengkonsumsi tablet tambah darah dan asam folat
secara rutin untuk persiapan kehamilan.
3.7 Evaluasi
1. Catin memahami penjelasan yang diberikan
2. Catin mengerti dan bersedia unuk mengikuti kelas bimbingan pranikah
3. Catin mngerti dan akan mengurangi kebiasaan merokok
4. Catin memahami penjelasan yang diberikan mengenai KEK
5. Catin bersedia untuk melakukan pola hidup sehat dengan konsumsi
makanan tinggi protein dan zat besi
6. Catin bersedia untuk mulai mengkonsumsi asam folat untuk persiapan
kehamilan

29
LAMPIRAN

Self-Reporting Questionnaire (SRQ-20)

Nama : Ny. S Tanggal : 25 Oktober 2023


Alamat : Wonosari Lor Baru 5/14

Petunjuk: Bacalah petunjuk ini seluruhnya sebelum mulai mengisi. Pertanyaan berikut
berhubungan dengan masalah yang mungkin mengganggu anda selama 30 hari
terakhir. Apabila anda menganggap pertanyaan itu berlaku bagi anda dan anda
mengalami masalah yang disebutkan dalam 30 hari terakhir, berilah tanda (√) pada
kolom Y. Sebaliknya, apabila anda menganggap pertanyaan itu tidak berlaku bagi anda
dan anda tidak mengalami masalah yang disebutkan dalam 30 hari terakhir, berilah
tanda (√) pada kolom
T. Jika anda tidak yakin tentang jawabannya, berilah tanda jawaban yang paling sesuai
di antara Y dan T. Kami tegaskan bahwa, jawaban anda bersifat rahasia, dan akan
digunakan hanya untuk membantu pemecahan masalah anda.
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anda sering menderita sakit kepala? √
2. Apakah anda kehilangan nafsu makan? √
3. Apakah tidur anda tidak lelap? √
4. Apakah anda mudah menjadi takut? √
5. Apakah anda merasa cemas, tegang dan khawatir? √
6. Apakah tangan anda gemetar? √
7. Apakah anda mengalami gangguan pencernaan? √
8. Apakah anda merasa sulit berpikir jernih? √
9. Apakah anda merasa tidak bahagia? √
10. Apakah anda lebih sering menangis? √
11. Apakah anda merasa sulit untuk menikmati aktivitas
sehari-hari? √
12. Apakah anda mengalami kesulitan untuk mengambil
keputusan? √
13. Apakah aktivitas/tugas sehari-hari anda terbengkalah? √

30
14. Apakah anda merasa tidak mampu berperan dala,
kehidupan ini? √
15. Apakah anda kehilangan minat terhadap banyak hal? √
16. Apakah anda merasa tidak berharga? √
17. Apakah anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri
hidup anda? √
18. Apakah anda merasa lelah sepanjang waktu? √
19. Apakah anda merasa tidak enak di perut? √
20. Apakah anda mudah lelah? √

Interpretasi:
a. Tidak terdapat masalah psikologis
b. Dalam kebanyakan situai 5 sampai 7 jawaban YA pada no 1-20 (gejala
neurologis) mengindikasikan adanya masalah psikologis, perlu dirujuk untuk
mendapatkan pelayanan bagi masalah psikologisnya

31
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang asuhan kebidanan prakonsepsi pada Nn. S
20 tahun dan Tn. A usia 25 tahun di Puskesmas Wonokusumo Surabaya yang
dilakukan pada tanggal 25 Oktober 2023 dengan menggunakan standar asuhan
kebidanan dalam bentuk komprehensif. Berdasarkan hasil asuhan prakonsepsi
pada didapatkan bahwa catin akan melangsungkan pernikahan pada tanggal 1
Desember 2023 dan berencana untuk tidak menunda kehamilan
Pada teori disebutkan bahwa pemeriksaan pra nikah disarankan 6 bulan
sebelum pernikahan dilaksanakan, namun pada catin praktiknya pemeriksaan Pra
Nikah dilakukan 3 bulan sebelum pernikahan dilaksanakan. Untuk usia menikah
sesuai dengan teori yaitu lebih dari 19 tahun Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 16 tahun 2019 tentang perkawinan. Pada pelaksanaan di
puskesmas, pada pemeriksaan kejiwaan (SRQ 20) didapatkan hasil tidak ada
masalah penyimpangan psikologi. Pada pemeriksaan obyektif didapatkan LILA
pada catin wanita sebesar 22,5 dan termasuk dalam katagori KEK degan IMT 17,3
(berat badan kurang)
Calon pengantin diberikan konseling mengenai pemenuhan kebutuhan
asupan makan untuk menjaga berat badan ideal yaitu dengan konsumsi makanan
tinggi zat besi, karbohidrat, dan protein seperti sayuran hijau,ayam, daging.telur,
tempe, susu, kacang-kacangan. Serta menganjurkan untuk mulai mempersiapkan
kehamilan yang sehat dengan konsumsi tablet asam folat dan tablet tambah darah

32
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Asuhan Kebidanan Prakonsepsi pada Nn.S 20 tahun dan Tn.A 25
tahun dengan prakonsepsi satu bulan di Puskesmas Wonokusumo yang
dilakukanpada tanggal 1 Desember 2023 dengan hasil Catin wanita dengan
masalah KEK dan IMT dalam katagori berat badan kurang dan sudah
diberikan KIE mengenai pemenuhan nutrisi. Pada asuhan kebidanan
prakonsepsi merupakan bagian dari kesehatan secara keseluruhan antara
perempuan dan laki-laki selama masa reproduksinya yang berguna untuk
mengurangi risiko dan mempromosikan gaya hidup sehat untuk
mempersiapkan kehamilan sehat dan meningkatkan kemungkinan
memiliki bayi yang sehat.
5.1 Saran
Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan dalam memberikan
konseling pada masa prakonsepsi dengan prinsip menganggap seluruh
pasien mempunyai risiko yang sama, sehingga kesiapan dalam masa
sebelum hamil dapat dilakukan dengan tepat. Masyarakat diharapkandapat
melakukan pemeriksaan Pranikah sessuai dengan anjuran yaitu 6 bulan
sebelum menikah atau minimal 3 bulan sebelum menikah.

30
DAFTAR PUSTAKA

Ada. (2017). American Diabetes Association Standards Of Medical Care In


Diabetes. Supplement 1, Volume 40.

Ambarwati, E. (2013). Asuhan Kebidanan Nifas. Nuha Medika.

Bhutta, Z., & Lassi, Z. (2015). Preconception Care And Nutrition Interventions In
Low- And Middle-Income Countries. Global Epidemiology And Risk
Factors, 15–26.

Brown, J. . (2013). Nutrition Through The Life Cycle. Belmont.

Cunningham, F. G. (2012). Obstetri Williams. Buku Kedokteran Egc.

Faruq, A. (2019). Pandangan Islam Terhadap Perhitungan Weton Dalam


Perkawinan. Irtifaq, Vol 6, 49–62.

Iskandar, Z. (2017). Peran Kursus Pra Nikah Dalam Mempersiapkan Pasangan


Suami-Istri Menuju Keluarga Sakinah. Al Ahwal, Volume 10.

Iswanto. (2007). Pola Hidup Sehat Dalam Keluarga. Sunda Kelapa Pustaka.

Kemenkes RI. (2018). Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil.


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. (2018). Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Pra Nikah.


Kementeriann Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Promosi Kesehatan
Dan Pemberdayaan Masyarakat. Https://Promkes.Kemkes.Go.Id/Pentingnya-
Pemeriksaan-Kesehatan-Pra-Nikah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan


Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, (2019).

Klein, S., Miller, S., & Thomson, F. (2015). Buku Bidan Asuhan Pada
Kehamilan, Kelahiran, & Kesehatan Wanita. Egc.

Kristiyanasari, W. (2010). Gizi Ibu Hamil. Nuha Medika

Kusumawati, R. D. (2013). Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Kejadian


Pernikahan Dini Pada Wanita Dibawah Umur 21 Tahun Di Desa Keboromo
Kec Tayu Kab Pati 2013. Stikes Aisyiah Yogyakarta.

Lusiana, L. (2012). Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pada


Pernikahan Campuran Suku Batak Toba-Tionghoa Di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara.
31
Manuaba, I. B. (2014). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan Kb. EGC.

Paratmanitya, Y., & Hadi, H. (2012). Citra Tubuh, Asupan Makan Dan Status
Gizi Wanita Usia Subur Pranikah. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 126–134.

Saifuddin, A. B. (2014). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Varney, H. (2007). Buku Ajar Kebidanan Edisi 4. EGC.

Welis, Wilda., R. M. S. (2013). Gizi Untuk Aktifitas Fisik Dan Kebugaran.


Sukabina Press.

Willy, T. (2019). Penyakit Menular Seksual. Alodokter.


Www.Alodokter.Com/Penyakit-Menular-Sekual

Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC

Archiando, D. (2020). Bahaya Merokok Terhadap Kesuburan Pria dan Wanita.


https://lifepack.id/bahaya-merokok-terhadap-kesuburan-pria-dan-wanita/.
Diakses 17 Desember 2020

Manuaba. (2012).. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC

Kemenkes RI. (2015).. Kesehatan Reproduksi Dan Seksual Bagi Calon Pengantin

Febliany, I., Fitriyah, N., & Paselle, E. (2014). Efektivitas Pelayanan Terpadu
Satu Pintu terhadap Penyerapan Investasi di Kalimantan Timur (Studi pada
Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah Provinsi
KalimantanTimur)

32

Anda mungkin juga menyukai