Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEKNIK LABORATORIUM BIOLOGI


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Prngolahan Teknik Laboratorium IPA

Dosen Pengampu :
Khoirotul Ummah,

Disusun Oleh :
1. Nova Ovalia Rosa
2. Reza Fahmi Haqoni
3. Laila Nor Fitriya
4. Yusmaniar Razizoma
5. Mariyatul Qibtiyah

KELAS B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT Atas berkat dan rahmatnya sehingga
kami diberikan kesehatan agar dapat mengerjakan laporan ini dengan mudah dan berjalan lancar.
Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang
menghantarkan kita menuju jalan yang benar yakni agama islam yang lurus.

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengolahan Teknik Lab Ipa, yang berjudul “Teknik Laboratorium Biologi”.Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Khoirotul Ummah selaku pembimbing dan pemateri
Pengelolaan Teknik Lab Ipa. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu kami untuk menyelesaikan laporan ini sehingga dapat seslesai tepat waktu.

Penulis sangat berharap kepada pembaca agar dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman. Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, supaya laporan ini nantinya dapat menjadi
laopran yang lebih baik lagi.

Surabaya, 15 Meret 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Cara-Cara Dalam Mikroteknik

2.1.1 Definisi Mikroteknik

Mikroteknik merupakan salah satu teknik pembuatan sediaan pada bagian


tumbuhan ataupun hewan yang bertujuan mempermudah pengamatan bagian tumbuhan
ataupun hewan dengan bantuan mikroskop. Sediaan harus cukup kecil, tipis dan
transparan sehingga dapat ditembus oleh cahaya. Pendekatan teoritis tidaklah memadai
untuk memahami secara menyeluruh mengenai mikroteknik, sebab yang namanya
teknik lebih menekankan pemahaman pada wilayah aplikatifnya meskipun pada
dasarnya landasan teoritis juga diperlukan dalam rangka memberikan beberapa petunjuk
yang harus dilalui agar proses pembuatan sediaan sesuai dengan prosedural kerja dan
alasan penggunaan ataupun pemilihan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan
sediaan mikroskopis.

2.1.2 Cara Mikroteknik / Teknik Pembuatan Sediaan

1) Metode Sediaan Utuh


Metode ini dipersiapkan sediaan yang terdiri atas keseluruhan organisme
(baik hewan maupun tumhuhan) secara utuh. Spesimen kultur, organ, maupun
bagian organ, embrio, sel telur, spermatozoa, potongan syaraf, pembuluh darah,
jenis-jenis selaput tipis dan sebagainya.

Melalui metoda ini diusahakan agar kita mendapat kesan bentuk aslinya
dengan mempertahankan format-format tiga dimensinya. Yang menjadi pembatas
adalah faktor ukuran, ketabalan, serta tingkat transparansi sediaan yang kita buat
tersebut yang berkaitan dengan faktor pembesaran pengamatan melalui mikroskop
nantinya.

2) Metode Sediaan Irisan


Cara pengerjaan melalui irisan atau sayatan ini dianggap sebagai teknik rutin
ataupun teknik bagi penyiapan spesimen histologi amaupun patologi. Tebal tipisnya
sayatan bergantung pada pengalaman serta tujuan penyiapan spesimen. Tebal
sayatan yang umum berkisar antara 6-15 mikron (1 mikron = 0,001 mm). Ukuran
sayatan juga sangat bervariasi, mulai dari sayatan pembuluh darah yang sangat
kecil hingga sayatan otak. Ukuran sayatan biasanya terbatas pada ukuran panjang
lebar 2x3 cm karena ukuran yang demikian paling sesuai untuk direkapkan pada
kaca preparat yang umum digunakan. Tentu saja ukuran spesimen yang cukup kecil
akan menghasilkan sayatan juga juga jauh lebih kecil dari ukuran sayatan tersebut.

Pengirisan atau penyayatan umumnya dilakukan dengan bantuan mikrotom,


walau sering kali dilakukan penyayatan dengan tangan saja untuk jenis spesimen
seperti tulang, gigi ataupun benda-benda fosil sering kali diperlukan gergaji untuk
memotongnya. mikrotom adalah jenis mesin khusus dirancang dan dipasarkan
untuk tujuan mikroteknik. Mesin tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga
mampu untuk melakukan penyayatan sesuatu spesimen dengan ketebalan yang
sama atau paling kurang mendekati sama.

3) Metode Sediaan Uraian

Pengertian teasing adalah menguaraikan. Untuk dapat memisahkan


komponen suatu jenis jaringan maupun organ tisu atau jaringan diuraikan dengan
menggunakan jarum penguraian. Dengan demikian pengertian teasing ini berarti
juga pembedahan dalam skala kecil. Tingkatnya pada pembedahan biasa dan
pembedahan mikro yang dilakukan dengan menggunakan jarum
pengurai. Teasing ini dilakukan pada jenis sediaan segar yang telah difiksasi dan
mengalami pewarnaan.

Secara umum jenis tisu yang bisa ditelaah melalui metode ulas ini adalah
darah, limfa, cairan sum-sum tulang belakang, semen janan, sediaan air seni, serta
beberapa lainnya. Masing-masing biasanya memerlukan teknik perlakuan tersendiri
dalam melakukan pengulasan atau penyebaran pada kaca preparate. Untuk jenis
cairan yang mengandung suspensi yang tinggi densitasnya umumnya dicairkan
dengan air atau serum darah dengan perbandingan 1 : 5 atau 1 : 10.

4) Metode Sediaan Rentang


Pada metoda ini preparat belum difiksasi, diperlakukan sedemikian rupa
sehingga disamping jelas juga mendekati keadaan aslinya dengan melalui
perentangan. Jenis bahan siapan yang umum direntang saat difiksasi adalah otot,
syaraf, jenis jaringan tipis (selaput yang membungkus jantung,hati dan lain-lain).

5) Metode Sediaan Gosok

Jenis jaringan yang keras sifatnya, seperti tulang, gigi, kuku dan beberapa
lainnya mungkin sekali sangat sukar untuk dibuat sediaan sayatan (kecuali bila
mengalami berbagai perlakuan khusus sebelumnya). Untuk mengatasi hal diatas
tadi, maka umum juga dibuat sediaan dengan metoda gosok. Tulang misalkan
tulang paha, terlebih dahulu dipotong-potong hingga ukuran beberapa mili hingga 1
– 2 cm. Potongan tersebut kemudian digosok pada batu hingga cukup tipis untuk
dapat diamati pada mikroskop.

6) Metode Sediaan Supravital

Selain jenis-jenis metode yang dimanfaatkan materi yang mengalami matian


dan fiksasi. Untuk pengamatan sel-sel darah yang masih hidup umumnya
digunakan zat warna vital seperti Yanus green atau Neutral red, karena sel darah
mempunyai kemampuan untuk menghisap zat warna pada konsentrasi yang sesuai.
Bila kedua zat warna tersebut dipakai secara bersama-sama maka memungkinkan
kita untuk mengamati mitokondria. Hanya saja akan terjadi perubahan yang sangat
cepat pada sel, karena sel dapat mati oleh kedua warna tadi secara bersamaan.

7) Metode Sediaan Remasan

Metode remasan banyak dilakukan untuk penyaiapan


pengamatan kromosom baik hewan maupun tumbuhan. Dengan metode ini bahan
diremas atau dihancurkan sehingga masing-masing sel akan terlepas yang
memudahkan pengamatan selanjutnya. Jadi tujuan peremasan ini bukan berarti
menghancurkan sel-selnya, tapi masing-masing sel bebas terlepas satu sama lain
dengan tetap dipertahankan bentuk aslinya.

2.2 Teknik Herbarium

2.2.1 Definisi Herbarium


Herbarium merupakan suatu cara pengawetan bagian tumbuhan. Mengingat ahli
pengenal tumbuhan sangat terbatas jumlahnya, maka herbarium dapat membantu dalam
identifikasi jenis tumbuhan. Herbarium ada 2 macam yaitu herbarium basah dan
herbarium kering.

Adapun bagian-bagian tumbuhan yang digunakan untuk herbarium antara lain


bagian generatif (buah, bunga), daun, kulit batang, akar dan sebagainya. Semakin
banyak bagian tumbuhan yang dikumpulkan maka akan semakin mempermudah dalam
pengidentifikasian jenis tumbuhan.

2.2.2 Teknik Herbarium

1) Herbarium Kering

Herbarium kering yaitu pengawetan yang dilakukan secara pengeringan yang


dilakukan dengan penyemprotan alkohol pada tumbuhan, dan disertai dengan
pengepresan, pemberian label, dan dijemur menggunakan sinar matahari.

2) Herbarium Basah

Herbarium basah merupakan awetan dari suatu hasil eksplorasi yang sudah
diidentifikasi dan ditanam bukan lagi di habitat aslinya. Spesimen tumbuhan yang
telah diawetkan disimpan dalam suatu larutan yang dibuat dari komponen macam zat
dengan komposisi yang berbeda-beda.

2.2.3 Manfaat Herbarium

Herbarium dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk mentakrifkan


takson tumbuhan, ia mempunyai holotype untuk tumbuhan tersebut. Herbarium juga
dapat digunakan sebagai bahan penelitian untuk para ahli bunga atau ahli taksonomi.
Herbarium dipakai untuk mendukung studi ilmiah lainnya seperti survey ekologi, studi
fitokimia, penghitungan kromosom, melakukan analisa perbandingan biologi dan
berperan dalam mengungkap kajian evolusi.

2.3 Teknik Insectarium

2.3.1 Definisi Insectarium


Pakar media menvalidasi terlebih dahulu sebelum herbarium dan insektarium
digunakan penelitian, sehingga dapat diketahui layak atau tidak digunakan dalam
penelitian. Menurut Afifah et al. (2014), insektarium adalah awetan serangga dengan
bahan pengawet alkohol 96% dan formalin 5% yang dikemas dalam bentuk koleksi
media pembelajaran.

Formalin digunakan untuk mengawetkan spesimen hayati. Bahan yang umum


digunakan untuk mengawetkan spesimen adalah formalin. Formalin merupakan larutan
formal dehida dalam air dengan kadar 36-40% yang berfungsi sebagai stabilisator agar
formal degidanya tidak mengalami polimerasi. Disamping dalam bentuk cairan,
formalin dapat diperoleh bentuk tablet dan dalam bentuk gas H2C = 0.

Formalin tergolong senyawa yang dapat menimbulkan kanker (karsinogen)


sehingga dilarang menggunakannya pada makanan dan minuman. Banyak penelitian
yang menemukan makanan yang terkandung formalin sehingga perdagangan formalin
dibatasi untuk keperluan medis, laboratorium dan industri-industri.

Insektarium merupakan instansi yang digunakan untuk melakukan pemeliharaan


dan kolonasasi serangga (seperti nyamuk), vektor penyakit yang digunakan untuk
berbagai penelitian maupun pelatihan. Insektarium digunakan untuk mempermudah
pelajar atau mahasiswa untuk mengidentifikasi melalui ciri morfologi serangga.

Insektarium merupakan koleksi serangga berupa awetan-awetan kering. Spesimen


spesimen yang telah dikeringkan dan dilabeli lalu disimpan di dalam kotak serangga.
Kotak tersebut lalu dilapisi dengan gabus atau styrofoam dan ditutup.

Alat yang digunakan untuk insektarium sangat beragam, mulai dari jaring
serangga, kotak pemisah (separation box), botol pembunuh (killing bottle), sampai
pinset, kuas kecil dan pisau. Sedangkan bahan yang dibutuhkan antara lain: asam asetat
glasial 5%, gliserin 5%, kloroform, alkohol dan formalin.

Tetapi untuk pengawetan serangga bersayap dengan ukuran sedang sampai besar
alat dan bahan yang digunakan dapat dimodifikasi sehingga lebih murah dan mudah
diperoleh dimana saja. Alat yang dibutuhkan antara lain: jaring serangga, topeles, botol
pembunuh (killing bottle), amplop kertas (papilot) ukuran 21,5 cm x 16,5 cm, gabus
(sterofoam), jarum pentul, kapas, dan kertas minyak/ kertas tisu. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah serangga yang akan diawetkan dan alkohol.

Menurut Bapak Asep dari Taman Kupu-kupu Cihanjuang, serangga, terutama


kupukupu yang dipakai untuk insektarium didapatkan dengan 2 cara, yaitu:

 Kupu-kupu kering Kupu-kupu ini baru keluar dari kepompongnya dan langsung
diambil lalu disuntik alkohol pada bagian thorax. Kupu-kupu awetan dari jenis ini
mempunyai kualitas yang sangat baik.
 Kupu-kupu tangkapan Kupu-kupu ini ditangkap lalu dibunuh dengan cara menusuk
bagian thoraxnya. Setelah itu kupu-kupu baru dikeringkan dalam oven. Kupu-kupu
awetan jenis ini biasanya kurang mulus.

Dalam dunia entomology, pengawetan serangga termasuk dalam kegiatan koleksi


serangga atau insektarium bertujuan untuk:

a) Memperlajari taksonomi (indetifikasi, deskripsi dan klasifikasi) serangga.


b) Mempelajari keanekaragaman, sejarah hidup, perilaku, ekologi, habitat, dan
distribusi serangga.
c) Sebagai materi pembanding identifikasi untuk membantu program pengelolaan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).
d) Untuk keperluan pameran dengan maksud memperkenalkan jenis-jenis serangga.

2.3.2 Teknik Insectarium


1. Serangga yang masih hidup dimasukkan dalam botol atau plastik.
2. Masukkan kapas yang telah dibasahi dengan kloroform untuk mematikan serangga
tersebut.
3. Setelah itu serangga yang mati di tempatkan di wadah. Untuk kupu-kupu dan
capung dimasukkan ke platik yang berbentuk amplop dengan hati hati agar sayap
tidak patah.
4. Segera setelah serangga mati, tusuk tubuh bagian dada (toraks) dengan jarum.
5. Kemudian atur serangga di papan fiksasi (misalnya gabus)
6. Untuk serangga besar, suntiklah badan bagian belakang serangga dengan formalin
5%. Sapulah (dengan kuas) bagian tubuh luar dengan formalin 5%.
7. Proses pengeringan cukup menggunakan suhu dalam kamar atau ruangan.
8. Untuk serangga jenis belalang, rentangkan salah satu sayap ke arah luar. Untuk
serangga jenis kupu-kupu dan capung, rentangkan sayapnya menggunakan papan
perentang atau kertas tebal.
9. Setelah serangga keing, masukkan ke dalam kotak insektarium (dari karton atau
kayu) yang didalamnya terdapat kapur barus (kamper).
10. Beri label di luar kotak yang berisi tentang nama kolektor, nomor, tanggal
pembuatan, nama serangga (nama daerah dan latin), nama ordo dan family, serta
catatan lain.

2.4 Teknik Pengawetan Bahan Dengan Resin

2.4.1 Definisi Resin

Resin merupakan senyawa organik hasil metabolisme sekunder, tersusun atas


karbon. Senyawa ini akan mengalami polimerisasi dalam kondisi yang tepat. Reaksi
polimerisasi bersifat eksoterm sehingga akan menimbulkan panas. Bila dibiarkan di
udara terbuka, secara alami proses polimerisasi berlangsung secara lambat.

Spesimen tumbuhan maupun hewan dapat juga diawetkan dalam blok resin
(sering dikenal dengan istilah bioplastik). Spesimen yang sesuai untuk diawetkan
dalam blok resin adalah yang tidak terlampau kecil ukurannya dan tidak rusak
strukturnya dalam kondisi kering. Bahan utama yang digunakan untuk pengawetan
adalah cairan resin yang biasa digunakan dalam pembuatan fiberglass, pin, gantungan
kunci, piala dan berbagai cindera mata yang lain.

2.4.2 Alat dan Bahan Untuk Pengawetan Sedimen Dengan Blok Resin

1. Spesimen yang sudah dimatikan/dikeringkan.


2. Cairan resin.
3. Untuk mempercepat polimerisasi resin digunakan katalis. Jumlah cairan katalis
yang ditambahkan akan memengaruhi terhadap cepat atau lambatnya proses
polimerisasi.
4. Peralatan dan bahan lain yang digunakan adalah gurinda atau kikir, amplas duco
berbagai ukuran, gelas bekas air mineral, pengaduk, pinset, cetakan , label terbuat
dari plastik transparan.
5. Untuk proses finishing biasanya digunakan compound, sanpoly atau kit dan kain
halus untuk menggosok permukaan blok.

2.4.3 Proses Pembuatan

1. Penyiapan spesimen
Perlakuan awal pada spesimen perlu diperhatikan dengan benar. Salah
penanganan dapat mengakibatkan hasil yang tidak memuaskan misalnya perubahan
warna, bentuk, dan ukuran. Spesimen yang akan diblok dalam resin harus dalam
keadaan kering. Pengeringan spesimen dapat dilakukan dengan cara dehidrasi di
udara terbuka, menggunakan alkohol, kloroform, eter, atau dioven. Untuk spesimen
tumbuhan dapat dikeringkan dengan cara pengepresan menggunakan buku tebal
selama beberapa hari atau dikeringkan dengan menggunakan setrika. Pengeringan
dengan menggunakan setrika harus dijaga benar agar suhu tidak terlalu panas. Jika
terlalu panas, spesimen akan hangus.
2. Pembuatan Blok Resin
a. Siapkan cetakan, yakinkan bagian sudut dan tepi tidak bocor
b. Tuangkan resin secukupnya ke dalam gelas bekas air mineral, tambahkan
katalis sambil diaduk perlahan. Menurut Setyadi (2004) perbandingan resin dan
katalis kurang lebih 20:1. Namun sebenarnya tidak ada rumus yang baku untuk
proses ini. Semuanya dilakukan dengan proses eksperimen. Dari hasil
eksperimen akan dihasilkan perbandingan resin dan katalis untuk reaksi cepat,
reaksi sedang, dan reaksi lambat. Jika terlalu banyak katalis akan menyebabkan
spesimen mengalami pemanasan dan blok menjadi retak atau pecah. Jumlah
katalis yang terlalu sedikit juga menyebabkan pembentukan blok menjadi
lambat atau tidak kering dalam waktu yang dikehendaki. Dalam kondisi normal
tanpa katalis resin akan memadat sekitar 24-48 jam. Suhu ruangan juga
berpengaruh pada lamanya pemadatan resin.
c. Untuk membuat lapisan dasar, tuangkan campuran resin pada cetakan dengan
ketebalan sekitar 0,5 cm.
d. Apabila lapisan dasar sudah cukup kering, tempatkan spesimen yang sudah
dipersiapkan dengan hati-hati. Bila diperlukan label, tempatkan secara
bersamaan.
e. Buat campuran resin dan katalis untuk lapisan pengikat sedikit saja dan
tuangkan dengan hati-hati pada spesimen yang telah diletakkan pada lapisan
dasar.
f. Jika lapisan pengikat sudah membentuk gel (cek dengan ujung tusuk gigi).
Tuangkan campuran resin dan katalis sebagai lapisan penutup. Gambar 1
menunjukkan penuangan campuran resin dan katalis untuk lapisan penutup.
3. Pembentukan, Penghalusan, dan Finishing
Pembentukan dapat menggunakan gerinda, kikir atau amplas kasar.
Pembentukan bertujuan untuk meratakan permukaan yang kasar dan membentuk
blok yang tepat. Setelah proses pembentukan, dilanjutkan dengan proses
penghalusan menggunakan amplas bertingkat dari yang kasar hingga yang halus.
Proses terakhir adalah finishing, yang bertujuan untuk menghaluskan dan membuat
transparan permukaan blok resin. Untuk proses finishing biasanya digunakan
compound, sanpoly atau kit dan digosok dengan kain yang halus.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
 Cara-Cara Dalam Mikroteknik
1.Cara Mikroteknik / Teknik Pembuatan Sediaan

1. Metode Sediaan Utuh


2. Metode Sediaan Irisan
3. Metode Sediaan Uraian
4. Metode Sediaan Rentang
5. Metode Sediaan Gosok
6. Metode Sediaan Supravital
7. Metode Sediaan Remasan

2. Teknik Herbarium

1) Herbarium Kering

2) Herbarium Basah

3. Teknik Insectarium

4. Teknik Pengawetan Bahan Dengan Resin

Saran

 Laboratorium harus dilakukan secara bertahap, berkelanjutan dan menyeluruh agar


kegiatan praktikum dapat berjalan dengan baik.
 Diperlukan pelatihan secara profesional, bertahap dan berkelanjutan untuk meningkatkan
kualitas para pengelola laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Lilinika. 2014. “Cara Pembuatan Insektarium”, https://www.scribd.com/doc/221344637/Cara-


Pembuatan-Insektarium , diakses pada 09 Maret 2022 pukul 10.27.

Letilatte. 2013. “Makalah Insektarium”, https://www.scribd.com/doc/135840050/Makalah-


Insektarium, diakses pada 10 Maret 2022 pukul 18.53.

Muhammad, Reza Maulana. 2017. “Laporan Praktikumdasar-Dasar Perlindungan Tanaman:


Pembuatan Awetan Basah Dan Awetan Kering(Insektarium)”,
https://www.academia.edu/40398689/LAPORAN_PRAKTIKUM_DASAR_DASAR_PERLIND
UNGAN_TANAMAN_PEMBUATAN_AWETAN_BASAH_DAN_AWETAN_KERING_INS
EKTARIUM_ , diakses pada 10 Maret 2022 pukul 17.09.

Rosa, Emantis, Christina Nugroho Ekowati, dan Sumardi. 2020. “Bimbingan Teknik Pembuatan
Insektarium Bagi Guru-Guru Ipa di Smp Way Tenong Kabupaten Lampung Barat” dalam
Prosiding PKM-CSR, Vol. 3 (2020) e-ISSN: 2655-3570. Bandar Lampung: Universitas
Lampung.

Jurnal penelitian-spesimen-awetan-dalam-blok-resin

Setyadi, B. 2004. Bioplastik. Makalah Pelatihan. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

Anda mungkin juga menyukai