Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KELAINAN PADA SISTEM REPRODUKSI


(Disusun Untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Sistem Pada Hewan)

Dosen Pengampu:
Ibu Ita Ainin Jariyah, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:
Nova Ovalia Rosa (06021021033)
Pradita Anggi Anggorowati (06041021055)
Salsabila As Sa’adah (06041021060)
Mariyatul Qibtiyyah (06041021048)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelainan pada sistem saraf pada manusia dan
hewan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan dengan bekerjasama yang sebaik-
baiknya, sehingga dapat berjalan lancer pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampai
banyak-banyak terimakasih untuk pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalahini. Dan tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah sistem
pada hewan Ibu Ita Ainin Jariyah, S.Pd., M.Pd yang telah memberikan tugas ini kepada kami,
sehingga menjadikan kami lebih memahami kelainan pada sistem saraf pada manusia dan
hewan.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang kelainan system saraf ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 16 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii


DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
BAB I .......................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ...................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II......................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3
2.1 Kelainan Reproduksi pada Manusia ................................................................. 3
2.2 Kelainan Reproduksi pada Hewan Vertebrata .................................................. 5
2.3 Kelainan Reproduksi pada Hewan Invertebrata.............................................. 12
BAB III ..................................................................................................................... 14
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 14
3.2 Saran ................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelainan sistem reproduksi pada hewan dan manusia merujuk pada gangguan atau
perubahan dalam fungsi atau struktur organ-organ yang terlibat dalam proses reproduksi.
Sistem reproduksi pada hewan dan manusia melibatkan organ-organ seperti ovarium, testis,
tuba falopi, uterus, vagina, penis, dan kelenjar-kelenjar yang menghasilkan hormon seksual.
Kelainan sistem reproduksi dapat berkaitan dengan berbagai aspek, termasuk kelainan
perkembangan, gangguan hormonal, kelainan struktural, infeksi, dan faktor-faktor genetik

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa saja kelainan sistem reproduksi pada manusia?

b. Apa saja kelainan sistem reproduksi pada hewan vertebrata?

c. Apa saja kelainan sistem reproduksi pada hewan invertebrata?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui kelainan sistem reproduksi pada manusia.

b. Untuk mengetahui kelainan sistem reproduksi pada hewan vertebrata.

c. Untuk mengetahui kelainan sistem reproduksi pada hewan invertebrata.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kelainan Reproduksi pada Manusia


a) Kelainan sistem reproduksi pada wanita

1. Endometriosis
Gangguan ini adalah kelainan yang mempengaruhi rahim. Endometriosis terjadi
ketika jaringan yang melapisi rahim (jaringan endometrium) tumbuh di tempat lain di
luar rahim seperti, di ovarium, daerah panggul, usus, dan lainnya. Jaringan
endometrium memungkinkan tumbuh di luar panggul.
2. Displasia Serviks
Pada displasia serviks, terdapat pertumbuhan sel abnormal di dalam dan di sekitar
serviks. Meski pertumbuhan sel tidak normal di dalam dan sekitar serviks, bukan
berarti seseorang mengidap kanker. Namun jika kondisi ini tidak ditangani bisa
menjadi kanker. Displasia menyebar melalui hubungan seks dan disebabkan oleh
human papillomavirus. Gangguan ini tidak menimbulkan gejala apa pun dan hanya
bisa dipastikan dengan pemeriksaan pap smear.
3. Fibroid Uterus
Fibroid uterus merupakan tumor yang terdiri dari jaringan dan sel otot yang tumbuh
di dalam dan di sekitar dinding rahim. Sebagian besar fibroid rahim bersifat jinak.
4. Gangguan Menstruasi
Gangguan yang berkaitan dengan siklus menstruasi hampir selalu disebabkan oleh
ketidakseimbangan hormon. Selain itu kondisi ini juga berkaitan dengan pembekuan,
kanker, kista ovarium, fibroid rahim, genetika, dan penyakit menular seksual.
Beberapa gangguan yang sangat umum terkait siklus menstruasi adalah :
 Tidak adanya menstruasi atau amenore.
 Sindrom pramenstruasi.
 Fibroid.
 Perdarahan menstruasi yang berkepanjangan atau berat.
 Haid ringan atau tidak ada sama sekali.
5. Kanker serviks
Kanker serviks adalah keadaan di mana sel-sel yang tidak normal tumbuh di seluruh
lapisan epitel serviks. Serviks ini merupakan bagian rahim yang terhubung ke vagina,

3
atau bisa disebut juga sebagai leher rahim. Kanker serviks disebabkan oleh infeksi
virus papiloma manusia (human papiloma virus).
6. Kanker ovarium
Kanker ovarium adalah kanker yang tumbuh dan berkembang di ovarium (indung
telur). Gejala kanker ovarium dapat berupa rasa berat pada panggul, perubahan fungsi
saluran pencernaan, atau mengalami pendarahan vagina abnormal. Penanganan
penyakit ini dapat dilakukan dengan pembedahan dan kemoterapi.
7. Endometriosis
Gangguan selanjutnya disebut endometriosis. Gangguan ini mempengaruhi rahim.
Jadi, endometriosis terjadi ketika jaringan yang seharusnya melapisi rahim (jaringan
endometrium), tumbuh di tempat yang tidak seharusnya, seperti di ovarium, usus, dan
jaringan yang melapisi panggul. Akibatnya, ketika siklus menstruasi terjadi, jaringan
yang tumbuh di salah tempat tadi, akan menyebabkan nyeri, atau meradang dan
membesar hingga menimbulkan kista. Gejala endometriosis antara lain nyeri perut
dan area sekitar pinggang, serta nyeri pada masa menstruasi yang amat sakit.

b) Kelainan sistem reproduksi pada pria

1. Hipogonadisme

Gangguan pada sistem reproduksi pria yang pertama disebut hipogonadisme.


Hipogonadisme merupakan penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan
interaksi hormon, seperti hormon androgen dan testosteron. Gangguan ini
menyebabkan infertilitas, impotensi, dan tidak adanya tanda-tanda kepriaan.
Penanganan penderita penyakit ini dapat dilakukan dengan cara terapi hormon.

2. Kriptorkismus

Gangguan yang selanjutnya disebut dengan kriptorkismus. Kriptorkismus


merupakan kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari dalam perut ke
skrotum. Kelainan ini biasanya terjadi saat masih di dalam kandungan.

3. Uretritis

Uretritis merupakan peradangan atau infeksi uretra yang terjadi akibat masuknya
bakteri ke saluran kandung kemih. Penyakit ini ditandai dengan iritasi,
pembengkakan, serta rasa nyeri seperti terbakar saat buang air kecil. Uretritis

4
disebabkan oleh organisme Chlamydia trachomatis, Ureplasma urealyticum, atau
virus herpes.

4. Prostatitis

Adalah peradangan pada bagian prostat. Biasanya penyakit pada sistem reproduksi
pria ini disebabkan oleh bakteri, seperti E.Coli, Neisseria gonorrhoeae, atau
Chlamydia trachomatis. Gejala yang umum terjadi pada penderita prostatitis
adalah rasa nyeri dan susah buang air kecil. Penyakit ini bisa diobati tergantung
dari tingkat keparahannya. Jadi, ada yang cukup diberi obat-obatan, namun ada
juga yang harus dioperasi.

5. Epididimis

Adalah tabung yang menyambungkan antara testis dengan vas deferens. Penyakit
ini disebabkan oleh bakteri, seperti E. coli dan Chlamydia. Gejala yang
ditimbulkan dari epididimitis adalah pembengkakan buah zakar. Epididimitis
dapat menyerang laki-laki di segala rentang usia. Namun, kasus ini paling sering
ditemukan pada kelompok usia 19-35 tahun.

6. Orchitis

Orchitis merupakan salah satu penyakit pada sistem reproduksi pria yang cukup
sering terjadi. Orchitis adalah peradangan pada testis, yang biasanya disebabkan
oleh infeksi bakteri atau virus. Orchitis bisa menyerang salah satu testis maupun
keduanya sekaligus.Sama seperti epididimitis, orchitis juga bisa menyebabkan
buah zakar bengkak dan nyeri. Bila tidak ditangani, penyakit ini bisa menyebabkan
kemandulan dan penurunan produksi hormon testosteron.

2.2 Kelainan Reproduksi pada Hewan Vertebrata

a) Kelainan Sistem Reproduksi Ikan (Pisces)

1. Hipoksia
Hepoksia umumnya gangguan yang sering terjadi pada ikan. Ikan yang terkena
hipoksia menunjukkan gangguan reproduksi (perkembangan gonad terbelakang,
penurunan jumlah sperma dan motilitas sperma) pada generasi F1 dan F2 meskipun
progeni ini (dan sel germinalnya) tidak pernah terpapar hipoksia. Selain itu, kelainan

5
ini disebabkan karena reproduksi transgenerasional terkait dengan pola metilasi
diferensial gen spesifik dalam sperma F0 dan F2 ditambah dengan perubahan
transkriptomik dan proteomik yang relevan, yang dapat mengganggu
spermatogenesis. Efek transgenerasional dan epigenetik yang ditemukan
menunjukkan bahwa hipoksia dapat menimbulkan ancaman dramatis dan jangka
panjang terhadap keberlanjutan populasi ikan. Karena gen yang mengatur
spermatogenesis dan modifikasi epigenetik sangat dilestarikan di antara hewan
vertebrata.
2. Bakteri aeromonas hydrophila
Bakteri ini sangat sering menyerang ikan. Jika ikan sudah terserang bakteri ini,
perutnya akan menggembung, siripnya akan bengkak, dan permukaan tubuhnya akan
terluka. Selain itu, bakteri ini muncul karena banyaknya sisa pakan yang membusuk
di permukaan kolam.

b) Kelainan Sistem Reproduksi Pada Unggas (Aves)


Masalah reproduksi umum pada burung seperti gagal bereproduksi, produksi telur yang
berlebihan, ovarium kistik, peritonitis kuning telur, dan prolaps kloaka.

1. Penyakit Reproduksi Ovarium Kistik


Burung dengan penyakit ovarium kistik sering muncul dengan riwayat produksi telur
sebelumnya, tetapi bertelur mungkin tidak terjadi selama beberapa tahun. Penyakit ovarium
kistik paling sering terlihat pada budgerigars dan burung kenari. Penyakit ini disebabkan
karena depresi, tidak aktif, perut kembung, asites, dan seringkali dispnea. Palpasi abdomen
sering mengungkapkan distensi dengan cairan asites.
Diagnosisnya mirip dengan penyakit reproduksi lainnya. Cairan biasanya transudat,
meskipun harus diperiksa untuk bukti infeksi sekunder atau peritonitis kuning telur.
Aspirasi cairan yang hati-hati dari garis tengah ventral dapat meredakan distres pernapasan.
Pencitraan (radiograf atau ultrasonografi) saat burung stabil sering menunjukkan
hiperostosis tulang paha dan tulang panjang lainnya. Pada tampilan lateral, ventriculus akan
tergeser ke arah cranial, dan massa yang menempati ruang akan terlihat di area ginjal dan
gonad. Ultrasonografi seringkali dapat mendeteksi folikel kistik, selain perkembangan
folikel normal.
Pengobatannya adalah perawatan suportif, abdominosentesis jika ada asites, antimikroba,

6
dan agonis GnRH untuk mengurangi produksi hormon reproduksi, merangsang atresia
folikel, dan mengurangi ukuran dan produksi kista. Pembedahan mungkin tidak diperlukan
jika tidak ada infeksi atau neoplasia bersamaan.
2. Penyakit Reproduksi Coelomitis Kuning Telur
Coelomitis kuning telur adalah sekuel umum lain dari penyakit reproduksi kronis. Ini dapat
terjadi setelah salpingohisterektomi karena ketidakmampuan untuk mengangkat ovarium
sepenuhnya dan potensi terjadinya ovulasi ke dalam rongga coelomic. Penyebab lainnya
adalah ovulasi ektopik, salpingitis, neoplasia, hiperplasia kistik, atau pecahnya saluran
telur.
Tanda-tanda klinis mirip dengan gangguan reproduksi lainnya tetapi, biasanya, ada perut
kembung dan asites. Burung sering menunjukkan kondisi yang sangat terganggu dan
membutuhkan perawatan suportif sebelum pengujian diagnostik. Leukositosis dan
monositosis mungkin ada. Pencitraan (radiografi atau ultrasonografi) dapat
mengungkapkan saluran telur yang membesar atau perut berisi cairan. Cara pengobatan
yaitu dengan Perawatan ungags termasuk cairan, antimikroba, analgesik, antiradang,
inkubator hangat, dan oksigen sesuai kebutuhan. Banyak unggas akan membaik dengan
perawatan suportif dan antimikroba, tetapi banyak yang memerlukan salpingohisterektomi.
Prognosis adil dengan manajemen medis dan dijaga dengan intervensi bedah.
3. Penyakit Reproduksi Bertelur Berlebihan
Bertelur berlebihan adalah saat burung berulang kali bertelur atau bertelur lebih banyak
dari biasanya. Ini umum terjadi pada burung kecil, misalnya budgerigars, lovebird, dan
terutama cockatiel. Unggas yang terkena biasanya menjalani diet tinggi lemak dan berkalori
tinggi. Burung lain biasanya ditempatkan di kandang yang sama atau berdekatan, atau
burung terlalu terikat dengan pemiliknya. Mereka sering memiliki fotoperiode yang
diperpanjang (>12 jam). Dalam beberapa mutasi warna, mungkin ada kecenderungan
genetik. Penyakit ini disebabkan karena riwayat bertelur yang berlebihan, atau burung
mungkin menunjukkan nonperching, lemah, tertekan, dan ekor terayun-ayun
(menunjukkan dispnea), dengan buang air besar yang berkurang atau kotoran yang banyak.
Diagnosis : didasarkan pada anamnesis, temuan pemeriksaan fisik, kadar kalsium plasma
yang tinggi, dan temuan radiografi hiperostosis dan/atau bukti adanya sel telur. Unggas
yang aktif bereproduksi seringkali memiliki kadar kolesterol, trigliserida, dan protein total
yang tinggi.
Perlakuan : melibatkan pengurangan panjang hari menjadi 8 jam siang hari, konversi ke

7
diet pelet, pemindahan kotak sarang dan mainan apa pun yang mungkin membuat burung
terikat secara berlebihan, menghilangkan pasangan apa pun, dan diskusi dengan pemilik
tentang penanganan burung mereka yang tepat. Suplementasi kalsium dan agonis GnRH
mungkin diperlukan untuk mengurangi produksi hormon reproduksi.
4. Penyakit Reproduksi Prolaps Kloaka Burung
Prolaps kloaka dapat terjadi pada burung yang sering mengejan. Itu terlihat pada ayam yang
terikat telur dan pada kakatua dewasa, biasanya jantan. Penyebab pastinya tidak diketahui,
tetapi ciri-ciri berikut dikaitkan dengan sebagian besar kasus:
 burung yang dipelihara dengan tangan
 menunda penyapihan atau terus meminta makanan
 kedekatan dengan setidaknya satu orang
 tanda-tanda baik anak/orang tua atau hubungan jodoh dengan pemiliknya, yang
mungkin tidak mengetahui tanda-tanda tersebut
 kecenderungan untuk menahan kotoran di dalam lubang untuk waktu yang lama.
Penyembuhan : Jika terdeteksi dan diobati sejak dini, pembedahan yang dikombinasikan
dengan modifikasi perilaku dapat mengoreksi prolaps kloaka dan mencegah infeksi
sekunder dan komplikasi lainnya. Perawatan termasuk membersihkan jaringan yang
terbuka, membersihkan jaringan nekrotik atau yang terinfeksi dengan hati-hati,
menggunakan cairan hiperosmotik untuk mengurangi pembengkakan, dan mengganti
jaringan dengan hati-hati. Jahitan inap atau transkutan mungkin diperlukan selama beberapa
hari dan lebih efektif jika dikombinasikan dengan agonis GnRH dan perubahan manajemen
(misalnya, pengurangan penanganan kakatua peliharaan oleh pemilik). Pemilik mungkin
tidak mau mengubah perilakunya, karena seringkali ketertarikan mereka pada burung itu
karena burung itu bersedia untuk dibelai dan dipeluk. Jika burung masih menganggap
pemiliknya sebagai induk atau pasangan, ia akan terus tegang, dan kemungkinan
masalahnya akan berulang. Perilaku yang harus dihindari antara lain mengelus burung,
terutama di bagian punggung (mis. mengelus); memberi makan burung makanan hangat atau
makanan dengan tangan atau mulut; dan memeluk burung dekat dengan tubuh. Jika pemilik
serius mencoba mengubah pola perilaku burung mereka, disarankan untuk berkonsultasi
dengan ahli perilaku hewan bersertifikat yang berpengalaman dengan psittacines.
5. Penyakit Burung Kegagalan Reproduksi
Sebagian besar pemilik tidak membiakkan burung peliharaannya, tetapi kegagalan
reproduksi menjadi masalah bagi para avikultur. Saat mengevaluasi sepasang burung untuk

8
kegagalan reproduksi, riwayat lengkap penting. Sebagian besar burung peliharaan lebih
menyukai kotak sarang tertutup dan tempat bertengger yang stabil untuk berkembang biak.
Salah satu alasan paling umum burung tidak bereproduksi adalah pasangan sesama jenis.
Memastikan jenis kelamin dengan tes DNA atau pemeriksaan endoskopik (untuk
mengevaluasi kesehatan dan status organ reproduksi) adalah penting. Temuan umum
selama endoskopi termasuk pasangan sesama jenis, burung yang belum dewasa, dan
penyakit reproduksi. Pemeriksaan fisik, pengujian hematologi, dan profil biokimia
dianjurkan untuk menentukan kesehatan secara keseluruhan. Perawatan akan tergantung
pada pemeriksaan dan temuan diagnostik dan mungkin termasuk perubahan lingkungan
atau terapi medis jika diindikasikan.

c) Kelainan Sistem Reproduksi Pada Katak (Amfibi)


1. Lucke Herpesvirus
Penyakit virus lain yang dijelaskan dengan baik adalah Lucke herpesvirus, virus onkogenik
yang juga dikenal sebagai ranid herpesvirus-1 (RaHV-1). Lucke (1934) pertama kali
mendeskripsikan penyakit ini terkait dengan karsinoma ginjal dari katak macan tutul utara
(Rana pipiens). Virus dari katak dengan tumor dan menetapkan kausalitas antara virus dan
perkembangan karsinoma dengan inklusi intranuklear. Reproduksi virus dan tampilan
histologis inklusi virus herpes intranuklear tipikal oleh virus herpes Lucke bergantung pada
suhu, sehingga virus bereplikasi hanya pada suhu di bawah 12°C. Metastasis ke organ lain
juga dapat terjadi pada suhu yang lebih rendah. Saat ini, satu-satunya metode diagnosis
Lucke herpesvirus adalah melalui mikroskop cahaya dan elektron. Essbauer dan Ahne
(2001) melaporkan dua virus herpes penghasil penyakit lainnya, virus herpes ranid-2 dan
virus herpes dari Rana dalmatina, pada katak.
2. Ranavirus Katak
Virus yang disebut sebagai Ranavirus ini telah dikaitkan dengan penurunan atau
kepunahan amfibi di dunia. Virus ini dapat menyebabkan ulserasi kulit, edema, dan
pendarahan internal pada amfibi, tetapi tidak akan memengaruhi manusia.Wabah
ranavirosis dapat bervariasi dari kehadiran banyak amfibi yang mati dan / atau sakit (yang
sering terlihat di, dan sekitarnya, badan air), hingga hewan sakit yang terlihat. Amfibi
dewasa yang terkena mungkin mengalami kemerahan pada kulit, ulserasi kulit, lendir
berdarah di mulut dan mungkin mengeluarkan darah dari rektum; seringkali ada
pendarahan internal (yang terdeteksi pada pemeriksaan post-mortem). Seringkali,
sejumlah besar hewan mati ditemukan tanpa bukti penyakit, tetapi hewan ini selalu mati

9
karena pendarahan internal. Setiap hewan yang sakit biasanya lesu dan mengalami ulserasi
kulit atau kehilangan jari (jari tangan dan kaki), yang terkadang berlanjut hingga
kehilangan seluruh kaki.

d) Kelainan Sistem Reproduksi Pada Reptil


1. Distosia (Retensi Telur)
Sterilisasi jarang dilakukan pada reptil, oleh karena itu penyakit reproduksi tetap menjadi
masalah umum. Pada reptil bertelur, telur (dengan tingkat mineralisasi cangkang yang
bervariasi) dapat dipertahankan, sedangkan pada spesies yang masih hidup, telur atau janin
yang tidak dibuahi dapat terlihat. Dalam beberapa kasus, folikel ovarium yang abnormal
juga dapat hadir. Distosia umumnya bukan kejadian mendadak seperti pada mamalia atau
burung, dan reptil dapat mempertahankan telur atau janin selama berminggu-minggu atau
bahkan berbulan-bulan setelah waktu bertelur/kelahiran yang normal. Jika tidak diketahui
kapan reptil itu dibiakkan, hal ini dapat mempersulit membedakan antara kehamilan normal
dan distosia pada reptil yang sehat secara klinis. Penyakit metabolik atau infeksi dapat
memperburuk masalah. Secara umum, dokter hewan Anda akan dapat membuat diagnosis
setelah memeriksa reptil Anda dan melakukan pencitraan diagnostik, terutama radiografi
dan ultrasonografi. Tes darah juga dapat membantu mengidentifikasi infeksi atau penyakit
metabolik, seperti hiperkalsemia.
Penyembuhan dapat dilakukan walaupun sering gagal. Perbaikan dalam peternakan
(khususnya penyediaan tempat menyendiri dan substrat yang sesuai), koreksi penyakit
metabolik apa pun, dan perawatan hormonal untuk menginduksi persalinan dapat
membantu. Dalam kebanyakan kasus, pembedahan diperlukan setelah stabilisasi medis dan
biasanya memerlukan pengangkatan organ reproduksi.
2. Vent Prolaps
Beberapa organ, termasuk kloaka, usus besar, saluran telur, hemipenis/lingga, dan (jika
ada) kandung kemih dapat mengalami prolaps melalui ventilasi reptil. Penyebab umum
termasuk distosia, trauma pembiakan, radang kloaka, infeksi, penyakit metabolik, batu
kandung kemih, penyakit ginjal, kanker, atau massa yang menempati ruang di dalam perut
yang menyebabkan mengejan untuk buang air besar. Penting untuk mengidentifikasi organ
yang mengalami prolaps, karena beberapa (mis. lingga/hemipen) dapat diamputasi,
sedangkan yang lain (mis. kloaka, usus besar, kandung kemih) tidak bisa. Dokter hewan
Anda akan membersihkan organ yang prolaps dengan lembut dan mencoba menggantinya.

10
Namun, penting juga untuk menentukan penyebabnya untuk mencegah kekambuhan.
Prolaps hemipenis dan lingga dapat diamputasi melalui pembedahan; ini akan membuat
hewan tidak subur. Jika jaringan yang prolaps dapat hidup dan dapat diganti, pembedahan
dapat dilakukan untuk menahannya di tempat biasanya. Jika jaringan mati, maka
pembedahan yang hati-hati diperlukan untuk mengangkat jaringan yang terkena dan
menghubungkan kembali bagian hidup di setiap ujungnya.

e) Kelainan Sistem Reproduksi Pada Mamalia


1. Stres Panas
Stres panas dapat memiliki efek besar pada sebagian besar aspek fungsi reproduksi pada
mamalia. Ini termasuk gangguan dalam spermatogenesis dan perkembangan oosit,
pematangan oosit, perkembangan embrionik awal, pertumbuhan dan laktasi janin dan
plasenta. Efek buruk dari tekanan panas ini adalah hasil dari hipertermia yang terkait
dengan tekanan panas atau penyesuaian fisiologis yang dilakukan oleh hewan yang
mengalami tekanan panas untuk mengatur suhu tubuh. Banyak efek suhu tinggi pada
gamet dan embrio awal melibatkan peningkatan produksi spesies oksigen reaktif. Adaptasi
genetik terhadap tekanan panas dimungkinkan baik sehubungan dengan pengaturan suhu
tubuh maupun resistensi seluler terhadap suhu tinggi.
2. Vibriosis
Vibriosis pada sapi disebabkan oleh kuman Campylobacter fetus veneralis yang
mengakibatkan gangguan proses reproduksi. Sapi yang terserang penyakit ini umumnya
memperlihatkan rata-rata kawin berulang sebanyak 5 kali kawin alam (antara 5-25 kali),
siklus birahi menjadi lama dan tidak teratur (25-55 hari), lendir pada saat birahi terlihat
keruh karena pernanahan. Abortus terjadi pada umur 2-3 bulan kebuntingan. Penyakit ini
menular hanya melalui semen, yaitu melalui perkawinan alam atau inseminasi buatan (IB)
dengan semen tercemar.

Pencegahan : penyakit dilakukan dengan menggunakan IB, atau pejantan yang bebas
Vibriosis. Vaksinasi dapat mencegah infeksi penyakit. Ternak jantan yang sakit dapat
diobati dan sembuh dengan menggunakan antibiotik seperti streptomisin dosis tinggi
secara subkutan disertai pemberian secara lokal pada sarung dan glands penis (pejantan),
atau 1 gram streptomisin secara intrauterin setelah inseminasi untuk mencegah infeksi
pada hewan betina.

11
3. Leptospirosis
Leptospirosis pada sapi disebabkan oleh beberapa serovar kuman Leptospira
mengakibatkan gangguan proses reproduksi berupa abortus pada akhir trimester dari
kebuntingan, kemajiran, serta kelemahan pada anak yang dilahirkan. Pada sapi yang
terinfeksi akut, selain terjadi abortus, gejala yang terlihat berupa turunnya nafsu makan,
kehilangan berat badan, mastitis (dengan air susu yang sangat kental dan berwarna kuning
tua), demam, cairan urin berdarah. Pencegahan penyakit melalui upaya perbaikan
sanitasi/manajemen melalui vaksinasi secara rutin setiap tahunnya.
4. Bovine Trichomoniasis
Penyakit ini disebabkan oleh protozoa Trichomonas fetus mengakibatkan abortus pada
umur kebuntingan muda, pyometra serta ternak menjadi steril. Pencegahan dilakukan
dengan: bila pada kelompok ternak ditemukan penyakit ini, maka pelaksanaan perkawinan
pada betina lainnya diistirahatkan. Pemeriksaan pyometra dilakukan, ternak yang sakit
kemudian diberi antibiotik. Pejantan yang terinfeksi sebaiknya dipotong . Pejantan dapat
juga diobati dengan sodium iodide, acroflavin, dan bonoflavin salep. Istirahat seksual bagi
betina diikuti sekurang-kurangnya disarankan satu tahun.
5. Mikosis
Gangguan reproduksi ternak sapi yang diakibatkan oleh infeksi kapang, utamanya adalah
Aspergillus fumigatus, A. absidia dan A. mucor. Abortus akibat infeksi kapang terjadi pada
pertengahan atau akhir umur kebuntingan. Infeksi pada ternak sapi terjadi karena temak
menelan/menghirup spora dari pakan yang berjamur. Cara pencegahannya adalah dengan
menghindarkan sapi dari pakan berjamur. Cara penyimpanan pakan yang baik merupakan
hal yang sangat penting dalam pencegahan penyakit ini.

2.3 Kelainan Reproduksi pada Hewan Invertebrata


Kelainan sistem reproduksi pada invertebrata dapat mencakup berbagai jenis kelainan
tergantung pada kelompok invertebrata tertentu. Berikut ini beberapa contoh umum kelainan
sistem reproduksi pada beberapa kelompok invertebrata:

a. Cacing
Beberapa cacing dapat mengalami kelainan seperti infertilitas, gangguan perkembangan
organ reproduksi, atau kelainan dalam proses pembuahan. Misalnya, cacing planaria dapat
mengalami kemampuan regenerasi yang tidak normal, di mana organ reproduksinya tidak
dapat tumbuh atau berfungsi dengan baik.

12
b. Artropoda
Kelainan sistem reproduksi pada artropoda, termasuk serangga dan krustasea, dapat
mencakup infertilitas, kemandulan, atau gangguan perkembangan organ reproduksi.
Contohnya, pada serangga, kelainan dalam perkembangan ovarium atau testis dapat
menyebabkan produksi telur yang tidak normal atau sperma yang tidak berkualitas.

c. Moluska
Pada moluska seperti kerang, tiram, atau cumi-cumi, kelainan sistem reproduksi dapat
meliputi kemandulan, gangguan dalam perkembangan organ reproduksi, atau gangguan
dalam pembuahan. Misalnya, kerang dapat mengalami infertilitas jika ada masalah dengan
produksi atau pelepasan sel telur atau sperma.

d. Echinodermata
Echinodermata, seperti bintang laut dan landak laut, juga dapat mengalami kelainan sistem
reproduksi. Kelainan tersebut dapat mencakup gangguan dalam perkembangan gonad,
gangguan dalam proses pembuahan, atau gangguan dalam pembentukan larva. Misalnya,
pada bintang laut, kelainan pada gonad dapat menghambat produksi gamet atau
perkembangan larva.

e. Coelenterata
Kelainan sistem reproduksi pada coelenterata, seperti ubur-ubur, dapat meliputi gangguan
dalam produksi telur atau sperma, kemandulan, atau gangguan dalam perkembangan gonad.
Misalnya, beberapa ubur-ubur dapat mengalami kesulitan dalam memproduksi telur yang
berkualitas atau dalam melepaskan sperma.

Perlu diingat bahwa kelainan sistem reproduksi pada invertebrata dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, termasuk faktor genetik, kondisi lingkungan yang tidak sesuai, paparan zat
beracun, atau gangguan hormonal. Setiap kelainan tersebut dapat memiliki dampak yang
berbeda pada reproduksi dan kelangsungan hidup invertebrata tersebut.

13
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kelainan system reproduksi pada
manusia dapat terjadi pada wanita dan pria. Adapun kelainan system reproduksi pada wanita
antara lain endometriosis, displasia serviks, fibroid uterus, gangguan menstruasi, kanker serviks,
kanker ovarium, endometriosis. Sedangkan kelainan pada system reproduksi pria antara lain
hipogonadisme, kriptorkismus, uretritis, prostatitis, epididimis, orchitis. Selain itu terdapat
kelainan sistem reproduksi pada hewan vertebrata dapat terjadi pada Sistem Reproduksi Ikan
(Pisces), Sistem Reproduksi Pada Unggas (Aves), Sistem Reproduksi Pada Katak (Amfibi),
Sistem Reproduksi Pada Reptil, Sistem Reproduksi Pada Mamalia. Adapun kelainan sistem
reproduksi pada Ikan (Pisces) antara lain Hipoksia, Bakteri aeromonas hydrophila. Adapun
kelainan sistem reproduksi pada unggas (aves) antara lain gagal bereproduksi, produksi telur
yang berlebihan, ovarium kistik, peritonitis kuning telur, dan prolaps kloaka. Adapun kelainan
sistem reproduksi pada katak (amfibi) antara lain Lucke Herpesvirus, Ranavirus Katak. Adapun
kelainan sistem reproduksi pada reptil antara lain Distosia (Retensi Telur), Vent Prolaps. Adapun
kelainan sistem reproduksi pada mamalia antara lain Stres Panas, Vibriosis, Leptospirosis,
Bovine Trichomoniasis, Mikosis. Selain itu, juga terdapat kelainan system reproduksi yang
terjadi pada hewan invertebrate antara lain infertilisasi, kemandulan, gangguan perkembangan
organ reproduksi, gangguan dalam pembuahan, gangguan dalam pembentukan larva, gangguan
dalam perkembangan gonad.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekeliruan yang ada dalam makalah ini,
sehingga kami menerima segala masukkannya dan mohon kritik dari pembaca demi perbaikan
lebih lanjut.

14
DAFTAR PUSTAKA
“6 Gangguan Sistem Reproduksi Yang Umum Menyerang Wanita.”
https://www.halodoc.com/artikel/6-gangguan-sistem-reproduksi-yang-umum-
menyerang-wanita (June 16, 2023).
“Kelainan Dan Penyakit Pada Sistem Reproduksi Manusia | Biologi Kelas 11.”
https://www.ruangguru.com/blog/biologi-kelas-11-apa-saja-gangguan-sistem-
reproduksi-manusia (June 16, 2023).
“Ketahui Penyakit Pada Sistem Reproduksi Pria Dan Wanita - Alodokter.”
https://www.alodokter.com/ketahui-penyakit-pada-sistem-reproduksi-pria-dan-wanita
(June 16, 2023).

https://academic-our
com.translate.goog/ilarjournal/article/48/3/235/663549?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_
pto=tc

https://www-gardenwildlifehealth-org.translate.goog/portfolio/ranavirus
disease/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

https://www-merckvetmanual-com.translate.goog/all-other-pets/reptiles/disorders-and-diseases-of-
reptiles?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

https://www-ncbi-nlm-nih
gov.translate.goog/pmc/articles/PMC2781849/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
https://www.sapibagus.com/penyakit-penyakit-reproduksi-pada-sapi/

15

Anda mungkin juga menyukai