Anda di halaman 1dari 13

ABSTRAK

PENGGUNAAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN


PEMAHAMAN KONSEP IPA MATERI KEMAGNETAN PESERTA
DIDIK KELAS IX-I DI SMPN I KRIAN SIDOARJO TAHUN
PELAJARAN 2016/2017

Oleh : Hernawati
SMPN I Krian

Abstrak. Permasalahn utama dalam penelitian ini adalah bagaimana mengatasi


rendahnya pemahaman konsep IPA materi kemagnetan. Media interaktif
merupakan alat untuk menyampaikan pesan menarik, efektif, interaktif,
menyenangkan serta peserta didik dapat belajar secara mandiri disesuaikan
dengan kemampuan pemahamannya. Media interaktif dapat meningkatkan
pemahaman konsep IPA materi kemagnetan peserta didik kelas IX-I di SMP
Negeri 1 Krian tahun pelajaran 2016/2017, hal ini ditandai dengan adanya
peningkatan hasil belajar.
Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus. Adapun setiap siklus ada 2
pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan rata-rata nilai setelah
tindakan siklus I menjadi 78,89 dan setelah tindakan silklus II menjadi 79,94
dibandingkan dengan sebelum tindakan nilai rata-ratanya 58,03. Adapun
ketuntasan belajar sebelum tindakan sebesar 41,67 %, setelah tindakan siklus I
meningkat menjadi 69,44 %, dan pada akhir siklus II meningkat menjadi
83,33%.
Kesimpulan penelitian ini adalah penggunaan penggunaan media
interaktif dapat meningkatkan pemahaman konsep kemagnetan pada peserta
didik kelas IX-I di SMP Negeri 1 Krian Kabupaten Sidoarjo pada tahun
pelajaran 2016 – 2017. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan hasil belajar,
keaktifan, antusias, dan suasana yang menyenangkan bagi peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran.
PENDAHULUAN
Dari teori perkembangan kognitif Piaget mengatakan jika guru telah
melaksanakan proses pembelajaran menggunakan metode yang proposional,
tujuan pembelajaran IPA lebih mudah dicapai, namun kenyataannya dalam
setiap kali pelaksanaan pembelajaran pencapaian tujuan tersebut masih belum
tercapai sepenuhnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik yang
belum tuntas/mencapai KKM.
Berdasarkan hasil analisis PH peserta didik kelas 9 I sebelumnya nilai
rata-rata 58,03 nilai tertinggi 93, dan nilai terendah 26, jumlah peserta didik 36
orang yang tuntas 15 orang dan yang tidak tuntas 20 orang dengan KKM 78,

1
prosentase ketuntasannya adalah 41,67%. Sedangkan pengalaman hasil analisis
PH materi kemagnetan tahun sebelumnya ketuntasan belajarnya 57,1%.
Berdasarkan data analisis penilaian harian di atas dapat dikatakan
bahwa sebagian besar peserta didik belum sepenuhnya memahami atau
mengalami kesulitan dalam memahami konsep yang telah diajarkan. Hal ini
disebabkan antara lain metode yang diterapkan kurang tepat atau media yang
digunakan kurang tepat sehingga tidak bisa membawa pesan yang tepat. Hasil
interviu dengan peserta didik mengatakan bahwa masih bingung dan belum
faham dengan materi yang dipelajari karena banyak hal yang bersifat abstrak
atau sulit difahami. Dalam pembelajaran selama ini, guru sebagai peneliti
menggunakan media gambar, PPT, video; tetapi yang paling sering
menggunakan media gambar..
Pengunaan media pembelajaran merupakan bagian yang tidak bisa
dipisahkan dengan pemilihan metode belajar. Alat bantu belajar merupakan
salah satu unsur dinamis dalam belajar serta mempunyai peranan yang penting
karena dapat membantu proses belajar peserta didik. Penggunaan media belajar
hendaknya menarik, efektif, interaktif, menyenangkan serta peserta didik dapat
belajar secara mandiri.
Penguasaan konsep pembelajaran, pemilihan, penggunaan dan evaluasi
media pembelajaran merupakan kompetensi penting yang harus dikuasai seorang
tenaga pendidik yang professional.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, peneliti mempunyai keinginan
dan berani meninggalkan paradigma pembelajaran lama beralih ke paradigma
pembelajaran baru, atau setidaknya melakukan studi komperatif tentang
penerapan pembelajaran yang satu dengan penerapan pembelajaran yang lain
ditinjau keefektivan dan pengaruhnya terhadap keberhasilan dalam kegiatan
belajar mengajar. Media interaktif diharapkan dapat meningkatkan pemahaman
konsep kemagnetan karena peserta didik bisa belajar secara kelompok atau
mandiri sesuai dengan tingkat kemampuan dan pemahaman masing-masing.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Apakah
penggunaan media interaktif dapat meningkatkan pemahaman konsep materi

2
kemagnetan pada peserta didik kelas 9 I SMPN I Krian Sidoarjo?” (2) Apakah
penggunaan media interaktif dapat meningkatkan hasil belajar materi
kemagnetan pada peserta didik kelas 9 I SMPN I Krian Sidoarjo?”
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) Upaya peningkatan
pemahaman konsep materi kemagnetan pada peserta didik kelas 9 I SMPN I
Krian Sidoarjo melalui penggunaan media interaktif. (2) Upaya peningkatan
hasil belajar materi kemagnetan pada peserta didik kelas 9 I SMPN I Krian
Sidoarjo melalui penggunaan media interaktif.
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: (1) peserta didik dapat
meningkatkan pemahaman konsep IPA materi kemagnetan, (2) bagi guru adalah
sebagai alternatif pilihan penggunaan media pembelajaran guna membantu guru
berkembang secara profesional dalam pengetahuan dan keterampilan, (3) bagi
kepala sekolah, pengawas sekolah, dan dinas pendidikan adalah dapat
mensosialisasikan hasil penelitian ini kepada guru – guru, (4) bagi peneliti
lanjutan adalah sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut. Hasil penelitian ini
dapat dijadikan inspirasi bagi para peneliti lain yang ingin mendalami persoalan
pembelajaran materi kemagnetan.
KAJIAN PUSTAKA
Secara singkat dapat dikatakan, media adalah sarana fisik yang berisi
pesan atau sarana untuk menyampaikan pesan. Menurut konsep dan kawasan
teknologi pendidikan/pembelajaran, media termasuk sumber belajar. Sumber
belajar meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan (Mustaji,2013)
Multimedia merupakan perpaduan antara berbagai media (format file)
yang berupa teks, gambar (vektor atau bitmap), grafik, sound, animasi, video,
interaksi, dll.yang telah dikemas menjadi file digital (komputerisasi), digunakan
untuk menyampaikan pesan kepada publik.
Pemanfaatan multimedia sangatlah banyak diantaranya untuk: media
pembelajaran, game, film, medis, militer, bisnis, desain, arsitektur, olahraga,
hobi, iklan/promosi, dll. (Wahono, 2007).Bila pengguna mendapatkan
keleluasaan dalam mengontrol multimedia tersebut, maka hal ini disebut
multimedia interaktif.

3
Media pembelajaran interaktif adalah suatu sistem penyampaian
pengajaran yang menyajikan materi video rekaman dengan pengendalian
komputer kepada penonton (siswa) yang tidak hanya mendengar dan melihat
video dan suara, tetapi juga memberikan respon yang aktif, dan respon itu yang
menentukan kecepatan dan sekuensi penyajian (Seels & Glasgow dalam Arsyad,
2002:36).
Media pembelajaran interaktif yang dimaksudkan adalah
berbentuk Compact-Disk (CD). Media ini disebut CD Multimedia Interaktif.
Disebut multimedia dikarenakan bahwa media ini memiliki unsur audio-visual
(termasuk animasi). Disebut interaktif karena media ini dirancang dengan
melibatkan respon pemakai secara aktif. Karena itu, media ini berupa CD, maka
dapat dikelompokkan sebagai bahan ajar e-Learning. Swajati (2005)
mengemukakan bahwa e-Learning merupakan usaha untuk membuat sebuah
transformasi proses belajar mengajar yang ada di sekolah ke dalam bentuk
digital. Huruf “e” yang ada di depan kata learning merupakan singkatan dari
kata “elektronik”. Jadi, e-Learning dapat diartikan sebagai proses belajar yang
menggunakan media elektronik dan digital.
Keuntungan penggunaan media interaktif: mendorong kreatifitas siswa dalam
bentuk ide, gagasan, prakarsa dalam penyelesaian masalah, membiasakan
peserta untuk saling bertukar fikiran dalam pemecahan masalah, memperdalam
keterampilan dalam menyajikan, mempertahankan, menghargai dan menerima
pendapat orang lain, memperluas cakrawala berfikir.
Kelemahan penggunaan media interaktif antara lain: adanya kesulitan untuk
menentukan permasalahan yang sesuai dengan kemampuan siswa, pembelajaran
sering didominasi oleh peserta tertent, memerlukan waktu yang cukup panjang,
membutuhkan perlengkapan atau peralatan tertentu.
Penggunaan media interaktif IPA materi kemagnetan adalah salah satu
mata pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analisis
deduktif dengan menggunakan berbagai peristiwa alam dan penyelesaian
masalah baik secara kualitatif dengan menggunakan matematika serta
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap percaya diri (Puskur,
2002)

4
Guru yang profesional sama dengan guru yang efektif. Guru yang
profesional perlu melakukan pembelajaran di kelas secara efektif (Suyanto,
2001:7), menurut Gray A. Davis dan Margaret A. Thomas dalam (Suyanto,
2001:7). Paling tidak ada empat ciri-ciri guru yang efektif, yakni, (1) memiliki
kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas, (2) memiliki kemampuan
yang terkait dengan strategi managemen pembelajaran, (3) memiliki kemampuan
yang terkait dengan pemberian umpan balik (feedback) dan penguatan
(reinforcement) dan (4) memiliki kemampuan yang terkait dengan kemampuan
pengendalian diri.
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, guru harus
berani meninggalkan paradigma lama dalam proses pembelajaran. Pengamat
pendidikan dari Inggris Weston (2004) dalam Sukaryono (2005:7) mengatakan
bahwa bila ingin meningkatkan kualitas belajar siswa maka metode
pembelajaran di Indonesia harus diperbaruhi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada kegiatan belajar mengajar di SMP
Negeri 1 Krian yang terletak di Jalan Raya No. 2 Krian Kabupaten Sidoarjo.
SMP Negeri 1 Krian memiliki 30 kelas yang masing-masing jenjang 10
kelas. Penelitian dilakukan selama dua setengah bulan, dimulai dari awal
Januari sampai pertengahan Maret 2016. Subyek penelitian adalah peserta didik
kelas IX-I pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017 sebanyak 36 peserta
didik, terdiri dari 20 peserta didik laki-laki dan 16 peserta didik perempuan
dengan karakteristik yang heterogen dari segi sosial dan ekonomi. Kehadiran
peserta didik pada kelas IX-I dalam KBM sangat tinggi terbukti dengan
kehadiran semua peserta didik pada setiap pelajaran IPA kecuali sakit dan ijin
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang
terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus melalui tahap perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Alur pelaksanaan
tindakan kelas ini digambarkan oleh Kemmis dan Taggart ( dalam Sutejo,
2009: 14 )
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan oleh peneliti selaku
pelaksana pembelajaran, observer, pengumpulan data, menganalisis data dan

5
pelaporan hasil penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti dibantu oleh guru
IPA sebagai kolaborator/pengamat kegiatan guru/peneliti dan pengamat peserta
didik.
Pada siklus I, langkah yang dilaksanakan meliputi persiapan, yaitu:
menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan pada waktu tindakan,
menyusun pedoman observasi guru dan peserta didik, menyususn lembar angket
peserta didik, menyusun soal tes tulis, dan menyiapkan media ( file media
interaktif ) yang akan digunakan.
Siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu pada
pertemuan pertama 3 X 40 menit dan pertemuan kedua 2 X 40 menit.
Pertemuan pertama dilakukan pada hari senin tanggal 16 Januari 2017 jam ke
empat sampai jam ke enam dan pada pertemuan kedua dilakukan pada hari
rabu jam ke satu sampai jam ke dua tanggal 18 Januari 2017. Materi yang
diajarkan tentang gaya Lorenz. Pada pertemuan pertama, peserta didik dalam
kelompok dibagikan file/CD media interaktif dan LK. Peserta didik dalam
kelompok bersama-sama mengamati tayangan media interaktif melalui laptop
masing-masing kelompok, dilanjutkan diskusi kelompok dan mengerjakan LK.
Pada pertemuan kedua dilakukan presentasi dan diskusi kelas, penguatan materi.
Terakhir dilakukan tes tulis pertama dan pengisian angket.
Kegiatan pengamatan/observasi dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Yang diamati adalah keaktifan, antusias dan keceriaan,
hasil belajar peserta didik dan kegiatan guru dalam KBM berdasarkan format
yang sudah disiapkan.
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil pengamatan baik oleh guru sebagai
peneliti dan guru lain/kolaborator sabagai gambaran penerapan pembelajaran
yang telah direncanakan pada siklus I. Permasalahan pada siklus I akan
digunakan sebagai pertimbangan untuk merumuskan perencanaan tindakan pada
siklus II.
Pada siklus II kegiatan persiapan yang dilakukan sama dengan siklus I
tetapi mempelajari hasil refleksi tindakan pada siklus I sebagai masukan dalam
melakukan tindakan yang lebih efektif pada siklus II.

6
Tindakan yang dilakukan pada tahap ini sesuai dengan perencanaan pada
siklus II yang sudah diperbaiki berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Pada
siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu pada pertemuan
pertama 3 X 40 menit dan pertemuan kedua 2 X 40 menit. Pertemuan pertama
pada siklus II ini dilakukan pada hari senin tanggal 30 Januari 2017 dan pada
pertemuan kedua dilakukan pada hari rabu tanggal 1 Februari 2017. Materi yang
di belajarkan tentang Induksi Elektromagnetik. Pelaksanaan tindakan pada siklus
II sama dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I.
Instrumen Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
lembar observasi kegiatan belajar mengajar guru dan peserta didik, angket
peserta didik, dan soal tes tertulis.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan melalui
kegiatan observasi, tes akhir tiap siklus dan angket peserta didik.
Pada pelaksanaan siklus pertama dengan konsep Gaya Lorentz. Peserta
didik dibentuk menjadi 9 kelompok, setiap kelompok beranggota 4 peserta
didik. Masing-masing kelompok menyediakan/membawa laptop apabila punya
dan guru sebagai peneliti memastikan apakah di dalam setiap kelompok
mempunyai laptop. Guru memberikan file untuk dicopy/CD pada laptop
masing-masing kelompok. Peserta didik dalam kelompok mengamati tayangan
media yang sudah diberikan guru. Peserta didik dalam kelompok mendiskusikan
tayangan pada media dan mengerjakan LK yang sudah diberikan oleh guru. Bila
ada peserta didik/kelompok yang belum faham, maka file bisa diputar kembali
sampai faham. Perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya di depan peserta didik yang lain. Pada akhir siklus diadakan tes
tertulis dan pengisian angket.
Pada siklus kedua dengan konsep Induksi Elektromagnetik. Jumlah
kelompok dan keanggotaannya sama dengan pada siklus pertama. Guru
memberikan file untuk dicopy/CD pada laptop masing-masing kelompok.
Peserta didik dalam kelompok mengamati tayangan media yang sudah diberikan
guru. Peserta didik dalam kelompok mendiskusikan tayangan pada media dan
mengerjakan LK yang sudah diberikan oleh guru. Pada akhir siklus diadakan tes
tertulis dan pengisian angket.

7
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran pada siklus I dan
didukung dengan catatan guru sebagai peneliti, serta kolaborasi dengan teman
sejawat/ semapel diperoleh data seperti yang tertera pada tabel berikut: nilai
rata-rata hasil tes akhir siklus sebesar 78,89, jumlah peserta didik yang tuntas 25
orang, dan prosentase ketuntasan belajar 69,44%
Adapun data yang diperoleh tentang kinerja guru dan peserta didik dalam
siklus pertama sebagai berikut : observasi terhadap aktivitas guru dalam kegiatan
pembelajaran 80,50 %, hasil observasi peserta didik 67,85 % aktif dalam
mengamati tayangan media pada laptop, berdiskusi dan mengerjakan LKS.Ada
dua kelompok yang tidak membawa laptop alasannya lupa, sehingga guru
mencarikan satu laptop lagi karena yang satu sudah teratasi dengan laptop guru.
Sehingga satu kelompok agak terhambat memulai pembelajaran. Guru sebagai
peneliti menekankan kembali pada peserta didik untuk membawa laptop pada
pertemuan yang akan datang sehingga pembelajaran tidak terhambat.
Berdasarkan kuisioner yang diisi oleh peserta didik, 25 peserta didik senang dan
lebih mengerti karena tayangan dapat diulang-ulang disesuai dengan
kemampuan/pemahaman peserta didik, dan 13 siswa tidak suka karena laptop
lebih didominasi peserta didik yang pandai sehingga masih belum mengerti.
Refleksi tindakan yang akan diambil untuk mengatasi permasalahan
peserta didik dalam kelompok pada siklus pertama guna perbaikan pada siklus
kedua sebagai berikut : menyiapkan laptop cadangan lebih dari satu untuk
mengantisipasi peserta didik yang lupa membawa laptop, menukar keanggotaan
kelompok yang agak lambat dalam pemahaman tayangan dalam satu kelompok
sehingga diharapkan tidak ada yang mendominasi dan dapat mengulang
tayangan sesuai dengan kemampuan pemahamannya, sehingga diharapkan
semua peserta didik bisa aktif dalam mengerjakan LK, memberikan motivasi
pada peserta didk agar lebih aktif dan bersemangat, selalu kompak dalam kerja
kelompok dan mengerjakan LK sehingga kemampuan peserta didik dalam
menerapkan konsep IPA akan meningkat.

8
Hasil observasi pada siklus II diperoleh data seperti tabel berikut: nilai
rata-rata akhir siklus sebesar 79,94; jumlah peserta didik yang tuntas 30 orang,
dan prosentase ketuntasan belajar sebesar 83,33%
Adapun data yang diperoleh tentang kinerja guru dan peserta didik dalam
siklus kedua sebagai berikut : observasi terhadap KBM guru adalah 85 %,
observasi keaktifan peserta didik dalam kerja kelompok serta saat diskusi
83,33%. Semua kelompok bekerja dengan baik, pembelajaran berjalan dengan
baik karena sudah tidak ada lagi masalah peserta didik yang tidak membawa
laptop. Ada dua kelompok yang lambat kerjanya yaitu kelompok 4 dan 7 karena
kemampuan pemahaman mereka lama dan sering mengulang-ulang tayangan
media, saat diskusipun mereka sangat membutuhkan bimbingan guru. Hal inipun
berdampak pada hasil tes akhir. Berdasarkan kuisioner yang diisi peserta didik
ada 30 orang yang senang dengan pembelajaran yang sedang berlangsung
karena tayangannya menarik, berwarna dan bergerak serta dapat diulang-ulang
apabila belum mengerti. Tetapi masih ada 6 peserta didik yang tidak suka karena
masih belum memahami konsep yang disampaikan oleh media dan masih
memerlukan bantuan orang lain untuk memahamkannya.
Refleksi tindakan yang akan diambil untuk mengatasi permasalahan
peserta didik dalam kelompok pada siklus kedua sebagai berikut : menetapkan
kelompok kecil yang anggotanya 4 peserta didik sehingga diharapkan semua
ikut terlibat dalam mengerjakan LK dan akhirnya bisa menguasai konsep yang
dipelajari, mendampingi kelompok yang pemahamannya lambat karena mereka
membutuhkan bantuan orang lain untuk memahamkannya serta butuh kesabaran
karena akan mereka membutuhkan waktu yang agak lama, menyiapkan tutor
teman sebaya karena guru sebagai peneliti tidak bisa mendampingi banyak
kelompok yang masing-masing membutuhkan waktu yang lama pemahamannya,
tetap memberikan motivasi kepada peserta didik agar bersemangat, tetap aktif
dan selalu kompak dalam pengamatan dan diskusi, jangan malu atau takut untuk
bertanya atau bila membutuhkan bantuan sehingga kemampuan pemahaman
konsep IPA akan meningkat.
Hasil penelitian dari siklus I dan siklus II sebagaimana tertera pada tabel berikut.

9
Hasil
NO. Jenis Kegiatan Sebelum
Siklus I Siklus II
PTK
1 Nilai rata-rata 58,03 78,89 79,94
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 15 25 30
3 Ketuntasan belajar 41,67 % 69,44 % 83,33 %

Melalui hasil penelitian ini menujukkan bahwa pembelajaran dengan


menggunakan media interaktif membawa dampak positif dalam meningkatkan
pemahaman konsep IPA pada materi kemagnetan pada peserta didik sekaligus
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik seperti yang tertera pada tabel di
atas. Pada siklus kedua ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal
mendekati tercapai, walaupun masih ada enam peserta didik yang belum tuntas
dan akan mendapatkan remidial dan pendekatan individu lebih lanjut.
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas peserta didik dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan media interaktif setiap siklus mengalami
peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap proses pembelajaran yang
berjalan semakin kondusif, efektif dan menyenangkan. Hal ini dapat dibuktikan
dengan meningkatnya nilai rata – rata peserta didik pada siklus satu dan dua.
Terdapat peningkatan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran IPA
dengan menggunakan media interaktif, diskusi antar peserta didik dalam
kelompok sertaantar kelompok dan guru, presentasi di hadapan peserta didik
dan guru, jadi dapat dikatakan bahwa peserta didik aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Guru semakin kreatif dalam menyususn perangkat pembelajaran berbasis
penelitian, melaksanakan langkah – langkah pembelajaran sesuai dengan RPP
yang disusun sebelumya dengan baik, membimbing dan mengamati peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran, memberikan pemahaman pada perserta didik
yang kurang pemahamannya, memberi umpan balik/ evaluasi dan tanya jawab
dalam kegiatan pembelajaran cukup baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan
seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan

10
sebagai berikut: penggunaan media interaktif dapat meningkatkan pemahaman
konsep kemagnetan pada peserta didik kelas IX-I di SMP Negeri 1 Krian
Kabupaten Sidoarjo pada tahun pelajaran 2016 – 2017. Hal ini ditandai dengan
kemampuan, keaktifan, antusias, dan suasana yang menyenangkan bagi peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran dan pembelajaran tidak didominasi guru,
penggunaan media interaktif dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
kelas IX-I di SMP Negeri 1 Krian Kabupaten Sidoarjo tahun pelajaran 2016 –
2017. Ditandai dengan peningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar pada
siklus satu dan siklus dua.
Dari hasil penelitian yang diperoleh agar pemahaman konsep
kemagnetan pada peserta didik kelas IX lebih efektif dan lebih memberikan
hasil yang optimal bagi peserta didik, maka disarankan sebagai berikut: dalam
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media interaktif akan lebih efektif
apabila laptop yang tersedia lebih banyak, atau menggunakan lab. komputer
tetapi tempat duduk disetting terlebih dahulu, guru lebih kreatif mencari media-
media yang lain sehingga peserta didik tidak bosan, penelitian Tindakan Kelas
ini bisa ditindak lanjuti oleh peneliti lain atau guru-guru untuk semua bidang
studi, hasil penelitian dapat dijadikan bahan rujukan, bahwa peran media
interaktif dapat meningkatkan pemahaman konsep sekaligus dapat meningkatkan
hasil belajar peserta didik, bagi peneliti lain hendaknya dilakukan perbaikan –
perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik dan diadakan lebih dari dua siklus
agar penelitian lebih objektif lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA
Mustaji, 2013, Media Pembelajaran, Surabaya: Unesa University Press
Puskur. 2006. Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran IPA terpadu Sekolah Menengah Pertama
(SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs). Jakarta: Depdiknas.

Santoso, Singgih. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Menuju Era Demikratisasi


Belajar. Malang: Universitas Brawijaya.

Siti Zubaidah dkk, 2014, Buku Guru IPA SMP/MTs IX, Jakarta: Kemendikbud
Sutejo,2009, Cara Mudah Menulis PTK,Yogyakarta: PustakaFelicha
Swajati. 2005. Media CD-Interaktif (CD-I)

Wahono. 2007. Inspirasi Sains Pelajaran IPA untuk Kelas IX SMP. Jakarta:
Ganeca Exact.

12
13

Anda mungkin juga menyukai