Anda di halaman 1dari 23

Menganalisis prosedur

pemeriksaan
kepekaan bakteri
terhadap ANTISEPTIK

IK. Alit Adi Sanjaya, S.Si., M.Si.


Apa Itu Antiseptik?

 Antiseptik merupakan zat yang digunakan untuk menghambat


pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme yang hidup di
permukaan tubuh.
 Antiseptik adalah disinfektan yang nontoksik karena digunakan untuk
kulit, mukosa atau jaringan hidup lainnya.
 Antiseptik memiliki beberapa persyaratan antara lain, memiliki
spectrum luas, tidak merangsang kulit maupun mukosa, toksisitas atau
daya absorbsi melalui kulit dan mukosa rendah, efek kerjanya cepat
dan bertahan lama
Antiseptik

 Mekanisme kerja antiseptik ini antara lain merusak lemak pada


membran sel bakteri atau dengan cara menghambat salah satu kerja
enzim pada bakteri yang berperan dalam biosintesis asam lemak
 Efektivitas antiseptik dipengaruhi oleh konsentrasi, pH, dan zat pelarut.
 Dimana pada konsentrasi yang sedikit lebih tinggi efek fungisid lebih
kuat daripada efek bakterisid. Pada pH 6 efek klorheksidin 10 kali lebih
kuat daripada pH 9, juga asam benzoate dan ester-esternya lebih aktif
pada pH asam.
 Adapun faktor lainnya yang mempengaruhi efektivitas antiseptik,
salah satunya adalah mikroba. Semakin banyak jumlah mikroba
maka semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk
membunuhnya.
 Zat aktif yang terkandung dalam antiseptik yang biasa digunakan
antara lain alkohol, Klorheksidin glukonat, Iodin dan iodofor,
Heksaklorofen, Para-kloro-meta-silenol, Triklosan.
1. Alkohol

 Alkohol merupakan zat yang memiliki aktivitas antimikroba spektrum luas


dalam membunuh bakteri, virus, dan jamur tetapi tidak bersifat sporisidal.
 Mekanisme kerja alkohol dengan cara mendenaturasi protein dengan
jalan dehidrasi dan juga melarutkan lemak. Kadar antiseptik alkohol yang
paling baik yaitu 70%-90%, dan yang biasa dipakai sebagai antiseptik kulit
yaitu yang mempunyai kandungan 70%, dengan kandungan 70% tersedia
cukup molekul air yang akan mempercepat proses penguapan juga
mempercepat proses penetrasi ke jaringan.
 Penggunaan alkohol 70% pada tangan dapat mengurangi jumlah bakteri
sampai 99,7%. Oleh karena itu alkohol 70% merupakan konsentrasi yang
baik sebagai antiseptik kulit
2. Klorheksidin glukonat

 Klorheksidin glukonat (CHG) biasa dipakai di Eropa dan Kanada


beberapa tahun yang lalu sebelum digunakan di USA pada tahun
1970.
 Klorheksidin mempunyai efek antibakteri dengan mengganggu sel
membran bakteri dan menyebabkan presipitasi dari isi sel bakteri.
 CHG bersifat spektrum luas bakteri, dan bekerja lebih efektif terhadap
bakteri gram positif daripada gram negatif.
 Penggunaan CHG terhadap makhluk hidup pada beberapa
percobaan tidak menimbulkan efek toksik, bahkan bila digunakan
pada bayi baru lahir sekalipun, karena penyerapannya pada kulit
minimal.
3. Iodin dan iodofor

 Iodium tingtur telah lama digunakan sebagai antiseptik kulit sebelum


prosedur operasi.
 Bersifat relatif lebih aman dan bekerja cepat, tapi tidak dianjurkan untuk
mencuci tangan sehari-hari karena menyebabkan iritasi pada kulit.
 Produk yang mengandung iodium yang digunakan untuk antiseptik
tangan sebelum prosedur pembedahan adalah iodofor.
 Iodofor bersifat kompleks terdiri dari iodin dan povidon.
 Kombinasi tersebut meningkatkan kelarutan dari iodin. Iodin merupakan
bahan kimia utama dan faktor bakterisidal dalam aktivitas iodofor yang
akan berubah dengan adanya proses difusi.
4. Heksaklorofen

 Heksaklorofen (HCP) merupakan bisfenol klorin dengan konsentrasi


tinggi mengganggu dinding sel bakteri dan menyebabkan
presipitasi protein sel.
 Pada konsentrasi rendah akan menginaktifkan sistem enzim pada
bakteri. Pada konsentrasi yang biasa digunakan sebanyak 3%
mempunyai efek bakteriostatik untuk kokus gram positif tetapi
mempunyai aktivitas rendah dalam melawan gram negatif, virus,
atau jamur.
 HCP mempunyai efek lambat dalam hal membunuh bakteri.
Keuntungan yang utama dari HCP ialah bahwa HCP bersifat
persisten pada kulit.
5. Para-kloro-meta-silenol

 Para-kloro-meta-silenol (PCMX) merupakan halogen yang disubstitusi


silenol yang mempunyai aktivitas antibakteri dengan mengganggu
dinding sel bakteri dan menginaktifkan enzim.
 Aktivitasnya kurang dari CHG dan mempunyai aktivitas yang baik
dalam melawan bakteri gram positif tetapi kurang efektif untuk bakteri
gram negatif.
 PCMX aktivitas khususnya melawan Pseudomonas sp. Senyawa ini juga
mempunyai aktivitas yang baik terhadap virus, dan jamur.
 PCMX bekerja aktif pada suasana basa tetapi efeknya akan dinetralisir
oleh surfaktan non ionik
6. Triklosan

 Triklosan merupakan antiseptik bisfenol. Bisfenol yaitu gabungan dua


fenol yang dihubungkan oleh rantai yang bermacam-macam.
 Triklosan mempunyai aktivitas antibakteri dengan merusak dinding sel
bakteri. Triklosan memiliki spektrum yang luas, mempunyai daya
antibakteri yang baik untuk bakteri gram positif dan kebanyakan gram
negatif tetapi berefek lemah terhadap jamur dan virus.
 Triklosan dapat diabsorbsi melalui kulit dan bersifat non alergik non
mutagenik pada penggunaan jangka pendek.
 Kadar triklosan yang direkomendasikan oleh FDA yaitu 0,2% ini
merupakan kadar minimal yang baik yang akan bekerja maksimal
sebagai antibakteri
Efektivitas Antiseptik

 Agar antiseptik hand sanitizer efektif mencegah infeksi dari bakteri


perlu diperhatikan cara penggunaannya yang tepat yaitu dengan
cara hand sanitizer, dituangkan pada tangan dalam jumlah yang
cukup untuk membasahi seluruh kedua telapak tangan.
 Kemudian dibiarkan hingga kering dengan sendirinya tanpa harus
dibilas dengan air. Agar memberikan hasil yang optimal tangan
dibiarkan terlebih dahulu kurang lebih 20-30 detik, hingga tangan
benar-benar kering
Metode Koefisien Fenol

 Metode yang umum digunakan untuk menentukan aktivitas suatu


antiseptik adalah metode koefisien fenol. Uji fenol merupakan uji standar
yang digunakan untuk membandingkan suatu zat yang bersifat
antiseptik dengan fenol sebagai zat pembanding, hasilnya dinyatakan
dalam koefisien fenol.
 Uji fenol dilakukan dengan memasukkan suatu volume tetentu
organisme uji ke dalam larutan fenol murni dan zat kimia yang akan diuji
pada berbagai pengenceran.
 Setelah interval tertentu, suatu jumlah tertentu dari tiap pengenceran
diambil dan ditanam pada media perbenihan lalu diinkubasi selama 18-
24 jam. Setelah diinkubasi, dilakukan pengawasan pertumbuhan bakteri
Mekanisme Kerja Antiseptik

Antiseptik sebagai zat kimia sangat berpengaruh


terhadap mikroba. Melalui unsur protein yang
membentuk struktur seluler mikroba, yang mengakibatkan
rusaknya dinding sel.
Adanya gangguan sistem enzim, terjadinya denaturasi
protein, dan rusaknya asam nukleat yang berakibat pada
kemampuan sel melakukan replikasi maupun sintesis
enzim
Handsanitizer

 Hand sanitizer adalah cairan pembersih tangan yang berbahan dasar


alkohol berbentuk gel tanpa dibilas dengan air, yang mengandung
alkohol 60 %.
 Gel merupakan sediaan setengah padat, bersifat tiksotropi yaitu menjadi
cairan ketika digoyang dan kembali memadat jika dibiarkan tenang.
 Cairan antiseptik ini biasanya digunakan sebagai pengganti air dan sabun,
oleh karena itu memudahkan dalam proses pencucian tangan.
 Hand sanitizer juga memiliki kandungan moisturizer yang akan menjaga
tangan tetap halus dan lembut setelah pemakaian, dan sangat cepat
membunuh mikroorganisme yang ada dikulit tangan
Jenis-jenis Produk Antiseptik Hand
Sanitizer

 Ada beberapa jenis produk antiseptik hand sanitizer yang banyak


beredar antara lain
 Hand Sanitizer A
 Hand Sanitizer C
 Hand Sanitizer D
 Hand Sanitizer N
Bagaimana Menganalisis?

 Bahan yang digunakan antara lain, Produk antiseptik Hand Sanitizer


yaitu hand Sanitizer A (AHAND), Hand Sanitizer C (CHAND), Hand
Sanitizer D (DHAND), Hand Sanitizer N (NHAND), kultur murni biakan
bakteri Staphylococcus aureus, Media Muller Hinton Agar (MHA), dan
Media NaCL Fisiologis
 Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, petri dish, vortex,
ose, Bunsen, tabung inokulum, kapas swab, blank disc, mikropipet, tip
mikropipet, pinset, tabung erlenmeyer, beaker glass, rak tabung,
aluminium foil, dan jangka sorong.
 Dilakukan secara eksperimental yaitu dengan metode rancangan acak
lengkap sub sampling, dengan lima (5) perlakuan yaitu produk
antiseptik hand sanitizer A, C, D, N, dan kontrol negatif (aquades steril).
Masing-masing perlakuan dilakukan sebanyak empat (4) kali terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Parameter yang diamati
adalah diameter zona bening (mm). Adapun desain perlakuan dapat
dilihat pada gambar berikut
Uji Efektivitas secara Difusi

 Uji Efektivitas produk antiseptik hand sanitizer dilakukan secara difusi yaitu, dengan
memasukkan kapas lidi steril pada tabung inokulum berisi suspensi bakteri dan
mengoleskan pada permukaan media Muller Hinton Agar secara merata.
 Setelah itu, blank disc ditempelkan pada permukaan media. Dengan mengambil
mikropipet kemudian setiap produk antiseptik hand sanitizer diteteskan pada
blank disc sebanyak 20 μl dengan menggunakan mikropipet. Hal yang sama
dilakukan pada setiap produk antiseptik hand sanitizer, Hand Sanitizer A (AHAND),
Hand Sanitizer C (CHAND), Hand Sanitizer D (DHAND), dan Hand Sanitizer N
(NHAND), dengan pengulangan sebanyak empat (4) kali yang bertujuan untuk
mengurangi kesalahan dan bias pada saat pengujian.
 Setelah itu, media yang sudah berisi bakteri dan blank disc kemudian ditutup
rapat dan dimasukkan ke dalam inkubator 37°C dan diinkubasi selama 24 jam.
Pengamatan Ekfektivitas Antiseptik Hand
Sanitizer

 Pengamatan dilakukan dengan metode Kirby Bauer yaitu


mengukur zona bening pada sekitar blank disc secara vertikal dan
horizontal menggunakan jangka sorong dengan satuan millimeter
(mm).
 Kemudian mencatat diameter zona bening kemudian
membandingkan beberapa diameter produk antiseptik hand
sanitizer. Diameter zona bening yang terbentuk diukur dengan
menggunakan jangka sorong.
Pengukuran Zona Bening Dengan Menggunakan Jangka
Sorong
Zona bening yang terhitung pada masing-masing produk
dibandingkan dengan klasifikasi zona bening menurut Greenwood.
Hasil Penelitian

Anda mungkin juga menyukai