TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan Senduduk
2.1.1 Sistematika tumbuhan
Sistematika tumbuhan puguh tanoh menurut (Djauhariya,2004) adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Melastomataceae
Genus : Melastoma
131(Djauhariya,2004).
kemanden (Djauhariya,2004).
2.1.3 Nama asing
Melastoma addine G.Don, Melastoma polyantum B1 (Djauhariya, 2004)
2.1.4 Morfologi
Tumbuhan senduduk merupakan jenis gulma yang mudah ditemukan
Daun berwarna hijau berbantuk bulat telur sepanjang 2-20 cm , lebar 1-8 cm,
ujung dan pangkal daun meruncing, tepi daun rata, permukaan kasar dengan
Gambar2.1Tanaman Senduduk
2.1.5Khasiat
Khasiat dari tumbuhan inidimanfaatkan masyarakat umum sebagai obat
(2017) bahwa daun senduduk berkhasiat sebagai obat penurun panas, penghilang
jawab atas khasiat antidiare dari beberapa tanaman obat. Beberapa senyawa
2.1.6.1Flavonoid
dengan cara menghambat mortilitas usus sehingga dapat mengurangi cairan dan
pelepasan asetilkolin di saluran cerna (Lutterodt, 1989 dalam Rizal, dkk., 2016).
sebagai berikut:
1.Flavon
dengan substitusi fenil pada posisi 2 dari cincin pertama.Flavon terdapat juga
sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis glikosida pada flavonol. Flavon
yang palingumum dijumpai adalah apigenin dan luteolin. Luteolin merupakan zat
warna yang pertama kali dipakai di Eropa. Jenis yang paling umum adalah 7-
glukosida dan terdapat juga flavon yang terikat pada gula melalui ikatan karbon-
2.Flavonol
Larutan flavonol dalam suasana basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu
3.Flavanon
Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun dan
prenus dan buah jeruk ; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan
dengan substitusi fenil pada posisi 3 dari cincin piron. Isoflavon sukar dicirikan
karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon
bila diuapi amonia, tetapi kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak
lembayung yang pudar dengan amonia berubah menjadi coklat (Bhat etal., 2005).
5.Kalkon
memiliki cincin C terbuka dimana dua cincin aromatik yang bergabung dengan
sistem karbonil 3 karbon α,β-tak jenuh. Kalkon adalah pigmen fenol kuning yang
berwarna cokelat kuat dengan sinar UV bila dikromatografi kertas. Aglikon flvon
dapat dibedakan dari glikosidanya, karena hanya pigmen dalam bentuk glikosida
yang dapat bergerak pada kromatografi kertas dalam pengembang air (Bhat
etal.,2005).
Gambar 2.6 Struktur Kalkon
6.Auron
basa senyawa ini berwarna merah rose dan tampak pada kromatografi kertas
berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat berubah
menjadi merah jingga bila diberi uap amonia (Bhat etal., 2005).
7.Antosianin
Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab
hampir semua warna merah jambu, ungu, dan biru dalam daun, bunga,dan buah
pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu
struktur aromatik tunggal yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen
sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan
2.1.6.2Tanin
tumbuhan, pada beberapa tanaman terdapat terutama dalam jaringan kayu seperti
kulit batang, dari beberapa jaringan lain, yaitu daun dan buah. Beberapa pustaka
lender usus dan mengecilkan pori sehingga akan menghambat sekresi cairan dan
elektrolit (Tjay& Rahardja, 2002). Selain itu, sifat adstringens tannin akan
membuat usus halus lebih tahan (resisten) terhadap rangsangan senyawa kimia
yang mengakibatkan diare, toksin bakteri dan induksi diare oleh oleum ricini
(Kumar, 1983).
2.2Simplisia
galenik tertentu atau digunakan sebagai bahan dasar untuk memperoleh bahan
lebih senyawa kimia yang mempunyai aktifitas farmakologi dan diperoleh sebagai
produk ekstraksi bahan alam serta langsung digunakan sebagai obat atau
digunakan setelah dibuat bentuk formulasi sediaan obat tertentu yang sesuai
(Depkes RI, 1995). Dalam buku ”Materia Medika Indonesia” ditetapkan definisi
bahwa simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa
1995)
tanaman/eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman adalah isi sel
yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan caratertentu
dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara terteutu
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni.
2.2.3 Simplisia pelikan (mineral)
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan
atau mineral yang belum diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Ditjen
POM, 2000). Hasil dari ekstraksi disebut dengan ekstrak yaitu sediaan kental yang
diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia
hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian
sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM, 1995). Untuk
air, etanol, dan etanol-air atau eter. Penyarian pada perusahaan obat tradisional
masih terbatas pada penggunaan penyari air, etanol, atau etanol-air (Ditjen POM1,
1995).
remaserasi.
b. Perkolasi
temperature kamar.
temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
b. Digesti
c. Sokletasi
ekstraksi kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
d. Infudasi
e. Dekoktasi
2.5 Diare
2.5.1Pengertian
Diare adalah gangguan buang air besar (BAB)ditandai dengan BAB lebih
dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan
a. Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam
rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
c. Ganggua motilitas usus Hiperperistaltik akan mengkkpuakibatkan
Diare dapat terjadi akibat abnormalitas primer dari cairan usus dantranspor
terjadi, dan keduanya dapat terjadi pada satu penderita (Schwartz, 2000):
halus. Hal ini terjadi bila absorpsi natrium oleh vili gagal
2. Diare osmotik, dimana mukosa usus halus yaitu epitel berpori yang
diare terjadi apabila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit
gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair (lendir dan tidak
menutup kemungkinan diikuti keluarnya darah, anus lecet, dehidrasi (bila terjadi
dehidrasi berat maka volume darah berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut
jantung cepat, tekanan darah turun, keadaan menurun diakhiri dengan syok), berat
badan menurun, turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun cekung, mulut dan
2.5.4 Pencegahan
Pencegahan diare Untuk mencegah penyebaran diare dapat dilakukan dengan
cara:
waktu penting:
1) Sebelum makan.
siapapun.
b. Mengkonsumsi air yang bersih dan sehat atau air yang sudah melalui
proses pengolahan. Seperti air yang sudah dimasak terlebih dahulu, proses
klorinasi.
ditempat yang sudah sesuai, supaya makanan anda tidak dicemari oleh
penekan peristaltik sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air
dan elektrolit oleh mukosa usus. Candu dan alkaloidnya, derivat-derivat petidin
Adstrigensia, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tanin
zat-zat beracun (toksik) yang dihasilkan oleh bakteri, misalnya karbon aktif,
mengurangi kejang-kejang otot yang sering kali mengakibatkan nyeri perut pada
usus karena tidak menembus ke dalam otak. Oleh karena itu, loperamid
saluran pencernaan dan mempengaruhi otot sirkular danlongitudinal usus. Obat ini
oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Obatini sama efektifnya dengan
2.8KarboksimetilSelulosa (CMC)
Ga
dapat larut dalam air tetapi,tidak dapat larut dalam larutan organik. Karboksimetil
selulosa (CMC) memiliki rentang pH sebesar 6,5-8 stabil pada rentang pH2 –10.
Minyak jarak (Oleum ricini) berasal dari biji Ricinus communis suatu
trigliserida risinoleat dan asam lemak tidak jenuh. Minyak jarak adalah cairan
kental, jernih, kuning pucat atau hampir tidak berwarna, rasa manis kemudian
agak pedas, umumnya memualkan. Dalam usus halus minyak jarak dihidrolisis
oleh enzim lipase menjadi gliserol dan asam risinoleat. Asam risinoleat inilah
yang merupakan bahan aktif sebagai pencahar. Sebagai pencahar obat ini tidak
banyak digunakan lagi karena banyak obat yang lebih aman. Minyak jarak
bahan induksi diare pada penelitian diare secara ekperimental pada hewan
diare. Penelitian antidiare ini dikhususkan untuk diare non spesifik seperti diare
Dalam usus halus, minyak ini mengalami hidrolisis dan menghasilkan asam
dan mengakibatkan pengeluaran isi usus dengan cepat. Dosis minyak jarak
Tikus putih sebagai hewan percobaan relatif resisten terhadap infeksi dan
sangat cerdas. Tikus putih tidak begitu bersifat fotofobik seperti halnya tikus dan
Aktifitasnya tidak terganggu oleh adanya manusia di sekitarnya. Ada dua sifat
yang membedakan tikus putih dari hewan percobaan yang lain, yaitu bahwa tikus
putih tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat
esofagus bermuara ke dalam lubang dan tikus putih tidak mempunyai kandung
empedu (Smith, dkk 1988). Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti
tikus jantan. Tikus putih dapat tinggal sendirian dalam kandang dan hewan ini
sangat cerdas. Tikus putih tidak begitu bersifat fotofobik seperti halnya tikus dan
kecenderungan untuk berkumpul dengan sesamanya tidak begitu besar.
Aktifitasnya tidak terganggu oleh adanya manusia di sekitarnya. Ada dua sifat
yang membedakan tikus putih dari hewan percobaan yang lain, yaitu bahwa tikus
putih tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat
esofagus bermuara ke dalam lubang dan tikus putih tidak mempunyai kandung
Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti tikus jantan. Tikus putih
dapat tinggal sendirian dalam kandang dan hewan ini lebih besar
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Classis : Mammalia
Subclassis : Placentalia
Ordo : Rodentia
Familia : Muridae
Genus : Rattus
Species : Rattus norvegicus
2.11 Kerangka Bebas
Variable Bebas Variable Terikat Parameter
Karakteristik
Ekstrak etanol daun senduduk simplisia
1. penetapan kadar air
2. penetapan kadar sari
1. Ekstrak etanol daun yang larutdalam air
senduduk dosis 200
3. penetapa kadar sari
mg/g BB tikus
yang larut dalam
2. Ekstrak etanol daun
etanol
senduduk dosis 300
mg/g BB tikus 4. penetapan kadar abu
3. Ekstrak etanol daun total
senduduk dosis 400 5. penetapan kadar abu
mg/g BB tikus yang tidak larut dalam
asam
Uji efektivitas
antidiare
Loperamid HCl
Metode yang digunakan:
1. Defekasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
ekstrak, penyiapan hewan percobaan dan pengujian efek antidiare pada hewan percobaan. Data
dianalisis secara ANOVA (analisis variasi) menggunakan program SPSS (Statistical Product and
Service).
laboratorium farmakologi.....
3.2.1 Populasi
Tanaman Daun senduduk (Melastoma malabatharicum L) yang diambil dari Kecamatan
3.2.2 Sampel
Tanaman Daun senduduk (Melastoma malabatharicum L) yang diambil dari Kecamatan
a. Variable bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak daun senduduk, etanol 96%, aquades,
b. Variable terikat dalam penelitian ini adalah pada penyembuhan penyakit diare.
3.4.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kandang hewan percobaan, sarung
tangan, tempat air minum dan makan hewan, timbangan analitik, erlenmeyer, toples, corong,
botol coklat, aluminium foil, ayakan mesh 65, jarum suntik, rak tabung, tabung reaksi, labu ukur,
gelas ukur, Erlenmeyer, cawan, refluks, frezer drayer, vakum evaporator, hot plate, waterbath,
gunting, kertas saring, oral sonde, spatula, perkamen, mortir dan stamper.
3.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu dalam penelitian ini adalah bahan tumbuhan, kimia dan
bakteri. Bahan tumbuhan yang digunakan adalah daun senduduk (Melastoma Malabathricum
L.), bahan kimia yang digunakan yaitu etanol 96%, air suling, natrium carboxy methyl cellulose
(Na CMC) dan loperamide HCl dan penginduksi menggunakan minyak jarak .Hewan
Hewan coba ini sebelumnya telah diadaptasi selama 2 seminggu. Hewan dipelihara
didalam kandang diberi pakan dan minum. Satu minggu sebelum pengujian, hewan percobaan
dirawat dipeliharadengan sebaik baiknya pada kandang yang mempunyai vertilisasi yang baik
persetujuan etik penelitian dari komisi etik Peneltian Hewan Fakultas MIPA-USU (Animal
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk
memperoleh data yang dibutuhkan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah observasi eksperimental. Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
dua cara yaitu mengamati dan melakukan pencatatan hasil secara teliti.
simplisia daun senduduk dilakukan pada pagi hari karena belum banyak terjadi penguapan
sehingga daun masih segar. Bagian yang diambil adalah bagian daun yang tidak terlalu tua, yaitu
daun yang dekat dengan pucuk sekitar 5-8 ke bawah pucuk. Daun hasil panen langsung
dipisahkan dari ranting, bunga dan buah senduduk. Daun dicuci dengan air bersih yang mengalir
sebanyak 2-3 kali kemudian ditiriskan dalam keranjang serta dianginkan. Pengeringan dilakukan
untuk mengawetkan daun, mempertahankan mutu dan mengurangi kadar air. Pengeringan bahan
bisa dengan penjemuran langsung dimana bahan ditutup dengan kain hitam atau dengan
selama 4-5 jam yaitu, sampai daun benar-benar kering,yaitu saat diremas akan berbunyi. Daun
senduduk diblender untuk dijadikanserbuk kasar simplisia yang memiliki bentuk seperti butiran
kasar dengan warna coklat kehjauan, berbau aromatis kuat dengan rasa kelat, diayak
3.6.3Pembuatan sampel
Sampel daun senduduk (Melastoma malabatharicum L)yang telah kering ditimbang
sebanyak 100 gram dimasukkan ke dalam wadah maserasi, dibasahi dengan pelarut etanol 96%
hingga semua simplisia terbasahi, diaduk kemudian ditambahkan kembali etanol hingga batas
pelarut 2 cm di atas simplisia. Wadah maserasi ditutup dan disimpan selama 2 x 24 jam di tempat
yang terlindung dari sinar matahari. Selanjutnya disaring, dipisahkan antara ampas dan filtrat.
Kemudian dilakukan remaserasi selama 2 x 24 jam, lalu dipisahkan antara ampas dan filtrat
dengan caradisaring. Filtrat yang diperoleh kemudian di rotavapor dan diuapkan hingga
diperoleh ekstrak etanol yang kental. Setelah itu, ekstrak etanol dibebas etanolkan dengan
ditambahkan 5 tetes air suling kemudian dipanaskan diatas penangas sampaimenguap hingga
diperoleh ekstrak daun senduduk (Melastoma malabatharicum L). Ekstrak yang diperoleh
laruan kloal hidrat di atas objek kaca, kemudian diatasnya diletakkan serbuk simplisa, lalu
penetapan kadarair, penetagan kadar abu total pemeriksaan kadar abu yang tidak larut dalam
asam, penetapan kadar sari yung larut dalam etanol dan penetapan kadar sari yang larut dalam air
(Ditjen, 1995).
a. Penjenuhan Toluen
Sebanyak 200 ml toluen dan sebanyak 2 ml air suling dimasukkan kedalam labu alas
bulat, dipasang alat penampung dan pendingin, kemudian didestilasi selama 2 jam Destilasi
dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit kemudian volume air dalam tabung penerima
Masukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama kedalam labu alas bulat
yang berisi toluen yang telah dijenuhkan, kemudian hati hati selama 15 menit. Setelah toluen
mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes untuk tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi,
kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampui 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi,
bagian dalam pendingin dibilas dengan toluene. Destilasi dilanjukan selama 5 menit, kemudian
tabung penerima dibiarkan dingin pada suhu kamar, setelah air dan toluen memisah sempuna,
volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. selisih kedua volume air dibaca sesuai dengan
kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen
dan kloroform (2,5 kloroform dalam air, sampai 100 ml dalam labu tersumbat sambil sesekali
dikocok selama 6 jam pertama kemudian dibiarkan selama 18 jam. Disaring sampai 20 ml
diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasarkan rata dan telah ditara, sisanya
dipanaskan pada suhu 1050C sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam air dihitung terhadap
etanol 96% dalam labu tersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian
dibiarkan selama 18 jam . Disaring, ambil 20 ml diuapkan sampai kering dalam cawan
berdasarka rata yang telah ditara, etanol dihitung terhadap bahan yang telah dikerigkan (Ditjen,
POM, 1995).
dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar
perlahan-lahun, kemudian naikkan suhu secara bertahaphingga 6000C sampai arang habis, jika
arang masih tidak dapat dihilangkan, ditambah air panas, saring melalui kertas saring bebas abu.
Pijarkan sisa dari kertas saring dalam krus yang sama. Masukkan filtrat kedalam krus, uapkan
pijarkan hinga bobot setap, timbang, Kadar abu dihitung dalam bahan yang telah dikeringkan
klorinda 2 N selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui
kertas saring bebas abu dan dicuci dengan air panas. Dipijarkan kemudian di dinginkan dan
ditimbang sampai bobet tetap Bobot abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan
Pada Besi (III) Klorida 10% B/V, sebanyak 10 gr besi (III) klorida dilarutkan dalam air
dengan air suling hingga diperoleh 100 ml larutan (Depkes RI, 1995)
3.9Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia serbuk simplisia diawali dengan pemeriksaan uji organoleptis; serbuk
simplisia diambil sedikit, dilakukan uji organoleptis yaitu bau, rasa dan warna, kemudian
dilanjutkan dengan pemeriksaan ekstrak meliputi pemeriksaan senyawa golongan tannin,
diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 mllarutan dan ditambahkan 1-2
tetes pereaksi besi (III) klorida 1%. Jika terjadi warna biru kehitaman atau hijau kehitaman
menit, disaring panas-panas melalui kertas saring. Filtrat diencerkan dengan 10 ml air suling,
setelah dingin ditambahkan 5 ml petroleum eter, dikocok hati-hati, lalu didiamkan sebentar.
Lapisan metanol diambil, diuapkan pada temperatur 400C, sisanya dilarutkan dalam 5 ml
etilasetat, disaring. Filtratnya digunakan untuk uji flavonoid dengan cara berikut:
a) Sebanyak 1 ml filtrat diuapkan sampai kering, sisa dilarutkan dalam 2 ml etanol 96%,
lalu ditambah 0,5 g serbuk Zn dan 2 ml asam klorida 2 N. Didiamkan selama 1 menit. Kemudian
ditambahkan 10 tetes asam klorida pekat. Jika dalam waktu 2-5 menit terjadi warna merah
b) Sebanyak 1 ml filtrat diuapkan sampai kering, sisa dilarutkan dalam 1-2 mletanol 96%,
lalu ditambah 0,1 g serbuk Mg dan 10 tetes asam klorida pekat. Jika terjadi warna merah jingga
sampai warna merah ungu menunjukkan adanya flavonoid. Jika terjadi warna kuning jingga
3.9.3Identifikasisaponin
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 menit. Jika
terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan buih tidak hilang
dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin (Ditjen POM,1995).
jam, disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap dan pada sisanya ditambahkan pereaksi
Liebermann-Burchard melalui dinding cawan. Apabila terbentuk warna ungu atau merah yang
berubah menjadi biru ungu atau biru hijau menunjukkan adanya triterpenoid/steroid (Ditjen
POM, 1995).
HCl sebagai pembanding, suspensi ekstrak etanol daun senduduk sebagai bahan uji dan sebagai
indukator.
panas (suhu 70°C) sambil diaduk hingga terbentuk larutan koloidal dan dicukupkan volumenya
mg. Kemudian serbuk loperamid dilarutkan dalam 100 ml larutan koloidal Na-CMC 1% lalu
ekstrak etanol daun senduduk lalu ditambahkan suspensi CMC 1% sedikit demi sedikit sambil
digerus homogen, lalu diencerkan dengan suspensi CMC 1% hingga 50 ml. Disetiap melakukan
penelitian, suspensi ekstrak daun sendudukdibuat baru dengan konsentrasi yang sama.
bobot badan 150-200 g.Dua minggu sebelum pengujian dilakukan, hewan percobaan harus
dipelihara dan dirawat dengan sebaik-baiknya pada kandang yang mempunyai ventilasi baik dan
selalu dijaga kebersihannya. Hewan yang sehat ditandai dengan pertumbuhan normal dan suhu
badan normal (Depkes, 1979). Tikus jantan dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan, tiap
kelompok terdiri dari 5 ekor tikus jantan yang ditentukan secara acak. Kelompok 1 sebagai
negatif.
Setelah pemberian sediaan, tikus dibiarkan selama 30 menit. Selanjutnya, tikus dari
semua kelompok diberikan olium ricini tikus putih jantan diletakkan ke dalam kandang plastik
dengan alas kertas saring yang sebelumnya telah ditimbang. Diamati frekuensi diare, durasi diare
Data dianalisis secara ANOVA (analisis variasi) menggunakan program SPSS (Statistical