Anda di halaman 1dari 5

1.

Pengertian TOGA

Asuhan mandiri adalah upaya yang dilakukan oleh manusia untuk mengetahui maslaah
kesehatan ringan yang dikeluhkan ataupun untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran bagi
diri sendiri an keluarga ahar tidak mudah jatuh sakit.
Asuhan mandiri kesehatan tradisional adalah pengobatan yang dilakukan dengan
menggunakan obat tradisional dalam hal ini metode uang dilakukan dengan pemanfaatan
tanaman obat keluarga (TOGA) dan Pijatan Akupresur.
TOGA yaitu sekumpulan tanaman berkhasiat obat untuk kesehatan keluarga yang ditata
menjadi sebuah taman dan memiliki nilai keindahan.

dimaksudkan agar masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan dengan cara yang murah,
mudah, aman dan nyaman. Oleh karena itu TOGA diharapkan dapat menunjang kesehatan,
kesejahteraan, keindahan lingkungan, pelestarian tanaman dan budaya, mengurangi kebutuhan
rumah tangga sehari-hari, dan dapat juga sebagai sumber penyedia bahan baku obat
tradisional.
2. Fungsi TOGA (Keguanaan)
Fungsi TOGA yaitu sebagai berikut:
a.Sebagai sarana mendekatkan tanaman obat kepada masyarakat untuk upaya kesehatan
mandiri.
b.Sebagai pendayagunaan tanaman obat yang dapat diarahkan untuk upaya peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif).
c.Melestarikan budaya pengobatan tradisional sebagai warisan leluhur dengan memanfaatkan
tanaman yang berkhasiat.
3. Manfaat TOGA (Untung)
Manfaat TOGA yaitu sebagai berikut:
a.TOGA mempunyai manfaat sebagai upaya kesehatan preventif (pencegahan penyakit),
promotif (peningkatan kesehatan), kuratif (penyembuhan penyakit) dan rehabilitatif
(pemulihan kesehatan).
b.TOGA mempunyai manfaat sebagai mendukung menciptakan kesehatan dan kesejahteraan
keluarga antara lain sebagai sarana untuk (1) memperbaiki status gizi keluarga, (2)
menambah penghasilan keluarga, (3) meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman, (4)
melestarikan tanaman obat dan budaya bangsa.
4. Sasaran dan Lokasi TOGA
a. Sasaran
Perorangan, keluarga, dan kelompok masyarakat, contohnya lingkungan sekolah, pramuka,
karang taruna, asosiasi pengobat tradisional, TP-PKK, desa siaga.
b. Lokasi
Sesuai namanya TOGA dapat dimulai dari halaman rumah, kebun, ladang, selain itu dapat
dilakukan di halaman sarana umum seperti: sekolah, puskesmas/rumah sakit, gedung balai
desa/kantor kelurahan, gedung pertemuan dan lahan lain yang dapat dimanfaatkan. Untuk
daerah perkotaan, dimana sulit untuk memiliki rumah dengan halaman atau pekarangan yang
memadai, TOGA dapat dibuat dengan menggunakan pot, poli bag, ember dan bahan lain yang
cocok untuk pot.
B. Pengenalan Tanaman Obat pada TOGA
5. Jenis-jenis Tanaman Obat
Jenis tanaman obat yang banyak ditanam di dalam TOGA secara umum sudah banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat. Penamaan jenis tanaman obat dengan menyertakan nama
ilmiah (latin) selain nama nasional dan nama lokal dimaksudkan agar antara tanaman obat yang
satu dengan lainnya tidak tertukar. Nama contoh jenis tanaman obat yang dapat ditanam di
dalam TOGA dapat dilihat di Tabel Lampiran 1.
6. Pertelaan Tanaman Obat
Pertelaan tanaman obat adalah menerangkan atau menyebutkan ciri-ciri morfologi bagian
tanaman seperti batang,daun, bunga, buah dan biji dari setiap jenis tanaman obat. Hal ini
penting untuk diketahui, karena dengan menyebutkan ciri-ciri tersebut sehingga
antara bagian tanaman yang satu terhadap bagian tanaman dari jenis tanaman obat lainnya
tidak tertukar.
Contoh berdasarkan penampang batang yaitu bulat dan pipih. Berdasarkan bentuk daun,
dibedakan berbentuk bulat, berbangun perisai, lonjong, jorong, dan lanset. Bentuk pangkal
daun yang berlekuk (berbentuk jantung, ginjal) dan tidak berlekuk (bulat telur, nsegi tiga, belah
ketupat). Berdasarkan tulang daun, menyirip, menjari, melengkung, dan lurus/sejajar.
Berdasarkan letak bunga dibedakan menjadi bunga terminal bila letaknya di ujung cabang atau
ujung batang; dan bunga aksiler apabila bunga terletak di ketiak daun. Bentuk dasar bunga
yang biasa dijumpai adalah bentuk rata, kerucut, cawan, dan mangkuk. Buah dibedakan buah
semu dan buah asli, berbuah buni dan batu. Biji mempunyai bentuk yang bermacam-macam,
misalnya menyudut, ginjal, bulat, memanjang, bulat telur dan lain-lain. Tanaman obat berumah
satu dan berumah dua. Tanaman obat mempunyai biji monokotil dan dikotil, tanaman obat
berakar serabut dan tunggang. Tanaman obat penghasil umbi, rimpang,
akar (radix), daun, kulit batang, bunga, buah dan biji.
7. Kandungan dari Tanaman Obat
Kandungan bahan kimia berkhasiat obat diharapkan dapat sebagai pedoman pemanfaatan
dalam pelayanan kesehatan masyarakat (Tabel Lampiran). Kandungan bahan kimia di dalam
tanaman obat adalah banyak macamnya.

Pokok Bahasan 3
C. Budidaya dan Pengelolaan Pascapanen Primer Tanaman Obat
8. Lingkungan Tempat Tumbuh
Lingkungan tumbuh tanaman mempengaruhi terhadap bahan baku yang dihasilkan baik dilihat
dari kuantitas dan kualitas. Setiap jenis tanaman mempunyai tingkat toleransi yang berbeda
terhadap kondisi lingkungan tumbuhnya. Faktor lingkungan tumbuh yang optimal pada setiap
jenis tanaman akan mempunyai dampak yang optimal terhadap tingkat produktivitas, terutama
kandungan bahan aktif dari tanaman tersebut dan mutu yang dihasilkan. Tanaman obat yang
akan ditanam dalam TOGA harus disesuaikan dengan lingkungan tumbuhnya (tabel). Faktor
lingkungan tumbuh yang banyak berpengaruh dan saling berkaitan terhadap produktivitas dan
mutu tanaman obat antara lain adalah ketinggian tempat, curah hujan, tingkat naungan
(intensitas cahaya), dan jenis/tingkat kesuburan tanah
a. Ketinggian Tempat
Penyebaran tanaman obat di Indonesia dimulai dari daerah pantai dengan kondisi tanah
kering berpasir, berbatu, tanah regosol berpasir hingga ketinggian 4.000 mdpl (Tabel
Lampiran). Banyak ditemukan jenis-jenis tanaman obat pada setiap lingkungan tumbuh
tersebut. Ketinggian tempat berkaitan erat dengan suhu udara & suhu tanah, dan aktivitas
fotosintesis. Setiap jenis tanaman mempunyai toleransi yang berbeda terhadap kondisi
tersebut. Kita tidak dapat memaksakan suatu jenis tanaman ditanam pada bukan lingkungan
tumbuhnya, kita cukup memilih tanaman obat yang dikehendaki untuk membentuk TOGA
pada lokasi budidaya
yang sesuai lingkungan tumbuhnya. Sebagai contoh tanaman obat kayu angin, adas,
purwoceng hanya dapat tumbuh di ketinggian tempat di atas 1.000 mdpl, jangan paksakan
untuk ditumbuhkan di bawah ketinggian tempat 500 mdpl. Ketinggian tempat berkaitan erat
dengan suhu udara, tanaman jahe tumbuh optimum pada suhu 25- 300 C, suhu di atas 350
C daun akan hangus dan mengering. Sehingga jahe tumbuh baik di ketinggian 300-900 mdpl,
sedangkan kencur dan lidah buaya tumbuh baik di dataran rendah. Tanaman merupakan
mesin biologis, kemampuan produksinya diatur dan disesuaikan dengan struktur sel, jaringan
dan organnya yang telah terbentuk sesuai dengan lingkungan tumbuhnya, termasuk
kesesuaian terhadap suhu lingkungan yang dipengaruhi oleh ketinggian tempat.
b. Curah Hujan
Jumlah curah hujan menggambarkan keberadaan air sebagai penopang kehidupan tanaman.
Tanaman tidak dapat tumbuh tanpa air, terlihat bahwa jaringan tanaman sebagian
besar adalah air, lebih kurang 95% kandungan airnya. Sehingga tanaman yang kekurangan
air dapat menghambat pertumbuhan dan menurunkan produktivitas tanaman. Tanaman obat
sebagian besar tumbuh liar, di semak-semak, di padang rumput, di pematang sebagai gulma,
adaptasinya terhadap kekurangan air kadang-kadang lebih besar. Tanaman obat jahe,
kencur, kumis- kucing, tempuyung, katuk, hampir sumuanya di tanam pada lahan tegalan,
tadah hujan. Tanaman obat jahe dan temu-temuan lainnya memerlukan bulan basah 7-9
bulan, namun masih dapat tumbuh baik di iklim yang mempunyai bulan basah diatas 9 bulan
menurut Oldeman (1975). Tumbuhan herba seperti kumis kucing, tapak dara, tempuyung
tumbuh baik pada tipe iklim dengan bulan basah 7–9 hingga bulan basah hanya 5-6 bulan.
Untuk tanaman cabe jamu dan kemukus termasuk tanaman yang dapat tumbuh di daerah
kering pada tipe iklim dengan bulan basah 4–6 bulan. Berdasarkan hasil penelitian, pada
tanaman umbi, dalam kondisi kekurangan air justru kandungan zat aktif berkhasiat
obatnya meningkat, walaupun terjadi penurunan produktivitas mherbanya, contohnya pada
tanaman pegagan dan pada tanaman tempuyung (Rahardjo et al., 2000). Untuk itu disarankan
upaya peningkatan mutu kandungan zat berkhasiat pada tanaman obat penghasil
herba,penanamannya diarahkan ke daerah tipe iklim kering dengan bulan basah 5–6 bulan,
bahkan sampai ke daerah sangat kering dengan bulan basah 3–4 bulan. Atau dapat juga TO
dikembangkan pada tipe iklim basah dengan bulan basah antara 7–9 bulan, akan tetapi waktu
panennya dilakukan pada musim kemarau, atau pada saat tanaman menjelang berbunga.
c. Tingkat Naungan
Semua tanaman obat memerlukan sinar matahari untuk
aktivitas fotosintesisnya, walaupun setiap jenis tanaman
mempunyai toleransi yang berbeda. Berlaku hampir untuk
semua tanaman, apabila jumlah sinar yang diterima berkurang
sampai pada tingkat tertentu maka produktivitas dan mutunya
menurun. Banyak jenis-jenis tanaman obat yang dapat tumbuh
di bawah tegakan kayu atau tanaman keras, biasanya TO ini
termasuk tanaman jenis perdu, herba dan sebagai gulma.

Budidaya tanaman obat juga sering dilakukan dengan cara


tumpang sari. Contohnya TO tempuyung ditanam bersamaan
dengan tanaman lain yang lebih tinggi, hingga tingkat
naungannya mencapi 50%. Sehingga untuk tanaman tertentu
masih layak ditanam di bawah tegakan hingga ternaungi 50%
atau ditumpangsarikan dengan tanaman lain yang lebih tinggi.
Tanaman jahe gajah masih toleran mendapat naungan sampai
25%, sedang untuk jahe emprit dan merah mampu ternaungi
hingga 40% (Januwati dan Yusron, 2002). Sedangkan
tanaman pegagan masih mampu ternaungi hingga 55% dan
mutunya akan menurun setelah mendapat naungan 75%.
Pembentukan TOGA dapat memadukan antara satu jenis
tanaman yang berbatang tinggi dengan tanaman obat lainnya
yang berbatang pendek atau menjalar. Sehingga terbentuklah
TOGA yang serasi dan berestetika.

d. Jenis dan Tingkat Kesuburan Tanah


Jenis dan tingkat kesuburan tanah merupakan salah satu
faktor penentu terhadap tingkat produktivitas dan mutu
tanaman obat. Tanaman obat penghasil rimpang dari
famili Zingiberaceae (jahe, kencur, temu putih, dan temutemuan lainnya) dan penghasil umbi dari
famili Umbiliferae
(purwoceng) memerlukan tanah yang gembur disamping
subur. Budidaya tanaman obat pada famili ini memerlukan
bahan organik relatif tinggi.
Untuk pembentukan rimpang dan umbi diperlukan tanah yang
gembur, fraksi pasirnya cenderung lebih tinggi atau seimbang
dibandingkan fraksi liatnya. Kebutuhan bahan organik yang
relatif tinggi selain untuk menjaga kelembaban, suhu, aerasi
tanah, juga diperlukan untuk meningkatkan kesuburan tanah.
Perkembangan rimpang dan umbi perlu kelembaban dan
suhu yang stabil dan aerasi tanah yang baik.
Selain penghasil rimpang dan umbi, terdapat tanaman obat
penghasil daun (jambu bijidan daun ungu), herba (batang,
ranting & daun) contohnya kumis kucing, tempuyung,
sambiloto,TO menghasilkan kulit kayu (kina), biji (adas), buah
(mengkudu). Kebutuhan adaptasi TO jenis tersebut terhadap
media tumbuh (jenis tanah) relatif lebih luas, dari kondisi tanah
yang gembur hingga tanah yang relatif agak berlempung,
dapat tumbuh pada jenis tanah yang kandungan liatnya relatif
lebih tinggi dibandingkan kandungan pasirnya.
Untuk memenuhi kebutuhan hara yang seimbang dan
optimal, perlu upaya pemupukan. Pada akhir-akhir ini muncul
pertanian organik untuk memperoleh produk yang higienis dan
menghindari pencemaran lingkungan. Budidaya tanaman obat
pada umumnya tidak perlu menggunakan pupuk anorganik
dan penggunaan pestisida sintetik.
Tanah sebagai media tumbuh, penyedia hara tanaman,
kadang-kadang di lain pihak juga penyedia zat-zat yang tidak
diinginkan. Beberapa daerah-daerah tertentu kandungan
logam beratnya cukup tinggi, sebagai contoh pada lokasi
penambangan timah dan emas. Tanaman obat yang ditanam
pada lokasi tersebut kandungan logam beratnya akan tinggi,
sehingga sebagai bahan baku obat tidak boleh dipergunakan.
Lokasi penanaman tanaman obat yang mempunyai potensi
tercemar logam berat juga terjadi pada area yang dekat
dengan jalan raya yang padat kendaraan. Sisa pembakaran
dari kendaraan dapat mencemari tanaman obat sekitarnya,
terutama yang terkandung di dalam daun. Sehingga hindarilah
budidaya tanaman obat pada lokasi tersebut. Lingkungan
tumbuh tercantum pada Tabel Lampiran.

e. Penataan TOGA
Dalam pengembangan TOGA perlu diperhatikan penataan dari berbagai tanaman yang akan
ditanam, sehingga terlihat serasi, indah dan bernilai estetika sebagai taman. Penataan dalam
penanaman tanaman obat dapat didasarkan pada :
1) Fisik tanaman (tanaman yang tumbuh tinggi, sedang dan rendah);
2) Warna daun (hijau, ungu, kuning, merah);
3) Bentuk daun (besar, kecil, bulat dan panjang);
4) Khasiatnya (sebagai obat batuk, obat pilek, obat diare dan sebagainya);
Kegunaan lainnya (sebagai bumbu masak, sayuran dan
lalapan); Penataan TOGA dapat dipadukan dengan tanaman
buah-buahan, sayuran, tanaman hias bahkan tanaman
perkebunan yang mempunyai fungsi sebagai obat.

Pokok Bahasan
Cara pembuatan ramuan untuk asuhan mandiri
9. Hygiene sanitasi
Cara meramu adalah sebuah pekerjaan yang menggunakan tangan
dan alat ketika mencampurkan bahan-bahan yang berasal dari tanaman
obat. Sehingga diperlukan hygiene sanitasi terhadap bahan ramuan dan
peralatan yang digunakan serta peramunya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum membuat ramuan

a. Bahan Ramuan
 Cuci bersih seluruh bahan ramuan dengan air bersih dan mengalir
 Tiriskan bahan ramuan dengan wadah yang bersih
 Rajang bahan ramuan sesuai kebutuhan

b. Peralatan
 Peralatan yang digunakan harus bersih dan kering
 Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya
 Cuci bersih dan keringkan peralatan setelah digunakan
 Simpan di dalam lemari perkakas

c. Peramu
 Kondisi fi sik peramu harus dalam keadaan sehat
 Cuci tangan dengan cara yang benar sebelum meramu
 Gunakan masker, tutup kepala dan celemek
 Selalu cuci tangan setiap penggantian tahapan proses pembuatan
ramuan

Penyiapan Bahan Baku (Simplisia) : Takaran dan Ukuran


Yang dimaksud bahan ramuan adalah bahan yang digunakan dalam
bentuk simplisia segar atau kering. Sebelum membuat ramuan harus
dipastikan bahwa tidak menggunakan tanaman yang salah, dapat
memberikan efek yang tidak diinginkan atau keracunan. Memilih bahan
ramuan dari akar, rimpang, umbi, kulit batang, batang kayu, daun, bunga,
buah atau seluruh tanaman (herba) harus perhatikan, yang dipilih adalah:
a. Berwarna cerah.
b. Yang telah tua/masak sempurna dan dalam keadaan segar, buah
tidak keriput. Kulit batang tidak retak.
c. Pilih yang masih utuh dan tidak rusak oleh serangan ulat atau hama
dan penyakit tanaman lainnya.
d. Tidak terserang hama dan yang tidak bercendawan atau berjamur
atau akar yang berlumut.
e. Tidak memilih buah, daun bunga, kulit umbi yang telah berubah warna
atau layu.

1. Penyiapan alat
Peralatan adalah alat/perkakas yang digunakan untuk membuat ramuan.
Jenis peralatan antara lain :
a. Periuk (kuali) dari tanah liat atau panci dari bahan gelas/kaca atau
stainless steel.
b. Pisau atau spatula/pengaduk yang terbuat dari bahan kayu
c. Saringan dari bahan plastik atau nilon.
Jangan menggunakan peralatan dari bahan alumunium atau timah,
tembaga karena dapat bereaksi dengan bahan kimia tertentu
dari bahan tanaman yang dapat meracuni (menjadi toksik) dan
mengurangi khasiat tanaman obat tersebut.
2. Cara Pembuatan
a. Beberapa teknik membuat ramuan untuk dikonsumsi :
1) Rebusan/Godogan
Adalah proses penyarian dengan cara merebus bahan ramuan
dengan air sampai mendidih menggunakan api kecil.
2) Seduhan
Adalah proses mencampur bahan ramuan dengan air panas
3) Perasan
Adalah proses penyarian dengan teknik perasan
b. Beberapa teknik membuat ramuan untuk pemakaian luar :
1) Tapal
2) Balur
3) Oles
4) Mandi
c. Beberapa teknik membuat ramuan untuk penguapan :
1) Ratus
2) Sauna

Hal-hal yang harus diperhatikan :


 Jika merebus sebaiknya menggunakan api kecil.
 Alat-alat yang digunakan harus bersih.
 Biasanya dalam merebus simplisia herba, air disisakan menjadi
setengahnya, misalnya air 2 gelas disisakanmenjadi 1 gelas.
 Jika herba berupa teh atau simplisia yang harus diseduh, maka
menggunakan air dengan suhu 80 derajat.
 Masukan bahan ramuan yang mengandung minyak atsiri setelah mau
diangkat dan ditutup, untuk ramuan yang bentuk kayu masukan diawal
agar zat obat dapat keluar dengan maksimal

Catatan Penting !
3. PILIH JENIS TANAMAN YANG TEPAT SESUAI RESEP
4. PADA SAAT AKAN MERAMU BAHAN, HARUS DICERMATI KOMPOSISI
BAHAN.
5. TAKARAN HARUS SESUAI PETUNJUK, JANGAN DITAMBAH ATAU
DIKURANGI.
6. PADA SAAT MEREBUS HARAP DIPERHATIKAN APINYA, JANGAN
TERLALU BESAR. PERHATIKAN PULA ALAT REBUSAN, SEBAIKNYA
BERBAHAN TANAH LIAT.
7. REBUS RAMUAN DENGAN API KECIL.
8. RUJUKAN KE DOKTER DIPERLUKAN JIKA PASIEN TIDAK ADA
KEMAJUAN SETELAH MENGKONSUMSI RAMUAN DALAM WAKTU
YANGTELAH DITENTUKAN. JANGAN LUPA DOSIS PEMBERIAN
HARUS DIPENUHI SESUAI ANJURAN.

Anda mungkin juga menyukai