Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati.
Plasma nutfah tumbuhan mempunyai fungsi dan peranan yang penting bagi
kehidupan dan penghidupan manusia. Tanaman-tanaman lokal Indonesia sudah
dikonsumsi masyarakat Indonesia secara turun temurun. Tanaman-tanaman
tersebut dikonsumsi untuk pangan ataupun untuk kebutuhan obat.
Masyarakat Indonesia sudah lama memanfaatkan berbagai tanaman untuk
pengobatan. Tanaman biasanya digunakan menjadi ramuan-ramuan tertentu.
Secara tradisional tanaman tanaman tersebut diolah menjadi obat tradisional
atau jamu. Saat ini tanaman-tanaman obat tersebut berkembang sangat pesat.
Tanaman-tanaman obat dikembangkan dan dikemas menjadi obat-obatan modern
dalam dunia kedokteran. Selain itu, tanaman-tanaman tersebut dikembangkan
untuk terapi-terapi kesehatan. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa tanamantanaman tersebut memiliki kandungan-kandungan senyawa bioaktif untuk
mencegah dan mengobati penyakit-penyakit tertentu .
Tanaman yang bermanfaat sebagai tanaman obat ini sangat beragam.
Keragaman tersebut baik secara keragaan tanaman maupun sifat-sifat tumbuhnya.
Kebutuhan lingkungan tumbuh satu tanaman akan berbeda dari satu tanaman yang
lainnya. Sehingga aspek-aspek ekologi dari komponen biotik maupun abiotik serta
cara budidaya tanaman harus diperhatikan agar tanaman mampu tumbuh dengan
baik dan optimal.
Tujuan
Mengenal dan mendeskripsikan berbagai jenis tanaman obat, komponen
biotik dan abiotik pada ekosistem tanaman obat serta teknik budidaya yang
diterapkan untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum dapat diketahui bahwa tidak kurang dari 82% dari total
spesies tumbuhan obat hidup di ekosistem hutan tropika dataran rendah pada
ketinggian di bawah 1000 meter dari permukaan laut. Tumbuhan dapat digunakan
sebagai obat-obatan karena tumbuhan tersebut menghasilkan suatu senyawa yang
memperlihatkan aktifitas biologis tertentu. Senyawa aktif biologis itu merupakan
senyawa metabolit sekunder yang meliputi alkaloid, flavonoid, terpenoid dan
steroid (Tjahjohutomo 2001).
Tanaman obat tradisional merupakan tanaman yang dapat dipergunakan
sebagai obat, baik yang sengaja ditanam maupun tanaman yang tumbuh secara
liar. Tanaman tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk diramu dan disajikan
sebagai obat guna penyembuhan penyakit. Secara umum di dalam tumbuhan obat
(rimpang, akar, batang, daun, bunga, dan buah) terdapat senyawa aktif seperti
alkaloid, fenolik, tripenoid, minyak atsiri, glikosida dan sebagainya yang bersifat
antiviral, anti bakteri serta imunomodulator. Komponen senyawa aktif tersebut
berguna untuk menjaga kesegaran tubuh serta memperlancar peredaran darah
(Chasanah 2013). Efek samping dari penggunaan obat tradisional relatif kecil jika
digunakan secara tepat. Ketepatan tersebut meliputi kebenaran bahan, ketepatan
dosis, ketepatan waktu penggunaan, dan ketepatan cara penggunaan, serta
ketepatan dalam menerjemahkan informasi tentang penggunaan obat tradisional.
Kumis kucing dikenal sebagai tanaman yang dimanfaatkan untuk obatobatan. Pemanfaatan daun kumis kucing sebagai obat dapat berupa daun kering
atau basah. Di indonesia daun kering kumis kucing digunakan sebagai obat
untuk melancarkan pengeluaran air kemih sedangkan di India digunakan
sebagai obat rematik. Dalam dunia farmasi khasiat kumis kucing sangat
beragam selain manfaat tersebut di atas. Kumis kucing bermanfaat untuk
memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik), rematik, batuk, encok, demam,
sembelit, sakit pinggang (Dalimarta 2003). Selain itu, kumis kucing dapat
mengobati radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, infeksi saluran kencing
(Cystitis), albuminuria, syphilis, hipertensi, amandel, keputihan, batu kantung
empedu, menstabilkan gula darah, radang prostat, dan asam urat (Arief 2005).
Tanaman kumis kucing ini bisa dimanfaatkan dengan cara-cara tradisional
(jamu) atau modern (pil atau kapsul).
Tanaman kumis kucing membutuhkan lingkungan yang ideal untuk
pertumbuhannya. Tanaman kumis kucing tumbuh pada ketinggian 500 1.200
mdpl. Tanaman kumis kucing menghendaki iklim dengan curah hujan lebih
dari 3000 mm/tahun, sinar matahari penuh tanpa ternaungi, kelembaban sedang
dan suhu udara 28 0C 34 0C. Tanaman kumis kucing membutuhkan kondisi
tanah yang gembur, subur, banyak mengandung bahan organik. Tanah andosol
dan latosol sangat baik untuk budidaya tanaman kumis kucing. Kemasaman
tanah (pH) yang dikehendaki antara 5 7. Tata air dan udara dalam sistem
budidaya harus baik (Rukmana 2000).
Kumis kucing banyak mengandung senyawa-senyawa bioaktif yang
berguna dalam pengobatan. Daun kumis kucing mengandung minyak atsri 0,02
0,06 % yang terdiri atas 60 macam sesquiterpens dan senyawa fenolik.
Sebesar 0,2% flavonoid lipofil dengan kandungan utama sinensetin, eupatorin,
skutellarein, tetrametil eter, salvigenin, rhamnazin; glikosida flavonol, turunan
asam kafeat (terutama asam rosmarinat dan asam 2,3-dikaffeoil tartarat ),
metilripariokromen A, saponin serta garam kalsium (3%) dan myoinositol
4,9,13). Hasil ekstraksi daun dan bunga kumis kucing ditemukan
metilripariokromen A atau 6-(7,8-dimetoksietanon).
Selain senyawa-senyawa tersebut, kumis kucing juga mengandung
senyawa-senyawa golongan flavonoid, seperti sinensetin ( 5,6,7,3',4'pentametoksi flavon), tetrametilskutellarein (5,6,7,4'-tetra metoksi flavon), 5hidroks i 6,7,3',4' tetrametoksi flavone, Salvigenin (5-hidroksi-6,7,4'-trimetoksi
flavon), Kirsimaritin (5,6-dihidroksi-7,4'-dimetoksi flavon), Pilloin (5,3dihidroksi-7,4-dimetoksi flavon), dan Rhamnazin (3,5,4'-trihidroksi-7,3'dimetoksi flavon).
2. Cincau hijau (Premna oblongifolia Merr.)
Batang tanaman cincau hijau tumbuh tegak. Tanaman berupa tanaman
perdu. Cabang tanaman muncul sejak dari pangkal batang, cabang berjumlah
banyak sehingga cukup rimbun dimana tajuk menyebar berbentuk V. Daun
tanaman berbentuk oval lonjong berwarna hijau pucat dan panjang dengan
tulang daun yang cukup besar. Daun cukup kaku dan tebal. Daun-daun tua
berwarna hijau kekuning-kuningan sampai kuning kecokalatan. Daun tanaman
ada yang bolong-bolong kemungkinan disebabkan oleh serangan hama.
Daun bawnag dayak berbenntuk lonjong dan panjang. Ujung daun runcing
dengan pangkal daun yang tumpul, pertulangan daun menyirip, warna daun
hijau. Bunga bawang dayak berbentuk tunggal, berwarna putih. Bunga bawang
dayak terlihat indah dengan 6 kelopak dan mekar pada sore hari dalam
beberapa jam (Winarto 2007). Namun sayang pada pengamatan areal display
tidak ditemukan tanaman bawang dayak yang sedang berbunga.
Lingkungan tumbuh bawang dayak di areal display dapat dilihat dari
komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik yang paling jelas yaitu adanya
petumbuhan gulma yang cukup banyak yaitu gulma-gulma golongan daun
lebar. Komponen abiotik yang ada yaitu kondisi tanah yang kering, suhu yang
tinggi, air yang kurang akibat tidak adanya hujan dalam waktu yang cukup
lama. Bawang dayak mampu bertahan dalam keadaan kekeringan akibat hujan
yang tidak kunjung turun. Bawang dayak ditanam dengan teratur. Jarak tanam
yang digunakan berukuran 20 x 20 cm.
Bawang dayak berkhasiat sebagai bahan obat untuk pencegahan dan
pengobatan penyakit. Bawang dayak dapat sebagai antikanker payudara,
mencegah penyakit jantung, immunostimulan, antinflamasi, antitumor, dan anti
bleeding agent. Bawang dayak juga digunakan sebagai tanaman hias. Hal
tersebut karena bawang dayak memiliki bunga berwarna putih yang indah
(Amanda 2014).
Bawang dayak memerlukan lingkungan yang optimum untuk mendukung
pertumbuhannya. Bawang dayak dapat tumbuh daerah pegunungan dengan
ketinggian anatara 600 2000 mdpl. Suhu yang cocok antara 18 35 0C. Tanah
yang gembur dan subur serta kaya akan humus sangat baik untuk pertumbuhan
bawang dayak. Kemasaman tanah berkisar 5,5 7,5. Aerasi dan drainase tanah
harus selalu dijaga dalam kondisi yang baik (Dalimartha 2003). Bawang dayak
tumbuh dan memberikan hasil lebih baik, jika ditanam pada lahan yang
terkena cahaya penuh dibandingkan jika ditanam pada kondisi ternaungi.
Tekstur tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman ini (jumlah anakan,
jumlah umbi dan bobot segar umbi) adalah lempung berliat atau lempung liat
berdebu (Yusuf 2009). Berdasarkan penelitian Raga et. al. (2012) menyatakan
bahwa perlakuan jarak tanam 15 x 20 cm dengan umbi utuh memberikan hasil
terbaik terhadap respon pertumbuhan.
Bawang dayak mengandung senyawa-senyawa bioaktif terutama pada
umbinya. Berdasarkan penelitian Aulia (2003) menegaskan bahwa umbi
bawang dayak mengandung senyawa terpenoid, flavonoid, antrakinon, dan
kamarin. Selain itu, senyawa bioaktif lain yang terkandung dalam umbi dayak,
yaitu alkanoid, steroid, glikosida, fenolik, saponin, triterpenoid, tannin, dan
kuinon (Galingging 2009).
4. Maja (Aegle marmelos (L.) Correa)
Maja memiliki habitus berupa pohon. Batang berkayu dan tegak dengan
tinggi sekitar 2 m. Tanaman maja dapat tumbuh mencapai tinggi 10 15 m.
Bentuk batang bulat, bercabang, berduri, dan berwarna kekuningan. Daun
tanaman maja cukup lebat dari bawah sampai ujung batang. Warna daun hijau
tua, berbentuk lonjong dengan ujung dan pangkal yang runcing. Tepi daun
bergerigi atau berlekuk tidak dalam. Tulang daun jelas. Panjang daun sekitar 4
7 cm dengan lebar 2 3,5 cm. Daun maja dapat mencapai panjang antara 4
13,5 cm. Bunga berupa bunga majemuk yang berbentuk malai. Buah berbentuk
bola, diameter 5 - 12 cm, berdaging, dan berwarna coklat. Biji berbentuk pipih
dan berwarna hitam. Akar tunggang berwarna putih kotor (BPOM RI 2008).
Lingkungan tumbuh tanaman maja dapat diamati dari komponen biotik
maupun abiotik. Daun tanaman maja terlihat beberapa yang bolong
kemungkinan disebabkan oleh hama. Jumlah gulma yang ada di areal tanaman
maja sangat sedikit hanya terlihat gulma golongan rumput yakni Axonopus
compressus. Serasah-serasah daun sangat banyak. Kompenen abiotik yang
dapat diamati yaitu kondisi tanah yang terlihat kering namun cukup lembab
dan teduh karena dinaungi oleh tajuk-tajuk tanaman maja, suhu tidak terlalu
tinggi dan cukup teduh, cahaya matahari tidak terlalu banyak karena areal
tanaman maja ternaungi oleh tanaman obat lain yang lebih tinggi. Tanaman
maja dapat bertahan dari kondisi sekitar yang kering dengan kondisi tanaman
yang maih segar. Karena bentuknya yang lebih mirip pohon memungkinkan
perakaran yang cukup dalam sehingga mampu mencari air dari daerah sekitar
yang lebih dalam.
Bagian-bagian tanaman maja dimanfaatkan sebagai bahan obat. Efek
farmakologis akar maja diantaranya mengobati demam. Kulit batang dan akar
mojo untuk obat jantung, stomakikum, dan sedatif. Daun maja untuk borok,
kudis, eksim, bisul, abortif, demam, dan radang selaput lendir hidung. Buah
maja untuk disentri dan diare, sedangkan kulit buahnya untuk pewangi (Nadiah
2014).
Tanaman maja terdapat di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Tanaman maja
dapat tumbuh pada dataran rendah hingga ketinggian 500 mdpl. Tanaman maja
dapat tumbuh di lingkungan lahan basah seperti rawa-rawa dan di lahan kering
sampai ekstrim (Anonim 2014).
Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam maja di antaranya zat lemak
dan minyak terbang yang mengandung linonen. Daging buah maja
mengandung substansi semacam minyak balsem, 2-furocoumarins-psoralen,
dan marmelosin (C13H12O). Buah, akar, dan daun maja bersifat antibiotik.
Selain itu akar, daun, dan ranting digunakan untuk mengobati gigitan ular. Akar
maja mengandung psoralen, anthotoxin, o-methylscopoletin, scopoletin,
decursinol, haplonine, dan aegelinol. Daun maja mengandung a-limonene,
56%-a-8-phellandzene, sineol, 17% cyrnene, citonellol, citiol, 5% cumin
aldehyde, alkaloids, o-(3,3-dimethylallyl)-halfordinol, n-2-ethoxy-2-(4methoxyphenyl)
ethylcinna-mide,
n-2-methoxy-2-(4-3,3-dimethyalloxy)
phennyl, ethylcinnamamide (Lambole etal 2010).
5. Mangkokan (Nothopanax scutellarium)
Tanaman mangkokan berupa tanaman perdu yang tumbuh tegak dengan
tinggi 1 3 m. Batang berkayu, bercabang, bentuk bulat, panjang dan lurus.
Batang-batang atau cabang yang diamati sebagian layu dan ada yang
mengering. Pertumbuhannya terganggu. Mungkin karena kekurangan air.
Daun tanaman mangkokan berbentuk bulat berlekuk seperti mangkok.
Tanaman ini berdaun tunggal, bertangkai, daun agak tebal. Daun berwarna
hijau kekuning-kuningan sampai kuning dan jumlah daun sedikit/tidak rimbun.
Hal tersebut kemungkinan karena kondisi kekeringan yang terlalu ekstrim.
Pertulangan daun berbentuk menyirip, dan berbentuk hijau tua (Anonim 2005).
(Mustary 2011). Kandungan senyawa yang terdapat dalam sawo manila adalah
tanin dan flavonoid.
Sawo manila banyak ditanam di daerah dataran rendah, meski dapat
tumbuh dengan baik hingga ketinggian sekitar 2500 m di atas permukaan laut.
Pohon sawo tahan terhadap kekeringan, salinitas yang agak tinggi, dan tiupan
angin keras. Sawo dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, akan tetapi
pada umumnya terdapat satu atau dua musim berbuah puncak (Juwita 2013).
KELOMPOK TANAMAN DI PEMBIBITAN
1. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)
Tumbuhan semusim, dengan tinggi 50-90 cm, cabang berbentuk segi
empat. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan bersilang, bentuk
lanset, pangkal runcing, ujung meruncing, tepi rata, permukaan atas daun
berwarna hijau tua, bagian bawah daun berwarna hijau muda, panjang 2-8 cm,
lebar 1-3 cm. Bunga tumbuh dari ujung batang atau ketiak daun, berbentuk
tabung, kecil-kecil, warnanya putih bernoda ungu. Memiliki buah kapsul
berbentuk jorong, panjang sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan ujung
tajam, bila masak akan pecah membujur menjadi 4 keping. Biji gepeng, kecilkecil, warnanya cokelat muda. Tumbuhan ini dapat dikembangbiakkan dengan
biji atau stek batang (Yuniarti 2008).
Sambiloto dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan
ketinggian 900 m di atas permukaan laut, dengan naungan jati, pinus dan
glirisidae. Sambiloto dapat hidup pada pH agak masam (dataran rendah dan
menengah) sampai masam (dataran tinggi); C organik rendah (dataran rendah)
sampai sedang (dataran menengah dan tinggi). Unsur hara di habitat sambiloto:
N sedang, P rendah, K sedang, Mg rendah, sedangkan Ca rendah sampai sangat
rendah (Pujiasmanto 2007).
Daun sambiloto bermanfaat untuk menurunkan demam tinggi dan malaria.
Selain itu, daun tumbuhan sambiloto berkhasiat untuk mengatasi hepatitis,
infeksi saluran empedu, disentri basiler, tifoid, diare, influenza, radang
amandel (tonsilitis), abses paru, radang paru (pneumonia), radang saluran
napas (Bronkitis), radang ginjal akut (pielonefritis akut), radang telinga,
kencing nanah (gonore), kencing manis (diabetes melitus), tumor trofoblas
(trofoblas ganas), serta tumor paru, kanker: penyakit trofoblas seperti
kehamilan anggur (mola hidatidosa), batuk rejan (pertusis), sesak napas (asma),
darah tinggi (hipertensi) (Yuniarti 2008). Tumbuhan sambiloto berkhasiat
sebagai obat amandel, obat asam urat, obat batuk rejan, obat diabetes melitus,
obat hipertensi, hepatitis, stroke, TBC, menguatkan daya tahan tubuh terhadap
serangan flu babi dan flu burung.
2. Torbangun (Coleus amboinicus Lour.)
Daun bangun-bangun memiliki ciri-ciri bertulang lunak, beruas-ruas,
melingkar, dengan diameter sekitar 15 mm, bagian tengah dan ujungnya sekitar
10 mm 5 mm, dapat berkembang- biak dengan mudah. Daun yang masih
segar bentuknya tebal, berwarna hijau tua, kedua permukaan daun licin. Daun
bangun-bangun termasuk dalam keluarga Lamiaceae, berkerabat dengan
kemangi, selasih dan daun mint. Berperawakan pendek yang dapat mencapai
ketinggian 50 cm, sukulen, berbatang lunak, berhelai daun tebal berbulu,
berbentuk lanset atau lonjong, ujung runcing, pangkal bentuk jantung, tepi
berbagi menyirip tidak teratur, panjang 6 - 48 cm, lebar 3 - 12 cm, warnanya
hijau muda.
Tempuyung memiliki daun tunggal, tidak bertangkai, helaian daun
berbentuk lonjong atau berbentuk lanset, berlekuk menjari atau berlekuk tidak
teratur; pangkal daun menyempit atau berbentuk panah sampai berbentuk
jantung; pinggir daun bergerigi tidak teratur; permukaan daun sebelah atas
agak kasar dan berwarna lebih pucat; panjang daun 6 cm sampai 48 cm, lebar
daun 2 cm sampai 10 cm.
Kandungan kimia yang terdapat di dalam daun tempuyung adalah ion-ion
mineral antara lain, silika, kalium, magnesium, natrium, dan senyawa organik
macam flavonoid (kaempferol, luteolin-7-O-glukosida dan apigenin-7-Oglukosida), kumarin (skepoletin), taraksasterol, inositol, serta asam fenolat
(sinamat, kumarat dan vanilat).
Khasiat yang terkandung dalam tempuyung adalah sebagai batu saluran
kencing, batu empedu, disentri, wasir, rematik goat, radang usus buntu
(apendisitis), radang payudara (mastitis), bisul, beser mani (spermatorea),
darah tinggi (hipertensi), luka bakar, Pendengaran kurang (tuli), memar
(Depkes RI 1997).
5. Daun dewa
Daun dewa tergolong tumbuhan semak yang subur pada ketinggian 0
1000 m diatas permukaan laut. Tinggi tumbuhan ini bisa mencapai 50 cm.
Daunnya tunggal bertngkai pendek berbentuk bulat telur berujung lancip.
Kedua permukaan daun berambut dengan warna putih. Warna permukaan atas
daun berwarna hijau tua, sedangkan permukaan bawah daun berwarna hijau
muda. Bunganya terletak di bagian ujung batang berwarna kuning berbentuk
bonggol.
Efek farmakologis daun dewa adalah antikoagulan (koagulan adalah zat
yang mempermudah dan mempercepat pembekuan darah), mencairkan bekuan
darah, stimulasi sirkulasi, menghentikan pendarahan, menghilangkan panas,
dan membersihkan racun. Daun dewa mengandung zat saponin, minyak atsiri,
flavonoid, dan tanin. Efek farmakologis didapatkan dari seluruh tanaman. Daun
dewa juga dapat mengatasi kejang pada anak dan beberapa jenis pendarahan.
Untuk mengatasi luka terpukul, keterlambatan datang bulan bagi wanita,
pendarahan pada wanita, pembengkakan payudara, batuk, dan muntah darah
yaitu dengan cara seluruh tanaman daun dewa ditumbuk atau direbus, lalu
airnya diminum. Bila anak-anak mengalami kejang, berikan minuman air dari
satung batang daun dewa. Bagian daunnya dapat dimanfaatkan untuk
mengatasi kulit dan tumor. Untuk mengatasi kutil, haluskan daun dan
ditempelkan pada bagian yang sakit dan biarkan hingga keesokan harinya.
Untuk mengatasi tumor, makanlah daun dewa sebagai lalapan. Untuk
mengatasi kanker, buatlah ramuan dari 30 gram daun dewa segar, 20 gram
temu putih, 30 gram jombang yang direbus dengan 600 cc air hingga tersisa
300 cc, lalu disaring dan airnya diminum.
kadang agak berambut, tangkai daun panjang sampai 50 mm, helai daun
berbentuk ginjal, lebar, dan bundar dengan garis tengah 1 7 cm, pinggir daun
beringgit sampai beringgit-bergerigi, terutama ke arah pangkal daun.
Perbungaan berupa payung tunggal atau 3 5 bersama-sama keluar dari ketiak
daun kelopak, gagang perbungaan 5 50 mm, lebih pendek dari tangkai daun.
Bunga umumnya 3, yang ditengah duduk, yang disamping bergagang pendek,
daun pelindung 2, panjang 3 4 mm, bentuk bundar telur, tajuk berwarna
merah lembayung, panjang 1-1,5 mm, lebar sampai 0,75 mm. Buah pipih, lebar
lebih kurang 7 mm dan tinggi lebih kurang 3 mm, berlekuk dua, jelas berusuk,
berwarna kuning kecoklatan, berdinding agak tebal.
Pegagan merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh menjalar dan
berbunga sepanjang tahun. Tanaman akan tumbuh subur bila tanah dan
lingkungannya sesuai hingga dijadikan pennutup tanah. Jenis pegagan yang
banyak dijumpai adalah pegagan merah dan pegagan hijau. Pegagan merah
dikenal juga dengan antanan kebun atau antanan batu karena banyak ditemukan
di daerah bebatuan, kering dan terbuka. Pegagan merah tumbuh merambat
dengan stolon (geragih) dan tidak mempunyai batang, tetapi mempunyai
rhizoma (rimpang pendek). Sedangkan pegagan hijau sering banyak dijumpau
di daerah pesawahan dan disela-sela rumput. Tempat yang disukai oleh
pegagan hijau yaitu tempat agak lembab dan terbuka atau agak ternaung.
Daun pegagan ini memiliki sifat manis dan sejuk. Sementara efek
farmakologisnya adalah anti-infeksi, antitoxic, penurun panas, peluruh air seni.
Karena efek farmakologis tersebut pegagan secara turun temurun sering
dijadikan sebagai obat tradisional.
Kandungan kimiawinya terdiri dari asiaticoside, thankuniside,
isothankuniside, madecassoside, brahmoside, brahminoside, brahmic acid,
madasiatic acid, meso-inositol, centellose, carotenoids, garam-garam mineral
seperti garam kalium, natrium, magnesium, kalsium, besi, vellarine dan zat
samak.
3. Meniran (Phyllanthus niruri)
Meniran tumbuhan berasal dari daerah tropis yang tumbuh liar di hutanhutan, ladang-ladang, kebun-kebun maupun pekarangan halaman rumah. Pada
umumnya tidak dipelihara karena dianggap tumbuhan rumput biasa. Meniran
tumbuh subur ditempat yang lembab pada dataran rendah sampai ketinggian
1000 meter di atas permukaan laut.
Meniran adalah tumbuhan semusim yang tumbuh tegak, bercabang
cabang, dan tingginya mencapai 50 cm. Meniran memiliki batang yang bulat
berwarna hijau dengan diameter mencapai 3 cm. Tanaman ini berdaun
majemuk yang berseling, berbentuk bulat telur dan tepi daun rata, panjang dan
lebar mencapai 1,5 cm dan 7 mm dan berwarna hijau. Bunga tunggal tumbuh
pada ketiak daun dan menghadap kebawah, menggantung dan berwarna putih,
memiliki daun kelopak berbentuk bintang, benang sari dan putik tidak terlihat
jelas, mahkota bunga kecil. Buahnya memiliki bentuk kotak, bulat pipih dan
berwarna hijau. Akar meniran merupakan akar tunggang yang berwarna putih.
Tanaman ini memiliki beberapa khasiat atau manfaat sebagai obat yaitu
sebagai berikut: antibakteri ekstrak metanol daun meniran mempunyai efek
antibakteri paling tinggi terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus
karena perlu hidup dalam kondisi lembab dan perlu cukup air. Tetapi untuk
tanaman temulawak dan jati belanda tahan dalam kondisi kering. Jati belanda
pada kebun produksi berfungsi sebagai tanaman pelindung bagi tanaman pegagan,
meniran, dan temulawak karena ketiga tanaman ini memerlukan naugan sehingga
dapat tumbuh dengan baik. Kondisi kebun produksi cukup baik hanya kekurangan
air dan terlalu banyak gulma seperti Eleusine indica, Axonopus compressus, sisik
naga dan tali sait yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman sehingga perlu
pengendalian yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Amanda FR.2014.Efektivitas ekstrak bawang dayak (Eleutherine americana
Merr.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli.Skripsi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.Jakarta.
Anonim.2005.Mangkokan.http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?
id=120 [18 September]
Anonim.
2008.
Apple
Fiber
(Apple
Pektin).
http://dnutri.com/template/394/index.cfm?id=5255&urlID=dnutri
[21
September 2015]
Anonim.
2014.
Mengenal
Tanaman
Mojo.
http://www.petanihebat.com/2014/06/mengenal-tanaman-mojo.html [18
September 2015]
Anonim.2015.Mangkokan
(Nothopanax
scutellarium
Merr.).
http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat/lipi_p
dii/mangkokan.htm [20 September 2015]
Arief H.2005.Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2 Cetakan I.Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
Asmayannur I, Chairul, Syam Z.2012.Analisis vegetasi dasar di bawah tegakan
jati emas (Tectona grandis L.) dan jati putih (Gmelina arborea Roxb.) di
kampus universitas andalas.Jurnal Biologi Universitas Andalas 1 (2):
172 177.
Bermawie N, S. Purwiyanti dan Mamun.2006.Performances of three genotyps of
asiatic pennywort (Centella asiatica L. Urban) under shading.
Proccedings of the OECD-POKJANASTOI InternationalSeminar. 9-11
April 2006, Surabaya.
Budiyastomo.2010.Pengaruh pemberian fraksi etanolik ekstrak bawang dayak
terhadap tingkat ekspresi Cycline-E galur sel kanker serviks uteri HeLa
(Human Papiloma Virus High Risk type).Tesis.Universitas Sebelas Maret
RSUD Dr. Moewardi Surakarta.Surakarta.
Chasanah
T.2013.Pemanfaatan
Tumbuhan
http://bio.unsoed.ac.id [23 September 2015]
Obat
Tradisional.
Edi.2002.Sembuhkan penyakit
hitam).Publication Disorbub.
dengan
Habbatussauda
(jinten
Juwita J.2013.Aktivitas antibakteri ekstrak buah muda, daun dan kulit batang
sawo manila (Manilkara zapota (L.) Van Royen) terhadap Vibrio cholerae
dan
Clostridium
perfringens.Tesis.Universita
Atma
Jaya
Yogyakarta.Yogyakarta.
Lambole VB, Murti K, Kumar U, Sandipkumar BP.2010.Phytopharmacological
properties of aegle marmelos as a potential medicinal tree: an
overview.International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and
Research 5 (2): 67 72.
Mardiah et.al.2007. Makanan Anti Kanker.Jakarta (ID): Kawan Pustaka.
Mustary M, Djide MN, Mahmud I, Hasyim N.2011.Uji daya hambat dan analisis
klt-bioautografi perasan buah sawo manila (Achras zapota Linn) terhadap
bakteri uji Salmonella thyposa.Jurnal MKMI 7 (1): 25 27.
Nadiah.2014.Buah Maja Mengandung Antifeedant sebagai Pengendali Serangga
Herbivora.POPT Ahli Pertama Balai Besar Perbenihan dan Proteksi
Tanaman Perkebunan Surabaya.Surabaya.
Pribadi P, Latifah E, Rohmayanti.2014.Pemanfaatan perasan buah kepel
(Stelechocarpus burahol (Blume) Hook.&Thomson) sebagai antiseptik
luka.Pharmaiana 4 (2): 177 183.
Pujiasmanto B.2007.Kajian Agroekologi dan Morfologi Sambiloto (Andrographis
paniculata Ness.) pada Berbagai Habitat.Surakarta (ID): Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret.
Raga YP, Haryati, Lisa M.2012.Respon pertumbuhan dan hasil bawang sabrang
(Eleutherine americana Merr.) pada berbagai jarak tanam dan berbagai
tingkat pemotongan umbi bibit.Jurnal Online Agroekoteknologi Vol 1 (1).
Resti
Obat.