Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia merupakan negara dengan biodiversitas yang tinggi. Sekitar
30 persen jenis hewan dan tumbuhan yang ada di muka bumi berada di
Indonesia. Letak Indonesia yang sangat strategis menyebabkan Indonesia
memiliki keanekaragaman plasma nutfah yang beragam. Hingga saat ini, para
ilmuwan masih terus mencari jenis tumbuhan baru yang ada di Indonesia.
Seiring dengan ditemukannya jenis-jenis baru, ternyata ribuan jenis tanaman
terancam punah dan mengalami kepunahan.
Tanaman obat di Indonesia merupakan salah satu kekayaan plasma
nutfah yang harus dijaga kelestariannya. Tanaman obat diantaranya yaitu
sambiloto, rosella merah, kumis kucing, tapak doro, jahe, kencur, kunyit, dan
temulawak. Bahan-bahan tersebut umumnya digunakan industri untuk diolah
menjadi jamu. Kini dengan adanya keinginan untuk back to nature,
masyarakan berlomba-lomba untuk kembali ke alam, yaitu menggunakan
bahan-bahan alami, khususnya obat herbal.
Hal ini mendorong munculnya tumbuhnya industri obat herbal yang
semakin meningkat. Produsen herbal awalnya mengambil bahan baku dari
alam, karena tidak adanya pembudidayaan yang dilakukan oleh petani. Padahal
belum tentu bahan baku yang berasal dari alam tersebut memiliki nilai mutu
yang baik. Mutu yang baik tanaman dapat dilihat dari varietas atau asal muasal
benih yang akan ditanamkan serta tidak memiliki cacat atau terserang penyakit.
Tanaman obat tersebut harus memiliki nilai mutu yang baik dalam
penggunaannya sebagai bahan atau ramuan obat herbal. Karena mutu baik
tanaman obat dapat diambil saat masak tepat waktu dengan menampakkan
perubahan fisiologi pada tanaman. Untuk itu perlu adanya agronomi untuk
tanaman obat-obatan tradisional, dengan cara membudidayakan tanaman
tersebut di lahan luas.
BAB II

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. ACARA I BUDIDAYA TANAMAN SAMBILOTO (Andrographis


paniculata Nees)
1. Tujuan
Tujuan praktikum acara budidaya tanaman Sambiloto
(Andrographis paniculata Nees) yaitu untuk mengetahui perlakuan suhu
terhadap perkecambahan dan pertumbuhan tanaman sambiloto.
2. Metodologi Praktikum
a. Waktu dan Tempat
Praktikum acara tentang budidaya tanaman Sambiloto
(Andrographis paniculata Nees) dilaksanakan pada hari Rabu, 05
Oktober 2016 pukul 15.30-17.00 WIB, bertempat di Rumah Kaca B
Fakultas Pertanian UNS.
b. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Cetok.
b) Termometer 1 buah.
c) Timbangan analitik 1 buah.
d) Penggaris.
e) Oven.
2) Bahan
a) Benih Sambiloto (Andrographis paniculata Nees).
b) Tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1
c) Air hangat.
d) Polybag 1 buah.
e) Label
c. Cara Kerja
1) Merendam benih samiloto sesuai perlakuan (selama 5 menit, 10
menit dan 15 menit). Kelompok 12 mendapat perlakuan
merendam benih selama 10 menit.
2) Mencampurkan media semai yaitu tanah dan pupuk kandang
dengan perbandingan 2:1 secara merata.
3) Membasahi media dengan air secukupnya.
4) Menanam benih sambiloto yang telah diberi perlakuan kedalam
media yang telah disiapkan tadi.
5) Memelihara bibit dengan menjaga kelembapan media.
6) Mengamati pertumbuhan bibit sambiloto setiap minggu dengan
variable pengamatan saat muncul kecambah, tinggi tanaman,
jumlah daun, dan berat tanaman.
B. ACARA II BUDIDAYA TANAMAN ROSELA MERAH (Hibiscus
sabdariffa)
1. Tujuan
Tujuan praktikum acara budidaya tanaman Rosela Merah
(Hibiscus sabdariffa) yaitu untuk mengetahui kedalaman tanam benih
terhadap pertumbuhan tanaman.
2. Metodologi Praktikum
a. Waktu dan Tempat
Praktikum acara tentang budidaya tanaman Rosela Merah
(Hibiscus sabdariffa) dilaksanakan pada hari Rabu, 05 Oktober
2016 pukul 15.30-17.00 WIB, bertempat di Rumah Kaca B Fakultas
Pertanian UNS.
b. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Timbangan
b) Alat tulis
c) Kertas label
d) Polybag
2) Bahan
a) Benuh tanaman Rosela merah
b) Tanah
c) Pupuk kandang
c. Cara Kerja
1) Menyiapkan media sesuai bahan yang tersedia dan basahi dengan
air secukupnya.
2) Membuat lubang tanam benih sedalam ¼ cm, ½ cm, dan ¾ cm
3) Menanam benih yang tersedia pada kedalaman sesuai perlakuan.
4) Menjaga dan memelihara bibit dengan kelembababn pada media
semai.
3. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Tanaman Rosela Merah saat berkecambah
Berkecambah Hari ke
Rata-
Perlakuan Ulangan
rata
1 2 3 4 5 6
¼ cm 0 0 0 0 0 0 0
½ cm 0 0 0 0 0 0 0
¾ cm 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah Daun
Rata-
Perlakuan Ulangan
rata
1 2 3 4 5 6
¼ cm 0 0 0 0 0 0 0
½ cm 0 0 0 0 0 0 0

¾ cm 0 0 0 0 0 0 0
Tinggi Tanaman
Rata-
Perlakuan Ulangan
rata
1 2 3 4 5 6

¼ cm 0 0 0 0 0 0 0

½ cm 0 0 0 0 0 0 0

¾ cm 0 0 0 0 0 0 0
Berat Rimpang
Rata-
Perlakuan Ulangan
rata
1 2 3 4 5 6

¼ cm 0 0 0 0 0 0 0

½ cm 0 0 0 0 0 0 0

¾ cm 0 0 0 0 0 0 0
Sumber : Data rekapan
4. Pembahasan
Rosela merupakan herba tahunan yang bisa mencapai ketinggian
0,5-3 meter, batangnya bulat tegak, berkayu, dan berwarna merah.
Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur, pertulangan menjari, ujungnya
tumpul, tepi bergerigi, dan pangkal berlekuk. Panjang daun 6-15 cm dan
lebarnya 5-8 cm. Tangkai daun bulat berwarna hijau, dengan panjang 4-7
cm. Bunga rosella yang keluar dari ketiak daun merupakan bunga tunggal
dan berwarna merah. Bagian kelopak Bungan rosella sering dimanfaatkan
sebagai bahan makanan dan minuman. Rosela dapat tumbuh baik di daerah
beriklim tropis dan subtropics. Tanaman ini mempunyai habitat asli di
daerah yang terbentang dari India hingga Malaysia. Namun, sekarang
tanaman ini telah tersebar luas di daerah tropis dan subtropis di seluruh
dunia. Berikut ini adalah klasifikasi dari tanaman rosella merah :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdong : Tracheobionta (Berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliopsida (Dikotil)
Kelas : Magnoliopsida (Dikotil)
Subkelas : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus sabdaroffa L.
Tanaman rosella berasal dari daerah tropis dan tanaman ini dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan atau dapat beradaptasi
dengan baik pada lingkungan setempat. Tanaman ini dapat tumbuh baik
pada ketinggian 0 – 900 mdpl. Tanaman rosella dapat diusahakan dengan
baik pada 10o-30o LU dan LS dengan suhu antara 20-35oC. CUrah hujan
yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya antara 1700-3000 mm/tahun,
sehingga untuk memperoleh air hujan yang cukup sebaiknya ditanam pada
saat musim penghujan, asal drainase cukup baik karena tanaman ini mudah
terserang penyakit jamur Phtophora sabdariffae. Tanah yang dikehendaki
tanaman rosella adalah subur, gembur, daya bahan organic dan pH : 4,4 –
6,6 (Loebis, 1990).
Hibiscus sabdariffa L. merupakan tanaman semusim yang tumbuh
tegak bercabang yang berbatang bulat dan berkayu. Daunnya tunggal,
berbentuk bulat telur, pertulangan menjari dan letaknya berseling dan
pinggiran daun bergerigi. Bunga rosella bertipe tunggal yaitu hanya terdapat
satu kuntum bunga pada setiap tangkai bunga. Bunga ini mempunyai 8-11
helai kelopak yang berbulu dengan panjang 1 cm, pangkal saling berlekatan
dan berwarna merah. Mahkota bunga rosella berwarna merah sampai kuning
dengan warna lebih gelap dibagian tengahnya. Tangkai sari merupakan
tempat melekatnya kumpulan benang sari berukuran pendek dan tebal. Putik
berbentuk tabung dan berwarna kuning atau merah. Bunga rosella bersifat
hermaprodit sehingga mampu menyerbukan sendiri (Maryani, 2005).
Tanaman rosella memiliki manfaat yang sangat besar dalam
menjaga kesehatan tubuh. Bunga rosella mempunyai banyak kelebihan
yaitu mengandung kalsium, vitamin C, D, B1, B2, magnesium, omega-3,
beta-caroten dan 18 asam amino esensial untuk tubuh, (Wijayanti, 2010).
Setiap 100 g bunga rosella mengandung 244,4 mg vitamin C, dengan berat
yang sama jeruk hanya mengandung 48 mg, belimbing hanya 25,8 mg,
sedangkan papaya mengandung 71 mg. Vitamin C pada bunga rosella 3 kali
lipat dari anggur hitam, 9 kali lipat dari jeruk sitrus (Mardiah et al., 2009).
Bagian tanaman yang bisa diproses menjadi produk pangan adalah
kelopak bunganya. Kelopak bunga tanaman ini berwarna merah tua, tebal
dan berair (juicy), serta banyak mengandung vitamin A, vitamin C, dan
asam amino, grossy peptin, anthocyanin, gluside hibiscin. Selain itu kelopak
merah juga mengandung asam organic, polisakarida, dan plavonoid yang
bermanfaat mencegah penyakit kanker, mengendalikan tekanan darah,
melancarkan peredaran darah, dan melancarkan buang air besar. Kelopak
bunga rosella merah yang rasanya sangat masam ini biasanya dibuat
menjadi jeli, saus, the sirup, dan manisan (Prawira, 2008).
Rosela memiliki keunggulan warna yang menarik karena kandungan
pigmen antosianinnya. Di Indonesia dikenal 2 varietas yaitu rosela merah
dan ungu, yang diberikan nama demikian karena warna kelopak kedua
varietas rosela tersebut mempunyai warna merah dan ungu. Antosianin
merupakan senyawa flavonoid yang memiliki kemampuan sebagai
antioksidan. Umumnya senyawa flavonoid berfungsi sebagai antioksidan
primer, kelator (mampu mengikat logam) dan scavenger terhadap
superoksida anion. Kemampuan antioksidatif antosianin timbul dari
reaktifitasnya yang tinggi sebagai pendonor hidrogen atau elektron, dan
kemampuan radikal turunan polifenol untuk menstabilkan dan
mendelokalisasi elektron tidak berpasangan, serta kemampuannya
mengkelat ion logam (terminasi reaksi Fenton) (Rice-Evans et al.,1997).
Produk-produk minuman kesehatan dari kelopak bunga rosella telah
banyak beredar dipasaran, misalnya the celup bunga rosella. Sebagian
produk tersebut merupakan barang impor yang telatif mahal, terutama untuk
rosella yang berwarna merah keunguan. Bunga rosella mengandung warna
merah, merah keunguan dan antioksidan yang berkhasiat untuk menjaga
kesehatan tubuh manusia. Alternatif produk olahan minuman kesehatan dari
bunga rosella yang mempunyairasa dan aroma khas dibandingkan apabila
disajikan dalam bentuk the karena the hanya diseduh (Rienoviar dan Husain
Nashrianto, 2010).
Penanaman rosella sangat mudah namun membutuhkan media
tanam (tanah) dengan properti yang baik seperti bobot bulk (bulk density)
yang ringan, kemasaman (pH) tanah dan kadar air yang tinggi sehingga
pertumbuhan tanaman rosela dapat sehat untuk berbuah. Untuk mengatasi
permasalahan tanah yang padat dapat digunakan pembenah organik yang
ringan sehingga tanah menjadi lebih gembur (properti bobot jenis/BD
diturunkan). Pembenah organik seperti kompos mempunyai keunggulan
lain, asam organik (asam humik, asam fulvat atau koloid organik) pada
kompos dapat mengatur reaksi kimia di dalam tanah seperti membuat ikatan
organik dengan mineral tertentu (khelat), menyediakan tempat pertukaran
aktif dan daya pegang air menjadi lebih baik/meningkat. Secara biologi
kompos juga berperan menjaga kehidupan organisme dalam tanah sehingga
daur elemen yang dibutuhkan tanaman dapat lebih terjaga (Atmojo, 2003).
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman rosella merupakan
peristiwa yang sangat kompleks, yang dipengaruhi oleh faktor internal dan
faktor lingkungan. Faktor internal yang mempengaruhi antara lain faktor
hormonal dan genetik sedangkan faktor lingkungan meliputi cahaya, air,
temperatur, kelembaban, ion organik dan gravitasi. Faktor cahaya berperan
dalam pertumbuhan lewat berbagai proses, baik karena intensitasnya,
kualitasnya serta lamanya penyinaran. Cahaya berpengaruh dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui perannya dalam
menurunkan kadar auksin sehingga mengurangi tinggi tanaman. Pengaruh
intensitas cahaya terhadap pertumbuhan berhubungan juga dengan tingkat
fotosintesis sebagai sumber energi. Pemberian naungan pada tanaman
berpengaruh mengurangi intensitas cahaya yang sampai ke tanaman.
Penyediaan air bagi pertumbuhan tanaman berpengaruh langsung terhadap
sintesis hormon, proses metabolisme serta morfologi tanaman. Pada
penyediaan air yang rendah sintesis auksin, giberelin dan sitokinin menjadi
terhambat dan sintesis absisi bertamba. Defisit air akan mempengaruhi
pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses ini pada sel tanaman ditentukan oleh
tekanan turgor. Selain itu ketersediaan air juga mempengaruhi perluasan sel-
sel pada jaringan penyusun organ vegetative
(Astuti, Tri dan Sri Darmanti 2010).
Budidaya tanaman rosella merah menggunakan benih tanaman.
Media tanam berupa tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 2.
Media tanam tersebut dicampur menjadi satu dan diletakkan didalam
polybag. Setelah itu siram dengan air secukupnya, lalu ambil benih tanaman
rosella merah untuk ditanam pada kedalaman tertentu. Kedalaman tanam
untuk rosella merah yang dipakai yaitu ¼ cm, ½ cm, dan ¾ cm. Setiap
kelompok mendapatkan kedalaman tanam yang berbeda, untuk kelompok
12 dipakai pada kedalaman ½ cm. Mengukur kedalaman tanah digunakan
penggaris ukur, dan meletakkan benih rosella merah tersebut. Kemudian
memelihara benih tersebut dengan menjaga kelembaban pada media tanam.
Selama seminggu sekali dilakukan pengamatan dari saat munculnya
kecambah, jumlah daun, tinggi tanaman dan berat rimpang. Berdasarkan
dari hasil pengamatan selama 7 minggu pengamatan didapatkan hasil akhir,
tanaman rosella merah tidak tumbuh sama sekali dengan angka nol pada
setiap kelompok pada ulangan 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 baik pada kedalaman tanam
¼ cm, ½ cm, dan ¾ cm. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor internal maupun
faktor lingkungan. Faktor internal berupa genetik pada benih rosella merah
yang kurang bagus dan faktor lingkungan berupa cara penanamannya yang
kurang tepat maupun dalam perawatannya. Karena cara bertanam yang baik
dan tepat tentu menjadi kunci utama dalam teknik pertanian supaya
menghasilkan tanaman produktif. Supaya tanaman dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik, maka cara menanam untuk setiap tanaman yang
berbeda-beda perlu dilakukan pemahaman terkait cara bercocok tanam
setiap tumbuhan.

Dapus
Astuti, Tri dan Sri Darmanti. 2010. Perkembangan Serat Batang Rosella (Hibiscus
sabdariffa var.Sabdariffa) dengan Perlakuan Naungan dan Volume
Penyiraman yang Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XVIII, No.
2.
Rice-Evans C, Miller NJ, dan Paganga G. 1997. Antioxidant properties of phenolic
compounds. Trends in Plant Sci. (2): 152–159.
Loebis, A. 1990. Pengantar Bercocok Tanaman Rosela. Jakarta : CV. Yasaguna.
Halaman 115.
Rienoviar dan Husain Nashrianto. 2010. Penggunaan Asam Askorbat (vitamin C)
untuk meningkatkan daya simpan sirup rosella (Hibiscus sabdariffa L.).
Jurnal HPI, Vol 23 (1).
Atmojo, S. W. (2003). Peranan Bahan Organik terhadap Kesuburan Tanah dan
Upaya Pengelolaannya. Sebelas Maret University-Press, Surakarta.
Maryani. 2005. Khasiat dan Manfaat Rosella. Agromedia Pustaka. Jakarta
Prawira I.2008. Bunga Merah Rosela Kaya Manfaat. Jakarta : Tabloid Agrina.
Mardiah, Sawarni H. R. W. Ashadi. A. Rahayu. 2009. Budi Daya Dan Pengolahan
Rosela Si Merah Segudang Manfaat. Cetakan kesatu. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
C. ACARA IV BUDIDAYA TANAMAN KUMIS KUCING (Orthosiphon
stamineus Benth)
1. Tujuan
Tujuan praktikum acara budidaya tanaman Kumis Kucing
(Orthosipon stamineus Benth) yaitu untuk mengetahui pengaruh asal setek
terhadap pertumbuhan tanaman kumis kucing.
2. Metodologi Praktikum
a. Waktu dan Tempat
Praktikum acara tentang budidaya tanaman Kumis Kucing
(Orthosipon stamineus Benth) dilaksanakan pada hari Rabu, 05
Oktober 2016 pukul 15.30-17.00 WIB, bertempat di Rumah Kaca B
Fakultas Pertanian UNS.
b. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Pisau setek
b) Cangkul
c) Cethok
d) Label
e) Penggaris
f) Alat tulis
g) Polybag
2) Bahan
a) Setek batang tanaman kumis kucing
b) Tanah
c) Pupuk kandang
c. Cara Kerja
1) Menyiapkan setek tanaman kumis kucing yang berasal dari
bagian pucuk, bagian tengah dan bagian pangkal.
2) Menyiapkan media tanam dengan mencampur tanah dan pupuk
kandang = 2 : 1, kemudian memasukkan kedalam polybag dan
membasahi dengan air secukupnya.
3) Menanam setek kumis kucing sesuai perlakuan
4) Melakukan pemeliharaan dengan penyiraman untuk menjaga
kelembaban media tanam
D. ACARA V BUDIDAYA TANAMAN JAHE (Zingiber officinale Rosc.)
1. Tujuan
Tujuan praktikum acara budidaya tanaman Jahe yaitu untuk
mengetahui pengaruh berat rimpang terhadap pertumbuhan tanaman jahe.
2. Metodologi Praktikum
a. Waktu dan Tempat
Praktikum acara tentang budidaya tanaman Jahe (Zingiber
officinale Rosc.) dilaksanakan pada hari Rabu, 05 Oktober 2016 pukul
15.30-17.00 WIB, bertempat di Rumah Kaca B Fakultas Pertanian
UNS.
b. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Polybag
b) Pisau
c) Timbangan
d) Cangkul
e) Cethok
f) Label
g) Penggaris
h) Alat tulis lainnya
2) Bahan
a) Bibit Jahe
b) Media semai tanah dan pupuk kandang
c. Cara Kerja
1) Menyiapkan bibit jahe dengan berat 15 gram, 20 gram, dan 25 gram
2) Menyemaikan ditempat teduh lalu setelah bertunas menanamnya.
3) Menyiapkan media dengan bahan yang tersedia dan membasahi
dengan air secukunya
4) Menanam benih jahe sesuai perlakuan masing-masing
5) Pemeliharaan tanaman dengan kelembaban pada media tanam
E. ACARA VI BUDIDAYA TANAMAN KENCUR (Kaempferia galanga L.)
1. Tujuan
Tujuan praktikum acara budidaya tanaman Kecur (Kaempferia
galanga L.) yaitu untuk mengetahui pengaruh berat rimpang terhadap
pertumbuhan tanaman kencur.
2. Metodologi Praktikum
a. Waktu danTempat
Praktikum acara tentang budidaya tanaman Kecur (Kaempferia
galanga L.) dilaksanakan pada hari Rabu, 05 Oktober 2016 pukul
15.30-17.00 WIB, bertempat di Rumah Kaca B Fakultas Pertanian
UNS.
b. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Polybag
b) Label
c) Timbangan analitik
d) Penggaris.
e) Cetok.
2) Bahan
a) Benih Kecur (Kaempferia galanga L).
b) Tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1.
c. Cara Kerja
1) Menyiapkan benih kencur yang telah ditimbang sesuai perlakuan
berat 5 gram, 10 gram dan 15 gram.
2) Mencampurkan media semai yaitu tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan 2:1 secara merata.
3) Membasahi media dengan air secukupnya.
4) Menanam benih kencur yang telah diberi perlakuan kedalam media
yang telah disiapkan tadi.
5) Memelihara bibit dengan menjaga kelembapan media.
6) Mengamati pertumbuhan bibit kencur setiap minggu dengan
variable pengamatan jumlah tunas, tinggi tanaman, jumlah daun dan
berat brangkasan.
3. Hasil Pengamatan

4. Pembahasan
Kencur merupakan tanaman rempah yang tumbuh didaerah tropis.
Tanaman ini banyak digunakan sebagai ramuan obat tradisional dan sebagai
bumbu dalam masakan. Bagian rimpang kencur yang sering digunakan
maupun dijual belikan. Adapun klasifikasi tanaman kencur (Kampferia
galanga L.) sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Orda : Zingiberales
Famili : Zingeberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga L.
Rimpang kencur terdapat didalam tanah bergerombol dan
bercabang-cabang dengan induk rimpang ditengah. Kulit luarnya berwaena
coklat dengan bagian dalam putih berair beraroma khas. Pada rimpang tua
ditumbuhi akar pada ruas-ruasnya berwarna putih kekuningan. Daun kencur
berbentuk bulat lebar, tumbuh mendatar diatas permukaan tanah dengan
jumlah daun tiga sampai empat helai. Daun berbentuk lanset dengan panjang
10-12 cm dan lebar 8-10 cm. Permukaan daun sebelah atas berwarna hijau
dan bagian bawah berwarna hijau pucat. Berdasarkan ukuran daun dan
rimpangnya dikenal 2 tipe kencur yaitu kencur berdaun lebar dengan ukuran
rimpang besar dan kencur berdaun sempit dengan ukuran rimpang lebih
kecil. Kencur memiliki bunga berwarna putih yang terdiri dari 4 helai daun
mahkota.
F. ACARA VII BUDIDAYA TANAMAN KUNYIT (Curcuma longa L.)
1. Tujuan
Tujuan praktikum acara budidaya tanaman Kunyit yaitu untuk
mengetahui pengaruh berat rimpang terhadap pertumbuhan tanaman kunyit.
2. Metodologi Praktikum
a. Waktu dan Tempat
Praktikum acara tentang budidaya tanaman Kunyit (Curcuma
longa L) dilaksanakan pada hari Rabu, 05 Oktober 2016 pukul 15.30-
17.00 WIB, bertempat di Rumah Kaca B Fakultas Pertanian UNS.
b. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Polybag
b) Pisau
c) Timbangan
d) Cangkul
e) Cethok
f) Label
g) Penggaris
h) alat tulis lainnya
2) Bahan
a) Benih tanaman kunyit
b) Media tanam : tanah dan pupuk kandang / pupuk organic
c. Cara Kerja
1) Menyiapkan benih kunyit dengan berat 5 gram, 10 gram, dan 15
gram
2) Menyemaikan ditempat teduh lalu setelah bertunas menanamnya.
3) Menyiapkan media dengan bahan yang tersedia dan membasahi
dengan air secukunya
4) Menanam benih kunyit sesuai perlakuan masing-masing
5) Pemeliharaan tanaman dengan kelembaban pada media tanam.
G. ACARA VIII BUDIDAYA TANAMAN TEMULAWAK (Curcuma
xanthorrhiza)
1. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara budidaya tanaman Temulawak yaitu untuk
mengetahui pengaruh berat rimpang terhadap pertumbuhan tanaman
temulawak.
2. Metodologi Praktikum
a. Waktu dan Tempat
Praktikum acara tentang budidaya tanaman Temulawak
(Curcuma xanthorrhiza) dilaksanakan pada hari Rabu, 05 Oktober
2016 pukul 15.30-17.00 WIB, bertempat di Rumah Kaca B Fakultas
Pertanian UNS.
b. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Polybag
b) Pisau
c) Timbangan
d) Cangkul
e) Cethok
f) Label
g) Penggaris
h) Alat tulis lainnya
2) Bahan
a) Benih temulawak
b) Media tanam : tanah dan pupuk kandang / pupuk organic
c. Cara Kerja
1) Menyiapkan benih temulawak dengan berat 5 gram, 10 gram, dan
15 gram
2) Menyemaikan benih ditempat teduh lalu setelah bertunas
menanamnya.
3) Menyiapkan media dengan bahan yang tersedia dan membasahi
dengan air secukunya
4) Menanam benih temulawak sesuai perlakuan masing-masing
5) Pemeliharaan tanaman dengan kelembaban pada media tanam
BAB III

A. Kesimpulan (KOMPREHENSIF)
B. Saran (KOMPREHENSIF)

DAFTAR PUSTAKA
(MENGIKUTI ATURAN DAPUS AGROTEKNOLOGI)

Catatan :
 Dari tulisan BAB I ke PENDAHULUAN = 6pt (after)
 Dari tulisan PENDAHULUAN ke A. Latar Belakang = 12pt (after)
 Huruf Times New Roman font 12
 Margin 4433

Anda mungkin juga menyukai