Anda di halaman 1dari 3

Minyak kelapa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Minyak kelapa (Inggris: coconut oil) adalah minyak nabati yang diekstrak dari
daging buah kelapa (spesies: Cocos nucifera). Berdasarkan teknik ekstraksinya,
minyak kelapa bisa dikelompokkan atas tiga jenis: Minyak Kelapa Virgin (Virgin
Coconut Oil - VCO), Minyak Kelapa Non-RBD, dan Minyak Kelapa RBD (Refine,
Bleach, Deodorize).

Minyak Kelapa Virgin (Virgin Coconut Oil)[sunting | sunting


sumber]
Minyak kelapa virgin (VCO) adalah minyak kelapa yang diperoleh dengan ekstraksi
atau pengempaan pada suhu tidak lebih dari 60 °Celsius, sehingga minyak yang
dihasilkan berwarna bening seperti air dan kandungan nutrisi, aroma, dan rasa
kelapa tetap terjaga dengan baik.
Minyak kelapa virgin memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi daripada minyak kelapa
jenis lain. Biasa digunakan untuk bahan baku kosmetik dan juga dikonsumsi
langsung sebagai asupan gizi berkalori tinggi. Pada bulan April 2021, peneliti
dari Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan penelitian untuk menjajaki potensi
minyak kelapa virgin sebagai terapi pelengkap bagi penderita COVID-19.[1]
Untuk keperluan komersial, Badan Standardisasi Nasional (BSN), telah menetapkan
standar mutu untuk minyak kelapa virgin, sebagaimana dituangkan dalam SNI 7381-
2008.[2]
Pada dasarnya, teknik ekstraksi minyak kelapa virgin (VCO) bisa dilakukan dengan
dua metode, yakni metode basah dan metode kering.[3]
Metode Basah[sunting | sunting sumber]
Metode basah menggunakan bahan baku santan kelapa cair. Minyak dari santan
cair ini diekstrak dengan cara pengendapan, fermentasi atau menggunakan mesin
sentrifugal. Setelah itu, minyak yang sudah terpisah dari air dan padatan lainnya
selanjutnya dipindahkan untuk disaring supaya jernih.
Metode Kering[sunting | sunting sumber]
Minyak kelapa virgin (VCO) juga bisa diperoleh dengan cara pengeringan daging
kelapa pada suhu rendah (tidak lebih dari 60 °Celsius). Daging kelapa kering ini
selanjutnya diperas dengan menggunakan mesin peras yang disebut: Direct Micro
Expeller (DME). Selanjutnya minyak disaring supaya jernih dan dikemas untuk siap
dipasarkan.

Minyak Kelapa Non-RBD[sunting | sunting sumber]


Minyak kelapa jenis ini diproduksi dari proses pemanasan santan untuk jangka
waktu yang cukup lama sehingga kandungan air dalam santan menguap dan minyak
kelapa muncul di permukaan wadah. Selanjutnya minyak kelapa di permukaan
tersebut dikumpulkan sedikit demi sedikit sehingga tersisa ampasnya yang biasa
disebut: blondo, galendo, cirik minyak, dll.
Akibat proses pemanasan yang cukup lama ini, minyak yang dihasilkan berwarna
kuning kecoklatan namun wangi aroma kelapanya sangat kuat sehingga sering
digunakan untuk memasak menu khusus khas daerah di Indonesia.
Di beberapa daerah, minyak kelapa non-RBD ini biasa juga dinamakan: minyak
klentik (Jawa), minyak tanak (Minang), atau lengis tandusan (Bali).

Minyak Kelapa RBD[sunting | sunting sumber]


RBD adalah singkatan
dari Refine (pemurnian), Bleach (pemutihan), Deodorize (penghilangan bau). Proses
RBD diperlukan karena minyak kelapa jenis ini diperoleh dari
pemerasan kopra (kelapa kering) yang biasanya sudah hangus dan tengik dengan
kandungan asam lemak bebas (Free Fatty Acid) yang tinggi.
Dari pemerasan kopra pada suhu tinggi, diperoleh minyak kelapa mentah (Crude
Coconut Oil) yang selanjutnya dimurnikan melalui proses RBD sehingga bisa
digunakan sebagai minyak goreng. Akibat proses RBD ini, minyak kelapa RBD
terlihat jernih dan berwarna cerah, namun aroma kelapanya hampir tak tercium.

Pemanfaatan minyak kelapa sebagai bahan


bakar[sunting | sunting sumber]
Minyak kelapa dapat dimanfaatkan secara langsung menjadi bahan
bakar selayaknya solar. Minyak kelapa memiliki kekentalan 50-60 centi stokes,
sedangkan solar 5 centi stokes. Pada suhu antara 80-90 derajat celcius, minyak
kelapa memiliki kekentalan yang setara dengan solar. Salah satu inovasi yang
dikembang Departemen Teknik Pertanian IPB yaitu dengan memanfaatkan
suhu knalpot untuk mengubah kekentalan minyak kelapa agar sama dengan
solar. Gas buang knalpot memiliki temperatur 350-360 derajat celcius sehingga
diperlukan koil pendingin untuk menurunkan temperatur knalpot. Kemudian minyak
kelapa melalui sebuah selang dialirkan melalui knalpot sebelum menuju ke ruang
pembakaran mesin diesel.
Cara seperti ini tentunya lebih murah dibandingkan dengan memanfaatkan
kokodiesel, yaitu minyak kelapa yang telah melalui proses industri untuk diubah
menjadi biodiesel. Harga kokodiesel saat ini berkisar Rp. 10.000 per liter, sedangkan
minyak kelapa yang tidak melalui proses pengolahan bisa jauh lebih murah. Selain
itu, kelapa merupakan tanaman yang umum tumbuh di daerah pesisir,
menjadikannya sumber bahan bakar yang potensial bagi nelayan setempat yang
cenderung mengalami kesulitan bahan bakar, baik masalah harga maupun
ketersediannya.
Minyak kelapa yang dimanfaatkan adalah minyak kelapa yang telah melalui proses
pemanasan guna menghilangkan asam lemak bebasnya.[4][5]

Referensi[sunting | sunting sumber]


1. ^ Pulmonologi FKKMK UGM. "VCO Sebagai Terapi Adjuvan Covid-19".
2. ^ Badan Standardisasi Nasional, SNI 7381:2008. "Product Specifications Virgin Coconut
Oil Indonesia". www.gonavco.id. Diakses tanggal 2021-11-06.
3. ^ Virgin Coconut Oil, Indonesia. "Cara Membuat Virgin Coconut Oil
(VCO)". www.gonavco.id. Diakses tanggal 2021-10-29.
4. ^ Imatetani (Juli 2010). Kokodiesel dari Knalpot Daerah Pesisir (htm) (dalam Bahasa
Indonesia). Siaran pers. Diakses pada 22 Juli 2010. Diarsipkan 2010-07-25 di Wayback
Machine.
5. ^ BEM Fateta IPB (Juli 2010). Knalpot Ubah Minyak Kelapa (dalam Bahasa
Indonesia). Siaran pers. Diakses pada 24 Juli 2010.

Artikel bertopik biologi ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia
dengan mengembangkannya.

Anda mungkin juga menyukai