Anda di halaman 1dari 11

KARAKTERISTIK OLEOGEL DARI MINYAK NABATI MENGGUNAKAN LILIN

LEBAH DAN LEMAK KAKAO SEBAGAI OLEOGELATOR


Characteristics of Oleogel Prepared from Vegetable Oil using Beeswax and Cocoa
Butter as Oleogelator

Justus Elisa Loppies, Eky Yenita Ristanti, Sitti Ramlah, Alfrida Lullung S., dan
Andi Nur Amalia
Balai Besar Industri Hasil Perkebunan
Jl. Prof. Dr. Abdurahman Basalama No. 28, Makassar 90231
Email: justusloppies@gmail.com

Abstract: Characteristics of oleogel can be determined by restructuring of oil or fat molecules to obtain
the special characteristics related to their functions. This research aims to analyze characteristics
of oleogels prepared from vegetable oil (palm and soybean oil) with beeswax and cocoa butter as
oleogelator. Parameters observed were; texture, melting point, viscosity and solid fat content. The
method used in this research is laboratory experiment by comparing the oleogelation process using
two types of vegetable oil; palm oil and soybean oil and two types of oleogelator composition: 1%
cocoa fat + 9% beeswax and 3% cocoa fat + 7% beeswax. The oleogelation process was carried
out by mixing the oil mass with the oleogelator at 15,000 and 25,000 rpm. The results showed that
oleogel with the best characteristic was from the process of palm oil oleogration with 1% cocoa fat +
9% beeswax oleogelators at a stirring speed of 25,000 rpm. Characteristics of obtained oleogel were: a
high melting point and viscosity of 43.72 - 45.53 oC and 161 x 103 centipoise, as well as a denser and
more homogeneous structure with a lower solid fat content (83.33%).
Keywords: characteristics, oleogel, vegetable oil, beeswax, cocoa butter.

Abstrak: Karakteristik oleogel dapat ditentukan dengan cara menata ulang struktur molekul minyak atau
lemak sehingga diperoleh karakteristik tertentu sesuai peruntukannya. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa karakteristik oleogel yang dibuat dari bahan minyak nabati (minyak sawit dan kedelai) dan
lilin lebah dan lemak kakao sebagai oleogelator. Parameter yang diamati meliputi; tekstur, titik leleh,
viskositas dan kandungan lemak padat. Metode yang digunakan adalah eksperimen laboratorium
dengan membandingkan proses oleogelasi menggunakan dua jenis minyak nabati yaitu: minyak sawit
dan minyak kedelai dan dua jenis komposisi oleogelator yaitu lemak kakao 1% + lilin lebah 9% dan
lemak kakao 3 % + lilin lebah 7 %. Proses oleogelasi dilakukan dengan cara mencampurkan massa
minyak dengan oleogelator pada putaran 15.000 dan 25.000 rpm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
oleogel dengan karakteristik terbaik adalah dari proses oleogelasi minyak sawit dengan oleogelator
(1% lemak kakao dan 9% lilin lebah) pada kecepatan pengadukan 25.000 rpm. Karakteristik dari
oleogel yang diperoleh adalah; titik leleh dan viskositas yang tinggi yaitu 43,72 – 45,53 oC dan 161
x 103 centipoise, serta struktur yang lebih padat dan homogen dengan kandungan lemak padat yang
lebih rendah (83,33 %).
Kata Kunci: karakteristik, oleogel, minyak nabati, lilin lebah, lemak kakao.

PENDAHULUAN (Patel, 2014). Pengembangan oleogel pada


Oleogel dapat didefinisikan sebagai mulanya untuk kepentingan di bidang farmasi
lemak lipofilik dan campuran padat, dimana dan kosmetik (US No. 006187323B1, 2001),
material lemak padat (oleogelator) dengan namun pengembangannya mulai meluas
konsentrasi yang lebih rendah (<10%) dapat sebagai bahan untuk pembuatan makanan,
menyerap dengan cara membentuk jejaring karena memiliki potensi untuk mengurangi
oleogelator pada minyak curah. Mekanisme penggunaan lemak jenuh yang tidak baik
pembentukan oleogel (oleogelasi), meliputi bagi kesehatan (Van, 2016; Blake, 2015;
gelasi dari minyak dengan bantuan gelator Davidovich et al., 2016).
tunggal atau kombinasi sinergis dari Beberapa penelitian terkait oleogel
beberapa molekul gelator yang berbeda berbasis minyak nabati telah dilakukan

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 33


dengan memanfaatkan sumber-sumber atau kental dibanding dengan minyak kedelai
oleogelator seperti lilin candellila (Candellila yang agak cair. Hal ini akan berdampak
wax) (Toro-Vazquez et al, 2009), lilin pada pembentukan kristal oleogel dengan
mata beras (rice bran wax) (Kodai, 2009; sifat yang berbeda.
Dassanayake, 2009), lilin bunga matahari Dukungan kombinasi material
(sun falwer) wax dan lilin Carnauba oleogelator (lilin lebah dan lemak kakao)
(Carnauba wax). Umumnya yang diteliti untuk menggelasi minyak nabati merupakan
adalah proses gelasi minyak nabati menjadi dasar pembentukan oleogel. Hal ini
oleogel menggunakan oleogelator tunggal, berkaitan dengan sifat bahan yang mudah
sedangkan terkait pemanfaatan lilin lebah membentuk tekstur oleogel. Selain itu,
dan lemak kakao maupun kombinasi tuntutan konsumen lebih condong ke arah
keduanya masih sangat minim. lilin berbasis bio dibanding lilin berbasis
Penelitian ini menggunakan minyak mineral untuk penggunaannya dalam industri
nabati (minyak kedelai dan minyak sawit) makanan, farmasi dan kosmetik (Samuditha,
dan kombinasi gelator berupa lilin lebah Dassanayake, Kodali, & Ueno, 2011).
(bees wax) dan lemak kakao. Pentingnya Dalam industri makanan, oleogel
pengembangan oleogel dan oleogelator berbasis lilin dapat digunakan untuk
berbasis minyak nabati berkaitan dengan menggantikan sebagian atau seluruhnya
sifat lemaknya yang lebih mudah berinteraksi lemak trans dan atau lemak jenuh dalam
dengan bahan lain, mudah dibentuk sesuai formulasi makanan berbasis lemak seperti
dengan karakteristik yang diinginkan, lebih shortening, margarin, produk manisan,
murah bila dibandingkan dengan lemak es krim, dan whipped-cream. Selain itu,
non nabati lainnya, dan memiliki fungsi migrasi minyak dapat dicegah dengan
kesehatan. Dilaporkan oleh Maragoni (2012), menggunakan kristal lilin untuk menangkap
penataan minyak nabati dengan suatu minyak cair dalam isian permen berbasis
organogelator menjadi strategi penelitian lemak (Doan, et al., 2018).
yang penting untuk mengganti lemak trans Penggunaan lilin lebah dan lemak
tanpa meningkatkan jumlah lemak jenuh. kakao sebagai oleogelator didasarkan pada
Penggunaan jenis minyak sawit dan sifat-sifat dari kedua bahan tersebut yang
minyak kedelai dalam penataan struktur cenderung membentuk kristal padat dan
oleogel karena kedua jenis minyak nabati lebih mudah berinteraksi untuk restrukturisasi
ini memiliki sifat-sifat yang berbeda. Minyak minyak nabati menjadi oleogel. Lilin lebah
sawit memiliki komposisi asam lemak jenuh memiliki titik lebur yang rendah antara 62 – 64
dan asam lemak tidak jenuh yang seimbang 0
C. Komponen utamanya berupa palmintat,
dengan komponen utamanya adalah asam palmitoleat dan ester dari asam oleat dengan
palmitat (44-45%), asam oleat (39-40%), panjang rantai karbon antara 30 – 32.
asam linoleat (10-11%) dan sejumlah Diketahui, lilin lebah mengandung sekitar 71
kecil asam linolenat (Gunstone, 2002). % ester rantai panjang, 12 % asam lemak
Keseimbangan kandungan asam lemak bebas, dan 14 % hidrokarbon (Jana and
jenuh dan asam lemak tidak jenuh pada Martini., 2016a; Ogutcu et al., 2015; Blake
minyak sawit memungkinkan jenis minyak ini et al., 2014) sehingga mampu membentuk
lebih stabil dibanding dengan jenis minyak struktur kristal jaringan tiga dimensi oleogel
nabati lainnya (Wulandari et al., 2011). yang lebih padat. Kombinasi lilin lebah
Sedangkan minyak kedelai didominasi oleh dengan lemak kakao akan memperkuat
85 – 90% asam lemak tidak jenuh dengan pembentukan struktur jaringan oleogel.
fraksi cair dibanding dengan jenis minyak Potensi lemak kakao sebagai
nabati lain seperti minyak kelapa. Dominasi oleogelator karena memiliki beberapa
asam lemak jenuh pada minyak sawit akan komponen utama antara lain: asam stearat
membentuk sifat minyak yang semi solid (34%), asam oleat 34%, asam palmitat (25%)

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 34


dan asam oleat (2%) (Ross, 2000). Asam METODOLOGI
stearat dari lemak kakao tergolong asam Tempat dan Waktu Penelitian
lemak jenuh yang memberikan struktur padat
Penelitian ini telah dilaksanakan di
pada lemak kakao. Asam lemak dengan
Laboratorium Penelitian dan Pengembangan
tingkat kejenuhan yang tinggi menghasilkan
Balai Besar Industri Hasil Perkebunan di
material dengan titik leleh yang lebih tinggi,
Makassar dan di laboratorium Farmasi
sehingga apabila diaplikasikan sebagai
Institut Teknologi Bandung (ITB) mulai bulan
oleogelator akan membentuk material
Januari sampai dengan Oktober 2018.
dengan viskositas dan titik leleh yang tinggi.
Kombinasi lemak kakao dengan material
Alat dan Bahan
lain yang mengandung asam lemak tidak
jenuh yang tinggi seperti minyak kedelai Alat-alat yang digunakan antara lain
dan minyak sawit akan menghasilkan ultra turraxdigital, Model: T25D buatan
material dengan sifat atau tekstur yang Jerman, penangas air (Thermostatic water
tidak memadat maupun tidak mencair atau bath, Model: HWS-24, Merek Drawell,
berada pada kondisi dengan kekentalan buatan Shanghai), Hot Plate (Thermo, Model
yang stabil. Sifat ini dapat ditata ulang No: SP88857105 Merek Cimarec, buatan
atau direkonstruksi sesuai peruntukannya. China), magnetic stirrer, gelas plastik steril
Tujuannya adalah untuk memperbaiki sifat 150 ml, botol kaca vakum, tabung Eppendorf-
struktur lemak dan minyak nabati, sehingga PCR tube 1,5 ml dan alat sentrifus (Hettich
memberikan tekstur yang lebih baik sesuai Zentrifugen EBA 200, buatan Jerman).
peruntukannya seperti untuk diplikasikan Penelitian ini dilaksanakan dengan
pada pembuatan produk makanan cokelat metode percobaan pada skala laboratorium.
oles, es krim dan sosis. Kegiatan penelitian dilaksanakan melalui
Penataan struktur oleogel berbasis kajian beberapa literatur, pelaksanaan
minyak sawit dan minyak kedelai dengan penelitian, dan analisis karakteristik produk.
kombinasi oleogelator merupakan alasan Bahan-bahan yang digunakan untuk
untuk menghadirkan suatu material pembuatan oleogel terdiri dari: minyak
pengganti lemak yang memiliki karakteristik kedelai dan minyak sawit yang dikomersil-
sesuai peruntukannya, sehingga perlu kan sebagai minyak pangan; lilin lebah (bees
diketahui sifat-sifat atau karakteristik fisik wax) dan lemak kakao sebagai gelator atau
berdasarkan perlakuan yang diberikan. oleogelator untuk membentuk emulsi; dan
Karakteristik fisik ini berkaitan dengan Tertier Butyl Hydroxy Quninolin (TBHQ)
fungsi dan interaksi oleogel dengan bahan sebagai antioksidan untuk minyak dan lemak.
lain yang akan dibentuk menjadi suatu
produk baru, bahan pengisi atau bahan Tahapan Pelaksanaan Penelitian
tambahan. Karakter fisik yang dimaksud Pembuatan oleogel, oleogator,
meliputi viskositas, kekakuan, kelarutan, dan dan Perlakuan Percobaan
kemampuan berinteraksi dengan bahan lain.
Pembuatan oleogel dimulai dengan
Penentuan sifat fisik ini akan memberikan
cara menyiapkan bahan-bahan yang terdiri
informasi dalam mengaplikasikan sesuai
dari; lilin lebah dan lemak kakao sebagai
peruntukannya.
oleogelator dan minyak nabati (minyak sawit
Penelitian ini bertujuan untuk me-
dan minyak kedelai).
ngungkap karakteristik oleogel yang
Lemak kakao dan lilin lebah dipanaskan
dibentuk dari bahan minyak nabati (minyak
terpisah pada suhu 90 0C hingga mencair
sawit dan kedelai) dan lilin lebah dan lemak
sempurna. Kedua oleogator tersebut dalam
kakao sebagai oleogelator.
keadaan mencair kemudian dicampur dan
diaduk hingga homogen dengan komposisi
sesuai perlakuan yaitu; gelator pertama

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 35


(O1) terdiri dari 1% lemak kakao + 9 % lilin HASIL DAN PEMBAHASAN
lebah (total 10%); dan gelator kedua (O2) Pembentukan Struktur Oleogel
terdiri dari 3 % lemak kakao + 7 % lilin lebah
(total 10 %). Proses oleogelasi dilakukan Tampilan micrograf scanning electron
dengan cara mencampurkan masing-masing microscopy untuk struktur kristal oleogel
oleogator ke dalam 90 % minyak kedelai dimulai dengan pembesaran 1000x, 2000x,
(K1) maupun ke dalam 90% minyak sawit 8000x dan 20.000x. Hasil pengamatan
(S1) pada wadah yang berbeda, kemudian menunjuk-kan, terjadi pembentukkan struktur
dipanaskan pada penangas air dengan suhu secara berkelompok (cluster) tetapi belum
90 0C sambil diaduk dengan ultra turrax pada menyatu dengan struktur yang kompak (tidak
kecepatan 1.500 rpm (V1) dan 25.000 rpm homogen) (Gambar 1a, 1b, dan 1c). Umumnya
(V2) selama 5 menit. Oleogel yang terbentuk struktur atau profil oleogel berbentuk bulat,
kemudian disimpan pada suhu kamar selama setengah bulat dan sebagian berupa kubus-
24 jam hingga oleogel terbentuk sempurna. kubus kecil. Pembentukan cluster diduga
Kombinasi perlakuan membentuk delapan berkaitan dengan proses penyatuan molekul
satuan percobaan (sampel) yaitu: K1O1V1 yang belum sempurna sebagai akibat proses
(90% minyak kedelai + 1% lemak kakao + pengadukan belum optimal (15.000 rpm).
9% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 1.500 Proses homogenasi berkaitan dengan proses
rpm); K1O1V2 (90% minyak kedelai + 1% pemecahan molekul menjadi mikro sampai
lemak kakao + 9% lilin lebah, diaduk pada nano molekul. Hal ini sangat bergantung pada
kecepatan 25.000 rpm ); K1O2V1 (90% jenis alat, kecepatan pengadukan dan waktu.
minyak kedelai + 3% lemak kakao + 7% lilin Pada kenyataannya, oleogel dengan struktur
lebah, diaduk pada kecepatan 1.500 rpm); molekul dalam bentuk cluster atau parsial
K1O2V2 (90% minyak kedelai + 3% lemak tidak membentuk tekstur dengan viskositas
kakao + 7% lilin lebah, diaduk pada kecepatan yang baik. Penanganan terhadap masalah
25.000 rpm); S1O1V1 (90% minyak sawit ini adalah dengan mempertimbangkan
+ 1% lemak kakao + 9% lilin lebah, diaduk penggunaan jenis oleogelator atau gelator
pada kecepatan 1.500 rpm); S1O1V2 (90% dan penggunaan pengadukan bertekanan
minyak sawit + 1% lemak kakao + 9% lilin atau dengan sistem pengadukan kecepatan
lebah, diaduk pada kecepatan 25.000 rpm); tinggi (25.000 rpm).
S1O2V1 (90% minyak sawit + 3% lemak Mikrograf dengan pembesaran sampai
kakao + 7% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 20.000x (Gambar 1e dan 1f) menunjukkan
1.500 rpm); S1O2V2 (90% minyak sawit bahwa pada struktur mikro molekul oleogel
+ 1% lemak kakao + 9% lilin lebah, diaduk telah terjadi interaksi yang sangat kuat
pada kecepatan 25.000 rpm). antar molekul bahan penyusun oleogel,
dimana terjadi penyatuan struktur secara
Pengujian Oleogel merapat sehingga membentuk jaringan
kristal tiga dimensi dengan susunan yang
Parameter uji yang dilakukan untuk
tidak beraturan. Di antara kedua pola
mengevaluasi kualitas oleogel yang dihasilkan
struktur yang terbentuk tersebut, Gambar 1e
meliputi: analisis tekstur dan analisis struktur
(S1O1V1) yang merupakan sampel oleogel
atau morfologi kristal dengan scanning
yang tersusun dari minyak sawit 90 % dan
electron microscopy pada pembesaran 1000
oleogator 10 % (1 % lemak kakao dan 9
sampai 20.000x, analisa termal dengan alat
% lilin lebah), memperlihatkan pola yang
differential scanning calorimetry, viskositas,
merapat dan menyatu dibanding dengan pola
dan kandungan lemak padat (solid fat
yang terbentuk pada formasi lainnya. Hal ini
content) menggunakan metode NMR.
meununjukkan bahwa penggunaan minyak
sawit dengan oleogelator (1 % lemak kakao
dan 9 % lilin lebah) cenderung membentuk
sifat oleogel yang lebih stabil dan homogen.

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 36


Didukung oleh hasil uji viskositas (Gambar 3) kedelai dalam memproduksi oleogel. Selain
dimana diperoleh oleogel dengan viskositas itu, pengaruh yang kuat dari penambahan
tertinggi terdapat pada perlakuan penggunaan oleogelator (9 % lilin lebah dan 1 % lemak
minyak sawit dengan oleogelator (1 % lemak kakao) mengindikasikan bahwa lilin lebah
kakao dan 9 % lilin lebah) yang diproses cenderung lebih berpengaruh dari lemak
dengan kecepatan aduk pada 25.000 rpm. Hal kakao dalam membentuk tekstur oleogel.
ini menunjukkan bawa terdapat perbedaan Hasil percobaan menunjukkan bahwa
antara penggunaan minyak kedelai dan penggunaan lemak kakao 1 - 3 % tidak
minyak sawit, perbedaan komposisi mempengaruhi tekstur oleogel. Diketahui
oleogelator dan kecepatan pengadukan dalam bahwa, lilin lebah mengandung sekitar 71 %
proses pembentukan struktur oleogel. Ditinjau ester rantai panjang, 12 % asam lemak bebas,
dari jenis asam lemak penyusun kedua jenis dan 14 % hidrokarbon (Jana and Martini.,
minyak tersebut, minyak sawit didominasi 2016a; Ogutcu et al., 2015; Blake et al., 2014)
oleh 50 % asam lemak jenuh dan 50 % asam sehingga mampu membentuk struktur kristal
lemak tidak jenuh, sedangkan minyak kedelai jaringan tiga dimensi oleogel yang lebih padat
didominasi oleh 85-90 % asam lemak tidak dibanding lemak kakao. Salah satu bentuk
jenuh dan 10 – 15 % asam lemak jenuh. Asam bangunan oleogel yang membentuk struktur
lemak jenuh cenderung membentuk fraksi tiga dimensi adalah partikel kristal seperti
padat sedangkan asam lemak tidak jenuh triasilgliserida (TAG) yang yang memerangkap
membentuk fraksi cair. Dominasi asam lemak minyak cair (Narine dan Marangoni, 1999).
jenuh pada minyak sawit akan membentuk sifat Contoh jaringan kristal yang dikembangkan
minyak yang semi solid atau kental dibanding adalah oleogel berbahan lilin nabati seperti lilin
dengan minyak kedelai yang agak cair. Hal ini candellila (Candellila wax), lilin mata beras (rice
berakibat pada terbentuknya tekstur oleogel bran wax) dan lilin lebah (beeswax).
yang lebih baik dibanding penggunaan minyak

Gambar 1a. Hasil foto SEM sampel K1O1V1 (90% minyak kedelai + 1% lemak kakao + 9% lilin lebah,
diaduk pada kecepatan 1.500 rpm)

Gambar 1b. Hasil foto SEM sampel K1O1V2 (90% minyak kedelai + 1% lemak kakao + 9% lilin lebah,
diaduk pada kecepatan 25.000 rpm )

Gambar 1c. Hasil foto SEM sampel K1O2V1 (90% minyak kedelai + 3% lemak kakao + 7% lilin lebah,
diaduk pada kecepatan 1.500 rpm)

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 37


Gambar 1d. Hasil foto SEM sampel K1O2V2 (90% minyak kedelai + 3% lemak kakao + 7% lilin lebah,
diaduk pada kecepatan 25.000 rpm).

Gambar 1e. Hasil Foto SEM sampel S1O1V1 (90% minyak sawit + 1% lemak kakao + 9% lilin lebah,
diaduk pada kecepatan 1.500 rpm).

Gambar 1f. Hasil foto SEM sampel S1O1V2 (90% minyak sawit + 1% lemak kakao + 9% lilin lebah,
diaduk pada kecepatan 25.000 rpm).

Gambar 1g. Hasil foto SEM sampel S1O2V1 (90% minyak sawit + 3% lemak kakao + 7% lilin lebah,
diaduk pada kecepatan 1.500 rpm).

Gambar 1h. Hasil foto SEM sampel S1O2V2 (90% minyak sawit + 1% lemak kakao + 9% lilin lebah,
diaduk pada kecepatan 25.000 rpm).

Titik Leleh akan dibentuk. Suhu, entalpi leleh dan


kristalisasi adalah parameter termal yang
Pentingnya titik leleh berkaitan dengan
terkait dengan polaritas molekul dan energi
kemampuan oleogel untuk berinteraksi
interaksi molekul untuk membentuk struktur
dengan bahan lain maupun untuk memenuhi
kristal gelator (Toro-Vazquesz et al., 2013).
fungsi dari suatu karakter produk yang

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 38


Gambar 2. Kondisi termal (titik leleh dan titik leleh sempurna) oleogel dari
berbagai perlakuan oleogasi

Keterangan Gambar :
K1O1V1 = (90% minyak kedelai + 1% lemak kakao + 9% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 1.500 rpm)
K1O1V2 = (90% minyak kedelai + 1% lemak kakao + 9% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 25.000 rpm )
K1O2V1 = (90% minyak kedelai + 3% lemak kakao + 7% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 1.500 rpm)
K1O2V2 = (90% minyak kedelai + 3% lemak kakao + 7% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 25.000 rpm)
S1O1V1 = (90% minyak sawit + 1% lemak kakao + 9% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 1.500 rpm)
S1O1V2 = (90% minyak sawit + 1% lemak kakao + 9% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 25.000 rpm)
S1O2V1 = (90% minyak sawit + 3% lemak kakao + 7% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 1.500 rpm)
S1O2V2 = (90% minyak sawit + 1% lemak kakao + 9% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 25.000 rpm).
MP = Mentega Putih sebagai pembanding

Hasil analisis secara umum perbedaan yang tidak mencolok dengan


menunjukkan bahwa titik leleh sempurna oleogel yang berbahan minyak kedelai.
oleogel pada berbagai perlakuan oleogelasi Dilaporkan oleh Wulandari et al. (2011),
mengalami perbedaan yang tidak mencolok minyak sawit memiliki titik leleh yang cukup
antara proses oleogelasi dengan minyak tinggi yaitu 25 – 50 0C sehingga jenis minyak
kedelai maupun dengan minyak sawit ini lebih bersifat semi solid dibanding minyak
(Gambar 2). Penggunan oleogelator kedelai. Secara umum dapat disimpulkan
dengan kecepatan aduk yang berbeda bahwa, nilai titik leleh oleogel yang diperoleh
juga tidak menunjukkan pengaruh terhadap dari berbagai perlakuan hampir mendekati,
perubahan nilai titik leleh oleogel. Kisaran bahkan melebihi nilai titk leleh mentega putih
titk leleh oleogel yang menggunakan minyak (sampel pembanding) (Gambar 2). Hal ini
kedelai berkisar antara 42,88 – 46,60 oC menunjukkan bahwa dari sisi termal, proses
sedangkan titik leleh oleogel dari bahan oleogelasi dari berbagai perlakuan sudah
minyak sawit berkisar antara 43,72 – 45,53 mendekati sempurna, dimana aplikasi produk
o
C. Namun jika dilihat dari data atau angka diperkirakan dapat meningkatkan ketahanan
kisaran suhu ini terlihat bahwa nilai titik leleh pada kondisi diatas suhu kamar.
leleh oleogel dengan bahan minyak sawit
pada berbagai perlakuan memiliki bias Viskositas
yang kecil (s=0,839) dan cenderung lebih Hasil analisis viskositas oleogel
rapat dibanding dengan kisaran suhu pada menunjukkan bahwa penggunaan minyak
oleogel yang berbahan minyak kedelai nabati (minyak sawit dan mnyak kedelai) dan
(s=1,179). Hal ini menunjukkan bahwa sifat oleogator maupun kecepatan pengadukan
oleogel yang diolah dengan bahan minyak mempengaruhi nilai kekentalan (viskositas)
sawit agak lebih stabil walaupun memiliki

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 39


oleogel. Gambar 3 memperlihatkan viskositas oleogel yang baik walaupun
penggunaan minyak sawit (S) menghasilkan didukung dengan kecepatan pengadukan
oleogel dengan kekentalan yang lebih tinggi yang lebih besar (25.000 rpm) (contoh
dari minyak kedelai (K) maupun pembanding sampel :K1O2V1, KO2V2 dan S1V2O1,
mentega putih (MP). Viskositas oleogel S1O2V2). Keunggulan penggunaan lilin
yang menggunakan minyak kedelai berkisar lebah berkaitan dengan densitas yang lebih
antara 30,59 x 103 – 119,00 x 103 centipoise tinggi dibanding densitas lemak kakao.
sedangkan viskositas oleogel dari bahan Dilaporkan oleh Wulandari et al. (2011),
minyak sawit berkisar antara 43,79 x 103 bahwa suhu dapat mempengaruhi densitas
– 151,00 x 103 centipoise. Penambahan dimana kenaikan suhu dapat menurunkan
oleogator (1% lemak kakao dan 9 % lilin densitas. Hal ini sangat membantu kelarutan
lebah) dalam proses gelasi cenderung dan interaksi minyak sawit maupun
membentuk oleogel yang lebih padat oleogelator dengan densitas tinggi seperti
dibanding penggunaan oleogelator (3% lemak kakao dan lilin lebah, sehingga
lemak kakao dan 7 % lilin lebah). Keunggulan apabila suhu diturunkan maka akan
minyak sawit diduga terkait dengan sifat terbentuk material oleogel yang kompak
semi solid dengan kandungan asam lemak dan padat. Namun demikian oleogel dengan
jenuh yang lebih banyak (50 %), dan stabil kekentalan yang rendah masih memiliki
dibanding dengan minyak kedelai yang keunggulan sesuai fungsi dan peruntukan
bersifat agak cair dengan kandungan asam untuk produk-produk yang membutuhkan
lemak jenuh sekitar 10 – 15 %. Dominasi bahan pengisi dengan kekentalan rendah
oleogelator (1 % lemak kakao dan 9 % lilin seperti selai, tart, media pengharum, lotion,
lebah) mengindikasikan bahwa pengaruh minyak rambut dan lain-lain. Selain itu,
lilin lebah lebih menonjol dibanding lemak oleogel dengan kekentalan rendah dapat
kakao, dimana penggunaan 3 % lemak ditata ulang dengan memodifikasi jenis dan
kakao tidak memberikan efek pembentukan komposisi oleogator.

Gambar 3. Viskositas Oleogel yang dihasilkan dari minyak kedelai dan


minyak sawit dengan oleogator lemak kakao dan lilin lebah
pada kecepatan pengadukan 15.000 dan 25.000 rpm

Keterangan Gambar :

K1O1V1 = (90% minyak kedelai + 1% lemak kakao + 9% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 1.500 rpm)
K1O1V2 = (90% minyak kedelai + 1% lemak kakao + 9% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 25.000 rpm )
K1O2V1 = (90% minyak kedelai + 3% lemak kakao + 7% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 1.500 rpm)

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 40


K1O2V2 = (90% minyak kedelai + 3% lemak kakao + 7% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 25.000 rpm)
S1O1V1 = (90% minyak sawit + 1% lemak kakao + 9% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 1.500 rpm)
S1O1V2 = (90% minyak sawit + 1% lemak kakao + 9% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 25.000 rpm)
S1O2V1 = (90% minyak sawit + 3% lemak kakao + 7% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 1.500 rpm)
S1O2V2 = (90% minyak sawit + 1% lemak kakao + 9% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 25.000 rpm).
MP = Mentega Putih sebagai pembanding

yang digelasi dengan minyak kedelai


Kandungan Lemak Padat (Solid Fat maupun minyak sawit. Tingkat ketelitian
Content) dari hasil analisis sampel dengan perlakuan
penggunaan minyak kedelai (K) menunjukkan
Hasil analisis terhadap kandungan
bias yang lebih kecil (s=2,032) dibanding hasil
lemak padat (SFC) oleogel dari berbagai
analisis sampel pada perlakuan penggunaan
perlakuan oleogelasi menunjukkan bahwa
minyak sawit (s=6,234).
terdapat perbedaan antara SFC oleogel

Gambar 4. Kandungan lemak padat (solid fat content) Oleogel dari berbagai perlakuan oleogasi

Keterangan Gambar :
K1O1V1 = (90% minyak kedelai + 1% lemak kakao + 9% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 1.500 rpm)
K1O1V2 = (90% minyak kedelai + 1% lemak kakao + 9% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 25.000 rpm )
K1O2V1 = (90% minyak kedelai + 3% lemak kakao + 7% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 1.500 rpm)
K1O2V2 = (90% minyak kedelai + 3% lemak kakao + 7% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 25.000 rpm)
S1O1V1 = (90% minyak sawit + 1% lemak kakao + 9% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 1.500 rpm)
S1O1V2 = (90% minyak sawit + 1% lemak kakao + 9% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 25.000 rpm)
S1O2V1 = (90% minyak sawit + 3% lemak kakao + 7% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 1.500 rpm)
S1O2V2 = (90% minyak sawit + 1% lemak kakao + 9% lilin lebah, diaduk pada kecepatan 25.000 rpm).
MP = Mentega Putih sebagai pembanding

Gambar 4, memperlihatkan bahwa pada kecepatan pengadukan 25.000 rpm


kecepatan pengadukan tidak mempengaruhi (K1O2V1 dan K1O2V2). Hal ini menunjukkan
kandungan SFC oleogel dari minyak kedelai bahwa, pada kecepatan pengadukan yang
yang digelasi dengan oleogelator 1% rendah (1.500 rpm), lemak kakao (3%)
lemak kakao dan 9% lilin lebah (K1O1V1 dan lilin lebah 7% belum teremulsi secara
dan K1O1V2), tetapi hasil digelasi minyak sempurna yang berakibat pada tingginya
kedelai dengan oleogelator (3% lemak FSC (sampel K2O2V1), sedangkan pada
kakao dan 7% lilin lebah) menunjukkan kecepatan 25.000 rpm terjadi peningkatan
nilai SFC yang lebih tinggi pada kecepatan penguraian oleogeator menjadi emulsi yang
pengadukan 1.500 rpm dan menurun stabil menyebabkan SFC menurun (sampel

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 41


K2O2V2). Selain itu, komposisi lemak bentuk fraksi minyak berupa asam oleat dan
kakao 3 % sebagai oleogelator, memberi lenolenat, dan 10 % dalam bentuk fraksi
kontribusi terhadap kandungan lemak padat padat berupa asam stearat, palmintat dan
oleogel. Walaupun tidak mempengaruhi laurat.
struktur oleogel, kehadiran lemak kakao Variasi kandungan lemak padat
dalam proses oleogelasi dapat menjadi (SFC) oleogel yang dihasilkan dari berbagai
keseimbangan dalam mempertahankan perlakuan pada penelitian ini dapat dijadikan
elastisitas dan sifat gelatinasi maupun dalam acuan untuk pengembangan tipe dan jenis
membentuk struktur oleogel. produk sesuai dengan karakteristik oleogel
Pengadukan dengan kecepatan yang dihasilkan.
tinggi cenderung menghasilkan tumbukan
yang lebih besar pada molekul sehingga KESIMPULAN
memungkinkan material lilin lebah dan lemak
Data karakteristik menunjukkan
kakao lebih mudah terinklusi satu dengan
bahwa oleogel dapat dirancang dari minyak
yang lainnya membentuk kristal molekul baru
nabati seperti minyak sawit dan kedelai
yang lebih stabil dan homogen, walaupun
dengan oleogelator lemak kakao dan lilin
pada beberapa kasus, tumbukan yang terlalu
lebah.
besar dan terlalu lama akan memutuskan
Oleogel yang dihasilkan dari oleogelasi
ikatan suatu molekul yang terstruktur dan
minyak sawit dan minyak kedelai dengan
kembali menjadi molekul awal.
oleogelator atau gelator lemak kakao dan
Oleogelasi minyak sawit dengan
lilin lebah menunjukkan karakteristik yang
olegelator 3% lemak kakao dan 7 % lilin
berbeda-beda, sehingga aplikasinya akan
lebah (Gambar 4) contoh sampel S1O2V1
disesuaikan dengan sifat-sifat oleogel
dan S1O2V2), cenderung menghasilkan
tersebut.
oleogel dengan kandungan SFC yang
Karakteristik yang diperoleh adalah;
tertinggi. Terdapat perbedaan pada
memiliki titik leleh dan viskositas yang
perlakuan pengadukan, dimana semakin
tinggi yaitu 43,72 – 45,53 oC dan 161 x 103
tinggi kecepatan pengadukan, kadar SFC
centipoise, kandungan lemak padat yang
semakin meningkat. Hal ini menunjukkan
rendah (83,33%), dan mempunyai struktur
bahwa kontribusi 3% lemak kakao ditunjang
yang lebih padat dan homogen.
dengan dominasi lemak jenuh pada minyak
Oleogel dengan karakteristik terbaik
sawit (asam palmitat 44-45%, asam
diperoleh dari proses oleogelasi dengan
oleat 39-40%, asam linoleat 10-11% dan
minyak sawit dan oleogelator (1% lemak
sejumlah kecil asam linolenat) (Gunstone,
kakao dan 9% lilin lebah) pada kecepatan
2002) menyebabkan SFC meningkat, bila
pengadukan 25.000 rpm.
dibanding dengan minyak kedelai yang
didominasi oleh asam lemak tidak jenuh
DAFTAR PUSTAKA
mencapai 87-93% (Tuminah, 2009).
Penambahan lemak kakao dalam 1. Dassanayake, L.S.K., Kodali, D.R., Ue-
komposisi oleogelator dapat mempengaruhi no, S., Sato, K., 2009. Physical Pro-
kandungan SFC, namun keberadaannya perties of Rice Bran Wax in Bulk and
dapat menjadi keseimbangan dalam Organanogels. J Am.Chem. Soc. 86.
mempertahankan elastisitas dan sifat 1163-73.
gelatinasi maupun dalam membentuk 2. Dassanayake, L.S.K., Kodali, D.R., Ueno,
struktur oleogel. Bila dibandingkan dengan S., 2011. Formation of Oleogel based
mentega putih (MP), kandungan lemak on Edible Lipid Materials. Current
padat oleogel dari berbagai perlakuan masih Oppinion in Colloidal&Interface
berada di bawah sampel standar mentega Science 16. 432-439.
putih (MP). Hal ini disebabkan karena 90 3. Davidovich, P.M., Barbut, S., & Marangoni,
% bahan pembentuk oleogel berada dalam A. G., 2016. Development, Characteri-

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 42


zation and Utilization of Food-Grade Formation of Oleogels based on Edible
Polymer Oleogels, Annu. Rev. Food Lipid Materials. Current Opi-nion
Sci. Technol. (December 2015). in Colloid & Interface Science, 16(5),
4. Doan, C.D., Tavernier, I., Okuro, P.K., 432–439.
& Dewettinck, K., 2018. Internal 15. Toro-Vazquez JF, Morales-Rueda JA,
and External Factor Affecting Dibildox-Alvarado E, Char´ o-Alonso
the Crystallization, Gelation and M, Alonzo-Macias M, Gonz´alez-
Application of Wax-Based Oleogel Ch´avezM.M., 2007. Thermal and
in Food Industry. Food Science & Textural Properties of Organogels
Emerging Technologys. Volume 45, Developed by Candelilla Wax in
Februari 2018. Pages 42 – 52. San Flower Oil. J. Am. Chem. Soc.
5. Gunstone, F.D., 2002. Vegetable Oil in 84:989–1000
Food Technology: Composition, 16. Toro-Vazquez, J.F., Morales-Rueda, J.,
Properties and Uses. Blachwell Torres-Martínez, A., Char_o-Alonso,
Publishing. Hal 59-93. M.A., Mallia, V.A.,Weiss, R.G.,
6. Kodali D. R., 2009. The Utilization of Rice 2013. Cooling Rate Effects on the
Bran Wax to Stabilize Long Chain ω-3 Microstructure, Solid Content, and
Polyunsaturated Fatty Acid Esters. Rheological Propertiesof Orga-nogels
Lipid Technol., 21, 254-6 of Amides Derived from Stearic and (R)-
7. Kraft, J. N., & Lynde, C. W., 2005. Moisturi- 12-Hydroxy Stearic Acid in Vegetable
zers: what they are and a practical Oil. Langmuir29, 7642e7654.
approach to product selection. Skin 17. Tuminah, S., 2009. Efek Asam Lemak
Therapy Lett, 10(5), 1-8. Jenuh dan Asam Lemak Tidak Jenuh
8. Marangoni A.G, Garti N., 2011. Edible “Trans” terhadap Kesehatan. Media
Oleogels: Structure and Health Penelitian dan Pengembangan
Implications. Urbana: AOCS Pres Kesehatan. Volume XIX Tahun 2009,
9. Marangoni, A. G., 2012. Organogels: An Suplemen II. Hal. S13-S20.
Alternative Edible Oil-Structuring Me- 18. Van, D., 2016. Edible Applications of
thod, J. Am. Oil Chem. Soc. 89:749-80. Shellac Oleogels: Spreads, Chocola-
10. Narine, S.S., Marangoni, A.G.,1999. te Paste and Cakes, (March 2014).
Mechanical and Structural Model of doi:10.1039/c4fo00034j
Fractal Networks of Fat Crystals at 19. Venter, M.J., Schouten, N., Hink, R.,
Low Deformations. J. Am. Phys. Soc. Kuipers, N., de Haan, A.B., 2007. Ex-
60, 6991e7000. pression of Cocoa Butter from Cocoa
11. Ogutcu, M., Arifoglu, N., Yılmaz, E., 2015. Nibs. Separation and Purification
Preparation and Characterization of Technology 55(2), 256-264
Virgin Olive Oil Bees Wax Oleogel 20. Wassell P, Bonwick G, Smith CJ,
Emulsion Products. J. Am. Oil Chem. Almiron-Roig E, YoungN.W.G., 2010.
Soc. 92, 459e471. Towards a Multidisciplinary Approach
12. Nasir, M. A. S. M., 2005. Taxonomic to Structuring in Reduced Saturated
Perspective of Plant Species Yielding Fat–Based Systems: a Review. Int. J.
Vegetable Oils used in Cosmetics Food Sci. Technol. 45:642–55
and Skin Care Products. African 21. Wulandari, et al., 2011. Karakteristik
Journal of Biotechnology, 4(1), 36. Fisikawi dan Kimiawi Minyak Kelapa
13. Ross, J., 2000. Cocoa and Chocolate as Sawit dan Minyak Bekatul serta
Functional Foods, Journal of Medical Kandungan Gizinya. Kabar Pangan
Food, Vol.3. No. 2. 2000. Pertanian.(http://pengetahuan pa-
14. Samuditha, L., Dassanayake, K., Kodali, ngan pertanian.blog.spot.com/ 2016/-
D. R., & Ueno, S., 2011. Current Opi- 04/karakteristik-fisikawi-dan-kimiawi.
nion in Colloid & Interface Science html. Diakses: 23 Agustus 2019.

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 43

Anda mungkin juga menyukai