Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman flora dan memiliki
kesuburan tanah yang luar biasa. Hampir semua tanaman dapat tumbuh di Indonesia,
oleh karena itu banyak tumbuhan yang bisa dibudidayakan di Indonesia. Salah satu
tanaman yang dibudidayakan di Indonesia adalah rosella (Hibiscus sabdariffa L ).
Rosella adalah tanaman perdu yang diperkirakan berasal dari Afrika, kemudian
menyebar secara luas ke daerah tropis dan sub tropis.
Pohon ini tumbuh dari biji dengan ketinggian yang bisa mencapai 3-5 meter
serta mengeluarkan bunga hampir sepanjang tahun. Bunga rosella berwarna cerah
dengan kelopak bunga berwarna merah gelap. Bunga rosella memiliki keindahan
biasanya dipakai sebagai tanaman hias taman luar ruangan, tanaman pagar, tanaman
hias dalam ruangan berupa bunga rangkai.
Rosella memiliki batang berwarna coklat kemerahan, batang berbentuk
silindris dan berkayu serta memiliki banyak percabangan. Pada batang melekat daun-
daun yang tersusun berseling, berwarna hijau, daun menjari mirip daun singkong
berujung runcing. Tulang daun rosella berwarna merah, dan memiliki panjang daun
mencapai 5-15 cm dan lebar 5-8 cm. Akar yang menopang batang batangnya berupa
akar tunggang.
Bunga rosella berwarna merah dan muncul di ketiak daun, mahkota bunga
berbentuk corong terdiri dari lima daun mahkota. Kelopak bunganya sangat menarik
dengan bentuk yang mengerut dan terbentuk dari lima helai daun kelopak. Selain
mahkota dan kelopak, bunga ini juga dilengkapi dengan 8-12 kelopak tambahan .
Pemanfaatan tanaman rosella secara tradisional sebagai tanaman obat dari
berbagai penyakit sudah dilakukan di banyak negara sejak beberapa dekade terakhir.
Misalnya sebagai antiseptik, aprodisiak (meningkatkan vitalitas). demulsen
(menetralisir asam lambung), digestif (melancarkan pencernaan), diuretik,
antihelmintik (anti cacing), refrigeran (efek mendinginkan), tonik (penambah tenaga),
serta mengobati kanker, batuk, dispepsia (sakit maag), disuria (sakit buang air kecil),
demam, hangover (kembung perut), hipertensi (darah tinggi), neurosis, sariawan, dan
mencegah penyakit hati.

1
Tumbuhan rosella merupakan tanaman yang memiliki kandungan kimia
terutama pada akar, batang, daun, dan bunganya. Pada kelopak bunga rosella
mengandung vitamin C (260-280 mg setiap 100 gram), vitamin D, vitamin B1,
vitamin B2, niacin (vitamin B3), riboflavin, betakaroten, zat besi, asam amino,
polisakarida, omega 3, kalsium, dan lain-lain. Rasa asam dari kelopak bunga itu
disebabkan kandungan vitamin C, asam sitrat, dan asam glikolik. Daun dan buah
rosella juga mengandung senyawa bermanfaat diantaranya flavonoid, antosianin, tanin
dan saponin. Senyawa tersebut bersifat antifungi.
Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang pendek,
bersifat anaerob fakultatif, tidak berspora, dan banyak terdapat dilingkungan sekitar.
Sebagian besar Escherichia coli berada dalam saluran pencernaan hewan dan
manusia sebagai flora normal, tetapi ada yang bersifat pathogen yang dapat
menyebabkan diare pada manusia. Berdasarkan mekanisme infeksi Escherichia coli
dalam menimbulkan penyakit, maka Nataro et al., (2004) membagi menjadi 5
kelompok yaitu Enterophatogenic Escherichia coli (EPEC), Enterotoxigenic
Escherichia Coli (ETEC), Enterohemorrhagic Escherichia Coli (EHEC),
Enteroaggreagative Escherichia coli (EaggEC) dan Enteroinvasive Escherichia Coli
(EIEC). Escherichia coli memiliki beberapa antigen yang berperan dalam
pathogenesis seperti antigen somatic, flagella, kapsular, fimbriae, enterotoksin, dan
veretoksin.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaruh pemberian air rebusan bunga rosella (Hibisca sabdriffa L)
dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli ?
2. Pada konsentrasi berapa air rebusan bunga rosella (Hibisca sabdriffa L) memiliki
daya hambat tertinggi terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli?

C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang bertujuan untuk menguji air rebusan
bunga rosella dalam menghambat pertumbuhan bakteri

2
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Masyarakat
Penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang alternatif obat
tradisional yang telah diketahui efektivitas secara laboratorium.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam pengobatan selain
menggunakan obat kimia yang telah dipelajari tenga medis.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini untuk memperoleh data ilmiah mengenai potensi antibakteri air
rebusan bunga rosella sehingga penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah dan dapat menjadi dasar penggunaan untuk menemukan obat-
obat baru yang berguna dalam kehidupan manusia.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TUMBUHAN ROSELLA
1. Definisi rosella
Rosella termasuk dalam keluarga Malvaceae yaitu tumbuhan semak tegak
yang kebanyakan bercabang, memiliki bunga dan batang yang sewarna dan
biasanya mencolok, memiliki daun berwarna hijau gelap sampai dengan merah,
dan memiliki kulit dan batang yang berserat kuat.

Bunga berwarna merah sampai dengan kuning dengan warna gelap


ditengahnya, dengan jumlah kelopak antara 3-7 buah. Bunga rosella memiliki
putik sekaligus serbuk sari sehingga tidak memerlukan bunga lain untuk
bereproduksi.

Rosella memiliki batang berwarna coklat kemerahan, batang berbentuk


silindris dan berkayu serta memiliki banyak percabangan. Pada batang, melekat
daun-daun yang tersusun berseling, berwarna hijau, daun menjari mirip daun
singkong berujung runcing. Tulang daun berwarna merah dan panjang daun
mencapai 6-15 cm sedangkan lebar daun 5-8 cm(2)

Rosella (Hibiscus sabdariffa, Lynn) masih satu family dengan tanaman bunga
sepatu (Hibiscus rosasinensis, L). Tanaman rosella memiliki beberapa varietas,
varietas yang dikenal masyarakat pada umumnya hanya ada dua yaitu:

a. Hibiscus sabdariffa var. sabdariffa Lynn


Hibiscus sabdariffa Lynn merupakan jenis bunga rosella yang
berwarna merah, sering juga disebut rosella merah. Rosella merah
memiliki keunggulan sebagai bahan baku ramuan Cina dan minuman
kesehatan alami. Selain itu, kelopak bunga dapat digunakan untuk
membuat berbagai makanan dan sebagai pewarna makanan.

b. Hibiscus sabdariffavar. ultisima


Hibiscus sabdariffa ultissima adalah sejenis bunga rosella yang
berwarna kuning, sering disebut juga rosella kuning, dikenal sebagai
tanaman penghasil serat.
Rosella Kuning memiliki kelopak berwarna kuning dan serat yang
kuat sehingga banyak digunakan untuk bahan baku kertas industry (pulp)
dan karung goni.

4
Tata nama (toksonomi) tumbuhan rosella (Hibiscus sabdariffa)
dimasukkan dalam klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plante (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Subdiviso : Spermatophyta ( menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/ dikotil)
Sub-kelas : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae (suku kapas-kapasan)
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus sabdariffa L

2. Deskripsi Tumbuhan Rosella


a. Akar
Akar tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.) berbentuk tunggang dan
memiliki warna putih. Terdapat juga akar advetif yang berguna dalam
pengambilan udara dari atmosfer untuk proses metabolism akar.

b. Batang
Batang tanaman rosella (Hibiscus sabdriffa L.) berbentuk silindris
dengan batang berwarna kemerah-merahan, sejenis semak, percabangan
simpodial, berkayu, berdiri tegak, tingginya mencapai 0,5-3 meter dan lilit
btng mencapai 8 cm.

c. Daun
Daun rosella (Hibiscus sabdariffa L.) berebntuk menjari, yakni menjari 3-
5. Tepi dun beringgit tu bergerigi, ujungnya meruncing, permukaan atasnya polos
dan panjang tangkai daun bias sekitar 5-10 cm dan panjang daun mencapai 10-15
cm.

5
d. Bunga
Bunga tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.) berwarna merah dengan
ujung berwarna putih, dengan merah pada pangkal dalamnya dilengkapi dengan
benang sri dan putik. Bunga rosella bersifat tunggal, berada diketiak daun, kelopak
bunga terdiri dri 8-11 daun kelopak, memiliki bulu-bulu halus, dan panjangnya
sekitar 1cm. Mahkota bunga berbentuk corong, terdiri dari lima daun mahkota.
dengan panjang 3-5 cm. Melihat dari jenisnya rosella memiliki dua varietas yaitu
rosell merah dan rosella kuning.

e. Buah
Buah rosella berbentuk bulat meruncing (seperti kerucut), panjng 2-2,5 cm
dan dimeter 1-1,5 cm. Permukaan buah terdapat bulu yang pendek, halus dan
bnyak, ada pula yang berdiri. Buah muda berwarna hijau, tingkat kemsakan buah
rosella setiap tanaman tidak sempurna.
Buah yang terletak dibagian bawah lebih dulu masak dibandingkan dengn
buah dibagian atas atau pucuk, sehingga tingkat kemasakn buah yang dihasilkan
menjadi heterogen (beragam).

f. Biji
Biji rosella berbentuk seperti ginjal, memiliki panjang sekitar 5mm, dan lebar
4 mm. Ketika masih muda biji tersebut berwarna putih dan ketika sudah tua
berwarna abu-abu.

3. Senyawa Pada Rosella


Kandungan senyawa yang terdapat pada bunga rosella adalah flavonoid,
saponin dan tanin. Kandungan senyawa tersebut mampu menghambat
pertumbuhan bakteri salah satunya bakteri Eschericia coli.
a. Flavonoid
Cushnie dan Lamb (2005) menyimpulkan dari penelitian-penelitian
yang telah dilakukan oleh Kono et al., (1995), Kushnie, Hamilton dan Lamb
(2003), Stapleton et al., (2004) bahwa flavonoid bersifat bakterisidal karena
flavonoid tidak membunuh sel bakteri tetapi menghambat agregasi bakteri dan
mengurangi angka Colony Forming Units (CFU). Flavonoid memiliki efek
antibakteri karena dapat menghambat sintesis asam nukleat, mengganggu
fungsi membran sitoplasma dan metabolisme energi bakteri. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Mori et al. menunjukkan bahwa flavonoid menghambat
sintesis DNA dan RNA pada Gram positif.
b. Saponin
Saponin adalah glikosida yang aglikonnya disebut sapogenin.
Keberadaan saponin sangat mudah ditandai dengan pembentukan larutan
dengan air yang apabila dikocok menimbulkan buih yang stabil.
Berdasarkan struktur dari aglikonnya, saponin dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu saponin steroid dan saponin triterpenoid. Saponin
steroid mudah larut dalam air dan alkohol, tetapi tidak larut dalam eter.
Saponin steroid tersusun dari satu aglikon steroid (sapogenin) yang terikat
pada suatu oligosakarida yang biasanya heksosa dan pentose.

6
c. Tanin
Tanin merupakan golongan senyawa fenol yang terdapat pada daun
dan buah yang belum matang. merupakan golongan senyawa aktif tumbuhan,
mempunyai rasa sepat dan tahan pada suhu 100°C. Pada tingkat jaringan, tanin
banyak terdapat pada jaringan palidase. Tanin dapat diekstrak dari bagian-
bagian tumbuhan tertentu dengan menggunakan pelarut. Pelarut yang umum
adalah aseton, etanol, maupun metanol dan secara komersial tanin dapat
diekstraksi dengan menggunakan pelarut air.

B. Antibakteri
Antibakteri atau yang disebut dengan istilah antibiotik adalah suatu senyawa
yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang pada konsentrasi rendah dapat
memusnahkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain.
Antibiotik diklasifikasikan berdasarkan spektrum atau kisaran kerjanya.
Berdasarkan spektrumnya, antibiotik dapat dibedakan menjadi dua yaitu antibiotik
berspektrum luas dan sempit. Antibiotik berspektrum luas (Broad Spectrum) mampu
menghambat bahkan sampai membunuh bakteri dari golongan gram positif maupun
gram negatif. Antibiotik jenis ini diharapkan dapat mematikan sebagian besar bakteri
termasuk virus tertentu dan protozoa. Tetrasiklin dan derivatnya, kloramfenikol serta
Ampisillin merupakan golongan broad spectrum (Notoatmodjo, 2002., Radji, 2010).
Sedangkan antibiotik yang berspektrum sempit (narrow spectrum), hanya mampu
menghambat segolongan bakteri saja, misalnya hanya mampu menghambat atau
hanya membunuh bakteri gram positif saja atau bisa juga hanya membunuh bakteri
gram negatif saja. Antibiotik golongan ini hanya aktif terhadap beberapa jenis bakteri.
Penicillin, streptomisin, neomisin, basitrasina dan polimisin B merupakan obat
golongan narrow spectrum (Dewi, 2013).

C. Escherichia Coli
Genus Escherichia merupakan bagian dari Escherichiae yang termasuk pada
family Enterobacteriaceae dan pertama kali diisolasi pada tahun 1885 oleh seorang
bakteriologis asal Jerman bernama Theodor Escherich (Manning 2010). Escherichia
coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang dengan ukuran berkisar antara
1.0-1.5 μm x 2.0-6.0 μm, tidak motil atau motil dengan flagela serta dapat tumbuh
dengan atau tanpa oksigen, bersifat fakultatif anaerobik dan dapat tahan pada media
yang miskin nutrisi. Karakteristik biokimia E. coli lainnya adalah kemampuannya
untuk memproduksi indol, kurang mampu memfermentasi sitrat, bersifat negatif pada
analisis urease.
Bakteri E. coli umum hidup di dalam saluran pencernaan manusia atau hewan.
Secara fisiologi, E. coli memiliki kemampuan untuk bertahan hidup pada kondisi

7
lingkungan yang sulit. Escherichia coli tumbuh dengan baik di air tawar, air laut, atau
di tanah. Pada kondisi tersebut E. coli terpapar lingkungan abiotik dan biotik
(Anderson et al.2005). Penyakit yang ditimbulkan oleh E. coli disebabkan karena
kemampuannya untuk beradaptasi dan bertahan pada lingkungan yang berbeda. Ada
beberapa jenis kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan bagi E. coli untuk dapat
tetap bertahan, misalnya lingkungan asam (pH rendah) seperti pada saluran
pencernaan manusia, perubahan suhu, serta tekanan osmotik. Kemampuan E. coli
untuk bertahan hidup selama pendinginan dan pembekuan telah terbukti menjadikan
E. coli toleran terhadap kondisi kering.
Escherichia coli dapat hidup dan bertahan pada tingkat keasaman yang tinggi
di dalam tubuh manusia. E. coli juga dapat hidup dan bertahan di luar tubuh manusia
yang penyebarannya melalui feses. Kedua habitat hidup E. coli ini cukup berlawanan.
Saluran pencernaan manusia merupakan habitat yang relatif stabil, hangat, bersifat
anaerob, dan kaya nutrisi. Sementara itu, di luar saluran pencernaan, kondisi
lingkungan dapat sangat beragam, jauh lebih dingin, aerobik, serta kandungan nutrisi
yang lebih sedikit.
1. Klasifikasi Escherichia coli
Bakteri E. coli ditemukan pada tahun 1885 oleh Theodor Escherich
dan diberi nama sesuai dengan nama penemunya. E. coli merupakan
bakteri berbentuk batang dengan panjang sekitar 2 micrometer dan
diamater 0.5 micrometer. Volume sel E. coli berkisar 0.6-0.7 m3. Bakteri
ini dapat hidup pada rentang suhu 20-40 C dengan suhu optimumnya pada
370 C dan tergolong bakteri gram negatif.

Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Order : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli

8
D. Morfologi dan Identifikasi Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri berbentuk batang lurus, tidak berspora, ukuran
0,4-0,7 x 1,4 mikron, sebagian dapat bergerak aktif dengan flagel peritrik dan pada
pewarnaan gram bersifat negatif. (Kuswiyanto. 2016).
Escherichia coli secara khas menunjukkan hasil positif pada tes indol, lisin
dekarbosilase, dan fermentasi manitol serta menghasilkan gas dari glukosa. Pada
isolate dari urin dapat segera diidentifikasi sebagai Escherichia coli dengan
melihat hemolisisnya pada agar darah, morfologi koloni yang khas dengan warna
pelangi yang "berkilau" pada medium diferensial seperti agar eosin methylene
blue agar dan tes bercak indol yang positif. (Staf Pengajar FK UL. 2002
a. Infeksi Saluran Kemih
Escherichia coli adalah penyebab infeksi saluran kemih yang paling
sering sekitar 90% infeksi saluran kemih pertama pada wanita muda. Gejala
dan tanda-tandanya antara lain sering berkemih, disuria, hematuria, dan piuria.
Nyeri pinggang ditimbulkan oleh infeksi saluran kemih bagian atas. Tidak ada
satupun tanda dan gejala tersebut, yang khas untuk infeksi Escherichia coli
Infeksi saluran kemih dapat mengakibatkan bakterimia dengan tanda-tanda
klinis sepsis. (Staf Pengajar FK UL. 2002)

b. Penyakit diare
Escherichia coliyang menyebabkan diare sangat banyak ditemukan di
seluruh dunia. Escherichia coli ini diklasifikasikan berdasarkan
karakteristik sifat virulensinya, dan masing-masing kelompok
menyebabkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda. Sifat perlekatan
sel epitel usus halus atau usus besar dikodekan oleh gen plasmid. Dengan
cara yang sama, toksin sering diperantarai oleh plasmid atau faga. (Staf
Pengajar FK UI. 2002).

9
c. Sepsis
Bila pertahanan penjamu yang normal tidak adekuat, Escherichia coli
dapat masuk keperedaran darah dan menyebabkan sepsis. Neonates.
mungkin sangat rentan terhadap sepsis E. coli karena sedikitnya kadar
antibodi IgM. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi saluran kemih. (Staf
Pengajar FK UI. 2002).

d. Meningitis
Escherichia coli dan streptokokus B merupakan penyebab utama
meningitis pada bayi. Kira-kira 75% Escherichia coli dari kasus meningitis
mempunyai antigen K.I. antigen ini bereaksi silang dengan pollisakarida
kapsular grup B dari N meningitis. Mekanisme virulensi.yang berhubungan
dengan antigen K I belum dimengerti. (Staf Pengajar FK UI. 2002
Ada enam grup Escherichia coli patogen yang telah diidentifikasi.
Masing-masing grup memiliki virulensi dan mekanisme patogenik yang
berbeda serta inang yang spesifik. Jalur Escherichia coli yang
menyerangmanusiadiklasifikasikan ke dalam enam grup yaitu
enteropathogenic E. coli (EPEC), enterotoxigenic E. coli (ETEC),
enterohemorrhagic E. coli (EHEC), enteroinvasive E. coli (EIEC), diffuse-
adhering E. coli (DAEC), dan enteroaggregative E. coli (EAEC).

E. Escherichia coli yang Berhubungan Dengan Penyakit Diare


a. Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC)
Merupakan penyebab penting diare pada bayi, khususnya di Negara
berkembang. Mekanismenya adalah dengan cara melekatkan dirinya pada sel
mukosa usus kecil dan membentuk filamentous actin pedestal sehingga
menebabkan diare cair (watery diarrbeae) yang dapat sembuh dengan
sendirinya atau dapat berlanjut menjadi kronis. Diare seperti ini dapat
disembuhkan dengan pemberian antibiotik. (Kuswiyanto. 2016).
b. Enterotoxigenic E. coli (ETEC)
Merupakan penyebab yang sangat penting dari diare pada bayi di
Negara berkembang seperti Indonesia. Berbeda dengan EPEC, escherichia coli

10
memproduksi beberapa jenis eksotoksin yang tahan maupun yang tidak tahan
panas di bawah kontrol genetik plasmid.Pada umumnya, eksotoksin yang
dihasilkan bekerja dengan cara meransang sel epitel usus untuk menyekresi
banyak cairan sehingga terjadi diare. (Kuswiyanto. 2016)

c. Enterohemmorhagic Escherichia coli (EHEC)


EHEC memproduksi verotoksin (VTEC ). VTEC menyebabkan
sejumlah kejadia luar biasa (KLB) diare dan kolitis hemoragik. Penyakit ini
bersifat akut dan dapat sembuh dengan spontan penyakit ini dapat ditandai
dengan nyeri abdomen dan diare disertai darah. (Kuswiyanto. 2016)

d. Enteroinvasive Escherichia coli(EIEC)


Bakteri ini Menyebabkan penyakit yang mirip dengan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri shigella sp. Penyakit ini banyak terjadi pada anak-
anak di negara berkembang. Bakteri seperti in menimbulkan penyakit karena
kemampuannya dalam menginvasi sel epitel mukosa usus. (Kuswiyanto. 2016)

e. Enteragregative Escherichia coli(EAEC)


Menyebabkan diare akut dan kronis pada penduduk di negara
berkembang. Penyakit ini ditandai dengan pola perlekatan yang khas pada sel
usus manusia. Namun, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang adanya
faktor-faktor virulensi galur EAEC ini. (Kuswiyanto. 2016)

F. Pengujian Antibakteri
1. Definisi Antibakteri
Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau
bahkan mematikan bakteri dengan cara menganggu metabolisme mikroba
yang merugikan. Faktor-faktor yang berpengaruh pada kativitas zat antibakteri
adalah pH, suhu stabilitas senyawa, sejumlah bakteri yang ada, lamanya
inkubasi, dan aktivitas metabolisme bakteri. (Pratiwi T. Silvia 2008)
Antibakteri dapat dibedakan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu
antibakteri yang menghambat pertumbuhan dinding sel, antibakteri yang
mengakibatkan perubahan permeabilitas membrane sel atau menghambat
penggangkutan aktif melalui membrane sel atau menghambat sintesis protein

11
dan antibakteri yang menghambat sintesis asam nukleat sel. (Pratiwi T. Silvia
2008)
Aktivitas antibakteri dibagi menjadi 2 macam yaitu aktivitas
bakteriostatik (menghambat pertumbuhan tetapi tidak membunuh patogen)
dan aktivitas bakterisidal (dapat membunuh patogen dalam kisaran luas)
(Pratiwi T. Silvia 2008) 2. Jenis Uji Antimikroba

Pada uji ini diukur respon pertumbuhan populasi mikroorganisme terhadap


agen antimikroba. Tujuan assay antimikroba (termasuk antibiotik dan
substansi antimikroba nonantibiotik, misalnya fenol, bisfenol, aldehid), adalah
untuk menentukan potensi dan kontrol kualitas selama proses produksi
senyawa antimikroba. Kegunaan uji antimikroba adalah diperolehnya suatu
system pengobatan yang efektif dan efisien. (Pratiwi T. Silvia 2008)

a. Metode difusi
Metode difusi adalah suatu prosedur yang bergantung pada difusi
senyawa anti microbial ke dalam agar. (Pratiwi, T. Sylvia. 2008)
1. Metode cakram
Metode cakram kertas merupakan metode yang digunakan
untuk menguji aktivitas antibakteri suatu antibiotik terhadap
mikroorganisme patogen penyebab penyakit. Metode ini lebih.
dikenal dengan metode Kirby-Bauer. Kepekaan mikroorganisme
patogen terhadap antibiotik terlihat dari ukuran zona bening yang
terbentuk(Pratiwi, T. Sylvia. 2008).
Metode difusi telah digunakan secara luas dengan mengunakan
cakram kertas saring yang tersedia secara komersial, kemasan
yang menunjukan konsentrasi antibiotik tertentu juga tersedia.
Efektivitas relatif antibiotik yang berbeda menjadi dasar bagi
spektrum sensitivitas suatu organisme. Bersama dengan berbagai
pertimbangan farmakologi digunakan dalam memilih antibiotik
untuk pengobatan. (Pratiwi, T. Sylvia. 2008)
Keuntungan dan kerugian metode difusi : Metode ini sangat
mudah dilakukan karena tidak rumit dalam pengerjaanya dan

12
efisien karena dalam satu perbenihan agar dapat menguji
maksimal 12 macam antimikroba. Tidak membutuhkan alat dan
bahan yang banyak sedangkan kerugianya tidak dapat diketahui
secara tepat tingkat resistensi atau kepekaan bakteri terhadap
antimikroba. (Pratiwi, T. Sylvia. 2008)
2. Metode sumuran
Metode ini serupa dengan metode cakram dimana dibuat pada
media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada
sumur tersebut diberi agen antimikroba yang akan diuji. (Pratiwi,
T. Sylvia, 2008).

b. Metode dilusi
Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair (broth
dilution) dan dilusi padat (solid dilution). (Pratiwi, T. Sylvia. 2008)
1. Metode Dilusi Cair Metode ini mengukur MIC (minimum
inhibitory concentration) atau kadar hambat Minimum (KHM) dan
MBC (minimum bactericidal concentration) atau kadar Bunuh
Minimum (KBM). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat
seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang
ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba
pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan
mikroba uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan
sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media
cair.Yakni:
a. Metode Dilusi Cair Metode ini mengukur MIC (minimum
inhibitory concentration) atau kadar hambat Minimum (KHM)
dan MBC (minimum bactericidal concentration) atau kadar
Bunuh Minimum (KBM). Cara yang dilakukan adalah dengan
membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair
yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen
antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa
adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM.
Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

13
dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji
ataupun agen antimikroba, dan diinkubasi selama 18-24 jam.
Media cair yang tetap terlihat jernih ditetapkan sebagai KBM.
(Pratiwi, T. Sylvia. 2008)

2. Metode Dilusi Agar


Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun
menggunakan media padat (solid). Keuntungan metode ini adalah
satu konsentrasi agen antimikroba yang diuji dapat digunakan
untuk menguji beberapa mikroba uji.( Pratiwi, T. Sylvia. 2008)

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Antimikroba.


Aktivitas antimikroba diukur in vitro untuk menentukan potensi agen
antimicrobial dalam larutan, konsentrasinya dalam cairan tubuh atau jaringan, dan
kerentanan mikroorganisme tertentu terhadap obat dengan konsentrasi tertentu.
(Jawet, E Menick, J,L dan Adelberg. 2008) Hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil
tes yaitu.
a. pH lingkungan
Beberapa obat lebih aktif pada pH asam (misal, nitrofurantoin) obat
lainya lebih aktif pada pH basa (misal, aminoglikosida, sulfonamid)

b. Komponen Medium
Natrium polianetolsufonat (dalam medium biakan darah) dan detergen
anion lain menghambat aminoglikosida. Protein serum mengikat penisilin
dalam berbagai derajat, berkisar dari 40% untuk metisilin sampai 98%
untuk dikloksasilin. Penambahan NaCl ke medium meningkatkan deteksi
resistensi metisilin pada Escrherichia coli

c. Stabilitas Obat
Pada suhu inkubator, beberapa agen antimikroba kehilangan
aktivitasnya. Penisilin diinaktivasi secara lambat, sedangkan
aminoglikosida dan siprofloksasin sangat stabil untuk jangka waktu lama.

14
d. Ukuran inoculum
Pada umumnya, semakin besar inokulum bakteri, semakin rendah
"kerentanan" bakteri tersebut. Inhibisi pada populasi bakteri yang besar
lebih lambat dan kurang sempurna dibandingkan pada populasi yang kecil.
Selain itu, mutan yang resisten lebih mungkin timbul dalam populasi
besar.

e. Lama inkubasi
Pada banyak keadaan, mikroorganisme tidak dimatikan tetapi hanya
dihambat dengan penjanan singkat ke agen antimikroba. Semakin lama
inkubasi berlangsung, semakin besar kemungkinan mutan resisten
berlangsung, semakin besar kemungkinan mutan resisten timbul atau
anggota populasi antimikroba yang kurang rentan mulai memperbanyak
diri seiring dengan berkurangnya obat. f. Aktivitas Metabolik
Mikroorganisme

Pada umumnya, organisme yang tumbuh secara aktif dan cepat lebih rentan
terhadap obat dari pada mikroorganisme dalam fase istirahat. Organisme
tidak aktif secara metabolik yang bertahan terhadap pejajan obat dalam
jangka lama dapat mempunyai keturunan yang benar-benar rentan terhadap
obat yang sama.

H. Mekanisme Kerja Obat Antimikroba.


Obat-obat antimikroba bekerja dengan salah satu cara berikut : melalui
toksisitas selektif, inhibisi sintesis dan fungsi membrane sel, inhibisi sintesis protein
atau melalui inhibisi sintesis asam nukleat. (Gould, Dinah., dan Brooker, Christine.
2003)
a. Toksisitas selektif
Agen antimikroba yang ideal memperlihatkan toksisitas selektif yang
berarti bahwa obat tersebut berbahaya bagi bakteri patogen tanpa
membahayakan pejamu. Toksisitas selektif lebih bersifat relative dan bukan
bersifat absolute, ini berarti bahwa suatu obat dalam suatu konsentrasi
tertentu yang dapat ditoleransi oleh penjamu dapat merusak
mikroorganisme penyebab infeksi.

15
b. Inhibisi sintesis dinding sel Reaksi mempunyai lapisan luar yang kaku, yaitu
dinding sel. Dinding sel mempertahankan bentuk dan ukuran
mikroorganisme, yang mempunyai tekanan osmotic. Internal tinggi. Cedera
pada dinding sel (missal, karena lisozim) atau pembentukannya dapat
menyebabkan sel menjadi lisis. c. Inhibisi fungsi membrane sel inhibisi pada
Sitoplasma semua sel yang hidup diikat oleh membrane sitoplasma, yang
bekerja sebagai barier permeabilitas selektif, berfungsi sebagai transport
akif, sehingga mengontrol komposisi internal sel. Jika intergritas fungsional
membrane sitoplasma terganggu, makromolekul dan ion dapat keluar dari
sel sehingga menyebabkan kerusakan atau kematiansel.
c. Inhibisi sintesis protein
Contoh obat yang bekerja dengan cara inhibisi sintesis protein adalah
eritromisisin, linkomisin, tetrasiklin, aminoglikosida dan kloramfenikol
d. Inhibisi sintesis asam nukleat

Salah satu obat yang bekerja dengan cara inhibisi sintesis protein
adalah rifampin. Rifampin menghambat pertumbuhan bakteri dengansecara
kuat berikatan pada RNA polymerase dependen-DNA bakteri, oleh karena
itu, rifampin menghambat sintesis RNA bakteri

16
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

A. KERANGKA KONSEPTUAL

Tumbuhan Obat

Rosella (Hibiscus
r sabdariff L)

Akar Batang Daun Bunga Biji

17
Tanin Saponin Flavonoid
B. DEFINISI OPERASIONAL

Variabel Definisi Operasional Cara Alat Hasil Skala


Escherichia coli
ukur Ukur Ukur Ukur
Variabel Bebas
1. Rebusan Rebusan diperoleh bunga rosell Manual Pipet
Uji Aktivitas Bakteri % Rasio

bunga dibuat berbagai konsentrasi Ukur


rosella 10%,20%,30%,40%,50%,60%,70%,
Metode Dilusi
(Hibiscus 80%,90%,100%,

sabdariffa
L)
Variabel Terikat
1. Pertumbuha Dilihat dari kekeruhan Manual Mg/ml Rasio
n pada
Eschericia
Coli

3.3 Hipotesa Penelitian

1. Adanya pengaruh pemberian air rebusan dari bunga rosella (Hibiscus sabdriffa L)
terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
2. Pada konsentrasi tertinggi memiliki daya hambat terhadap pertumbuh bakteri
Escherichia coli.

18
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratorium. Metode yang
digunakan untuk kandungan kimia didalam daun pepaya adalah metode dilusi kaldu.
Uji daya hambat antibakteri dilakukan secara in vitro dengan menggunakan metode
dilusi kaldu untuk mengetahui daya hambat daun pepaya sebagai antibakteri terhadap
Escherichia coli.
a. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga rosella
(Hibiscus sabdariffa L) dari wilayah Pontianak. di Laboratorium
Poltekkes Kemenkes Pontianak Jurusan Analis Kesehatan.
2. Sampel
Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah bunga rosella
(Hibiscus sabdariffa L) segar dicuci bersih dengan air kemudian dijemur di
bawah sinar matahari secara tidak langsung sampai kering.
3. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan oleh praktikan yaitu secara
probability sampling atau random sampling, artinya setiap bunga rosella
memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian ini.
4. Determinasi Tanaman
Langkah ini bertujuan untuk memastikan sampel bunga rosella
(Hibiscus sabdariffa L) dengan mencocokan ciri-ciri morfologi yang ada pada
tumbuhan rosella terhadap kepustakaan yang dibuktikan oleh Badan Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Pontianak
5. Penyiapan sampel
Bunga Rosella disortir basah, kemudian ditimbang sebanyak 1 kg dan
digunakan teknik pengeringan secara langsung dibawah sinar matahari yang
diatasnya ditutup kain hitam lalu diangin-anginkan hingga kering selama lima
hari. Setelah kering sampel daun pepaya dilakukan penimbangan kembali
bobot kering sampel. Penggunaan kain hitam pada saat proses pengeringan

19
simplisia berguna untuk menghindari zat aktif tersebut hilang saat terkena
sinar matahari secara langsung.

6. Uji Alkaloid
Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam 2 ml asam klorida 2%.
Dibagi menjadi dua bagian sama banyak pada tabung reaksi. Tabung pertama
ditambahkan 3 tetes reagen Dragendorf. Tabung ke dua ditambah 3 tetes
reagen Mayer endapan coklat jingga untuk reagen Dragendorf dan endapan
putih kekuningan untuk reagen Mayer (Bernard dkk, 2014).

7. Sterilisasi Alat dan Bahan


Semua peralalatan yang akan digunakan dicuci bersih lalu dikeringkan,
setelah itu dibungkus dengan kertas lalu disterilkan menggunakan autoklaf
pada suhu 121° C selama 15 menit. Proses perlakuan uji mikrobiologi
dilakukan secara aseptis di dalam enkas yang sebelumnya telah dibersihkan
dengan alkohol 70% dan disinari dengan sinar UV yang dinyalakan selama 15
menit sebelum digunakan (Aziz, 2010).

8. Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)


Media Nutrient Agar (NA) sebanyak 23 gram dimasukkan kedalam
beaker glass lalu dilarutkan dengan menambahkan 1 L akuades, kemudian
dipanaskan hingga mendidih di atas penangas air sambil dihomogenkan
dengan menggunakanbatang pengaduk. Setelah mendidih, kemudian media
tersebut disterilisasikan dengan autoclave pada suhu 121° C selama 15 menit.
Selanjutnya tuang kedalam cawan petri berisi 15 ml dan dibiarkan sampai
memadat (Irianto, 2006).

9. Inokulasi Bakteri
Mengambil biakan kultur bakteri dalam tabung reaksi pada media NA
dalam cawan petri. Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35º – 37º C.

10. Pembuatan Kelompok Uji


Kontrol negatif pada uji adalah DMSO 10%.Kontrol positif pada uji adalah
kertas cakram tetrasiklin dengan konsentrasi 30 µg. Kelompok uji perlakuan

20
rebusan bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) terhadap bakteri Escherichia
coli, yaitu :
Kontrol positif : Kertas cakram tetrasiklin 30 µm.
Kelompok I : Perasan bunga rosella dengan konsentrasi 80%.
Kelompok II : Perasan bung rosella dengan konsentrasi 90%.
Kelompok III : Perasan bunga rosella dengan konsentrasi 100%.
Kontrol negative : DMSO 10%.

11. Pengujian Aktivitas Antibakteri


Media uji NA yang telah ditanami bakteri Escherichia coli diletakkan kertas
cakram yang sebelumnya telah direndam pada masing-masing seri konsentrasi
ekstrak selama 15 menit. Kemudian dimasukkan ke dalam masing–masing
cawan petri, diberi label dan diinkubasi pada suhu 35˚C–37˚C selama 24 jam.
Tiap–tiap cawan petri diukur diameter zona hambat dengan replikasi 2 kali.

b. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini rebusan bunga rosella (Hibiscus sabdariffa
L) terhadap bakteri Escherichia coli dalam tingkat konsentrasi 80%, 90%,
100%.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah diameter zona hambat rebusan
bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) dalam bentuk persen % terhadap
Escherichia coli.
c. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan Februari-Mei 2023 dan dilakukan di Laboratorium
Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak.

d. Alat dan Bahan


1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rak, tabung reaksi, ose
bulat, beker glass, pipet, kapas alcohol, cawan Petri, autoclave,

21
incubator,pinset, alumunium foil, timbangan analit, timbangan digital, corong,
spatula, mortir, stamper dan batang pengaduk.
2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah air rebusn bunga rosella (Hibiscus sabdariffa
L), biakan bakteri Escherichia coli, Aquadest, media Nutrient Agar (NA),
etanol 96%, reagen Mayer, reagen Dragendorf, asam klorida 2%, kertas
cakram tetrasiklin 30 µm, DMSO 10%.
e. Analisis Data
1. Menghitung zona hambat (mm) air rebusn bunga rosella (Hibiscus sa
bdariffa L)dengan berbagai konsentrasi yaitu 25%, 50%, 75% dan kontrol
positif untuk mengetahui aktivitas ekstrak sebagai antibakteri terhadap
Escherichia coli.
2. Membandingkan zona hambat (mm) antara berbagai seri konsentrasi air
rebusn bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) dengan kontrol positif.
Menggunakan analisis one-way anova pada spss 20.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Rahmawati. R. 2012. Budidaya Rosella: Strategi Memanen


Uang Dalam 4 Bulan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

2. Kurniasih. 2011. Budidaya Mahkota Dewa dan Rosella: Cara


Olah dan Khasiat Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press

3. Rahayu, L. 2011. Tepung Rosella: Cara Pembuatan dan Peluang


Bisnisnya.Bandung :CV. Amalia Book

4. Suparni, Ari Wulandari. 2012. Herbal Nusantara: 1001 Ramuan


Tradisional Asli Indonesia. Yogyakarta: Rapha Publishing

5. Chasanah, Titi. 2011. Pemanfaatan Tanaman Obat Tradisional.


(http://bio.unsoed.ac.id). Diakses pada 24 Februari 2014 Pukul
12.40 WIB 11. Muchlisah.F. 2006. Tanaman Obat Keluarga
(TOGA). Depok : Penebar Swadaya

6. Gambar Rosella (http://www.google.com/ Gambar


Rosella(Hibiscus sabdariffa L.). Diakses pada 28 Februari 2015
Pukul 04.45 WIB

7. Susilo Ribut anggarbeni. 2017. Uji Daya Hambat Air Rebusan


Bunga Rosella (Hibiscus sabdriffa L) Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Escherichi Coli. Jurnal wiyata : Penelitian Sains dan
Kesehatan 2 (1),9-13

8. Winiati P.Rahayu,Siti Nurjanah,Ema Komalasari. 2018.


Escherichia Coli: Ptogenits. Analisis dn Kajian Risiko. IPB
Press

9. Naim R. 2004. Senyawa Antimikroba dari Tanaman.


Yogyakarta. Kanisius.

23
10.Notoatmodjo, N., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan,
Jakarta : Rineka Cipta, p. 167

11.Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S., 2005, “Dasar-dasar


Mikrobiologi 1”, Alih bahasa: Hadioetomo, R. S., Imas, T.,
Tjitrosomo, S.S. dan Angka, S. L., UI Press, Jakarta.

12.Pratiwi, S. T. Mikrobiologi Farmasi.Jakarta ; Penerbit


Airlangga. 2008. Hal 22-

13.MM. Ryaniarti Estri W, Susilo Ribut Anggarbeni. 2015. Uji


Daya Hambat Air Rebusan Bunga Rosella(Hibiscus sabdariffa
L) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli. Jurnal
Wiyata, Vol. 2 No. 1. Dipublikasikan pada 16 juni 2015

24

Anda mungkin juga menyukai