Anda di halaman 1dari 24

MATA KULIAH MIKROTEKNIK

PEWARNAAN ALAMI PADA BUNGA ROSELA (Hibiscus


sabdariffa)

Disusun oleh :

Nama : Nia Ni’matus Sa’adah

NIM : 201610070311042

Kelas : Biologi V-A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2018
Daftar Isi

Daftar Isi ................................................................................................ 2


Rosella ................................................................................................... 1
(Hibiscus sabdariffa) ............................................................................. 1
A. Klasifikasi ......................................................................................... 3
B. Morfologi .......................................................................................... 3
C. Anatomi ............................................................................................. 5
D. Kandungan Zat .................................................................................. 7
E. Potensi Pigmen .................................................................................. 9
F Pengolahan Melalui Reaksi Kimia .................................................. 14
G. Indeks .............................................................................................. 20
Daftar Pustaka ...................................................................................... 21
Rosella
(Hibiscus sabdariffa)

Gambar 1 Hibiscus sabdariffa


Sumber : online (https://id.pinterest.com)

Rosella (Hibiscus sabdariffa) berasalnya dari Asia dan


Afrika. Tanaman ini merupakan tanaman perdu yang dianggap
gulma. Dimana termasuk dalam family Malvaceae. Tanaman ini
biasanya memiliki tinggi mencapai 3-5 meter. Ciri tanaman ini
adalah bercabang banyak, bersemak-semak, dan mempunyai
siklus hidup tahunan. (Haidar, 2016)
Tanaman rosela merupakan tanaman sejenis bunga sepatu
(Hibiscus), dapat tumbuh pada iklim tropis dan subtropis.
Awalnya tanaman rosela jenis Hibiscus sabdariffa dikenal
sebagai tanaman yang memiliki kaya akan serat sehingga tidak

1
heran awalnya tanaman ini dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan tali dan karung goni. Akan tetapi seiring
perkembangan zaman penggunaan rosela Hibiscus sabdariffa
sebagai serat alami tergantikan oleh adanya serat sintetis.
Sabdariffa memiliki potensi yang lebih besar, selain
batangnya digunakan sebagai bahan baku pengganti rami,
biji dan kelopaknya dapat digunakan dalam bahan pangan. Di
dalam biji rosela terdapat kandungan menyerupai jarak pagar
kasar dan pada kelopak bunga rosella dapat digunakan sebagai
pewarna alami yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.
(Moeksin, 2009)
Daerah terbaik untuk menanam rosela adalah tempat
tropis atau subtropis yang hangat dengan ketinggian 0-900 meter
di atas permukaan laut. Pada 4-5 bulan setelah tanam, tanaman ini
memerlukan banyak sinar matahari untuk mencegah
munculnya bunga prematur yang dapat menyebabkan
kualitasnya menjadi buruk. Curah hujan yang diperlukan selama
pertumbuhan rosela adalah 182 cm/ tahun. Rosela dapat
langsung diolah setelah dipanen atau dikeringkan agar lebih
awet dalam penyimpanannya. Rasio pengeringan rosela
umumnya 10 : 1, artinya dari setiap 10 kg kelopak segar
akan menghasilkan 1 Kg kelopak kering
Terdapat beberapa macam rosella, berdasarkan warna
bunganya terdapat 3 jenis rosella, yaitu : Rosella Merah (kaliks
berwarna merah menyala, panjang, batang kuat tidak mudah
patah, dan menjari. Rosella Ungu (Kaliks berwarna merah gelap,
agak bulat, berbulu lebih banyak dibanding yang merah, daun

2
menjari tebal, dan agak membulat, batang gampang patah, kaliks
kering berwarna merah kehitaman, aromanya kuat. Rosella Putih
(Kaliks berwarna putih kekuningan dengan kapsul dan biji hojau
segar, daun menjari bulat, pertumbuan lambat, batang kuat)
(Haidar, 2016)

A. Klasifikasi
Menurut Haidar (2016) Saat ini terdapat lebih dari 100
varietas yang tersebar di seluruh dunia. Rosella yang sering kita
temui adalah rosella merah, Dalam taksonomi tumbuhan, rosella
merah diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus sabdariffa
B. Morfologi
Rosella merupakan herba tahunan yang bisa mencapai
ketinggian 0,5-3 m. batang bulat berkayu dan berwarna
merah. Daun tunggal, berbentuk bulat telur, pertulangan
menjari, ujung tumpul, tepi bergerigi dan pangkal berlekuk.
Panjang daun 6-15 cm dan lebarnya 5-8 cm. Tangkai daun
bulat berwarna hijau dengan panjang 4-7 cm

Daun tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa) adalah


tunggal dengan letak berseling, daun bertangkai besar 6-15
cm panjangnya, bulat telur, bentuk lingkaran atau oval
melintang dan berbagi 3. Bunga rosella merupakan bunga
tunggal tumbuh pada ketiak daun, gugur dalam 24 jam

3
setelah mekar, diikuti dengan menutupnya kelopak tambahan
sebagai pelindung biji. Bunga rosella disebut juga sebagai bunga
duduk karena ukuran tangkainya yang pendek. (Maryani,
2005)

Tangkai bunga rosella memiliki panjang 1-2 cm, beruas,


bunga di ketiak, kebanyakan berdiri sendiri. Daun kelopak
berbagi 5 dalam tajuk berbentuk lanset, berdaging tebal, merah
tua atau kuning muda , dengan tulang daun merah. Daun
mahkota bulat telur terbalik, panjang 3-5 cm. Tangkai daun bulat
bulat berwarna hijau dengan panjnag 4-7cm. Tangkai bunga
rosella memiliki panjang 1-2 cm, beruas, bunga di ketiak,
kebanyakan berdiri sendiri. Daun kelopak berbagi 5 dalam tajuk
berbentuk lanset, berdaging tebal, merah tua atau kuning
muda, dengan tulang daun merah. Daun mahkota bulat telur
terbalik, panjang 3-5 cm. (Maryani, 2005)

Gambar 2 Morfologi Bunga Hibiscus sabdariffa


(Ganjari, 2010)

4
Mahkota bunga berbentuk corong terdiri dari 5 helaian
panjnagnya 3-5cm. tnagkai sari yang merupakan tempat
melekatnya kumpulan benang sari seukuran pendek dan tebal,
panjangnya sekitar 5 mm dan lebar sekitar 5 mm. putiknya juga
berbentuk tabung, berwarna kuning atau merah. (Maryani, 2005)

Buah dibentuk 1-2 hari setelah penyerbukan terjadi dan


umumnya beruang 5. Pada tiap ruang terdapat dua barisan biji.
Buah muda diselubungi oleh kulit tipis yang berwarna hijau
kuning mengkilat.Seluru bagian buah diselubungi oleh daun
kelopak. Bentuk buah bulat, yang meruncing di bagian
ujungnya yang menyerupai kapsul, berwarna hijau kemerah-
merahan. Biji rosella (Hibiscus sabdariffa) berbentuk
seperti ginjal, berwarna abu-abu kotor dan kilauannya merah
kecoklatan. (Maryani, 2005)

C. Anatomi
Kelopak bunga Hibiscus sabdariffa memiliki struktur
anatomi yang terdiri dari kristal kalsium oksalat, dengan liang
berisi lendir, sel epidermis kelopak, sel epidasia polygonal,
dengan stoma anisositik, serat sclerenchymatous, pembuluh yang
jarang diadu, fragmen dari lengkungan halus uniseluler dan
stellata yang meliputi trikoma, trikoma kelenjar, dan banyak
fragmen bundel vaskular dengan pembuluh spiral dan
scalariform.

5
Gambar 3 Anatomi Kelopak Hibiscus sabdariffa
(Ozdogan, 2011)
Keterangan :

Gambar no 1 : Sel parenkim


Gambar no 11 : Kristal kalsium oksalat
Gambar no 6 : Liang berisi lendir
Gambar no 2 : Sel epidermis kelopak
Gambar no 3 : Sel epidasia poligonal
Gambar no 4 : Stoma anisositik
Gambar no 7 : Serat sclerenchymatous, pembuluh yang
jarang diadu
Gambar no 5. 8. 9 : Fragmen dari lengkungan halus
uniseluler dan stellata yang meliputi
trikoma
Gambar no 12 : Trikoma kelenjar
Gambar no 10. 13 : Fragmen bundel vaskular dengan
pembuluh spiral dan scalariform

6
D. Kandungan Zat
Kelopak bunga rosella adalah bagian tanaman yang bisa
diproses menjadi produk pangan. Kelopak bunga tanaman ini
berwarna merah tua, tebal, dan berair. Kelopak bunga rosela
merah yang rasanya sangat masam ini biasanya diproses
menjadi jeli, saus, teh, sirup, selai, puding, dan manisan.
Bahan penting yang terkandung dalam kelopak bunga rosella
adalah gosipetin, antosianin, dan glusida hibiskin. Selain itu
kelopak bunga rosella juga mengandung asam organik,
polisakarida, dan flavonoid yang bermanfaat mencegah
penyakit kanker, mengendalikan tekanan darah, melancarkan
peredaran darah, dan melancarkan buang air besar.(Ali, 2013)

Rosella yang memiliki kandungan antioksidan yang


tinggi. Semakin pekat warna merah pada kelopak bunga rosella,
rasanya akan semakin asam dan kandungan antosianin
(antioksidan) semakin tinggi. Antosianin disini berperan
menjaga kerusakan sel akibat penyerapan sinar ultraviolet
berlebih. Ia melindungi sel-sel tubuh dari perubahan akibat
radikal bebas. Tetapi hati-hati sebab kadar antioksidan
tersebut menjadi berkurang bila mengalami proses pemanasan
dan pengeringan. Antioksidan adalah molekul yang
berkemampuan memperlambat ataupun mencegah oksidasi
molekul lain. Kandungan antioksidan yang rendah dapat
menyebabkan stres oksidatif dan merusak sel-sel tubuh. Oleh
karena itu efek pengobatan rosella ini terhadap berbagai
penyakit merupakan efek dari Antioksidannya. (Ali, 2013)

7
Kelopak bunga mengandung vitamin C, vitamin A,
dan asam amino. Asam amino yang diperlukan tubuh
terdapat dalam kelopak bunga rosella, termasuk arginin dan
lisin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh. Selain
itu, rosella juga mengandung protein dan kalsium. Tumbuhan
herbal ini ternyata mampu berfungsi sebagai bahan antiseptik,
penambah syahwat, dan agen astringen. Tanaman banyak
digunakan dalam pengobatan tradisional seperti batuk, lesu,
demam, tekanan perasaan, gusi berdarah ( skurvi) dan
mencegah penyakit hati. . (Ali, 2013)

Hasil Laboraturium Teknik Kimia dalam 100 gr


bunga Rosella mempunyai kandungan zat-zat kimia sebagai
berikut:

Tabel 1 : Hasil Laboraturium

8
Kandungan Kimia dan Nilai Gizi Rosella :

Tabel 2 : Kandungan senyawa kimia dalam


kelopak bunga rosella

E. Potensi Pigmen
Salah satu kandungan kimia pada bunga Rosella adalah
Flavonoid. Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang
tersebar ditemukan dialam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat
warna merah, ungu, biru, dan kuning yang ditemukan dalam
tumbuh-tumbuhan

Antosianin termasuk golongan senyawa flavonoid,


merupakan kelompok terbesar pigmen alami pada tumbuhan yang
larut dalam air yang bertanggung jawab untuk memberikan warna
pada bunga, buah, dan sayuran.

Antosianin yang memiliki pH asam mewarnai dinding sel


berselulosa yang memiliki pH basa. Ion positif (H+) pada zat
warna akan terlepas dan berikatan kovalen dengan ion negatif (H-
) yang ada pada dinding sel jaringan. (Bisri, 2014)

9
Selain itu didalam kelopak bunga rosella juga terkandung
coloring mater.Coloring mater inilah yang menjadi substansi
yang terkandung pada antosianin sebagai pewarna alami.Setiap
tanaman dapat dijadikan sebagai sumber warna alam karena
mengandung pigmen alami.Potensi ini ditentukan oleh intensitas
warna yang dihasilkan dan sangat tergantung pada jenis coloring
mater yang ada. Coloring materi adalah sustansi yang
menentukan arah warna dari zat warna alam dan merupakan
senyawa organik yang terkandung dalam sumber zat warna
alam.Satu jenis tumbuhan dapat mengandung lebih dari satu
coloring mater. (Bisri, 2014)

Panjang gelombang maksimum yang diperoleh pada


pengukuran ekstrak etanol rosela hasil maserasi 5"C,25"C dan
soxhletasi sebesar 545nm. Antosianin memiliki range daerah
spektrum tampak pada 475-550 nm. Hal ini menunjukkan bahwa
ekstraketanol rosela hasil maserasi 5oC, 25"C dan soxhletasi
mengandung antosiani. Panjang gelombang yang terukur adalah
panjang gelombang dari empat antosianin yang terdapat dalam
rosela yakni delphinidin-3 sambubiosid 4 sianidin-3
sambubiosida, delphinidin-3 glukosid4 dan sianidin-3 glukosida.

10
Penetapan antosianin dilakukan dengan metode perbedaan
pH yaitu pH 1,0 dan pH 4,5. Pada pH 1,0 antosianin berbentuk
senyawa oxonium. Keadaan yang semakin asarn apalagi
mendekati pH I akan menyebabkan semakin banyaknya pigmen
antosianin berada dalam bentuk kation flavilium atau oxonium
yang berwarna dan pengukuran absorbansi akan menunjukkan
jumlah antosianin yang semakin besar. Pada pH 4,5 yakni pada
asam yang lemah kation flavilium berubah ke bentuk yang lebih
stabil hemiketal yang tak berwama dan bentuk kalkon. Perbedaan
absorbansi antara dua larutan buffer sepadan dengan pigmen

Antosianin memiliki rumus struktur sebagai berikut :

Gambar 4 : Struktur Molekul antosianin

Antosianin merupakan pewarna yang paling penting


dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Antosianin
merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu
sianidin dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini
dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau
dengan metilasi. Antosianin tidak mantap dalam larutan netral
atau basa, karena itu antosianin harus diekstraksi dari

11
tumbuhan dengan pelarut yang mengandung asam asetat atau
asam hidroklorida (misalnya metanol yang mengandung HCl
pekat 1%) dan larutannya harus disimpan ditempat gelap
serta sebaiknya didinginkan. (Ali, 2013)

Kadar antosianin pada pewarna alami rosella pada


berbagai perlakuan berkisar antara 18,21% -23,71% dengan
rata-rata sebesar 21,36%, intensitas warna pada pewarna alami
rosella pada berbagai perlakuan berkisar antara 2,24 – 5,36
dengan rata-rata sebesar 3,89, Jenis antosianin pada kelopak
rosella yaitu delphinidin 3 sambusioside dan sianidin 3
sambusioside, dengan panjang gelombangnya 520 nm. sianidin
dan delpinidin merupakan jenis antosianidin yang paling
dominan terkandung dalam pigmen antosianin kelopak rosella.
(Moulana, 2012)

Antosianidin ialah aglikon antosianin yang terbentuk


bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Antosianidin
terdapat enam jenis secara umum, yaitu sianidin,
pelargonidin, peonidin, petunidin, malvidin dan delfinidin.
Antosianidin adalah senyawa flavonoid secara struktur
termasuk kelompok flavon. Glikosida antosianidin dikenal
sebagai antosianin. Senyawa ini tergolong pigmen dan
pembentuk warna pada tanaman yang ditentukan oleh pH dari
lingkungannya. Senyawa paling umum adalah antosianidin,
sianidin yang terjadi dalam sekitar 80% dari pigmen daun
tumbuhan, 69% dari buah-buahan dan 50% dari bunga.
Kebanyakan warna bunga merah dan biru disebabkan

12
antosianin. Bagian bukan gula dari glukosida itu disebut
suatu antosianidin dan merupakan suatu tipe garam
flavilium. . (Ali, 2013)

Warna tertentu yang diberikan oleh suatu antosianin,


sebagian bergantung pada pH bunga. Sianin pada mawar
merah berada dalam bentuk fenol, sedangkan cornflower biru,
sianin berada dalam bentuk anionnya, dengan hilangnya
sebuah proton dari salah satu gugus fenolnya. Sianin dapat
digunakan sebagai indikator asam-basa.

Seluruh senyawa antosianin merupakan senyawa


susunan turunan dari kation flavium. Dua puluh jenis senyawa
telah ditemukan, tetapi hanya enam yang memegang peranan
penting dalam bahan pangan, yaitu pelargonidin, sianidin,
definidin, peonidin, petunidin, dan malvidin. Pigmen
antosianin terdiri dari aglikon (yaitu antosianin) yang
teresterifikasi oleh suatu atau lebih gula. Pada setiap inti
kation flavin terdapat sejumlah molekul yang berperan
sebagai gugus pengganti. (Ali, 2013)

13
Tabel 3 : Gugus Pengganti pada struktur kation flavium
pada antosianin utama

F Pengolahan Melalui Reaksi Kimia


Ekstraksi

Merupakan suatu proses pemisahan kandungan


senyawa kimia dari jaringan tumbuhan ataupun hewan
dengan menggunakan penyari tertentu. Ekstrak adalah sediaan
pekat yang diperoleh dengan cara mengekstraksi zat aktif
dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian, hingga memenuhi baku
yang ditetapkan Depkes RI 1995.

Ekstraksi bertujuan untuk menarik semua komponen


kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi didasarkan pada
perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut
dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka,
kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Proses
pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu
pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk
ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif
akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan
terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan
berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentras
cairan zat aktif di dalam dan di luar sel. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan

14
sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut,
dan tipe pelarut (Depkes RI 1995)

Ekstraksi antosianin dapat dilakukan dengan


beberapa jenis solven, seperti air, etanol, metanol, tetapi yang
paling efektif adalah dengan menggunakan metanol yang
diasamkan dengan HCl. Tetapi karena sifat toksik dari
metanol biasanya dalam sistem pangan digunakan air
atau etanol yang diasamkan dengan HCl. Suhu dan pH
berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi antosianin dan
koefisien difusinya, semakin rendah pH maka koefisien
distribusi semakin tinggi, demikian juga semakin tinggi
temperaturnya. Tetapi antosianin merupakan senyawa fenolik
yang labil dan mudah rusak akibat pemanasan,
sehingga berakibat pada penurunan biaoktivitasannya.
Pengaruh suhu menjadi tidak signifikan dengan penambahan
HCl pada pelarut yang digunakan untuk ekstraksi, karena
pengaruh HCl lebih besar daripada pengaruh suhu. Penggunaan
HCl 1% dalam ekstraksi antosianin akan menyebabkan hidrasi
sebagian hingga total antosianin yang terasetilasi
sehingga akan mempengaruhi absorbsinya dalam tubuh.
Metode ekstraksi terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Metode Soklet
2. Metode ekstraksi menggunakan fluida superkritis
(CO2)
Variable-variabel yang mempengaruhi dalam suatu proses
ekstraksi adalah :

15
1. Jumlah solvent,
2. Suhu ekstraksi
3. Jenis solvent,
4. Ukuran partikel solid,
5. Waktu ekstraksi,
6. Jumlah tahap (stage),
7. Viskositas pelarut,
8. Laju alir pelarut.
Semakin tinggi suhu ekstraksi maka nilai pH pewarna
merah cair dari ekstrak bunga rosella akan semakin meningkat
sedangkan perbandingan bunga rosella:asam asetat dan asam
sitrat yang semakin meningkat akan meningkatkan nilai
pH. Nilai pH meningkat seiring dengan meningkatnya
perbandingan bunga rosella:asam asetat dan asam sitrat.
Peningkatan pH sejalan dengan peningkatan jumlah asam
asetat dan asam sitrat yang ditambahkan. Perbandingan Bunga
Rosella: asam asetat dan asam sitrat yang lebih tinggi akan
menghasilkan volume ekstrak yang lebih besar. Larutan
dengan volume yang lebih besar menyebabkan konsentrasi
asam lebih rendah dibandingkan dengan larutan yang
volumenya sedikit walaupun jumlah asamnya sama. semakin
rendah nilai pH maka warna konsentrat akan semakin merah. Jika
pH mendekati 1 maka antosianin akan semakin stabil. Nilai pH
asam cendrung lebih rendah dibandingkan asam karena
semakin rendah nilai pH maka semakin tinggi warna merah
yang dihasikan dan sebaliknya semakin tinggi nilai pH maka
semakin rendah warna merah yang dihasikan

16
Semakin tinggi suhu ekstraksi maka derajat
kemerahan pewarna merah cair dari ekstrak bunga rosella
akan semakin menurun sedangkan perbandinganrasio
bunga rosella:asam asetat dan asam sitrat yang semakin
meningkat akan menurunkan derajat kemerahan. Terjadi
peningkatan kecerahan seiring meningkatnya suhu ekstraksi
Hal ini dikarenakan antosianin yang terekstrak memiliki
kecenderungan berwarna pekat sehingga menyebabkan warna
ekstrak bunga rosella yang dihasilkan mengalami penurunan
tingkat kecerahan. Selain itu juga diduga karena kerusakan
antosianin akibat dekomposisi struktur pigmen oleh panas
pada proses ekstraksi sehingga terjadi pemucatan dan
menyebabkan warna semakin terang. Penurunan derajat
kemerahan ekstrak pewarna akibat rasio bunga rosella:asam
asetat dan asam sitrat dan suhu. Kemerahan ekstrak bunga
rosella sangat dipengaruhi oleh konsentrasi antosianin. Hal ini
karena semakin banyaknya volume pelarut yang digunakan,
konsentrasi antosianin yang terekstrak akan juga semakin kecil.
Dengan semakin menurun konsentrasi antosianin akan
membuat kemerahan warna larutan tersebut semakin rendah.
Pada konsentarsi antosianin tinggi, intensitas warnanya juga
tinggi dan jika terjadi penurunan konsentrasi antosianin,
intensitas merah juga menurun diiringi dengan meningkatnya
nilai kecerahan. Nilai absorbansi etanol cendrung lebih rendah
disbanding dengan asam karena semakin tinggi konsentrasi
antosianin yang dihasilkan maka semakin tinggi juga nilai
absorbansi yang dihasikan. (Ali, 2013)

17
Pemilihan jenis pelarut dilakukan dengan melihat derajat
kepolarannya. Untuk mendapatkan pemgekstrak yang baik
diperlukan pelarut yang memiliki polaritas yang sama dengan
senyawa yang akan diekstrak karena senyawa polar hanya larut
dengan baik dalam pelarut yang polar begitu pula senyawa non
polar dapat larut dengan baik pada pelarut non polar. Derajat
kepolaran suatu senyawa ditentukan oleh tetapan dielektriknya
dimana senyawa yang memiliki konstanta dielektrik yang tinggi
akan memiliki polaritas yang lebih tinggi.
Dalam proses ekstraksi ini jenis pelarut yang digunakan
adalah pelarut air, hal ini dikarenakan pigmen antosianin pada
kelopak bunga rosella merupakan senyawa yang larut dalam
pelarut yang polar seperti air, etanol, dan metanol. Dalam hal ini
pelarut air memiliki polaritas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pelarut etanol maupun metanol Senyawa flavanoid dalam
kelopak bunga rosella memiliki sifat sangat larut dalam air
sehingga dengan terikatnya unsur ini pada molekul pigmen
antosianin menyebabkan sifat kepolaran pigmen antosianin
menjadi bertambah. (Mahfud, tanpa tahun)
Evaporasi
Evaporasi adalah menguapkan cairan yanga ada pada
larutan, sehingga diperoleh suatu larutan yang lebih pekat (thick
liquor). Alat untuk melakukan evaporasi adalah evaporator.
Evapaorator merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengevaporasi sebagian atau seluruh pelarut dari suatu larutan.
Hasilnya biasanya berupa zat padat atau konsentrat dari larutan.
Jika hasilnya zat padat, panas yang dibutuhkan untuk

18
penguapan larutan harus disuplai ke suspensi zat padat pada
larutan, jika tidak alat tersebut dikasifikasikan sebagai
pengering

19
G. Indeks
ekstraksi
Evaporasi
flavanoid
polar

20
Daftar Pustaka
Ali, Farida, dan Arqomah, Risma. 2013. Ekstraksi Zat Warna
Dari Kelopak Bunga Rosella (Study Pengaruh
Konsentrasi Asam Asetat Dan Asam Sitrat). Jurnal
Teknik Kimia. Vol 19(1): 26-34

Bisri, Chasan., Pantiwati, Yuni., dan Wahyuni, Sri. 2014. Ekstrak


Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) Sebagai
Pewarnaan Alternatif Alami Preparat Section Tanaman
Cabe Merah Besar (Capsicum Annuum L.). Makalah.
Dalam : Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP
UNS.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Materia Medika


Indonesia. Jilid VI. Depkes RI. Hal 143-147 : Jakarta.

Ganjari, Leo Eladisa. 2010. Tanaman Rosela (Hibiscus


Sabdariffa L) Ditinjau Dari Aspek Produksi Dan
Ekologi. Jurnal Widya Warta. Vol 34 (2) : 190-204

Haidar, Zahra. 2016. Rosella Bunga Cantik Kaya Manfaat.


Yogyakarta : Edumania

Mahfud, Tuatul. Tanpa tahun. Ekstraksi Pewarna Alami


Kelopak Bunga Rosella (Hisbiscus Sabdariffa) Pada
Pembuatan Minuman Serbuk Instan Rosella. Jurnal
Sains Terapan. Vol 1 (1) : 27-33

Maryani. Herti, dan Kristiana, Lusi. 2005. Kasiat dan Manfaat


Rosella. Tangerang : PT AgroMedia Pustaka

21
Moeksin, Rosdiana, Stefanus Ronald. Pengaruh Kondisi,
Perlakuan Dan Berat Sampel Terhadap Ekstraksi
Antosianin Dari Kelopak Bunga Rosela Dengan Pelarut
Aquadest Dan Etanol. Jurnal Teknik Kimia. Vol 16 (1) :
11-18
Moulana, Ryan., Juanda., Rohaya, Syarifah., dan Rosika, Ria.
2012. Efektivitas Penggunaan Jenis Pelarut dan Asam
dalam Proses Ekstraksi Pigmen Antosianin Kelopak
Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L). Jurnal Teknologi
dan Industri Pertanian Indonesia. Vol 4 (3) : 20-25

22

Anda mungkin juga menyukai