Anda di halaman 1dari 54

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dewasa ini penggunaan obat herbal cenderung terus meningkat, baik di

negara yang sedang berkembang maupun di negara-negara maju. Peningkatan

penggunaan obat herbal ini mempunyai dua dimensi korelatif yaitu aspek medik

terkait dengan penggunaannya yang sangat luas diseluruh dunia dan aspek

ekonomi terkait dengan nilai tambah yang mempunyai makna pada perekonomian

masyarakat. Rosella telah lama dijadikan minuman kesehatan yang dikonsumsi

oleh masyarakat. Umumnya bagian kelopak bunga rosella dijadikan minuman

dalam bentuk teh. Delapan belas (18) asam amino terkandung dalam teh Rosella.

Antioksidan yang dimilikinya berupa vitamin C yang mencapai 2,444 mg dalam

100 gram kelopak rosella kering. Antioksidan lain pada rosella yaitu betakaroten

dan antosianin (Wijayanti, 2010 ; Ekanto dan Sugiarto, 2011).

Rosella telah didomestikasi di Sudan barat sebelum 4000 SM; dan pertama

kali tercatat di Eropa pada tahun 1576. Rosella dkenal sebagai tanaman coklat

kemerahan Jamaika pada tahun 1707 di Jamaika, dimana penggunaan secara

umum dari kalix sebagai makanan pertama kali digunakan. Dibawa ke Dunia Baru

(Benua Amerika), rosella ditanam di Meksiko, bagian dari Amerika Tengah,

Hindia Barat, dan di selatan Florida, Texas dan California pada akhir abad ke-19.

Sekarang ditanam untuk tujuan kuliner di banyak negara tropis. Penggunaan H.

sabdariffa untuk makanan serat telah dikembangkan di daerah lain selain Afrika

(Mohamed et al., 2012).

Rosella merah (Hibiscus sabdariffa L.) adalah tanaman asli dari daerah

yang terbentang dari India hingga Malaysia yang kini telah menyebar luas di
2

semua negara tropis dan sub tropis, termasuk Indonesia. Rosella mulai dilirik oleh

masyarakat karena banyak manfaat yang diperoleh masyarakat setelah

mengkonsumsi produk-produk yang terbuat dari kelopak bunga rosella salah

satunya untuk zat warna merah alami misalnya pada industri makanan maupun

kosmetik (Erianto, 2009).

Usahatani bunga rosella memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan

di Indonesia. Hal ini terbukti dari adanya permintaan pasar luar negeri terhadap

rosella kering pada tahun 2007, terutama negara Malaysia sekitar 15 ton per

tahun, untuk memenuhi permintaan tersebut Indonesia hanya mampu memenuhi

sekitar 5 ton sampai 8 ton per tahun. Ini dikarenakan petani bunga rosella masih

terbatas (Hapni, 2010).

Menurut Kamar Dagang dan Industri Sumatera Utara (KADINSU),

diketahui bahwa Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah produsen yang

memiliki produktivitas bunga rosella dalam bentuk basah yang paling tinggi yaitu

3,5 ton per Ha dengan luas lahan 3 Ha. Data di atas menunjukkan bahwa

Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah yang relatif tepat untuk dijadikan

daerah pengembangan tanaman bunga rosella. KADINSU telah mengekspor

sebanyak 2 ton bunga rosella kering yang dikemas ke Negara Malaysia. Menurut

KADINSU usahatani bunga rosella memiliki prospek yang baik untuk

dikembangkan di Sumatera Utara, hal ini dibuktikan dari permintaan luar negeri

(Hapni, 2010).

Roselindo 2 merupakan varietas yang berasal dari genotype no.1596

(Jamaika/Rosella ungu cumi). Varietas Roselindo 2 mempunyai keistimewaan

yaitu kandungan Vitamin C dan Antosianin yang cukup tinggi pada kelopak
3

bunga yaitu sebesar 2.033,524 mg/100g dan 14.697 mg/kg dibandingkan dengan

varietas Roselindo lain. Namun kelemahan varietas ini yaitu potensi hasil kelopak

yang masih rendah daripada Roselindo 1 serta ketahanan terhadap penyakit

Fusarium masih moderat sehingga perlu ada perbaikan terhadap karakter dari

varietas tersebut. Salah satu teknik pemuliaan untuk memperbaiki karakter

Roselindo 2 adalah dengan mutasi (Purdyaningsih, 2015).

Mutasi adalah perubahan pada materi genetik suatu makhluk yang terjadi

secara tiba-tiba, acak, dan merupakan dasar bagi sumber variasi organisme hidup

yang bersifat terwariskan (heritable). Mutasi juga dapat diartikan sebagai

perubahan struktural atau komposisi genom suatu jasad yang dapat terjadi karena

faktor luar (mutagen) atau karena kesalahan replikasi. Peristiwa terjadinya mutasi

disebut mutagenesis. Makhluk hidup yang mengalami mutasi disebut mutan dan

faktor penyebab mutasi disebut mutagen (mutagenic agent) (Warianto, 2011).

Pengaruh mutasi iradiasi sinar gamma dapat mengubah karakter atau sifat

tanaman diantaranya di Malaysia telah membentuk varietas mutan hasil radiasi

yang dikenal dengan nama UKMR-1, UKMR-2, UKMR-3 yang berpotensi

meningkatkan produksi dan karakter dari tanaman asal yaitu rosella aksesi Arab

dan Trengganu (Osman et al., 2011).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yaitu penelitian Putri (2016) hasil

analisi uji t menunjukkan bahwa pemberian iradiasi sinar gamma pada dosis

150 Gy menurunkan diameter kanopi, bobot kelopak bunga, bobot buah, jumlah

kelopak bunga per tanaman, dosis 300 Gy meningkatkan jumlah cabang dan

diameter kanopi, dosis 450 Gy meningkatkan diameter kanopi, dosis 600 Gy

menurunkan bobot kelopak bunga, bobot buah, jumlah kelopak bunga per
4

tanaman serta memperlama umur panen dibandingkan tanaman kontrol.

Perubahan morfologi iradiasi pada tanaman rosella terlihat pada perubahan pada

sistem percabangan, bentuk bunga, warna bunga dan bentuk kelopak bunga.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

lanjutan guna mengetahui keragaman morfologi dan genotipe tanaman

Rosella generasi M2 hasil iradiasi sinar gamma.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui keragaman fenotipe dan nilai pewarisan sifat pada

populasi generasi M2 tanaman rosella.

Hipotesa Penelitian

Di duga adanya perubahan keragaman fenotipe dari populasi non iradiasi

dibandingkan populasi iradiasi tanaman rosella.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai

bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


5

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Steenis (2003), sistematika tanaman Rosella yaitu

Kingdom : Plantae, Divisi: Magnoliophyta, Kelas : Magnoliopsida,

Sub kelas : Dilleniidae, Bangsa : Malvales, Suku : Malvaceae,

Genus : Hibiscus, Spesies : Hibiscus sabdariffa Linn

Batang merupakan herba tahunan yang bisa mencapai ketinggian 0,5-3

meter. Bentuk batang bulat, tegak, berkayu, banyak percabangan dan berwarna

merah.Pada batang melekat daun yang tersusun berseling, warnanya hijau

berbentuk bulat telur dengan pertulangan menjari dan tepi beringgit

(Widyanto dan Nelistya, 2008).

Bunga rosella yang keluar dari ketiak daun merupakan bunga tunggal,

artinya pada setiap tangkai hanya terdapat satu bunga. Bunga ini mempunyai 8-11

helai kelopak yang berbulu, panjangnya 1 cm, pangkalnya saling berlekatan dan

berwarna merah dan ukuran bunga cukup besar, diameter ketika sedang mekar

lebih dari 12,5 cm dan memiliki dasar bunga pendek. Kelopak bunga ini sering

dianggap sebagai bunga oleh masyarakat. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan

sebagai bahan makanan dan minuman. Mahkota bunga berbentuk corong, terdiri

dari 5 helaian, panjangnya 3-5 cm. Tangkai sari merupakan tempat melekatnya

kumpulan benang sari berukuran pendek dan tebal, panjangnya sekitar 5 mm dan

lebar sekitar 5 mm. Putiknya berbentuk tabung, berwarna kuning atau merah,

bunga rosella bersifat hermaprodit (mempunyai bunga jantan dan bunga betina)

sehingga mampu menyerbuk sendiri (Mardiah, et al., 2009).


6

Kelopak bunga rosella biasanya bewarna merah, terdiri dari 5 sepal besar

dengan kerah (epicalyx). Ukuran bunga sebesar 3,2-5,7 cm dan sepenuhnya

menghasilkan buah. Buah berbentuk kapsul dengan panjang 1,25-2 cm, bewarna

hijau ketika belum matang, mempunyai 5 ruang, dengan masing-masing ruang

mengandung 3-4 biji. Buah berubah warna menjadi coklat dan mulai terbuka

ketika matang dan kering. Biji berbentuk ginjal, bewarna coklat muda dengan

panjang sekitar 3-5 mm (Mahadevan et al., 2009).

Buah berbentuk kerucut, berambut, terbagi menjadi 5 ruang, berwarna

merah. Bentuk biji menyerupai ginjal, berbulu dengan panjang 5 mm dan lebar 4

mm. Saat masih muda, biji berwarna putih dan setelah tua berubah menjadi abu-

abu (Maryani dan Kristina, 2005).

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman rosella tumbuh optimal di daerah dengan ketinggian kurang dari

600 meter diatas permukaan laut dan semakin tinggi dari permukaan laut

pertumbuhan rosella akan terganggu. Rosella dapat tumbuh di daerah tropis dan

subtropis dengan suhu rata- rata bulanan 24-320 C namun rosella masih dapat

toleran pada suhu kisaran 10-360 C untuk menghasilkan pertumbuhan dan

perkembangan yang optimal, rosella memerlukan waktu 4-5 bulan dengan suhu

malam tidak kurang dari 210 C (Mardiah, et al., 2009).

Rosella membutuhkan curah hujan bulanan berkisar 130-250 mm dalam

tiga sampai empat bulan pertama pertumbuhan. Cuaca kering baik ditoleransi, dan

diinginkan dalam bulan terakhir pertumbuhan. Hujan atau kelembaban tinggi pada

saat panen dan pengeringan kali dapat menurunkan kualitas calyces dan
7

mengurangi hasil. Rosella sangat sensitif terhadap perubahan panjang hari.

Fotoperiodisme ini membutuhkan waktu tanam harus diatur sesuai dengan

panjang hari dari pada persyaratan curah hujan (Mohamed et al., 2012).

Tanah

Berbagai jenis tanah dapat ditanami rosella, terutama struktur yang dalam,

bertekstur ringan dan berdrainase baik. Rosella toleran terhadap tanah masam dan

agak alkalin, tetapi tidak cocok ditanam di tanah salin atau berkadar garam tinggi.

Kemasaman tanah (pH) optimum untuk rosella adalah 5,5-7 dan masih dapat

toleran pada pH 4,5-8,5. Selain itu, rosella tidak tahan terhadap genangan air

(Mardiah, et al., 2009).

Struktur tanah yang baik untuk budidaya tanaman rosella adalah yang

berstruktur remah atau gembur dan tanah mudah mengikat air. Tanah yang baik

untuk tanaman adalah tanah yang banyak mengandung bahan organik dan banyak

organisme tanah yang dapat menguraikan bahan organik

(Widyanto dan Nelistya, 2008).

Kandungan Tanaman Rosella

Negara Indonesia berada didaerah tropis yang banyak keanekaragaman

tanaman yang ada di Indonesia. Berbagai macam tanaman dapat dimanfaatkan

sebagai bahan pangan maupun bahan obat. Salah satu tanaman yang dapat

dijadikan bahan obat dan dihidangkan yaitu tanaman rosella merah yang dalam

bahasa latin Hibiscus sabdariffa L. Budidaya tanaman rosella merah ini sangatlah

mudah dan juga tidak memerlukan tempat yang luas untuk memenuhi kebutuhan

pribadi. Tanaman rosella merah memberikan banyak manfaat dibidang kesehatan.

Produk hasil olahan rosella merah ini juga beraneka ragam sehingga dapat
8

memikat masyarakat yang biasa mengkonsumsi produk herbal. Namun pada

kenyataannya pembudidayaanrosella merah di Indonesia masih terpusat di daerah-

daerah tertentu padahal xv pembudidayaannya mudah dilakukan. Oleh karena itu,

diperlukan pengenalan atau sosialisasi pada pembudidayaan sekaligus manfaat

senyawa metabolis sekunder dari rosella merah sebagai bahan pangan baru dan

apotik hidup (Wijayanti, 2010).

Ada 4 jenis rosella yang telah dilepas sebagai varietas oleh Balai

Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) (2013) . Masing-masing varietas

memiliki ciri dan karakter tersendiri terutama dalam produksi kelopak kering,

kandungan nutrisi kelopak, dan daya adaptasi terhadap penyakit fusarium

(Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, 2013).

Rosella telah lama dijadikan minuman kesehatan yang dikonsumsi oleh

masyarakat. Umumnya bagian kaliks rosella dijadikan minuman dalam bentuk

teh. Teh rosella diyakinidapat meningkatkan kemampuan seperti yang telah

.dimanfaatkan di beberapa negara sebagai tonikum bertahun-tahun yang lalu

Mekanisme fisik setelah mengkonsumsipeningkatan kemampuan teh Rosella,

dapat dikaitkan dengan kandungan antioksidan dan protein yang tinggi. Delapan

belas (18) asam amino terkandung dalam teh Rosella. Antioksidan yang

dimilikinya berupa vitamin C yang mencapai 2,444 mg dalam 100 gram kelopak

rosella kering. Antioksidan lain pada rosella yaitu betakaroten dan antosianin

(Ekanto dan Sugiarto, 2011).

Bagian tanaman yang biasa diproses menjadi produk pangan adalah

kelopak bunganya. Kelopak bunga tanaman ini berwarna merah tua, tebal dab

berair (juicy), serta banyak mengandung vitamain A, vitamin C dan asam amino,
9

grossy peptin, anthocyanin, gluside hibiscin. Selain itu kelopak merah juga

mengandung asam organik, polisakarida dan plavonoid yang bermanfaat

mencegah penyakit kanker, mengendalikan tekanan darah, melancarkan peredaran

darah dan melancarkan buang air besar. Kelopak bunga rosella merah yang

rasanya sangat manis ini biasanya dibuat menjadi jeli, saus, teh sirup dan manisan

(Daryanto, 2006).

Popularitas teh Rosella meningkat tajam pada tahun-tahun terakhir,

berbagai penelitian dilakukan untuk menguji manfaat Rosella. Hal ini tidak lepas

dari perannya sebagai antioksidan, antikanker, hipolipidemia, hepatoprotektor,

antihipertensi, anti bakteri, meningkatkan stamina. Kandungan senyawa kimia

dalam kelopak bunga Rosella: antosianin (gossipetin dan hibiscin) 2 %, vitamin C

0,004–0,005 %, protein 6,7–7,9 %, asam sitrat dan asam malat 13 %. Kandungan

asam lemak linoleat 14,4 %, palmitin 35,2 %, miristin 2,1 %, stearat 3,4 %, oleat

34 %. Setiap 100 gr kelopak Rosella kering mengandung protein 1,145 g, lemak

2,61 g, serat 12 g, kalsium 1,263 g, fosfor 273,2 mg, zat besi 8,98 mg, karoten

0,029 mg, tiamin 0,117 mg, niasin 3,765 mg, riboflavin 0,277 mg dan vitamin C

244,4 mg. Kandungan asam amino berupa : arginine, lysine, cystein, histidine,

isoleucine, leucine, methionine, phenylalanine, threonine, tryptophan, tyrosine,

valine, aspartic acid, glutamic acid, alanine, glycine, praline, serine

(Ekanto dan Sugiarto, 2011).

Ekstrak mahkota bunga rosella kuning (kaya antosianin) dosis mg/kgBB

dua kali sehari terbukti mempunyai efek hepatoprotektif pada tikus yang

sebelumnya diinduksi dengan 2,4 dinitrofenilhidrazin (2,4-DNPH). Ekstrak secara

bermakna menurunkan kadar enzim hati seperti alanin dan aspartat


10

aminotransferase dan mengurangi kerusakan hati. Ekstrak juga secara bermakna

meniadakan efek DNPH (Suganda et al., 2010).

Konsentrasi Antosianin memberikan hasil yaitu kadar antosianin pada

kelopak Rosella mengalami peningkatan pada perlakuan dosis iradiasi gamma

dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Selain itu, pada masa panen (180 hari

setelah tanam), dosis 600 Gy merupakan perlakuan yang paling efektif untuk

meningkatkan kandungan antosianin sebesar 3.63%, 3.68% pada musim tahun

2009 dan 2010 (El Sherif et al., 2011).

Khasiat Tanaman Rosella

Sebagai tanaman obat, rosella merah mempunyai manfaat untuk mengatasi

berbagai masalah penyakit dan masalah kesehatan. Manfaat dari rosella merah

antara lain dapat menurunkan asam urat, menurunkan kadar kolesterol dalam

tubuh, menghancurkan lemak, melangsingkan tubuh, mengurangi kecanduan

merokok, mencegah stroke dan hipertensi, memperbaiki pencernaan,

menghilangkan wasir, menurunkan kadar gula dalam darah, mencegah kanker,

tumor, kista dan sejenisnya. Diantara banyak khasiatnya, rosella diunggulkan

sebagai herba antikanker, antihipertensi dan antidiabetes (Wijayanti, 2010).

Tumbuhan rosella (Hibiscus sabdariffa L.) merupakan salah satu

tumbuhan yang telah dimanfaatkan dalam mengatasi berbagai penyakit dan

masalah kesehatan di berbagai negara. Kelopak bunga rosella telah digunakan

sebagai pengobatan tradisional dalam mengatasi mual, memperlancar buang air

besar, mengurangi nafsu makan, gangguan pernafasan yang disebabkan oleh flu,

dan rasa tidak enak di perut. Ekstrak etanol 96% kelopak bunga rosella

mengandung senyawa golongan flavonoid, saponin dan alkaloid. Kandungan


11

fenol dan flavonoid di dalam kelopak bunga rosella diduga memiliki efek

imunostimulator (Puspitowati et al., 2012).

Dengan adanya anti oksidan, sel-sel radikal bebas yang merusak inti sel

dapat dihilangkan. Ini sebabnya rosella memiliki efek anti kanker. Hasil penilitian

Hui-Hsuan Iin dari institute of BioChemistry and Biotechnology , Chung San

Medical University, Taichung, Taiwan membuktikkan bahwa rosella bersifat anti

kanker lambung. Penelitiannya menemukan antioksidan rosella membunuh sel

kanker dengan metode sitoksis dan apoptosis. Penelitian lain yang dilakukan oleh

DE-Xing Hou di Jepang, seorang peneliti dari Department of Biochemical

Science Ang Technology, Faculty of Agricultur, Kagoshima University, Jepang

menemukan bahwa 3-sambubioside, antioksidan rosella ampuh mengatasi kanker

darah atau leukimia. Cara kerjanya dengan menghambat terjadinya kehilangan

membran mitokondria dan pelepasan sitokrom dari mitokondria ke setosol

(Wiyarsi, 2011).

Uji in vivo menggunakan ekstrak kelopak bunga rosella yang dibuat

dengan soxhletasi serbuk kelopak bunga rosella menggunakan pelarut metanol

dengan dosis antara 10 µg-1 mg/mL menunjukkan efek vasodilatasi pada aorta

tikus hipertensif spontan melalui jalur vasodilatasi yang tergantung dan tidak

tergantung endotelium. Vasodilatasi yang tergantung endotelium dihasilkan

melalui jalur relaksasi nitrit oksida /cGMP yang diturunkan dari endotelium dapat

disebabkan oleh penghambatan masuknya Ca2+. Hasil ini menunjukkan efek

menurunkan tekanan darah dari rosella in vivo yang dapat dikembangkan sebaga

obat hipertensi ( Suganda et al., 2010).


12

Mutasi Sinar Gamma

Mutasi merupakan perubahan yang terjadi pada organisme yang bersifat

menurun (hereditas), dan hasil perubahan tersebut disebut mutan. Mutasi

merupakan sumber aneka alela, yaitu bahan baku bagi alternatif-alternatif

genotipe. Mutasi memberi alam variabilitas yang diwariskan, dan merupakan

kunci keberhasilan seleksi alam. Manfaat mutasi dalam pemuliaan tanaman adalah

meningkatkan keragaman/ variabilitas genetik tanaman, sehingga pemilihan /

seleksi untuk sifat-sifat baik lebih mudah dilakukan (Sudarka, 2009).

Mutasi tidak dapat diamati pada generasi M1, kecuali yang termutasi

adalah gamet haploid. Adanya mutasi dapat di tentukan pada generasi M2 dan

seterusnya. Semakin tinggi dosis, maka semakin banyak terjadi mutasi dan makin

banyak pula kerusakannya. Hubungan antara tinggi bibit dan kemampuan hidup

tanaman M1 dengan frekwensi mutasi, membuktikan bahwa penilaian kuantitatif

terhadap kerusakan tanaman M1 dapat digunakan sebagai indikator dalam

permasalahan pengaruh dosis pada timbulnya mutasi (Mugiono, 2001).

Pemuliaan mutasi melalui mutagenesis memberikan dampak secara

sitologis maupun fisiologis karena mutasi dapat terjadi pada tingkat sel maupun

tingkat jaringan. Kerusakan fisiologi yang disebabkan oleh mutagen, perlakuan

mutagenik menyebabkan tingkat kematian organisme yang rendah, biasanya

frekuensi mutasinya tinggi, kerusakan yang ditimbulkan merupakan kerusakan

ekstrakromosomal. Sebaliknya, bila tingkat lethalitas tinggi, frekuensi mutasinya

rendah dapat dikategorikan kerusakan kromosomal. Kerusakan fisiologis pada

sejumlah sel di jaringan meristem apikal dapat terjadi pada lapisan terluar, yaitu

epidermis (LI) yang menutupi semua jaringan misalnya daun, batang, petal bunga
13

dan sebagainya. Jaringan di bawahnya yang terdiri atas beberapa lapis sel di

dalam batang dan sebagian besar sel-sel yang berada pada daun disebut lapisan

sub-epidermis (L2), selanjutnya L3 merupakan sebagian besar jaringan internal

batang dan sejumlah sel di sekitar jaringan pembuluh daun (Lineberger, 2007).

Tujuan pemuliaan mutasi adalah (1) untuk memperbaiki satu atau

beberapa karakter khusus dari suatu kultivar/galur, (2) untuk membentuk penanda

morfologi (warna, rambut, braktea dan lain-lain). Sebagai idenditas pada

galurgalur harapan, (3) untuk membentuk galur mandul jantan yang berguna bagi

pembentukan kultivar hibrida, (4) untuk mendapatkan karakter khusus dalam

genotipe yang telah beradaptasi (Herawati dan Setiamihardja, 2000).

Dosis iradiasi dibagi tiga, yaitu tinggi (>10 k Gy), sedang (1-10 k Gy), dan

rendah (<1 k Gy). Perlakuan dosis tinggi akan mematikan bahan yang dimutasi

atau mengakibatkan sterilitas.Pada umumnya dosis yang rendah dapat

mempertahankan daya hidup atau tunas,dapat memperpanjang waktu pemasakan

pada buah-buahan dan sayuran, serta meninkatkan kadar pati, protein dan kadar

minyak pada jagung, kacang dan bunga matahari. Tanaman mutan juga memiliki

daya tahan yang lebih baik terhadap serangan patogen dan kekeringan

(Soedjono, 2003).

Pada penelitian El Sherif et al (2014) juga menyatakan bahwa aplikasi

600 Gy memberikan efek tertinggi pada peningkatan jumlah buah per tanaman

dibandingkan dosis iradiasi lainnya dan kontrol. Produksi berat kalyx segar per

tanaman naik dengan sinifikan tercatat pada aplikasi 500 dan 400 gy

(171.8 dan 151.4 g per tanaman) masing-masing di tahun 2009 dan 2010 pada

periode panen yaitu 180 hari setelah tanam. Meningkatnya pertumbuhan tanaman
14

(tinggi tanaman, jumlah cabang, panjang akar, bobot basah dan kering daun,

batang dan akar) memberikan hasil yang terlihat pada aplikasi 600 Gy terhadap

produksi tertinggi (produksi buah) tanaman rosella. Efek stimulasi pada dosis 600

Gy berdasarkan fakta bahwa stimulasi memberikan peran terhadap pembentukan

enzim dan hormon pertumbuhan terhadap pertumbuhan dan produksi.

Pada penelitiann Harding dan Mohamad (2009) mengenai radiosensivitas

Rosella varietas Terengganu dan Arab untuk menentukan dosis yang efektif untuk

mutasi rosella selama tahun 2006/2007. Parameter tinggi bibit yang diamati pada

2, 3, 4 dan 5 minggu setelah ditananam benih M1 dari 2 varietas Terengganu dan

Arab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan dosis radiasi sinar

gamma 0-1200 Gy dalam tingkatan 100 gray (Gy) menyebabkan peningkatan

fisiologis yang berpengaruh pada tinggi bibit. Nilai LD50 ditentukan dari analisis

regresi untuk varietas Terengganu berdasarkan tinggi bibit masing-masing yaitu

754, 821,4, 761,7 dan 766,7% pada 2, 3, 4 dan 5 minggu setelah tanam, dan nilai-

nilai LD50 untuk varietas Arab adalah masing-masing sebesar 773,8.%, 804,1.%,

704,2 dan 708,3% pada 2, 3, 4 dan 5 minggu. Nilai LD 50 untuk Terengganu dan

Arab ditentukan pada minggu ke 2 masing-masingn754 dan 773,8%.

Berdasarkan hasil penelitian Atmarazaqi (2013) didapatkan kesimpulan

bahwa terdapat keragaman fenotipe daun pada dosis 25 Gy tanaman rosella di

awal pertumbuhan 2 MST yakni menghasilkan daun bercak berlubang dan

berlubang melengkung. Analisis jumlah stomata, jumlah sel epidermis, klorofil

rosella merah dan kandungan anthosianin kelopak bunga berpengaruh nyata

terhadap semua perlakuan irradiasi sinar gamma. Pada perlakuan dosis radiasi 25

Gy ternyata memiliki kandungan anthosianin kelopak bunga lebih tinggi


15

dibanding perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan radiasi sinar gamma yang acak

(random) telah merusak sel pertumbuhan sehingga memberikan pengaruh

terhadap senyawa metabolit sekunder tanaman rosella merah.

Keragaman Genotipe dan Fenotipe

Pada umumnya tanaman memiliki perbedaan fenotipe dan genotipe yang

sama. Perbedaan varietas cukup besar mempengaruhi perbedaan sifat dalam

tanaman. Keragaman penampilan terjadi akibat sifat dalam tanman (genetik) atau

perbedaan lingkungan kedua-duanya. Perbedaan susunan genetik merupakan salah

satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik

merupakan suatu untaian susunan genetik yang akan diekspresikan pada satu atau

keseluruhan fase pertumbuhan yang berbeda dan dapat di ekspresikan pada

berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman dan akhirnya

menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995).

Keragaman genetik alami merupakan sumber bagi setiap program

pemuliaan tanaman. Variasi ini dapat dimanfaatkan, seperti semula dilakukan

manusia, dengan cara melakukan introduksi sederhana dan tehnik seleksi dapat

dimanfaatkan dalam program persilangan yang canggih untuk mendapatkan

kombinasi genetik yang baru. Jika perbedaan dua individu yang mempunyai

faktor lingkungan yang sama dapat diukur ,maka perbedaan ini berasal dari kedua

genotip tanaman tersebut. Keragaman genetik menjadi perhatian utama para

pemulia tanaman, karena melaui pengelolaan yang tepat dapat menghasilkan

varietas baru yang lebih baik (Welsh, 2005).


16

Heritabilitas

Heritabilitas adalah proporsi dari variasi fenotipe total yang disebabkan

oleh efek gen. Heritabilitas dari suatu sifat tertentu berkisar dari 0 sampai 1

(Stansfield, 1991). Nilai heritabilitas suatu sifat bergantung pada tindak gen yang

mengendalikan gen tersebut. Jika heritabilitas dalam arti sempit suatu sifat

bernilai tinggi, maka sifat tersebut dikendalikan oleh gen aditif pada kadar yang

tinggi. Sebaliknya jika heritabilitas dalam arti sempit bernilai rendah, maka sifat

tersebut dikendalikan oleh tindak gen bukan aditif (dominan dan epistasis) pada

kadar yang tinggi. Heritabilitas akan bermakna jika varians genetik didominasi

oleh varians aditif karena pengaruh aditif setiap alel akan diwariskan dari tetua

kepada progeninya (Suprapto dan Khairudin, 2007).

Seleksi terhadap tanaman untuk produk tinggi tidak efektif bila pengaruh

lingkungan begitu besar sehingga menutupi variasi genetik dimana keragaman

sifat kuantitatif yang diwariskan pada turunannya disebut heritabilitas.

Heritabilitas dapat didefenisikan sebagai proporsi keragaman yang disebabkan

oleh faktor genetik terhadap keragaman fenotip dan populasi. Keragaman atau

varietas dari suatu populasi disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan

(Hasyim, 2005).
17

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ±32 meter di atas permukaan laut,

mulai November 2016 sampai Maret 2017.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih rosella turunan

ke dua (M2) dengan varietas Roselindo 2 , air, pupuk NPK 16:16:16 sebanyak

20 gram/tanaman, insektisida untuk mengendalikan hama , fungisida untuk

mengendalikan jamur, dan bahan - bahan lainnya yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, gembor,

meteran, penggaris, tali plastik, pacak sampel, ember, handsprayer, amplop,

timbangan analitik, jangka sorong, kamera dan alat tulis dan alat-alat lain yang

mendukung pelaksanaan penelitin ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan benih populasi hasil penelitian sebelumnya,

dengan membandingkan populasi kontrol dengan M2 dengan 5 populasi, yaitu :

RM2 - 0 : Populasi Varietas Roselindo (Kontrol)

RM2 - 150 : Populasi M2 dengan Dosis Iradiasi 150 Gray

RM2 - 300 : Populasi M2 dengan Dosis Iradiasi 300 Gray

RM2 - 450 : Populasi M2 dengan Dosis Iradiasi 450 Gray

RM2 - 600 : Populasi M2 dengan Dosis Iradiasi 600 Gray


18

Jarak Tanam : 1,5 m x 1 m

Jumlah Plot : 4 Plot

Jarak antar Plot : 50 cm

Jumlah Tanaman seluruhnya : 180 tanaman

Model Analisis

Untuk membandingkan secara statistik karakter tanaman yang diteliti

dengan deskripsi tanaman, maka dilakukan uji t pada taraf 5% dengan

menggunakan software Minitab 14.

Membandingkan dua nilai tengah yang tidak berpasangan, dengan asumsi ragam

dua contoh yang sama. Dengan rumus sebagai berikut :

t h it =¿ A−B∨ ¿ ¿
S( A−B)

Keterangan : A = Nilai rataan perlakuan A (kontrol)

B = Nilai rataan perlakuan B ( P1 150 Gy Generasi M2)

( P2 300 Gy Generasi M2)

( P3 450 Gy Generasi M2)

( P4 600 Gy Generasi M2)

S (A – B) = Galat baku dari selisih nilai rataan (Sastrosuspadi, 2000).

(∑ x2) – [(∑ x)2 / n]


σ2 =
n–1

σ2M2 = σ2p;

σ2p = σ2g + σ2e;

σ2g = σ2p - σ2e =σ2M2 - σ2M0

dimana :

σ2 = ragam
19

n = jumlah anggota populasi

σ2p = ragam fenotip

σ2g = ragam genotip

σ2e = ragam lingkungan

σ2M2 = ragam populasi M2

σ2M0 = ragam populasi M0 (kontrol)

Keragaman Genetik

Keragaman dihitung setelah terlebih dahulu menghitung varians fenotip

(σ2p) dan varians genotipe (σ2g).

Dari hasil analisis varians genotipe dan varians antar genotipe didapat :

Koefisien Varians Genotipe (KVG) dan Koefisiens Varians Fenotipe (KVP)

dengan menggunakan rumus :

√ σ2 g
KKG= x 100 %
X

Nilai KKG mutlak yang tertinggi ditetapkan dari nilai KKG relative 100%.

Nilai Heritabilitas (h2)

Heritabilitas dihitung untuk tiap parameter. Dilakukan pada akhir

penelitian dengan menggunakan rumus :

σ2G σ2G
H atau h2 = =
σ2P σ2EG + σ2E

Kriteria heritabilitas adalah sebagai berikut :

h2 > 0,5 : tinggi

h2 0,2 – 0,5 : sedang

h2 < 0,2 : rendah

( Stansfield, 1991 ).
20

PERLAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan lahan

Penanaman dibuat dengan luas areal 25 m x 15 m serta jarak antar

tanaman 1 x 1.5 m. Areal penanaman dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa akar

tanaman, serta sampah lainnya kemudian digemburkan dan diratakan bagian

atasnya. Sebelum dilakukan penanaman, lahan yang akan digunakan harus diolah

terlebih dahulu. Lahan dibersihkan dari gulma dan diolah sedalam 25-30 cm dan

dibuat parit drainase selebar 30 cm dengan kedalaman 20 cm.

Penanaman

Benih M2 yang diperoleh dari restricted bulk generasi M1, yaitu 0 Gy

(kontrol), 150 Gy, 300 Gy, 450 Gy dan 600 Gy direndam dengan air selama 12

jam, biji yang tenggelam diambil sebagai calon benih sedangkan yang terapung

tidak digunakan. Benih ditanam 1 biji/ lubang yang telah ditugal, dengan jarak

tanam 1 m x 1,5 m. Masing-masing plot ditanam 1 baris tetua yang di iradiasi dan

tetua kontrol sebagai pembanding yang digunakan untuk menduga ragam

lingkungan.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan sekali dalam 1 hari yaitu pada sore hari dengan

menggunakan gembor.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang ada di sekitar

pertanaman. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan cara mencabut

rerumputan yang tumbuh disekitar tanaman dan plot penelitian.


21

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada 4 minggu setelah tanam (MST)

dan 8 MST dengan pupuk NPK sebanyak 20 gr/tanaman.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan kondisi lapangan.

Untuk serangan mengendalikan hama dilakukan penyemprotan dengan

menggunakan bahan aktif deltrametrin dengan konsentrasi 25 g/liter air dan

mengatasi serangan penyakit pada areal pertanaman dilakukan penyemprotan

fungisida bahan aktif Mankozeb dengan konsentrasi 4 g/liter.

Panen

Panen dilakukan pada saat tanaman telah memenuhi kriteria panen yaitu

ukuran maksimal, berumur 15 – 30 hari setelah keluar bunga, kulit pembungkus

biji berwarna coklat dan sedikit terbuka atau membelah dan biji – biji berwarna

kuning atau sedikit hitam.

Pengamatan Parameter

Persentase Perkecambahan (%)

Persentase perkecambahan dihitung sampai umur 3 MST. Daya

berkecambah (DB) dihitung berdasarkan persentase kecambah normal

dibandingkan dengan jumlah benih yang dikecambahkan. Daya berkecambah

dihitung dengan rumus berikut :

DB=
∑ kecamba h normal x 100%
∑ beni h yang dikecamba h kan

Tinggi Tanaman (cm)


22

Tinggi tanaman diukur pada 3 minggu setelah tanam dan hingga pada fase

panen (17 MST) dilakukan pengukuran dari leher akar sampai titik tumbuh

dengan menggunakan meteran, dimana untuk menentukan batas permukaan tanah

digunakan patokan standard.

Jumlah cabang (cabang)

Pengamatan jumlah cabang dilakukan pada akhir fase panen (17 MST)

dengan menghitung cabang yang mengelilingi batang primer.

Diameter Kanopi (cm)

Diameter kanopi dihitung untuk menghitung tajuk yang dihasilkan

tanaman dengan menghitung diameter luasan tajuk diagonal tanaman. Pengukuran

diameter kanopi dilakuakan pada fase panen (17 MST).

Diameter Kelopak Bunga

Diameter kelopak bunga diukur dengan menggunakan jangka sorong

untuk mengetahui diameter rata – rata kelopak bunga yang dihasilkan.

Bobot Basah Kelopak bunga/tanaman (g)

Bobot basah kelopak bunga ditimbang setelah dipanen dengan kriteria

kelopak bunga matang fisiologis.

Bobot buah/tanaman (g)

Bobot basah buah ditimbang ketika panen dengan krtiteria matang

fisiologis.

Jumlah kelopak bunga/tanaman (kelopak bunga)

Jumlah kelopak bunga/tanaman dihitung untuk mengetahui berapa kelopak

bunga pada satu tanaman yang dihasilkan pada fase panen. Panen dihentikan

apabila seluruh populasi tanaman dapat dipanen kelopak bunganya.


23

Umur Panen (HST)

Umur panen dilihat sesuai pemanenan, dimana setiap tanaman dilakukan

pemanenan tidak serempak. Pengamatan umur panen dilakukan dengan cara

menghitung umur tanaman mulai dari penanaman benih hingga tanaman siap

untuk dipanen yaitu setelah matang fisiologis yaitu dengan ciri – ciri : telah

berkembang penuh atau ukuran maksimal, kulit pembungkus biji majemuk

berwarna coklat dan sedikit terbuka (membelah) serta biji – bijinya telah tua

berumur 3 – 4 minggu sejak bunga mekar berwarna hitam

(Rukmana dan Herdi, 2015)


24

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase Perkecambahan

Tujuan uji radiosensitivitas adalah untuk menetapkan dosis LD50 yaitu

dosis yang menyebabkan 50% populasi yang diiradiasi mengalami kematian.

Berdasarkan nilai LD50 ditetapkan dosis iradiasi yang digunakan untuk

menginduksi keragaman pada tanaman dan karakter yang diinginkan. Hasil

pengamatan menunjukkan bahwa iradiasi sinar gamma pada dosis 600 Gy

menurunkan persentase perkecambahan setelah diamati pada 3 MST (Tabel 1.)

Tabel 1. Persentase perkecamhan tanaman umur 3 MST

No Dosis/Perlakuan Persentase Daya Tumbuh (%)


1 I0 (0 Gy) 100%

2 I1 (150 Gy) 100%

3 I2 (300 Gy) 96,6%

4 I3 (450 Gy) 93,3%

5 I4 (600 Gy) 86,6%

Pengaruh peningkatan dosis sinar gamma mempengaruhi pertumbuhan

perkecambahan rosella. Semakin tinggi dosis iradiasi yang diberikan semakin

rendah persentase perkecambahan. Beberapa benih yang ditanam tidak mampu

berkecambah tetapi beberapa tanaman yang menunjukan pertumbuhan abnormal

seperti pertumbuhan tinggi tanaman sangat lambat dan lama kelamaan akan mati.

Kematian tanaman tidak terjadi secara bersamaan. Namun beberapa tanaman

mulai menunjukkan abnormalitas tanaman pada 3 MST hingga 5 MST.


25

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa diameter kelopak bunga

pada populasi 150 Gy berbeda nyata terhadap populasi kontrol. Parameter tinggi

tanaman, jumlah cabang, diameter kanopi, diameter kelopak bunga, bobot kelopak

bunga, bobot buah, jumlah kelopak bunga per tanaman dan umur panen pada

populasi 150 Gy tidak berbeda nyata dengan populasi kontrol (Tabel 2).

Tabel 2. Hasil Uji t antara RM0 dengan RM1 (150 Gy)

Rataan

Karakter RM0 (Kontrol) RM1(150 Gy) t-hitung


Tinggi Tanaman 188,8 181,43 1,62tn
Jumlah cabang 24,85 26,50 0,86tn
Diameter Kanopi (cm) 161,19 156,43 0,10tn
Diameter Kelopak Bunga 28,90 29,22 1,30tn
Bobot Kelopak Bunga (g) 78,98 98,00 2,71*
Bobot Buah 73,37 74.10 4.47tn
Jumlah Kelopak Bunga /tanaman 17,77 21,07 0,09tn
Umur Panen 115,62 117,37 1,10tn
Keterangan : * = Berbeda Nyata
** = Berbeda Sangat Nyata
tn
= Berbeda Tidak Nyata

Secara keseluruhan karakter pada populasi 150 Gy tidak menunjukkan

perbedaan yang nyata terhadap populasi kontrol. Bobot kelopak bunga

merupakan parameter yang menunjukkan perbedaan secara nyata anatar populasi

150 Gy dengan populasi kontrol. Terjadi kenaikan rataan pada parameter diameter

kelopak bunga dimana populasi 150 Gy menunjukkan rataan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan populasi kontrol.


26

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tinggi tanaman dan umur

panen pada populasi 300 Gy berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol.

Parameter bobot kelopak bunga dan bobot buah berbeda nyata terhadap populasi

control sementara pada jumlah cabang parameter diameter kanopi dan diameter

kelopak bunga tidak berbeda nyata terhadap populasi kontrol (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil Uji t antara RM0 dengan RM2 (300 Gy)

Rataan

Karakter RM0 (Kontrol) RM2(300 Gy) t-hitung


Tinggi Tanaman 184,4 166,7 5,15**
Jumlah cabang 24,71 25,75 0,48tn
Diameter Kanopi (cm) 152,26 146,32 0,76tn
Diameter Kelopak Bunga 28,69 28,52 0,63tn
Bobot Kelopak Bunga (g) 82,77 49.83 1,26*
Bobot Buah (g) 71,36 40,44 1,46*
Jumlah Kelopak Bunga /tanaman 20,00 11,89 0,65tn
Umur Panen 116,43 126,79 0,65**
Keterangan : * = Berbeda Nyata
** = Berbeda Sangat Nyata
tn
= Berbeda Tidak Nyata

Secara keseluruhan karakter pada populasi 300 Gy menunjukkan

perbedaan yang nyata terhadap populasi kontrol pada parameter panen. Parameter

pada populasi 300 Gy mengalami penurunan rataan dan pada parameter produksi

juga mengalami penurunan rataan kecuali pada parameter umur panen. Populasi

300 Gy menunjukkan bahwa umur panen lebih lama dibandingkan dengan

populasi kontrol.
27

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tinggi tanaman pada

populasi 300 Gy berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol. Parameter

jumlah cabang, diameter kanopi, diameter kelopak bunga, jumlah kelopak bunga

per tanaman dan umur panen tidak berbeda nyata terhadap populasi control

sementara pada parameter bobot kelopak bunga dan bobot buah berbeda nyata

terhadap populasi kontrol (Tabel 4).

Tabel 4. Hasil Uji t antara RM0 dengan RM3 (450 Gy)

Rataan

Karakter RM0 (Kontrol) RM3(450 Gy) t-hitung


Tinggi Tanaman 186,8 173,9 2,07**
Jumlah cabang 27,40 25,00 0,48tn
Diameter Kanopi (cm) 158,68 159,16 0,75tn
Diameter Kelopak Bunga 28,74 28,83 0,08tn
Bobot Kelopak Bunga (g) 47,38 82,07 2,56*
Bobot Buah 45,81 74,26 2,81*
Jumlah Kelopak Bunga /tanaman 10,87 19,75 0,02tn
Umur Panen 121,53 119,07 2,35tn
Keterangan : * = Berbeda Nyata
** = Berbeda Sangat Nyata
tn
= Berbeda Tidak Nyata

Populasi 450 Gy menunjukkan bahwa rataan dari semua karakter secara

umum berbeda tidak nyata terhadap populasi kontrol. Tinggi tanaman merupakan

parameter yang menunjukkan perbedaan secara nyata antara populasi 450 Gy dan

populasi kontrol. Terjadi penurunan rataan pada tingi tanaman 450 Gy sementara

pada parameter produksi bobot kelopak bunga dan bobot buah berbeda nyata

terhadap populasi kontrol. Populasi 450 Gy meningkatkan rataan pada bobot

kelopak bunga dan bobot buah dibandingkan dengan populasi kontrol.


28

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa diameter kanopi, bobot

kelopak bunga, bobot buah, jumlah kelopak bunga per tanaman dan umur panen

pada populasi 600 Gy berbeda nyata terhadap populasi kontrol. Parameter tinggi

tanaman, jumlah cabang dan diameter kelopak bunga tidak berbeda nyata terhadap

populasi kontrol (Tabel 5).

Tabel 5. Hasil Uji T antara RM0 dengan RM4 (600 Gy)

Rataan

Karakter RM0 (Kontrol) RM4(600 Gy) t- hitung


Tinggi Tanaman 186,8 183,9 0,71tn
Jumlah cabang 28,80 30,00 0,72tn
Diameter Kanopi (cm) 128,01 156,15 2,73*
Diameter Kelopak Bunga 28,72 28,52 0,61tn
Bobot Kelopak Bunga (g) 74,37 48,62 2,91*
Bobot Buah (g) 60,88 39,81 3,36*
Jumlah Kelopak Bunga /tanaman 19,07 13,07 3,11*
Umur Panen 123,87 127,61 1,93*
Keterangan : * = Berbeda Nyata
** = Berbeda Sangat Nyata
tn
= Berbeda Tidak Nyata

Populasi 600 Gy pada parameter vegetative secara umum menunjukkan

bahwa tidak terjadi perbedaan secara nyata terhadap populasi kontrol. Terdapat

satu parameter yang berbeda nyata terhadap populasi control yaitu parameter

diameter kanopi. Pada parameter panen secara umum berbeda nyata terhadap

populasi kontrol. Terjadi penurunan rataan pada populasi 600 Gy dibandingkan

dengan populasi kontrol. Pada parameter umur panen pada populasi 600 Gy

menunjukkan bahwa umur panen lebih lama dibandingkan dengan populasi

kontrol.
29

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa keragaman genetik yang

luas dapat diperoleh dengan perlakuan dosis iradiasi rendah, terdapat pada

parameter bobot kelopak bunga, bobot buah dan jumlah kelopak bunga per

tanaman pada populasi 300 Gy, 450 Gy dan 600 Gy.

Nilai duga heritabilitas yang tinggi ditemukan pada parameter jumlah

cabang untuk masing – masing populasi iradiasi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa populasi hasil iradiasi 600 Gy menghasilkan populasi dengan nilai

heritabilitas tertingi hamper semua karakter kuantitatif yang diamati (Tabel 6).

Tabel 6. Keragaman genetik dan nilai duga heritabilitas karakter generasi MR 2


pada berbagai dosis iradiasi.

Populasi Hasil Iradiasi

No. Karakter I150 Gy I300 Gy I450 Gy I600 Gy


1 Tinggi Tanaman
σ2p (ragam penotip) 101,20 173,84 175,42 155,01
σ2g (ragam genetik) 3,15 75,79 77,37 56,96
h2 (heritabilitas) 0,03 0,43 0,44 0,36
KKG ( %) 0,97 5,26 5,07 4,13
Kriteria KKG sempit sempit sempit sempit
2 Jumlah cabang
σ2p (ragam penotip) 31,25 32,80 34,82 18,81
σ2g (ragam genetik) 20,37 21,65 23,67 0,66
h2 (heritabilitas) 0,64 0,65 0,67 0,66
KKG ( %) 17,11 18,22 19,46 2,62
Kriteria KKG sedang sedang sedang sempit
3 Diameter Kanopi
σ2p (ragam penotip) 3,12 3385,30 471,27 947,97
σ2g (ragam genetik) 6,86 21,65 165,36 642,06
h2 (heritabilitas) 0,02 0,20 0,35 0,67
KKG ( %) 1,67 6,09 8,01 16,63
Kriteria KKG sempit sempit sempit sedang
4. Diameter Kelopak Bunga
σ2p (ragam penotip) 2,43 2,28 2,20 2,15
σ2g (ragam genetik) 0,49 0,34 0,25 0,20
h2 (heritabilitas) 0,20 0,14 0,11 0,09
KKG ( %) 2,93 2,04 1,75 1,60
Kriteria KKG sempit sempit sempit sempit
5. Bobot Kelopak Bunga
σ2p (ragam penotip) 788,19 1232,20 1322,34 1643,15
σ2g (ragam genetik) 65,15 509,18 599,32 920,13
h2 (heritabilitas) 0,08 0,41 0,45 0,55
KKG ( %) 8,27 45,27 29,82 29,82
Kriteria KKG sempit luas luas luas
30

Populasi Hasil Iradiasi

No. Karakter I150 Gy I300 Gy I450 Gy I600 Gy

6. Bobot buah
σ2p (ragam penotip) 478,68 741,77 1073,01 1023,24
σ2g (ragam genetik) 24,12 287,21 618,45 568,67
h2 (heritabilitas) 0,05 0,38 0,57 0,55
KKG ( %) 6,62 41,89 33,48 50,65
Kriteria KKG sempit luas luas luas
7. Jumlah Kelopak Bunga/tanaman
σ2p (ragam penotip) 44,39 64,16 75,89 78,95
σ2g (ragam genetik) 2,08 21,85 33,58 36,64
h2 (heritabilitas) 0,04 0,34 0,44 0,46
KKG ( %) 7,02 29,29 29,34 46,29
Kriteria KKG sempit luas luas luas
8. Umur Panen
σ2p (ragam penotip) 11,74 49,52 12,36 44,32
σ2g (ragam genetik) 0,70 38,49 1,32 33,29
h2 (heritabilitas) 0,06 0,77 0,10 0,75
KKG ( %) 0,71 4,89 0,96 4,52
Kriteria KKG sempit sempit sempit sempit

Heritabilitas

Nilai duga heritabilitas yang tinggi menyatakan bahwa peranan faktor

genetik lebih besar pada penampilan fenotip tanaman dibandingkan lingkungan.

Tabel 6 menunjukkan nilai heritabilitas terendah terdapat pada iradiasi 150

Gy sebesar 0,02 yaitu pada karakter diameter kanopi, sedangkan nilai heritabilitas

tertinggi terdapat pada dosis 600 Gy sebesar 0,75 yaitu pada karakter umur panen.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan secara umum nilai duga heritabilitas

populasi 600 Gy menunjukkan nilai heritabilitas paling tinggi dibandingkan

dengan populasi tanaman yang lain.

Keragaman Morfologi

Tanaman rosella umumnya memiliki sistem percabangan primer yang

tegak keatas dan cabang sekunder dibawahnya mengelilingi cabang primer.

Namun akibat pengaruh radiasi, terdapat abnormalitas pada bentuk percabangan

(Gambar 1.).
31

(a) (b) (c)

Gambar 1. Bentuk Percabangan yang unik pada Tanaman Rosella. a. Dosis 150
Gy ( Tanaman ke – 1), b. Dosis 300 Gy (Tanaman ke – 8), c. Tanaman
kontrol (0 Gy).

Perubahan yang terjadi pada sistem percabangan yaitu bentuk percabangan

tanaman yang memiliki cabang primer lebih dari satu.

Bunga rosella mempunyai keistimewaan khusus diantaranya hanya mekar

pada pagi hari, kemudian kuncup dan beberapa hari kemudian mahkota bunga
32

gugur serta kelopak bunga yang bertambah besar. Umumnya pada saat mekar

bunga rosella varietas roselindo 2 berwarna merah muda dengan bagian dalam

merah tua. Namun beberapa bunga mengalami perubahan baik dari segi bentuk

maupun warna.

(a) (b) (c)

(d) (f)

Gambar 2. Warna dan Bentuk bunga rosella yang unik pada tanaman hasil iradiasi
a dan b. tanaman dengan iradiasi dengan dosis 150 Gy (tanaman ke 3
33

dan 19), c. Tanaman dengan dosis 300 Gy tanaman ke – 3, d.


Tanaman dengan 450 Gy (tanaman ke 4), f. Bunga pada tanaman
kontrol

Perubahan warna pada bunga yang terdapat pada perlakuan iradiasi

diantaranya bunga berbentuk abnormal dan bunga berubah menjadi warna kuning.

Warna kelopak bunga pada tanaman rosella umumnya berwarna merah tua

di seluruh bagian kelopak bunga. Namun terdapat pada satu tanaman yang

memiliki warna kelopak bunga yang unik yaitu berwarna merah muda tetapi tidak

di seluruh bagian kelopak bunga. Terdapat warna hijau dan putih secara tidak

beraturan disekitaran kelopak bunga tersebut .

(a) (b)
Gambar 3. Warna dan bentuk kelopak bunga yang unik pada populasi tanaman
Rosella. a. Populasi tanaman 150 Gy dan b. Populasi tanaman
kontrol.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis

irradiasi menyebabkan peningkatan jumlah tanaman abnormal dan mati. Dilihat

dari pengamatan perlakuan irradiasi 450 Gy dan 600 Gy persentase

perkecambahan hanya 93,3 % dan 86,6 % diikuti dengan 300 Gy96,6 % dan 150
34

Gy 100 %. Hal ini didukung penelitian sebelumnya yang menyatakan LD 50

(lethal dosis ) pada taraf dosis irradiasi tanaman roselindo varietas Roselindo 2

sebesar 477, 803. Hal ini didukung oleh Sutarto et al (2004) yang menyatakan

bahwa perlakuan radiasi sinar yang mengakibatkan menurunnya persentase

tumbuh dan tinggi tanaman, seiring dengan meningkatnya dosis radiasi

tampaknya hal ini diakibatkan oleh terganggunya metabolisme tanaman yang

mengakibatkan terganggunya sintesa protein yang berperan dalam pertumbuhan

tanaman.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman hasil

irradiasi dengan dosis 300 Gy dan 450 Gy berbeda sangat nyata dibandingkan

dengan populasi kontrol. Benih hasil Irradiasi sinar gamma menyebabkan proses

pertumbuhan tinggi tanaman menjadi terhambat dibandingkan dengan populasi

kontrol. Hanafiah et al (2010) yang menyatakan bahwa semakin tinggi dosis

irradiasi secara signifikan mempengaruhi tinggi tanaman, dimana semakin tinggi

dosis irradiasi secara signifikan mempengaruhi tinggi tanaman, dimana semakin

tinggi dosis iradiasi yang diberikan maka tinggi rata-rata tanaman akan semakin

menurun.

Pada perlakuan dengan dosis 300 Gy berbeda sangat nyata dalam

menurunkan bobot kelopak bunga, bobot buah dan jumlah kelopak bunga serta

menambah umur panen.Hal ini disebabkan respon yang ditimbulkan pada setiap

tanaman berbeda-beda baik kerusakan fisiologis maupun sitologis seperti pada

Liniberger (2007) yang menyatakan bahwa pemuliaan mutasi melalui mutagenis

megakibatkan dampak secara fisiologis karena mutasi dapat terjadi pada tingkat

sel maupun tingkat jaringan. Kerusakan fisiologis yang disebabkan oleh mutagen,
35

perlakuan mutagenik menyebabkan tingkat kematian organisme yang rendah,

biasanya frekuensi mutasi tinggi, kerusakan yang ditimbulkan merupakan

kerusakan ekstrakromosomal.

Pada perlakuan dengan dosis 600 Gy berbeda sangat nyata dalam

menaikkan umur panen dan berbeda secara nyata dalam menurunkan bobot

kelopak bunga, bobot buah dan jumlah kelopak bunga per tanaman dibandingkan

dengan populasi kontrol. Seperti yang dikemukakan oleh Khan dan Tyagi (2013)

yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman akan terhambat dan menurun

sesuai dengan meningkatnya dosis iradiasi yang lebih tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis iradiasi sinar

gamma memberikan dampak perubahan morfologi seperti sistem percabangan,

bentuk bunga, bentuk kelopak bunga dan warna bunga. Perubahan morfologi yang

terjadi yaitu seperti perubahan morfologi seperti jumlah batang lebih dari satu,

bentuk bunga yang unik, warna mahkota bunga yang berubah menjadi kuning.

Hal yang sama juga terjadi pada kedelai penelitian Hanafiah et al yang

menyatakan bahwa irradiasi sinar gamma mempengaruhi keragaman fenotip. Hal

ini didukung oleh adanya perubahan yang bersifat kulaitatif seperti perubahan

pada warna bunga dari ungu menjadi warna kuning.

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai heritabilitas pada parameter

jumlah cabang pada populasi 150 Gy, 300 Gy, 450 Gy dan 600 Gy termasuk

dalam kriteria tinggi ( >50%). Heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa variabilitas

genetik besar dan variabilitas lingkungan kecil. Mangoendidjojo (2003)

menyatakan bahwa heritabilitas tinggi dikatakan h2 > 50% dikatakan sedang bila

h2 terletak antara 20%-50% dan dikatakan rendah bila h2 < 20%. Knight (1979)
36

menyatakan bahwa nilai heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa faktor genetic

relatif lebih berperan dalam mengendalikan suatu sifat dibandingkan dengan

faktor lingkungan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa populasi 150 Gy generasi M 2

pada tinggi tanaman, jumlah cabang, diameter kanopi, bobot kelopak

bunga, bobot buah dan jumlah kelopak bunga per tanaman berbeda tidak

nyata terhadap kontrol. Dosis 300 dan 450 Gy menurunkan tinggi

tanaman, dosis 600 Gy menurunkan bobot kelopak bunga, bobot buah,

jumlah kelopak bunga per tanaman serta memperlama umur panen.

2. Perubahan morfologi iradiasi pada tanaman rosella terlihat pada perubahan

pada sistem percabangan, bentuk bunga dan warna bunga.

3. Pengujian heritabilitas tertinggi pada masing-masing populasi terdapat

pada karakter umur panen (0,75) pada populasi 600 Gy, sedangkan nilai

heritabilitas terendah (0,02) yaitu pada karakter diameter kanopi pada


37

populasi 150 Gy, populasi hasil iradiasi 600 Gy menghasilkan nilai

heritabilitas tinggi hampir pada semua karakter kuantitatif yang diamati.

Saran

Karakter yang memiliki nilai heritabilitas yang tinggi dan nilai koefisien

keragaman genetik yang luas dapat digunakan untuk karakter seleksi pada

generasi selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Amien, S. dan N., Carsono. 2008. Teknologi Nuklir Guna Merakit Kultivar
Unggul.http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0304/18/cakrawala/penelitian0
1.htm. Diakses pada tanggal 6 Oktober 2016

Atmarazaqi I.W. 2013. Analisis fenotip dan Kandungan Antosianin Tanaman


Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa L.) Pasca Irradiasi Sinar Gamma.
www.uin.kalijaga.ac.id/pdf. Diakses pada tanggal 6 Oktober 2016

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik


Pertanian. 2011. Pemanfaatan Sinar Radiasi dalam Pemuliaan Tanaman.
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat. 2013. Pelepasan Varietas Rosella.
www.balittas.litbang.pertanian.go.id/pdf. Diakses pada tanggal 28
September 2016

El Sherif F., Khattab S, E. Ghoname, N. Salem and K. Radwan. 2011. Effect of


Gamma Irradiation on Enhancement of Some Economic Traits and
Molecular Changes in Hibiscus Sabdariffa L. Life Science Journal
8(3):220-229

Ekanto B. dan Sugiarto. 2011. Kajian Teh Rosella ( Hibiscus sabdariffa) dalam
Meningkatkan Kemampuan Fisik Berenang (Penelitian Eksperimen Pada
38

Mencit Jantan Remaja). J. Media Ilmu Keolahragaan Indonesia 1 (2) :


171-181
Erianto. 2009. Budidaya Rosella. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2016.

Hapni L. 2010. Analisis Usahatani Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) di


Kabupaten Deli Serdang . www.repository.usu.ac.id/pdf. Diakses pada
tanggal 1 Oktober 2016

Harding S.S and O. Mohamad. 2009. Radiosensitivity test on two varieties of


Terengganu and Arab used in mutation breeding of roselle (Hibiscus
sabdariffa L.). African Journal of Plant Science 3 (8):181-183

Hasyim, H. 2005. Ringkasan Bahan Kuliah Pengantar Pemuliaan Tanaman.


Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Jusuf , M. 2001. Genetika I Struktur dan Ekspresi Gen. Sagung Seto, Jakarta

Linberger R.D. 2007. Origin, Developmental Propagation of Chimeras.


http://www.aggiehorticulture.tamu.edu/tisscult/chimeras/s.html. Diakses
pada tanggal 1 Oktober 2016

Mahadevan N., Shivali and P. Kamboj. 2009. Hibiscus sabdariffa Linn.-An


Overview. Natural Product Radiance 8(1):77-83

Mohamed B.B.,, A.A. Sulaiman, A. A. Dahab. 2012. Roselle (Hibiscus sabdariffa


L.) in Sudan, Cultivation and Their Uses. Bull. Environ. Pharmacol. Life
Sci 1 [6] : 48 – 54

Nugraheni E.S. 2010. Karakterisasi Biologi Isolat-Isolat Fusarium Sp Pada


Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Asal Boyolali.
https://core.ac.uk/download/pdf. Diakses Pada Tanggal 1 Oktober 2016

Purdyaningsih E. 2015. Mengenal Varietas Benih Binarosella (Hibiscus


sabdariffa L) . www.ditjenbun.pertanian.go.id/pdf. Diakses pada tanggal 1
Oktober 2016

Purnomo, B. 2012. Strategi Pengendalian Penyakit Tanaman.


www.bambangpurnomo.Byethost7.Com/Materi_Files/Epidemiologi_5/pdf.
Diakses Pada Tanggal 6 Oktober 2016 2016

Puspitowati O.H., M. Ulfah, E. Sasmito. 2012. Uji Aktivitas Imunostimulator


Fraksi Air dari Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa
L.) Terhadap Proliferasi Sel Limfosit Mencit Galur Swiss Secara In Vitro
Beserta Identifikasi Kandungan Kimianya .
www.download.portalgaruda.org/pdf. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2016.

Rahmawati, R. 2012. Budidaya Rosella. Pustaka Baru Press.Yogyakarta.


39

Sanni, T.A., J.O. Ogundele, E.M. Ogunbusola, and O. Oladimeji. 2015. Effect of
Gamma Irradiation on Mineral, Vitamins and Cooking Properties of Sorrel
(Hibiscus Sabdariffa L) Seeds . 2nd International Conference on Chemical,
Biological, and Environmental Sciences (ICCBES’15) Dubai, May 20-21

Sitompul, S. M dan B. Guritno, 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM –


Press, Yogyakarta.

Soedjono, S. 2003. Aplikasi Mutasi Induksi dan Variasi Somaklonal Dalam


Pemuliaan Tanaman. J. Litbang Pertanian 22(2): 70-78

Stansfield, W. D., 1991. Genetika. Ahli Bahasa M. Affandi dan L, T. Hardy


Erlangga, Jakarta.

Steenis, V. C. G. G. J., 2003. Flora. Pradnya Paramita. Jakarta.

Sudarka, W. 2009. Pemuliaan Kelainan Genetik Dan Sitogenetik Pada Tanaman.


www.file.unud.ac.id/pdf. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2016.

Suganda A.G., H. Lukman, Sidik, D. Santosa, B. Elya, Elfahmi. 2010. Serial Data
Ilmiah Terkini Tumbuhan Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L.). Direktorat
Obat Asli Indonesia, Jakarta.

Suprapto dan N. Md. Khairuddin, 2007. Variasi Genetik, Heritabilitas, Tindak


Gen dan Kemajuan Genetik (Glicine max L.Merril) Pada Tanah Ultisol.
Jurnal Ilmu – Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 9 No. 2, Hal 183 – 190.

Welsh, J. R. 2005. Fundamentals of Plant Genetics and Breeding. Jhon Willey


And Sons, New York. 453 pp.

Wijayanti P. 2010. Budidaya Tanaman Obat Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa


L.) dan Pemanfaatan Senyawa Metabolis Sekundernya di PT. Temu
Kencono, Semarang. www.file.uns.ac.id/pdf. Diakses pada tanggal 6
Oktober 2016

Wi. 2007. Effects of Gamma Irradiation on Morphological Changes and


Biological Responses in Plant. Journal Micron 38: 553-564 pada Suwarno,
A. 2013.Respon Pertumbuhan Planlet Anggrek Phalaenopsis Amabilis L.
Var. Jawa Candiochid Akibat Iradiasi Sinar Gamma .
www.lib.uns.ac.id/pdf. DIakses pada tanggal 28 September 2016.

Wiyarsi, A. 2011. Khasiat Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.).


www.staff.uny.ac.id/pdf. Diakses pada tanggal 6 Oktober 2016

Yuariski, O, Suherman.2012. Pengeringan Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa)


Menggunakan Pengering Rak Udara Resirkulasi . J.Teknologi Kimia Dan
Industri 1(1)
40

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Roselindo 2

SK. Menteri Pertanian Nomor : 4567/Kpts/SR.120/8/2013

Tanggal : 12 Agustus 2013


Nomor aksesi : 1596
Nama aksesi : Jamaica
Asal : Petani Blitar
Proses pemuliaan : Seleksi massa
Spesies : Hibiscus sabdariffa var. sabdariffa
Permukaan batang : Halus
Warna Batang : Ungu
Warna tangkai daun : Hijau tua kehitaman
Warna helaian daun : Hijau tua
Warna tulang daun : Merah Kemerahan
Warna tepi daun : Hijau tua
Warna Mahkota Bunga : Merah muda, bagian dalam merah tua
Warna kelopak Bunga (calyx) : Ungu
Warna anak kelopak (epicalyx) : Ungu
Warna kuncup bunga : Ungu
Warna buah : Hijau
Warna biji : Abu abu
Bentuk daun : Bertoreh sedang, gemuk
Bentuk ujung kapsul : cumi
Tinggi tanaman (cm) : 148,57 ± 58,07
Diameter Batang (mm) : 34,09 ± 24,89
41

Percabangan : Sangat banyak


Umur tanaman
- Mulai berbunga (HST) : 60 ± 4,7
- Panen (HST) : 97 ± 3,7

Berat 1000 biji (gram) : 32,92


Kandungan nutrisi kelopak bunga
- Vitamin C (mg/100 g) : 2.033.524
- Kadar antosianin (mg/kg) : 14.697
- Panjang kapsul (cm) : 3,87 ± 0,69

Diameter kapsul (mm) : 34,5 ± 10,09


Bobot 100 kelopak kering (gram) : 63,78 ± 0,32
Potensi hasil kelopak kering (kg/ha) : 478,59 ± 213,04
Ketahanan terhadap penyakit Fusarium sp : Moderat
Ketahanan terhadap Fotoperiodesitas : Peka
Adaptasi : Luas
Peneliti : U. Setyo Budi, Marjani, Sri Hartati, Rully
Dyah Purwati, Budi Santoso.

Lampiran 2. Bagan Penelitian

Bagan Penelitian

U S

I1 I0 I2 I1 I0 I2 I3 I04 I30 I4

I1 I0 I2 I1 I0 I2 I3 I04 I30 I4

I1 I0 I2 I1 I0 I2 I3 I04 I30 I4

I1 I0 I2 I1 I0 I2 I3 I04 I30 I4
42
43

NO. MINGGU KE-


JENIS KEGIATAN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1
1 Persiapan lahan X                              
 
3 Persiapan bahan tanaman   X                        
 
4 Penanaman     X              
Pemeliharaan tanaman  
5
Penyiraman X X X X X X X X X X X
Penyiangan X X X X X X X X X X X X X X
Pemupukan X X
Pengendalian Hama dan Penyakit Disesuaikan dengan kondisi lapangan
6 Panen X
7 Pengeringan X
Pengamatan parameter  
8 Persentase Perkecambahan
(%)     X          
Tinggi Tanaman (cm) X X X
Diameter Batang (mm)           X X X          
Indeks Panen X
Umur Panen (HST) X
Bobot Basah Akar/Tajuk (g) X
Bobot Kering Akar/Tajuk (g) X
Kandungan Antosianin (%) X
Warna Bunga X
Diameter Kalyx (mm) X
Bobot Kering Kalyx/tanaman X
(g)
Lampiran 3. Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian
44

Lampiran 4. Bagan Alir Penelitian

Biji Rosella Varietas Roselindo 2

Induksi Mutasi Sinar Gamma dengan Dosis Iradiasi


(0, 150, 300, 450, 600 Gray)

Ditanam

Populasi M1

Panen

Peneltian pada populasi M2

Populasi M2
(Dilakukan pengamatan keragaman Genotipe dan Fenotipe)
45

Lampiran 5. Analisis Tanah


46

Lampiran 6. Data Pengamatan Tinggi Tanaman


Perlakuan Dosis Iradiasi
No Tanaman
I0 I1 I2 I3 I4
1 172.3 177.4 155.0 136.4 196.4
2 176.5 176.0 170.0 163.0 184.0
3 183.0 188.2 165.5 178.3 195.0
4 180.4 189.0 146.0 181.5 188.2
5 185.3 193.5 147.0 182.0 196.6
6 197.4 184.0 160.8 182.0 174.0
7 195.8 189.0 161.0 165.8 191.0
8 192.0 164.5 166.0 180.6 178.0
9 174.4 195.0 170.0 190.0 181.0
10 192.0 186.0 167.4 178.7 198.5
11 179.3 182.8 170.0 158.0 197.0
12 175.0 194.0 166.4 175.0 184.0
13 171.3 194.5 170.0 174.0 210.8
14 167.0 189.0 127.4 155.4 178.0
15 176.3 187.0 161.7 155.0 181.0
16 182.0 166.3 178.0 172.2 187.0
17 174.5 183.0 167.0 179.0 176.7
18 190.0 171.0 164.0 154.6 182.3
19 188.5 184.2 158.6 185.0 157.0
20 198.0 174.5 176.0 195.0 189.7
21 196.0 173.0 167.0 192.4 185.0
22 190.2 181.0 171.0 168.0 194.0
23 157.0 184.4 183.4 183.6 171.6
24 175.0 158.0 188.3 182.0 159.0
25 179.4 179.0 158.0 189.0 161.5
26 184.3 196.5 163.0 174.0 180.0
27 182.4 186.0 163.0 176.4 189.0
28 189.0 163.0 171.0 163.6 174.0
29 193.5 174.2 155.8 163.0 166.0
30 190.0 185.0 155.0 176.4 172.3
Total 7430.4 5449.0 4768.3 5241.9 5478.6
Rataan 185.7 181.3 164.4 174.7 182.6
47

Lampiran 7. Data Pengamatan Jumlah Cabang


Perlakuan Dosis Iradiasi
No Tanaman
I0 I1 I2 I3 I4
1 20 26 27 23 34
2 33 18 31 34 33
3 23 22 32 - 29
4 23 18 30 24 29
5 25 30 17 25 31
6 25 28 19 24 30
7 28 26 17 16 32
8 38 28 38 23 32
9 23 29 25 28 26
10 32 29 21 25 30
11 28 33 20 27 30
12 29 36 23 27 22
13 30 37 22 28 31
14 18 29 - - 32
15 25 24 27 21 -
16 19 26 29 29 29
17 22 21 28 41 26
18 22 25 33 20 -
19 25 28 19 29 24
20 35 24 28 33 35
21 34 26 30 30 31
22 38 33 24 15 36
23 28 14 28 29 27
24 24 25 35 19 27
25 24 28 30 27 -
26 21 30 18 17 34
27 32 21 28 20 28
28 31 17 28 24 32
29 33 34 22 24 -
30 29 30 18 18 30
Total 817 795 747 700 780
Rataan 27.23 26.50 25.75 25 30
48

Lampiran 8. Data Pengamatan Luas Kanopi


Perlakuan Dosis Iradiasi
No Tanaman
I0 I1 I2 I3 I4
1 181 130.4 137.5 152.8 200.5
2 161 136.8 128.5 145.8 169.5
3 177 173 156.3 - 171.5
4 161 112.5 143.5 166.6 169.4
5 178.5 151 119.5 151.6 215.5
6 150.5 152.5 131.6 157.9 137.8
7 149 146.5 177.5 182.8 180
8 185 - 182.3 151.7 204.2
9 150 155 147.4 146 153.4
10 155.5 187 131.5 129.6 178.5
11 152 152 111.5 127.7 183.5
12 144.5 176 141.7 189.5 192.3
13 126.1 184.5 157 183.3 176.3
14 139 151.5 - - 159.8
15 156.3 184.5 175.6 165.8 -
16 164.9 164.8 183 163.5 149.8
17 189.2 159.8 160.2 171.8 145.6
18 188.4 168.2 166.2 170.5 -
19 174.2 156.5 122 182.5 125.5
20 160 153 126 191 152.3
21 166 137.5 134.5 181.4 130.9
22 166.5 147 154.2 176.3 124.5
23 155.5 160 131.5 194.6 126.5
24 183.5 142.5 164.3 136.8 104.5
25 159.2 145 165.8 152.8 -
26 143.5 158 130.2 122 101.8
27 167 184.2 142.5 120.4 164.3
28 153.5 153 138 136.3 115.4
29 146.5 139.5 158.5 142.2 -
30 118 174.3 125.2 163.4 126.8
Total 4802.3 4536.50 4243.5 4456.6 4060.1
Rataan 160.07 156.43 146.32 159.16 156.15
49

Lampiran 9. Data Pengamatan Bobot Kelopak Bunga


Perlakuan Dosis Iradiasi
No Tanaman
I0 I1 I2 I3 I4
1 141.13 21.05 23.64 138.24 102.87
2 196.71 35.88 7.51 73.46 81
3 121.54 56.95 78.3 - 110
4 104.55 86.00 58.5 43.4 13.41
5 13.91 84.17 46 50.84 90.68
6 40.22 130.50 100.8 130.76 90.92
7 101.79 101.04 97.38 63.82 80.03
8 131.52 - 20.4 107.33 25.42
9 83.58 114.40 8.42 33.03 62.37
10 140.34 106.32 54.33 87.02 38.4
11 161.15 129.05 91.78 89.21 41.95
12 113.32 82.46 73.23 130.25 30.85
13 120.43 97.65 125.1 89.17 22.15
14 156.45 77.01 - - 40.46
15 27.76 84.06 97.4 70.79 -
16 114.97 97.60 70.03 100.98 57.18
17 125.32 109.94 23.16 72.06 90.07
18 58.79 91.14 48.55 84 -
19 48.29 90.80 8.23 157.56 38.22
20 71.62 139.44 38.08 132.43 43.97
21 144.82 95.48 29.9 31.44 66.94
22 75.92 88.91 54.23 27.99 44.26
23 101.46 131.70 12.64 54.29 28.47
24 33.97 120.69 10.23 94.5 8.97
25 76.45 110.75 55.24 58.5 -
26 105.86 144.42 10.7 91.35 21.57
27 67.72 94.50 28.84 43.41 19.44
28 80.66 85.50 42.04 35.96 25.25
29 62.29 124.20 112.9 76.5 -
30 61.01 110.40 17.71 129.8 9.3
Total 2883.55 2842.01 1445.27 2298.09 1264.15
Rataan 96.11 98.00 49.8369 82.07 48.62
50

Lampiran 10. Data Pengamatan Bobot Buah


Perlakuan Dosis Iradiasi
No Tanaman
I0 I1 I2 I3 I4
1 113.14 17.50 20.4 131.6 90.4
2 166.3 31.50 6.8 60.16 54.8
3 89.01 24.50 61.2 - 65.6
4 101.99 70.00 44.2 37.6 14.4
5 13.95 66.50 34 60.16 70.2
6 31.08 101.50 71.4 124.08 60.2
7 88.32 84.00 64.6 52.64 70
8 108.7 - 17 94 21.6
9 79.04 77.00 6.8 30.08 54
10 118.11 84.00 47.6 71.44 32.4
11 125.36 101.50 61.2 82.72 36
12 93.68 66.50 57.8 124.08 25.2
13 99.56 73.50 108.8 86.48 18
14 156.45 59.50 - - 36
15 24.78 63.00 68 67.68 -
16 98.87 70.00 61.2 97.76 46.8
17 104.12 80.50 20.4 63.92 60.8
18 51.46 73.50 40.8 75.2 -
19 47.33 70.00 6.8 139.12 32.4
20 55.79 98.00 27.2 116.56 39.6
21 123.41 77.00 30.6 33.84 55.6
22 58.47 59.50 54.4 30.08 43.2
23 91.8 105.00 10.2 45.12 25.2
24 28.15 94.50 10.2 78.96 7.2
25 54.62 87.50 57.8 48.88 -
26 86.43 101.50 10.2 78.96 18
27 54.34 73.50 23.8 45.12 18
28 60.86 63.00 37.4 30.08 32.4
29 48.73 94.50 95.2 63.92 -
30 55.03 80.50 17 109.04 7.2
Total 2428.88 2149.00 1173.00 2079.28 1035.2
Rataan 80.96 74.10 40.44 74.26 39.82
51

Lampiran 11. Data Pengamatan Diameter Kelopak Bunga


Perlakuan Dosis Iradiasi
No Tanaman
I0 I1 I2 I3 I4
1 31.80 31.9 30.65 27.72 28.53
2 29.39 28.6 27.70 28.85 29.00
3 29.44 30.0 29.64 - 27.95
4 30.70 27.9 28.70 29.40 34.00
5 30.33 28.7 29.90 27.50 27.81
6 28.10 26.6 30.30 28.97 28.22
7 30.00 29.9 27.03 28.84 27.59
8 27.56 25.7 29.10 28.45 27.73
9 26.80 29.7 24.80 31.57 30.75
10 27.58 30.2 28.10 30.30 28.45
11 28.12 31.2 28.86 30.60 28.35
12 28.50 27.4 28.43 29.02 28.57
13 30.50 30.9 27.87 29.77 28.65
14 29.77 30.0 24.50 - 27.38
15 27.30 29.6 30.10 29.40 -
16 27.45 29.0 27.71 28.95 27.77
17 29.15 30.7 27.90 28.48 28.94
18 27.92 29.1 25.97 31.00 -
19 28.06 27.9 28.90 29.35 27.40
20 27.74 26.2 30.80 28.34 27.18
21 27.78 29.6 28.70 30.80 26.15
22 27.27 29.9 27.33 28.57 29.45
23 29.35 31.3 29.20 27.97 27.77
24 31.78 29.0 29.80 28.30 28.00
25 28.28 28.3 26.95 28.42 -
26 29.49 29.3 28.70 26.86 29.60
27 26.69 27.7 28.60 28.00 30.00
28 28.59 29.6 29.08 27.10 28.60
29 27.07 28.8 28.31 26.60 -
30 29.13 31.9 28.10 28.12 27.90
Total 861.64 876.6 827.23 807.25 741.74
Rataan 28.72 29.22 28.52 28.83 28.52
52

Lampiran 12. Data Pengamatan Jumlah Kelopak Bunga/ tanaman


Perlakuan Dosis Iradiasi
No Tanaman
I0 I1 I2 I3 I4
1 27 5 6 35 29
2 41 9 2 16 18
3 23 7 18 - 21
4 21 2 13 10 4
5 12 19 10 16 30
6 16 29 21 33 27
7 23 24 19 14 25
8 30 - 5 25 6
9 18 22 2 8 15
10 28 24 14 19 9
11 31 29 18 22 10
12 24 19 17 33 7
13 25 21 32 23 5
14 36 17 - - 10
15 6 18 20 18 -
16 24 20 18 26 13
17 24 23 6 17 28
18 12 21 12 20 -
19 11 20 2 37 9
20 12 28 8 31 11
21 32 22 9 9 21
22 15 17 16 8 12
23 23 30 3 12 7
24 7 27 3 21 2
25 14 25 17 13 -
26 22 29 3 21 5
27 15 21 7 12 5
28 14 18 11 8 9
29 12 27 28 17 -
30 13 23 5 29 2
Total 611 590 345 553 340
Rataan 20.33 21.07 11.89 19.75 13.07
53

Lampiran 13. Data Pengamatan Umur Panen (HST)


Perlakuan Dosis Iradiasi
No Tanaman
I0 I1 I2 I3 I4
1 110 112 123 110 124
2 118 117 139 120 128
3 113 118 139 - 115
4 115 117 138 119 136
5 119 120 135 121 119
6 116 115 125 119 134
7 112 112 131 117 119
8 116 - 132 121 121
9 111 117 128 120 119
10 115 118 121 118 127
11 120 119 120 119 131
12 116 120 124 118 129
13 111 117 121 128 128
14 110 111 - - 127
15 112 112 124 116 -
16 111 113 126 110 132
17 114 112 120 121 130
18 119 118 126 117 -
19 119 118 140 121 131
20 120 121 128 123 132
21 117 116 126 120 131
22 120 120 120 119 133
23 115 118 135 118 123
24 120 119 127 120 140
25 121 122 117 119 -
26 119 118 134 118 120
27 115 117 121 117 131
28 121 120 119 120 119
29 122 124 120 121 -
30 123 123 118 124 139
Total 3490 3404 3677 3334 3318
Rataan 116.33 117.37 126.79 119.07 127.61
54

Lampiran

Foto Lahan Penelitian

Foto dengan dosen Pembimbing

Anda mungkin juga menyukai