PENDAHULUAN
Latar Belakang
penggunaan obat herbal ini mempunyai dua dimensi korelatif yaitu aspek medik
terkait dengan penggunaannya yang sangat luas diseluruh dunia dan aspek
ekonomi terkait dengan nilai tambah yang mempunyai makna pada perekonomian
dalam bentuk teh. Delapan belas (18) asam amino terkandung dalam teh Rosella.
100 gram kelopak rosella kering. Antioksidan lain pada rosella yaitu betakaroten
Rosella telah didomestikasi di Sudan barat sebelum 4000 SM; dan pertama
kali tercatat di Eropa pada tahun 1576. Rosella dkenal sebagai tanaman coklat
umum dari kalix sebagai makanan pertama kali digunakan. Dibawa ke Dunia Baru
Hindia Barat, dan di selatan Florida, Texas dan California pada akhir abad ke-19.
sabdariffa untuk makanan serat telah dikembangkan di daerah lain selain Afrika
Rosella merah (Hibiscus sabdariffa L.) adalah tanaman asli dari daerah
yang terbentang dari India hingga Malaysia yang kini telah menyebar luas di
2
semua negara tropis dan sub tropis, termasuk Indonesia. Rosella mulai dilirik oleh
satunya untuk zat warna merah alami misalnya pada industri makanan maupun
di Indonesia. Hal ini terbukti dari adanya permintaan pasar luar negeri terhadap
rosella kering pada tahun 2007, terutama negara Malaysia sekitar 15 ton per
sekitar 5 ton sampai 8 ton per tahun. Ini dikarenakan petani bunga rosella masih
memiliki produktivitas bunga rosella dalam bentuk basah yang paling tinggi yaitu
3,5 ton per Ha dengan luas lahan 3 Ha. Data di atas menunjukkan bahwa
Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah yang relatif tepat untuk dijadikan
sebanyak 2 ton bunga rosella kering yang dikemas ke Negara Malaysia. Menurut
dikembangkan di Sumatera Utara, hal ini dibuktikan dari permintaan luar negeri
(Hapni, 2010).
yaitu kandungan Vitamin C dan Antosianin yang cukup tinggi pada kelopak
3
bunga yaitu sebesar 2.033,524 mg/100g dan 14.697 mg/kg dibandingkan dengan
varietas Roselindo lain. Namun kelemahan varietas ini yaitu potensi hasil kelopak
Fusarium masih moderat sehingga perlu ada perbaikan terhadap karakter dari
Mutasi adalah perubahan pada materi genetik suatu makhluk yang terjadi
secara tiba-tiba, acak, dan merupakan dasar bagi sumber variasi organisme hidup
perubahan struktural atau komposisi genom suatu jasad yang dapat terjadi karena
faktor luar (mutagen) atau karena kesalahan replikasi. Peristiwa terjadinya mutasi
disebut mutagenesis. Makhluk hidup yang mengalami mutasi disebut mutan dan
Pengaruh mutasi iradiasi sinar gamma dapat mengubah karakter atau sifat
meningkatkan produksi dan karakter dari tanaman asal yaitu rosella aksesi Arab
analisi uji t menunjukkan bahwa pemberian iradiasi sinar gamma pada dosis
150 Gy menurunkan diameter kanopi, bobot kelopak bunga, bobot buah, jumlah
kelopak bunga per tanaman, dosis 300 Gy meningkatkan jumlah cabang dan
menurunkan bobot kelopak bunga, bobot buah, jumlah kelopak bunga per
4
Perubahan morfologi iradiasi pada tanaman rosella terlihat pada perubahan pada
sistem percabangan, bentuk bunga, warna bunga dan bentuk kelopak bunga.
Tujuan Penelitian
Hipotesa Penelitian
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
meter. Bentuk batang bulat, tegak, berkayu, banyak percabangan dan berwarna
Bunga rosella yang keluar dari ketiak daun merupakan bunga tunggal,
artinya pada setiap tangkai hanya terdapat satu bunga. Bunga ini mempunyai 8-11
helai kelopak yang berbulu, panjangnya 1 cm, pangkalnya saling berlekatan dan
berwarna merah dan ukuran bunga cukup besar, diameter ketika sedang mekar
lebih dari 12,5 cm dan memiliki dasar bunga pendek. Kelopak bunga ini sering
dianggap sebagai bunga oleh masyarakat. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan
sebagai bahan makanan dan minuman. Mahkota bunga berbentuk corong, terdiri
dari 5 helaian, panjangnya 3-5 cm. Tangkai sari merupakan tempat melekatnya
kumpulan benang sari berukuran pendek dan tebal, panjangnya sekitar 5 mm dan
lebar sekitar 5 mm. Putiknya berbentuk tabung, berwarna kuning atau merah,
bunga rosella bersifat hermaprodit (mempunyai bunga jantan dan bunga betina)
Kelopak bunga rosella biasanya bewarna merah, terdiri dari 5 sepal besar
menghasilkan buah. Buah berbentuk kapsul dengan panjang 1,25-2 cm, bewarna
mengandung 3-4 biji. Buah berubah warna menjadi coklat dan mulai terbuka
ketika matang dan kering. Biji berbentuk ginjal, bewarna coklat muda dengan
merah. Bentuk biji menyerupai ginjal, berbulu dengan panjang 5 mm dan lebar 4
mm. Saat masih muda, biji berwarna putih dan setelah tua berubah menjadi abu-
Syarat Tumbuh
Iklim
600 meter diatas permukaan laut dan semakin tinggi dari permukaan laut
pertumbuhan rosella akan terganggu. Rosella dapat tumbuh di daerah tropis dan
subtropis dengan suhu rata- rata bulanan 24-320 C namun rosella masih dapat
perkembangan yang optimal, rosella memerlukan waktu 4-5 bulan dengan suhu
tiga sampai empat bulan pertama pertumbuhan. Cuaca kering baik ditoleransi, dan
diinginkan dalam bulan terakhir pertumbuhan. Hujan atau kelembaban tinggi pada
saat panen dan pengeringan kali dapat menurunkan kualitas calyces dan
7
panjang hari dari pada persyaratan curah hujan (Mohamed et al., 2012).
Tanah
Berbagai jenis tanah dapat ditanami rosella, terutama struktur yang dalam,
bertekstur ringan dan berdrainase baik. Rosella toleran terhadap tanah masam dan
agak alkalin, tetapi tidak cocok ditanam di tanah salin atau berkadar garam tinggi.
Kemasaman tanah (pH) optimum untuk rosella adalah 5,5-7 dan masih dapat
toleran pada pH 4,5-8,5. Selain itu, rosella tidak tahan terhadap genangan air
Struktur tanah yang baik untuk budidaya tanaman rosella adalah yang
berstruktur remah atau gembur dan tanah mudah mengikat air. Tanah yang baik
untuk tanaman adalah tanah yang banyak mengandung bahan organik dan banyak
sebagai bahan pangan maupun bahan obat. Salah satu tanaman yang dapat
dijadikan bahan obat dan dihidangkan yaitu tanaman rosella merah yang dalam
bahasa latin Hibiscus sabdariffa L. Budidaya tanaman rosella merah ini sangatlah
mudah dan juga tidak memerlukan tempat yang luas untuk memenuhi kebutuhan
Produk hasil olahan rosella merah ini juga beraneka ragam sehingga dapat
8
senyawa metabolis sekunder dari rosella merah sebagai bahan pangan baru dan
Ada 4 jenis rosella yang telah dilepas sebagai varietas oleh Balai
memiliki ciri dan karakter tersendiri terutama dalam produksi kelopak kering,
dapat dikaitkan dengan kandungan antioksidan dan protein yang tinggi. Delapan
belas (18) asam amino terkandung dalam teh Rosella. Antioksidan yang
dimilikinya berupa vitamin C yang mencapai 2,444 mg dalam 100 gram kelopak
rosella kering. Antioksidan lain pada rosella yaitu betakaroten dan antosianin
kelopak bunganya. Kelopak bunga tanaman ini berwarna merah tua, tebal dab
berair (juicy), serta banyak mengandung vitamain A, vitamin C dan asam amino,
9
grossy peptin, anthocyanin, gluside hibiscin. Selain itu kelopak merah juga
darah dan melancarkan buang air besar. Kelopak bunga rosella merah yang
rasanya sangat manis ini biasanya dibuat menjadi jeli, saus, teh sirup dan manisan
(Daryanto, 2006).
berbagai penelitian dilakukan untuk menguji manfaat Rosella. Hal ini tidak lepas
asam lemak linoleat 14,4 %, palmitin 35,2 %, miristin 2,1 %, stearat 3,4 %, oleat
2,61 g, serat 12 g, kalsium 1,263 g, fosfor 273,2 mg, zat besi 8,98 mg, karoten
0,029 mg, tiamin 0,117 mg, niasin 3,765 mg, riboflavin 0,277 mg dan vitamin C
244,4 mg. Kandungan asam amino berupa : arginine, lysine, cystein, histidine,
dua kali sehari terbukti mempunyai efek hepatoprotektif pada tikus yang
dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Selain itu, pada masa panen (180 hari
setelah tanam), dosis 600 Gy merupakan perlakuan yang paling efektif untuk
berbagai masalah penyakit dan masalah kesehatan. Manfaat dari rosella merah
antara lain dapat menurunkan asam urat, menurunkan kadar kolesterol dalam
besar, mengurangi nafsu makan, gangguan pernafasan yang disebabkan oleh flu,
dan rasa tidak enak di perut. Ekstrak etanol 96% kelopak bunga rosella
fenol dan flavonoid di dalam kelopak bunga rosella diduga memiliki efek
Dengan adanya anti oksidan, sel-sel radikal bebas yang merusak inti sel
dapat dihilangkan. Ini sebabnya rosella memiliki efek anti kanker. Hasil penilitian
kanker dengan metode sitoksis dan apoptosis. Penelitian lain yang dilakukan oleh
(Wiyarsi, 2011).
dengan dosis antara 10 µg-1 mg/mL menunjukkan efek vasodilatasi pada aorta
tikus hipertensif spontan melalui jalur vasodilatasi yang tergantung dan tidak
melalui jalur relaksasi nitrit oksida /cGMP yang diturunkan dari endotelium dapat
menurunkan tekanan darah dari rosella in vivo yang dapat dikembangkan sebaga
kunci keberhasilan seleksi alam. Manfaat mutasi dalam pemuliaan tanaman adalah
Mutasi tidak dapat diamati pada generasi M1, kecuali yang termutasi
adalah gamet haploid. Adanya mutasi dapat di tentukan pada generasi M2 dan
seterusnya. Semakin tinggi dosis, maka semakin banyak terjadi mutasi dan makin
banyak pula kerusakannya. Hubungan antara tinggi bibit dan kemampuan hidup
sitologis maupun fisiologis karena mutasi dapat terjadi pada tingkat sel maupun
sejumlah sel di jaringan meristem apikal dapat terjadi pada lapisan terluar, yaitu
epidermis (LI) yang menutupi semua jaringan misalnya daun, batang, petal bunga
13
dan sebagainya. Jaringan di bawahnya yang terdiri atas beberapa lapis sel di
dalam batang dan sebagian besar sel-sel yang berada pada daun disebut lapisan
batang dan sejumlah sel di sekitar jaringan pembuluh daun (Lineberger, 2007).
beberapa karakter khusus dari suatu kultivar/galur, (2) untuk membentuk penanda
galurgalur harapan, (3) untuk membentuk galur mandul jantan yang berguna bagi
Dosis iradiasi dibagi tiga, yaitu tinggi (>10 k Gy), sedang (1-10 k Gy), dan
rendah (<1 k Gy). Perlakuan dosis tinggi akan mematikan bahan yang dimutasi
pada buah-buahan dan sayuran, serta meninkatkan kadar pati, protein dan kadar
minyak pada jagung, kacang dan bunga matahari. Tanaman mutan juga memiliki
daya tahan yang lebih baik terhadap serangan patogen dan kekeringan
(Soedjono, 2003).
600 Gy memberikan efek tertinggi pada peningkatan jumlah buah per tanaman
dibandingkan dosis iradiasi lainnya dan kontrol. Produksi berat kalyx segar per
tanaman naik dengan sinifikan tercatat pada aplikasi 500 dan 400 gy
(171.8 dan 151.4 g per tanaman) masing-masing di tahun 2009 dan 2010 pada
periode panen yaitu 180 hari setelah tanam. Meningkatnya pertumbuhan tanaman
14
(tinggi tanaman, jumlah cabang, panjang akar, bobot basah dan kering daun,
batang dan akar) memberikan hasil yang terlihat pada aplikasi 600 Gy terhadap
produksi tertinggi (produksi buah) tanaman rosella. Efek stimulasi pada dosis 600
Rosella varietas Terengganu dan Arab untuk menentukan dosis yang efektif untuk
mutasi rosella selama tahun 2006/2007. Parameter tinggi bibit yang diamati pada
fisiologis yang berpengaruh pada tinggi bibit. Nilai LD50 ditentukan dari analisis
754, 821,4, 761,7 dan 766,7% pada 2, 3, 4 dan 5 minggu setelah tanam, dan nilai-
nilai LD50 untuk varietas Arab adalah masing-masing sebesar 773,8.%, 804,1.%,
704,2 dan 708,3% pada 2, 3, 4 dan 5 minggu. Nilai LD 50 untuk Terengganu dan
terhadap semua perlakuan irradiasi sinar gamma. Pada perlakuan dosis radiasi 25
dibanding perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan radiasi sinar gamma yang acak
tanaman. Keragaman penampilan terjadi akibat sifat dalam tanman (genetik) atau
merupakan suatu untaian susunan genetik yang akan diekspresikan pada satu atau
berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman dan akhirnya
manusia, dengan cara melakukan introduksi sederhana dan tehnik seleksi dapat
kombinasi genetik yang baru. Jika perbedaan dua individu yang mempunyai
faktor lingkungan yang sama dapat diukur ,maka perbedaan ini berasal dari kedua
Heritabilitas
oleh efek gen. Heritabilitas dari suatu sifat tertentu berkisar dari 0 sampai 1
(Stansfield, 1991). Nilai heritabilitas suatu sifat bergantung pada tindak gen yang
mengendalikan gen tersebut. Jika heritabilitas dalam arti sempit suatu sifat
bernilai tinggi, maka sifat tersebut dikendalikan oleh gen aditif pada kadar yang
tinggi. Sebaliknya jika heritabilitas dalam arti sempit bernilai rendah, maka sifat
tersebut dikendalikan oleh tindak gen bukan aditif (dominan dan epistasis) pada
kadar yang tinggi. Heritabilitas akan bermakna jika varians genetik didominasi
oleh varians aditif karena pengaruh aditif setiap alel akan diwariskan dari tetua
Seleksi terhadap tanaman untuk produk tinggi tidak efektif bila pengaruh
oleh faktor genetik terhadap keragaman fenotip dan populasi. Keragaman atau
varietas dari suatu populasi disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan
(Hasyim, 2005).
17
Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ±32 meter di atas permukaan laut,
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih rosella turunan
ke dua (M2) dengan varietas Roselindo 2 , air, pupuk NPK 16:16:16 sebanyak
mengendalikan jamur, dan bahan - bahan lainnya yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, gembor,
timbangan analitik, jangka sorong, kamera dan alat tulis dan alat-alat lain yang
Metode Penelitian
Model Analisis
Membandingkan dua nilai tengah yang tidak berpasangan, dengan asumsi ragam
t h it =¿ A−B∨ ¿ ¿
S( A−B)
σ2M2 = σ2p;
dimana :
σ2 = ragam
19
Keragaman Genetik
Dari hasil analisis varians genotipe dan varians antar genotipe didapat :
√ σ2 g
KKG= x 100 %
X
Nilai KKG mutlak yang tertinggi ditetapkan dari nilai KKG relative 100%.
σ2G σ2G
H atau h2 = =
σ2P σ2EG + σ2E
( Stansfield, 1991 ).
20
PERLAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan lahan
tanaman 1 x 1.5 m. Areal penanaman dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa akar
atasnya. Sebelum dilakukan penanaman, lahan yang akan digunakan harus diolah
terlebih dahulu. Lahan dibersihkan dari gulma dan diolah sedalam 25-30 cm dan
Penanaman
(kontrol), 150 Gy, 300 Gy, 450 Gy dan 600 Gy direndam dengan air selama 12
jam, biji yang tenggelam diambil sebagai calon benih sedangkan yang terapung
tidak digunakan. Benih ditanam 1 biji/ lubang yang telah ditugal, dengan jarak
tanam 1 m x 1,5 m. Masing-masing plot ditanam 1 baris tetua yang di iradiasi dan
lingkungan.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan sekali dalam 1 hari yaitu pada sore hari dengan
menggunakan gembor.
Penyiangan
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada 4 minggu setelah tanam (MST)
Panen
Panen dilakukan pada saat tanaman telah memenuhi kriteria panen yaitu
biji berwarna coklat dan sedikit terbuka atau membelah dan biji – biji berwarna
Pengamatan Parameter
DB=
∑ kecamba h normal x 100%
∑ beni h yang dikecamba h kan
Tinggi tanaman diukur pada 3 minggu setelah tanam dan hingga pada fase
panen (17 MST) dilakukan pengukuran dari leher akar sampai titik tumbuh
Pengamatan jumlah cabang dilakukan pada akhir fase panen (17 MST)
fisiologis.
bunga pada satu tanaman yang dihasilkan pada fase panen. Panen dihentikan
menghitung umur tanaman mulai dari penanaman benih hingga tanaman siap
untuk dipanen yaitu setelah matang fisiologis yaitu dengan ciri – ciri : telah
berwarna coklat dan sedikit terbuka (membelah) serta biji – bijinya telah tua
Persentase Perkecambahan
seperti pertumbuhan tinggi tanaman sangat lambat dan lama kelamaan akan mati.
pada populasi 150 Gy berbeda nyata terhadap populasi kontrol. Parameter tinggi
tanaman, jumlah cabang, diameter kanopi, diameter kelopak bunga, bobot kelopak
bunga, bobot buah, jumlah kelopak bunga per tanaman dan umur panen pada
populasi 150 Gy tidak berbeda nyata dengan populasi kontrol (Tabel 2).
Rataan
150 Gy dengan populasi kontrol. Terjadi kenaikan rataan pada parameter diameter
kelopak bunga dimana populasi 150 Gy menunjukkan rataan yang lebih tinggi
panen pada populasi 300 Gy berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol.
Parameter bobot kelopak bunga dan bobot buah berbeda nyata terhadap populasi
control sementara pada jumlah cabang parameter diameter kanopi dan diameter
kelopak bunga tidak berbeda nyata terhadap populasi kontrol (Tabel 3).
Rataan
perbedaan yang nyata terhadap populasi kontrol pada parameter panen. Parameter
pada populasi 300 Gy mengalami penurunan rataan dan pada parameter produksi
juga mengalami penurunan rataan kecuali pada parameter umur panen. Populasi
populasi kontrol.
27
jumlah cabang, diameter kanopi, diameter kelopak bunga, jumlah kelopak bunga
per tanaman dan umur panen tidak berbeda nyata terhadap populasi control
sementara pada parameter bobot kelopak bunga dan bobot buah berbeda nyata
Rataan
umum berbeda tidak nyata terhadap populasi kontrol. Tinggi tanaman merupakan
parameter yang menunjukkan perbedaan secara nyata antara populasi 450 Gy dan
populasi kontrol. Terjadi penurunan rataan pada tingi tanaman 450 Gy sementara
pada parameter produksi bobot kelopak bunga dan bobot buah berbeda nyata
kelopak bunga, bobot buah, jumlah kelopak bunga per tanaman dan umur panen
pada populasi 600 Gy berbeda nyata terhadap populasi kontrol. Parameter tinggi
tanaman, jumlah cabang dan diameter kelopak bunga tidak berbeda nyata terhadap
Rataan
bahwa tidak terjadi perbedaan secara nyata terhadap populasi kontrol. Terdapat
satu parameter yang berbeda nyata terhadap populasi control yaitu parameter
diameter kanopi. Pada parameter panen secara umum berbeda nyata terhadap
dengan populasi kontrol. Pada parameter umur panen pada populasi 600 Gy
kontrol.
29
luas dapat diperoleh dengan perlakuan dosis iradiasi rendah, terdapat pada
parameter bobot kelopak bunga, bobot buah dan jumlah kelopak bunga per
heritabilitas tertingi hamper semua karakter kuantitatif yang diamati (Tabel 6).
6. Bobot buah
σ2p (ragam penotip) 478,68 741,77 1073,01 1023,24
σ2g (ragam genetik) 24,12 287,21 618,45 568,67
h2 (heritabilitas) 0,05 0,38 0,57 0,55
KKG ( %) 6,62 41,89 33,48 50,65
Kriteria KKG sempit luas luas luas
7. Jumlah Kelopak Bunga/tanaman
σ2p (ragam penotip) 44,39 64,16 75,89 78,95
σ2g (ragam genetik) 2,08 21,85 33,58 36,64
h2 (heritabilitas) 0,04 0,34 0,44 0,46
KKG ( %) 7,02 29,29 29,34 46,29
Kriteria KKG sempit luas luas luas
8. Umur Panen
σ2p (ragam penotip) 11,74 49,52 12,36 44,32
σ2g (ragam genetik) 0,70 38,49 1,32 33,29
h2 (heritabilitas) 0,06 0,77 0,10 0,75
KKG ( %) 0,71 4,89 0,96 4,52
Kriteria KKG sempit sempit sempit sempit
Heritabilitas
Gy sebesar 0,02 yaitu pada karakter diameter kanopi, sedangkan nilai heritabilitas
tertinggi terdapat pada dosis 600 Gy sebesar 0,75 yaitu pada karakter umur panen.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan secara umum nilai duga heritabilitas
Keragaman Morfologi
(Gambar 1.).
31
Gambar 1. Bentuk Percabangan yang unik pada Tanaman Rosella. a. Dosis 150
Gy ( Tanaman ke – 1), b. Dosis 300 Gy (Tanaman ke – 8), c. Tanaman
kontrol (0 Gy).
pada pagi hari, kemudian kuncup dan beberapa hari kemudian mahkota bunga
32
gugur serta kelopak bunga yang bertambah besar. Umumnya pada saat mekar
bunga rosella varietas roselindo 2 berwarna merah muda dengan bagian dalam
merah tua. Namun beberapa bunga mengalami perubahan baik dari segi bentuk
maupun warna.
(d) (f)
Gambar 2. Warna dan Bentuk bunga rosella yang unik pada tanaman hasil iradiasi
a dan b. tanaman dengan iradiasi dengan dosis 150 Gy (tanaman ke 3
33
diantaranya bunga berbentuk abnormal dan bunga berubah menjadi warna kuning.
Warna kelopak bunga pada tanaman rosella umumnya berwarna merah tua
di seluruh bagian kelopak bunga. Namun terdapat pada satu tanaman yang
memiliki warna kelopak bunga yang unik yaitu berwarna merah muda tetapi tidak
di seluruh bagian kelopak bunga. Terdapat warna hijau dan putih secara tidak
(a) (b)
Gambar 3. Warna dan bentuk kelopak bunga yang unik pada populasi tanaman
Rosella. a. Populasi tanaman 150 Gy dan b. Populasi tanaman
kontrol.
Pembahasan
perkecambahan hanya 93,3 % dan 86,6 % diikuti dengan 300 Gy96,6 % dan 150
34
(lethal dosis ) pada taraf dosis irradiasi tanaman roselindo varietas Roselindo 2
sebesar 477, 803. Hal ini didukung oleh Sutarto et al (2004) yang menyatakan
tanaman.
irradiasi dengan dosis 300 Gy dan 450 Gy berbeda sangat nyata dibandingkan
dengan populasi kontrol. Benih hasil Irradiasi sinar gamma menyebabkan proses
tinggi dosis iradiasi yang diberikan maka tinggi rata-rata tanaman akan semakin
menurun.
menurunkan bobot kelopak bunga, bobot buah dan jumlah kelopak bunga serta
menambah umur panen.Hal ini disebabkan respon yang ditimbulkan pada setiap
megakibatkan dampak secara fisiologis karena mutasi dapat terjadi pada tingkat
sel maupun tingkat jaringan. Kerusakan fisiologis yang disebabkan oleh mutagen,
35
kerusakan ekstrakromosomal.
menaikkan umur panen dan berbeda secara nyata dalam menurunkan bobot
kelopak bunga, bobot buah dan jumlah kelopak bunga per tanaman dibandingkan
dengan populasi kontrol. Seperti yang dikemukakan oleh Khan dan Tyagi (2013)
bentuk bunga, bentuk kelopak bunga dan warna bunga. Perubahan morfologi yang
terjadi yaitu seperti perubahan morfologi seperti jumlah batang lebih dari satu,
bentuk bunga yang unik, warna mahkota bunga yang berubah menjadi kuning.
Hal yang sama juga terjadi pada kedelai penelitian Hanafiah et al yang
ini didukung oleh adanya perubahan yang bersifat kulaitatif seperti perubahan
jumlah cabang pada populasi 150 Gy, 300 Gy, 450 Gy dan 600 Gy termasuk
menyatakan bahwa heritabilitas tinggi dikatakan h2 > 50% dikatakan sedang bila
h2 terletak antara 20%-50% dan dikatakan rendah bila h2 < 20%. Knight (1979)
36
faktor lingkungan.
Kesimpulan
bunga, bobot buah dan jumlah kelopak bunga per tanaman berbeda tidak
pada karakter umur panen (0,75) pada populasi 600 Gy, sedangkan nilai
Saran
Karakter yang memiliki nilai heritabilitas yang tinggi dan nilai koefisien
keragaman genetik yang luas dapat digunakan untuk karakter seleksi pada
generasi selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amien, S. dan N., Carsono. 2008. Teknologi Nuklir Guna Merakit Kultivar
Unggul.http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0304/18/cakrawala/penelitian0
1.htm. Diakses pada tanggal 6 Oktober 2016
Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat. 2013. Pelepasan Varietas Rosella.
www.balittas.litbang.pertanian.go.id/pdf. Diakses pada tanggal 28
September 2016
Ekanto B. dan Sugiarto. 2011. Kajian Teh Rosella ( Hibiscus sabdariffa) dalam
Meningkatkan Kemampuan Fisik Berenang (Penelitian Eksperimen Pada
38
Jusuf , M. 2001. Genetika I Struktur dan Ekspresi Gen. Sagung Seto, Jakarta
Sanni, T.A., J.O. Ogundele, E.M. Ogunbusola, and O. Oladimeji. 2015. Effect of
Gamma Irradiation on Mineral, Vitamins and Cooking Properties of Sorrel
(Hibiscus Sabdariffa L) Seeds . 2nd International Conference on Chemical,
Biological, and Environmental Sciences (ICCBES’15) Dubai, May 20-21
Suganda A.G., H. Lukman, Sidik, D. Santosa, B. Elya, Elfahmi. 2010. Serial Data
Ilmiah Terkini Tumbuhan Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L.). Direktorat
Obat Asli Indonesia, Jakarta.
Bagan Penelitian
U S
I1 I0 I2 I1 I0 I2 I3 I04 I30 I4
I1 I0 I2 I1 I0 I2 I3 I04 I30 I4
I1 I0 I2 I1 I0 I2 I3 I04 I30 I4
I1 I0 I2 I1 I0 I2 I3 I04 I30 I4
42
43
Ditanam
Populasi M1
Panen
Populasi M2
(Dilakukan pengamatan keragaman Genotipe dan Fenotipe)
45
Lampiran