PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara dengan keberagaman hayati yang beragam. Kekayaan
hayati di indonesia meliputi 30.000 jenis tumbuhan dari 40.000 jenis tumbuhan didunia, dimana
tumbuhan yang memiliki khasiat obat sekitar 940 jenis. Penggunaan beragam jenis tanaman
yang berkhasiat sebagai obat dipercara secara empiris dan telah digunakan secara turun temurun
oleh masyarakat indonesia terutama masyarakat diwilayah terpencil yang jauh dari pusat
pelayanan kesehatan pada umumnya menggunakan tanaman sebagai obat. Perkembangan
tanaman obat sebagai obat-obat alternatif dipilih masyarakat karena lebih mudah didapatkan.
Bali merupakan salah satu pusat pariwisata dunia, sebagai salah satu pusat pariwisata
menyebabkan mobilitas masyarakat tinggi. Mobilitas yang tinggi menyebabkan masyarakat
rentan terhadap paparan radikal bebas yang ada di udara. Radikal bebas merupakan atom atau
gugus yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas pada
lingkungan dapat dijumpai seperti asap rokok, obat, makanan dalam kemasan, baha adiktif, dan
lain-lain (Huliselan dkk, 2015). Reaksi dari radikal bebas akan berlangsung secara terus menerus
dalam tubuh, jika reaksi ini tidak dihentikan akan menimbulkan berbagai penyakit yang dapat
merusak saraf dan otak sehingga memicu timbulnya penyakit seperti penuaan dini, kanker, liver,
serta penyakit degeneratif lainnya. Radikal bebas memiliki sifat sangat reaktif sehingga lebih
mudah menyerang sel-sel sehat didalam tubuh, oleh karena itu tubuh memerlukan pertahanan
untuk menetralkan radikal bebas tersebut seperti senyawa antioksidan ( Hernani dan Raharjo,
2005 dalam Huliselan dkk, 2015).
Antioksidan merupakan molekul yang dapat bereaksi dengan radikal bebas dan berfungsi
menetralkan radikal bebas dengan cara mendonorkan satu atom protonya sehingga membuat
radikal bebas stabil dan tidak reaktif (Sing, 2004 dalam Huliselan dkk, 2015). Pada tubuh
manusia terdapat sistem enzim yang berfungsi sebagai antioksidan salah satunya enzim
superoksida dismutase, namun apabila jumlah radikal bebas yang masuk kedalam tubuh lebih
banyak dari pada jumlah antioksidan dalam tubuh maka tubuh memerlukan tambahan
antioksidan dari luar (Huliselan dkk, 2015). Berdasarkan sumbernya antioksidan terbagai
menjadi dua jenis, yaitu antioksidan buatan dan antioksidan alami (Meenakshi et al.,2009 dalam
Huliselan dkk, 2015). Dilain pihak pilihan dan ketersediaan terhadap antioksidan alami masih
terbatas. Antioksidan alami dapat ditemukan pada tanaman yang memiliki kandungan fitokimia,
seperti Flavonoid, isoflavon, antosianin dan vitamin C (Sayuti dan Yenrina, 2015).
Rosella (Hibiscus sabdariffa L) termasuk famili Malvaceae yang merupakan tanaman tropis
yang banyak tumbuh di Indonesia. Kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) mengandung
senyawa fenolik, seperti delphinidin-3-3glucoside, delphinidin-3-sambubiosid dan cyanidin-3-
sambubioside serta kandungan flavonoid, seperti gossypetin, hibiscetin dan glukosida lainnya
(Sonia dkk,2007 dalam Riza. A & Hari. S, 2012). Menurutu penelitian yang dilakukan oleh
Komala. O dkk, 2013 tentang Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan Ekstrak Air Kelopak
Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) terhadap bakteri Streptococus pneumoniae , kelopak
bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) dinyatakan memiliki kandungan saponin, tanin dan
flavonoid.
Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder yang berfungsi sebagai antioksidan
karena memiliki sifat sebagai akseptor yang baik terhadap radikal bebas (Santhiskumar, 2011).
Etil asetat merupakan pelarut yang bersifat semi polar sehingga dapat menarik senyawa yang
bersifat polar maupun non polar (Putri, 2013). Namun penelitian tentang Efektivitas Antioksidan
Ekstrak Etilasetat Kelopak Bunga Rosella Merah masih sangat terbatas.
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Peneliti :
Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan dan menambah wawasan peneliti tentang
efek antioksidan dari ekstrak etil asetat bunga rosella merah (Hibiscus sabdariffa L) ,
golongan senyawa dalam ekstrak etil asetat bunga rosella merah (Hibiscus sabdariffa L)
yang berpotensi sebagai anti radikal bebas dan kadar IC50 dari ekstrak etil asetat bunga
rosella merah (Hibiscus sabdariffa L).
1.4.2. Bagi Institusi :
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi tentang efektivitas antioksidan pada
ekstrak etil asetat bunga rosella merah (Hibiscus sabdariffa L)
1.4.3. Bagi Masyarakat:
Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan dan menambah wawasan masyarakat
tentang tenta efek antioksidan bunga rosella merah (Hibiscus sabdariffa L).
1.4.4. Bagi Ilmu Pengetahuan:
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan yang sangat berharha bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang ilmu botani.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.) mempunyai daun tunggal berbentuk bulat
telur, bertulang menjari, ujung tumpul, tepi bergerigi dan pangkal berlekuk, Panjang daun
6-15 cm dan lebar 5- 8 cm. Tangkai daun bulat berwarna hijau dengan panjang 4-7 cm.
Bunga Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.) mempunyai bunga berwarna cerah,
Kelopak bunga rosella berwarna merah gelap dan lebih tebal jika dibandingkan dengan
bunga raya/sepatu. Bunganya keluar dari ketiak daun dan merupakan bunga tunggal,
yang berarti pada setiap tangkai hanya terdapat satu bunga. Bunga ini mempunyai 8-11
helai kelopak yang berbulu, panjangnya 1 cm, yang pangkalnya saling berlekatan dan
berwarna merah (Pangaribuan, 2016). Kelopak bunga ini sering dianggap sebagai bunga
oleh masyarakat (Marsalina et al., 2011).
2.2 Antioksidan
Antioksidan didefinisikan sebagai zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya
reaksi oksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid (Kochhar dan Rossell, 1990 dalam
Septiana dan Asnani, 2013). Berdasarkan sumbernya antioksidan dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu antioksidan sintetik dan alami. Antioksidan sintetik mempunyai
efektivitas tinggi, namun belum tentu aman bagi kesehatan. Antioksidan alami memiliki
keuntungan yaitu aman karena tidak terkontaminasi zat kimia dan mudah diperoleh
(Pokorny dan Korczak, 2001 dalam Septiana dan Asnani, 2013). Antioksidan alami dapat
dipilih sebagai sumber antioksidan yang aman untuk dikembangkan. Antioksidan
digunakan juga dalam makanan untuk mengontrol oksidasi lipid. Senyawa t-butil
hidroksi anisol (BHA) dan di-t-butil hidroksi toluen (BHT) digunakan sebagai
antioksidan pangan, tetapi adanya kemungkinan efek samping yang merugikan maka
tidak digunakan untuk bahan terapi.
Pengembangan antioksidan alamiah mendapat perhatian besar beberapa tahun
terakhir. Hal ini dimaksudkan untuk tujuan pengobatan preventif dan untuk industri
makanan. Antioksidan alami selain dapat melindungi tubuh dari serangan radikal bebas
juga mampu memperlambat terjadinya penyakit kronik yang disebabkan penurunan
spesies oksigen reaktif (ROS) terutama radikal hidroksil dan radikal superoksida.
Antioksidan alami juga berfungsi menghambat oksidasi lipid yang menyebabkan
ketengikan dan kerusakan pada makanan (Halliwell dan Gutteridge, 1999; Rohdiana,
2001 dalam Wahdaningsih dkk., 2011).
2.3 Simplisia
Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami
perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia tumbuhan obat merupakan bahan baku proses pembuatan ekstrak,
baik sebagai bahan obat atau produk. Berdasarkan hal tersebut maka simplisia dibagi
menjadi tiga golongan yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelican atau
mineral (Gunawan, 2004; Depkes RI, 2000).
2.4 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan (Depkes RI, 1995
dalam Simanjuntak, 2008).
2.5 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari jaringan
tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan penyari tertentu. Ada beberapa metode
ekstraksi (Simanjutak, 2008) yaitu:
dimana:
a = absorbansi
b = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1 cm)
c = konsentrasi larutan yang diukur
ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam molar) a = tetapan absorptivitas
(jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm).
KERANGKA KONSEPTUAL
Sintetis Alami
Isoflavon dan
fitoestrogen
Radikal bebas merupakan atom atau gugus yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak
berpasangan. Radikal bebas pada lingkungan dapat dijumpai seperti asap rokok, obat, makanan
dalam kemasan, baha adiktif, dan lain-lain. Reaksi dari radikal bebas akan berlangsung secara
terus menerus dalam tubuh, jika reaksi ini tidak dihentikan akan menimbulkan berbagai penyakit
yang dapat merusak saraf dan otak sehingga memicu timbulnya penyakit seperti penuaan dini,
kanker, liver, serta penyakit degeneratif lainnya. Radikal bebas memiliki sifat sangat reaktif
sehingga lebih mudah menyerang sel-sel sehat didalam tubuh, oleh karena itu tubuh memerlukan
pertahanan untuk menetralkan radikal bebas tersebut seperti senyawa antioksidan.
Antioksidan merupakan molekul yang dapat bereaksi dengan radikal bebas dan berfungsi
menetralkan radikal bebas dengan cara mendonorkan satu atom protonya sehingga membuat
radikal bebas stabil dan tidak reaktif. Pada tubuh manusia terdapat sistem enzim yang berfungsi
sebagai antioksidan salah satunya enzim superoksida dismutase, namun apabila jumlah radikal
bebas yang masuk kedalam tubuh lebih banyak dari pada jumlah antioksidan dalam tubuh maka
tubuh memerlukan tambahan antioksidan dari luar.
Rosella (Hibiscus sabdariffa L) termasuk famili Malvaceae yang merupakan tanaman tropis
yang banyak tumbuh di Indonesia. Kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) mengandung
senyawa fenolik, seperti delphinidin-3-3glucoside, delphinidin-3-sambubiosid dan cyanidin-3-
sambubioside serta kandungan flavonoid, seperti gossypetin, hibiscetin dan glukosida lainnya.
Menurutu penelitian yang dilakukan oleh Komala. O dkk, 2013 tentang Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol dan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) terhadap bakteri
Streptococus pneumoniae , kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) dinyatakan memiliki
kandungan saponin, tanin dan flavonoid.
Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder yang berfungsi sebagai antioksidan
karena memiliki sifat sebagai akseptor yang baik terhadap radikal bebas. Etil asetat merupakan
pelarut yang bersifat semi polar sehingga dapat menarik senyawa yang bersifat polar maupun
non polar. Namun saat ini penelitian tentang Efektivitas Antioksidan Ekstrak Etilasetat Kelopak
Bunga Rosella Merah masih sangat terbatas.
3.3. Hipotesis
Diduga ekstraks etilasetat kelopak bunga rosella merah (Hibiscus sabdariffa L) memiliki
efektivitas sebagai antioksidan.
BAB IV
METODE PENELITIAN
1. Batasan Populasi
Kelopak bunga yang sudah mekar yang tumbuh di Bali
2. Jumlah Sampel
Kelopak bunga yang rosella merah yang sudah mekar
3. Teknik Pengambilan Sampel
Kelopak bunga rosella merah diambil pada pagi hari dengan cara acak
Penelitian ini dilakukan sesuai dengan jadwal yang sudah direncanakan, jadwal penelitian
dapat dilihat pada tabel.
2. Memblender simplisisa
dan maserasi dengan
cara dingin.
3. Pemekatan ekstrak
dengan rotary
evaporator dan
mengeringkan ekstrak
4. Penimbangan ekstrak
kental Kelopak Bunga
Rosella
5. Fraksinasi ekstrak
Rosella Merah &
pengeringan ekstrak
fraksi etilasetat
6.
Melakukan pengujian
aktivitas antioksidan
fraksi etilasetat kelopak
bunga rosella merah
8. Penyusunan Laporan
KTI
1. Variable independen (bebas) disebut juga variabel stimulus adalah variabel yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah variasi konsentrasi fraksi etilasetat kelopak bunga rosella merah.
2. Variabel dependen (terikat) disebut juga variabel output yaitu variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah aktivitas antiosidan fraksi etilasetat kelopak bunga rosella merah dan IC50.
3. Variabel terkontrol adalah variabel yang dikendalikan dan dibuat konstan, sehingga
peneliti dapat melakukan penelitian yang bersifat membandingkan. Variabel kontrol
dalam penelitian ini adalah pereaksi DPPH, prosedur penelitian dan kondisi penelitian.
4.4.2. Definisi Oprasional
1. Definisi Oprasional Fraksi etilasetat didapatkan dari fraksinasi ekstrak etanol 75%
kelopak bunga rosella merah.
2. Aktivitas antioksidan kelopak bunga rosella merah adalah aktivitas dari fraksi etilasetat
kelopak bunga rosella merah sebagai antioksidan yang diperoleh dengan mengukur
absorbansi larutan pereaksi DPPH yang direaksikan dengan larutan uji yang di tandai
dengan peluruhan warna ungu menjadi warna kuning terang.
3. Larutan pereaksi DPPH adalah radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering
digunakan untuk menilai aktivitas antioksidan beberapa senyawa yang digunakan atau
ekstrak bahan alam.
4.5. Cara Kerja
A. Ekstraksi
Pembuatan ekstrak etanol kelopak bunga rosella dilakukan dengan metode
maserasi yaitu sebanyak 200 g serbuk simplisia kelopak bunga rosella diekstraksi dengan
1.000 ml etanol 75% direndam dalam wadah diaduk konstan selama 1 jam lalu di tutup
rapat didiamkan selama 24 jam. Kemudian ekstrak disaring menggunakan kertas saring
(filtrat 1) dan sisanya diekstrak kembali dengan metode yang sama dan diulangi sebanyak
tiga kali. Selanjuutnya filtrat yang didapat dikumpulkan, kemudian filtrate yang sudah
terkumul dipekatkan menggunakan alat rotary evaporator pada suhu 40ᵒ C hingga
diperoleh ekstrak kental.
B. Fraksinasi
Ekstrak kental etanol yang didpatkan dari maserasi dimasukan kedalam mortir
,ditambahkan aquades panas sebanyak 50 ml digerus hingga homogen. Lalu masukan
kedalam corong pisah 150 ml tambahkan etilasetat sebanyak 50 ml kocok selama 10
menit dan tunggu hingga memisah. Buka keran sedikit demi sedikit untuk mendapatkan
fraksi klorofom, ulangi sebanyak tiga kali dengan jumblah etilasetat yang sama. Fraksi
etilasetat yang didapatkan tampung menjadi satu didalam cawan dan dimasukan kedalam
oven dengan suhu 40ᵒ C sehingga didapatkan fraksi etilasetat kelopak bunga rosella.
a. Alat
Timbangan analitik, oven, blender, kertas perkamen, vacuum rotary evaporator, kertas
saring, toples kaca, cawan porselin, beker glass, labu tentukur 100 ml, 50 ml, 20 ml, 5 ml,
pipet tetes tabung reaksi,corong pisah, kuvet, batang pengaduk, spektrofotometer Uv-Vis
double beam, gelas ukur, corong kaca, pipet volume10 ml, 1 ml, 2 ml, aluminium foil dan
plastic wrap, corong Buchner.
b. Bahan
Sampel yang digunkan dalam penelitian ini adalah Kelopak Bunga Rosella Merah,
sedangkan bahan kimia yang digunakan meliputi etilasetat, etanol 75% dan baku DPPH (2,2-
difenil-1-pikrilhidrazil).
Dari nilai persentase peredaman pada masing-masing kosentrasi, selanjutnya dibuat kurva
regresi, sehingga didapatkan persamaan y = bx + a dan akan diperoleh nilai IC 50 dengan
perhitungan secara regresi linear dimana konsentrasi ekstrak (ppm) sebagi absis (sumbu x) dan
nilai persentase peredaman sebagai ordinatnya (sumbu y). Nilai IC50 didapatkan dari perhitungan
persen peredaman sebesar 50%.
Selanjutnya dicari angka probit melalui tabel probit dan dibuat grafik dengan log konsentrasi
sebagai sumbu x terhadap persentase mortalitas dalam satuan probit sebagai sumbu y. Nilai LC50
merupakan konsentrasi dimana suatu zat menyebabkan kematian 50% yang diperoleh dengan
menggunakan persamaan regresi linier y = a + bx. Penentuan nilai LC50 menggunakan metode
anilasa probit SPSS 20.0. Suatu zat dikatakan aktif atau toksik bila nilai LC50 kurang dari 1000
ppm untuk ekstrak dan kurang dari 30 ppm untuk suatu senyawa.
OLEH:
I Made Sandiyasa
172049
2020