Oleh :
Kelompok 8
2020
A. LATAR BELAKANG
Protein
Protein merupakan suatu senyawa organic yang memiliki molekul besar
antara ribuan hingga jutaan satuan. Protein yang dapat diartikan sebagai
pertama atau utama dapat juga diartikan sebagai makromolekul yang
keberadaannya sangat berlimpah di dalam suatu sel yang menyusun lebih dari
setengah berat kering pada hamper seluruh makhluk hidup. Selain itu,
keberadaan protein bagi tubuh sangat penting sebagai zat pembangun dan
pengatur di dalam tubuh (Natsir, N. A, 2018).
Komponen dari protein sendiri yaitu atom karbon, hydrogen, oksigen,
nitrogen da nada juga beberapa protein yang di dalamnya mengandung sulfur
dan fosfor. Protein yang tersusun dari asam amino saja disebut dengan protein
sederhana. Selain berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur dalam tubuh,
protein memiliki fungsi penting bagi tubuh sebagai sumber asam-asam amino
yang mengandung unsur C,H,O,N yang tidak dimiliki oleh lemak dan
karbohidrat (Natsir, N. A, 2018).
Di dalam tubuh, protein merupakan penyusun tubuh terbesar kedua setelah
air. Hal tersebut dapat mengindifikasikan bahwa protein dapat menunjang
seluruh proses di dalam tubuh. Berdasarkan kenyataan, dalam kode genetic
tersimpan untaian DNA yang digunakan untuk membuat protein tersebut.
Berdasarkan uraian-urian di atas, pada praktikum kali ini akan menguji
bahwa protein terkandung di dalam jenis makanan apa dan protein jenis apa
yang terkandung di dalamnya.
Lipid
Jika dilihat dari latar belakang di atas, maka praktikum pada kali ini akan
mengetahui jenis makanan apa saja yang mengandung lipid di dalamnya.
B. TUJUAN
Mengidentifikasi kandungan lemak dalam bahan makanan
Mengidentifikasi jenis lemak di dalam bahan makanan
Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang timbul jika makanan
memiliki kandungan lemak di dalamnya
Mengidentifikasi kandungan protein di dalam makanan
Mengidentifikasi jenis protein yang terkandung di dalam makanan
Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang timbul ketika makanan
tersebut mengandung protein di dalamnya.
C. DASAR TEORI
Protein
Kata protein berasal dari bahasa yunani yaitu proteios yang diartikan
sebagai pertama atau utama. Secara umum, protein dapat diartikan sebagai
makromolekul penyusun sebagian sel. Protein ini dapat digunakan untuk
menentukan struktur sel, komponen utama dari sistem komunikasi yang terjadi
antar sel, serta sebagai katalis berbagai macam proses biokimia di dalam
tubuh. Hal tersebut menjadikan sebagain besar aktivitas mengenai penelitian
biokimia tertuju kepada protein pada khsususnya hormone, antibody dan
enzim (Fatchiyah, dkk, 2017).
Selain itu protein merupakan suatu zat makanan yang mengandung
nitrogen sebagai salah satu kandungannya yang diyakini memiliki peran
penting bagi tubuh sehingga dapat dikatakan tidak mungkin ada kehidupan
tanpa adanya protein dalam tubuh (Muchtadi, 2010). Protein juga merupakan
suatu molekul besar yang tersusun atas beberapa rantai asam amino yang
dikaitkan oleh adanya ikatan peptide yang dapat membentuk rantai peptide
dengan berbagai macam panjang (Gandy., dkk, 2014).
Protein sendiri memiliki sifat yaitu mudah untuk terhidrolisis oleh asam,
basa, atau enzim tertentu dan dapat menghasilkan campuran dari asam-asam
amino (Winarno, 2004). Beberapa protein juga memiliki sifat yaitu dapat larut
dalam air, tetapi ada juga beberapa protein yang sulit larut ketika berada di
dalam air. Namun, apabila semua protein tersebut dilarutkan pada pelarut jenis
organik, maka protein tersebut akan mudah untuk larut (Yazid, 2006).
Protein dapat digolongkan menjadi dua jenis jika dilihat dari komponen
penyusunnya, yaitu sebagai berikut:
Protein sederhana, merupakan protein yang hanya tersusun dari asam
amino saja, misalkan saja protein albumin pada telur yang bermanfaat
bagi pelindung embrio dan cadangan makanan bagi tubuh.
Protein terkonjugasi, merupakan jenis protein yang tersusun atas asam
amino dan senyawa lainnya seperti karbohidrat, lemak, dan
sebagainya. Contoh protein jenis ini yaitu hemoglobin yang berfungsi
dalam pengangkatan oksigen dalam darah. Selain itu ada juga kolagen,
keratin, globulin, kasein, dan lainnya.
Selain itu juga, protein bukan hanya saja digolongkan berdasarkan
komponen penyusunnya, melainkan protein juga dapat dikategorikan ke dalam
beberapa jenis jika dilihat dari bentuknya, yaitu sebagai berikut.
Protein globular, merupakan jenis protein yang memiliki rantai
polipeptida yang berlipat dan membentuk bulat atau globular, biasanya
jenis protein ini dapat larut di dalam air.
Protein serabut, merupakan jenis protein yang bentuknya memanjang
pada satu sumbu, membentuk seperti serabu panjang dan sukar untuk
larut dalam air.
Berdasarkan pernyataan Muchtadi, 2010 untuk sumber-sumber protein dapat
dikategorikan ke dalam dua jenis protein, yaitu sebagai berikut:
Protein konvensional, merupakan suatu protein yang berasal dari hasil
pertanian dan peternakan yang dapat dijadikan sebagai bahan pangan.
Berdasarkan sifatnya, protein kovensional ini terbagi lagi ke dalam dua
jenis, yaitu:
Protein nabati, merupakan protein konvensional yang berasal dari
hasil tanaman, yaitu berasal dari biji-bijian yang paling utama.
Dapat juga berasal dari kacang-kacangan, namun untuk buah dan
sayur tidak memberikan kontribusi protein yang cukup bagi tubuh.
Protein hewani, merupakan satu jenis protein konvensional yang
lainnya dan berasal dari hasil-hasil hewani seperti daging, susu,
telur dan hasil olahan lainnya. Protein hewani ini dapat dikatakan
sebagai protein yang lengkap karena memiliki kandungan asam
amino yang essensial karena susunannya mendekati apa saja yang
diperlukan oleh tubuh.
Lipid
Lemak dan minyak merupakan salah satu jenis golongan lipida yaitu
senyawa organic yang di mana memiliki satu sifat yang khas yaitu teidaka
dapat larut di dalam air, melainkan larut dalam pelarut organic seperti ether,
benzene, chloroform, dan sebagainya. Di dalam suatu makanan, lemak dan
minyak merupakan salah satu sumber energy di dalamnya yang paling efektif
jika dibandingkan dengan kandungan lainnya seperti karbohidrat dan protein.
Lemak dan minyak juga merupakan zat yang dapat bermanfaat bagi eksehatan
tubuh manusia (Hermanto, Muawanah, & Wardhani, 2010).
Bukan hanya itu saja, lemak dan minyak ini terdapat pada hamper semua
jenis bahan makanan, namun dengan kadarnya yang berbeda-beda sesuai
dengan jenis makanannya tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan lah adanya
analisis kadar lemak dan minyak di suatu makanan, agar kebutuhan kalori
suatu bahan makanan dapat terjaga dengan baik (Pargiyanti, P, 2019)
Asam lemak tak jenuh (Mono Unsaturated Fatty Acid/ MUFA) merupakan
jenis asam lemak yang lainnya dan memiliki satu ikatan rangkap pada rantai
atom karbonnya. Selain itu, asam lemak tak jenuh dapat tergolong sebagai
asam lemak rantai panjang (LCFA). Kebanyakan asam lemak tak jenuh
terdapat pada minyak zaitun, minyak kedelai, minyak kacang, kanola dan
sebagainya.
Pada umumnya jenis asam lemak ini dapat berpengaruh terhadap
untungnya kadar kolesterol di dalam darah, misalkan saja asam lemak tak
jenuh dapat dijadikan sebagai pengganti dari asam lemak jenuh (Sartika, R. A.
D, 2008). Jika dibandingkan dengan asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh
ini dianggap memiliki gizi yang lebih baik karena memiliki kereaktifan dan
dapat dijadikan sebagai antioksidan dalam tubuh (Mamuaja, C.F, 2017). Asam
tak jenuh sendiri dapat digolongkan menjadi asam lemak tak jenuh tunggal
dan asam lemak tak jenuh jamak. Untuk asam lemak tak jenuh tunggal dapat
dimanfaatkan untuk menurunkan kadar kolesterol did alam darah jika
dibandingkan dengan asam lemak jenuh jamak.
D. ALAT BAHAN
Protein 6. Pewarna makanan (merah,
1. 3 mangkuk kecil susu sapi kuning dan hijau)
2. 3 mangkuk kecil susu kedelai 7. Cotton bud
3. 3 mangkuk kecil larutan gula 8. Sabun cuci piring
4. 3 mangkuk kecil sari jeruk 9. Cuka
5. 3 putih telur diletakkan 10. Garam
masing2 satu mangkuk kecil
Lipid
1. Kertas sampul buku coklat (12 lembar kecil ukuran 5 x 5)
2. Air minum
3. Minyak goreng
4. Santan
5. Margarin
6. Singkong kering
7. Wortel
8. Papaya
9. Susu
10. Kemiri
11. Kacang tanah
12. Seledri
13. Sedotan aqua gelas
14. Senter
E. METODE UJI
Protein
Uji kualitatif protein dilakukan dengan empat cara. Pertama dengan uji ninhidrin
Cara kedua dengan melakukan uji biuret, ketiga dengan cara pengendapan dengan
pemanasan, keempat dengan cara pengendapan dengan etanol. Protein dapat
diklasifikasikan atas dasar beberapa kriteria misalnya: fungsinya, kelarutan,
konformasi dan lain sebagainya. Atas dasar fungsinya protein dibagi menjadi
golongan: enzim, protein cadangan, protein transpor, protein kontraktil, toxin,
hormon dan struktural. Atas dasar kelarutannya dalam zat pelarut tertentu maka
protein dibagi menjadi, albumin, globulin, prolamin, dan glutelin. Bila ditinjau
dari konformasinya maka protein bisa dibagi menjadi dua golongan yaitu bentuk
serabut atau benang (fibrous) dan globular. Dari segi struktur protein dibagi
menjadi struktur primer, sekunder, tersier dan kuartener (Martoharsono, 2012).
Uji ninhidrin merupakan uni umum untuk protein yang spesifik untuk asam
amino. Simbol positif dalam uji ninhidrin ini ditunjukkan dengan warna biru
sampai ungu. Pengujian ini menunjukkan adanya asam amino ditandai dengan
warna ungu kehitaman. Uji biuret merupakan uji umum untuk protein yang
spesifik untuk ikatan peptida. Pengujian ini menunjukkan adanya ikatan eptida
ditandai dengan warna ungu cerah kental. Prinsip uji pengendapan oleh garam
dan etanol adalah pengendapan protein, protein dapat diendapkan dengan
penambahan garam dan etanol. Apabila terdapat garam-garam anorganik pada
konsentrasi tinggi pada larutan protein, maka kelarutan protein akan berkurang
sehingga akan mengakibatkan larutan protein tersebut mengendap. Hal ini
desebabkan oleh ion-ion garam berkompetisi degan molekul-molekul protein
untuk mengikat air. Karena kemampuan garam terhidrasi lebih besar dari pada
molekul protein, maka molekul-molekul protein akan mengendap.
Lipid
Pengujian tersebut dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan uji kelarutan dan uji
ketidakjenuhan. Etanol dan akuades keduanya merupakan pelarut yang sama-sama
tidak melarutkan minyak, namun keduanya membentuk endapan yang berbeda.
Etanol juga tidak larut dalam minyak dikarenakan etanol bersifat semi-polar.
Sedangkan minyak larut dalam kloroform karena kloroform memiliki sifat yang
sama dengan minyak yaitu non polar. Tingkat kejenuhan (saturasi) asam lemak
bergantung pada seberapa banyak atom hidrogen yang terikat pada keempat
tempat ikatan potensial yang dimiliki oleh setiap atom karbon. Jika keempat-
empatnya dipenuhi oleh atom hidrogen, asam lemak disebut tersaturasi (jenuh).
Karena semua atom karbon mengikat sebanyak mungkin atom hidrogen yang
dapat diikat olehnya, tidak terbentuk ikatan ganda antara atom karbon. Lemak
jenuh terkandung di dalam daging, unggas, produk olahan susu yang kaya lemak,
dan minyak tropikal, seperti minyak kelapa dan palem. Sebagian besar lemak
jenuh: berasal dari hewan, tetap berbentuk padat pada suhu ruangan, memiliki titik
leleh yang tinggi, lebih kecil kemungkinannya menjadi tengik (Dwjayanthi,
2013).
F. CARA KERJA
Protein
Lipid
a. Beri nama pada masing- masing lembar kertas sampul dengan bahan
yang disediakan
b. Teteskan 1-2 tetes bahan dalam bentuk cair ke kertas sampul
sedangkan bahan padat ulaskan ke kertas sampul.
c. Diamkan selama 10 menit
d. Perhatikan perubahan yang terjadi pada kertas coklat
e. Raba permukaan kertas coklat dengan bahan- bahan yang diuji
f. Senteri kertas coklat
g. Buat analisis hasil mengapa bisa terjadi demikian?
G. HASIL PENGAMATAN
PROTEIN
LIPID
H. PEMBAHASAN
Protein
Berdasarkan hasil pengamatan, pada susu kedelai yang diberi sabun pada
gelas 1 dapat terlihat bahwa pewarna makanannya bergerak secara teratur. Hal ini
menunjukkan adanya protein di dalam susu kedelai seperti yang terdpaat pada
literature bahwa kedelai sendiri memiliki kandungan protein nabati (Krisnawati,
A, 2017). Selain mengandung protein, susu kedelai juga mengandung lemak yang
akan terurai oleh sabun sehingga pewarna bahan makanan dapat bergerak
(Budimarwant, C, 2017).
Hal tersebut juga membuktikkan bahwa susu kedelai yang diberi oleh
beberapa tetes asam cuka akan mengandung protein juga. Pada gelas susu kedelai
yang diberikan sedikit asam cuka terlihat adanya gumpalan. Hal ini sesuai dengan
literature yang menyatakan bahwa susu kedelai dapat digumpalkan. Zat
penggumpal yang dapat digunakan salah satunya yaitu asam cuka (Widiantara, T.,
& Cahyadi, W, 2018)
Berbeda dengan susu kedelai yang diberi sabun dan asam cuka, pada gelas
ketiga yang berisi susu kedelai yang diberi garam tidak dihasilkan adanya protein.
Hal tersebut bertolak belakang dengan pernyataan yang menyatakan bahwa garam
ini bisa mengendapkan protein yang ada pada susu kedelai. Garam ini
mengendapkan protein dengan menyerap susu kedelai tersebut (Sinaga, M., dkk,
2014).
Pada larutan gula yang diberikan pewarna dan diberi sabun menunjukkan
tidak adanya pergerakan dari pemberian pewarna makanan pada larutan gula. Jika
kita lihat berdasarkan literature seharusnya pada larutan gula yang diberi sabun
terjadi pergerakan pada pewarna makanan nya. Hal ini disebabkan seperti pada
susu kedelai, sabun ini memiliki kandungan lemak nabati sehingga sabun dapat
menguraikan nya di dalam larutan gula yang mengandung protein.
Berdasarkan hasil pengamatan yang terjadi pada larutan gula yang diberi
beberapa tetes asam cuka tidak terjadi adanya pergerakan pada pewarna makanan
yang telah diberikan kepada larutan gula tersebut. Hasil dari percobaan ini
bertolak belakang dengan pernyataan daei Anonim, 2020 yang menyatakan bahwa
suatu gula dapat berpengaruh penting dalam proses produksi protein dan juga
metabolism lipid.
Berbeda halnya dengan larutan gula yang diberikan asam cuka dan sabun,
pada larutan gula yang ditaburi garam dapat terlihat adanya pergerakan yang
ditimbulkan dari pewarna makanan yang diberikan pada larutan gula tersebut. Hal
tersebut dikarenakan berdasarkan literature mengatakan bahwa garam dapur ini
merupakan komponen yang dapat berfungsi sebagai pelarut protein dan dapat
meningkatkan daya ikat pada suatu protein (Pursudarsono, F., dkk. 2017).
Lipid
I. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Pengujian protein dengan menggunakan uji ninhidrin, uji biuret,
pengendapan dengan pemanasan, dan pengendapan dengan etanol.
Uji ninhidrin dilakukan untuk mengetahui kandugan asam amino, uji
biuret untuk mengetahui kandungan ikatan peptida.
Pengujian lipid dilakukan dengan metode uji kelarutan lipid dan uji
ketidakjenuhan lipid.
Pada uji kelarutan, lipid hanya dapat larut dalam pelarut kloroform, karena
kloroform merupakan pelarut non polar yang bersifat sama seperti lipid.
J. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2020). Glukosa. Diakses pada 15 Juni 2020 dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Glukosa
Budimarwant, C. (2017). Komposisi dan nutrisi pada susu kedelai. Compotition
Nutrition, 1-7.
Budimarwanti, C. (2014). Analisis Lipida Sederhana dan Lipida Kompleks.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Fatchiyah, E.L., Arumingtyas S., Widyarti, & Rahayu, S. 2011. Biologi molekuler
prinsip dasar analisis. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gandy, J.W., dkk. 2014. Gizi dan Dietetika Edisi 2. EGC. Jakarta.
Herlina, N., & Ginting, H. S. (2002). Lemak dan minyak.
Hermanto S. Muawanah, A. Wardhani P. 2010. Analisis Tingkat Kerusakan
Lemak Nabati dan Lemak Hewani Akibat Proses Pemanasan. Jurnal Vol. 1
No. 6
Julianto, Tatang S. (2015). Biokimia : Biomolekul dalam Perspektif Al-Quran.
Edisi 1, Cetakan 2. Yogyakarta: Deepublish.
Katili, A. S. (2009). Struktur dan fungsi protein kolagen. Jurnal Pelangi Ilmu,
2(5).
Krisnawati, A. (2017). Kedelai sebagai Sumber Pangan Fungsional. Iptek
Tanaman Pangan, 12(1), 57-65.
Kumolontang, N. P. (2015). Pengaruh Penggunaan Santan Kelapa dan Lama
Penyimpanan terhadap Kualitas Cookies Santang. Jurnal Penelitian
Teknologi Industri, 7(2), 70-80.
Mamuaja, C.F. (2017). Lipida. Manado : Unsrat Press. 132 halaman
Muchtadi, Deddy. 2010. Kedelai: Komponen Bioaktif untuk Kesehatan. Bandung:
Alfabeta
Natsir, N. A. (2018). Analisis Kandungan Protein Total Ikan Kakap Merah dan
Ikan Kerapu Bebek. Biosel (Biology Science and Education): Jurnal
Penelitian Sains dan Pendidikan, 7(1), 49-55.
Ngili, Yohanis, 2013, Biokimia Dasar Edisi Revisi, Rekayasa Sains, Bandung.
Noriko, N., Elfidasari, D., Perdana, A. T., Wulandari, N., & Wijayanti, W. (2012).
Analisis penggunaan dan syarat mutu minyak goreng pada penjaja
makanan di food court UAI. Jurnal Al-azhar Indonesia seri sains dan
teknologi, 1(3), 147-154.
Pargiyanti, P. OPTIMASI WAKTU EKSTRAKSI LEMAK DENGAN METODE
SOXHLET MENGGUNAKAN PERANGKAT ALAT MIKRO
SOXHLET. Indonesian Journal of Laboratory, 1(2), 7.
Patrisia, S., & Wartini, N. M. (2017). PENGARUH JENIS LEMAK DAN
MINYAK NABATI PADA PROSES EKSTRAKSI SISTEM
ENFLEURASI TERHADAP KARAKTERISTIK MINYAK ATSIRI
BUNGA KAMBOJA CENDANA (Plumeria alba). JURNAL REKAYASA
DAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI, 5(2), 38-46.
Pursudarsono, F., Rosyidi, D., & Widati, A. S. (2017). Pengaruh Perlakuan
Imbangan Garam dan Gula Terhadap Kualitas Dendeng Paru-Paru Sapi.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak (JITEK), 10(1), 35-45.
Rais, A. F. (2017). Analisis Profil Protein Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
Berbasis Sds-Page Berdasarkan Variasi Lama Marinasi Dan Konsentrasi
Asam Cuka (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Semarang).
Ramadhana, M. R., & Kusnadi, J. (2015). FORMULASI PENGEMBANGAN
PRODUK MARGARIN BERBAHAN MINYAK IKAN TUNA (Thunnus
sp) DAN STEARIN KELAPA SAWIT [IN PRESS APRIL 2016]. Jurnal
Pangan dan Agroindustri, 4(2).
Sinaga, M., Nugroho, T. T., & Dahliaty, A. (2014). Pemekatan Enzim Selulase
Penicillium SP. Lbkurcc20 Dengan Pengendapan Amonium Sulfat 80%
Jenuh (Doctoral dissertation, Riau University).
Susanti, R., & Hidayat, E. (2016). Profil Protein Susu dan Produk Olahannya.
Jurnal Mipa, 39(2), 98-106.
Widiantara, T., & Cahyadi, W. (2018). PEMANFAATAN KACANG KORO
PEDANG (Canavalia ensiformis L) TERHADAP PEMBUATAN TAHU
KACANG KORO BERDASARKAN PERBEDAAN KONSENTRASI
KOAGULAN. Pasundan Food Technology Journal, 4(3), 182-190.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Yazid, E & Nursanti, L. (2006). Penuntun Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa
Analis. Yogyakarta : Penerbit Andi Yogyakarta
Yusuf, F., Sirajuddin, S., & Najamuddin, U. (2013). Analisis Kadar Asam Lemak
Jenuh Dalam Gorengan Dan Minyak Bekas Hasil Penggorengan Makanan
Jajanan Di Lingkungan Workshop Universitas Hasanuddin. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional, 2, 1-11.
K. LAMPIRAN