PENYELENGGARA
DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
MKKS KOTA PRABUMULIH
SMA NEGERI 7 PRABUMULIH
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SMA Negeri 7 Prabumulih, menerangkan bahwa
Diklat Fungsional “ROADSHOW KUPAS TUNTAS KURIKULUM MERDEKA 2022 OLEH
DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PADA SMA SE-PRABUMULIH,
MUARA ENIM, DAN PALI DI SMA NEGERI 7 PRABUMULIH” yang Diselenggarakan Oleh
SMA Negeri 7 Prabumulih berkerjasama dengan MKKS dan Diknas Provinsi
Sumatera Selatan“ telah benar-benar diselenggarakan pada:
Tanggal : 17 Mei 2022
Tempat : SMA Negeri 7 Prabumulih
Jalan Lingkar Timur Kelurahan Muara dua
Kecamatan Prabumulih Timur Kota Prabumulih Sumatera Selatan
ii
KATA PENGANTAR
Tim Akademik
iii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis pembelajaran yang telah terjadi sekian lama tersebut, diperburuk dengan
Pandemi Covid-19 yang seketika membawa perubahan pada wajah pendidikan di
Indonesia. Perubahan yang paling nyata tampak pada proses pembelajaran yang awalnya
bertumpu pada metode tatap muka beralih menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Intensitas belajar mengajar juga mengalami penurunan yang signifikan, baik jumlah hari
belajar dalam seminggu maupun rata-rata jumlah jam belajar dalam sehari. Selama PJJ,
umumnya siswa belajar 2-4 hari dalam seminggu terutama siswa pada tingkat SMP,
SMA, dan SMK (Puslitjak, 2020). Di DKI Jakarta, rata-rata waktu yang digunakan untuk
pembelajaran jarak jauh hanya 3.5 jam/ hari, sementara di luar Jawa lebih pendek lagi
yaitu hanya 2,2 jam/ hari (UNICEF, 2020).
Keterbatasan akses internet, perangkat digital serta kapasitas baik guru, orang
tua,maupun siswa dipandang menjadi tantangan terbesar dalam menyelenggarakan PJJ
(Afriansyah, 2020; UNICEF, 2020). Di tengah keterbatasan yang ada, berbagai strategi
dilakukan sekolah untuk menyelenggarakan PJJ. Pratiwi dan Utama (2020)
mengidentifikasi setidaknya enam strategi yang dilakukan sekolah.
Pertama, di wilayah dengan akses internet dan perangkat digital memadai, serta
didukung oleh guru dan siswa yang melek digital pembelajaran dapat berjalan relatif baik
dengan kelas di ruang maya (interactive virtual classroom) dan mengoptimalkan aplikasi
belajar daring.
Kedua di sekolah-sekolah dengan akses internet dan perangkat digital yang
memadai namun tidak didukung dengan keterampilan digital guru/siswa, PJJ dilakukan
secara terbatas dimana penugasan dan pembimbingan oleh guru umumnya dilakukan
melalui aplikasi media sosial WhatsApp.
Ketiga, beberapa sekolah dengan akses internet terbatas melaksanakan proses
belajar dalam kelompokkelompok kecil rumah guru atau siswa. Keempat, beberapa
sekolah yang juga tanpa jaringan internet memanfaatkan radio lokal/ radio amatir untuk
menyebarkan penugasan. Kelima, terdapat sekolah yang menggunakan pesan berantai
(“mouth to mouth” massage) untuk menyampaikan tugas ke siswa.
Terakhir, beberapa sekolah bahkan terpaksa harus meliburkan siswanya. Studi-
studi lebih lanjut memberi perhatian pada dampak-dampak yang terjadi dalam perubahan
radikal dalam proses pembelajaran selama pandemi.
Temuan studi-studi tersebut antara lain menunjukkan terjadinya ketertinggalan
pembelajaran (learning loss) yaitu ketika siswa kehilangan kompetensi yang telah
dipelajari sebelumnya, tidak mampu menuntaskan pembelajaran di jenjang kelas maupun
mengalami efek majemuk karena tidak menguasai pembelajaran pada setiap jenjang.
Kondisi ini berkontribusi pada menurunnya kemampuan siswa, ketidaktercapaian
pembelajaran, ketimpangan pengetahuan yang semakin lebar, perkembangan emosi dan
kesehatan psikologis yang terganggu, kerentanan putus sekolah, serta potensi penurunan
pendapatan siswa di kemudian hari (The SMERU Research Institute-The RISE
Programme in Indonesia, 2020).
Survei Kemendikbud (2020) memperlihatkan adanya kesenjangan dalam
penggunaan platform pembelajaran antara sekolah di daerah 3T dan kawasan non-3T.
Pertama, analisis ketimpangan belajar di dalam kelas menunjukkan bahwa siswa yang
memiliki akses terhadap perangkat digital, memiliki guru adaptif, pada kondisi sosial
ekonomi lebih tinggi, serta mempunyai orang tua yang aktif berkomunikasi dengan guru
cenderung memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Kedua, ketimpangan hasil belajar antar siswa dalam satu kelas pun diprediksi akan
semakin lebar. Apabila tidak ada intervensi yang mendorong guru untuk menyusun iv
pembelajaran yang memperhatikan keragaman kemampuan belajar siswa, maka siswa
dengan kemampuan rendah akan semakin tertinggal dari siswa lainnya.
Antisipasi dampak pandemi terhadap ketertinggalan pembelajaran (learning loss)
dan kesenjangan pembelajaran (learning gap) sebenarnya telah dilakukan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud/ saat ini Kemendikbudristek).
Pada Agustus 2020, Kemendikbud menerbitkan kurikulum darurat pada satuan
pendidikan dalam kondisi khusus. Kurikulum darurat (dalam kondisi khusus) ini pada
pada intinya merupakan penyederhanaan dari kurikulum nasional. Pada kurikulum darurat
dilakukan pengurangan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran sehingga guru dan
siswa dapat berfokus pada kompetensi esensial dan kompetensi prasyarat untuk
kelanjutan pembelajaran di tingkat selanjutnya.
Guru juga didorong untuk melakukan asesmen diagnostik secara berkala untuk
mendiagnosis kondisi kognitif (kemampuan dan capaian pembelajaran siswa) dan kondisi
non-kognitif (aspek psikologis dan kondisi emosional siswa) sebagai dampak dari PJJ.
Dengan asesmen diagnostik ini diharapkan guru dapat memberikan pembelajaran yang
tepat sesuai kondisi dan kebutuhan siswa mereka. Setelah berjalan hampir satu tahun
ajaran, Kemendikbud telah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum darurat.
Hasil evaluasi tersebut secara umum menunjukkan bahwa siswa pengguna
kurikulum darurat mendapatkan hasil asesmen yang lebih baik daripada pengguna
Kurikulum 2013 secara penuh, terlepas dari latar belakang sosial ekonominya.
Penggunaan kurikulum darurat secara signifikan juga mampu mengurangi indikasi
learning-loss selama pandemi baik untuk capaian literasi maupun numeras.
Hasil positif di atas menunjukkan bahwa intervensi kurikulum darurat memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap upaya pemulihan pembelajaran akibat pandemi
COVID-19.
Namun disisi lain, dapat dikatakan bahwa intervensi ini merupakan kebijakan
bumper untuk menanggulangi potensi learning loss dan learning gap selama pandemi.
Dibutuhkan pengembangan kurikulum yang secara komprehensif mampu menghadapi
krisis pembelajaran yang menjadi permasalahan akut di Indonesia. Pada konteks tersebut,
kajian akademik pemulihan pembelajaran ini disusun untuk menelaah berbagai alternatif
kurikulum yang dapat digunakan oleh satuan pendidikan dengan keragaman
karakteristiknya untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran, mengoptimalkan hasil
belajar siswa, serta mengurangi dampak-dampak negatif pandemi COVID-19 bagi
pendidikan di Indonesia.
Prinsip perancangan (design principles) kurikulum perlu ditetapkan sebagai
pegangan dalam proses perancangan kurikulum. Prinsip ini digunakan untuk mengambil
keputusan terkait dua hal, yaitu rancangan/desain kurikulum yang akan dipilih dan proses
kerja atau metode perancangan kurikulum.
Dengan demikian, baik hasil (rancangan kurikulum) maupun prosesnya perlu
memenuhi prinsipprinsip perancangan Kurikulum Merdeka. Prinsip-prinsip ini
dikembangkan berdasarkan visi pendidikan Indonesia, teori dan hasil penelitian terkait
perancangan kurikulum, serta berbagai praktik baik yang diperoleh melalui kajian
literatur dan diskusi terpumpun bersama pakar kurikulum.
OECD (2020) melakukan kajian terhadap proses perubahan rancangan
(redesigning) kurikulum di beberapa negara dan mensintesiskan prinsip-prinsip
perancangan kurikulum yang dinilai efektif dan mendorong proses yang sistematis dan
akuntabel. OECD membagi prinsip-prinsip tersebut ke dalam empat kelompok sesuai
ruang lingkup dimana prinsip-prinsip tersebut perlu diaplikasikan: (1) terkait dengan
perancangan kurikulum atau standar capaian dalam setiap disiplin ilmu, ada tiga prinsip
yang perlu diperhatikan yaitu: fokus, keajegan, dan koherensi; (2) dalam merancang
kurikulum yang berlaku untuk seluruh disiplin ilmu, prinsip yang perlu dipenuhi adalah
kemampuan untuk transfer kompetensi, interdisipliner, dan pilihan; (3) dalam merancang
kebijakan kurikulum di level yang lebih makro prinsip yang dipegang adalah keaslian
atau otentisitas, fleksibilitas, dan keselarasan; dan (4) terkait dengan prosesv kerja
perancangan kurikulum, prinsip yang perlu dipegang adalah pelibatan (engagement),
keberdayaan atau kemerdekaan siswa, dan keberdayaan atau kemerdekaan guru.
Prinsip-prinsip tersebut merupakan salah satu rujukan dalam menentukan prinsip-
prinsip yang digunakan sepanjang perancangan Kurikulum Merdeka. Namun demikian,
landasan utama perancangan Kurikulum Merdeka adalah filosofi Merdeka Belajar yang
juga melandasi kebijakan-kebijakan pendidikan lainnya, sebagaimana yang dinyatakan
dalam Rencana Strategis Kementerian pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024
(Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020).
Permendikbud tersebut mengindikasikan bahwa Merdeka Belajar mendorong
perubahan paradigma, termasuk paradigma terkait kurikulum dan pembelajaran. Dalam
mendukung upaya ini, “kurikulum yang terbentuk oleh Kebijakan Merdeka Belajar akan
berkarakteristik fleksibel, berdasarkan kompetensi, berfokus pada pengembangan karakter
dan keterampilan lunak (soft skills), dan akomodatif terhadap kebutuhan dunia”
(Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020, p.55).
Filosofi Merdeka Belajar yang dicetuskan oleh Bapak Pendidikan Ki Hajar
Dewantara juga menjadi landasan penting dalam merumuskan prinsip perancangan
kurikulum. Menurut Dewantara, kemerdekaan merupakan tujuan pendidikan sekaligus
sebagai prinsip yang melandasi strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Kemerdekaan
sebagai tujuan belajar, menurut Dewantara, dicapai melalui pengembangan budi pekerti,
sebagaimana yang ditulisnya (2013; p.25):
Tujuan tersebut memadukan kemampuan kognitif (pikiran), kecerdasan sosial-
emosional (perasaan), kemauan untuk belajar, bersikap, dan mengambil tindakan
(disposisi atau afektif) untuk melakukan perubahan. Budi Pekerti mengarah pada
pengembangan kemampuan untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat (lifelong learning)
yang memiliki kemampuan untuk mengatur diri menentukan arah belajar mereka.
Visi Ki Hajar Dewantara semakin relevan dan semakin mendesak untuk dicapai
oleh generasi muda Indonesia saat ini. Untuk menghasilkan kurikulum yang sejalan
dengan Tujuan Pendidikan Nasional dan visi pendidikan para pendiri bangsa, maka
prinsip yang menjadi pegangan dalam proses perancangan kurikulum adalah sebagai
berikut: 1. Sederhana, mudah dipahami dan diimplementasikan 2. Fokus pada kompetensi
dan karakter semua peserta didik 3. Fleksibel 4. Selaras 5. Bergotong royong 6.
Memperhatikan hasil kajian dan umpan balik
B. Tujuan
D. Peserta
Workshop kegiatan ini ditujukan bagi Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan
Peserta pelatihan yang hadir sekitar ±50 (lima puluh) orang yang terdiri dari Kepala
Sekola, Waka. Bidang Kurikulum, dan 2 orang guru utusan dari masing-masing SMA vi se-
Prabumulih, Muara Enim, dan Pali.
E. Jenis Kegiatan/Struktur Program
Struktur Program Pelatihan Calon Kepala Laboratorium Bahasa, Audi Visual dan
Multimedia adalah sebagai berikut:
Alokasi Waktu
No. Materi
@60 menit
In Servis Learning
I Program Umum
1. Kebijakan FKIP Universitas Sriwijaya 2
2. Standar Sarana Prasarana Lab. Bahasa dan 2
Multimedia
3. Standar Tenaga Lab. Bahasa dan Multimedia 1
II Program Pokok
1. Kompetensi Kpribaian 3
2. Kompetensi Sosial 2
3. Kompetensi Manajerial
a. Perencanaan kegiatan / program kerja dan 4
pengembangan lab. Bahasa dan multimedia
b. Penglolaan kegiatan lab. Baasa dan multimeia 4
c. Pembagian tugas kegiatan lab.bahasa dan 4
multimedia
d. Pemantauan sarana dan prasarana lab. Baasa 4
dan multimedia
e. Evaluasi kinerja teknisi dan laboran serta 2
keiatan lab. Bahasa dan multimedia
4. Kompetensi pengelolaan
a. Peranan gagasan, teori, dan prisip kegiatan 6
lab bahasa dan meltimedia
b. Keshatan dan keselamatan kerja di lab. Baasa 2
dan multimdia
c. Pemanfaatan lab. Bahasa dan 6
multimediasebagai tempat penidikan dan
penelitian
III Program Penunjang
1. Penilaian kinerja guruan kinerja kepala 6
laboratorium
2. Rencana ON THE OB LEARNING 2
3. Tes akhir 2
Jumlah 52
F. Uraian Materi
Pada era globalisasi saat ini, kemampuan berbahasa menjadi suatu hal yang pentin
untuk setiap siswa. Baik itu bahasa asing seperti bahasa Inggris yang menjadi bahasa
Internasional, bahasa Indonesia dan bahasa tradisional. Namun sayangnya, kini
kemampuan berbahasa orang indonesia masih di bawah rata-rata di karenakan
tercampurnya bahasa masa kini yang membuat mereka lupa akan kaidah dari sebuah tata
bahasa yang baik dan benar. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah fasilitas penunjang yang
dapat membantu setiap siswa untuk meningkatkan kemampuan berbahasanya. Salah
satunya adalah lab bahasa.
vi
i
Lab bahasa adalah sebuah ruangan lab dimana dalam ruangan tersebut terdapat
perangkat audio dan visual yang dapat membantu setiap siswa ketika mempelajari sebuah
bahasa. Lab bahasa sendiri memiliki 10 fungsi, yaitu :
1. Listening (Mendengarkan)
Siswa akan belajar berbahasa dengan di bantu oleh perangkat audio yang dapat
mengeluarkan suara, kemudian siswa akan diajak untuk mendengarkan setiap ucapan
yang bersumber dari audio tersebut. Listening sendiri terbagi menjadi 2, yaitu:
- Listening all: Semua siswa dapat langsung diarahkan untuk mendengarkan materi
pelajaran yang diberikan oleh guru pada salah satu Channel.
- Listening Siswa: Siswa dapat dibagi menjadi beberapa kelompok secara acak
maupun tetap (tergantung desain laboratorium bahasa) kemudian setiap kelompok
dapat diarahkan untuk mendengarkan maksimal 3 materi yang berbeda pada setiap
Channel.
2. Conversation (Percakapan)
Siswa akan melakukan setiap jenis percakapan. Guru akan memilih siswa satu dan
siswa dua atau lebih untuk melakukan percakapan. Fungsi ini di lakukan untuk melatih
kemampuan berbicara siswa saat berhadapan dengan orang lain. Conversation sendiri
dibagi menjadi beberapa metode, yaitu:
- Pair Row dan Pair Coloumn: Siswa secara berpasangan bercakap-cakap.
Percakapan dapat dilakukan dengan teman semeja atau teman di belakang/depan
meja.
- Fix Group: Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Ada desain
laboratorium bahasa yang mengkelompokkan menjadi 2 kelompok saja ada yang
lebih. Intinya percakapan siswa dilakukan secara berkelompok.
- Random Group: Anggota tiap kelompok dipilih secara acak. Melalui fungsi ini
maka instruktur dapat lebih mudah membagi siswa berdasarkan tingkat kepandaian
dan memindahkan keanggotaan kelompok setiap saat.
Attention
3. Instruktur atau guru akan menyampaikan materi kepada siswa. Attention sendiri dibagi
menjadi 2 metode, yaitu:
- Attention all: Instruktur menyampaikan pengumuman atau materi pembelajaran
kepada semua siswa dan melalui speaker ruangan
- Attentioin channel: Instruktur menyampaikan materi kepada siswa yang berbeda
dan kelompok tertentu .
- Monitoring: Instruktur menjalankan fungsi pengawasan terhadap kegiatan siswa.
- Monitoring Channel: Instruktur memperhatikan percakapan sekelompok siswa di
grup tertentu
- Monitoring Individual: Instruktur memperhatikan pembicaraan seorang siswa
secara khusus. Baik ketika siswa tersebut berada dalam kelompok atau saat sedang
berpasangan.
4. Intercom
Siswa dapat melakukan panggilan untuk percakapan dengan guru demikian pula
sebaliknya.
- Intercom Group: Instruktur melakukan percakapan dengan kelompok siswa yang
dihubungi.
- Intercom Individu: Seorang siswa menghubungi instruktur untuk melakukan
percakapan dengannya. vi
ii
5. Text to Speech: Guru dapat menuliskan text dalam bahasa Inggris untuk secara
otomatis diucapkan dalam bahasa Inggris oleh Komputer . Pengucapan text dapat
diatur kecepatan dan jenis suaranya.
6. Multimedia Control
Perangkat lunak juga menyediakan kendali khusus untuk operasional file-file
audio/video yang dapat digunakan untuk memberikan pelajaran khusus berbasis
multimedia.
7. Audio Record: Guru dapat merekam suara dalam bentuk file-file audio untuk keperluan
soal, pengumuman atau hal-hal lain yang membutuhkan file audio.
8. Audio Control: Guru dapat mengatur materi pelajaran atau suara apa yang masuk
melalui empat Channel suara yang ada.
9. Database: Setiap kelas yang akan menggunakan Laboratorium Bahasa harus diisikan
database-nya terlebih dahulu dalam komputer. Di mulai dari Nama Kelas, Tahun
Ajaran dan Semester yang berlaku, Nama siswa beserta nama panggilannya, Nomor
induk serta Nomor meja yang ditempati oleh siswa sebagai identitasnya. Jadi setiap
kelas akan memiliki databasenya sendiri-sendiri.
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam manajemen sarana dan prasarana adalah :
1. ketersediaan
2. kemudahan
3. Kegunaan
4. Kelengkapan
5. Kebutuhan peserta didik
6. ergonomis
7. masa Pakai
8. pemeliharaan.
Macam-macam laboratorium :
a. Laboratorium pendidikan, Laboratorium yang digunakan untuk pendidikan terutama
tingkat SD, SMP, SMA.
b. Laboratorium riset, Laboratorium yang digunakan oleh para praktisi keilmuwan dalam
upaya menemukan sesuatu untuk meneliti suatu hal yang dibidanginya.
Kegiatan laboratorium
Melalui kegiatan laboratorium siswa dapat mempelajari fakta, gejala, merumuskan konsep,
prinsip, hukum dan sebagainya. Tujuan kegiatan pratikum selain untuk memperoleh
pengetahuan bertujuan untuk keterampilan, dapat menetapkan pengetahuan dan
keterampilan tersebut pada situasi baru / lain serta memperoleh sikap ilmiah. Dalam
pelaksanaan pratikum, umumnya meliputi:
a. Persiapan, meliputi :
1. Menetapkan tujuan praktikum
2. Mempersiapkan alat dan bahan
3. Memperhatikan keamanan, kesehatan dan kenyamanan ix
Memberi penjelasan apa yang harus diperhatikan dan langkah-langkah yang harus
dilakukan siswa.
b. Pelaksanaan, meliputi :
1. Siswa melakukan praktikum
2. Guru, asisten dan co–asisten mengamati prosa praktikum.
c. Tindak lanjut, meliputi :
1. Mengumpulkan laporan pratikum
2. Mendiskusikan masalah yang ditemukan siswa
3. Memeriksa dan menyimpan peralatan.
4. Kegiatan belajar mengajar di laboratorium bahasa menjadikan suasana berbeda
dibandingkan dengan belajar di kelas.
5. laboratorium bahasa memungkinkan pelajar dapat melakukan latihan yang intensif
dan efektif daripada di dalam kelas.
6. Pengelolaan laboratorium Bahasa
xi
i
xi
ii