Anda di halaman 1dari 11

KURIKULUM PROTOTIPE

TUGAS MATA KULIAH PENGEMBANGAN IPA SD


Dosen Pengampu:
Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd

Oleh :
Wahyu Sofyanto
NIM. 202103053

UNIVERSITAS MURIA KUDUS


PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
2022
Nama : Wahyu Sofyanto

Kelas/Semester : PGSD/2

NIM : 202103053

Jawablah petanyaan-pertanyaan dengan jelas dan tuliskan sumber/acuannya!

1. Apa yang dimaksud dengan learning loss!


2. Apakah yang dimaksud dengan Kurikulum Prototipe?
3. Jelaskan tentang sekolah penggerak!
4. Mengapa kita memerlukan Kurikulum Prototipe?
5. Apa pergantian ini tidak terlalu cepat? Kesannya seperti "Ganti Menteri Ganti Kurikulum".
6. Mengapa Kurikulum Prototipe dijadikan opsi? Mengapa tidak langsung ditetapkan untuk
semua sekolah?
7. Apa kriteria sekolah yang boleh menerapkan Kurikulum Prototipe?
8. Jelaskan tentang Profil Pelajar Pancasila (P3)!
9. Mengapa pelajaran IPA dan IPS dijadikan satu pada jenjang SD?
10. Jelaskan fase capaian pembelajaran pada kurikulum prototipe!
11. Apa yang dimaksud modul ajar?
12. Apa yang dimaksud proyek Profil Pelajar Pancasila?
13. Sebutkan 7 tema utama yang disiapkan Kemendikbudristek yang perlu dikembangkan
menjadi modul topik dasar!
14. Tuliskan contoh Capaian Pembelajaran (CP) IPAS kelas 4!

Jawab:

1. Learning loss diartikan sebagai kehilangan atau keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang merujuk pada progres akademis, umumnya terjadi karena kesenjangan yang
berkepanjangan atau diskontinuitas dalam pendidikan.

Sumber: https://www.edglossary.org/learning-loss/

2. Kurikulum Prototipe atau yang dikenal sebagai kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan
pembelajaran intrakulikuler yang beragam dimana konten akan lebih optimal agar peserta
didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru
memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat
disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Projek untuk menguatkan
pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan
oleh pemerintah. Projek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran
tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran.

Sumber: https://kurikulum.kemdikbud.go.id/wp-content/unduhan/bukusaku.pdf

3. Sekolah Penggerak adalah sekolah yang berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa
secara holistik dengan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang mencakup kompetensi dan
karakter yang diawali dengan SDM yang unggul (Kepala sekolah dan guru).

Sumber: https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2021/02/Paparan-
Program-Sekolah-Penggerak.pdf

4. Kurikulum Prototipe diperlukan karena menurut beberapa penelitian menunjukkan bahwa


Indonesia mengalami krisis pembelajaran. Dari berbagai penelitian tersebut terungkap bahwa
tingkat literasi dan numerasi anak-anak di Indonesia tergolong rendah. Selain itu, kesenjangan
pendidikan sangat jelas di berbagai wilayah dan lapisan sosial masyarakat. Terlebih lagi
ditengah kondisi pandemi covid-19, dimana pembelajaran tatap muka di sekolah menjadi
terbatas. Untuk mengatasi krisis pendidikan ini, perlu dilakukan perubahan secara sistemik
terutama melalui kurikulum. Kurikulum berpengaruh pada materi yang diajarkan pada peserta
didik serta metode mengajar yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.
Kemendikbudristek kemudian mengembangkan kurikulum prototipe ini sebagai upaya untuk
memulihkan pembelajaran dari krisis yang selama ini kita alami.

Sumber: https://kurikulum.kemdikbud.go.id/wp-content/unduhan/bukusaku.pdf

5. Kurikulum ada dua macam yaitu kurikulum nasional dan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). Kurikulum nasional adalah kurikulum yang ditetapkan pemerintah sebagai acuan
para guru untuk menyusun kurikulum di tingkat satuan pendidikan. Sedangkan, kurikulum
tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum yang seharusnya secara periodik dievaluasi dan
diperbaiki agar sesuai dengan perubahan karakteristik peserta didik serta perkembangan isu
kontemporer. Kurikulum nasional relatif ajeg, tidak mudah berubah, tetapi memungkinkan
adaptasi dan perubahan yang cepat di tingkat satuan pendidikan. Hal inilah yang mendasari
Kemendikbudristek untuk mengembangkan kurikulum prototipe sebagai kurikulum nasional.
Perubahan kurikulum di Indonesia sebenarnya tidak terlalu cepat. Dari KBK tahun 2004,
KTSP 2006, Kurikulum 2013 (K-13), dan yang akan dilaksanakan yaitu kurikulum prototype
tahun 2024 justru semakin melambat. Jadi istilah “Ganti Mentri, Ganti Kurikulum” tidak tepat
karena perubahan kurikulum memang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

Sumber: https://kurikulum.kemdikbud.go.id/wp-content/unduhan/bukusaku.pdf

6. Kurikulum Prototipe dijadikan opsi/pilihan dan tidak langsung diterapkan karena ada dua alas
an yaitu Pertama, Kemendikbudristek ingin menegaskan bahwa sekolah memiliki
kewenangan dan tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai kebutuhan
masing-masing sekolah. Kedua, dengan kebijakan opsi kurikulum ini, proses perubahan
kurikulum nasional dapat terjadi secara lancar dan bertahap.Perubahan kurikulum menuntut
adaptasi semua elemen sistem pendidikan. Pengelolaan yang cermat dibutuhkan agar tercapai
tujuan yang diharapkan yaitu perbaikan kualitas pembelajaran. Perubahan kurikulum secara
sistemik tidak bisa dalam sekejap. Harus bertahap dan memberi waktu bagi seluruh elemen
pendidikan sehingga terbentuk fondasi untuk transformasi pendidikan yang tertanam secara
kukuh dan teguh.

Sumber: https://kurikulum.kemdikbud.go.id/wp-content/unduhan/bukusaku.pdf

7. Kriteria sekolah yang menerapkan Kurikulum Prototipe hanya ada satu, yaitu berminat
menerapkan Kurikulum Merdeka untuk memperbaiki pembelajaran. Kepala
sekolah/madrasah yang ingin menerapkan Kurikulum Merdeka akan diminta untuk
mempelajari materi yang disiapkan oleh Kemendikbudristek tentang konsep Kurikulum
Merdeka. Selanjutnya, jika setelah mempelajari materi tersebut sekolah memutuskan untuk
mencoba menerapkannya, mereka akan diminta untuk mengisi formulir pendaftaran dan
sebuah survei singkat. Jadi, prosesnya adalah pendaftaran dan pendataan, bukan seleksi.
Kemendikbudristek percaya bahwa kesediaan kepala sekolah/madrasah dan guru dalam
memahami dan mengadaptasi kurikulum di konteks masing-masing menjadi kunci
keberhasilan. Dengan demikian, Kurikulum Merdeka dapat diterapkan di semua
sekolah/madrasah, tidak terbatas di sekolah yang memiliki fasilitas yang bagus dan di daerah
perkotaan. Namun, kita menyadari tingkat kesiapan sekolah/madrasah berbeda-beda karena
adanya kesenjangan mutu sekolah/madrasah. Oleh karena itu, Kemendikbudristek
menyiapkan skema tingkat penerapan kurikulum, berdasarkan hasil survei yang diisi sekolah
ketika mendaftar.

Sumber: https://kurikulum.kemdikbud.go.id/wp-content/unduhan/bukusaku.pdf

8. Profil pelajar Pancasila adalah profil lulusan yang bertujuan untuk menunjukkan karakter dan
kompetensi yang diharapkan diraih dan menguatkan nilai-nilai luhur Pancasila peserta didik
dan para pemangku kepentigan. Profil pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar
Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-
nilai Pancasila, dengan enam ciri utama, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis,
dan kreatif.

Sumber:

 https://kurikulum.kemdikbud.go.id/wp-content/unduhan/bukusaku.pdf
 Keputusan Mendikbudristek Nomor 162/M/2021

9. Mata Pelajaran IPA dan IPS dijadikan satu pada jenjang SD karena anak usia SD cenderung
melihat segala sesuatu secara utuh dan terpadu. Selain itu, mereka masih dalam tahap berpikir
konkret/sederhana, holistik, dan komprehensif, namun tidak detail. Penggabungan pelajaran
IPA dan IPS ini diharapkan dapat memicu anak untuk dapat mengelola lingkungan alam dan
sosial dalam satu kesatuan.

Sumber: https://kurikulum.kemdikbud.go.id/wp-content/unduhan/bukusaku.pdf

10. Penyusunan Capaian Pembelajaran (CP) per fase merupakan upaya penyederhanaan sehingga
peserta didik dapat memiliki waktu yang memadai dalam menguasai kompetensi. Penyusunan
CP per fase ini juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan
tingkat pencapaian (Teaching at the Right Level), kebutuhan, kecepatan, dan gaya belajar
mereka. Hal ini karena CP disusun dengan memperhatikan fase-fase perkembangan anak.
Selain itu, penyusunan CP per fase berguna bagi guru dan satuan pendidikan. Guru dan satuan
pendidikan dapat memperoleh keleluasaan dalam menyesuaikan pembelajaran sehingga
selaras dengan kondisi dan karakteristik peserta didik. Adapun fase-fase Capaian
Pembelajaran untuk jenjang SD, antara lain:

a. Fase A (Kelas I dan II)


b. Fase B (Kelas III dan IV)
c. Fase C (Kelas V dan VI)

Sumber:

 https://kurikulum.kemdikbud.go.id/wp-content/unduhan/bukusaku.pdf
 Keputusan Mendikbudristek Nomor 162/M/2021

11. Modul ajar adalah dokumen yang berisi tujuan, langkah, dan media pembelajaran, sesta
asesmen yang dibutuhkan dalam satuunit/topik berdasarkan alur tujuan pembelajaran. Modul
ajar merupakan sejumlah alat atau sarana media, metode, petunjuk, dan pedoman yang
dirancang secara sistematis dan menarik. Modul ajar sebagai implementasi dari alur tujuan
pembelajaran yang dikembangkan dari capaian pembelajaran. Modul ajar dikembangkan
berdasarkan alur dan tujuan pembelajaran. Satuan pendidikan dapat menyusun, membuat,
memilih, dan memodifikasi modul ajar sesuai dengan karakteristik daerah, satuan pendidik,
dan peserta didik.

Sumber:

 https://kurikulum.kemdikbud.go.id/wp-content/unduhan/bukusaku.pdf
 Keputusan Mendikbudristek Nomor 162/M/2021

12. Projek penguatan profil pelajar Pancasila adalah sebuah pendekatan pembelajaran melaui
projek dengan sasaran utama mencapai dimensi profil pelajar Pancasila. Peserta didik akan
belajar menelaah tema-tema tertentu yang menjadi prioritas setiap tahunnya. Projek penguatan
profil pelajar Pancasila dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan
karakter yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Projek ini merupakan unit pembelajaran
terintegrasi sehingga tidak ada lagi sekat antar mata pelajaran. Pelaksanaan projek penguatan
profil pelajar Pancasila mengambil alokasi waktu 20-30% (dua puluh sampai dengan tiga
puluh persen) dari total alokasi jam pelajaran selama 1 (satu) tahun. Projek penguatan profil
pelajar Pancasila memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengaplikasikan
pengetahuan sebagai proses penguatan karakter, sekaligus kesempatan untuk belajar dari
lingkungan sekitarnya. Pembelajaran dalam projek perlu dirancang dengan baik agar alokasi
waktu dapat memberikan manfaat untuk pengembangan kompetensi dan karakter peserta
didik.

Sumber:

 https://kurikulum.kemdikbud.go.id/wp-content/unduhan/bukusaku.pdf
 Keputusan Mendikbudristek Nomor 162/M/2021

13. 7 (Tujuh) tema utama yang disiapkan Kemendikbudristek yang perlu dikembangkan menjadi
modul topik dasar, antara lain:

a. Bangunlah Jiwa dan Raganya


b. Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI
c. Bhinneka Tunggal Ika
d. Gaya Hidup Berkelanjutan
e. Kearifan Lokal
f. Kewirausahaan
g. Suara Demokrasi
h. Kebekerjaan (Khusus jenjang SMK/MAK)

Sumber: Keputusan Mendikbudristek Nomor 56/M/2022


14. Contoh Capaian Pembelajaran IPAS Kelas IV (Empat) SD:

Capaian Pembelajaran Umum

 Di akhir fase ini, peserta didik mengamati fenomena dan peristiwa secara sederhana dengan
menggunakan pancaindra dan dapat mencatat hasil pengamatannya. Dengan menggunakan
panduan, peserta didik mengidentifikasi pertanyaan yang dapat diselidiki secara ilmiah dan
membuat prediksi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Peserta didik juga
membuat rencana dan melakukan langkah-langkah operasional untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan berdasarkan panduan tertentu. Peserta didik menggunakan alat dan bahan
yang sesuai dengan mengutamakan keselamatan serta menggunakan alat bantu pengukuran
untuk mendapatkan data yang akurat.
 Peserta didik mengorganisasikan data dalam bentuk tabel dan grafik sederhana untuk
menyajikan data dan mengidentifikasi pola. Peserta didik juga membandingkan antara hasil
pengamatan dengan prediksi dan memberikan alasan yang bersifat ilmiah serta
mengevaluasi kesimpulan melalui perbandingan dengan teori yang ada. Peserta didik
mampu menunjukkan kelebihan dan kekurangan proses penyelidikan. Selanjutnya peserta
didik mengomunikasikan hasil penyelidikan secara lisan dan tertulis dalam berbagai format.
 Peserta didik mengidentifikasi proses perubahan wujud zat dan perubahan bentuk energi
dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik mengidentifikasi sumber dan bentuk energi serta
menjelaskan proses perubahan bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari (contoh: energi
kalor, listrik, bunyi, cahaya). Peserta didik memanfaatkan gejala kemagnetan dalam
kehidupan sehari-hari dan mendemonstrasikan bagaimana beragam jenis gaya memengaruhi
gerak benda.
 Di akhir fase ini peserta didik mampu menjalankan peran dan tanggung jawab sebagai bagian
dari anggota keluarga dan warga sekolah serta mendeskripsikan bagaimana interaksi sosial
yang terjadi di sekitar tempat tinggal dan sekolah. Peserta didik mengidentifikasi ragam
bentang alam dan keterkaitannya dengan profesi masyarakat. Peserta didik mendeskripsikan
terjadinya siklus air dan mampu menunjukkan letak kota/kabupaten dan provinsi tempat ia
tinggal pada peta konvensional/digital. Peserta didik mendeskripsikan keanekaragaman
hayati, keragaman budaya, kearifan lokal dan upaya pelestariannya. Peserta didik mengenal
budaya, sejarah (baik tokoh maupun periodisasinya) di provinsi tempat tinggalnya serta
menghubungkan dengan konteks kehidupan saat ini.
 Peserta didik mampu memperoleh/menciptakan sesuatu dengan alat dan bahan yang ada di
sekitarnya. Peserta didik mengenali kebutuhan atau keinginannya, nilai mata uang dan
mendemonstrasikan bagaimana uang digunakan untuk mendapatkan nilai manfaat yang
dibutuhkan.

Capaian Pembelajaran Per Elemen

a. Pemahaman IPAS (Sains dan Sosial)

Peserta didik menganalisis hubungan antara bentuk serta fungsi bagian tubuh pada manusia
(pancaindra). Peserta didik dapat membuat simulasi menggunakan bagan/alat bantu sederhana
tentang siklus hidup makhluk hidup. Peserta didik dapat mengidentifikasi masalah yang
berkaitan dengan pelestarian sumber daya alam di lingkungan sekitarnya dan kaitannya dengan
upaya pelestarian makhluk hidup.

Peserta didik mengidentifikasi proses perubahan wujud zat dan perubahan bentuk energi dalam
kehidupan sehari-hari. Peserta didik mengidentifikasi sumber dan bentuk energi serta
menjelaskan proses perubahan bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari (contoh: energi kalor,
listrik, bunyi, cahaya). Peserta didik memanfaatkan gejala kemagnetan dalam kehidupan sehari-
hari dan mendemonstrasikan bagaimana beragam jenis gaya memengaruhi gerak benda.

Di akhir fase ini peserta didik mampu menjalankan peran dan tanggung jawab sebagai bagian
dari anggota keluarga dan warga sekolah serta mendeskripsikan bagaimana interaksi sosial yang
terjadi di sekitar tempat tinggal dan sekolah. Peserta didik mengidentifikasi ragam bentang alam
dan keterkaitannya dengan profesi masyarakat. Peserta didik mendeskripsikan terjadinya siklus
air dan mampu menunjukkan letak kota/kabupaten dan provinsi tempat ia tinggal pada peta
konvensional/digital. Peserta didik mendeskripsikan keanekaragaman hayati, keragaman budaya,
kearifan lokal dan upaya pelestariannya.

Peserta didik mengenal budaya, sejarah (baik tokoh maupun periodisasinya) di provinsi tempat
tinggalnya serta menghubungkan dengan konteks kehidupan saat ini. Peserta didik mengenali
kebutuhan atau keinginannya, nilai mata uang dan mendemonstrasikan bagaimana uang
digunakan untuk mendapatkan nilai manfaat yang dibutuhkan.Peserta didik mampu membuat
hasil karya untuk menerapkan prinsip-prinsip keinginan dan kebutuhan serta kaitannya dengan
uang.

b. Keterampilan Proses

1. Mengamati

Di akhir fase ini, peserta didik mengamati fenomena dan peristiwa secara sederhana dengan
menggunakan pancaindra dan dapat mencatat hasil pengamatannya.

2. Mempertanyakan dan memprediksi

Dengan menggunakan panduan, peserta didik mengidentifikasi pertanyaan yang dapat diselidiki
secara ilmiah dan membuat prediksi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.

3. Merencanakan dan melakukan penyelidikan

Dengan panduan, peserta didik membuat rencana dan melakukan langkah-langkah operasional
untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Menggunakan alat dan bahan yang sesuai dengan
mengutamakan keselamatan. Peserta didik menggunakan alat bantu pengukuran untuk
mendapatkan data yang akurat.

4. Memproses, menganalisis data dan informasi

Mengorganisasikan data dalam bentuk tabel dan grafik sederhana untuk menyajikan data dan
mengidentifikasi pola. Peserta didik membandingkan antara hasil pengamatan dengan prediksi
dan memberikan alasan yang bersifat ilmiah.

5. Mengevaluasi dan refleksi

Mengevaluasi kesimpulan melalui perbandingan dengan teori yang ada. Menunjukkan kelebihan
dan kekurangan proses penyelidikan.
6. Mengomunikasikan hasil

Mengomunikasikan hasil penyelidikan secara lisan dan tertulis dalam berbagai format.

Sumber: https://guru.kemdikbud.go.id/kurikulum/referensi-penerapan/capaian-
pembelajaran/sd-sma/ipas/fase-b/

Anda mungkin juga menyukai