Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH TELAAH KURIKULUM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SD NEGERI 15 INDRALAYA

KURIKULUM SEKOLAH DASAR K-13


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum 2013

Disusun Oleh:
Nama : Jaka Wijaya
NIM : 2019.01.056
Kelas / Semester : A / VI
Dosen Pengampu : Mustafiyanti, M.Pd.I

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM QUR’AN
ITTIFAQIAH (IAIQI) INDRALAYA
1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya. Makalah dengan judul kurikulum

sekolah dasar K-13, dapat diselesaikan tepat waktu. Adapun maksud makalah ini

kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah telaah kurikulum2013.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dengan

bimbingan dari Ibu Mustafiyanti, M.Pd.I dan dari sumber sumber yang akurat,

sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami

mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membimbing

dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu,kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan

baik dari segi bahasa maupun susunan kalimatnya . Dengan terbuka tangan kami

akan menerima saran dan kritik dari berbagai pihak sebagai bahan perbaikan

dalam pembuatan makalah selanjutnya. Mudah-mudahan makalah ini dan materi

yang kami sampaikan dapat diterima. Amin.

Penyandingan, Februari 2022

Jaka Wijaya
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1
LATAR BELAKANG 1
RUMUSAN MASALAH 2
TUJUAN 2
BAB II PEMBAHASAN 3
PENGERTIAN KURIKULUM 3
B. TUJUAN KURIKULUM 6
C. STRATEGI PEMBELAJARAN 8
D. EVALUASI 12
E. MATERI ATAU KONTEN 15
BAB III PENUTUP 17
A. KESIMPULAN 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab

berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan, yang pada akhirnya

menentukan macam dan kualifikasi lulusan satu lembaga pendidikan. Kurikulum

menyangkut rencana dan pelaksanaan pendidikan baik dalam lingkup kelas,

sekolah, maupun nasional.

Pendidikan di negara Indonesia saat ini masih mengalami berbagai macam

persoalan. Salah satu persoalan pendidikan kita yang masih menonjol saat ini

adalah adanya kurikulum yang mengalami pergantian dari tahun ke tahun dan

membebani peserta didik tanpa ada arah pengembangan yang benar-benar di

implementasikan sesuai dengan perubahan yang diinginkan pada kurikulum

tersebut.

Perubahan kurikulum harus diantisipasi dan dipahami oleh berbagai pihak,

karena kurikulum sebagai rancangan pembelajaran memiliki kedudukan yang

sangat strategis, yang menentukan keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan,

baik proses maupun hasil. Sekolah sebagai pelaksana pendidikan, baik kepala

sekolah, guru, maupun peserta didik akan terkena dampak langsung dari setiap

perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum merupakan perubahan yang sangat

mendasar dalam sistem pendidikan nasional, dan akan mengubah komponen-

komponen pendidikan lainnya.


Kurikulum bersifat dinamis karena selalu berubah-ubah sesuai dengan

perkembangan dan tantangan zaman. Semakin maju peradaban satu bangsa, maka

semakin berat pula tantangan yang dihadapinya. Oleh karena itu, untuk

menghadapi tantangan yang akan menimpa dunia pendidikan kita, ketegasan

kurikulum dan implementasinya sangat dibutuhkan untuk membenahi kinerja

pendidikan yang jauh tertinggal  dengan negara-negara maju di Dunia. Karena

seringnya perubahan kurikulum. Misalnya saja, dari perubahan KTSP menuju

kurikulum 2013. Di berbagai sekolah Indonesia belum seluruhnya menerapkan

kurikulum 2013. Seperti hal yang terjadi di salah satu sekolah di Ogan Ilir yaitu

SD Negeri 15 Indralaya, ketika perubahan kurikulum dilakukan pada semua kelas

di mana pada awalnya masih menerapkan KTSP dan kemudian diganti dengan

K13. Dalam penerapan K13 tersebut tentu adanya hambatan dalam penerapan,

penerapan K13 dapat dilakukan hanya pada kelas tinggi saja di SDN 15 Indralaya,

sedangkan kelas rendah masih sulit dikarenakan peserta didik masih terbawa gaya

belajar KTSP. Tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan kurikulum selalu mengarah

pada perbaikan sistem pendidikan. Perubahan tersebut dilakukan karena dianggap

belum sesuai dengan harapan yang diinginkan, Usaha tersebut perlu dilakukan

demi menciptakan generasi masa depan yang berkarakter dan menciptakan anak

yang unggul dan mampu bersaing di dunia internasional.


B. RUMUSAN MASALAH

Dari Uraian di atas maka kami mengambil beberapa rumusan masalah yang akan
dibahas yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan kurikulum k-13 di sekolah dasar ?
2. Apa saja tujuan adanya kurikulum k-13 di sekolah dasar ?

3. Bagaimana strategi pembelajaran didalam kurikulum k-13 di sekolah dasar ?

4. Bagaimana evaluasi kurikulum k-13 di sekolah dasar ?

5. Apa saja materi atau konten didalam kurikulum k-13 di sekolah dasar ?

6. Apakah yang dimaksud dengan Silabus ?

7. Apakah yang dimaksud RPP ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum k-13 di sekolah dasar

2. Untuk mengetahui tujuan kurikulum k-13 di sekolah dasar

3. Untuk mengetahui strategi pembelajaran kurikulum k-13 di sekolah dasar

4. Untuk mengetahui evaluasi kurikulum k-13 di sekolah dasar

5. Untuk mengetahui materi atau konten kurikulum k-13 di sekolah dasar

6. Untuk mengetahui apa itu Silabus ?

7. Untuk mengetahui apa itu RPP ?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum

Istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani Curir yang artinya pelari, dan

Curere artinya tempat berpacu atau tempat lomba. Dan Curriculum berarti “jarak”

yang harus ditempuh. Kurikulum diartikan tidak secara sempit atau terbatas pada

mata pelajaran saja, tetapi lebih luas daripada itu, kurikulum merupakan aktivitas

apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka memengaruhi peserta didik dalam

belajar untuk mencapai suatu tujuan, dapat dinamakan kurikulum, termasuk juga

prosess belajar mengajar, mengatur strategi dalam pembelajaran, cara

mengevaluasi program pengembangan pengajaran dan sejenisnya.

1. Pengertian sekolah dasar Sekolah dasar dapat dikatakan sebagai kegiatan

mendasari tiga aspek dasar, yaitu pengetahuan, sikap, dan

keterampilan.Ketiga aspek ini merupakan dasar atau landasan pendidikan

yang paling utama.Hal ini karena ketiga aspek tersebut merupakan hal paling

hakiki dalam kehidupan. Manusia membutuhkan sikap-sikap hidup yang

positif agar kehidupan menjadi lancar dan juga membutuhkan dasar-dasar

pengetahuan agar setiap kali berinteraksi tidak ketinggalan informasi. Serta,

yang tidak kalah pentingnya adalah keterampilan.Di sekolah dasar, kegiatan

pembekalan diberikan selama enam tahun berturut-turut.Pada saat inilah anak

didik dikondisikan untuk dapat bersikap sebaik-baiknya.Pengertian sekolah

dasar sebagai basis pendidikan harus benar-benar dapat dipahami oleh semua

orang sehingga mereka dapat mengikuti pola pendidikannya.Tentunya, dalam


hal ini, kegiatan pendidikan dan pembelajarannya mengedepankan landasan

bagi kegiatan selanjutnya.Tanpa pendidikan dasar, tentunya sulit bagi kita

untuk memahami konsep-konsep baru pada tingkatan lebih tinggi.

2. Karakteristik Kurikulum Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi

dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) satuan pendidikan dan kelas,

dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi (KI)

merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek

sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan psikomotorik) yang harus

dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.

Kompetensi Dasar (KD) merupakankompetensi yang dipelajari peserta didik

untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran dikelas tertentu

untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.

3. Konsep Dasar dan Metode Pembelajaran Dalam Kurikulum

Menurut Sudjan, pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan

dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik

melakukan kegiatan belajar. Menurut Nasution, pembelajaran sebagai suatu

akgivitas mengorganisasi atau mengatur lkngkungan sebaik-baiknya dan

menghubungkannya dengan anak didik, sehingga terjadi proses belajar. Yang

di maksud lingkungan disini adalah ruang belajar, guru, alat peraga, dll.

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam proses pembelajaran

sehingga diperoleh hasil yang optimal. Metode pembelajaran dapat digunakan

pendidik dalam kegiatan pembelajaran, antara lain:

4. Metode Ceramah Penyampaian materi dari guru kepada siswa melalui bahasa

lisan baik verbal maupun nonverbal.


5. Metode Latihan. Penyampaian materi melalui upaya penanaman kebiasaan-

kebiasaan tertentu sehingga diharapkan siswa dapat menyerap materi secara

optimal.

B. Tujuan kurikulum k 13

Seperti yang sudah kita tahu, bahwa sejak tahun 2013 kemarin, pemerintah

telah mengeluarkan sebuah kurikulum baru untuk menggantikan kurikulum

sebelumnya yaitu kurikulum KTSP tahun 2006. Banyak orang yang masih merasa

sangat bingung mengenai kurikulum yang baru ini. Namun menurut kami pada

kurikulum 2013 ini untuk anak SD, siswa ataupun siswi SD diberikan sebuah

buku dengan tujuan anak tersebut mengamati dan mengemukaan materi apa yang

ada didalam buku tersebut. Jadi sangat membuat anak-anak melatih logikanya.

Dan hal ini menurut saya sangat baik karena pada kehidupan didunia kerja nanti,

kita lebih banyak membutuhkan kemampuan logika dan cara berpikir yang jernih.

Nah berikut ini saya akan memberitahukan mengenai tujuan dan karakteristik

kurikulum 2013 : mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap

spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan

intelektual dan psikomotorik; sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang

memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa

yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai

sumber belajar; mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta

menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;

memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,

pengetahuan, dan keterampilan; kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi

inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;
kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)

kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran

dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi

inti; kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling

memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan

jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

Dengan 7 karakteristik tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan

dari kurikulum 2013 ini adalah untuk mempersiapkan pelajar Indonesia agar

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Serta Kurikulum 2013

bertujuan juga untuk mempersiapkan manusia indonesia agar memiliki

kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yg beriman,produktif,

kreatif, inovatif dan afektif, yaitu :

1. Beriman : Beriman kepada allah yaitu percaya dan meyakini akan sifat sifat

Nya yg sempurna dan terpuji. Selain orang tua,Peran guru juga sangat penting

untuk mengenalkan kepada muridnya siapa tuhanya dan mengapa mereka

harus beriman

2. Produktif : Menurut islam  adalah suatu sikap yang ingin terus berkarya atau

menghasilkan sesuatu hal yg bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Rasulullah SAW bersabda, sebaik – baik manusia adalah orang yg bisa

memberikan manfaat lain(H.R.Ahmad)

3. Kreatif adalah kemampuan mengembangkan atau menciptakan ide dan cara

baru.
4. Inovatif : Adalah melakukan proses pembaharuan atau pengembangan dengan

menciptakan hal baru yang berbeda dengn sebelumnya.

5. Afektif : adalah suatu sikap menentukan untuk tujuan yang signifikan dalam

pengambilan langkah selanjutnya.

C. Strategi Pembelajaran PAI SD Kurikulum 2013

1. Definisi Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk

mencapai sasaran khusus. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan

pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran

dapat dicapai secara efektif dan efisien. Macam-Macam Strategi

Pembelajaran

Dalam kurikulum 2013 strategi pembelajaran ada 5 :

a. Strategi inkuiri Learning (IL) (Penyelidikan Pembelajaran)

b. Strategi Problem Based Learning (PBL) (Pembelajaran berbasis masalah)

c. Strategi discovery Learning (DL) (Menyingkap Pembelajaran)

d. Strategi Project Based Learning (PBL) (Pembelajaran Berbasis proyek)

e. Strategi Saintifik Learning (SL) ( Pembelajaran Ilmiah)

Penjelasan :

a. Strategi Inkuiri Learning

Didefinisikan oleh Plaget, sebagai pembelajaran yang

mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri;

dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu,

ingin mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan

penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa

yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.


Sasaran utama kegiatan mengajar pada strategi ini ialah :

Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar.

Kegiatan belajar di sini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial

emosional. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan

pengajaran Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (selfbelief)

pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

Peranan utama guru dalam menciptakan kondisi inkuiri adalah sebagai

berikut :

a. Motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan memiliki

gairah berpikir

b. Fasilisator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam

proses berpikir siswa

c. Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat

dan memberi keyakinan pada diri sendiri.

d. Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di

dalam kelas.

e. Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang

diharapkan

f. Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas

g. Rewarder, yang memberi penhargaan pada prestasi yang dicapai dalam

rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa supaya guru dapat

melakukan perananya secara efektif maka pengenalan kemampuan siswa

sangat diperlukan, terutama cara berpikirnya, cara mereka menanggapi,

dan sebagainya.
b. Strategi Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)

Strategi belajar mengajar problem solving memberi tekanan pada

terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Proses ini berlangsung

secara bertahap, mulai dari menerima stimulus dari lingkungan sampai

pada memberi respons yang tepat terhadapnya. Penyelesaian masalah

dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain : Penyelesaian masalah

berdasarkan pengalaman masa lampau Penyelesaian masalah secara

intuitif masalah diselesaikan tidak berdasarkan akal, tetapi berdasarkan

intuisi atau firasat. Penyelesaian masalah dengan cara trial error,

penyelesaian masalah dilakukan dengan coba-coba ,percobaan yang

dlakukan tidak berdasar hipotesis tetapi secara acak.

Penyelesaian masalah secara otoritas. Penyelesaian masalah dilakukan

berdasarkan kewenangan seseorang. Penyelesaian masalah secara meta

fisik. Masalah-masalah yang dihadapi dalam dunia empirik diselesaikan

dengan prinsip-prinsip yang bersumber pada dunia supranatural/dunia

mistik/dunia gaib. Penyelesaian masalah secara ilmiah ialah penyelesaian

masalah secara rasional melalui proses deduksi dan induksi.

c. Strategi Discovery Learning

Adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses

pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dalam bentuk

finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Prinsip belajar yang

nampak jelas dalam discovery learning adalah materi atau bahan

pelajaran yang akan disampaikan, tidak disampaikan dalam bentuk final


akan tetapi siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi

apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri

kemudian mengorganisasi atau membentuk apa yang mereka ketahui dan

mereka pahami dalam bentuk akhir.

d. Strategi Project Based Learning

Adalah pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan

sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian,

interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagaibentuk

hasil belajar.

Tujuan Project Based Learning antara lain:

a) Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah

proyek

b) Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam

pembelajaran

c) Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah

proyek yang kompleks dengan hasil produk nyata

d) Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik

dalam mengelola bahan atau alat untuk menyelesaikan tugas atau

proyek

e) Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada project based

learning yang bersifat kelompok

e. Strategi Saintifik Learning

Adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar

peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip


melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau

menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau

merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,

menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,

hukum atau prinsip yang ditemukan.Pendekatan ilmiah (scientific

appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi

mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring (5M).

1) Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses

pembelajaran. Keunggulan metode mengamati adalah peserta didik

senang dan tertantang dan pelaksanaannya mudah

2) Menanya

Menurut Kemdikbud, menanya mempunyai fungsi sebagai berikut:

Membangkitkan rasa ingin tahu Mendorong dan menginspirasi

peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan

dari dan untuk dirinya sendiri

3) Membangkitkan

keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan,

dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan

bahasa yang baik dan benar Membiasakan peserta didik berfikir

spontan dan cepat

4) Menalar

Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta

yang diperoleh, untuk mendapatkan kesimpulan


5) Mengkomunikasikan

Situasi kolaboratif peserta didik akan dilatih berinteraksi dengan

empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau

kelebihan masing-masing.

D. Evaluasi

1. Konsep evaluasi kurikulum Dari segi istilah, sebagaimana dikemukakan oleh

Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977): Evaluation refer to the act or

process to determining the value of something. Menurut definisi ini, maka

istilah evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian: suatu

tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.

Evaluasi adalah penilaian yang dalam bahasa Inggris disebut evaluation, yang

mengandung arti menilai tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu.

Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 58 ayat 1 dan 2 menyatakan

bahwa evaluasi merupakan kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap

proses serta hasil kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh lembaga

mandiri secara berkesinambungan, berkala, menyeluruh, transparan, dan

sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan. Secara

prinsipil evaluasi merupakan suatu kegiatan penilaian yang bertujuan untuk

mengukur tingkat efektifitas kegiatan dalam mencapai tujuan yang

diharapkan. Oleh karenaanya, kegiatan evaluasi harus dilaksanakan melalui

perencanaan, pengumpulan informasi, pelaporan, dan penggunaan informasi

tentang hasil belajar siswa. Dalam Bukunya Ngalim Purwanto, di dapatkan

beberapa fungsi evaluasi dalam bidang pendidikan sebagai berikut:


a. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa

setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar mengajar selama

jangka waktu tertentu.

b. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran.

c. Untuk keperluan bimbingan dan konseling

d. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang

bersangkutan.

e. Untuk mengetahui aspek- aspek kelemahan peserta didik dalam

melakukan kegiatan belajar.

f. Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru yang bersumber dari

siswa.

g. Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa.

2. Dimensi dan kriteria evaluasi kurikulum

Meskipun evaluasi kurikulum adalah bagian dari totalitas sistem

penilaian sekolah, pelaksanaan evaluasi kurikulum secara fungsional

merupakan bagian dari sistem kurikulum dan subjek untuk rekayasa

kurikulum. Ada empat dimensi dari evaluasi kurikulum yaitu:

a. Evaluasi guru dalam menggunakan kurikulum. Evaluasi guru dalam

penggunaan kurikulum secara logis adalah hal pertama untuk

dilakukan. Hal tersebut dilakukan dengan cara pengamatan data-data

penggunaan guru terhadap kurikulum. Ketika guru tidak menggunakan

kurikulum dalam pengembangan strategi pembelajarannya, maka

evaluasipun dihentikan.
b. Evaluasi desain kurikulum adalah evaluasi yang paling sulit dilakukan

karena ketiadaan kriteria dalam pelaksanaannya. Desain yang berbeda

tentu tidak dapat dibandingkan dan disesuaikan dengan kreteria yang

umum. Untuk memastikan kesuksesan seorang guru dalam

menggunakan kurikulum, maka kecukupan desain perlu diperhatikan.

c. Evaluasi lulusan, adalah penilaian kurikulum sebagai instrument

untuk.memprediksi lulusan. Hal ini juga sangat sulit untuk dilakukan,

karena beberapa variabel sistem pembelajaran awal sekolah telah terjadi

percampuran antara waktu perencanaan kurikulum dengan ketaatan

pembelajaran siswa.

d. Evaluasi sistem kurikulum Setiap aspek kurikulum harus di bawah

pengawasan evaluasi. Pemilihan arena, pemilihan orang yang terlibat,

pengorganisasian orang-orang untuk bekerja, prosedur kerja, tugas-

tugas yang diperankan oleh kepemimpinan personal adalah keseluruhan

subjek yang harus dievaluasi baik kelebihan maupun kekurangannya.

Hal inilah yang membuat sistem kurikulum bekerja. Umpan balik dari

evaluasi itu dapat membantu untuk memperbaiki sistem dan

menyediakan keberlanjutan dan perkembangan sistem kurikulum dari

tahun ke tahun.

Adapun kriteria pelaksanaan evaluasi kurikulum yang baik adalah sebagai

berikut:
a. Continuity yaitu evaluasi harus dilakukan berkesinambungan dan

merupakan bagian terpadu disetiap bagian pembelajaran dan

pengajaran.

b. Scope yaitu prosedur evaluasi harus bervariasi sebagai cakupan dari

tujuan.

c. Compatibility yaitu evaluasi harus kompatibel dengan rumusan tujuan.

d. Validity yaitu prosedur evaluasi harus mengukur apa yang seharusnya

diukur.

e. Objectivity yaitu evaluasi harus didasarkan pada objektivitas, dan

hindari yang mengarah pada subjektivitas.

f. Diagnostic value yaitu evaluasi harus mengenal tingkatan performa

siswa dan proses yang diperlukan untuk mencapai performa tersebut.

g. Participation yaitu prosedur evaluasi dimungkinkan untuk ditingkatkan

oleh para siswa itu sendiri.

Tujuan evaluasi kurikulum Tujuan evaluasi adalah penyempurnaan

kurikulum dengan cara menyempurnakan proses pelaksanaan kurikulum

yang telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan tersebut

dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Menyediakan informasi mengenai pelaksanaan pengembangan dan

pelaksanaan suatu kurikulum sebagai masukan bagi pengambil

keputusan.

2. Menentukan tingkat keberhasilan dan kegagalan suatu kurikulum serta

faktor-faktor yang berkontribusi dalam suatu lingkungan tertentu.


3. Mengembangkan berbagai alternatif pemecahan masalah yang dapat

digunakan dalam upaya perbaikan kurikulum.

4. Memahami dan menjelaskan karakteristik suatu kurikulum dan

pelaksanaaan kurikulum. Tujuan evaluasi yang komprehensif dapat

ditinjau dari tiga dimensi, yakni:

a. Dimensi formatif-sumatif, formatif: evaluasi dilakukan sepanjang

pelaksanaan kurikulum. Sumatif: proses evaluasi dilakukan pada

akhir jangka waktu tertentu (misalnya pada akhir semester, tahun

pelajaran atau setelah lima tahun) untuk mengetahui efektivitas

kurikulum dengan menggunakan semua data yang dikumpulkan

selama pelaksanaan dan akhir proses implementasi kurikulum.

b. Dimensi proses-produk, proses yang dievaluasi ialah metode dan

proses dalam pelaksanaan kurikulum. Tujuannya ialah untuk

mengetahui metode dan proses yang digunakan dalam

implementasi kurikulum. Produk yang dievaluasi ialah hasil-hasil

yang nyata yang dapat dilihat seperti silabus, satuan pelajaran dan

alat-alat pelajaran yang dihasilkan oleh guru dan hasil-hasil siswa

yang berupa hasil test.

c. Dimensi operasi keseluruhan proses kurikulum atau hasil belajar

siswa.

Model-model evaluasi kurikulum Dalam studi tentang evaluasi,

banyak sekali dijumpai model-model evaluasi dengan format atau

sistematika yang berbeda, sekalipun dalam beberapa model ada


juga yang sama. Zainal Arifin (2009) membagi model-model

evaluasi sebagai berikut:

a) Model Tyler, model ini dibangun atas dua dasar pemikiran.

Pertama, evaluasi ditujukan pada tingkah laku peserta didik.

Kedua, evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku awal

peserta didik sebelum melaksanakan kurikulum dan sesudah

melaksanakan (hasil). Dasar pemikiran kedua ini menunjukkan

bahwa seseorang evaluator kurikulum harus dapat menentukan

perubahan tingkah laku apa yang terjadi setelah peserta didik

mengikuti pengalaman belajar tertentu, dan menegaskan

bahwa perubahan yang terjadi merupakan perubahan yang

disebabkan oleh kegiatan kurikulum.

b) Model yang Berorientasi pada tujuan (Goal Oriented

Evaluation Model), Model ini dapat membantu guru

menjelaskan rencana pelaksanaan kegiatan suatu kurikulum

dengan proses pencapaian tujuan. Instrumen yang digunakan

bergantung pada tujuan yang ingin diukur. Hasil evaluasi akan

menggambarkan tingkat keberhasilan tujuan kurikulum

berdasarkan kriteria tertentu. Kelebihan model ini terletak pada

hubungan antara tujuan dan kegiatan yang menekankan pada

peserta didik sebagai aspek penting dalam kurikulum.

Kekurangannya adalah memungkinkan terjadinya proses

evaluasi melebihi konsekuensi yang tidak diharapkan.


c) Model Pengukuran “measurement model” (R.Thorndike dan

R.Lebel), Model ini sangat menitik beratkan pada kegiatan

pengukuran. Pengukuran digunakan untuk menentukan

kuantitas suatu sifat (attribute) tertentu yang dimiliki oleh

objek, orang maupun peristiwa, dalam bentuk unit ukuran

tertentu. Dalam pengembangan model kurikulum, model ini

telah diterapkan untuk mengungkap perbedaan-perbedaan

individual maupun kelompok dalam hal kemampuan, dan

sikap.

d) Model Kesesuaian “congruence model” (Ralph W.Tyler, John

B.Carrol, Lee J.Cronbach), Model ini memamdang evaluasi

sebagai suatu kegiatan untuk melihat kesesuaian (congruence)

antara tujuan dan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil

evaluasi digunakan untuk menyempurnakan sistem bimbingan

peserta didik dan untuk memberikan informasi kepada pihak-

pihak yang memerlukan. Objek evaluasi adalah tingkah laku

pesertadidik, yaitu perubahan tingkah laku yang diinginkan

(intended behavior) pada akhir pendidikan, baik yang

menyangkut kognitif, afektif, maupun psikomotor.

e) Model Evaluasi Sistem Pendidikan “Educational System

Evaluation Model” (Daniel L. Stufflebeam, Michael Scriven,

Robert E. Stake, dan Malcolm M. Provus), Evaluasi berarti

membandingkan performance dari berbagai dimensi (tidak

hanya hasil dimensi saja) dengan sejumlah kriteria, baik yang


bersifat mutlak/intern maupun relatif/ekstern. Model ini

menekankan sistem sebagai suatu keseluruhan dan merupakan

penggabungan dari beberapa model.

f) Model Alkin (Marvin Alkin, 1969), Evaluasi adalah suatu

proses untuk meyakinkan keputusan, mengumpulkan

informasi, memilih informasi yang tepat, dan menganalisis

informasi sehingga dapat disusun laporan bagi pembuat

keputusan dalam memilih beberapa alternatif.

g) Model Brienkerhoff, Mengemukakan ada tiga jenis evaluasi

yang disusun berdasarkan penggabungan elemen-elemen yang

sama diantaranya yaitu:

(a). fixed vs emergent evaluation design,

(b). formative vs summative evaluation,

(c). desain experimental dan desain quasi eksperimental vs

natural inquiri. h) Model Illuminatif (Molcom Parlett dan

Hamilton), model ini lebih menekankan pada evaluasi

kualitataif-terbuka (open-ended).Kegiatan evaluasi

dihubungkan dengan learning milieu, yaitu lingkungan

sekolah sebagai lingkungan material dan psiko-sosial,

dimana guru dan peserta didik dapat berinteraksi. Tujuan

evaluasi adalah untuk menganalisis pelaksanaan sistem,

faktor-faktor yang mempengaruhinya, kelebihan dan

kekurangan sistem, dan pengaruh sistem terhadap


pengalaman peserta didik. hasil evaluasi lebih bersifat

deskriptif dan interpretasi, bukan pengukuran dan prediksi.

h. Model Responsif (Reponsive Model), Model ini menekankan

pada pendekatan kualitataif-naturalistik. Evaluasi diartikan

sebagai pemberian makna atau melukiskan sebuah realitas dari

berbagai prespektif orang-orang yang terlibat, berminat dan

berkepentingan dengan program. Tujuan evaluasi adalah untuk

memahami semua komponen program melalui berbagai sudut

pandang yang berbeda.

i. Model Studi Kasus, Model ini memiliki beberapa karakteristik,

antara lain:

(a) terfokus pada kegiatan kurikulum di suatu sekolah, di kelas

atau bahkan hanya kepada seorang kepala sekolah atau guru,

(b) tidak mempersoalkan pemilihan sampel,

(c) hasil evaluasi hanya berlaku pada tempat evaluasi

dilakukan, (d) tidak ada hasil evaluasi,

(e) data yang dikumpulkan terutama data kualitatif, dan

(f) adanya realitas yang tidak sepihak (multiple realities

Evaluasi kurikulum di madrasah ibtidaiyah Dari beberapa

model evaluasi kurikulum diatas, menurut yang paling tepat

digunakan di Madrasah Ibtidaiyah adalah model studi kasus

karena dengan model ini pelaksanaan evaluasi kurikulum dapat

berjalan secara maksimal. Untuk menggunakan model ini dengan


mendekatkan dan mengakrabkan dirinya terhadap kurikulum yang

akan dievaluasi sehingga evaluator tidak kaku dalam

mengumpulkan data. Kekakuan evaluator dapat berakibat

kegagalan dalam evaluasi. Artinya, pada langkah ini, evaluator

harus mempelajari kurikulum, baik dalam dimensi ide maupun

dimensi rencana. Evaluator juga harus beradaptasi di lapangan

dengan berbagi persoalan dan kebiasaan yang ada sehingga dia

tidak merasa sebagai orang asing di tempat tersebut.

Setelah evaluator mempelajari tentang kurikulum dan beradaptasi

dengan lingkungan, barulah ia mengembangkan instrumen.

Prosedur standarisasi instrumen terutama reliabilitas tidak terlalu

dipersoalkan. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data

terutama adalah observasi. Meskipun demikian, evaluator dapat

juga menggunakan wawancara, kuisioner, dan dokumentasi untuk

menggumpulkan data-data kualitatif. Hal terpenting bagi

evaluator adalah instrument yang dikembangkan harus bersumber

dari masalah-masalah yang timbul dari hasil pra-survei di

lapangan dengan bentuk pertanyaan terbuka. Analisis data

dilakukan ketika evaluator masih berada di lapangan dan masih

dalam proses pengumpulan data. Keberhasilan suatu evaluasi

kurikulum secara keseluruhan bukan hanya dipengaruhi

penggunaan yang tepat pada sebuah model evaluasi, melainkan

juga dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain:


1. Tujuan kurikulum, baik tujuan umum maupun tujuan khusus.

Seringkali kedua tujuan kurikulum ini saling bertentangan

satu sama lain dilihat dari kebutuhan dan komponen-

komponen kurikulum lainnya. Bahkan, kadang-kadang

evaluator sendiri mempunyai tujuan sendiri-sendiri.

Semuanya harus dipertimbangkan agar terdapat

keseimbangan dan keserasian.

2. Sistem sekolah, mengingat kompleksnya sistem sekolah,

maka fungsi sekolah juga menjadi ganda. Disatu pihak

sekolah ingin mewariskan kebudayaan masa lampau dengan

sistem normal, nilai, dan adat yang dianggap terbaik untuk

generasi muda. Dipihak lain, madrasah berkewajiban

mempersiapkan peserta didik menghadapi masa depan,

memperoleh kemampuan dan keterampilan berinovasi,

bahkan menghasilkan perubahan. Jadi, madrasah sekaligus

bersikap konservatif-radikal serta reaksioner-progresif.

Peranan evaluasi menjadi sangat penting untuk melihat dan

mempertimbangkan hal-hal apa yang perlu diberikan di

madrasah. Begitu juga bentuk kurikulum dan silabus mata

pelajaran sangat bergantung pada evaluasi yang dilaksanakan

oleh guru-guru di madrasah, sehingga timbul masalah lainnya

yaitu teknik evaluasi apa yang akan digunakan untuk

mencapai tujuan itu.


3. Program pembinaan, banyak program pembinaan yang belum

menyentuh secara langsung tentang evaluasi. Program

pembinaan guru misalnya, lebih banyak difokuskan pada

pengembangan kurikulum dan metodologi pembelajaran. Hal

ini pula yang menyebabkan perbaikan sistem evaluasi

menjadi kurang efektif. Guru juga sering dihadapkan dengan

beragam kegiatan, seperti membuat persiapan mengajar,

mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, penyesuaian diri dan

kegiatan administratif lainnya. Artinya,bagaimana mungkin

kualitas sistem evaluasi kurikulum di madrasah dapat

ditingkatkan, bila fokus pembinaan guru hanya menyentuh

domain-domain tertentu saja, ditambah lagi dengan

kesibukan-kesibukan guru diluar pokoknya sebagai pengajar.

E. Jenis Konten/Materi Pembelajaran Kurikulum 2013 SD

Jenis Konten/Materi pembelajaran Kurikulum 2013 SD yang harus

disajikan di dalam proses pembelajaran pada umumnya dapat diklasifikasikan

kepada salah satu dari 5 jenis konten, yaitu:

1. Fakta

2. Konsep

3. Prosedur

4. Proses
5. prinsip

Jenis Konten – Fakta Kurikulum 2013 SD Fakta adalah sesuatu yang unik,

salah satu jenis informasi, sesuatu yang berbeda dari bentuk lainnya … bisa

dikatakan tidak ada duanya Contoh : 

a. Data tertentu seperti kode dan password, layar antarmuka unik dan

bentuk adalah contoh umum dari informasi faktual.

b. Jenis Konten – Konsep Kurikulum 2013 SD Sekelompok peristiwa,

benda atau simbol yang disebut dengan nama yang sama. Konsep adalah

representasi mental atau prototipe benda atau ide-ide yang mencakup

beberapa contoh spesifik. Semua konsep memiliki fitur kritis atau

karakteristik, dan fitur yang tidak relevan. Fitur penting yang selalu

dikaitkan dengan konsep tertentu, fitur relevan bervariasi dari contoh

spesifik

c. Jenis Konten – Prosedur Kurikulum 2013 SD

Prosedur adalah serangkaian langkah-langkah yang jelas yang

menghasilkan pencapaian tugas pekerjaan rutin.  Prosedur dilakukan

dengan cara yang sama setiap kali (dikerjakan) dan dapat ditetapkan

secara jelas dalam format langkah demi langkah.

d. Jenis Konten – Proses Kurikulum 2013 SD

1) Prosedur, normalnya bersifat sudah diarahkan, sedangkan proses

lebih bersifat deskriptif (menjelaskan). Ia memberitahu bagaimana

sesuatu bekerja.  Proses dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori:

Proses bisnis – menggambarkan organisasi kerja mengalir. Ini adalah

kombinasi dari tugas individu yang dilakukan oleh karyawan yang


berbeda atau bidang fungsional organisasi. Misalnya: proses

penagihan, proses pendaftaran tamu hotel 

2) Proses teknis – terdiri dari tahap yang melibatkan operasi peralatan. 

Misalnya: Bagaimana listrik yang dihasilkan

3) Proses ilmiah – fokus pada sistem alami seperti bagaimana

terbentuknya tsunami atau bagaimana darah beredar dalam tubuh

kita 

e. Jenis Konten – Prinsip Kurikulum 2013 SD

Tugas berbasis prinsip ini juga dikenal sebagai far transferred task. Tugas

yang dilakukan dengan mengadaptasi suatu pedoman/panduan untuk

berbagai konteks lingkungan kerja Contoh: prinsip perencanaan layar;

panduan mendisain animasi karakter

HASIL OBSERVASI DI SEKOLAH DASAR NEGERI 15 INDRALAYA

KECAMATAN INDRALAYA NDALAM MEMBUAT KONTEN

Konten atau materi pelajaran sebenarnya merupakan komponen kurikulum yang

amat penting. Konten menyangkut jawaban terhadap pertanyaan, “apakah yang

diajarkan?”. Konten ini seringkali tidak diperhatikan. Artinya, konten seringkali

diserahkan saja pada keputusan guru atau diambil saja dari buku teks yang

berlimpah-limpah, tanpa mengaitkan dengan tujuan pendidikan, tujuan kurikulum


atau dengan tujuan instruksional Struktur Kurikulum SDN 15 Indralaya adalah

sebagai berikut:

Keterangan:

Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah Kegiatan Ekstra Kurikuler SD/MI

antara lain:

1. Pramuka (Wajib)

2. UKS

Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi

lebih kepada aspek kognitif dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata

pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.

Integrasi Kompetensi Dasar IPA dan IPS didasarkan pada keterdekatan

makna dari konten Kompetensi Dasar IPA dan IPS dengan konten Pendidikan

Agama dan Budi Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia, PAI, serta Pendidikan

Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang berlaku untuk kelas I, II, dan III.

Sedangkan untuk kelas IV, V dan VI, Kompetensi Dasar IPA dan IPS berdiri

sendiri dan kemudian diintegrasikan ke dalam tema-tema yang ada untuk

kelas IV, V dan VI.

BEBAN BELAJAR

Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa

belajar selama satu semester. Beban belajar di SD/MI kelas I, II, dan III

masing-masing 30, 32, 34 sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI masing-

masing 36 jam setiap minggu. Jam belajar SD/MI adalah 35 menit. Dengan

adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah Kompetensi Dasar,

guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses


pembelajaran yang berorientasi siswa aktif. Proses pembelajaran siswa aktif

memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses pembelajaran

penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk mengamati,

menanya, mengasosiasi, dan berkomunikasi. Proses pembelajaran yang

dikembangkan menghendaki kesabaran guru dalam mendidik peserta didik

sehingga mereka menjadi tahu, mampu dan mau belajar dan menerapkan apa

yang sudah mereka pelajari di lingkungan sekolah dan masyarakat sekitarnya.

Selain itu bertambahnya jam belajar memungkinkan guru melakukan

penilaian proses dan hasil belajar. Mata pelajaran adalah unit organisasi

Kompetensi Dasar yang terkecil. Untuk kurikulum SD/MI organisasi

Kompetensi Dasar kurikulum dilakukan melalui pendekatan terintegrasi

(integrated curriculum). Berdasarkan pendekatan ini maka terjadi reorganisasi

Kompetensi Dasar mata pelajaran yang mengintegrasikan konten mata

pelajaran IPA dan IPS di kelas I, II, dan III ke dalam mata pelajaran

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia, PAI, serta

Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Dengan pendekatan ini maka

struktur Kurikulum SD/MI menjadi lebih sederhana karena jumlah mata

pelajaran berkurang. Prinsip pengintegrasian IPA dan IPS di kelas I, II, dan

III di atas dapat diterapkan dalam pengintegrasian muatan lokal. Kompetensi

Dasar muatan lokal yang berkenaan dengan seni, budaya dan keterampilan,

serta bahasa daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Seni Budaya dan

Prakarya. Kompetensi Dasar muatan lokal yang berkenaan dengan olahraga

serta permainan daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Pendidikan

Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.


Selain melalui penyederhanaan jumlah mata pelajaran, penyederhanaan

dilakukan juga terhadap Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran.

Penyederhanaan dilakukan dengan menghilangkan Kompetensi Dasar yang

tumpang tindih dalam satu mata pelajaran dan antarmata pelajaran, serta

Kompetensi Dasar yang dianggap tidak sesuai dengan usia perkembangan

psikologis peserta didik. Di kelas IV, V, dan VI nama mata pelajaran IPA dan

IPS tercantum dan memiliki Kompetensi Dasar masing–masing. Untuk proses

pembelajaran Kompetensi Dasar IPA dan IPS, sebagaimana Kompetensi

Dasar mata pelajaran lain, diintegrasikan ke dalam berbagai tema. Oleh

karena itu, proses pembelajaran semua Kompetensi Dasar dari semua mata

pelajaran terintegrasi dalam berbagai tema.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari uraian-uraian diatas tentang pendekatan-pendekatan pengembangan

kurikulum, maka dapatlah diambil kesimpulan, yaitu: Kurikulum merupakan

aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka memengaruhi peserta

didik dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan, dapat dinamakan kurikulum,
termasuk juga prosess belajar mengajar, mengatur strategi dalam pembelajaran,

cara mengevaluasi program pengembangan pengajaran dan sejenisnya. Tujuan

kurikulum mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual

dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual

dan psikomotorik; sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan

pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang

dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai

sumber belajar; mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta

menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; serta strategi

adalah Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai

sasaran khusus. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang

harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara

efektif dan efisien.dan juga evaluasi adalah hasil dari strategi pembelajaran , dan

dapat dibuat materi atau konten seperti susunan pembelajaran terhadap peserta

didik 

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai