Anda di halaman 1dari 105

MODUL PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KURIKULUM DI SD PGSD A 2019

PENGEMBANGAN
KURIKULUM

Dosen Pengampu :
Budhi Rahayu Sri Wulan, S.Pd., M.Pd

DOSEN PENGAMPU: BUDHI RAHAYU SRI WULAN, S.PD., M.PD i


MODUL PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KURIKULUM PGSD A 2019

Modul Pengembangan Kurikulum

Disusun Oleh:
1. Anggita Mardiana (1986206003)
2. Dhea Shintia Ardela Putri (1986206010)
3. Fira Rahmah Afida (1986206018)
4. Hamidah Laila Puty Harz (1986206019)
5. Lisna Wati Matrutty (1986206025)
6. Nabila Chamalia (1986206033)
7. Nur Rohmah Lailiyah (1986206037)
8. Putri Nurul Hamidah (1986206040)
9. Salsabilah Azizah (1986206042)
10. Sindy Oktavia Sugiono Putri (1986206044)
11. Sucia Nigsih (1986206047)
12. Suyatmi (1986206052)
13. Tiffani Lilfaroch (1986206048)
14. Risma Ambarani (1786206031)

Kelas PGSD A 2019


STKIP PGRI Sidoarjo
Sidoarjo, 12 Juli 2021

DOSEN PENGAMPU: BUDHI RAHAYU SRI WULAN, S.PD., M.PD ii


MODUL PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KURIKULUM PGSD A 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada ALLAH SWT yang mana atas berkat dan
Rahmat dan karunia-Nya lah kami bisa menyelesaikan modul ini. Dalam modul ini
kami membahas tentang Pengembangan Pembelajaran Kurikulum SD, modul ini
kami tujukan untuk memenuhi tugas akhir ujian akhir semester 4 mata kuliah
Pengembangan Pembelajaran Kurikulum SD. Modul ini diharapkan dapat menjadi
sumber informasi bagi yang membutuhkan baik bagi dunia pendidikan ataupun para
akademisi yang ingin meningkatkan atas ilmu pengetahuannya walaupun dengan
segala keterbatasannya. Modul ini ditujukan dalam memberikan informasi kepada
kita semua tentang dunia pendidikan. Apabila ada kesalahan dalam modul ini, baik
penulisannya ataupun isinya yang belum sempurna, kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya, karena kekhilafan itu adalah sifat manusia yang tidak pernah luput dari
kesalahan. Maka segala saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kemajuan,
sangat kami harapkan.
Akhir kata dari penulis, kami mengucapkan banyak terima kasih.

Sidoarjo, 05 Juli 2021

Penulis

DOSEN PENGAMPU: BUDHI RAHAYU SRI WULAN, S.PD., M.PD iii


PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Matakuliah Pengembangan kurikulum (curriculum development) adalah the planning
of learning opportunities intended to bring about certain desered in pupils, and
assesment of the extent to wich these changes have taken plece (Audrey Nicholls &
Howard Nichools dalam Oemar Hamalik, 2008: 96). Rumusan ini menunjukkan
bahwa pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar
yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan tertentu yang
diharapkan. Sedangkan yang dimaksud dengan kesempatan belajar (learning
opportunity) adalah hubungan yang telah direncanakan dan terkontrol antara para
siswa, guru, bahan, peralatan, dan lingkungan tempat siswa belajar yang diinginkan
diharapkan terjadi.
Kurikulum merupakan suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang
strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu
pentingnya kurikulum sebagai sentra kegiatan pendidikan maka harus benarbenar
dikembangkan. Pengembangan kurikulum dilakukan karena sifat kurikulum yang
dinamis, selalu berubah, menyesuaikan diri dengan kebutuhan mereka yang belajar.
Disamping itu, masyarakat dan semua orang yang belajar mengalami perubahan,
maka langkah awal dalam perumusan kurikulum adalah penyelidikan mengenai
situasi (situation analysis) yang kita hadapi, termasuk situasi lingkungan belajar
dalam tafsiran menyeluruh, situasi peserta didik, dan para calon pengajar yang
diharapkan melaksanakan kegiatan.
MODUL PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KURIKULUM DI SD PGSD A 2019

Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hakikat Kurikulum ?
2. Bagaimana Landasan dan Pendekatan Pengembangan Kurikulum ?
3. Bagaimana Prosedur Pengembangan Kurikulum ?
4. Bagaimana Model-model Pengembangan Kurikulum menurut Administratif, Grass
Root, Ralph W.Tyler dan Hilda Taba ?
5. Bagaimana Model-model Pengembangan Kurikulum menurut Beanchamp, Carl
Roger dan Olivia ?
6. Bagaimana Kurikulum Pembelajaran Terpadu, KBK, Kurikulum
berbasismasyarakat, Konstruktivik, Pembelajaran Akselerasi dan Pembelajaran
Elektronik (e-Learning) ?
7. Bagaimana Perkembangan Kurikulum SD (Tahun 1975, 1984, 1994) ?
8. Bagaimana Perkembangan Kurikulum SD (Tahun 2004, 2006, 2013) ?
9. Bagaimana Produk Pengembangan Kurikulum ?
10. Bagaimana Menganalisis Kurikulum 2013 sesuai (SK, KI, KD, Indikator, Tujuan
Pembelajaran) ?
11. Bagaiamana Strategi Pembelajaran dalam K13 ?
12. Bagaimana Mengevaluasi Kurikulum ?
MODUL PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KURIKULUM DI SD PGSD A 2019

Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui penjelasan dari Hakikat Kurikulum
2. Untuk mengetahui penjelasan dari Landasan dan Pendekatan Pengembangan
Kurikulum
3. Untuk mengetahui penjelasan dari Prosedur Pengembangan Kurikulum
4. Untuk mengetahui penjelasan dari Model-model Pengembangan Kurikulum
menurut Administratif, Grass Root, Ralph W.Tyler dan Hilda Taba
5. Untuk mengetahui penjelasan dari Model-model Pengembangan Kurikulum
menurut Beanchamp, Carl Roger dan Olivia
6. Untuk mengetahui penjelasan dari Kurikulum Pembelajaran Terpadu, KBK,
Kurikulum berbasis masyarakat, Konstruktivik, Pembelajaran Akselerasi dan
Pembelajaran Elektronik (e-Learning)
7. Untuk mengetahui penjelasan dari Perkembangan Kurikulum SD (Tahun 1975,
1984, 1994)
8. Untuk mengetahui penjelasan dari Perkembangan Kurikulum SD (Tahun 2004,
2006, 2013)
9. Untuk mengetahui penjelasan dari Produk Pengembangan Kurikulum
10. Untuk mengetahui penjelasan dari Menganalisis Kurikulum 2013 sesuai (SK, KI,
KD, Indikator, Tujuan Pembelajaran)
11. Untuk mengetahui penjelasan dari Strategi Pembelajaran dalam K13
12. Untuk mengetahui penjelasan dari Mengevaluasi Kurikulum
MODUL PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KURIKULUM DI SD PGSD A 2019

PEMBAHASAN

HAKIKAT KURIKULUM
MODUL PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KURIKULUM DI SD PGSD A 2019

A. Pengertian Hakikat Kurikulum


Hakikat adalah intisari atau dasar; kenyataan yang sebenarnya . Sedangkan
fungsi adalah kegunaan suatu hal. Hakikat dari kurikulum ialah kegiatan yang
mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik yang mencakup berbagai
rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan
pendidikan, saran-saran strategi belajar mengajar, pengaturan-pengaturan
program agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan
yang bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan.
Kurikulum itu tidak terbatas hanya pada sejumlah mata pelajaran saja,
tetapi mencakup semua pengalaman belajar yang dialami siswa dan
mempengaruhi perkembangan pribadinya. Bahkan Harold B. Alberty
memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada siswa
di bawah tanggung jawab sekolah . Kurikulum tidak dibatasi pada kegiatan di
dalam kelas saja, tetapi mencakup juga kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh
siswa di luar kelas. Pendapat yang senada dan menguatkan pengertian tersebut
dikemukakan oleh Saylor, Alexander, dan Lewis kurikulum sebagai suatu
hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu
kegiatan.Dasar kurikulum adalah kekuatan-kekuatan utama yang
mempengaruhi dan membentuk materi kurikulum, susunan atau organisasi
kurikulum. dasar kurikulum disebut juga sumber kurikulum atau determinan
kurikulum .
Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi
guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum itu berfungsi
sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang
tua, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya
belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman
untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di
sekolah.
B. Fungsi Kurikulum
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat
enam fungsi kurikulum, yaitu ada 6:
1) Fungsi Penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well
adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
2) Fungsi Integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa
pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat.
Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk
dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.
3) Fungsi Diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan
individu siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik
maupun psikis, yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.
4) Fungsi Persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi
ke jenjang pendidikan berikutnya.
5) Fungsi Pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memilih program program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan
minatnya.
6) Fungsi Diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat
memahami dan menerima kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Fungsi Kurikulum Bagi guru baru, sebelum mengajar pertama-tama yang
perlu dipertanyakan adalah kurikulumnya. setelah kurikulum didapat,
pertanyaan berikutnya adalah Garis-Garis Besar Program Pengajaran. Setelah
Garis-Garis Besar Program pengajaran ditemukan, barulah guru mencari
berbagai sumber bahan yang relevan atau yang telah ditentukan oleh
Depdiknas. Sesuai dengan fungsinya bahwa kurikulum adalah sebagai alat
untuk mencapai tujuan pendidikan, maka guru semestinya mencermati tujuan
pendidikan yang dicapai oleh lembaga pendidikan dimana ia bekerja.
Fungsi Kurikulum Bagi kepala sekolah yang baru, yang dipelajari
pertama kali adalah tujuan lembaga yang akan dipimpimnya. Kemudian
mencari kurikulum yang berlaku sekarang untuk dipellajari, terutama pada
buku petunjuk pelaksanaan. Selanjutny a tugas kepala sekolah melakukan
supervisi kurikulum.
Fungsi Kuriulum bagi masyarakat harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan
masyarakat sekitar.
C. Peran Kurikulum
1) Konservatif.
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum sebagai sarana untuk
mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap
masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini para
siswa. Dengan demikian, peranan konservatif ini pada hakikatnya
menempatkan kurikulum, yang berorientasi ke masa lampau.
2) Peranan Kreatif.
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum harus mampu
mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang
terjadi dan kebutuhan kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan
masa mendatang. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat
membantu setiap siswa mengembangkan semua potensi yang ada pada
dirinya untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru, kemampuan-
kemampuan baru, serta cara berpikir baru yang dibutuhkan dalam
kehidupannya.
3) Peranan Kritis dan Evaluatif
Peranan ini dilatar belakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai
dan budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami
perubahan, sehingga pewarisan nilai nilai dan budaya masa lalu kepada
siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang.
D. Komponen Kurikulum
Komponen kurikulum terbentuk oleh empat komponen, yaitu:
komponen tujuan, isi kurikulum, komponen metode atau strategi pencapaian
tujuan, dan komponen evaluasi yang akan dijabarkan sebagai berikut:
1) Komponen Tujuan
Tujuan merupakan gambaran harapan, sasaran yang menjadi acuan bagi
semua aktivitas yang dilakukan untuk mencapainya. Istilah yang lebih
populer saat ini yang digunakan sebagai padanan tujuan, yaitu
«Kompetensi». Kompetensi merupakan rumusan kemampuan
berhubungan dengan aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
harus direfleksikan dalam berfikir dan bertindak secara konsisten.
Adapun jenis tujuan bisa dibedakan dari mulai tujuan yang sangat
umum dan bersifat jangka panjang sampai pada tujuan lebih spesifik atau
jangka pendek dengan urutan sebagai berikut:
a) Tujuan pendidikan nasional merupakan sasaran akhir yang
harus menjadi inspirasi bagi setiap penyelenggara pendidikan
pada setiap jenjang, jalur dan jenis pendidikan di seluruh
Indonesia. Tujuan Pendidikan Lembaga merupakan sasaran,
harapan atau arah yang harus menjadi acuan untuk dicapai oleh
setiap lembaga pendidikan sesuai dengan jalur, jenjang dan
jenis pendidikannya.
b) Tujuan Kurikuler merupakan kemampuan/kompetensi yang
harus dimiliki oleh siswa setelah memelajari suatu mata
pelajaran atau kelompok mata pelajaran.
c) Tujuan Pembelajaran merupakan penjabaran lebih lanjut dari
standar kompetensi, yaitu rumusan kemampuan/kompetensi
yang harus dimiliki secara segera dan bisa diketahui hasilnya
setelah setiap pembelajaran berakhir.
2) Komponen Isi/ Materi Pelajaran
Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan
pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu
menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan
atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap materi
pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik
materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan
yang ditentukan.
3) Komponen Metode/ Strategi
Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam
pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang
memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan dengan
implementasi kurikulum.
4) Komponen Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum.
Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum sehingga dapat
dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu
dipertahankan atau tidak, dan bagian – bagian mana yang harus
disempurnakan.
A. Pengembangan Kurikulum
Mengenai pengembangan kurikulum, Oliva (1992: 26) menjelaskan bahwa
hal tersebut berkaitan dengan perubahan dan perbaikan pada kurikulum yang
meliputi tahap permulaan, penerapan dan tahap evaluasi. Masih menurut
Oliva, peningkatan kurikulum lebih mengacu pada hasil dari pengembangan
kurikulum. Tahapan-tahapan pengembangan kurikulum sebagaimana
dijelaskan oleh Oliva (1992: 26) adalah sebagai berikut:
(1) Tahap perencanaan. Langkah awal dalam pengembangan kurikulum ini
diisi dengan tahapan berpikir, pengambilan keputusan dan pengambilan
langkah tindakan.
(2) Tahap penerapan. Tahapan ini merupakan pelaksanaan atau tindakan,
yakni mengenai bagaimana kurikulum itu harus disampaikan kepada
sasaran atau siswa.
(3) Tahap evaluasi. Langkah akhir dalam pengembangan kurikulum ini
mengandung pelaksanaan berupa menilai dan melihat keberhasilan
pengembangan kurikukum terhadap siswa. Atas hasil penilaian dan
pengamatan itulah diputuskan perlu atau tidaknya melakukan revisi.

B. Pendekatan Pengembangan Kurikulum


Yang dimaksud dengan pendekatan ialah cara kerja dengan menerapkan
strategi dan metode yang tepat serta langkah-langkah pengmbangan yang
sistematis untuk memperoleh kurikulum yang lebih baik. Idi (2007:198)
mendeskripsikan beberapa pendekatan yang telah dikembangkan para ahli.
1) Pendekatan bidang studi
Sebagai guru, anda mungkin perlu bertanya pada diri sendiri, apa yang
akan dilakukan sebelum menemui siswa di kelas dalam proses belajar.
Pendekatan ini biasanya membagi-bagi organisasi kurikulum berdasarkan
bidang studi yang akan diajarkan, seperti Matematika, Sains, Sejarah,
Geografi, Bahasa Indonesia, IPA, dan IPS (Nasution dalam Idi 2007:200).
2) Pendekatan berorientasi pada tujuan
Sebagai guru tentunya anda mempunyai tujuan dalam mendidik siswa.
Tujuan inilah yang akan memberi petunjuk ke arah mana peserta didik
tersebut akan dibawa.Soebandiyah dalam Idi (2007,200) menyebutkan
empat kelebihan dari kurikulum yang berorientasi pada tujuan.
a. Memberikan kejelasan bagi penyusun kurikulum tentang apa yang
ingin dicapai.
b. Memberikan arah yang jelas dalam menetapkan materi
pelajaran,metode, jenis kegiatan, dan alat yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan.
c. Memberikan arah dalam proses penilaian terhadap hasil yang
dicapai.
d. Memanfaatkan hasil penilaian untuk membantu penyusun
kurikulum dalam melakukan perbaikan yang diperlukan.
3) Pendekatan dengan pola orientasi bahan
Pendekatan ini mencakup pola pendekatan Subject Matter Curriculum,
Correlated Curriculum, dan Integrated Curriculum.
a. Pendekatan pola mata pelajaran (subject matter curriculum), yang
menekankan pada pemisahan mata pelajaran menjadi beberapa
bagian, misalnya: sejarah, ilmu bumi, biologi, berhitung, dan
sebagainya. Mata pelajaran ini tidak berhubungan satu sama lain.
b. Pendekatan dengan pola korelasi (correlated curriculum), yang
mengelompokkan beberapa mata pelajaran (bahan)  yang saling
berhubungan. Misalnya, bidang studi IPA dan IPS yang
mengkombinasikan bebrapa bidang tertentu.
c. Pendekatan pola integrasi (integrated curriculum), yang
menerpadukan bagian-bagian menjadi keseluruhan yang
mempunyai arti tertentu.
4) Pendekatan Rekonstruksionalisme
Pendekatan rekonstruksionalisme disebut juta rekonstruksi sosial
karena menempatkan masalah-masalah penting yang dihadapi masyrakat,
seperti polusi, ledakan penduduk, dan bencana yang diakibatkan oleh
penggunaan teknologi tertentu, dalam kurikulum.
5) Pendekatan Humanistik
Pendekatan ini menempatkan peserta didik pada posisi sentral
( student centered) dan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan
merupakan bagian integral dari proses belajar. Siswa diaharapkan mampu
mengembangkan segala potensi yang dimiliki dengan selalu
mengedepankan peran siswa di sekolah.
6) Pendekatan akuntabilitas (accountability)
Pendekatannya yang dikenal sebagai scientifc management atau
manajemen ilmiah menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus
diselesaikan pekerja dalam waktu tertentu.Sistem yang akuntabel
memiliki standar dan tujuan spesifik serta mengukur efektivitas suatu
kegiatan dengan mengukur taraf keberhasilan siswa untuk mencapai
standar itu.

C. Landasan Pengembangan Kurikulum


Landasan pengembangan kurikulum adalah nilai-nilai, tradisi, kepercayaan
dan kekuatan lain yang berpengaruh terhadap bentuk dan kualitas pendidikan
yang akan diberikan sekolah kepada peserta didik. Landasan tersebut dapat
berupa filosofis, psikologis, sosiologisdan historis. Keempat landasan tersebut
memuat ide-ide, tingkah laku, prinsip, kepercayaan dan kekuatan lain yang
mempengaruhi, dan bahkan menentukan materi atau pengalaman belajar, serta
organisasi kurikulum sekolah. Berikut landasan pengembangan kurikulum:
1) Landasan Filosofis
Landasan filosofis memberikan arah pada semua keputusan dan tindakan
manusia, karena filsafat merupakan pandangan hidup orang, masayarakat
dan bangsa. Dalam kaitannya dengan pendidikan, pendidikan ada dan
berada dalam kehidupan masyarakat sehingga apa yang dikehendaki oleh
masyarakat untuk dilestarikan dan diselenggarakan melalui
pendidikan(dalam arti seluas-luasnya) (Raka Joni, 1983:6). Segala
kehendak yang dimilki oleh masyarakat merupakan sumber nilai yang
memberikan arah pada pendidikan.
2) Landasan Psikologis
Landasan psikologis berkaitan dengan cara peserta didik belajar dan
faktor apa yang dapat menghambat kemajuan belajar mereka. Selain itu,
psikologi memberikan landasan berpikir tentang hakikat proses belajar dan
mengajar dan tingkat-tingkat pengembangan peserta didik.
3) Landasan Sosial-Budaya-Agama
Realitas sosial-budaya-agama yang ada dalam masyarakat merupakan
bahan kajian pengembangan kurikulum untuk digunakan sebagai landasan
pengembangan kurikulum.
4) Landasan Historis
Landasan historis berkaitan dengan formulasi program-program sekolah
pada eaktu lampau yang masih hidup sampai sekarang, atau yang
pengaruhnya masih besar pada kurikulum saat ini (Johnson, 1968).
5) Landasan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni
Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah nilai-nilai yang bersumber pada
pikiran atau logika, sedangkan seni bersumber pada perasaan atau estetika.
Mengingat pendidikan merupakan upaya penyiapan siswa menghadapi
perubahan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, maka pengembangan
kurikulum haruslah berlandaskan ilmu pengetahuann, teknologi dan
seni.Nana Sy. Sukmadinata (1998 : 82) menggunakan bahwa
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung akan
menjadi isi atau materi pendidikan. dan seni juga dimanfaatkan untuk
memecahkan masalah pendidikan.
6) Landasan Kebutuhan Masyarakat
Adanya falsafah hidup, perubahan ipteks dalam suatu masyarakat akan
merubah pula kebutuhan masyarakat. Selain itu, kebutuhan masyarakat
juga dipengaruhi oleh kondisi dari masyarakat itu sendiri.
7) Landasan Perkembangan Masyarakat
Perkembangan masyarakat akan menuntut tersedianya proses
pendidikan yang sesuai. Untuk menciptakan proses pendidikan yang sesuai
dengan perkembangan masyarakat maka diperlukan rancangannya berupa
kurikulum yang landasan pengembangannya berupa perkembangan
masyarakat itu sendiri.
Prosedur Pengembangan
Kurikulum
A. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Prinsip umum pengembangan kurikulum menyangkut 5 hal yaitu
(Sukmadinata, 2005: 151):
1) Prinsip Relevansi.
Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu
relevansi keluar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi
keluar maksudnya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam
kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan
perkembangan masyarakat.
Kurikulum juga harus memiliki relevansi di dalam yaitu ada
kesesuaian atau konsistensi antara komponen-kompoenen kurikulum,
yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian. Relevansi
internal ini merupakan suatu keterpaduan kurikulum.
2) Prinsip Fleksibilitas.
Fleksibilitas menunjukkan menunjukkan bahwa kurikulum adalah
tidak kaku. Hal ini berarti bahwa di dalam penyelenggaraan proses dan
program pendidikan harus diperhatikan kondisi perbedaan yang ada di
dalam diri peserta didik. Ahmad (1998: 71) .
3) Prinsip Kontinuitas.
Prinsip kesinambungan dalam pengembangan kurikulum
menunjukkan adanya saling terkait antara tingkat pendidikan, jenis
program pendidikan, dan bidang studi. (Ahmad, 1998: 71).
4) Prinsip Praktis.
Kurikulum harus mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat
sederhana dan biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut prinsip
efesiensi. (Sukmadinata, 2005: 151). Efisiensi merupakan perbandingan
antara hasil yang dicapai dan pengeluaran (berupa waktu, tenaga, dan
biaya) yang diharapkan paling tidak menunjukkn hasil yang seimbang.
(Ahmad, 1998: 70).
5) Prinsip Efektivitas.
Dalam dunia pendidikan, masalah efektivitas dapat ditinjau Efektivitas
mengajar guru menyangkut sejauh mana jenis-jenis kegiatan mengajar
yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Efektivitas belajar
murid menyangkut sejauh mana tujuan pelajaran yang diinginkan dapat
dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang ditempuh. (Ahmad, 1998:
117).

B. Prosedur Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulum meliputi empat langkah, yaitu:
1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran (instructional objective).
2. Merumuskan dan Menyeleksi Pengalaman-Pengalaman Belajar (selection
of learning experiences).
3. Mengorganisasi Pengalaman Pengalaman Belajar (organization of
learning experiences).
4. Mengevaluasi Kurikulum (evaluating).
Model-model Pengembangan
Kurikulum menurut
Administratif, Grass Root, Ralph
W.Tyler dan Hilda Taba
A. Model Kurikulum Model Administrasi
Model administrasi merupakan model pengembangan kurikulum paling
lama yang sering juga disebut sebagai model garis dan staf. Pemberian nama
ini dibuat berdasarkan gagasan pengembangan kurikulum yang banyak
muncul dari pejabat yang berwenang (administrator pendidikan). Model
administrative/garis komando memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
1. Administrasi pendidikan/top administrative officers (pemimpin)
membentuk komisi pengarahan
2. Komisi pengarah (stering commite) bertugas merumuskan rencana
umum, mengembangkan prinsip-prinsip sebagai pedoman, dan
menyiapkan suatu pernyataan filosofi dan tujuan-tujuan untuk seluruh
wilayah sekolah
3. Membentuk komisi kera pengembangan kurikulum yang bertugas
mengembangkan kurikulum secara operasional mencakup keseluruhan
komponen kurikulum dengan mempertimbangkan landasan dan
prinsip-prinsip
4. Komisi pengarahan memeriksa hasil kerja dari komisi kerja dan
menyempurnakan bagian-bagian tertentu bila dianggap perlu. Karena
pengembangan kurikulum model ini berdasarkan konsep, inisiatif dan
arahan dari atas ke bawah maka akan memerlukan waktu bertahun-
tahun agar dapat berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan adanya
tuntutan untuk mempersiapkan para pelaksana kurikulum tersebut.

B. Model Kurikulum Menurut Grass Root


Model Grass roots merupakan kebalikan dari model Adminitratif.
Model grass roots yang disebut juga dengan istilah pendekatan bottom-up,
yaitu suatu proses pengembangan kurikulum yang diawali dari keinginan yang
muncul dari tingkat bawah (sekolah/guru). Keinginan ini biasanya didorong
oleh hasil pengalaman yang dirasakan pihak sekolah/guru, di mana kurikulum
yang sedang berjalan dirasakan terdapat beberapa masalah atau
ketidaksesuaian dengan kebutuhan dan potensi yang tersedia di lapangan.

1. Prinsip-prinsip Model Grass Roots.


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan
kurikulum model Grass Roots, di antaranya :

a) Kurikulum akan bertabah baik, jika kemampuan keprofesionalan


guru bertambah baik. Sehingga guru harus memiliki kemampuan
yang propesional.
b) Guru harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum, penyeselaian
permasalahan kurikulum; Kompetensi guru akan bertambah baik,
jika guru terlibat secara priadi didalam merevisi kurikulum.
c) Guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan
bahan, dan penentuan evaluasi; Jika guru terlibat dalam
merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menyeleksi, mendefinisikan
dan memecahkan masalah, mengevaluasi hasil, maka hasil
pengembangan kurikulum akan lebih bermakna.
d) Seringnya pertemuan pemahaman guru dan akan menghasilkan
konsensus tujuan, perinsip, maupun rencana-rancana. Hedaknya
diantara guru-guru terjadi kontak langsung sehigga mereka dapat
saling memahami dan mencapai suatu konsesus tentang prinsip-
prinsip dasar, tujuan dan rencana.

2. Langkah-Langkah dan Prosedur Model Grass Roots


Model pengambangan kurikulum ini dapat dikembangakan pada
lingkup luas maupun dalam lingkup yang sempit. Dapat berlaku untuk
bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi dapat pula digunakan
untuk beberapa bidang studi maupun pada beberapa sekolah yang lebih
luas.

Oleh karena itu pengembangan kurikulum model ini sangat


membutuhkan dukungan moril maupun materil yang bersifat kondusif
dari pihak pimpinan. Ada beberapa hal yang harus diantisipasi dalam
model ini, di antaranya adalah akan bervariasinya sistem kurikulum di
sekolah karena menerapkan partisipasi sekolah dan masyarakat secara
demokratis. Sehingga apabila tidak terkontrol (tidak ada kendali mutu),
maka cenderung banyak mengabaikan kebijakan pusat.

C. Model Kurikulum Menurut Ralph W. Tyler


Model pengembangan kurikulum Tyler sering juga disebut sebagai The
Objective Model, dan kadang-kadang dinamakan sequential, rational,
scientific, classical or mean model. Model pengembangan kurikulun Tyler
lebih bersifat bagaimana merancang suatu kurikulum, sesuai dengan tujuan
dan misi suatu institusi pendidikan. Dengan demikian, model ini tidak
menguraikan pengembangan kurikulum dalam bentuk langkah-langkah
konkrit atau tahapan-tahapan secara rinci. Tyler hanya memberikan dasar-
dasar pengembangannya saja.
D. Model Kurikulum Menurut Hilda Taba
Berbeda dengan model yang dikembangkan Tyler, model Taba lebih
menitikberatkan kepada bagaimana mengembangkan kurikulum  sebagai
suatu proses perbaikan dan penyempurnaan. Oleh karena itu, dalam model ini
dikembangkan tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh para pengembang
kurikulum.
Pengembangan kurikulum biasanya dilakukan secara deduktif yang
dimulai yang dimulai dari langkah penentuan prinsip-prinsip dan kebijakan
dasar, merumuskan desain kurikulum, menyusun unit-unit kurikulum, dan
mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas.
Hilda Taba tidak sependapat dengan langkah tersebut. Alasannya,
pengembangan kurikulum secara deduktif tidak dapat menciptakan
pembaruan kurikulum. Oleh karena itu, menurut Hilda Taba, sebaiknya
kurikulum dikembangkan secara terbalik yaitu dengan pendekatan induktif. 
Ada lima langkah pengembangan kurikulum model terbalik dari Hilda Taba
sebagai berikut.
1. Menghasilkan unit-unit percobaan (pilot unit) melalui langkah-langkah:
a. Mendiagnosis kebutuhan. Pada langkah ini, pengembang kurikulum
memulai dengan menetukan kebutuhan-kebutuhan siswa melalui
diagnosis tentang “gaps”, berbagai kekurangan (defeciencies), dan
perbedaan latar belakang siswa.
b. Memformulasikan tujuan. Setelah kebutuhan-kebutuhan siswa
didiagnosis, selanjutnya para pengembang kurikulum merumuskan
tujuan.
c. Memilih isi. pemilihan isi kurikulum sesuai dengan tujuan
merupakan langkah berikutnya. Pemilihan isi bukan saja didasarkan
kepada tujuan yang harus dicapai sesuai dengan langkah kedua,
akan tetapi juga harus mempertimbangkan segi validitas dan
kebermanknaannya untuk siswa.
d. Mengorganisasi isi. melalui penyeleksian isi, selanjutnya isi
kurikulum yang telah ditentukan itu disusun urutannya, sehingga
tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya kurikulum itu
diberikan.
e. Memilih pengalaman belajar. Pada tahap ini ditentukan
pengalaman-pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa
mencapai tujuan kurikulum.
f. Mengorganisasi pengalaman belajar. Guru selanjutnya menentukan
bagaimana mengemas pengalaman-pengalaman belajar yang telah
ditentukan itu ke dalam paket-paket kegiatan. Sebaliknya dalam
menentukan paket-paket kegiatan itu, siswa diajak serta agar
mereka memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan
belajar.
g. Menentukan alat evaluasi serta prosedur yang harus dilakukan
siswa. Pada penentuan alat evaluasi ini guru dapat menyeleksi
berbagai teknik yang dapat dilakukan untuk menilai prestasi siswa,
apakah siswa itu sudah dapat mencapai tujuan atau belum.
h. Menguji keseimbangan isi kurikulum. Pengujian ini perlu dilakukan
untuk melihat kesesuaian antara isi, pengalaman belajar, dan tipe-
tioe belajar siswa.
2. Menguji coba unit eksperimen untuk memperoleh data dalam rangka
menemukan validitas dan kelayakan penggunanya.
3. Merevisi dan mengonsolidasi unit-unit eksperimen berdasarkan data
yang diperoleh dalam uji coba.
4. Mengembangkan keseluruhan kerangka kurikulum.
5. Implementasi dan diseminasi kurikulum yang telah teruji. Pada tahap
terakhir ini perlu dipersiapkan guru-guru melalui penataran-penataran,
lokakarya dan lain sebagainya serta mempersiapkan fasilitas dan alat-
alat sesuai dengan ketentuan kurukulum.
Model-model Pengembangan
Kurikulum menurut Beanchamp,
Carl Roger, Olivia
A. Pengembangan Kurikulum Model Beanchamp.
Menurut Beanchamp untuk merancang sebuah kurikulum harus ditempuh
lima tahap yaitu:

1. Menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh


kurikulum tersebut, apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten atau
seluruh negara. Pentahapan arena ini ditentukan oleh wewenang yang
dimiliki oleh pengambil kebijaksanaan dalanm pengembangan kurikulum,
serta oleh tujuan pengembangan kurikulum.
2. Setelah wilayah atau lokasi yang akan menjadi pilot proyek sudah
ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah menentukan personalia yang
akan ikut terlibat di dalam pengembangan kurikulum. Beauchamp
melibatkan orang-orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan
kurikulum yaitu: 
a) Para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan
kurikulum dan para ahli bidang ilmu dari luar.
b) Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru
terpilih.
c) Para profesional dalam sistem pendidikan.
d) Profesioanal lain dan tokoh-tokoh masyarakat.
3. Organisasi dan prosedur pengembangn kurikulum. Langkah ini berkenaan
dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum
dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta
kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhan desain kurikulum.
4. Implementasi kurikulum, yakni kegiatan untuk menerapkan kurikulum
seperti yang sudah diputuskan dalam ruang lingkup pengembangan
kurikulum. Pada tahap ini perlu dipersiapkan secara matang berbagai hal
yang dapat berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap
efektivitas penggunaan kurikulum, seperti pemahaman guru tentang
kurikulum itu, sarana atau fasilitas yang tersedia, manajemen sekolah, dan
lain sebagainya.

B. Pengembangan Kurikulum Model Carl Roger.

Carl R. Rogers adalah seorang psikolog humanistic yang gagasan-


gagasannya berpengaruh terhadap pikiran dan praktek pendidikan. Dia
berasumsi bahwa kurikulum diperlukan dalam rangka mengembangkan
individu yang terbuka, luwes dan adaptif, terhadap situasi perubahan.
Kurikulum demikian hanya dapat disusun dan diterapkan hanya boleh
pendidik yang terbuka, luwes, dan berorientasi pada proses.
Untuk itu diperlukan pengalaman kelompok dalam melatih hal-hal yang
bersifat sensitif. Setiap kelompok terdiri atas 10 – 15 orang dengan seorang
fasilitator atau pemimpin. Kelompok tersebut hendaknya tidak berstruktur,
tetapi harus menyediakan lingkungan yang memungkinkan seseorang dapat
berekspresi secara bebas dan ada pula kemungkinan berkomunikasi
interpersonal secara luas.
Tujuan dari model Rogers ini adalah untuk berkumpulnya berbagai orang
yang merasa terlibat dalam pendidikan dengan harapan memberikan
bermacam kontibusi dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan
kualitas pendidikan.
Langkah–langkah dalam model ini adalah :
1. Memilih suatu sasaran administrator dalam system pendidikan dengan
syarat bahwa individu yang terlibat hendaknya ikut aktif berpartisipasi
dalam kegiatan kelompok secara intensif agar mereka dapat berkenalan
secara akrab.
2. Mengikutsertakan guru-guru dalam pengalaman kelompok secara
intensif.
3. Mengikutsertakan unit kelas dalam pertemuan lima hari. Pertemuan
ini diharapkan menghasilkan pertemuan intensif antara guru dengan peserta
didik lainnya secara akrab dalam suasana bebas berekspresi.
4. Menyelenggarakan pertemuan secara interpersonal antara
administrator, guru dan orang tua peserta didik. Tujuan utamanya adalah
agar orang tua, guru dan kepala sekolah bias saling mengenal secara
pribadi sehingga memudahkan pemecahan masalah di sekolah.
5. Pertemuan vertikal yang mendobrak hirarki, birokrasi, dan status
social. Melalui cara ini diharapkan keputusan-keputusan dalam
pengembangan kurikulum akan lebih baik mendekati realitas karena
diselenggarakan dalam suasana bebas tanpa tekanan.
Ada tampaknya hal yang dapat dianggap sebagai tanda-tanda kelemahan /
kekurangan pada model "Rogers Interpersonal Relation " dalam
pengembangan kurikulum antara lain:
a) Tampaknya tidak ada batas hubungan antara siswa dengan guru atau
unsur pendidik lainnya, sehingga dikhawatirkan luntumya rasa hormat
pada diri siswa.
b) Memerlukan waktu yang lama dan sulit ditargetkan untuk penyelesaian
secara tuntas dalam penyusunan kurikulum baru sebagai hasil dari
pengembangan kurikulum.
c) Memerlukan biaya yang tidak sedikit, mengingat banyaknya unsur
yang terlibat sertajenis kegiatan yang dilakukan.
d) Keterlibatan berbagai unsur pendidikan dalam proses pengembangan
kurikulum tersebut, kemungkinan besar mengakibatkan kesulitan
dalam pengorganisasiannya.
C. Pengembangan Kurikulum Model Olivia.

Model perkembangan kurikulurn menurut Oliva terdiri dari tiga kriteria, yaitu:
simpel, komprehensif dan sistematis. Walaupun model ini mewakili
komponen-komponen paling penting, namun model ini dapat diperluas
menjadi model yang menyediakan detail tambahan dan menunjukkan
beberapa proses yang diasumsikan oleh model yang lebih sederhana. Model
perkembangan kurikulurn dari Oliva 12 komponen yaitu:
1. Perumusan filosofis, sasaran, misi, serta visi lembaga pendidikan,
yang kesemuanya bersumber dari analisis kebutuhan siswa dan kebutuhan
masyarakat.
2. Kebutuhan masyarakat di mana sekolah itu berada, kebutuhan siswa
dari urgensi dari disiplin ilmu yang harus diberikan oleh sekolah.
3. Tujuan umum yang didasarkan pada komponen 1 dan 2.
4. Tujuan khusus yang didasarkan pada komponen 1 dan 2.
5. Bagaimana mengorganisasi rancangan dan mengimplementasikan
kurikulum
6. Menjabarkan kurikulum dalam bentuk tujuan umum.
7. Menjabrkan kurikulum dalam bentuk tujun khusus.
8. Menetapkan strategi pembelajaran yang dimungkinkan dapat
mencapai tujuan.
9. Teknik penilaian.
10.Pengembangan kurikulum.
11.Evaluasi pembelajaran.
12.Evaluasi kurikulum.
Model tersebut digambarkan dalam bentuk segi empat dan lingkaran.Segi
empat menggambarkan tentang proses perencanaan sedangkan lingkaran
menggambarkan proses operasional. Proses dimulai dengan :
1. Komponen I, karena pada fase ini para pengembang kurikulum
menentukan tujuan dari pendidikan serta landasan filosophy dan
psikologi. Tujuan ini diyakini berasal dari kebutuhan masyarakat dan
kebutuhan hidup individu dimasyarakat. Komponen ini menggabungkan
konsep yang sama dengan tyler.
2. Komponen II membutuhkan sebuah analisis kebutuhan masyarakat
dimana suatu sekolah berada, kebutuhan siswa dilayani oleh masyarakat.
3. Komponen III dan IV disebut sebagai tujuan khusus kurikulum
berdasarkan tujuan, keyakinan.
4. Komponen V adalah untuk mengorganisir dan mengimplementasikan
kurikulum, membentuk dan membangun struktur dengan kurikulum yang
akan diorganisir.
5. Komponen VI dan VII melukiskan perincian lebih lanjut dalam
pelaksanaan lewat pengajaran yang mencakup tujuan instruksional umum
dan khusus.
6. Komponen VIII menunjukkuan strategi agar tujuan tercapai dikelas.
7. Komponen IX Sekaligus dalam fase ini pembina kurikulum secara
pendahuluan mencari teknik evaluasi.
8. Komponen X dimana pembelajaran dilaksanakan.
9. KomponenXI adalah evaluasi sesungguhnya mengenai prestasi siswa,
keefektifan pengajaran.
10. Komponen XII merupakan evaluasi kurikulum atau keseluruhan
program. hal terpenting adalah umpan balik dari setiap evaluasi
untuk pengembangan lebih lanjut.
Jadi inti dari semua komponen adalah komponen I sampai IV dan VI
sampai IX adalah tahap perencanaan, sementara X-XII adalah tahap
operasional. Komponen V merupakan perpaduan antara perencanaan
dan operasional. Model Oliva dapat dipandang terdiri dari dua
submodel, komponen I-V dan XII sebagai submodel pengembangan
kurikulum. Komponen VI-XI sebagai model pengembangan pengajaran.
Kurikulum Pembelajaran Terpadu,
KBK, Kurikulum berbasis
masyarakat, Konstruktivik,
Pembelajaran Akselerasi dan
Pembelajaran Elektronik (e-Learning)
A. Kurikulum Pembelajaran Terpadu
1. Pengertian Kurikulum Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar


yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan
anak didik.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan terpadu ini
diharapkan akan dapat memperbaiki kualitas pendidikan dasar, terutama
untuk mencegah gejala penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran
di sekolah. Dampak negatif dari penjejalan kurikulum akan berakibat
buruk terhadap perkembangan anak. Hal tersebut terlihat dengan
dituntutnya anak untuk mengerjakan berbagai tugas yang melebihi
kapasitas dan kebutuhan mereka.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Terpadu

Hilda Karli dan Margaretha (2002:15) mengemukakan beberapa


ciri pembelajaran terpadu, yaitu sebagai berikut:
a. Holistik, yaitu suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam
pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus
untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.
b. Bermakna, yaitu keterkaitan antara konsep-konsep lain akan
menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan
anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan
masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.
c. Aktif, yaitu pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan
diskoveri-inquiri. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran yang secara tidak langsung dapat memotivasi anak
untuk belajar.
3. Prinsip-prinsip Kurikulum Pembelajaran Terpadu

Berikut ini dikemukakan pula prinsip-prinsip dalam pembelajaran


terpadu yaitu meliputi : 1) prinsip penggalian tema, 2) prinsip
pelaksanaan pembelajaran terpadu, 3) prinsip evaluasi dan 4) prinsip
reaksi.
 Prinsip penggalian tema antara lain :
a) Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat
digunakan memadukan banyak bidang studi,
b) Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk
dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar
selanjutnya
c) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
psikologis anak.
 Prinsip pelaksanaan terpadu di antaranya :
a) guru hendaknya jangan menjadi “single actor “ yang
mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar,
b) pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas
dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasarna
kelompok,
c) guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama
sekali tidak terpikirkan dalam poses perencanaan.
 Prinsip evaluatif adalah :
a) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi
diri di samping bentuk evaluasi lainnya,
b) guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan
belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan
pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam kontrak.
 Prinsip reaksi, dampak pengiring (nuturan efek) yang penting bagi
perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar
mengajar. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-
tujuan pembelajaran.

4. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan dibandingkan dengan


pendekatan konvensional, yaitu sebagai berikut.
1. Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan
dengan tingkat perkembangan anak.
2. Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan
peserta didik.
3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga
hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama.
4. Pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan keterampilan berpikir
dan sosial peserta didik.
Sedangkan kelemahan pembelajaran terpadu yaitu, pada perancangan dan
pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan
evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung
saja.

B. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)


1. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Kurikulum berbasis kompetensi adalah suatu konsep kurikulum


yang menekankan pada pengembangan kemampuan kompetensi tugas-
tugas dengan standar performasi tertentu sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat
kompetensi tersebut.
Dengan demikian penerapan kurikulum dapat menumbuhkan
tanggung jawab, dan partisipasi peserta didik untuk belajar menilai dan
mempengaruhi kebijakan umum, serta memberanikan diri berperan dalam
berbagai kegiatan di sekolah maupun masyarakat (Mulyasa, 2002 : 39).

2. Prinsip-prinsip Kurikulum Berbasis Kompetensi(KBK)

Prinsip dasar kegiatan belajar mengajar yang dikembangkan dalam KBK


adalah mengembangkan kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif,
bersikap dan bertanggung jawab pada kebiasaan dan prilaku sehari-hari
melalui pembelajaran secara aktif yaitu :

a. Berpusat pada siswa


b. Mengembangkan keingintahuan dan imajinasi
c. Memiliki semangat mandiri kerjasama dan berkompetensi perlu
dilatih untuk terbiasa bekerja mandiri, kerjasama dan
berkompetensi
d. Menciptakan kondisi yang menyenangkan
e. Mengembangkan kemampuan dan pengalaman belajar
f. Karakteristik mata pelajaran (Depdiknas,2003:10)
3. Keunggulan dan Kelemahan

Keunggulan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai berikut:


a. Mengembangkan kompetensi-kompetensi peserta didk pada setiap
aspek mata pelajaran dan bukan pada penekanan penguasaan konten
mata pelajaran itu sendiri.
b. KBK bersifat alamiah (konstekstual), karena berangkat berfokus
dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan
berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing.
c. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) boleh jadi mendasari
pengembangan kemampuan-kemampuan lain.
d. Mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
/siswa (student oriented).
Kelemahan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai berikut:
a. Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun, padahal
indikator sebaiknya disusun oleh guru, karena guru yang paling
mengetahui tentang kondisi peserta didik dan lingkungan.
b. Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan
standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga menyulitkan
guru untuk merancang pembelajaran secara berkelanjutan.
c. Paradigma guru dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-
kurikulum sebelumnya yang lebih pada teacher oriented.
C. Kurikulum Berbasis Masyarakat
1) Pengertian
Kurikulum berbasis masyarakat merupakan kurikulum yang
menekankan perpaduan antara sekolah dan masyarakat guna mencapai
tujuan pengajaran. Kurikulum ini pula memiliki tujuan memberikan
kemungkinan kepada siswa untuk akrab dengan lingkungan dimana mereka
tinggal, mandiri dan bekal keterampilan (Wikipedia).
2) Tujuan kurikulum tersebut adalah:
a. Memperkenalkan siswa terhadap lingkungannya, ikut melestarikan
budaya termasuk kerajinan, keterampilan yang nilai ekonominya tinggi
di daerah tersebut.
b. Membekali siswa kemampuan dan keterampilan yang dapat menjadi
bekal hidup mereka di masyarakat, seandainya mereka tidak dapat
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
c. Membekali siswa agar bisa hidup mandiri, serta dapat membantu orang
tua dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
D. Pembelajaran Konstruktivisme
1) Pengertian
Konstruktivisme berasal dari kata konstruktiv dan isme.
Konstruktiv berarti bersifat membina, memperbaiki, dan membangun.
Sedangkan Isme dalam kamus Bahasa Inonesia berarti paham atau aliran.
Konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri (von
Glaserfeld dalam Pannen dkk, 2001:3).
Tujuan penggunaan pendekatan konstruktivistik dalam
pembelajaran adalah untuk membantu meningkatkan pemahaman siswa
terhadap isi atau materi pelajaran.

2) Kelebihan dan Kelemahan


Pembelajaran dengan Model kontruktivisme memiliki keunggulan antara
lain:
1. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan
menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya,
dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.
2. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang
berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan
kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa.
3. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan
kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk
memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks,
baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi
siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
3) Kelemahan Model Konstruktivisme:
Ada beberapa kendala yang mungkin timbul dalam penerapan teori belajar
dengan pendekatan konstruktivis yaitu:
1. Guru merasa kesulitan memberikan contoh-contoh konkrit dan
realistik dalam proses pembelajaran.
2. Guru tidak ingin berubah dalam menggunakan model pembelajaran.
Guru merasa nyaman dengan model pembelajaran tradisional, yaitu
model ceramah.
3. Guru berpikir bahwa pembelajaran konstruktivisme memerlukan lebih
banyak waktu.
4. Terlalu banyak bidang studi yang harus dipelajari dalam kurikulum.
E. Pembelajaran Akselerasi
1) Pengertian
Model pembelajaran akselerasi adalah model pembelajaran yang
menawarkan cara belajar yang lebih cepat atau dikenal dengan percepatan
belajar. Teknik belajar ini diharapkan bisa membantu anak didik belajar
lebih cepat dari sebelumnya(Wikipedia).
Akselerasi belajar dimungkinkan untuk diterapkan sehingga peserta
didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata dapat menyelesaikan
materi pembelajaran lebih cepat dari masa belajar yang ditentukan. Secara
konseptual pengertian akselerasi sebagai suatu kemajuan yang diperoleh
dalam program pengajaran pada waktu lebih cepat atau usia yang lebih
muda daripada konvensional.
2) Prinsip-prinsip Pembelajaran Akselerasi
Percepatan belajar adalah sebuah konsep pembelajaran yang
berupaya untuk mengoptimsehingga terjadi perolehan, pengorganisasian
dan pengungkapan dan pengetahuan baru. Upaya percepatan belajar dalam
penerapannya didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:

a. Belajar bagaimana belajar (Learning How To Learn) dan belajar


bagaimana berfikir. (Learning How To Think).
b. Belajar harus menyenangkan dan membangun rasa percaya diri.
c. Pengetahuan harus disampaikan dengan pendekatan multi-sensori
dan multi-model dengan menggunakan berbagai bentuk
kecerdasan.
d. Orangtua khususnya dan masyarakat umumnya terlibat
sepenuhnya dalam pendidikan anak-anak.

3) Kurikulum Akselerasi
Kurikulum pada kelas akselerasi tidak jauh berbeda pada kelas
regular pada umumnya hanya pada kelas tersebut terdapat pelayanan
khusus sehingga terdapat pengayaan waktu dan percepatan dalam
menguasai materi. Konsep dasar kurikulum “kurikulum adalah segala
pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh anak
didiknya, baik dilakukukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah”.
Kurikulum yang digunakan akselerasi, “adalah kurikulum nasional yang
standar, namun dilakukan improvisasi alokasi waktu sesuai dengan
tuntutan belajar peserta didik”.
Muatan kurikulum untuk program akselerasi tidak berbeda dengan
kurikulum standar yang digunakan untuk program regular. Perbedaannya
terletak pada penyusunan kembali struktur program pengajaran dalam
alokasi waktu yang lebih singkat. Program akselerasi ini akan menjadikan
kurikulum standar yang biasanya ditempuh siswa SMU dalam tiga tahun
menjadi hanya dua tahun.
4) Kelebihan dan Kekurangan
Southern dan Jones (1991 dalam Hawadi, 2004) menyebutkan beberapa
keuntungan dari dijalankannya program akselerasi bagi anak berbakat:

a. Meningkatkan efisiensi
Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan menguasai
kurikulum pada tingkat sebelumnya akan belajar lebih baik dan lebih
efisien.
b. Meningkatkan efektivitas
Siswa yang terikat belajar pada tingkat kelas yang dipersiapkan dan
menguasai keterampilan-keterampilan sebelumnya merupakan siswa
yang paling efektif.
c. Penghargaan
Siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya
memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya.
d. Meningkatkan waktu untuk karier
Adanya pengurangan waktu belajar akan meningkatkan produktivitas
siswa, penghasilan, dan kehidupan pribadinya.

Melalui program akselerasi ini, siswa diharapkan akan memasuki


dunia profesional pada usia yang lebih muda dan memperoleh
kesempata-kesempatan untuk bekerja produktif (Hawadi, 2004).

5) Kelemahan Akselerasi:
Southern dan Jones (1991) menyebutkan empat hal yang berpotensi negatif
dalam proses akselerasi bagi anak berbakat, yaitu:

a. Segi Akademis
- Bahan ajar yang diberikan terlalu tinggi bagi siswa akseleran.
- Proses akselerasi menyebabkan siswa akseleran terikat pada
keputusan karier lebih dini.
- Siswa akseleran mungkin mengembangkan kedewasaan yang luara
biasa tanpa adanya pengalaman yang dimiliki sebelumnya.
- Pengalaman-pengalaman yang sesuai untuk anak seusianya tidak
dialami oleh siswa akseleran karena tidak merupakan bagian dari
kurikulum.
b. Segi Penyesuaian Sosial
- Siswa akan didorong untuk berprestasi dalam bidang akademiknya
sehingga mereka kekurangan waktu beraktivitas dengan teman
sebaya.
- Siswa akan kehilangan aktivitas sosial yang penting dalam usia
sebenarnya.

F. Pembelajaran Elektronik (e-Learning)


1. Pengertian
e-Learning merupakan proses instruksi atau pembelajaran yang
melibatkan penggunaan peralatan elektronik dalam menciptakan,
membantu perkembangan, menyampaikan, menilai dan memudahkan
suatu proses belajar mengajar dimana pelajar sebagai pusatnya serta
dilakukan secara interaktif kapanpun dan dimanapun.
2. Tujuan
Pembelajaran elektronik mempersingkat waktu pembelajaran dan
membuat biaya studi lebih ekonomis. E-learning mempermudah interaksi
antara peserta didik dengan bahan/materi, peserta didik dengan
dosen/guru/instruktur maupun sesama peserta didik.
3. Kelebihan dan Kekurangan
Keuntungan dari penggunaan e-learning menurut salah satu sumber yaitu:
1. Merupakan media komunikasi yang efektif, cepat dan kredibel untuk
menyampaikan materi elearning dari seorang pakarnya
2. Mencakup area yang luas
3. Peserta memperoleh visualisasi lengkap pembicarannya.
Adapun kekurangan dari sistem pembelajaran E-Learning adalah sebagai
berikut:
1. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial.
2. Proses belajar dan mengajarnya cenderung kearah pelatihan daripada
pendidikan.
3. Berubahnya peran guru dan yang semula menguasai teknik
pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik
pembelajaran yang menggunakan ICT.
4. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung
gagal
5. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini
berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun
komputer).
Perkembangan Kurikulum
SD (Tahun 1975, 1984, 1994)
A. Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien


dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang
manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,”
kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”,
yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci
lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak
dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran.
1. Kelebihan Kurikulum 1975

a. Berorientasi pada tujuan

b. Mengarah pembentukan tingkah laku siswa

c. Relevans dengan kebutuhan masyarakat

d. Menggunakan pendekatan psikolog

e. Menekankan efektivitas dan efisiensi

f. Menekankan fleksibilitas yaitu mempertimbangkan faktor- faktor


ekosistem dan kemampuan penyediaan fasilitas yang menunjang
terlaksananya program.

2. Kelemahan Kurikulum 1975

a. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang


studi dengan kemampuan anak didik
b. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya
di sekolah

c. Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap


jenjang.

d. Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran.

e. Pada kurikulum ini menekankan pada pencapaian tujuan pendidikan


secara sentralistik, sehingga kurang memberi peluang untuk
berkembangnya potensi daerah.

f. Kurikulum ini berorientasi pada guru hal ini membentuk persepsi


bahwa guru yang mendominasi proses pembelajaran, metode-metode
ceramah dan metode dikte menonjol digunakan oleh para guru.

g. Kreativitas murid kurang berkembang karena didukung oleh konsep


kurikulum yang menempatkan guru sebagai subjek dalam melakukan
pembelajaran di kelas

B. Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski


mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum
ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa
ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh
penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R.
Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga
Rektor IKIP Jakarta sekarang Universitas Negeri Jakarta  periode 1984-1992.
Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah
yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan
secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan
CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa
berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak
lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.
1. Kelebihan Kurikulum 1984

a. Kurikulum ini memuat materi dan metode yang disebut secara rinci,
sehingga guru dan siswa mudah untuk melaksanakannya.

b. Prakarsa siswa dapat lebih dalam kegiatan belajar yang ditunjukkan


melalui keberanian memberikan pendapat.

c. Keterlibatan siswa di dalam kegiatan- kegiatan belajar yang telah


berlangsung yang ditunjukkan dengan peningkatan diri dalam
melaksanakan tugas.

d. Anak dapat belajar dari pengalaman langsung langsung.

e. Kualitas interaksi antara siswa sangt tinggi, baik intelektual maupun


sosial.

f. Memasyarakatkan keterampilan berdiskusi yang diperlukan dengan


berpartisipasi secara aktif

2. Kelemahan Kurikulum 1984

a. Akan Tetapi, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA.


Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa
berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok.
b. Adanya ketergantungan pada guru dan siswa pada materi dalam suatu
buku teks dan metode yang disebut secara rinci, sehingga membentuk
guru dan siswa tidak kreatif untuk menentukan metode yang tepat dan
memiliki sumber belajar sangat terbatas.

c. Dapat didominasi oleh seorang atau sejumlah siswa sehingga dia


menolak pendapat peserta lain.

d. Siswa yang pandai akan bertambah pandai sedangkan yang bodoh


akan ketinggalan.

e. Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator, sehingga prakarsa


serta tanggung jawab siswa atau mahasiswa dalam kegiatan belajar
sangat kurang.

f. Diperlukan waktu yang banyak dalam pembelajaran menyebabkan


materi pelajaran tidak dapat tuntas dikuasai siswa.

g. Guru kurang komunikatif dengan siswa.

C. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999


Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-
kurikulum sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum
1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito
menjelaskan. Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik
bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan
nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan
daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan
daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat
juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil,
Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim
Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999.
1. Kelebihan Kurikulum1994

a. Kurikulum berstandar nasional dan memberikan ruang untuk


pengembangan potensi wilayah.
b. Mampu mengadopsi aspirasi berbagai pihak yang berhubungan dengan
isu-isu yang berkembang di masyarakat.
c. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan
masing-masing dengan beberapa alternatif.
d. Terdapat keserasian antara teori dan praktek, sehingga
mengembangkan ketiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor
2. Kelemahan Kurikulum 1994

a. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat.


b. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga
mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil,
Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super pada
c. Pendekatan penguasaan materi (content oriented) memberatkan siswa
d. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan
banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran
e. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan
tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena
kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
f. Kurikulum pendidikan agama tahun 1994 juga lebih menekankan
materi pokok dan lebih bersifat memaksakan target bahan.
Perkembangan Kurikulum
SD (Tahun 2004, 2006, 2013)
A. Kurikulum 2004
Kurikulum 2004 atau KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
KBK merupakan suatu program pendidikan berbasis kompetensi yang
harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi sesuai,
spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan
pencapaian kompetensi, dan pengembangan pembelajaran.
KBK memiliki ciri-ciri yaitu menekankan pada ketercapaian
kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada
hasil belajar dan keberagaman, kegiatan belajar menggunakan pendekatan dan
metode bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber
belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
Karakteristik Kurikulum 2004
- Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal.
- Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
- Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
- Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
- Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
1. Kelebihan Kurikulum 2004
Dalam pembelajaran adanya komunikasi dua arah antara guru dan siswa.
- Pembelajaran berpusat pada siswa.
- Penggunaan pendekatan dan metode yang bervariasi.
- Sumber belajar yang bervariasi.
2. Kelemahan Kurikulum 2004
Kurangnya sumber manusia yang potensial dalam menjabarkan KBK dengan
kata lain masih rendahnya kualitas sorang guru, karena dalam KBK seorang
guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menjalankan pendidikan.
B. Kurikulum 2006
Kurikulum 2006 atau KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

Pada dasarnya sama dengan tahun 2004. Perbedaannya terletak pada


kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari
desentralisasi sistem pendidikan. Disini pemerintah pusat menetapkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar dan guru dituntut mampu mengembangkan
sendiri silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan daerahnya.
Karakteristik:
- Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual,
maupun klasikal.
- Berorientasi pada hasil belajar (learning out comes) dan keberagaman.
- Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
- Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsure edukatif.
- Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
1. Kelebihan Kurikulum 2006
Dalam pembelajaran adanya komunikasi dua arah antara guru dan siswa.
- Pembelajaran berpusat pada siswa.
- Penggunaan pendekatan dan metode yang bervariasi.
- Sumber belajar yang bervariasi.
- Seorang guru benar-benar digerakkan menjadi manusia yang
professional yang menuntut kekereatifitasan.
2. Kelemahan Kurikulum 2006
Minimnya sosialisasi dan kesiapan sarana dan prasarana pendukung
pendidikan dan terutama sekali kesiapan guru dan sekolah untuk menyusun
dan mengembangkan kurikulum sendiri.
C. Kurikulum 2013
Memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan,
dan aspek sikap dan perilaku. Memiliki ciri yaitu dalam materi
pembelajarannya terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang
ditambahkan. Materi yang dirampingkan ada di materi Bahasa Indonesia, IPS,
PPKn, dsb., sedangkan materi yang ditambahkan adalah Matematika.
Kurikulum 2013 merupakan serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap
kurikulum yang telah dirintis 2004 yang berbasis kompetensi lalu diteruskan
dengan kurikulum 2006 (KTSP). Jadi perubahan kurikulum pendidikan suatu
tuntutan yang mau tidak mau harus tetap dilakukan. Kurikulum 2013
diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 juli 2013. Pemberlakuan kurikulum
2013 yaitu pada tahun ajaran 2013-2014 pada sekolah yang ditunjuk
pemerintah, maupun sekolah yang siap melaksanakannya.
1. Kelebihan Kurikulum 2013

a. Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap
pemecahanmasalah yang mereka hadapi di sekolah,
b. Adanya penilaian dari semua aspek meliputi nilai kesopanan, religi,
praktek, sikap dan lain-lain,
c. Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang
telah diintegrasikan ke dalam semua program studi,
d. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan
pendidikan nasional,
e. Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain
sikap, keterampilan, dan pengetahuan,
f. Kurikulum ini sangat tanggap dengan fenomena dan perubahan
social,
g. Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi
seperti sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara proporsional,
h. Mengharuskan adanya remidiasi secara berkala,
i. Sifat pembelajaran sangat kontekstual,
j. Buku dan kelengkapan dokumen disiapkan lengkap oleh pemerintah.
2. Kelemahan Kurikulum 2013

a. Guru banyak salah paham, karena beranggapan dengan kurikulum


2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas,
padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari
guru,
b. Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan
kurikulum 2013 ini,
c. Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan Scientific,
d. Kurangnya keterampilan guru merancang RPP,
e. Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik,
f. Terlalu banyak materi yang dikuasai siswa)
g. Beban belajar siswa dan termasuk guru terlalu berat, sehingga waktu
belajar di sekolah terlalu lama.
Produk Pengembangan
Kurikulum
A. Produk Pengembangan Kurikulum
Dalam melaksanakan kurikulum sekolah dasar, tentu saja guru perlu
memperhatikan beberapa pedoman agar lebih terarah dalam pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Pedoman tersebutlah yang merupakan produk atau hasil
pengembangan kurikulum secara makro yang telah dirumuskan oleh tim
pengembang kurikulum dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Produk
pengembangannya antara lain yaitu :
1. Landasan Kurikulum.
Landasan kurikulum biasanya dijadikan bagian pertama yang
diuraikan dalam setiap dokumen kurikulum, termasuk kurikulum sekolah
dasar. Sebagai sutu rancangan/program, kurikulum menempati
posisi/kedudukan yang sangat strategis dalam keseluruhan kegiatn
pendidikan. Secara umum paling tidak terdapat beberapa aspek pokok yang
mendasari pengembangan kurikulum, diantaranya landasan filosofis,
psikologis, sosial budaya dan pengembangan ilmu pengetahuan/teknologi.
2. Tujuan dan Program.
Produk dari pengembangan kurikulum berikutnya yaitu tujuan
dan program. Tujuan tersebut akan menggambarkan kualitas manusia
yang diharapkan dapat terbina dari suatu proses pendidikan. Suatu tujuan
memberikan petunjuk mengenai arah perubahan yang dicita-citakan dari
suatu kurikulum yang sifatnya harus merupakan sesuatu yang final.
Tujuan memberikan pegangan apa yang harus dilakukan, bagaimana cara
melakukannya, dan merupakan patokan untuk mengetahui hingga mana
tujuan itu telah dicapai. Tujuan yang jelas akan memberi petunjuk yang
jelas pula terhadap pemilihan isi/content, strategi dan media
pembelajaran, serta prosedur dan alat evaluasi.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Pusat Kurikulum
(2002) mengemukakan bahwa tujuan penyelenggaraan SD adalah untuk
menghasilkan lulusan yang mempunyai dsar-dasar karakter, kecakapan,
keterampilan dan pengetahuan yang memadai untuk mengembangkan
potensi dirinya secara optimal sehingga memiliki ketahanan dan
keberhasilan dalam pendidikan lanjutan atau dalam kehidupan yang selalu
berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Penyelenggaraan SD
ditujukan untuk :
1) Menanamkan dasar-dasar perilaku berbudi pekerti dan berakhlak
mulia.
2) Menumbuhkan dasar-dasar kemahiran membaca, menulis, dan
berhitung.
3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalh dan
kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif.
4) Menumbuhkan sikap toleran, tanggung jawab, kemandirian, dan
kecakapan emosional.
5) Memberikan dasar-dasar keterampilan hidup, kewirausahaan, dan
etos kerjamembentuk rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air
Indonesia.
B. Program Pembelajaran
Pembelajaran dewasa ini umumnya guru-guru hanya dituntut untuk
menyusun dua macam program pembelajaran yaitu program untuk jangka
waktu yang panjang (program caturwulan/semester) dan program untuk
jangka waktu yang singkat untuk setiap pokok bahasan (persiapan mengajar).
Kedua program pembelajaran tersebut mengacu kepada GBPP pada setiap
mata pelajaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian dapat digambarkan,
sebagai berikut:

GBPP

PROGRAM CATUR WULAN/


SEMESTER

PERSIAPAN
MENGAJAR

PROSES
PEMBELAJARAN
Gambar 1.1Kaitan Program dan Proses Pembelajaran
1. Persiapan Mengajar
Setelah menyusun Program Caturwulan/Semester, program
pembelajaran selanjutnya adalah Program Pembelajaran jangka pendek
yang disebut Persiapan Mengajar. Untuk pegangan mengajar jangka
pendekseperti program untuk setiap pokok bahasan atau komponen
dasa guru harus membuat program pembelajaran yang disebut
Persiapan mengajar. Unsur-unsur yang terkandung dalam persiapan
menajar menurut kurikulum 1994 meliputi, sebagai berikut :
a. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus).
b. Pokok-pokok materi yang disajikan..
c. Kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan..
d. Media, alat, serta sumber bahan yang digunakan.
e. Cara evaluasi yang akan ditempuh yang dilengkapi dengan alat
evaluasi.
Langkah-langkah umum dalam menyusun Persiapan Mengajar :
1) Perumusan Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) atau Kompetensi
Dasar.
2) Perumusan Tujuan Khusus (TPK) atau Indikator Pencapaian
Hasil Belajar.
3) Perumusan Prosedur dan Alat Evaluasi.
4) Penentuan Materi /Bahan Ajar.
5) Perumusan Kegiatan Pembelajaran.

Contoh Bentuk Naratif

PERSIAPAN MENGAJAR

Mata Pelajaran : ………………………………


Pokok Bahasan : ………………………………
Subpokok Bahasan : ……………………………….
Kelas/Caturwulan : ……………………………….
Waktu : ……………………………….

I.   TUJUAN (Kompetensi)


a.   Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) atau Kompetensi Dasar
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
b.  Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) atau Indikator Pencaaian Hasil
Belajar.
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
II. MATERI PELAJARAN
…………………………………………………………………
……
…………………………………………………………………
………………………………………………………………………
……
III. KEGIATAN PEMBELAJARAN
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
IV. ALAT, MEDIA DAN SUMBE
………………………………………………………………………
……………………………………………………………………..
…………………………………………………………………

Rangkuman Produk Pengembangan Kurikulum SD

a. Produk pengembangan kurikulum SD secara makro terdiri atas: landasan,


tujuan, dan program, garis-garis besar program pengajaran(GBPP) serta
pedoman pelaksanaan dan penilaian.
b. Kurukulum dalam pengembangannya selalu membutuhkan landasan-
landasan yang kokoh dan kuat serta didasarkan atas hasil-hasil pemikiran
dan penelitian yang mendalam sebab kurikulum pada hakikatnya merupakan
rancangan atau program yang menempati posisi/kedudukan sangat strategis
dalam keseluruhan kegiatan pendidikan. Kurikulum SD disusun dalam
rangkamencapai tujuan pendidikan nasional dan berlandaskan: tahap
perkembangan siswa, kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan
pembangunan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
menekankan kemampuan dan ketrampilan dasar “Baca-Tulis-Hitung” yang
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Tujuan pendidikan menggambarkan kualitas manusia yang diharapkan
terbiana dari suatu proses pendidikan. Tujuan Pendidikan dasar adalah
memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga
Negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk
mengikuti pendidikan menengah. Untuk mencapai tujuan tersebut disusunlah
berupa seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran. Isi kurikulum pendidikan dasar yang tertera dalam
Pasal 39 ayat 2 dan 3 , Undang-undang No.2 Tahun 1989 dan Pasal 14 ayat 2
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990.
d. GBPP adalah produk utama pengembangan kurikulum yang memuat semua
komponen minimal kurikulum sebagai rencana tertulis( tujuan yang ingin
dicapai, materi/pokok bahasan yang harus disajikan, proses/strategi
pembelajaran yang digunakan, alat evaluasi untuk mengukur ketercapaian
tujuan, distribusi materi dalam caturwulan/semester dan kelas)
e. Pedoman pelaksanaan dan evaluasi merupakan acuan dalam melaksanakan
kurikulum dan mengadakan penilaian di sekolah dasar yang mencakup
ketentuan mengenai: waktu belajar, system guru, perencanaan kegiatan
pembelajaran, bahasa pengantar, system pembelajaran, bimbingan belajar
dan bimbingan karier serta penilaian.
Menganalisis Kurikulum 2013
sesuai (SK, KI, KD, Indikator,
Tujuan Pembelajaran)
A. Pengertian Kurikulum 2013
Kurikulum menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 19 adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pengembangan kurikulum 2013
merupakan langkah lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006. Penyempurnaan pola
pikir perumusan kurikulum 2004 dan KTSP 2006 dengan kurikulum 2013
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013


Standar Kompetensi Lulusan Standar Kompetensi Lulusan
1.
diturunkan dari Standar Isi. diturunkan dari kebutuhan
Standar Isi dirumuskan berdasarkan Standar Isi diturunkan dari
Tujuan Mata Pelajaran (Standar Standar Kompetensi Lulusan
Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) melalui Kompetensi Inti yang
2.
yang dirinci menjadi Standar bebas mata pelajaran
Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran.
Pemisahan anatar mata pelajaran Semua mata pelajaran harus
pembentuk sikap, pembentuk berkontribusi terhadap
3.
keterampilan, dan pembentuk pembentukkan sikap,
pengetahuan. keterampilan, dan pengetahuan.
Kompetensi diturunkan dari mata Mata pelajaran diturunkan dari
4.
pelajaran. kompetensi yang ingin dicapai.
Mata pelajaran lepas satu dengan yang Semua mata pelajaran diikat
5. lain, seperti sekumpulan mata oleh kompetensi inti (tiap
pelajaran terpisah. kelas).
Sumber: Materi Uji Publik Kurikulum 2013
  Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis kompetensi dan
karakter (competency and character based curriculum). Kurikulm berbasis
dan hard skills peserta didik dapat tercapai sehingga peserta didik mampu
secara mandiri kompetensi merupakan kurikulum yang dirancang baik dalam
bentuk dokumen, proses, maupun penilaian didasarkan pada pencapaian
tujuan, konten dan bahan pelajaran serta penyelenggaraan pembelajaran yang
didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan. Sementara itu, kurikulum
berbasis karakter merupakan kurikulum yang dirancang untuk mengarahkan
pembentukkan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh,
terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap
satuan pendidikan. Dengan demikian, melalui pengembangan dan pelaksanaan
kurikulum 2013, diharapkan keseimbangan antara soft skills meningkatkan
dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud
dalam perilaku sehari-hari.

B. Standar Kompetensi Kurikulum 2013

Standar Kompetensi mata pelajaran adalah deskripsi pengetahuan,


keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa mempelajari mata
pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu pula. Menurut Abdul
Majid Standar kompetensi merupakan kerangka yang menjelaskan dasar
pengembangan program pembelajaran yang terstruktur. Pada setiap mata
pelajaran, standar kompetensi sudah ditentukan oleh para pengembang
kurikulum, yang dapat kita lihat dari standar isi.

C. Kompetensi Inti Pada Kurikulum 2013


Berdasarkan PP No. 32 Tahun 2013, kompetensi inti merupakan tingkat
kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki
seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program yang menjadi
landasan pengembangan kompetensi dasar.
Kompetensi inti yang dimaksud mencakup: sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan yang berfungsi sebagai pengintegrasi muatan
pembelajaran, mata pelajaran atau program dalam mencapai Standar
Kompetensi Lulusan.
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam
bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu.
Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara
pencapaian hard skills dan soft skills.
Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising
element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, kompetensi inti
merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal
kompetensi dasar. Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah keterkaitan
antara konten kompetensi dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke
kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu
akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta
didik. Sementara itu, organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten
kompetensi dasar satu mata pelajaran dengan konten kompetensi dasar dari
mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang
sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.

Kompetensi Inti Deskripasi Kompetensi


Sikap Spiritual Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama
yang dianutnya.
Sikap Sosial Menunjukkan perilaku:
1. Jujur
2. Disiplin
3. Percaya diri
4. Peduli
5. Bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan
keluarga, teman, guru, tetangga, dan Negara.
Pengetahuan Memahami pengerahuan factual, konseptual, procedural,
dan metakognitif dengan cara:
1. Mengamati
2. Menanya, dan
3. Mencoba
Berdasarkan rasa ingin tau tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatan, dan benda-benda yang
dijumpainya dirumah, di sekolah, dan di tempat
bermain.
Keterampilan Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak:
1. Kreatif
2. Produktif
3. Kritis
4. Mandiri
5. Kolaboratif
6. Komunikatif
Dalam bahasa yang jelas, sistemati, logis, dan kritis
dalam karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap
perkembangannya.
D. Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk
setiap kelas yang diturunkan dari kompetensi inti. Kompetensi dasar adalah
konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan
yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik.
Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik
peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.
Mata pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi
bersifat terbuka dan tidak selalu diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu
yang sangat berorientasi hanya pada filosofi esensialisme dan perenialisme.
Mata pelajaran dapat dijadikan organisasi konten yang dikembangkan dari
berbagai disiplin ilmu atau non disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut
filosofi rekonstruksi sosial, progresif atau pun humanisme. Oleh karena
filosofi yang dianut dalam kurikulum adalah eklektik maka nama mata
pelajaran dan isi mata pelajaran untuk kurikulum yang akan dikembangkan
tidak perlu terikat pada kaedah filosofi esensialisme dan perenialisme.
Contoh penurunan kompetensi dasar dari kompetensi inti dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
E. Indikator Pada Kurikulum 2013
Pada kurikulum 2013 terdapat Indikator pencapaian kompetensi yang
merupakan pengukur sikap peserta didik melalui observasi untuk
menunjukkan ketercapain kompetensi dasar. Indikator pencapaian
dikembangkan berdasarkan pada kompetensi dasar dengan menggunakan kata
kerja operasional (KKO). Berikut ini table daftar KKO

No Ranah Kata kerja Indikator pencapaian kompetensi


kompetensi oprasional
1. pengetahuan mengingat Menyebutkan macam-macam
tumbuhan
2. pengetahuan memahami Menjelaskan nilai-nilai pancasila yang
terkandung dalam sila ketuhanan yang
maha esa dan sila kemanusiaan yang
adil dan beradab
3. pengetahuan menerapkan Menuliskan ciri-ciri teks investigasi
4. Pengetahuan Menganalisi Menentukan hasil operasi hitung yang
melibatkan berbagai bentuk pecahan
5. Pengetahuan Mengevaluasi menentukan hasil operasi hitung yang
melibatkan berbagai bentuk pecahan
6. Keterampilan Mencoba Mencari, mengolah informasi, serta
membuat kesimpulan dan kondisi
geografis, serta pengeruhnya bagi
kehidupan sosial budaya dalam bentuk
laporan hasil pengamatan.
7. Keterampilan Menciptakan Berkteasi mengolah umbi dengan cara
sederhana menjadi satu makanan
8. Keteramplan Menyajikan Menyajikan kreasi hasil pengolahan
makanan kegiatan pameran secara
sederhana

Table di atas menunjukkan bahwa KKO di ambil dari teori Taksonomi


Bloom yang direvisi di dalamnya menunjukkan kepada 8 fase dalam belajar
harus diterapkan seperti: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, mencoba, menciptakan, dan menyajikan.
F. Tujuan Pembelajaran pada kurikulum 2013
Tujuan pembelajaran dirumuskan setelah perumusan indikator. Dalam
kurikulum 2013, tujuan pembelajaran wajib memuat empat hal pokok yang
terdiri dari:
1) Audience (peserta didik) yaitu untuk siapa tujuan tersebut dimaksudkan,
2) Behavior (perilaku) yaitu kemampuan yang harus ditampilkan siswa,
3) Condition yaitu seperti apa perilaku atau kemampuan yang akan diamati,
dan
4) Degree yaitu keterampilan yang dicapai dan diukur.
Penyebutan keempat istilah tersebut sering disingkat dengan A, B, C,
dan D. Dengan adanya Condition (proses) inilah yang membedakan
perumusan antara indikator dan tujuan pembelajaran.
Strategi Pembelajaran dalam
K13
A. Deskripsi Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013
Secara prinsip, kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi
mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup
dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan
hidup umat manusia
Di dalam pembelajaran K-13, peserta didik mengkonstruksi pengetahuan
bagi dirinya. Bagi peserta didik, pengetahuan yang dimilikinya bersifat
dinamis, berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup
dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang
bersifat konkret menuju abstrak.
Proses pembelajaran terjadi secara internal pada diri peserta didik. Proses
tersebut mungkin saja terjadi akibat dari stimulus dalam diri peserta didik dan
stimulus luar yang diberikan guru, teman, lingkungan. Dalam proses
pembelajaran, guru perlu mengembangkan kedua stimulus pada diri peserta
didik. Selain itu, guru menyediakan pengalaman belajar bagi peserta didik.
Pengalaman belajar tersebut semakin lama semakin meningkat menjadi
kebiasaan belajar mandiri dan ajeg sebagai salah satu dasar untuk belajar
sepanjang hayat (life long education) untuk mengembangkan sikap,
pengetahuan dan keterampilan.

B. Unsur Penting Strategi Pembelajaran


Berikut ini beberapa pengertian strategi pembelajaran menurut para ahli:
1. Menurut David, menyatakan bahwa Strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
2. Menurut Sanjaya, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan
(rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang digunakan untuk
memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
3. Menurut Gafar, strategi instruksional/pembelajaran terdiri atas semua
komponen materi (paket) pengajaran dan prosedur yang akan digunakan
untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan instruksional tertentu.

Jika dicermati, pengertian strategi pembelajaran di atas, dapat disimpulkan


bahwa strategi pembelajaran adalah suatu rencana pendekatan, teknik, metode
dan perangkat pembelajaran lainnya yang sudah dipertimbangkan untuk
mencapai tujuan pebelajaran secara efektif. Adapun komponen atau unsur-
unsur penting strategi pembelajaran dalam kurikulum 2013 mencakup:

1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan merupakan sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada
peserta didik. Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku
atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran. Nana Syaodih Sukmadinata
mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu:
a. Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar
mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan
belajarnya secara lebih mandiri
b. Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar
c. Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media
pembelajaran
d. Memudahkan guru mengadakan penilaian
2. Materi Pembelajaran / Bahan  Pelajaran
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam
rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara
terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta,
konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
3. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajarandapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Terdapat pula jenis-
jenis dan macam-macam pendekatan pembeljaran sebagai berikut :
a. Jenis-jenis pendekatan pembelajaran
1) Pendekatan teacher centered
Pada pendekatan ini, pembelajaran berpusat pada Guru sebagai
seorang ahli yang memegang kontrol selama prosespembelajaran
dalam aspek organisasi, materi, dan waktu.
2) Pendekatan student centered
Pendekatan student centered mendorong siswa untuk mengerjakan
sesuatu sebagai pengalaman praktik dan membangun makna atas
pengalaman yang diperolehnya.
b. Macam-macam pendekatan pembelajaran
1) Pendekatan kontekstual (CTL)
Yaitu pendekatan pembelajaran yang mengaitkan materi
pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa sehingga hasil
belajar dapat lebih bermakna bagi siswa, karena siswa dapat
mengaplikasikan hasil belajarnya dalam kehidupan mereka dalam
jangka panjang.
2) Pendekatan Ekspositori
Dalam pendekatan ekspositori sumber belajar dapat menyampaikan
materi sampai tuntas, artinya pembelajaran dilaksanakan secara
holistik dan tidak khusus.
3) Pendekatan Induktif
Pengajaran berawal dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus
kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu kesimpulan, prinsip
atau aturan yang spesifik.
4) Pendekatan Deduktif
Deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari pernyataan yang
bersifat umum kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus
(Busrah, 2012, hlm. 5).
5) Pendekatan Kontruktivisme
Dalam kelas kontruktivis seorang guru tidak mengajarkan kepada
anak bagaimana menyelesaikan persoalan, namun
mempresentasikan masalah dan mendorong siswa untuk
menemukan cara mereka sendiri dalam meyelesaikan permasalahan.
6) Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Dalam pendekatan ini siswa didorong untuk memperoleh
pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang
sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang
bersifat tidak rutin atau jarang ditemui (masih belum dikuasai).
7) Pendekatan Open-Ende
Siswa dihadapkan pada open-ended tujuan utamanya bukan untuk
mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara
bagaimana sampai pada suatu jawaban.
8) Pendekatan Saintifik
Adalah proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik
secara aktif mengonstruksi konsep, prosedur, hukum atau prinsip
melalui tahapan saintifik, yakni: mengamati; merumuskan masalah;
mengajukan/merumuskan hipotesis; mengumpulkan data;
menganalisis data; menarik kesimpulan; mengomunikasikan.
9) Pendekatan Inquiry (Inkuiri)
Adalah pendekatan yang berusaha untuk memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk belajar melalui penyingkapan atau
penyelidikan terhadap suatu permasalahan.
4. Model Pembelajaran
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran.

a. Model Pembelajaran Inquiry


Menggunakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
proses berpikir secara kritis serta analitis kepada peserta didik agar
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan secara mandiri melalui penyelidikan ilmiah.
b. Model Pembelajaran Kontekstual
Merupakan model dengan konsep belajar yang membuat guru untuk
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata.
c. Model Pembelajaran Ekspositori
Ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan pada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada
kelompok peserta didik supaya peserta didik dapat menguasai materi
secara optimal.
d. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang
menekankan para proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara
ilmiah.
e. Model Pembelajaran Kooperatif
Adalah kerangka konseptual rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
f. Model Pembelajaran Project Based Learning
Adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan
nyata sebagai inti pembelajaran dengan melakukan eksplorasi,
penilaian, interpretasi, sintetis, dan pengolahan informasi lainnya
untuk menghasilkan berbagai bentuk belajar yang beragam.
g. Model Pembelajaran PAIKEM
Merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan
Menyenangkan. Pembelajaran ini dirancang agar membuat anak lebih
aktif mengembangkan kreativitas.
h. Model Pembelajaran Tugas Terstruktur
Menekankan pada penyusunan tugas terstruktur yang wajib
diselesaikan oleh peserta didik guna mendalami dan memperluas
penguasaan materi yang sesuai dengan materi pembelajaran yang
sudah dikaji.
i. Model Pembelajaran Portofolio
Menitikberatkan pada pengumpulan karya terpilih dari satu kelas
secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat
kebijakan untuk memecahkan masalah.
j. Model Pembelajaran Tematik
Merupakan pembelajaran dengan suatu kegiatan pembelajaran yang
mengintegrasikan materi beberapa pelajaran dalam satu tema/topik
pembahasan sesuai dengan kebutuhan lingkungan peserta didik yang
akan menjadi lahan dunia nyata bagi dirinya.
5. Metode Pembelajaran
Metode adalah cara yang digunakan oleh pengajar dalam
menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta didik dalam mencapai
tujuan pembelajaran dan komponen yang juga mempunyai fungsi yang
sangat menentukan. Berikut ini adalah beberapa metode pembelajaran:

a. Metode Konvensional/ metode ceramah


Metode pengajaran dengan cara berceramah atau menyampaikan
informasi secara lisan kepada siswa.
b. Metode Diskusi
Merupakan metode pengajaran yang erat hubungannya dengan belajar
pemecahan masalah.
c. Metode Demostrasi
Metode demonstrasi digunakan pada pengajaran dengan proses yaitu
menggunakan benda atau bahan ajar pada saat pengajaran.
d. Metode Ceramah Plus
Yaitu sistem pengajaran dengan menggunakan ceramah lisan dan
disertai metode lainnya.
e. Metode Resitasi
Merupakan metode mengajar dengan siswa diharuskan membuat
resume tentang materi yang sudah disampaiakan guru, dengan
menuliskannya pada kertas dan menggunakan bahasa sendiri.
f. Metode Percobaan atau Eksperimen
Merupakan metode pengajaran dengan menggunakan action berupa
praktikum atau percobaan lab.
g. Metode Karya Wisata
Adalah suatu metode mengajar dengan memanfaatkan lingkungan,
lokasi, atau tempat- tempat yang memiliki sumber pengetahuan bagi
siswa.
h. Metode Latihan Keterampilan
Merupakan metode mengajar dengan melatih keterampilan siswa atau
soft skill dengan cara membuat, merancang, atau memanfaatkan
sesuatu.
i. Metode Pemecahan Masalah (Problem Based Learning)
Metode PBL ini dilakukan dalam kelas kecil, siswa diberikan kasus
untuk menstimulasi diskusi kelompok.
j. Metode Perancangan
Merupakan metode mengajar dengan merangsang siswa untuk mampu
menciptakan atau membuat suatu proyek yang akan dipraktekkan atau
akan diteliti.
k. Role Playing/ Berbagi peran
Metode pembelajaran dengan role playing yaitu dengan metode drama
atau peran. Metode ini dengan melibatkan siswa dalam berakting
sebagai suatu karakter dalam suatu situasi tertentu dan menunjukkan
respon yang seharusnya dilakukan.
l. Debat
Debat merupakan metode pembelajaran dengan mengadu argumentadi
antara dua pihak atau lebih baik perorangan maupun kelompok.
6. Alat atau Media
Alat atau media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses
belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan
pebelajar  sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Adapun
jenis-jenis media pembelajaran sebagai berikut:
a. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
b. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan
sejenisnya
c. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan
sejenisnya
d. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR),
komputer dan sejenisnya.
7. Kegiatan Pembelajaran
Tahapan pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam proses pembelajaran K-13,
strategi-strategi tersebut (kegiatan pendahuluan, inti, penutup) harus
dilakukan dengan pendekatan ilmiah (scientific approach) dan bernuansa
tematik.
a. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, hal-hal yang perlu dilakukan guru
adalah sebagai berikut:
1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran;
2) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah
dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari;
3) Mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas
yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan
menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai;
4) Menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang
kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan
permasalahan atau tugas.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan,
yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang meliputi proses
observasi, bertanya, mengumpulkan informasi, asosiasi/ analisis, dan
komunikasi. Untuk pembelajaran yang berkenaan dengan KD yang
bersifat prosedur untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar
peserta didik dapat melakukan pengamatan terhadap pemodelan/
demonstrasi oleh guru atau ahli, peserta didik menirukan, selanjutnya
guru melakukan pengecekan dan pemberian umpan balik, dan latihan
lanjutan kepada peserta didik.
c. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik
dan/ atau sendiri membuat rangkuman/ simpulan pelajaran, melakukan
penilaian dan/ atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut
dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan
konseling dan/ atau memberikan tugas baik tugas individual maupun
kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan
rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
8. Sumber pengajaran
Menurut (Drs. Udin Sari Winataputra, M.A dan Drs Rustana Adiwinata,
1991 : 165) yang dimaksud dengan sumber bahan belajar adalah segala
sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran
terdapat atau asal untuk belajar seseorang. Macam-macam Sumber-sumber
belajar sebagai berikut :
a. Manusia (dalam keluarga, sekolah dan masyarakat)
b. Buku / perpustakaan/ bahan materi
c. Media massa (majalah, surat kabar, radio, tv, dll)
d. Alam lingkungan
e. Alat pengajaran atau perlengkapan ( buku pelajaran, peta, gambar, kaset,
tape,papan tulis, kapur , spidol, dll)
f. Museum (Tempat penyimpanan benda-benda kuno)
g. Aktivitas yang meliputi : pengajaran berprogram, simulasi, karyawisata,
sistem pengajaran modul.
9. Penilaian
Ada 3 hal yang perlu diperhatikan sehingga penilaian menjadi bermakna
yaitu ketika penilaian:
a. Memilki ciri secara signifikan
b. Memilki kriteria, prosedur, dan rubrik yang jelas dan dipahami oleh
semua pemangku kepentingan (stakeholder)
c. Memberikan hasil-hasil yang menyediakan arah/ petunjuk yang jelas
untuk peningkatan kualitas pengajaran dan belajar.
10. Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam sistem proses
pembelajaran. Evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihat keberhasilan
siswa dalam proses pembelajaran, tetapi juga berfungsi sebagai umpan
balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran. Melalui
evaluasi kita dapat melihat kekurangan dalam pemanfaatan berbagai
komponen sistem pembelajaran.
Pengertian dari evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-
luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa
guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat
mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.
C. Generalisasi Strategi Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Secara sederhana, strategi pengajaran merupakan siasat/taktik yang harus
dipikirkan/direncanakan guru untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan. Pada dasarnya pendekatan, metode, teknik, model dan unsur-unsur
lainnya merupakan satu kesatuan yang mendukung strategi pembelajaran.
Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menyusun strategi
pembelajaran pada kurikulum 2013 sebagai berikut:
 Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni
perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
 Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang
dipandang paling efektif.
 Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur,
metode dan teknik pembelajaran.
 Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau
kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Penyusunan strategi pembelajaran tidak hanya harus memahami komponen
atau unsur-unsurnya tetapi juga perlu disesuaikan dengan karakteristik siswa
dan sarana yang tersedia. Setiap seorang guru wajib untuk memahami hal
tersebut dengan begitu strategi pembelajaran dapat menciptakan keefektifan
proses pembelajaran dan dapat terwujud tujuan pembelajaran.
Mengevaluasi Kurikulum
A. Pengertian dan Peranan Evaluasi Kurikulum

Evaluasi kurikulum dimaksudkan suatu proses mempertimbangkan untuk


memberi nilai dan arti terhadap suatu kurikulum tertentu. Adapun dengan hal
yang dimaksud dengan kurikulum adalah rencana untuk yang mengatur
tentang isi dan tujuan pendidikan serta cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Dengan kata lain dalam konteks ini adalah
kurikulum sebagai sebuah dokumen atau kurikulum tertulis.

Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir,


proses tersebut meliputi orientasi, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Merujuk pada hal tersebut maka, dalam konteks pengembangan kurikulum,
evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pengembangan
kurikulum itu sendiri. Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti suatu
kurikulum, sehingga dapat dijadikan baha pertimbangan apakah suatu
kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, atau hanya menyempurkan bagian-
bagian tertentu saja.

B. Evaluasi terhadap Program Penilaian

Komponen yang keempat yang harus dijadikan sasaran penilaian terhadap


kurikulum sebagai suatu program adalah evaluasi terhadap program penilaian.
Beberapa kriteria yang dapat dijadikan acuan adalah:

a. Apakah program evaluasi relevan dengan tujuan yang ingin dicapai.


Tujuan merupakan inti dari suatu program kurikulum keberhasilan
kurikulum pada dasarnya adalah keberhasilan mencapai tujua kurikulum
itu sendiri. Oleh sebab itu, program evaluasi perlu diuji kerelevannya
dengn tujuan yang ingin dicapai.
b. Apakah evaluasi diprogramkan untuk mencapai fungsi evaluasi baik
sebagai formatif maupun fungsi sumatif.
Evaluasi yang dirumuskan bukanlah evaluasi yang ada sekedar untuk
melihat keberhsilan siswa saja yang kemudian dinmakan evaluasi
belajar, akan tetapi juga perlu diuji evaluasi yang dapat menguji
keberhsilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Kedua
fungsi ini sangat pentig, evaluasi hasil belajar dapat mengukur sejauh
mana siswa dapat mencapai target kurikulum yang kemudin memiliki
arti untuk melihat kedudukan siswa dalam kelompoknya, sedangkan
melaluli evaluasi proses dapat dijadikan umpan balik bagi guru dalam
menentukan keberhasilan kinerjanya sehingga guru dapat memerbaiki
kelemahan dalam mengajar.
c. Apakah program evaluasi yang direncanakan mudah dibaca dan
dipahami oleh guru.
Alat evaluasi beserta pedoman pengolahnya harus dapat dibaca oleh
guru, sehingga memungkinkan guru menjadikannya sebagai pedoman.
Pedoman evaluasi dapat memberikan petunjuk bagi guru untuk
memnentukan tingkat penguasaan dan pencapaian kompetensi yang
pada akhirnya dapat menentukan kriteria kelulusan untuk setiap siswa.
d. Apakah program evaluasi mencakup semua aspek perubahan perilaku.
Evaluasi yang baik bukan hanya mengukur kemampuan siswa dalam
aspek tertentu saja, akan tetapi harus mengukur semua aspek baik
kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Program evaluasi yang hanya
mengukur salah satu aspek dapat menyebabkan keberhasilan pencapaian
tujuan pendidikan tidak optimal.

Sedangkan menurut Permendikbud No.81A tahun 2013 tentang


implementasi kurikulum, evaluasi kurikulum mencakup:
 Evaluasi reflektif dilakukan dalam suatu proses diskusi intensif dalam
kelompok pengembang kurikulum (tim pengarah dan tim teknis) dan tim
nara sumber secara internal. Evaluasi reflektif tersebut dilaksanakan
melalui diskusi mengenai landasan filosofi, teoritik, dan model yang
digunakan dalam pengembangan kurikulum. Landasan filosofi yang
digunakan adalah pemikiran yang bersifat eklektik yang berakar dari
filosofi perenialisme, esensialisme, progresivisme, rekonstruksi sosial,
dan humanisme dinyatakan sebagai landasan filosofi yang dipilih
sebagai landasan dan kerangka pengembangan kurikulum. Dengan
pandangan filosofis yang bersifat eklektik tersebut kurikulum
dikembangkan dengan tetap berakar pada nilai dan moral Pancasila
untuk mewarisi keunggulan bangsa, menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia dan bangsa,
mengembangkan potensi, bakat, dan minat peserta didik, dan
memberikan kontribusi pada upaya pembangunan masyarakat, bangsa
dan negara dalam menghadapi tantangan kehidupan abad ke 21.
Desain kurikulum mengalami perubahan. Perubahan ini
diyakini lebih memperkuat konsep kurikulum yang berbasis kompetensi,
dan memperkuat organisasi vertikal (antar tingkat satuan pendidikan)
dan horizontal (antarmuatan atau mata pelajaran) kurikulum.
Keterkaitan konten kurikulum secara horizontal dan vertikal dilakukan
melalui Kompetensi Inti (KI). Untuk memastikan bahwa disain
kurikulum ini mampu menjawab berbagai tantangan abad ke 21,
diperlukan evaluasi konseptual dilihat dari koherensi ide dengan
kenyataan. Review dan revisi terhadap Kompetensi Dasar (KD) yang
menjadi konten/kompetensi kurikulum dilakukan segera setelah KD
selesai dikembangkan dan umpan balik untuk revisi segera diberikan.
Evaluasi terhadap kesesuaian konten dengan tahap perkembangan
psikologi anak dilakukan oleh para ahli psikologi anak dan psikologi
pendidikan terutama untuk konten kurikulum SD. Perumusan ulang dan
penyederhanaan KD-SD yang telah dikembangkan tim dilakukan untuk
memberikan kepastian mengenai kesuaian antar materi kurikulum
dengan kemampuan kognitif, sosial, dan afektif peserta didik SD. Di
SMP dan SMA/SMK yang peserta didiknya telah memasuki tahap
kemampuan berpikir formal, evaluasi terhadap konten kurikulum
dilakukan oleh para ahli dalam bidang materi pelajaran. Evaluasi
menghasilkan berbagai penyesuaian KD terhadap KI dan keterkaitan
antara satu KD dengan KD lainnya. Hasil dari evaluasi ini memberikan
keyakinan akan organisasi horizontal dan tata urutan konten
kurikulum.Evaluasi terhadap kesinambungan konten antara satu kelas
(tahun) dengan kelas lainnya dilakukan secara terbuka. Hasil evaluasi
menjadi dasar untuk perubahan beberapa KD yang dianggap terlalu
tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan kelas sebelumnya.
Pelaksanaan evaluasi sangat intensif dan dilakukan secara internal
dalam pertemuan antartim pengembang. Evaluasi keterkaitan antara
KD-SD dengan KD-SMP dan KD-SMP dengan KD-SMA dilakukan
dengan menempatkan KD-SD sebagai dasar untuk mengembangkan
KD-SMP dan KD-SMP sebagai dasar untuk mengembangkan KD-
SMA. Evaluasi kesesuaian dilakukan secara terbuka dalam proses
pengembangan kurikulum.
Evaluasi oleh tim eksternal dilakukan dengan mengundang para pakar
dari 12 perguruan tinggi yang memiliki Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK). Temuan dari tim eksternal langsung
dikomunikasikan kepada tim teknis pengembang. Masukan dari tim
eksternal merevisi berbagai KD yang telah dirumuskan dan hasil
rumusan tersebut dianggap final.
 Evaluasi dokumen kurikulum mencakup kegiatan penilaian terhadap:
- Dokumen kurikulum setiap satuan pendidikan atau program
pedidikan (kerangka dasar dan struktur kurikulum);
- Dokumen kurikulum setiap mata pelajaran (silabus);
- Pedoman implementasi kurikulum (pedoman penyusunan dan
pengelolaan KTSP, pedoman umum pembelajaran, pedoman
pengembangan muatan lokal, dan pedoman kegiatan
ekstrakurikuler);
- Buku teks pelajaran;
- Buku panduan guru; dan
- Dokumen kurikulum lainnya
 Evaluasi dilakukan untuk mengkaji ketersediaan, keterpahaman, dan
kemanfaatan dari dokumen tersebut dilihat dari sisi/kelompok pengguna
Evaluasi implementasi kurikulum dilakukan untuk mengkaji
keterlaksanaan dan dampak dari penerapan kurikulum pada tingkat
nasional, daerah, dan satuan pendidikan. Pada tingkat nasional
mencakup penilaian implementasi kurikulum secara nasional. Pada
tingkat daerah penilaian implementasi kurikulum mencakup kajian
pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan muatan lokal oleh
pemerintah daerah. Sedangkan pada tingkat satuan pendidikan evaluasi
dilakukan pada tingkat satuan pendidikan. Evaluasi implementasi
kurikulum pada tingkat nasional mencakup kajian kebijakan dalam
penyiapan dan distribusi dokumen, penyiapan dan peningkatan
kemampuan sumber daya yang diperlukan, dan pelaksanaan kurikulum,
serta dampak kebijakan terhadap pengelolaan kurikulum pada tingkat
daerah dan tingkat satuan pendidikan.
 Evaluasi implementasi kurikulum pada tingkat daerah mencakup kajian
kebijakan dalam penyiapan dan distribusi dokumen muatan lokal,
penyiapan dan peningkatan kemampuan sumber daya yang diperlukan,
dan pelaksanaan kurikulum muatan lokal serta keterlaksanaannya pada
tingkat satuan pendidikan.Evaluasi implementasi kurikulum pada
tingkat satuan pendidikan mencakup kajian penyusunan dan pengelolaan
KTSP, penyiapan dan peningkatan kemampuan pendidik dan tenaga
kependidikan yang diperlukan, dan pelaksanaan pembelajaran secara
umum sertamuatan lokal, dan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler.
 Evaluasi hasil implementasi kurikulum merupakan evaluasi
ketercapaian standar kompetensi lulusan pada setiap peserta didik pada
satuan pendidikan. Capaian standar kompetensi lulusan setiap peserta
didik dikaji melalui:
a. hasil penilaian individual yang bersifat otentik;
b. hasil ujian sekolah; dan
c. hasil ujian yang bersifat nasional.

C. Model-Model Evaluasi Kurikulum


1. Evaluasi Model Penelitian
Model evaluasi kurikulum yang menggunakan model penelitian
didasarkan atas teori dan metode tes psikologi serta eksperimen lapangan.
Tes psikologi atau tes psikomotorik pada umumnya mempunyai dua
bentuk yaitu, tes inteligensi yang ditunjukan untuk mengukur kemampuan
bawaan, serta tes hasil belajar yang mengukur perilaku skolastik.
Eksperimen lapangan dalam pendidikan, dimulai tahun 1930 dengan
menggunakan metode yang biasa digunakan dalam penelitian botani
pertanian. Para ahli botani pertanian mengadakan percobaan untuk
mengetahui produktivitas bermacam-macam benih. Beberapa macam
benih ditanam pada petak-petak tanah yang memiliki kesuburan dan lain-
lain yang sama. Dari percobaan tersebut dapat diketahui benih mana yang
paling produktif. Percobaan serupa dapat juga digunakan untuk
mengetahui pengaruh tanah, pupuk dan sebagainya terhadap produktivitas
suatu macam benih.
Model eksperimen dalam botani pertanian dapat digunakan dalam
pendidikan, anak dapat disamakan dengan benih, sedang kuikulum serta
berbagai fasilitas serta sistem sekolah dapat disamakan dengan tanah dan
pemiliharaannya. Untuk mengetahui tingkat kesuburan benih ( anak )
serta hasil yang dicapai pada akhir program percobaan dapat digunakan
tes (pre test dan post tes).
Comparative approach dalam evaluasi. Ssalah satu pendekatan dalam
evaluasi yang menggunakan eksperimen lapangan adalah mengadakan
pembandingan antara dua macam kelompok anak, umpamanya yang
menggunakan dua metode belajar yang berbeda. Kelompok pertama
belajar membaca dengan metode global dan kelompok lain menggunakan
metode unsur. Kelompok mana yang lebih baik atau lebih berhasil ?
Apakah keberhasilan metode tersebut dapat ditransfer ke metode yaang
lain? Rancangan penelitian lapangan ini membutuhkan persiapan yang
sangat teliti dan rinci. Besarnya sampel, variabel yang terkontrol,
hipotesis, treatment, tes hasil belajar dan sebagai, perlu dirumuskan serta
tepat dan rinci.
Ada beberapa kesulitan yang dihadapi dalam eksperimen tersebut.
Pertama,kesulitan administratif, sedikit sekali sekolah yang bersedia
dijadikan sekolah eksperimen. Kedua, masalah teknis dan logis, yaitu
kesulitan menciptakan kondisi kelas yang sama untuk kelomok-kelompok
yang di uji, Ketiga, sukar untuk mencampurkan guru-guru untuk
mengajar pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, pengaruh
guru-guru tersebut sukar dikontrol. Keempat, ada keterbatasan mengenai
manipulasi eksperimen yang dapat dilakukan. Dalam botani pertanian
dengan rancangan yang sangat sempurna dapat memanipulasi eksperimen
sampai 25 treatment, tetapi dalampenelitian pendidikan tidak mungkin
dapat melakukan treatment sebanyak itu.
2. Evaluasi Model Objektif

Evaluasi model objektik (model tujuan) berasal dari Amerika Serikat.


Perbedaan model objektif dengan model komperatif adalah dalam dua
hal. Pertamadalam model objektif, evaluasi merupakan bagian yang
sangat penting dari proses pengembangan kurikulum. Para evaluator juga
mempunyai peranan menghimpun pendapat-pendapat orang luar tentang
inovasi kurikulum yang dilaksanakan. Evaluasi dilakukan pada akhir
pengembangan kurikulum, kegiatan penilaian ini sering disebutevaluasi
sumatif. Dalam hal-hal tertentu sering evaluator bekerja sebagai bagian
dari tim pengembang. Informasi-informasi yang diperoleh dari hasil
penilaiannya digunakan untuk penyempurnaan inovasi yang sedang
berjalan. Evaluasi ini sering disebutt evaluasi formatif. Kedua, kurikulum
tidak dibandingkan dengan kurikulum lain tetapi diukur dengan
seperangkat objektif (tujuan khusus). Keberhasilan pelaksanaan
kurikulum diukur oleh penguasaan siswa akan tujuan-tujuan tersebut.
Para pengembang kurikulum yang menggunakan sistem instruksional
(model objektif) menggunakan standar pencapaian tujuan-tujuan tersebut.
Tujuan dari comparative approach adalah menilai apakah kegiatan yang
dilakukan kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol.
Oleh karena itu, kedua kelompok tersebut harus ekuivalen, tetapi dalam
model objektif hal itu tidak menjadi soal.

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh tim pengembang


model objektif.
a) Ada kesepakatan tentang tujuan-tujuan kurikulum;
b) Merumuskan tujuan-tujuan tersebut dalam perbuatan siswa;
c) Menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut;
d) Mengukur kesesuaian antara perilaku sissswa dengan hasil ynag di
inginkan.
Pendekatan inilah yang digunakan oleh Ralph Tylor (1930) dalam
menyusun tes dengan titik tolak pada perumusan tujuan tes, sebagai asal
mula pendekatan sistem (system approach). Pada tahun 1950-an
Benyamin S. Bloom dengan kawan-kawannya munyusun klasifikasi
sistem tujuan yang meliputi daerah-daerah belajar (cognitive domain).
Mereka membagi proses mental yang berhubungan dengan belajar
tersebut dalam 6 kategori, yaitu knowledge, comprehension, application,
analysis, synthesis dan evaluation. Mereka membagi-bagi lagi pada
tujuan-tujuan tersebut pada sub-tujuan yang lebih khusus. Perumusan
tujuan-tujuan dari Bloom dan kawan-kawan belum sampai pada
perumusan tujuan yang bersifat behavioral, untuk itu
diperlukanperumusan lebih lanjut yang sangat khusus dan bersifat
behavioral.
Dasar-dasar teori Tylor dan Bloom menjadi prinsip sentral dalam
berbagai rancangan kurikulum, dan mencapai puncaknya dalam sistem
belajar berprogram dan sistem instruksional. Sistem pengajran yang
terkenal adalah IPI (Individually Prescribed Instruksioan), suatu program
yang dikembangkan oleh Learning Research and Development Cntre
Universitas Pittsburg. Dalam IPI anak mengikuti kurikulum yang memilki
7 unsur :
a) Tujuan-tujuan pengajaran yang disusun dalam daerah-daerah,
tingkat-tingkat dan unit-unit;
b) Suatu prosedur program testing;
c) Pedoman prosedur penulisan;
d) Materi dan alat-alat pengajran;
e) Kegiatan guru dalam kelas;
f) Kegiatan murid dalam kelas, dan
g) Prosedur pengelolaan kelas.
Tes untuk mengukur prestasi belajar anak merupakan bagian integral dari
kurikulum. Tiap butir tes berkenaan dengan keterampilan, unit atau
tingkat tertentu dari tujuan khusus. Untuk menikuti program pendidikan,
siswa harus mengambil dulu tes penempatan , untuk menentukan di mana
mereka harus mulai belajar. Kemajuan siswa dimonitor oleh guru dengan
memberika tes yang mengukur tingkat penguasaan tujuan-tujuan khusus
melalui pre test dan post tes. siswa dianggap menguasai suatu untit bila
memperoleh skor minimal 80. Bila ini sudah dikuasai berarti penguasaan
siswa sudah sesuai dengan kriteria.

D. Model Campuran Muttivariasi

Evaluasi model perbandingan (comparative approach) dan model Tylor


dan Bloom melahirkan evaluasi model campuran multivariasi, yaitu strategi
evaluasi yang menyatukan unsur-unsur dari kedua pendekatantersebut.
Strategi ini memungkinkan perbandingan lebih dari satu kurikulum dan secara
serempak keberhasilan tiap kurikulum diukur berdasarkan kriteria khusus dari
masing-masing kurikulum.
Seperti halnya pada eksperimen lapangan serta usaha-usaha awal dari Tylor
dan Bloom, metode ini pun terlepas dari proyek evaluasi. Metode-metode
tersebut masuk ke bidang kurikulum setelah komputer dan program paket
berkembang yaitu tahun 1960. Program paket berisi program statistik yang
sederhana yang tidak membutuhkkan pengetahuan komputer untuk
menggunakannya. Dengan berkembangnya penggunaan komputer
memungkinkan studi lapangan tidak dihambat oleh kesalahan dan kelambatan.
Semua masalah pengolahan statistik dapat dikerjakan dengan komputer.
Langkah-langkah model multivariasi adalah sebagai berikut :
a) Mencari sekolah yang berminat untuk dievaluasi/diteliti;
b) Pelaksanaan program. Bila tidak ada pencampuran sekolah tekanannya
pada partisipasi yang optimal;
c) Sementara tim menyusun tujuan yang meliputi semua tujuan dari
pengajaran umpamanya dengan metode global dan metode unsur, dapat
disiapkan tes tambahan;
d) Bila semua informasi yang diharapkan telah terkumpul, maka mulailah
pekerjaan komputer;
e) Tipe analisis dapat juga digunakan untuk mengukur pengaruh dari
beberapa variabel yang berbeda.
Beberapa kesulitan dihadapi dalam model campuran multivariasi ini.
Kesulitan pertama adalah diharapkan memberikan tes statistik yang
signifikan. Maka untuk itu diperlukan 100 kelas dengan 10 pengukuran, dan
ini lebih memungkinkan daripada 10 kelas dengan 100 pengukuran. Jadi
model multivariasi ini sesuai bagi evaluasi kurikulum skala besar. Kesulitan
kedua adalah terlalu banyaknya variabel yang perlu dihitung
pada suatu saat, kemampuan komputer hanya sampai 40 variabel, sedangkan
dengan model ini dapat dikumpulkan sampai 300 variabel. Kesulitan ketiga,
meskipun model multivariasi telah menguragi masalah kontrol berkenaan
dengan eksperimen lapangan tetapi tetap menghadapi masalah-masalah
pembandingan.
Model-model evaluasi kurikulum tersebut berkembang dari dan digunakan
untuk mengevaluasi model atau pendekatan kurikuluk tertentu. Model
perbandingan lebih sesuai untuk mengevaluasi pengembangan kurikulum
yang menekankan isi (Content based curriculum), model tujuan lebih sesuai
digunakan dalam pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan
tujuan (Goal based curriculum), model campuran dapat digunakan untuk
mengevaluasi baik kurikulum yang menekankan isi, tujuan maupun situasi
(Situation based curriculum).
Di samping model-model evaluasi klurikulum di atas, dikenal pula beberapa
model evaluasi kurikulum yang lebih bersifat umum, seperti model EPIC,
CEMREL, dan model CDPP.
Model EPIC atau Evaluation Programs for Innovative
Curriculumsmenggambarkan keseluruhan program evaluasi dalam sebuah
kubus. Kubus tersebut mempunyai tiga bidang. Bidang pertama adalah
behavioral atau perilaku yang menjadi sasaran pendidikan yang meliputi
perilaku cognitive, affective, danpsychomotor. Bidang kedua adalah
“Instruction” atau pengajaran, yang meliputiorganization, content, method,
facilities an cost, dan biang ketiga adalah kelembagaan yang meliputi student,
teacher, administrator, educational spesialist, family and community.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad, M.Pd;M.A. 1992. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung:
Sinar Baru Algensindo
A.S Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary Oxford : Oxford University
Aqib, Z. (2002). Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya : Insan Cendikia.
Beauchamp, G. (1968). Curriculum Theory. Wilmette, Illinois: Kagg Press.
Chamisijiatin, Lise, dkk. 2009. Pengembangan Kurikulum SD. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Dakir. 2004. Perencanaandan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya.
Depdiknas, Balitbang. “Kurikulum Berbasis Kompetensi” , Katalog Dalam Terbitan.
Jakarta: 2003. Hlm. 9-20
Depdiknas. Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP dan
SMA. Jakarta: Bagian Proyek Pelayanan Percepatan Belajar Bagi Anak Berbakat,
2003.
Doll, Ronald C. (1974), Curriculum Improvement Decision Making and Process ,
Boston: Ally and Bacon, Inc.
Giroux, Henry A., Penna, Arthur N., and Pinnar, William, F (1981). Curriculum and
Instruction: Alternatives in Educartion. Barkeley, Calif: Mc Cutchan.
Goodlad, John I. and Robert H. Anderson (1987). The Nongraded Elementary
School, rev. ed.: New York: Teachers Colledge Press.
Hasan, S. Hamid. (1988) Evaluasi Kurikulum. Jakarta: DEPDIKBUD DIRJEN PT
Proyek Pengembangan LPTK
http://yusrinnur97.blogs.uny.ac.id/2015/11/24/resume-ke-8-model-model-pengembangan-
kurikulum/
http://pai.ftk.uin-alauddin.ac.id/artikel/detail_artikel/264
https://id.scribd.com/document/372927031/MODEL-KURIKULUM-17728251011-
17728251014
https://sis.binus.ac.id/2017/01/18/apa-saja-kelebihan-dan-kelemahan-penggunaan-e-
learning/
https://student-activity.binus.ac.id/himsisfo/2016/08/pengertian-dan-karakteristik-e-
learning/
https://www.donisetyawan.com/keunggulan-dan-kelemahan-pembelajaran-
konstruktivime/
https://radarsemarang.jawapos.com/rubrik/untukmu-guruku/2020/05/03/pentingnya-
memahami-keunggulan-dan-kelemahan-kurikulum-2013/ 19 : 52
https://toaz.info/doc-viewer)
https://www.amongguru.com/pengertian-kompetensi-inti-dan-kompetensi-dasar-
serta-fungsinya/ (Diakses pada 14/06/2021 pukul 11.45 WIB)
http://blog.unnes.ac.id/seputarpendidikan/2015/10/19/standar-kompetensi-sk-
kompetensi-dasar-kd-dan-indikator/ (Diakses pada 16/06/2021 pukul 15.00 WIB)
https://www.maigi.sch.id/standar-kompetensi-sk-kompetensi-dasar-kd-dan-
indikator/3/(Diakses pada 16/06/2021 pukul 15.00 WIB)
http://ftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-
KURIKULUM-DAN-STRATEGI-PEMBELAJARAN.pdf
https://dosenpsikologi.com/macam-macam-metode-pembelajaran
https://serupa.id/model-pembelajaran-pengertian-ciri-jenis-macam-contoh/
https://sites.google.com/site/pendidikansekitarkita/komponen-strategi-pembelajaran
Hudoyo, H. (1998). Pembelajaran Matematika Menurut Pandangan Konstruktivistik.
Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Upaya Meningkatkan Peran Pendidikan
Matematika dalam Menghadapi Era Globaliasasi. PPS IKIP Malang: Tidak Diterbitkan.
Iif Khoiru A., dkk. Pembelajaran Akselerasi. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011
Kementrian Pendidikan Nasional (2010). Rencana Strategis Pendidikan Nasional
2010-2014.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2012). Bahan Uji publik Kurikulum 2013.
Jakarta:Kemendikbud.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013). Desain Induk Kurikulum 2013.
Jakarta:Kemendikbud.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013). Draft Kurikulum 2013. Jakarta:
Kemendikbud.
Keputusan Menteri Agama RI No. 302 Tahun 1993, tentang: Kurukulum Madrasah
Aliyah
Mulyasa, E (2014). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, Dan
Implementas, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Nasution, Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1990.
Prof. Dr. Syaifuddin Sabda, M. Ag.
Ross, P.H.; Ellipse, M.W.; Freeman, H.E. (2004). Evaluation: A systematic approach
(7th ed.). Thousand Oaks: Sage.
Reeve, J; Paperboy, D. (2007). “Evaluating the evaluation: Understanding the utility
and limitations of evaluation as a tool for organizational learning”. Health
Education Journal 66 (2): 120–131.
Smith, B.O, Stanley, W.O. dan Shores, J.H., 1957, Fundamentals of Curriculum
Development, Harcourt Brace and World, New York
Sukmadinata, Nana Syaodih, Prof., Dr. (1997). Pengembangan Kurikulum, Teori dan
Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Taba, Hilda (1962). Curriculum Development; Theory and Practice. San Francisco:
Harcourt, Brace & World, Inc.

Anda mungkin juga menyukai