LAPORAN
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL ( PAUD 4501)
PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN TAHUN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya setiap manusia bersifat dinamis dan memiliki dorongan ingin tahu
tentang segala sesuatu, baik yang berhubungan dengan makhluk hidup, kebendaan, kejadian
maupun perbuatan.
Dengan sifat dasar alami setiap manusia, kita bisa melihat dengan nyata dimana anak-
anak begitu sering asyik bermain-main dengan sesuatu benda atau melakukan sesuatu
perbuatan yang dirinya belum mengetahui manfaat dan bahayanya. Kondisi ini merupakan
indikasi objektif yang membenarkan bahwa setiap manusia memiliki rasa ingin tahu,
contohnya: benda-benda tajam seperti pisau, silet, cutter, gunting dan lain-lain.
Gunting sebagai salah satu dari sekian banyak benda tajam sering ditemukan anak,
aktivatas anak;anak menggunkan gunting merupakan gejala awal yang baik dapat
meningkatkan kemampuan motoric halus anak. Namun demikan, umumnya guru TK atau RA
atau orang tua justru melarang anak;anak memegang atau menggunakan gunting tanpa
memberikan penjelasan kepada mereka. Sikap tersebut hanya karena guru dan orang tua
khawatir dan takut anak:anak terluka karena benda:benda tersebut. Tanpa disadari sikap
tersebut justru dapat melemhkan potensi dalam diri anak.
Sujiono (2007), Perkembangan motorik kasar adalah pada perkembangannya lebih dulu
berkembang dari pada motoric halus yang dapat terlihat saat anak sudah menggunakan
otot:otot kakinya untuk berjalan seblum anak dapat mengontrol tangan dan jari jarinya untuk
menggunting dan meronce.
Berdasarkan observasi di RA AR-RAHMAH LAMAHALA anak-anak menunjukan
kertelambatan dalam kemampuan motoric halusnya. Siswa kurang trampil dalam
menggunakan media gunting. Penyebabnya adalah pengelolan kelas, penggunan media dalam
menumbuh kembangkan kreativitas anak dalam meningkatkan ketrampilan motoric halusnya.
Oleh karena itu, penelitian ini dengan judul “PENGGUNAAN MEDIA GUNTING UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK RA AR-RAHMAH
LAMAHALA.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka secara umum pokok
permasalahan penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Gambaran kemampuan motorik halus anak di RA AR-RAHMAH LAMAHALA?
2. Bagaimana Efektivitas penggunaan media gunting dalam pembelajaran 3M di RA AR-
RAHMAH LAMAHALA ?
3. Bagaimana pengaruh penggunaan media gunting dalam meningkatkan kemampuan motorik
halus RA AR-RAHMAH LAMAHALA ?
C. Tujuan Perbaikan
1. Tujuan Secara Umum :
Untuk mengetahui bagaimana penggunaan media gunting dapat meningkatkan
kemampuan motorik halus anak di RA AR-RAHMAH LAMAHALA.
2. Tujuan Secara Khusus :
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Untuk memperoleh Gambaran kemampuan motorik halus anak di RA AR-RAHMAH
LAMAHALA.
b. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan media gunting dalam pembelajaran 3M di RA
AR-RAHMAH LAMAHALA.
c. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media gunting dalam meningkatkan kemampuan
motorik halus anak di RA AR-RAHMAH LAMAHALA.
D. Manfaat Perbaikan
1. Manfaat Secara Teoritis :
a. Penelitian ini senantiasa menjadi wahana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
guru dalam penggunaan media gunting
b. Penelitian ini senantiasa membangkitkan motivasi serta meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa ditingkat RA\TK.
c. Bagi Lembaga, senantiasa menjadi masukan yang baik dalam pengambilan kebijakan
khususnya dalam kebijakan pengadaan media pembelajaran di tingkat RA/TK.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media
Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium”.
Secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Pengertian umumnya adalah segala sesuatu
yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.
Media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan
pesan. Sedangkan Gagne mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan
siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar.
2. Media Pembelajaran
Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para
siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar
pada anak atau siswa.
Pekerjaan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan menyajikan materi
pelajaran. Meskipun penyajian materi pelajaran memang merupakan bagian dari kegiatan
pembelajaran, tetapi bukanlah satu-satunya. Masih banyak cara yang dapat dilakukan guru
untuk membuat siswa belajar. Peran yang seharusnya mengusahkan agar dapat berinteraksi
dengan berbagai sumber belajar yang ada.
Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, sebagai
penyaji dan penyalur, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyiapkan
informasi belajar kepada siswa,
Peran media dalam komunikasi pembelajaran di TK/RA sangat penting mengingat
perkembangan anak saat itu berada pada masa konkrit dengan demikain, pembelajaran di RA
harus menggunakan sesuatu yang memungkinkan anak dapat belajar secara konkret. Oleh
karena itu diharapkan terjadi perubahan-perubahan perilaku berupa kemampuan dalam
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Hasil penelitian British Audio-Visual Association menghasilkan temuan bahwa rata-rata
jumlah informasi yang diterima indra adalah :
75 % melalui indra penglihatan
13 % melalui indra pendengaran
6 % melalui indra sentuhan dan perabaan
6 % melalui indra penciuman dan lidah.
Dari data tersebut menunjukan bahwa penggunaan media yang dapat dilihat (visual)
dalam pembelajaran di TK/RA lebih menguntungkan dibandingkan dengan penyampaian
secara verbal. Gunting sebagai salah satu media pembelajaran dapat digunakan guru untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
3. Gunting
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pendidikan Dasar hal 249 dituliskan
“Gunting” alat perkakas untuk memotong kain (rambut dan sebagainya) 2 menggunting mem
otong (memangkas dan sebagainya).
BAB III
RENCANA PERBAIKAN
1. Siklus I
a. Perencanaan
Perencanaan diawali dengan membuat perencanaan pembelajaran atau SKH (Satuan Kegiatan
Harian).
SKH 1
1) Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang macam-macam
makanan kesukaan dan bernyanyi “aku anak sehat”.
2) Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar buah tomat, menghubungkan tulisan dengan
gambar dan mengelompokkan gambar macam-macam makanan.
3) Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a, dan bermain.
4) Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk sate”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam
dan pulang.
SKH 2
1) Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang makanan kesukaan
dan bertepuk “tepuk kuman”.
2) Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar es krim, mengurutkan gambar dengan huruf dan
menghitung jumlah makanan.
3) Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a lalu bermain.
4) Penutup
Di kegiatan akhir anak bernyanyi “buah-buahan (Bahasa Inggris)”, evaluasi, berdo’a,
mengucapkan salam dan pulang.
SKH 3
1) Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang makanan binatang dan
bernyanyi individual.
2) Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar ikan, menghubungkan makanan binatang dengan
tulisannya dan mengelompokkan makanan binatang.
3) Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dan bermain
4) Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk ikan”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam
dan pulang.
SKH 4
1) Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang macam-macam
minuman dan bernyanyi “pok ame-ame”.
2) Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar gelas, menebalkan tulisan macam-macam
minuman dan menghubungkan gambar dengan bilangan.
3) Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.
4) Penutup
Di kegiatan akhir anak mendengarkan sajak sederhana “aku sehat”, evaluasi, berdo’a,
mengucapkan salam dan pulang.
SKH 5
1) Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang minuman kesukaan
dan menebak judul lagu .
2) Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar minuman kesukaan dari koran atau majalah,
menghubungkan gambar dengan tulisannya dan mengelompokkan gambar minuman.
3) Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a bermain.
4) Penutup
Di kegiatan akhir anak bernyanyi “kalau kau senang hati”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan
salam dan pulang.
b. Langkah-langkah perbaikan
1) Skenario perbaikan SKH 1
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan bahasa
yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya
gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi
kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting,
meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat
proses menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian,
mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke
tempat semula.
3) Tugas Supervisor
Memberikan orientasi PKP, membimbing dan memberikan supevisi, menilai rancangan
satu siklus dalam tiap siklus, mereview SKH, skenario perbaikan, lembar observasi, refleksi
dan mereview hasil APKG 1 dan 2, menilai simulasi, membimbing dan memberi masukan
terhadap laporan PKP, menilai laporan, merekapitulasi nilai praktek dan menyerahkan
rekapitulasi nilai praktek dan laporan PKP ke UPBJJ UT.
e. Pengamatan/Pengumpulan data/instrumen
Dalam melaksanakan perbaikan pengembangan pembelajaran pada siklus 1 dan 2
menggunakan pengumpulan data melalui hasil karya atau penugasan kepada anak,
menetapkan instrumen penilaian dan data observasi
f. Refleksi
Setelah melaksanakan perbaikan dalam kegiatan pengembangan penelitian meninjau
kembali apa saja kelemahan dan kekuatan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan dan apa
saja hal-hal yang perlu diperbaiki selanjutnya.
· Skenario perbaikan 1
Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahaya
gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum bisa memegang gunting dengan benar.
· Skenario perbaikan 2
Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya
gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan: masih ada anak yang belum bisa menggunakan gunting dengan benar.
· Skenario perbaikan 3
Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang cara menggunakan, memegang dan melaksanakan
kegiatan menggunting sehingga anak menjadi tahu menggunting bentuk.
Kelemahan: masih ada anak yang belum bisa menggunting gambar dengan benar.
· Skenario perbaikan 4
Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya
gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar pola.
· Skenario perbaikan 5
Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya
gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar dari majalah atau koran.
Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran teradapat kekuatan dan
kelemahan diri. Hal ini dikarenakan masih kurangnya kegiatan pembelajaran yang
menggunakan media gunting, sehingga setelah melaksanakan tindakan perbaikan
pengembangan dalam rancangan satu siklus, dapat disimpulkan :
ekuatan diri : sebelum membuat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, terlebih dahulu melihat kemampuan
dan karakteristik anak, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan pengembangan
pembelajaran dapat terlaksana dengan hasil yang sesuai, dan merupakan tantangan baru bagi
peneliti untuk menggunakan strategi pembelajaran dan anak merasa senang dengan kegiatan
yang dilaksanakan.
elemahan diri : selain memberikan penjelasan peneliti juga harus dapat memberikan kegiatan yang tidak
membosankan bagi anak, melaksanakan kegiatan pengembangan pembelajaran dengan
menggunakan media gunting sering dilakukan.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II diawali dengan membuat perencanaan pembelajaran atau
SKH (Satuan Kegiatan Harian).
SKH 1
1). Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang macam-macam jenis
pakaian dan bermain tepuk “tepuk polisi”.
SKH 2
1) Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang pakaian untuk bekerja
dan bertepuk “tepuk dokter”.
2) Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar jenis-jenis pakaian untuk bekerja, menebalkan
tulisan dan menghitung gambar pakaian.
3) Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dan bermain.
4) Penutup
Di kegiatan akhir anak bernyanyi “pak pilot”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan
pulang.
SKH 3
1) Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang pakaian daerah dan
bernyanyi “senggol dendang”.
2) Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar pakaian adat,menulis huruf depan gambar dan
menyebutkan urutan bilangan dengan gambar.
3) Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a bermain.
4) Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk kabayan”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan
salam dan pulang.
SKH 4
1) Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang baju boneka dan
bernyanyi “abdi gaduh boneka”.
2) Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar boneka, menebalkan tulisan minuman dan
mengelompokkan gambar dengan bilangan.
3) Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dan bermain .
4) Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk badut”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam
dan pulang.
SKH 5
1) Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang asal mula pakaian dan
bernyanyi kelompok.
2) Inti
Di kegiatan ini anak menggunting kain, menghubungkan gambar dengan tulisannya dan
mengurutkan gambar dengan angka.
3) Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dan bermain.
4) Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk kupu-kupu”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan
salam dan pulang.
b. Langkah-langkah perbaikan
1) Skenario perbaikan SKH 1
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan bahasa
yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya
gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi
kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting,
meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat
proses menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian,
mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke
tempatnya.
e. Pengamatan/Pengumpulan data/instrumen
Dalam melaksanakan perbaikan pengembangan pada siklus 1 dan 2 menggunakan
pengumpulan data melalui hasil karya atau penugasan kepada anak, menetapkan instrumen
penilaian dan data observasi.
f. Refleksi
Setelah melaksanakan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran dan pengembangan,
peneliti melakukan refleksi diri apakah selama melaksanakan perbaikan pengembangan
memiliki kelebihan atau kekurangan untuk diperbaiki selanjutnya.
· Skenario perbaikan SKH1
Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya
gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum bisa memegang gunting dengan benar.
Tabel : 1
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-1
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 2 15,38 Baik
√ 3 23,08 Sedang
O 8 61,54 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
yaitu berjumlah 2 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori
sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 8 orang anak. Sehingga dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil
belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
baru 15,38 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.
Tabel : 2
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-2
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 3 23,08 Baik
√ 4 30,77 Sedang
O 6 46,15 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
yaitu berjumlah 3 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori
sedang 4 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 6 orang anak. Sehingga dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil
belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
baru 23,08 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.
Tabel : 3
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-3
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 4 30,77 Baik
√ 4 30,77 Sedang
O 5 38,46 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
yaitu berjumlah 4 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori
sedang 4 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 5 orang anak. Sehingga dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil
belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
baru 30,77 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.
Tabel : 4
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-4
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 5 38,46 Baik
√ 3 23,08 Sedang
O 5 38,46 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
yaitu berjumlah 5 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori
sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 5 orang anak. Sehingga dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil
belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
baru 38,46 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.
Tabel : 5
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-5
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
yaitu berjumlah 6 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori
sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 4 orang anak. Sehingga dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil
belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
baru 46,15 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.
Tabel : 6
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 1
Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam lembar observasi 13 aspek menunjukan kemunculan ya dan 2 aspek sisanya
menunjukan kemunculan tidak . Ini artinya bahwa penampilan guru masih belum sesuai
dengan perencanaan yang dibuat.
Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 87 %. Hal ini
menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Tabel : 7
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 2
Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam lembar observasi 14 aspek menunjukan kemunculan ya dan 1 aspek sisanya
menunjukan kemunculan tidak . Ini artinya bahwa penampilan guru masih belum sesuai
dengan perencanaan yang dibuat.
Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 93 %. Hal ini
menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Tabel : 8
Data Hasil Observasi Tentang Peanampilan Guru Siklus I Tampilan 3
Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam lembar observasi 15 aspek menunjukan kemunculan ya dan 0 aspek sisanya
atau tidak ada aspek yang menunjukan kemunculan tidak . Ini artinya bahwa penampilan guru
sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Namun demikian masih ada 2 komentar yang
merupan kekurangan yang ditunjukan oleh guru dalam pembelajaran.
Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal ini
menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Tabel : 9
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 4
Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam lembar observasi semua aspek menunjukan kemunculan ya dan dalam
kolom komentar menunjukan tidak ada komentar. Ini artinya bahwa penampilan guru benar-
benar sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.
Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal ini
menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
c. Refleksi
Data temuan penelitian bersama teman sejawat yang dapat dihimpun adalah sebagai
berikut :
1) Refleksi komponen pembelajaran.
Kegiatan yang telah dilaksanakan suadah sesuai dengan indikator yang ditentukan,
materi yang disajikan juga sesuai dengan tingkat perkembangan anak, media pembelajaran
telah sesuai dengan indikator yang telah ditentukan, reaksi anak terhadap metode
pembelajaran yang digunakan dapat diterima sebagai pengalaman yang beragam. Alat
penilaian yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
2) Refleksi proses kegiatan
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan SKH yang telah disusun,
namun masih ada kelemahan dalam hal penataan kegiatan, pengelolaan kelas, juga
pemanfaatan waktu yang belum maksimal. Penyebabnya karena mungkin guru baru pertama
dan belum beradaptasi dengan lingkungan serta belum optimalnya penataan kegiatan. Dalam
memperbaiki kelemahan tersebut guru melakukannya dengan cara menyesuaikan keadaan
dan kegiatan yang biasa/rutin dilaksanakan. Kekuatan guru dalam merancang kegiatan sudah
disesuaikan dengan tema dan perkembangan anak. Penyebab kekuatan dalam merancang
kegiatan disesuaikan dengan atan dengan memberi kesempatan kepada anak agar dapat
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal-hal unik positif yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran adalah sebagian besar anak dapat menerima dan melaksanakan kegiatan
tersebut. Alasan guru yang dapat dipertangungjawabkan dalam mengambil keputusan dan
tindakan mengajar adalah menerapkan prinsip belajar sambil bermain dan bermain seraya
belajar. Reaksi anak terhadap pengelolaan kelas belum sepenuhnya dapat menerima
pembelajaran yang dilaksanakan guru karena masih ada anak yang asyik dengan kegiatannya
sendiri. Sebagaian anak dapat menangkap penjelasan yang diberikan guru. Dalam penilaian
reaksi anak sangat antusias karena anak senang dengan pujian dan tanda bintang. Anak telah
mencapai indikator kemampuan yang ditetapkan guru. Guru juga telah dapat mengatur dan
memanfaatkan waktu kegiatan sebaik mungkin. Untuk kegiatan penutup telah dapat
meningkatkan penguasaan anak terhadap materi yang disampaikan.
2. Siklus II
a. Hasil Belajar Anak
Siklus kedua saya laksanakan berdasarkan hasil yang belum maksimal dari siklus I
maka diadakan pendekatan bagi siswa yang masih jauh dari yang diharapkan tentang
pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Penulis memberikan dorongan kepada siswa untuk
lebih berani mencoba menggunakan gunting dan pemberian motivasi melalui pejelasan
tentang penggunaan gunting.
Siklus II dilaksanakan tanggal 12– 16 Mei 2022, dari kegiatan siklus II ini diperoleh
data sebagai berikut :
Tabel : 11
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-1
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 7 53,85 Baik
√ 2 15,38 Sedang
O 4 30,77 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
yaitu berjumlah 7 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori
sedang 2 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 4 orang anak. Sehingga dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil
belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
baru 53,85 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.
Tabel : 12
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-2
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 8 61,54 Baik
√ 3 23,08 Sedang
O 2 15,38 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
yaitu berjumlah 8 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori
sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 2 orang anak. Sehingga dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil
belajar sudah sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
baru 61,54%. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.
Tabel : 13
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-3
Sikulus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 9 69,23 Baik
√ 2 15,38 Sedang
O 2 15,38 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
yaitu berjumlah 9 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori
sedang 2 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 2 orang anak. Sehingga dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil
belajar sudah sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
baru 69,23 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran sudah berhasil.
Tabel : 14
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-4
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
yaitu berjumlah 10 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori
sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 0 orang anak. Sehingga dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil
belajar sudah sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
mencapai 76,92 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran sudah berhasil.
Tabel : 15
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-5
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 12 92,31 Baik
√ 1 7,69 Sedang
O 0 0,00 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
yaitu berjumlah 12 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori
sedang 1 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 0 orang anak. Sehingga dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil
belajar sudah sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
baru mencapai 92,31 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran sangat berhasil.
Secara keseluruhan dari tabel data hasil belajar anak dengan menggunakan media
gunting siklus I dan II di atas dapat kita lihat untuk kategori Baik (B) adalah sebagai
berikut Tampilan 1 sebanyak 2 orang anak atau = 15,38 %, Tampilan 2 bertambah
menjadi 3 orang anak atau =23,08 %, Tampilan 3 bertambah menjadi 4 orang anak atau
= 30,77 %, Tampilan 4 bertambah menjadi 5 orang anak atau 38,46 %, Tampilan 5
bertambah menjadi 6 orang anak atau = 46,15%, Tampilan 1 Siklus II bertambah 7 orang
anak atau = 53,85 %, Tampilan 2 bertambah menjadi 8 orang anak atau = 61,54%, Tampilan
3 bertambah menjaadi 9 orang anak atau 69,23, Tampilan 4 bertambah menjadi 10
orang anak atau = 76,92 % dan Tampilan 5 bertambah menjadi 12 orang anak atau = 92,31
%. Hasil belajar anak dalam pembelajaran dengan menggunakan media gunting untuk
kategori Sedang (S) siklus I adalah sebagai berikut : Tampilan 1 sebanyak 3 siswa atau =
23,08 %, Tampilan 2 bertambah menjadi 4 siswa atau = 30,77 %, Tampilan 3 tetap 4 siswa
atau = 30,77 %, Tampilan 4 tetap 3 siswa atau 23,08 %, Tampilan 5 tetap 3 orang anak atau
= 23,08 %, Siklus II Tampilan 1 berkurang lagi menjadi 2orang anak atau = 15,38 %,
Tampilan 2 bertambah menjadi 3 orang anak atau = 23,08%, Tampilan 3 berkurang menjadi
2 orang anak atau 15,38, Tampilan 4 bertambah menjadi 3 oranganak atau = 23,08 % dan
Tampilan 5 berkurang menjadi 1 orang anak atau =7,69 %. Hasil
belajar anak dalam pembelajaran dengan menggunakan media gunting untuk kategori
Kurang (K) siklus I adalah sebagai berikut : Tampilan 1 sebanyak 8 orang anak atau =
61,54 %, Tampilan 2 berkurang menjadi 6 orang anak atau = 46,15 %, Tampilan 3 bertambah
menjadi 5orang anak atau = 38,46 %, Tampilan 4 tetap 5 orang anak atau 38,46 %,
Tampilan 5 berkurang menjadi 4 orang anak atau = 30,77 %, siklus II
Tampilan 1 berkurang menjadi 4 orang anakatau = 30,77 %, Tampilan 2 berkurang
menjadi 2 oranag anak atau = 15,38%, Tampilan 3 tetap 2orang
anak atau = 15,38 %, Tampilan 4 dan Tampilan 5 berkurang menjadi 0 siswa atau = 0,00 %.
Dari siklus I dan II dengan 10 kali tampilan hasil belajar siswa dengan menggunakan
media gunting menunjukan peningkatan yang signifikan. Hal ini berarti juga bahwa
kemampuan motorik halus anak dalam pembelajaran dengan menggunakan media gunting
meningkat secara signifikan. Lebih lanjut dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik : 1
Grafik Jumlah Anak Dalam Pencapaian Hasil Belajar Siswa
Dari grafik 1 di atas dapat dilihat jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar untuk
kategori baik menunjukan adanya peningkatan dari 2 orang anak pada tampilan satu siklus I
bertambah menjadi 6 orang anak pada tampilan 5 akhir siklus I, dan 7 orang anak pada
tampilan 1 siklus II meningkat menjadi 12 orang anak pada tampilan 5 siklus II. Untuk
kategori sedang terjadi perubahan secara dinamis dari 3 orang anak pada tampilan 1 siklus I
menjadi 1 orang anak pada tampilan 5 akhir siklus II. Untuk kategori kurang terjadi
penurunan dari 8 orang anak pada tampilan 1 siklus I berkurang menjadi 0 orang anak pada
tampilan 5 akhir siklus II.
Grafik : 2
Grafik Prosentase Pencapaian Hasil Belajar Siswa Per Tampilan
Dari grafik 2 terlihat bahwa prosentase anak yang hasil belajarnya Kurang (K)
dari 61,54 % pada tampilan ke-1 siklus I berkurang terus sampai tidak ada atau
0 % anak pada tampilan ke-5. Anak yang Sedang (S) dari 23,08 % pada tampilan ke-
1 mengalami perubahan secara dinamis sehingga pada tampilan ke-5 tinggal 7,69
%, sedangkan untuk anak Baik (B) dari 15,38 % pada tampilan ke-1 bertambah terus
menjadi 92,31 % diakhir tampilan siklus II. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan
media gunting dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK. Dalam penelitian
ini penulis melaksanankannya dalam 2 siklus dan masing-masing siklus sebanyak 5 kali
tampilan. Dan tiap tampilan sekitar 30 menit.
Secara keseluruhan perkembangan hasil belajar anak dengan menggunakan media
gunting dengan kategori Baik dapat kita lihat pada grafik berikut :
Grafik : 3
Grafik Pencapaian Hasil Belajar Siswa Berkriteria Baik
Dari grafik 3 di atas diketahui andanya peningkatan jumlah siswa dalam belajar yang
mencapai hasil belajar kategori baik pada setiap tampilan. Secara keseluruhan hasil belajar
siswaakhir siklus I Baik (B) 6 orang naik menjadi 12 orang pada siklus ke-II.
Grafik : 4
Grafik Prosentase Pencapaian Hasil Belajar Siswa Per Siklus
Berkategori Baik
Tabel : 16
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 1
Tabel : 17
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 2
Tabel : 18
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 3
Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam lembar observasi semua aspek menunjukan kemunculan ya. Ini artinya
bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.
Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal ini
menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Tabel : 19
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 4
Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam lembar observasi semua aspek menunjukan kemunculan ya. Ini artinya
bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.
Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal ini
menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Jika dirata-ratakan aspek penampilan guru pada tiap siklus dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel : 21
Penampilan guru pada siklus I
Tabel : 22
Penampilan guru pada siklus II
c. Refleksi
Data temuan penelitian bersama teman sejawat yang dapat dihimpun adalah sebagai
berikut :
1) Refleksi komponen pembelajaran.
Kegiatan yang telah dilaksanakan suadah sesuai dengan indikator yang ditentukan,
materi yang disajikan juga sesuai dengan tingkat perkembangan anak, media pembelajaran
telah sesuai dengan indikator yang telah ditentukan, reaksi anak terhadap metode
pembelajaran yang digunakan dapat diterima sebagai pengalaman yang beragam. Alat
penilaian yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
2) Refleksi proses kegiatan
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan SKH yang telah disusun,
namun masih ada kelemahan dalam hal penataan kegiatan, pengelolaan kelas, juga
pemanfaatan waktu yang belum maksimal. Penyebabnya karena mungkin guru baru pertama
dan belum beradaptasi dengan lingkungan serta belum optimalnya penataan kegiatan. Dalam
memperbaiki kelemahan tersebut guru melakukannya dengan cara menyesuaikan keadaan
dan kegiatan yang biasa/rutin dilaksanakan. Kekuatan guru dalam merancang kegiatan sudah
disesuaikan dengan tema dan perkembangan anak. Penyebab kekuatan dalam merancang
kegiatan disesuaikan dengan atan dengan memberi kesempatan kepada anak agar dapat
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal-hal unik positif yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran adalah sebagian besar anak dapat menerima dan melaksanakan kegiatan
tersebut. Alasan guru yang dapat dipertangungjawabkan dalam mengambil keputusan dan
tindakan mengajar adalah menerapkan prinsip belajar sambil bermain dan bermain seraya
belajar. Reaksi anak terhadap pengelolaan kelas belum sepenuhnya dapat menerima
pembelajaran yang dilaksanakan guru karena masih ada anak yang asyik dengan kegiatannya
sendiri. Sebagaian anak dapat menangkap penjelasan yang diberikan guru. Dalam penilaian
reaksi anak sangat antusias karena anak senang dengan pujian dan tanda bintang. Anak telah
mencapai indikator kemampuan yang ditetapkan guru. Guru juga telah dapat mengatur dan
memanfaatkan waktu kegiatan sebaik mungkin. Untuk kegiatan penutup telah dapat
meningkatkan penguasaan anak terhadap materi yang disampaikan.
B. Pembahasan
Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh seluruh tubuh,
sedangkan gerakan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan
pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan pusat motorik di
otak. Perkembangan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otak. Oleh
sebab itu, setiap gerakan yang dilakukan anak sesederhana apapun, sebenarnya merupakan
hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak,
otaklah yang berfungsi sebagai bagian dari susunan syaraf yang mengatur dan mengontrol
semua aktivitas fisik dan mental seseorang.
Aktivitas anak terjadi di bawah kontrol otak. Secara simultan dan berkesinambungan,
otak terus mengolah informasi yang ia terima. Bersamaan dengan itu, otak bersama jaringan
syaraf yang membentuk sistem syaraf pusat yang mencakup lima pusat kontrol, akan
mendiktekan setiap gerak anak. Dalam kaitannya dengan perkembangan motorik anak,
perkembangan motorik berhubungan dengan perkembangan kemampuan gerak anak. Gerak
merupakan unsur utama dalam perkembangan motorik anak, oleh sebab itu, perkembangan
kemampuan motorik anak akan dapat terlihat secara jelas melalui berbagai gerakan dan
permainan yang mereka lakukan.
Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-bagin tubuh
tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari
tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi
mata dan tangan yang cermat.
Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK /RA, antara lain adalah anak mulai
dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri, menggunting dan sebagainya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan-temuan selama perbaikan pembelajaran dengan menggunakan
gunting sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa : sebelum
dilakukan perbaikan kemampuan motorik halus anak RA AR-RAHMAH secara umum sangat
lemah. Lemahnya kemampuan motorik halus anak terlihat ketika guru menyuruh anak untuk
melakukan menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, dan menganyam
kertas, Pada umumnya mereka masih belum terampil dalam menggerakan otot halusnya.
Perhatian mereka masih tidak fokus dalam pembelajaran dan anak kurang berani dalam
melakukan tindakan atau melakukan gerakan-gerakan yang menuntut otot halusnya. Hal ini
dapat dimengerti karena memang banyak foktor yang mempengaruhinya. Selain faktor
kematangan anak itu sendiri juga cara mengajar guru.
Dari temuan-temuan dan hasil diskusi dengan teman sejawat tentang penggunaan
gunting dalam pembelajaran untuk meingkatkan kemampuan motorik halus anak perlu
direncanakan dengan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Di samping pemberian kesempatan waktu
belajar yang lebih panjang dan fleksibel. Artinya waktu belajar diperpanjang durasinya dan
waktu kegiatannya dapat dilaksanakan sebelum masuk, waktu istirahat maupun waktu siswa
hendak pulang.
Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK/RA sudah barang tentu
memerlukan bantuan guru. Disini guru dituntut untuk dapat menjalankan perannya sebagai
guru TK/RA sehingga anak benar-benar dapat berkembang secara optimal.
B. Saran
Berdasarkan temuan hasil penelitian tindakan perbaikan tentang penggunaan media
gunting untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak RA AR-RAHMAH
LAMAHALA disarankan sebagai berikut:
1. Upaya peningkatan kemampuan motorik halus anak di RA AR-RAHMAH selain selain
dengan upaya-upaya di atas juga harus dibarengi dengan tersedianya kesempatan waktu
belajar yang lebih panjang dan fleksibel. Artinya waktu belajar diperpanjang durasinya dan
waktu kegiatannya dapat dilaksanakan sebelum masuk, waktu istirahat maupun waktu siswa
hendak pulang.
2. Agar hasil belajar lebih baik disarankan kesiapan belajar siswa ditingkatkan lagi.
3. Media gunting dapat diterapkan lebih lanjut pada bidang pengembangan kemampuan
motorik halus sejenis atau yang lain dengan mengambil tema yang berbeda.
4. Pemilihan gambar-gambar berpola agar lebih bervariatif dan menarik supaya kemampuan
motorik halus anak betul-betul terlatih.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Nugraha, 2008. “Kurikulum dan Bahan Belajar TK” Universitas Terbuka, Jakarta.
KP PG-PAUD, 2009, “Panduan Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) Program
D-II PGTK”, Universitas Terbuka, Jakarta
Tim TAP FKIP UT, 2011, “Panduan Tugas Akhir Program Sarjana FKIP”, Universitas Terbuka,
Jakarta