Anda di halaman 1dari 46

PENGGUNAN MEDIA GUNTING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MOTORIK HALUS ANAK DI RA AR-RAHMAH LAMAHALA

NAMA: NURHABIBA USMAN


NIM :825723586

LAPORAN
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL ( PAUD 4501)
PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN TAHUN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pada dasarnya setiap manusia bersifat dinamis dan memiliki dorongan ingin tahu
tentang segala sesuatu, baik yang berhubungan dengan makhluk hidup, kebendaan, kejadian
maupun perbuatan.
Dengan sifat dasar alami setiap manusia, kita bisa melihat dengan nyata dimana anak-
anak begitu sering asyik bermain-main dengan sesuatu benda atau melakukan sesuatu
perbuatan yang dirinya belum mengetahui manfaat dan bahayanya. Kondisi ini merupakan
indikasi objektif yang membenarkan bahwa setiap manusia memiliki rasa ingin tahu,
contohnya: benda-benda tajam seperti pisau, silet, cutter, gunting dan lain-lain.
Gunting sebagai salah satu dari sekian banyak benda tajam sering ditemukan anak,
aktivatas anak;anak menggunkan gunting merupakan gejala awal yang baik dapat
meningkatkan kemampuan motoric halus anak. Namun demikan, umumnya guru TK atau RA
atau orang tua justru melarang anak;anak memegang atau menggunakan gunting tanpa
memberikan penjelasan kepada mereka. Sikap tersebut hanya karena guru dan orang tua
khawatir dan takut anak:anak terluka karena benda:benda tersebut. Tanpa disadari sikap
tersebut justru dapat melemhkan potensi dalam diri anak.
Sujiono (2007), Perkembangan motorik kasar adalah pada perkembangannya lebih dulu
berkembang dari pada motoric halus yang dapat terlihat saat anak sudah menggunakan
otot:otot kakinya untuk berjalan seblum anak dapat mengontrol tangan dan jari jarinya untuk
menggunting dan meronce.
Berdasarkan observasi di RA AR-RAHMAH LAMAHALA anak-anak menunjukan
kertelambatan dalam kemampuan motoric halusnya. Siswa kurang trampil dalam
menggunakan media gunting. Penyebabnya adalah pengelolan kelas, penggunan media dalam
menumbuh kembangkan kreativitas anak dalam meningkatkan ketrampilan motoric halusnya.
Oleh karena itu, penelitian ini dengan judul “PENGGUNAAN MEDIA GUNTING UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK RA AR-RAHMAH
LAMAHALA.”

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka  secara umum pokok
permasalahan penelitian ini adalah:
1.  Bagaimana Gambaran kemampuan motorik halus anak di RA AR-RAHMAH LAMAHALA?
2.  Bagaimana Efektivitas penggunaan media gunting dalam pembelajaran 3M di RA AR-
RAHMAH LAMAHALA  ?
3.    Bagaimana pengaruh penggunaan media gunting dalam meningkatkan kemampuan motorik
halus RA AR-RAHMAH LAMAHALA ?

C.   Tujuan Perbaikan
1.  Tujuan Secara  Umum :
Untuk mengetahui bagaimana penggunaan media gunting dapat meningkatkan
kemampuan motorik halus anak di RA AR-RAHMAH LAMAHALA. 
2.  Tujuan Secara Khusus :
 Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a.       Untuk memperoleh Gambaran kemampuan motorik halus anak di RA AR-RAHMAH
LAMAHALA.
b.      Untuk mengetahui efektivitas penggunaan media gunting dalam pembelajaran 3M di RA
AR-RAHMAH LAMAHALA.
c.       Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media gunting dalam meningkatkan kemampuan
motorik halus anak di RA AR-RAHMAH LAMAHALA.

D.   Manfaat Perbaikan
1.  Manfaat Secara Teoritis :
a. Penelitian ini senantiasa menjadi wahana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
guru dalam penggunaan media gunting
b. Penelitian ini senantiasa membangkitkan motivasi serta meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa ditingkat RA\TK.
c. Bagi Lembaga, senantiasa menjadi masukan yang baik dalam pengambilan kebijakan
khususnya dalam kebijakan pengadaan media pembelajaran di tingkat RA/TK.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.   Media Pembelajaran
1.  Pengertian Media
Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium”.
Secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Pengertian umumnya adalah segala sesuatu
yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.
Media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan
pesan. Sedangkan Gagne mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan
siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. 
2.     Media Pembelajaran
Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para
siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar
pada anak atau siswa.
Pekerjaan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan menyajikan materi
pelajaran. Meskipun penyajian materi pelajaran memang merupakan bagian dari kegiatan
pembelajaran, tetapi bukanlah satu-satunya. Masih banyak cara yang dapat dilakukan  guru
untuk membuat siswa belajar. Peran yang seharusnya mengusahkan agar dapat berinteraksi
dengan berbagai sumber belajar yang ada.
Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, sebagai
penyaji dan penyalur, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyiapkan
informasi belajar kepada siswa,
Peran media dalam komunikasi pembelajaran di TK/RA sangat penting mengingat
perkembangan anak saat itu berada pada masa konkrit dengan demikain, pembelajaran di RA
harus menggunakan sesuatu yang memungkinkan anak dapat belajar secara konkret. Oleh
karena itu diharapkan terjadi perubahan-perubahan perilaku berupa kemampuan dalam
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Hasil penelitian British Audio-Visual Association menghasilkan temuan bahwa rata-rata
jumlah informasi yang diterima indra adalah :
75 %  melalui indra penglihatan
13 % melalui indra pendengaran
6 % melalui indra sentuhan dan perabaan
6 % melalui indra penciuman dan lidah.
Dari data tersebut menunjukan bahwa penggunaan media yang dapat dilihat (visual)
dalam pembelajaran di TK/RA lebih menguntungkan dibandingkan dengan penyampaian
secara verbal. Gunting sebagai salah satu media pembelajaran dapat digunakan guru untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
3.   Gunting
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pendidikan Dasar hal 249 dituliskan
“Gunting” alat perkakas untuk memotong kain (rambut dan sebagainya) 2 menggunting  mem
otong (memangkas dan sebagainya).

4.    Langkah-langkah Penggunaan Media Gunting


a.       Guru menyediakan peralatan gunting sesuai dengan jumlah anak
b.      Guru menyediakan lembaran kertas kosong sesuai dengan jumlah anak
c.       Guru menjelaskan kepada anak cara memegang gunting yang benar
d.      Guru menjelaskan kepada anak cara menggunting kertas yang baik dan benar
e.       Guru memeriksa hasil pekerjaan anak dalam menggunting kertas
f.       Guru memperbaiki beberapa anak yang kurang mampu cara menggunting kertas
yang baik dan benar
g.      Guru membagikan kertas berpola gambar yang sudah disiapkan  sebelumnya
h.      Guru memperagakan cara menggunting kertas berpola gambar yang baik dan benar
i.        Anak mempraktekan cara menggunting kertas berpola gambar.
j.        Guru dan anak melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran
k.      Guru memberikan penilaian hasil pekerjaaan anak

5.    Manfaat Media Pembelajaran


Secara umum manfaat memperlancar interaksi antara guru dengan anak sehingga
kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien. Sedangkan secara khusus adalah:
a.  Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat
dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun
berada.
b.      Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
c.       Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
d.      Efisiensi dalam waktu dan tenaga
e.       Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
f.       Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja
g.      Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.
h.      Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif

B.   Perkembangan Motorik Halus


1.    Pengertian Perkembangan Motorik Halus
Menurut Nursalam (2005) perkembangan motorik halus adalah “kemampuan anak
untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerak yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu
dan otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak memerlukan banyak
tenaga.”
Sedangkan menurut Moelichatoen (2004) motorik halus adalah “merupakan kegiatan
yang menggunakan otot-otot halus pada jari dan tangan. 
2.    Kemampuan Motorik Halus Anak TK/RA
a.   Anak Usia 3-4 Tahun
1)      Menggunting kertas menjadi dua bagian
2)      Mencuci dan mengelap tangan sendiri
3)      Mengaduk cairan dengan sendok
4)      Menuang air dari teko
5)      Memegang garpu dengan cara menggenggam
6)      Membawa sesuatu dengan penjepit
7)      Apabila diberikan gambar kepala badan manusia yang belum lengkap, ia akan dapat
menambahkan paling sedikit dua organ tubuh
8)      Membuka kancing dan melepas ikat pinggang

  b.   Anak Usia 4-5 Tahun


1)      mengikat tali sepatu
2)      memasukan surat ke dalam amplop
3)      memoleskan selai di atas roti
4)      membentuk berbagai objek dengan tanah liat
5)      mencuci dan mengeringkan muka tanpa membasahi baju.

3.    Fungsi Perkembangan Motorik Halus


Menurut Mudjito (2007: ) mencatat beberapa alasan tentang fungsi perkembangan
motorik halus yaitu :
a.  Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan
senang.
b.  Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi helpessness (tidak berdaya)
pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
c.  Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah.

4.    Karakter Perkembangan Motorik Halus Anak


a.  Pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak belum berbeda dari kemampuan
gerak halus anak bayi.
b.   Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak secara substansial sudah mengalami
kemajuan.
c. Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik anak sudah lebih sempurna lagi tangan, lengan, dan
tubuh bergerak di bawah koordinasi mata.
d. Pada akhir masa kanak-kanak usia 6 tahun ia belajar bagaimana menggunakan jemari dan
pergelangan tangannya untuk menggunakan ujung pensil.

5.    Faktor – Faktor Perkembangan Motorik Anak


a. Menyediakan peralatan atau lingkungan yang memungkinkan anak melatih keterampilan
motoriknya.
b.Setiap anak memiliki jangka waktu sendiri dalam menguasai suatu keterampilan.
c. Aktivitas fisik anak yang bervariasi, yaitu aktivitas fisik untuk bermain dan bergembira sambil
menggerakkan anggota tubuh.
d. Aktivitas fisik anak dapat mencapai kemampuan yang diharapkan sesuai dengan
perkembangannya.
6. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak
Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh seluruh tubuh,
sedangkan gerakan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan
pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan pusat motorik di
otak.
Aktivitas anak terjadi di bawah kontrol otak. Secara simultan, otak terus mengolah
informasi yang ia terima. Bersamaan dengan itu, otak bersama jaringan syaraf yang
membentuk sistem syaraf pusat yang mencakup lima pusat kontrol, akan mendiktekan setiap
gerak anak. Dalam kaitannya dengan perkembangan motorik anak, perkembangan motorik
berhubungan dengan perkembangan kemampuan gerak anak..  
Perkembangan motorik anak terbagi menjadi dua bagian, yaitu gerakan motorik kasar
dan gerakan motorik halus. Gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan
koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Seperti meloncat, memanjat, berlari, menaiki
sepeda, berdiri dengan satu kaki dan sebagainya. Gerakan motorik halus adalah bila gerakan
hanya melibatkan bagian-bagin tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti
keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.
Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain adalah anak mulai dapat
menyikat giginya, menyisir, menggunting dan sebagainya.
Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak berkreasi, seperti
menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, tapi tidak semua anak memiliki
kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan
motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik serta kematangan mental
Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak sudah barang tentu memerlukan
bantuan guru. Disini guru dituntut untuk dapat menjalankan perannya sebagai guru TK
sehingga anak benar-benar dapat berkembang secara optimal.

BAB III
RENCANA PERBAIKAN

A.  Subjek Penelitian


Perbaikan kemampuan motorik halus anak di kelompok B RA AR-RAHMAH
LAMAHALA dengan media gunting.
Nama Lokasi                   : RA AR-RAHMAH LAMAHALA
Kelompok                        : B
Tema / Sub Tema             : Siklus I Makanan/Macam-macam makanan
                                          Siklus II Pakaian/macam-macam pakaian
Waktu                              : Siklus I  Tanggal 7 - 11 Mei 2022
                                          Siklus II Tanggal 12 – 16 Mei 2022
Jumlah seluruh siswa kelompok B adalah 13 orang, terdiri dari 7 orang anak laki-laki
dan 6 orang anak perempuan. Kemampuan masing-masing anak di RA AR-RAHMAH
LAMAHALA berbeda satu sama lainnya. Hal ini dianggap wajar karena memang mereka
datang dari latar belakang yang berbeda seperti  latar belakang keluarga dan tempat
tinggal.                                                
B.   Deskripsi per Siklus
Secara umumnya tumbuh kembang semua anak disekolah terlihat baik karena guru
membrikan pembelajaran, 5 SKH, 5 skenario perbaikan dan 5 lembar observasi.
Dalam melaksanakan kegiatan perbaikan perkembangan, disusun secara rinci yang
dimulai dengan membuat perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi dan
lembar refleksi, yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana kelebihan dan kelemahan
pelaksanaan pembelajaran sehingga dapat diperbaiki pada kegiatan yang akan dilaksanakan
berikutnya.  

1.      Siklus I
a.       Perencanaan
Perencanaan diawali dengan membuat perencanaan pembelajaran atau SKH (Satuan Kegiatan
Harian).
SKH 1
1)      Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang macam-macam
makanan kesukaan dan bernyanyi “aku anak sehat”.
2)      Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar buah tomat, menghubungkan tulisan dengan
gambar dan mengelompokkan gambar macam-macam makanan.
3)      Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a, dan bermain.
4)      Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk sate”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam
dan pulang.

SKH 2
1)        Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang makanan kesukaan
dan bertepuk “tepuk kuman”.
2)        Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar es krim, mengurutkan gambar dengan huruf dan
menghitung jumlah makanan.
3)        Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a lalu bermain.
4)        Penutup
Di kegiatan akhir anak bernyanyi “buah-buahan (Bahasa Inggris)”, evaluasi, berdo’a,
mengucapkan salam dan pulang.

SKH 3
1)     Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang makanan binatang dan
bernyanyi individual.
2)        Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar ikan, menghubungkan makanan binatang dengan
tulisannya dan mengelompokkan makanan binatang.
3)        Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dan bermain
4)     Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk ikan”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam
dan pulang.

SKH 4
1)        Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang macam-macam
minuman dan bernyanyi “pok ame-ame”.
2)        Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar gelas, menebalkan tulisan macam-macam
minuman dan menghubungkan gambar dengan bilangan.

3)        Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain bersama.
4)        Penutup
Di kegiatan akhir anak mendengarkan sajak sederhana “aku sehat”, evaluasi, berdo’a,
mengucapkan salam dan pulang.

SKH 5
1)        Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang minuman kesukaan
dan menebak judul lagu .
2)        Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar minuman kesukaan dari koran atau majalah,
menghubungkan gambar dengan tulisannya dan mengelompokkan gambar minuman.
3)        Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a bermain.
4)        Penutup
Di kegiatan akhir anak bernyanyi “kalau kau senang hati”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan
salam dan pulang.

b.      Langkah-langkah perbaikan
1)      Skenario perbaikan SKH 1
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan bahasa
yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya
gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi
kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting,
meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat
proses menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian,
mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke
tempat semula.

2)      Skenario perbaikan SKH 2


Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan bahasa
yang jelas dan komunikatif, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan tentang
bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi
kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting,
meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat
proses menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian,
mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke
tempat semula.

3)      Skenario perbaikan SKH 3


Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan bahasa
yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya
gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi
kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting,
meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat
proses menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian,
mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke
tempat semula.

4)      Skenario perbaikan SKH 4


Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan bahasa
yang jelas dan komunikatif, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan tentang
bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi
kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting,
meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat
proses menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian,
mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke
tempat semula.

5)      Skenario perbaikan SKH 5


Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan bahasa
yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya
gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi
kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting,
meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat
proses menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian,
mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke
tempat semula.
c.       Pelaksanaan
1)      Menentukan Penilai 1 dan 2
Penilai 1 adalah Ibu Marwa Yunus, S.Pd, dan penilai 2 adalah Bapak Yerimias Masan
Ola, S.Pd., dengan menggunakan surat pernyataan kesediaan berperan menjadi penilai dan
ditandatangani oleh kepala sekolah RA AR-RAHMAH LAMAHALA yang beralamat di
LAMAHALA JAYA dusun 6. Jln. Pena Jawa, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores
Timur.
2)      Tugas Penilai 1 dan 2
Tugas penilai 1 adalah mempelajari buku panduan PKP, mempelajari APKG 1 dan 2,
menilai SKH, menilai skenario perbaikan, mengisi lembar observasi dan menyerahkan APKG
1 dan 2 kepada Praktikan.
Tugas penilai 2 adalah mempelajari buku panduan PKP, mempelajari APKG 1 dan 2,
menilai SKH, menilai skenario perbaikan, mengisi lembar observasi, menyerahkan APKG 1
dan 2, dan menilai PKP bersama Supervisor.

3)      Tugas Supervisor
Memberikan orientasi PKP, membimbing dan memberikan supevisi, menilai rancangan
satu siklus dalam tiap siklus, mereview SKH, skenario perbaikan, lembar observasi, refleksi
dan mereview hasil APKG 1 dan 2, menilai simulasi, membimbing dan memberi masukan
terhadap laporan PKP, menilai laporan, merekapitulasi nilai praktek dan menyerahkan
rekapitulasi nilai praktek dan laporan PKP ke UPBJJ UT.

d.      Prosedur Kegiatan Pengembangan


Prosedur kegiatan pengembangan yang utama adalah memberikan penjelasan tentang
gunting, mengenal bentuk, cara memegang, dan menyuruh anak menggunting gambar yang
telah disediakan guru  juga yang di ambil dari koran dan majalah dengan mengutamakan
proses pelaksanaan pembelajaran dari pada melihat hasil akhir.

e.       Pengamatan/Pengumpulan data/instrumen
Dalam melaksanakan perbaikan pengembangan pembelajaran pada siklus 1 dan 2
menggunakan pengumpulan data melalui hasil karya atau penugasan kepada anak,
menetapkan instrumen penilaian dan data observasi

f.       Refleksi
Setelah melaksanakan perbaikan dalam kegiatan pengembangan penelitian meninjau
kembali apa saja kelemahan dan kekuatan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan dan apa
saja hal-hal yang perlu diperbaiki selanjutnya.
·           Skenario perbaikan 1
Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahaya
gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum bisa memegang gunting dengan benar.

·           Skenario perbaikan 2
Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya
gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan:  masih ada anak yang belum bisa menggunakan gunting dengan benar.

·           Skenario perbaikan 3
Kekuatan :    dengan memberikan penjelasan tentang cara menggunakan, memegang dan melaksanakan
kegiatan menggunting sehingga anak menjadi tahu menggunting bentuk.
Kelemahan:  masih ada anak yang belum bisa menggunting gambar dengan benar.

·           Skenario perbaikan 4
Kekuatan :    dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya
gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar pola.

·           Skenario perbaikan 5
Kekuatan :    dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya
gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar dari majalah atau koran.
Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran teradapat kekuatan dan
kelemahan diri. Hal ini dikarenakan masih kurangnya kegiatan pembelajaran yang
menggunakan media gunting, sehingga setelah melaksanakan tindakan perbaikan
pengembangan dalam rancangan satu siklus, dapat disimpulkan :
ekuatan diri : sebelum membuat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, terlebih dahulu melihat kemampuan
dan karakteristik anak, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan pengembangan
pembelajaran dapat terlaksana dengan hasil yang sesuai, dan merupakan tantangan baru bagi
peneliti untuk menggunakan strategi pembelajaran dan anak merasa senang dengan kegiatan
yang dilaksanakan.
elemahan diri :  selain memberikan penjelasan peneliti juga harus dapat memberikan kegiatan yang tidak
membosankan bagi anak, melaksanakan kegiatan pengembangan pembelajaran dengan
menggunakan media gunting sering dilakukan.
 
2.      Siklus II
a.    Perencanaan
Perencanaan pada siklus II diawali dengan membuat perencanaan pembelajaran atau
SKH (Satuan Kegiatan Harian).
SKH 1
1). Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang macam-macam jenis
pakaian dan bermain tepuk “tepuk polisi”.

Di kegiatan ini anak menggunting gambar baju, menghubungkan gambar macam-macam


pakaian dengan tulisannya dan mengelompokkan gambar macam-macam pakaian.
3). Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a bermain.
4). Penutup
Di kegiatan akhir anak bernyanyi “polingga”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan
pulang.

SKH 2
1)        Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang pakaian untuk bekerja
dan bertepuk “tepuk dokter”.
2)        Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar jenis-jenis pakaian untuk bekerja, menebalkan
tulisan dan menghitung gambar pakaian.
3)        Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dan bermain.
4)        Penutup
Di kegiatan akhir anak bernyanyi “pak pilot”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan
pulang.

SKH 3
1)     Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang pakaian daerah dan
bernyanyi “senggol dendang”.

2)        Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar pakaian adat,menulis huruf depan gambar dan
menyebutkan urutan bilangan dengan gambar.
3)        Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a bermain.
4)     Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk kabayan”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan
salam dan pulang.

SKH 4
1)        Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang baju boneka dan
bernyanyi “abdi gaduh boneka”.
2)        Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar boneka, menebalkan tulisan minuman dan
mengelompokkan gambar dengan bilangan.
3)        Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dan bermain .
4)        Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk badut”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam
dan pulang.

SKH 5
1)        Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang asal mula pakaian dan
bernyanyi kelompok.
2)        Inti
Di kegiatan ini anak menggunting kain, menghubungkan gambar dengan tulisannya dan
mengurutkan gambar dengan angka.
3)        Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dan bermain.
4)        Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk kupu-kupu”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan
salam dan pulang.

b.      Langkah-langkah perbaikan
1)      Skenario perbaikan SKH 1
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan bahasa
yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya
gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi
kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting,
meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat
proses menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian,
mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke
tempatnya.

2)      Skenario perbaikan SKH 2


Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan bahasa
yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya
gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi
kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting,
meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat
proses menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian,
mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting.

3)      Skenario perbaikan SKH 3


Guru memberikan penjelasan tentangdengan menggunakan jelas dan komnikatif,
menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang
gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya,
meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang
gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu
anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, dan menyimpan kembali gunting
ke tempat semula.

4)      Skenario perbaikan SKH 4


Guru memberikan penjelasan jelas dan komunikatif, menggunakan alat peraga,
memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan
contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk
berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak
untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu anak yang belum bisa
menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk menceritakan proses
menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat semula.

5)      Skenario perbaikan SKH 5


Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan bahasa
yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya
gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi
kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting,
meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat
proses menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian,
mengajak anak untuk menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke
tempat semula.
c.       Pelaksanaan
1)      Menentukan Penilai 1 dan 2
Penilai 1 adalah ibu Marwa Yunus, S.Pd, dan penilai 2 adalah Bapak Yeremias Masan
Ola, S.Pd, dengan menggunakan surat pernyataan kesediaan berperan menjadi penilai dan
ditandatangani oleh kepala sekolah RA AR AR-RAHMAH LAMAHALA yang beralamat di
lamahala jaya dusun 6 jln pena jawa kecamatan adonara timur kabupaten flores timur.

2)      Tugas Penilai 1 dan 2


Tugas penilai 1 adalah mempelajari buku panduan PKP, mempelajari APKG 1 dan 2,
menilai SKH, menilai skenario perbaikan, mengisi lembar observasi dan menyerahkan APKG
1 dan 2 kepada Praktikan.
Tugas penilai 2 adalah mempelajari buku panduan PKP, mempelajari APKG 1 dan 2,
menilai SKH, menilai skenario perbaikan, mengisi lembar observasi, menyerahkan APKG 1
dan 2, dan menilai PKP bersama Supervisor.
3)      Tugas Supervisor
Memberikan orientasi PKP, membimbing dan memberikan supevisi, menilai rancangan
satu siklus dalam tiap siklus, mereview SKH, skenario perbaikan, lembar observasi, refleksi
dan mereview hasil APKG 1 dan 2, menilai simulasi, membimbing dan memberi masukan
terhadap laporan PKP, menilai laporan, merekapitulasi nilai praktek dan menyerahkan
rekapitulasi nilai praktek dan laporan PKP ke UPBJJ UT.

d.      Prosedur Kegiatan Pengembangan


Prosedur kegiatan pengembangan yang utama adalah memberikan pejelasan tentang
gunting, mengenal bentuk, cara memegang, dan menyuruh anak menggunting gambar yang
telah disediakan guru  juga yang di ambil dari koran dan majalah dengan mengutamakan
proses dari pada hasil akhir.

e.       Pengamatan/Pengumpulan data/instrumen
Dalam melaksanakan perbaikan pengembangan pada siklus 1 dan 2 menggunakan
pengumpulan data melalui hasil karya atau penugasan kepada anak, menetapkan instrumen
penilaian dan data observasi.

f.       Refleksi
Setelah melaksanakan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran dan pengembangan,
peneliti melakukan refleksi diri apakah selama melaksanakan perbaikan pengembangan
memiliki kelebihan atau kekurangan untuk diperbaiki selanjutnya.
·           Skenario perbaikan SKH1
Kekuatan :    dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya
gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum bisa memegang gunting dengan benar.

·           Skenario perbaikan SKH2


Kekuatan :    dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya
gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan:  masih ada anak yang belum bisa menggunakan gunting dengan benar.

·           Skenario perbaikan SKH3


Kekuatan :    dengan memberikan penjelasan tentang cara menggunakan, memegang dan melaksanakan
kegiatan menggunting sehingga anak menjadi tahu menggunting bentuk.
Kelemahan:  masih ada anak yang belum bisa menggunting gambar dengan benar.

·           Skenario perbaikan SKH4


Kekuatan :    dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya
gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar pola.

·           Skenario perbaikan SKH5


Kekuatan :    dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan bahayanya
gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar dari majalah atau koran.
Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran terdapat kekuatan dan
kelemahan diri. Hal ini dikarenakan masih kurangnya kegiatan pembelajaran yang
menggunakan media gunting, sehingga setelah melaksanakan tindakan perbaikan
pengembangan dalam rancangan satu siklus, dapat disimpulkan :
ekuatan diri : sebelum membuat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, terlebih dahulu melihat kemampuan
dan karakteristik anak, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan pengembangan
pembelajaran dapat terlaksana dengan hasil yang sesuai, dan merupakan tantangan baru bagi
peneliti untuk menggunakan strategi pembelajaran dan anak merasa senang dengan kegiatan
yang dilaksanakan.
elemahan diri :  selain memberikan penjelasan peneliti juga harus dapat memberikan kegiatan yang tidak
membosankan bagi anak, melaksanakan kegiatan pengembangan pembelajaran dengan
menggunakan media gunting sering dilakukan.
BAB IV
HASIL  DAN PEMBAHASAN

A.     Hasil Perbaikan Tiap Siklus


Berdasarkan temuan-temuan dari kegiatan perbaikan yang dilakukan selama 2 siklus
yang terdiri dari 10 kali tampilan di kelas, baik yang berkaitan dengan perolehan hasil belajar
anak maupun peneliti serta temuan-temuan pengamatan teman sejawat yang berkaitan dengan
pelaksanaan perbaikan pengembangan diperoleh data sebagai berikut :
1.    Siklus I
a.       Hasil Belajar Anak
Siklus I saya laksanakan dari tanggal 7 – 11 Mei 2022. Dari siklus I diperoleh data hasil
belajar siswa dengan menggunakan media gunting sebagai berikut :

Tabel : 1
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-1

Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 2 15,38 Baik
√ 3 23,08 Sedang
O 8 61,54 Kurang
Jumlah 13 100
 Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
yaitu berjumlah 2 orang anak,   jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori
sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 8 orang anak. Sehingga dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil
belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.

Dilihat dari jumlah prosentase  anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
baru 15,38 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.
Tabel : 2
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-2

Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 3 23,08 Baik
√ 4 30,77 Sedang
O 6 46,15 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
yaitu berjumlah 3 orang anak,   jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori
sedang 4 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 6 orang anak. Sehingga dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil
belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase  anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
baru 23,08 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.

Tabel : 3
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-3

Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 4 30,77 Baik
√ 4 30,77 Sedang
O 5 38,46 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
yaitu berjumlah 4 orang anak,   jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori
sedang 4 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 5 orang anak. Sehingga dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil
belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase  anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
baru 30,77 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.

Tabel : 4
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-4

Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 5 38,46 Baik
√ 3 23,08 Sedang
O 5 38,46 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
yaitu berjumlah 5 orang anak,   jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori
sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 5 orang anak. Sehingga dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil
belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase  anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
baru 38,46 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.

Tabel : 5
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-5

Nilai Sikulus I Keterangan


Frekuensi Prosentase
(%)
• 6 46,15 Baik
√ 3 23,08 Sedang
O 4 30,77 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
yaitu berjumlah 6 orang anak,   jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori
sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 4 orang anak. Sehingga dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil
belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase  anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
baru 46,15 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.

b.  Tampilan Guru Dalam Pembelajaran


Data hasil observasi Siklus I yang dilakukan observer terhadap  penampilan guru
dalam pembelajaran dengan mengunakan gunting untuk meningkatkan kemampuan motorik
halus anak dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel : 6
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 1

Aspek yang Diamati


Kemunculan Prosentase Komentar
Frekuensi
(%)
ya 13 87
tidak 2 13
Jumlah 15 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam  lembar observasi 13 aspek menunjukan kemunculan ya dan 2 aspek sisanya
menunjukan kemunculan tidak . Ini artinya bahwa penampilan guru masih belum sesuai
dengan perencanaan yang dibuat. 
Dilihat dari jumlah prosentase  aspek kemunculan ya sebesar  87 %. Hal ini
menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.

Tabel : 7
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 2

Aspek yang Diamati


Kemunculan Prosentase Komentar
Frekuensi
(%)
Ya 14 93
Tidak 1 7
Jumlah 15 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam  lembar observasi 14  aspek menunjukan kemunculan ya dan 1 aspek sisanya
menunjukan kemunculan tidak . Ini artinya bahwa penampilan guru masih belum sesuai
dengan perencanaan yang dibuat. 
Dilihat dari jumlah prosentase  aspek kemunculan ya sebesar  93 %. Hal ini
menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.

Tabel : 8
Data Hasil Observasi Tentang Peanampilan Guru Siklus I Tampilan 3

Tampilan Aspek yang Diamati Komentar


Prosentase
Frekuensi
(%)
ya 15 100 2
tidak 0 0
Jumlah 15 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam  lembar observasi 15  aspek menunjukan kemunculan ya dan  0 aspek sisanya
atau tidak ada aspek yang menunjukan kemunculan tidak . Ini artinya bahwa penampilan guru
sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.  Namun demikian masih ada 2 komentar yang
merupan kekurangan yang ditunjukan oleh guru dalam pembelajaran.
Dilihat dari jumlah prosentase  aspek kemunculan ya sebesar  100 %. Hal ini
menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Tabel : 9
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 4

Aspek yang Diamati


Tampilan Prosentase Komentar
Frekuensi
(%)
Ya 15 100 1
Tidak 0 0
Jumlah 15 100
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam  lembar observasi semua aspek menunjukan kemunculan ya. Ini artinya
bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.  Namun demikian
masih ada 1 komentar yang merupan kekurangan yang ditunjukan oleh guru dalam
pembelajaran.
Dilihat dari jumlah prosentase  aspek kemunculan ya sebesar  100 %. Hal ini
menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Tabel : 10
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 5

Aspek yang Diamati


Tampilan Prosentase Komentar
Frekuensi
(%)
Ya 15 100
Tidak 0 0
Jumlah 15 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam  lembar observasi semua aspek menunjukan kemunculan ya  dan dalam
kolom komentar menunjukan tidak ada komentar.  Ini artinya bahwa penampilan guru benar-
benar sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.
Dilihat dari jumlah prosentase  aspek kemunculan ya sebesar  100 %. Hal ini
menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.

c.   Refleksi
Data temuan penelitian bersama teman sejawat yang dapat dihimpun adalah sebagai
berikut :
1)        Refleksi komponen pembelajaran.
Kegiatan yang telah dilaksanakan suadah sesuai dengan indikator yang ditentukan,
materi yang disajikan juga sesuai dengan tingkat perkembangan anak, media pembelajaran
telah sesuai dengan indikator yang telah ditentukan, reaksi anak terhadap metode
pembelajaran yang digunakan dapat diterima sebagai pengalaman yang beragam. Alat
penilaian yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
2)      Refleksi proses kegiatan
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan SKH yang telah disusun,
namun masih ada kelemahan dalam hal penataan kegiatan, pengelolaan kelas, juga
pemanfaatan waktu yang belum maksimal. Penyebabnya karena mungkin guru baru pertama
dan belum beradaptasi dengan lingkungan serta belum optimalnya penataan kegiatan. Dalam
memperbaiki kelemahan tersebut guru melakukannya dengan cara menyesuaikan keadaan
dan kegiatan yang biasa/rutin dilaksanakan. Kekuatan guru dalam merancang kegiatan sudah
disesuaikan dengan tema dan perkembangan anak. Penyebab kekuatan dalam merancang
kegiatan disesuaikan dengan atan dengan memberi kesempatan kepada anak agar dapat
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal-hal unik positif yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran adalah sebagian besar anak dapat menerima dan melaksanakan kegiatan
tersebut. Alasan guru yang dapat dipertangungjawabkan dalam mengambil keputusan dan
tindakan mengajar adalah menerapkan prinsip belajar sambil bermain dan bermain seraya
belajar. Reaksi anak terhadap pengelolaan kelas belum sepenuhnya dapat menerima
pembelajaran yang dilaksanakan guru karena masih ada anak yang asyik dengan kegiatannya
sendiri. Sebagaian anak dapat menangkap penjelasan yang diberikan guru. Dalam penilaian
reaksi anak sangat antusias karena anak senang dengan pujian dan tanda bintang. Anak telah
mencapai indikator kemampuan yang ditetapkan guru. Guru juga telah dapat mengatur dan
memanfaatkan waktu kegiatan sebaik mungkin. Untuk kegiatan penutup telah dapat
meningkatkan penguasaan anak terhadap materi yang disampaikan. 
   
2.       Siklus II
a.        Hasil Belajar Anak
Siklus kedua saya laksanakan berdasarkan hasil yang belum maksimal dari siklus I
maka diadakan pendekatan bagi siswa yang masih jauh dari yang diharapkan tentang
pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Penulis memberikan dorongan kepada siswa untuk
lebih berani mencoba menggunakan gunting dan pemberian motivasi melalui pejelasan
tentang penggunaan gunting. 
Siklus II dilaksanakan tanggal 12– 16 Mei 2022, dari kegiatan siklus II ini diperoleh
data sebagai berikut :

Tabel : 11
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-1
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 7 53,85 Baik
√ 2 15,38 Sedang
O 4 30,77 Kurang
Jumlah 13 100
          Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
yaitu berjumlah 7 orang anak,   jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori
sedang 2 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 4 orang anak. Sehingga dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil
belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase  anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
baru 53,85 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.

Tabel : 12
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-2

Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 8 61,54 Baik
√ 3 23,08 Sedang
O 2 15,38 Kurang
Jumlah 13 100
     Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
yaitu berjumlah 8 orang anak,   jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori
sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 2 orang anak. Sehingga dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil
belajar sudah sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase  anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
baru 61,54%. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.

Tabel : 13
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-3

Sikulus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 9 69,23 Baik
√ 2 15,38 Sedang
O 2 15,38 Kurang
Jumlah 13 100
     Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
yaitu berjumlah 9 orang anak,   jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori
sedang 2 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 2 orang anak. Sehingga dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil
belajar sudah sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase  anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
baru 69,23 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran sudah berhasil.

Tabel : 14
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-4

Nilai Siklus I Keterangan


Prosentase
Frekuensi
(%)
• 10 76,92 Baik
√ 3 23,08 Sedang
O 0             0,00 Kurang
Jumlah 13 100
       Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
yaitu berjumlah 10 orang anak,   jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori
sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 0 orang anak. Sehingga dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil
belajar sudah sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase  anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
mencapai 76,92 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran sudah berhasil.

Tabel : 15
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-5

Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 12 92,31 Baik
√ 1             7,69 Sedang
O 0             0,00 Kurang
Jumlah 13 100
       Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
yaitu berjumlah 12 orang anak,   jumlah anak yang berhasil menggunting dengan kategori
sedang 1 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 0 orang anak. Sehingga dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil
belajar sudah sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase  anak yang berhasil menggunting dengan kategori baik
baru mencapai 92,31 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran sangat berhasil.
Secara keseluruhan dari tabel data hasil belajar anak dengan menggunakan media
gunting siklus I dan II di atas dapat kita lihat untuk kategori Baik (B) adalah sebagai
berikut  Tampilan 1 sebanyak 2  orang anak  atau = 15,38 %, Tampilan 2 bertambah
menjadi 3 orang anak  atau =23,08 %, Tampilan 3 bertambah menjadi 4 orang anak atau
= 30,77 %, Tampilan 4 bertambah menjadi  5 orang anak atau 38,46 %, Tampilan 5
bertambah menjadi 6 orang anak  atau = 46,15%, Tampilan  1 Siklus II bertambah 7 orang
anak atau = 53,85 %, Tampilan 2 bertambah menjadi 8 orang anak  atau = 61,54%, Tampilan
3 bertambah menjaadi 9 orang anak  atau 69,23, Tampilan 4 bertambah menjadi 10
orang anak atau = 76,92 % dan Tampilan 5 bertambah menjadi 12 orang anak atau = 92,31
%. Hasil belajar anak dalam  pembelajaran dengan menggunakan media gunting untuk
kategori Sedang (S) siklus I adalah sebagai berikut : Tampilan 1 sebanyak 3 siswa  atau =
23,08 %, Tampilan 2 bertambah menjadi 4 siswa atau = 30,77 %, Tampilan 3 tetap 4 siswa
atau = 30,77 %, Tampilan 4 tetap  3 siswa atau 23,08 %, Tampilan 5 tetap 3 orang anak atau
= 23,08 %, Siklus II Tampilan  1 berkurang lagi menjadi 2orang anak atau = 15,38 %,
Tampilan 2 bertambah menjadi 3 orang anak atau = 23,08%, Tampilan 3 berkurang menjadi
2 orang anak  atau 15,38, Tampilan 4 bertambah menjadi 3 oranganak atau = 23,08 % dan
Tampilan 5 berkurang menjadi 1 orang anak atau =7,69 %.  Hasil
belajar  anak  dalam  pembelajaran dengan menggunakan media gunting untuk kategori
Kurang (K) siklus I adalah sebagai berikut : Tampilan 1 sebanyak 8 orang anak  atau =
61,54 %, Tampilan 2 berkurang menjadi 6 orang anak atau = 46,15 %, Tampilan 3 bertambah
menjadi 5orang anak atau = 38,46 %, Tampilan 4 tetap  5 orang anak  atau 38,46 %,
Tampilan 5 berkurang menjadi 4 orang anak atau = 30,77 %, siklus II
Tampilan  1 berkurang  menjadi 4 orang anakatau = 30,77 %, Tampilan 2 berkurang
menjadi 2 oranag anak atau = 15,38%, Tampilan 3 tetap 2orang
anak atau = 15,38 %, Tampilan 4 dan Tampilan 5 berkurang menjadi 0 siswa atau = 0,00 %.
Dari siklus I dan II dengan 10 kali tampilan hasil belajar siswa dengan menggunakan
media gunting menunjukan peningkatan yang signifikan. Hal ini berarti juga bahwa
kemampuan motorik halus anak dalam pembelajaran dengan menggunakan media gunting
meningkat secara signifikan. Lebih lanjut dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik : 1
Grafik Jumlah Anak  Dalam Pencapaian Hasil Belajar Siswa
 

                   Sumber : Olah Data Hasil Observasi

Dari  grafik 1 di atas dapat dilihat jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar untuk
kategori baik menunjukan adanya peningkatan dari 2 orang anak pada tampilan satu siklus I
bertambah menjadi 6 orang anak pada tampilan 5 akhir siklus I, dan 7 orang anak pada
tampilan 1 siklus II meningkat menjadi 12 orang anak pada tampilan 5 siklus II. Untuk
kategori sedang terjadi perubahan secara dinamis dari 3 orang anak pada tampilan 1 siklus I
menjadi 1 orang anak pada tampilan 5 akhir siklus II. Untuk kategori kurang terjadi
penurunan dari 8 orang anak pada tampilan 1 siklus I berkurang menjadi 0 orang anak pada
tampilan 5 akhir siklus II.
Grafik : 2
Grafik Prosentase Pencapaian Hasil Belajar Siswa Per Tampilan
Dari grafik 2 terlihat bahwa prosentase anak yang hasil belajarnya Kurang (K)
dari 61,54 % pada tampilan ke-1 siklus I berkurang terus sampai tidak ada atau
0 %  anak pada tampilan ke-5. Anak yang Sedang (S) dari  23,08 % pada tampilan ke-
1 mengalami perubahan secara dinamis sehingga pada tampilan ke-5 tinggal 7,69
%,  sedangkan untuk anak Baik (B) dari 15,38 % pada tampilan ke-1 bertambah terus
menjadi 92,31 %  diakhir tampilan siklus II. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan
media gunting dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK.  Dalam penelitian
ini penulis melaksanankannya dalam 2 siklus dan masing-masing siklus sebanyak 5 kali
tampilan. Dan tiap tampilan sekitar 30 menit.
Secara keseluruhan perkembangan hasil belajar anak dengan menggunakan media
gunting dengan kategori Baik dapat kita lihat pada grafik berikut :

Grafik : 3
Grafik  Pencapaian Hasil Belajar Siswa Berkriteria Baik

Dari grafik 3 di atas diketahui andanya peningkatan jumlah siswa dalam belajar yang
mencapai hasil belajar kategori baik pada setiap tampilan. Secara keseluruhan hasil belajar
siswaakhir siklus I Baik (B) 6 orang naik menjadi 12  orang pada siklus ke-II.
Grafik : 4
Grafik Prosentase Pencapaian Hasil Belajar Siswa Per Siklus
Berkategori Baik

Dari grafik 4 di atas diketahui andanya peningkatan prosentase jumlah anak dalam


belajar yang mencapai hasil kategori baik pada setiap tampilan. Secara keseluruhan hasil
belajar anaksiklus I Baik (B) 46,15% naik menjadi 92,31 % pada siklus ke-II.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menggunakan media gunting
ada kecenderungan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah
Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat. Peningkatan tersebut harus dibarengi dengan
tersedianya kesempatan waktu belajar yang lebih panjang dan fleksibel. Artinya waktu
belajar diperpanjang durasinya dan waktu kegiatannya dapat dilaksanakan sebelum masuk,
waktu istirahat maupun waktu siswa hendak pulang.

b.   Tampilan Guru Dalam Pembelajaran `


Data hasil observasi Siklus I yang dilakukan observer terhadap  penampilan guru
dalam pembelajaran dengan menngunakan gunting untuk meningkatkan kemampuan motorik
halus anak dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel : 16
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 1

Aspek yang Diamati


Tampilan Prosentase Komentar
Frekuensi
(%)
ya 15 100
Tidak 0 0
Jumlah 15 100
Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam  lembar observasi semua aspek menunjukan kemunculan ya. Ini artinya
bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.  Dalam kolom
komentar tidak  ada komentar.
Dilihat dari jumlah prosentase  aspek kemunculan ya sebesar  100 %. Hal ini
menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.

Tabel : 17
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 2

Aspek yang Diamati


Tampilan Prosentase Komentar
Frekuensi
(%)
Ya 15 100
Tidak 0 0
Jumlah 15 100
Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam  lembar observasi semua  aspek menunjukan kemunculan ya. Ini artinya
bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.
Dilihat dari jumlah prosentase  aspek kemunculan ya sebesar  100 %. Hal ini
menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.

Tabel : 18
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II  Tampilan 3

Aspek yang Diamati


Tampilan Prosentase Komentar
Frekuensi
(%)
Ya 15 100
Tidak 0 0
Jumlah 15 100

Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam  lembar observasi semua  aspek menunjukan kemunculan ya. Ini artinya
bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat. 
Dilihat dari jumlah prosentase  aspek kemunculan ya sebesar  100 %. Hal ini
menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Tabel : 19
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 4

Aspek yang Diamati


Tampilan Prosentase Komentar
Frekuensi
(%)
Ya 15 100
Tidak 0 0
Jumlah 15 100
Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam  lembar observasi semua  aspek menunjukan kemunculan ya. Ini artinya
bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat. 
Dilihat dari jumlah prosentase  aspek kemunculan ya sebesar  100 %. Hal ini
menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Tabel : 20
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 5

Aspek yang Diamati


Tampilan Prosentase Komentar
Frekuensi
(%)
Ya 15 100
Tidak 0 0
Jumlah 15 100

Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang diamati oleh
observer dalam  lembar observasi semua  aspek menunjukan kemunculan ya. Ini artinya
bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat. 
Dilihat dari jumlah prosentase  aspek kemunculan ya sebesar  100 %. Hal ini
menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Jika dirata-ratakan aspek penampilan guru pada tiap siklus dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel : 21
Penampilan guru pada siklus I

Aspek yang Diamati


Kemunculan Rata- Prosentase Komentar
rataFrekuensi (%)
Ya 14,4 96 4
Tidak 0,6 4
Jumlah 15 100
Dari Tabel 21 di atas rata-rata aspek kemunculan ya penampilan guru mencapai 96 %
dengan 4 komentar dari observer. Ini artinya penampilan guru sudah dikatakan baik,
walaupun masih ada beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki.

Tabel : 22
Penampilan guru pada siklus II

Aspek yang Diamati


Kemunculan Rata- Prosentase Komentar
rataFrekuensi (%)
Ya 15 100
Tidak 0 0
Jumlah 15 100
          
Dari Tabel 22 di atas rata-rata aspek kemunculan ya penampilan guru mencapai 100 %
dengan tidak ada  komentar dari observer. Ini artinya penampilan guru sudah baik dan sesuai
dengan rencana yang dibuat sebelumnya.
Data penampilan guru dari siklus I dan II tersebut lebih lanjut dapat dilihat dalam grafik
berikut :
Grafik : 5
Grafik Penampilan Guru per siklus
Dari grafik 5 di atas menunjukan adanya perbaikan penampilan guru dalam
pelaksanaan pembelajaran dari rata-rata 96 % pada siklus I naik menjadi 100 %  pada silkus
II.  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penampilan guru sudah baik dan sesuai
dengan perencanaan pembelajaran yang dibuat.

c.   Refleksi
Data temuan penelitian bersama teman sejawat yang dapat dihimpun adalah sebagai
berikut :
1)        Refleksi komponen pembelajaran.
Kegiatan yang telah dilaksanakan suadah sesuai dengan indikator yang ditentukan,
materi yang disajikan juga sesuai dengan tingkat perkembangan anak, media pembelajaran
telah sesuai dengan indikator yang telah ditentukan, reaksi anak terhadap metode
pembelajaran yang digunakan dapat diterima sebagai pengalaman yang beragam. Alat
penilaian yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
2)      Refleksi proses kegiatan
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan SKH yang telah disusun,
namun masih ada kelemahan dalam hal penataan kegiatan, pengelolaan kelas, juga
pemanfaatan waktu yang belum maksimal. Penyebabnya karena mungkin guru baru pertama
dan belum beradaptasi dengan lingkungan serta belum optimalnya penataan kegiatan. Dalam
memperbaiki kelemahan tersebut guru melakukannya dengan cara menyesuaikan keadaan
dan kegiatan yang biasa/rutin dilaksanakan. Kekuatan guru dalam merancang kegiatan sudah
disesuaikan dengan tema dan perkembangan anak. Penyebab kekuatan dalam merancang
kegiatan disesuaikan dengan atan dengan memberi kesempatan kepada anak agar dapat
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal-hal unik positif yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran adalah sebagian besar anak dapat menerima dan melaksanakan kegiatan
tersebut. Alasan guru yang dapat dipertangungjawabkan dalam mengambil keputusan dan
tindakan mengajar adalah menerapkan prinsip belajar sambil bermain dan bermain seraya
belajar. Reaksi anak terhadap pengelolaan kelas belum sepenuhnya dapat menerima
pembelajaran yang dilaksanakan guru karena masih ada anak yang asyik dengan kegiatannya
sendiri. Sebagaian anak dapat menangkap penjelasan yang diberikan guru. Dalam penilaian
reaksi anak sangat antusias karena anak senang dengan pujian dan tanda bintang. Anak telah
mencapai indikator kemampuan yang ditetapkan guru. Guru juga telah dapat mengatur dan
memanfaatkan waktu kegiatan sebaik mungkin. Untuk kegiatan penutup telah dapat
meningkatkan penguasaan anak terhadap materi yang disampaikan.
B.       Pembahasan
Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh seluruh tubuh,
sedangkan gerakan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan
pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan pusat motorik di
otak. Perkembangan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otak. Oleh
sebab itu, setiap gerakan yang dilakukan anak sesederhana apapun, sebenarnya merupakan
hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak,
otaklah yang berfungsi sebagai bagian dari susunan syaraf  yang mengatur dan mengontrol
semua aktivitas fisik dan mental seseorang.
Aktivitas anak terjadi di bawah kontrol otak. Secara simultan dan berkesinambungan,
otak terus mengolah informasi yang ia terima. Bersamaan dengan itu, otak bersama jaringan
syaraf yang membentuk sistem syaraf pusat yang mencakup lima pusat kontrol, akan
mendiktekan setiap gerak anak. Dalam kaitannya dengan perkembangan motorik anak,
perkembangan motorik berhubungan dengan perkembangan kemampuan gerak anak. Gerak
merupakan unsur utama dalam perkembangan motorik anak, oleh sebab itu, perkembangan
kemampuan motorik anak akan dapat terlihat secara jelas melalui berbagai gerakan dan
permainan yang mereka lakukan.  
Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-bagin tubuh
tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari
tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi
mata dan tangan yang cermat.
Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK /RA, antara lain adalah anak mulai
dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri, menggunting dan sebagainya.

Pengembangan motorik pada anak TK/RA adalah merupakan proses memperoleh


keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Dalam mempelajari kemampuan
motorik halus anak belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar
menggerakan pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi.
Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti
menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas, tapi tidak semua
anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama. Dalam
melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik serta
kematangan mental ( Sujiono, 2007: 1.14).
Secara umum menurut pengamatan penulis kemampuan motorik halus anak RA AR
AR-RAHMAH sebelum dilakukan perbaikan sangat lemah, kemampuan motorik halusnya
baru mencapai di bawah 15 % dari jumlah siswa kelompok B yang berjumlah 13 orang anak.
Lemahnya kemampuan motorik halus anak terlihat ketika guru menyuruh anak untuk
melakukan  menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, dan menganyam
kertas, Pada umumnya mereka masih kurang terampil dalam menggerakan otot halusnya.
Perhatian mereka masih tidak focus dalam pembelajaran dan anak kurang berani dalam
melakukan tindakan atau melakukan gerakan-gerakan yang menuntut otot halusnya. Hal ini
dapat dimengerti karena memang banyak foktor yang mempengaruhinya. Selain factor
kematangan anak itu sendiri juga cara mengajar guru.   
Dari temuan-temuan dan hasil diskusi dengan teman sejawat  tentang penggunaan
gunting dalam pembelajaran untuk meingkatkan kemampuan motorik halus anak perlu
direncanakan dengan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Di samping pemberian  kesempatan waktu
belajar yang lebih panjang dan fleksibel. Artinya waktu belajar diperpanjang durasinya dan
waktu kegiatannya dapat dilaksanakan sebelum masuk, waktu istirahat maupun waktu siswa
hendak pulang.
Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK/RA sudah barang tentu
memerlukan bantuan guru. Disini guru dituntut untuk dapat menjalankan perannya sebagai
guru TK sehingga anak benar-benar dapat berkembang secara optimal.
Berdasarkan data-data penelitian di atas yang diperoleh dari temuan-temuan selama
melakukan perbaikan pembelajaran dapat dilihat bahwa penggunaan gunting dapat
meningkatkan  kemampuan motorik halus pada anak RA AR-RAHMAH lamahala.
Peningkatan dapat kita lihat dari hasil belajar anak yang berkategori baik terus meningkat
dari setiap tampilan sementara itu anak yang berkategori sedang dan kurang mengalami
penurunan hampir di setiap tampilan. Bahkan untuk anak dengan kategori kurang mereka
sudah tidak ada lagi pada akhir tampilan siklus ke II. Hal berbalik dengan data sebelum
dilakukan perbaikan  keberhasilan anak menurut  pengamatan penulis sebelum dilakukan
perbaikan  menunjukan hanya kurang lebih 15 % anak yang berhasil dalam belajar. Berikut
grafik prosentase peningkatan hasil belajar anak dalam meningkatkan motorik halus dengan
menggunakan gunting.
Grafik : 6
Grafik Prosentase Hasil Belajar Anak
Berdasarkan Grafik 6 di atas dapat kita lihat hasil belajar anak yang berketegori baik
meningkat dari 15 % menjadi 38,46% pada siklus I dan menjadi 92,31% di siklus II. Hal ini
menunjukan kemampuan motorik halus anak setelah mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan gunting meningkat cukup besar yaitu sekitar 77,31 % .  Dengan demikian
kemampuan motorik halus anak dapat ditingkatkan dengan menggunakan gunting.
Seperti halnya hasil belajar anak, kemampuan guru pun semakin bertambah.   Hal ini
ditunjukan dengan adanya keinginan dan usaha guru untuk terus memperbaiki kekurangan-
kekurangan yang dirasakan selama proses pembelajaran dalam setiap tampilan dan siklus
perbaikan. Dari data aspek penampilan guru menunjukan adanya peningkatan dari rata-
rata  96 % dengan 4 komentar pada siklus I naik menjadi 100 %  pada siklus II dan tampa
komentar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penampilan guru dalam hal ini
kemampuan guru atau cara mengajar guru sudah tidak diragukan lagi. Ia sudah dapat
mengajar dengan baik dan sesuai dengan perencanaan yang dibuatnya. Hal ini berarti pula
bahwa pelaksanaan pembelajaran di RA AR-RAHMAH sudah dapat dilaksanakan dengan
baik dan penggunaan media gunting dalam pembelajaran efektif karena dapat meningkatkan
kemampuan motorik halus anak RA AR-RAHMAH di LAMAHALA.
BAB V

                     PENUTUP

A.   Kesimpulan
Berdasarkan temuan-temuan selama perbaikan pembelajaran dengan  menggunakan
gunting sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan  bahwa : sebelum
dilakukan perbaikan kemampuan motorik halus anak RA AR-RAHMAH secara umum sangat
lemah. Lemahnya kemampuan motorik halus anak terlihat ketika guru menyuruh anak untuk
melakukan  menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, dan menganyam
kertas, Pada umumnya mereka masih belum terampil dalam menggerakan otot halusnya.
Perhatian mereka masih tidak fokus dalam pembelajaran dan anak kurang berani dalam
melakukan tindakan atau melakukan gerakan-gerakan yang menuntut otot halusnya. Hal ini
dapat dimengerti karena memang banyak foktor yang mempengaruhinya. Selain faktor
kematangan anak itu sendiri juga cara mengajar guru.  
Dari temuan-temuan dan hasil diskusi dengan teman sejawat  tentang penggunaan
gunting dalam pembelajaran untuk meingkatkan kemampuan motorik halus anak perlu
direncanakan dengan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Di samping pemberian  kesempatan waktu
belajar yang lebih panjang dan fleksibel. Artinya waktu belajar diperpanjang durasinya dan
waktu kegiatannya dapat dilaksanakan sebelum masuk, waktu istirahat maupun waktu siswa
hendak pulang.
Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK/RA sudah barang tentu
memerlukan bantuan guru. Disini guru dituntut untuk dapat menjalankan perannya sebagai
guru TK/RA sehingga anak benar-benar dapat berkembang secara optimal.

Berdasarkan data-data penelitian di atas yang diperoleh dari temuan-temuan selama


melakukan perbaikan pembelajaran dapat dilihat bahwa penggunaan gunting dapat
meningkatkan  kemampuan motorik halus pada anak RA AR-RAHMAH LAMAHALA yang
beralamat dilamahala jaya dusun 6 jalan pena jawa kecamatan adonara timur kabupaten flores
timur. Peningkatan dapat kita lihat dari hasil belajar anak yang berkategori baik terus
meningkat dari setiap tampilan sementara itu anak yang berkategori sedang dan kurang
mengalami penurunan hampir di setiap tampilan. Bahkan untuk anak dengan kategori kurang
mereka sudah tidak ada lagi pada akhir tampilan siklus ke II. Hal berbalik dengan data
sebelum dilakukan perbaikan  keberhasilan anak menurut  pengamatan penulis sebelum
dilakukan perbaikan  menunjukan hanya kurang lebih 15 % anak yang berhasil dalam belajar.
 Pada umumnya kemampuan motorik halus anak RA AR-RAHMAH setelah
dilakukan perbaikan menunjukan peningkatan yang sangat memuaskan. Hal ini terlihat dari
keterlibatan anak secara langsung dalam berbagai kegiatan baik pendahuluan, inti dan
kegiatan
akhir sehingga menambahmotivasi anak untuk lebih aktif mengikuti proses pembelajaran pen
ggunaan media dan alat pembelajaran yang sesuai dengan perencanaan mejadikan
pembelajaran menjadi lebih efektif. Dari pembelajaran yang efektif ini menghantarkan  hasil
belajar yang optimal. Penggunaan media gunting efektif untuk meningktakan kemampuan
motorik halus pada anak kelompok B RA AR-RAHMAH LAMAHALA di. Setelah diadakan
perbaikan hasil belajar anak meningkat dari 46,15 % pada siklus I menjadi 92,31% pada
siklus II.

B.    Saran
Berdasarkan temuan hasil penelitian tindakan perbaikan tentang penggunaan media
gunting untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak RA AR-RAHMAH
LAMAHALA disarankan sebagai berikut:
1.      Upaya peningkatan kemampuan motorik halus anak di RA AR-RAHMAH selain selain
dengan upaya-upaya di atas juga harus dibarengi dengan tersedianya kesempatan waktu
belajar yang lebih panjang dan fleksibel. Artinya waktu belajar diperpanjang durasinya dan
waktu kegiatannya dapat dilaksanakan sebelum masuk, waktu istirahat maupun waktu siswa
hendak pulang.
2.      Agar hasil belajar lebih baik disarankan kesiapan belajar siswa ditingkatkan lagi.
3.      Media gunting dapat diterapkan lebih lanjut pada bidang pengembangan kemampuan
motorik halus sejenis atau yang lain dengan mengambil tema yang berbeda.
4.      Pemilihan gambar-gambar berpola agar lebih bervariatif dan menarik supaya kemampuan
motorik halus anak betul-betul terlatih.
DAFTAR PUSTAKA

Ali Nugraha, 2008. “Kurikulum   dan Bahan Belajar TK” Universitas Terbuka, Jakarta.

Sujiono, dkk, 2007, “Metode Pengembangan Fisik”, Universitas Terbuka, Jakarta

IGAK Wardhani, dkk, 2008,”Penelitian Tindakan Kelas”, Universitas Terbuka, Jakarta

 KP PG-PAUD, 2009, “Panduan Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) Program
D-II PGTK”, Universitas Terbuka, Jakarta

KP PG-PAUD, 2010, “Panduan Pemantapan Kemampuan Profesional”, Universitas Terbuka, Jakarta

Tim TAP FKIP UT, 2011, “Panduan Tugas Akhir Program Sarjana FKIP”, Universitas Terbuka,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai