Anda di halaman 1dari 19

ILMU, TEKNOLOGI DAN BUDAYA

I. Pendahuluan
I.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu dan teknologi didominasi oleh dunia Barat. Sejak abad ke-18
perkembangan itu begitu pesat ditandai dengan kehadiran revolusi industri, di bawah
naungan jiwa dan semangat Zaman Renaissance dan Aufklarung. Bisa dipahami bahwa
kebudayaan Barat pun akhirnya banyak dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi.
Menurut Koentjaraningrat (1994:2) unsur-unsur kebudayaan yang ada di dunia ini
adalah; sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem
pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, dan sistem teknologi dan
peralatan. Dari ketujuh unsur itu yang akan menjadi telaahan adalah sistem pengetahuan
khususnya ilmu pengetahuan dan sistem teknologi.
Ilmu dan teknologi sebagai kerangka kebudayaan dapat dilihat, pertama sebagai
kekuatan produksi, kedua sebagai ideologi yang didalam termasuk politik, ketiga sebagai
kerangka kebudayaan modern, dan keempat mencari relevansi bagi pembangunan Indonesia
(Wartaya, 1987:306).
Ilmu merupakan hal dasar dari setiap pengetahuan yang sering kita telaah dan terus
kita gali. Pengetahuan yang dimulai dari rasa ingin tahu, kemudian kepastian yang kadang-
kadang kita merasa ragu. Dorongan rasa ingin tahu akan kepastian sesuatu yang belum kita
ketahui ataupun yang sudah kita tahu. Ilmu itu sendiri memiliki ciri-cirinya serta kriteria-
kriteria yang dapat membedakan antara pengetahuan-pengetahuan yang lain dengan yang
bukan ilmu.
Dalam perkembangannya, ilmu pun menjadi aspek utama terhadap perkembangan
teknologi serta kebudayaan. Perkembangan dua unsur tersebut tidak akan terlepas dari
perkembangan pengetahuan.
I.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian ilmu, teknologi, dan kebudayaan ?


2. Bagaimana hubungan antara ilmu dan teknologi ?
3. Bagaimana hubungan ilmu dan kebudayaan ?
4. Bagaimana hubungan teknologi dan kebudayaan ?
5. bagaimana hubungan antara ilmu, teknologi, dan budaya?

I.3. Tujuan
Adapun tujuannya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu, teknologi, dan kebudayaan.
2. Untuk mengetahui hubungan antara ilmu dan teknologi.
3. Untuk mengetahui hubungan ilmu dan kebudayaan.
4. Untuk mengetahui hubungan teknologi dan kebudayaan.
5. Untuk mengetahui hubungan antara ilmu, teknologi, dan budaya.

II. Pembahasan
Jika dicermati secara sepintas antara ilmu, teknologi dan kebudayaan memiliki
hubungan yang sangat erat. Hubungan tersebut dapat dipahami dalam bingkai yang sangat
luas dari kehidupan manusia. Membicarakan hubungan istilah-istilah tersebut sesungguhnya
dapat ditelusuri dengan memahami terlebih dahulu pengertian masing-masing istilahnya.
Dengan ungkapan lain, dapat disebutkan ketiga istilah itu berkaitan secara definitif. Dalam
sudut pandang yang demikianlah makalah sederhana ini ingin mengurai bagaimana ketiga
istilah itu saling berhubungan.
Sebelum membicarakan kesaling-hubungan antara ilmu, teknologi dan kebudayaan
dalam konteks sebagaimana disebut di atas, hal bijaksana yang perlu dilakukan adalah
merumuskan definisi antara ketiga istilah di atas, secara berturut-turut sebagai berikut :
II.1. Ilmu
Kendati telah banyak pakar yang mencoba mendefinikan ilmu, namun setidaknya
definisi atau rumusan yang mengatakan bahwa ilmu merupakan produk dari aktifitas dan
proses berpikir manusia dalam mencari kebenaran dengan menggunakan prosedur atau
metode tertentu, sehingga diperoleh pengetahuan yang sistematik dan logis, dapat dianggap
cukup representatif.
Hal penting yang patut diperhatikan dalam pengertian ilmu di atas adalah bahwa
istilah tersebut merujuk pada serangkaian aktivitas yang memiliki tujuan tertentu dan
dilakukan dengan kesadaran. Aktivitas yang dimaksud adalah segala kegiatan dan proses
yang dialami oleh seorang peneliti dalam membangun pengetahuan ilmiah. Secara sistematis
pengertian ilmu ini sesungguhnya menyangkut tiga hal, yakni: produk, proses dan prosedur.
Jika ilmu diperbicarakan pada tataran hasil dari aktivitas manusia dalam kegiatan ilmiah
(penelitian) maka ilmu dipandang sebagai hasil atau produk dari aktivitas tersebut. Adapun
jika ilmu diperbincangkan dalam konteks proses maka ia menunjuk pada “penelitian ilmiah.”
Sedang jika dipersoalkan sebagai suatu tata cara untuk mendapatkan kebenaran ilmiah
menunjuk pada “metode ilmiah.”
Menurut Prent (1969) sebagaimana dikutip oleh Tim Dosen Filsafat UGM (2003:
149) secara etimologis ilmu berasal dari kata ”Scientia” yang berarti pengetahuan tentang,
tahu juga tentang, pengetahuan mendalam, faham benar-benar. Masih pada buku yang sama
dijelaskan, bahwa ilmu memiliki makna denotatif dan makna konotatif. Dari makna
denotatif, ilmu dapat diartikan sebagai ”pengetahuan” sebagaimana dimiliki oleh setiap
manusia maupun ”pengetahuan ilmiah” yang disusun secara sistematis dan dikembangkan
melalui prosedur tertentu. Adapun konotasi istilah ilmu merujuk pada serangkaian aktivitas
manusia yang manusiawi, bertujuan dan berhubungan dengan kesadaran. Dari titik pandang
internal dan sistematis, konotasi ilmu sesungguhnya menyangkut tiga hal yaitu; proses,
prosedur, dan produk. Proses menunjuk pada ”penelitian ilmiah”, prosedur mengacu pada
”metode ilmiah”, dan ilmu sebagai produk mengandung maksud ”pengetahuan ilmiah”.
Dari dimensi sosiologi ilmu, ilmu dibedakan menjadi dua yaitu sudut pandang
”internal” yang mengacu pada ”ilmu akademis’, dan sudut pandang ”eksternal” yang
mengacu pada ”ilmu industrial”.”Ilmu akademis” relatif lebih menekankan pada pengkayaan
tubuh pengetahuan ilmiah untuk pengambangan ilmu itu sendiri, tanpa adanya pemikiran
untuk kemungkinan-kemungkinan penerapannya lebih jauh (ilmu untuk ilmu). Sedangkan
”ilmu industrial” memusatkan diri pada pengkajian efek-efek teknologis dari pengetahuan
ilmiah yang dihasilkan oleh ”ilmu-ilmu murni”. Titik beratnya pada kemampuan
instrumental ilmu dalam memecahkan problem-problem praktis di segala bidang kehidupan
manusia.
Ilmu merupakan suatu cara berfikir dalam menghasilkan suatu simpulan yang berupa
pengetahuan yang dapat diandalkan. Berfikir bukan satu-satunya cara dalam mendapatkan
pengetahuan, demikian juga ilmu bukan satu-satunya produk dari kegiatan berfikir. Ilmu
merupakan produk dari proses berfikir menurut langkah-langkah tertentu yang secara umum
dapat disebut sebagai berfikir ilmiah. Ilmu merupakan kegiatan berfikir untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar, atau secara lebih sederhana ilmu bertujuan untuk mendapatkan
kebenaran. Ilmu bersifat rasional, logis, bojektif dan terbuka (Jujun. S, 2007).

II.2. Teknologi
Secara etimologis akar kata teknologi adalah ”techne”yang berarti serangkaian
prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu objek atau kecakapan
tertentu. Juga berarti seni atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode (Runer,
1976). Beberapa pengertian teknologi yang dikaitkan dengan dimensi pengetahuan.
Teknologi adalah penerapan dari pengetahuan ilmiah kealaman (natural science) (Brinkmann
1971). Teknologi merupakan pengetahuan sistematis tentang seni industrial atau sebutan
singkatnya sebagai ilmu industrial (The Liang Gie, 1982). Atau penerapan pengetahuan
ilmiah untuk industri (Hill,1971). Bunge menyatakan bahwa teknologi adalah ilmu terapan
(apllied science) yang dipilihnya menjadi 4 cabang yaitu, teknologi fisik (misal teknik mesin,
teknik sipil), teknologi biologis (misal, farmakologi), teknologi sosial (misal, riset, operasi),
teknologi pikir (misal, ilmu komputer) (The Liang Gie. 1982). Fleibleman memandang
teknologi sebagai pertengahan antara ilmu murni dan ilmu terapan atau merujuk pada
teknologi sebagai keahlian atau skill (The Liang Gie, 1982). Layton memandang teknologi
sebagai pengetahuan (The Liang Gie, 1982). Sedangkan Karl Mark menggunakan istilah
teknologi dalam 3 makna yang berbeda, yaitu sebagai alat kerja, pengajaran praktis dari
sekolah industri dan ilmu tentang teknik (The Liang Gie, 1982). Dari definisi di atas jelas
terdapat beberapa pendapat, pertama teknologi bukan ilmu, melainkan penerapan ilmu.
Kedua, teknologi merupakan ilmu, yang dirumuskan dalam kaitan dengan aspek eksternal,
yaitu industri dan aspek internal yang dikaitkan dengan objek material ”ilmu” maupun aspek
”murni terapan”. Dan ketiga teknologi merupakan keahlian yang terkait dengan realitas
kehidupan sehari-hari.
Sedangkan dari dimensi bukan pengetahuan, teknologi diartikan sebagai suatu
produksi untuk tujuan-tujuan ekonomis. Merupakan suatu sistem yang netral untuk tujuan
penggunaan apapun. Teknologi juga merupakan ungkapan kepentingan manusia untuk
berkuasa. Segala aktivitas kerja manusia untuk membantu secara fisik maupun intelektual
dalam menghasilkan bangunan, produk, atau layanan yang dapat meningkatkan produktivitas
manusia guna memahami, beradaptasi, dan mengendalikan lingkungannya secara lebih baik
(Brinkmann, 1971). Berkner dan kranzberg memberikan pengetian teknologi sebagai
aktivitas kerja manusia untuk membantu baik secara fisik ataupun intelektual dalam
menghasilkan bangunan, produk-produk atau layanan yang dapat meningkatkan
produktivitas manusia untuk memahami, beradaptasi terhadap, dan mengendalikan
lingkungannya secara lebih baik (The Liang Gie, 1971). Reckover memahami teknologi tidak
lain sebagai artefak yang dihasilkan oleh manusia industrial modern dalam rangka
memperluas kekuasannya atas jiwa dan raga. Teknologi juga dapat diartikan sebagai aktivitas
dan hasil dari aktivitas yang merujuk pada pabrik-pabrik, barang, dan layanan (The Liang
Gie, 1971). Nash bahkan lebih sempit lagi, yakni dengan memahami teknologi sebagai
aktivitas hasil dari aktivitas, yang merujuk pada pabrik pabrik, barang dan layanan (The
Liang Gie, 1971). Dan Zimah mendefinisikan teknologi dalam kaitan dengan ilmu, dengan
merumuskan ilmu sebagai ”seni untuk tahu”( The Art of knowing), dan teknologi sebagai
”Seni untuk tahu bagaimana nya” (The Art of Knowing How)( The Liang Gie, 1971). Abrams
menyatakan bahwa teknologi merupakan ”penerapan teknik”(Aplication of techniques) (The
Liang Gie, 1982).
Sebagai suatu sistem yang kompleks, teknologi memiliki input, komponen, output,
dan lingkungan. Input teknologi berupa kekuatan-kekuatan material, keahlian, teknik,
pengetahuan, alat. Komponen teknologi berupa keahlian teknik, proses, fabrikasi,
manufaktur, maupun organisasi. Output dari teknologi adalah bangunan fisik, barang,
makanan, alat, organisasi, ataupun benda. Sedangkan lingkungan dari teknologi adalah
sebagai komponen kebudayaan terutama ilmu.
Teknologi merupakan istilah yang lahir kemudian dalam perkembangan pengetahuan
manusia. Sebagaimana definisi ilmu, teknologi memiliki berbagai macam pengertian
tergantung pada perspektif dan konteks apa teknologi itu didefinisikan. Terlepas dari itu,
pada garis besarnya, teknologi dapat didefinisikan sebagai penggunaan sumber-sumber dan
kekuatan-kekuatan alam secara metodik berdasarkan pada ilmu pengetahuan untuk maksud
memperhatikan dan memenuhi kebutuhan manusia. Namun apabila dikaitkan dengan dimensi
pengetahuan, teknologi dapat diartikan sebagai penerapan ilmu-ilmu kealaman, pengetahuan,
seni industrial, alat kerja dan sebagainya.
Adapun Perbedaan ilmu dan teknologi adalah: Ilmu bertujuan untuk menambah
pemahaman manusia terhadap fenomena alam, sedangkan Teknologi bertujuan untuk
memberikan kepraktisan bagi manusia, Input ilmu adalah ilmu yang sudah ada sebelumnya,
sedangkan Input teknologi adalah teori ditambah dengan SDA dan SDM. Karena input ini,
ilmu bersifat supranasional, maka Teknologi terbatas pada lingkungan tertentu. Output ilmu
adalah ilmu baru, sedangkan Output teknologi adalah produk.
Untuk memperjelas lagi identifikasi ilmu dan teknologi, The Liang Gie
mengumpulkan tujuh pembeda, yaitu:

Ilmu Teknologi

Memahami dan Merupakan suatu sistem yang


menerangkan fenomena fisik, telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan
biologis, psikologis, dan dunia akhir dari teknologi adalah untuk
sosial manusia secara empiris. memecahkan masalah-masalah material
manusia, atau untuk membawa pada
perubahan-perubahan praktis yang
diimpikan manusia.
Berkaitan dengan Memusatkan diri pada manfaat
pemahaman dan bertujuan untuk dan tujuannya adalah untuk menambah
meningkatkan pikir manusia kapasitas kerja manusia.

Tujuan ilmu adalah Tujuan teknologi memajukan


memajukan pembangkitan kapasitas teknik dalam membuat barang
pengetahuan atau layaan

Ilmu Teknologi

Mencari tahu Mengerjakan

Bersifat “supra rasional” Bersifat menyesuaikan diri


dengan lingkungan tertentu

Masukan: pengetahuan Masukan: material alamiah,


yang tersedia daya alamiah, keahlian, alat, mesin,
akal sehat, pengalaman dsbnya

Keluaran: pengetahuan Menghasilkan produk tiga


“baru” dimensi

Persamaan Ilmu dan Pengetahuan


1. Ilmu maupun teknologi merupakan unsur atau komponen dari kebudayaan
2. Ilmu maupun teknologi memiliki aspek ideasional maupun faktual, dimensi abstrak
maupun konkret, aspek teoretis maupun praktis.
3. Terdapat hubungan yang dialektis antara ilmu dan teknologi. Pada satu sisi, ilmu
menyediakan bahan pendukung penting bagi kemajuan teknologi berupa teori-teori,
pada sisi lainnya penemuan-penemuan teknologi sangat membantu perluasan
cakrawala penelitian ilmiah,yakni dengan dikembangkannya perangkat penelitian
berteknologi mutakhir.
4. Sebagai klarifikasi konsep, istilah ilmu lebih tepat dikaitkan dengan konteks
teknologi, sedangkan istilah pengetahuan lebih sesuai bila digunakan dalam konteks
teknis.
II.3. Kebudayaan
Kebudayaan dapat diartikan sebagai seluruh nilai material maupun spiritual yang
telah dan sedang diciptakan oleh manusia sepanjang sejarah, yang mencakup segala sesuatu
yang merupakan akibat dari aktivitas manusia secara sadar dan bebas.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia. Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya
dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis
yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa
bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang
lain.
Asal kata “kebudayaan” adalah cultuur (dalam bahasa Belanda), culture (dalam
bahasa Inggris), colere (dalam bahasa latin) yang berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan, dan mengembangkan terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini
berkembanglah arti culture sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengubah alam.
Dalam bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta “buddhayah”,
yaitu bentuk jamak dari buddhi yang artinya budi atau akal. Ada juga yang berpendapat
bahwa kebudayaan adalah sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budi daya, yang
berarti daya dari budi. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa,
sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa tersebut.
Secara singkat dan sederhana, sebagaimana dipahami secara umum, kebudayaan
adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Perwujudan dari kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-
lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
Dengan mencermati ketiga definisi di atas dapat dikemukakan bahwa ilmu, teknologi
maupun kebudayaan merupakan hasil dari aktivitas dan kreativitas manusia. Sebab, aktivitas
manusia berlangsung dalam perjalanan waktu dan berlangsung dalam realitas dan secara
faktual mempengaruhi perjalanan hidup manusia. Dalam perspektif inilah, makalah
sederhana ini berbicara tentang hubungan antara ketiganya.
III. HUBUNGAN ANTARA ILMU, TEKNOLOGI DAN KEBUDAYAAN

III.1. Hubungan Antara Ilmu dan Teknologi


Secara historis, dapat disebutkan bahwa pada mulanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi berjalan pada jalur yang terpisah. Dalam pertumbuhan peradaban
modern terjadi proses pembauran antara jalur ilmu dan teknologi. Salah satu faktor yang
membawa interaksi dan interdependensi antara ilmu dan tekonolgi adalah tuntutan
peningkatan alat-alat ukur kepastian yang sempurna untuk pengembangan pengetahuan
ilmiah, khususnya yang berkenaan dengan ilmu-ilmu eksakta: astronomi, fisika dan biologi.
Hal ini merupakan jembatan dari pertumbuhan antara ilmu modern dan teknologi modern.
Namun terlepas dari semua itu, ilmu dan teknologi, sebagaimana diungkapkan
sebelumnya, keduanya merupakan hasil karya manusia. Sebagai hasil dari kreativitas
manusia, ilmu dan teknologi merupakan dua entitas yang selalu berkembang dan mengalami
perubahan. Hubungan antara ilmu dan teknologi dapat dipahami sebagai dua dimensi
inhernitas antara satu dengan lainnya. Dengan ungkapan lain, bahwa di dalam teknologi
terkandung ilmu pengetahuan. Dengan demikian, perubahan di bidang ilmu akan diikuti
oleh perubahan teknologi, dan sebaliknya.
Berinspirasikan pada definisi teknologi di atas, secara ringkas dapat dikatakan bahwa
teknologi merupakan pengetahuan obyektif mengenai ketrampilan untuk mengubah,
membuat atau membentuk benda materiil yang dilakukan oleh aktivitas manusia untuk
dijadikan barang yang berguna. Sedang pengetahuan obyektif itu sendiri menunjukkan
keterampilan manusia dalam melukiskan fenomena-fenomena alam dengan metoda yang
sistematis dan logis. Ketrampilan tersebut berkaitan dengan penggunaan sumber-sumber dan
kekuatan-kekuatan alam yang didasarkan pengetahuan obyektif. Dalam pemahaman yang
demikian, tampak bahwa ilmu merupakan aspek penting dalam teknologi, dimana
kemampuan manusia dalam menjelaskan fenomena-feomena alam tersebut menjadi faktor
penentu bagi kemampuan manusia dalam mengubah, membuat atau membentuk benda-
benda materiil.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa sesungguhnya teknologi itu
bukanlah ilmu akan tetapi penerapan ilmu. Namun jika dikaitkan dengan aspek eksternal,
industri misalnya, dimana aspek eksternal ini disangkutpautkan dengan obyek material ilmu
atau aspek-murni terapan, maka teknologi dapat dikatakan sebagai ilmu. Teknologi juga
memiliki pengertian sebagai keahlian yang terkait dengan kehidupan manusia.
Untuk mendapatkan pengertian yang lebih jernih, secara sosiologis dapat dijelaskan
bahwa teknologi merupakan pola praktek penggunaan semua sumber daya untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu yang berdasar pada ilmu pengetahuan. Pendek kata, teknologi
merupakan penerapan ilmu pengetahuan. Teknologi, sebagai manifestasi dari ilmu
pengetahuan, pada hakikatnya adalah ilmu itu sendiri. Tidak bisa dibayangkan adanya
teknologi tanpa ilmu pengetahuan. Hubungan antara ilmu pengetahuan dan teknologi pada
dasarnya adalah hubungan antara teori dan penerapannya. Teori-teori ilmu pengetahuan,
apabila diterapkan dalam penggunaan empiris, akan melahirkan teknologi. Dengan jelas,
hubungan keduanya digambarkan A.B. Shah, bahwa hukum-hukum gelombang elektro-
magnetik adalah ilmu pengetahuan –aspek teoritisnya. Sedang radio, dimana cara kerjanya
menjelaskan hukum-hukum itu, yang merupakan bagian dari teknologi–aspek terapannya.
Dengan demikian, barangkali dapat dirumuskan, titik singgung antara ilmu dan
teknologi lebih bersifat dialektis, dan keduanya memiliki dimensi idealistas-faktual dan
teoritis-praktis.
 

III.2. Hubungan Antara Ilmu Dan Kebudayaan


Definisi kebudayaan seperti telah disinggung sebelumnya menunjukkan bahwa
kebudayaan dapat diartikan sebagai seluruh nilai dari hasil kreativitas manusia. Mengacu
pada pemahaman ini, tampak bahwa ilmu merupakan bagian dari kebudayaan, karena ilmu
adalah hasil dan penjelasan yang dilakukan manusia secara sistematis dan logis terhadap
fenomena-fenomena baik alam maupun sosial. Ilmu pengetauan, sebagai suatu sistem
pengetahuan, merupakan satu di antara unsur-unsur kebudayaan. Dari ungkapan ini, jelas
ilmu pengetahuan merupakan faktor penting dari aspek kebudayaan.
Konsep kebudayaan dapat dipertegas melalui ilustrasi bahwa sebagai produk
manusia, kebudayaan sudah menjadi realitas obyektif yang kemudian mengkondisikan
manusia, baik secara individu maupun sosial, untuk menyesuaikan diri dengan hasil
kreativitasnya, baik teknologi, bahasa maupun lembaga sosialnya. Pengkondisian yang
dimaksud adalah menyangkut ekternalisasi, pencurahan kedirian manusia secara terus-
menerus ke dalam dunia, baik dalam aktivitas fisik maupun mentalnya. Dalam proses
perkembangan pengkondisian manusia dalam konteks membentuk kebudayaan ini, tradisi
ilmu muncul dalam kehidupan manusia. Dalam alam pikiran yang demikian manusia
bersikap mengambil jarak terhadap alam sekitarnya, sehingga alam menjadi sesuatu yang
dapat dimanfaatkan dan dipelajari. Dan karenanya, ilmu menjadi komponen penting dalam
kebudayaan.
Melihat keterkaitan antara ilmu dengan kebudayaan yang demikian, posisi ilmu
sangat strategis jika dilihat dari segi pengembangan kebudayaan. Oleh karena itu, pandangan
yang menyebutkan ilmu untuk ilmu sudah tidak memiliki relevansinya. Jika logika ilmu
sebagai strategi kebudayaan ini dibalik maka posisi kebudayaan juga memiliki arti strategis
bagi pengembangan ilmu, karena perkembangan ilmu sangat mempertimbangkan unsur-
unsur dari sistem kebudayaan, secara integral. Dan dengan demikian, kesalahan pemilihan
terhadap proses pembelajaran ilmu akan memiliki dampak yang langsung dapat dirasakan
bagi integrasi kebudayaan dalam masyarakat.

III.3. Hubungan Antara Teknologi Dan Kebudayaan


Sebagaimana ilmu, teknologi adalah komponen penting dari kebudayaan, karena ia
memiliki peranan yang tidak ringan dalam proses kebudayaan, terutama dalam kaitannya
dengan fenomena globalisasi yang tidak dapat dibendung bahkan oleh institusi manapun.
Berbeda dengan peranan ilmu terhadap kebudayaan, teknologi lebih menekankan aspek
pembangunan unsur material kebudayaan manusia. Dalam konteks ini teknologi juga
merupakan bagian dari realitas obyektif yang pada akhirnya memiliki peranan yang besar
terhadap komponen kebudayaan lain, dan terhadap manusia sendiri.
Dalam keterkaitannya dengan hal di atas, stereotif yang muncul dalam pikiran
masyarakat dewasa ini lebih memojokkan posisi teknologi, yang dianggap sebagai penyebab
utama dari goyahnya dan terkoyak-koyaknya sistem kebudayaan. Pandangan tersebut
memang tidak sepenuhnya salah. Hal ini muncul lantaran adanya inkonsistensi komunikasi
antar kebudayaan yang selalu mengalami pergeseran-pergeseran. Lagi pula produk suatu
teknologi, dengan perangkat lunak dan sistem nilainya, misalnya, sangat mudah melintasi
secara akseleratif, dan untuk kemudian memasuki wilayah sistem-sistem kebudayaan.
Akselesari perlintasan sistem nilai teknologi kedalam demarkasi kebudayaan ini dirasakan
semakin sulit dikendalikan dan sering melahirkan gejala-gejala yang tidak dikehendaki
manusia sendiri.
Pergulatan entitas teknologi dan kebudayaan ini kemudian sering menimbulkan
masalah bagi kehidupan manusia. Di antaranya adalah yang sering dikenal dengan istilah
kesenjangan teknologi. Jelas bahwa masalah ini muncul lantaran munculnya perbedaan yang
bersifat mendasar antara teknologi dan kebudayaan itu sendiri. Bahkan, secara sosiologis,
sifat teknologi memunculkan ketergantungan budaya dan budaya ketergantungan. Selain itu
juga teknologi mempengaruhi budaya masyarakat yang mengarah pada sentralistik
kebudayaan, kecenderungan untuk melihat realitas secara dikotomis dan menimbulkan suatu
pandangan antroposentris yang marginalis.
Mencermati pemaparan yang demikian, hal pokok yang dapat diungkapkan berkaitan
dengan hubungan teknologi dan kebudayaan ini bahwa hubungan itu dapat dilihat melalui
perspektif teknologi maupun kebudayaan. Sudut pandang yang pertama lebih menuntut
kearifan manusia untuk melihat bahwa pilihan-pilihan yang disediakan teknologi
mengandung konsekuensi masing-masing. Disamping pula, potensi manusia dalam
memenuhi hasrat yang tidak terbatas sesungguhnya memiliki dimensi ganda yang bersifat
dialektis: mengembangkan potensi seluas-luasnya serta kemampuan untuk
mengendalikannya. Sementara perspektif yang kemudian lebih mengedepankan adanya
komunikasi antar sistem budaya. Baik itu melalui proses-proses eksternalisasi bagi
pentransfer teknologi, ataupun proses-proses inkulturasi, akulturasi bahkan invasi
kebudayaan bagi pihak yang mendapatkan tranfer tekonolgi itu.
Budaya keterkaitannya dengan pengetahuan istilah teknologi tampaknya memiliki pola-
pola makna yang berujud simbul-simbul dan sistem konsep-konsep, sebagai hasil yang
diungkapkan dalam proses komunikasi, pelestarian dan perkembangan pengetahuan manusia,
sebagai warisan budaya.

III.4.Hubungan Ilmu, Teknologi, dan Kebudayaan


Dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan beberapa hubungan dan perbedaan ilmu,
teknologi dan kebudayaan sebagai berikut: Ilmu dan teknologi merupakan bagian dari
kebudayaan. Kebudayaan terdiri atas banyak nilai yakni sosial, politik, ekonomi, religi, ilmu
dan teknologi. Ketiganya memiliki hubungan dialektis yang sangat kuat.
Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan
berbudaya. Teknologi sendiri dapat muncul dari ilmu pengetahuan yang selalu berkembang
dari zaman ke zaman. Namun, pengaruh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dalam
pembentukan budaya mempunyai dampak positf dan negatif. Dampak positif pada
pembentukan kebudayaan salah satunya adalah semakin berkembangnya daya pikir individu
dalam suatu bidang, baik itu dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, dan lain sebagainya.
selain itu, kemampuan individu dalam mencari informasi atau mengumpulkan data untuk
bahan diskusi dapat mereka dapatkan dengan cepat dan akurat melalui media yang berbasis
teknologi. Dari kedua hal di atas, pengaruh dalam pembentukan kebudayaan akan dengan
sendirinya muncul di dalam lingkungan masyarakat sebagai masyarakat modern. Adapun
dampak negatifnya seperti penyalahgunaan media teknologi sebagai sarana pencarian hal-hal
yang tidak ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan. Hal itu dapat membentuk
kebudayaan yang rendah akan moral dan sumber daya manusia yang bobrok tak berkualitas
sedikitpun.
Dari 2 dampak di atas, dapat di simpulkan bahwa pengaruh IPTEK pada
pembentukan kebudayaan tergantung dari kemampuan individu dalam menilai dampak yang
di timbulkan pada dirinya sendiri maupun dalam masyarakat. Jika seseorang dapat
mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi dengan sebaik-baiknya, maka kebudayaan yang
terbentuk juga akan menjadi kebudayaan yang maju dan berdasarkan aturan dan moral yang
ada.
Tata-nilai budaya suatu masyarakat merupakan landasan penentu kemampuan
masyarakat dalam berilmu pengetahuan dan berteknologi. Ciri-ciri penting tata nilai budaya
masyarakat yang mendukung kesuburan pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah:
a. Menyenangi dan menghargai upaya untuk memperoleh
kejelasan akan fenomena-fenomena yang dijumpai dalam kehidupannya;
b. Menyenangi dan menghargai upaya-upaya memanfaatkan
pengetahuan yang dimiliki untuk membentuk sistem-sistem baru;
c. Memiliki patokan-patokan yang mampu membedakan dan
memilih upaya-upaya ilmiah dan teknologis yang membawa kepada terwujudnya tata
kehidupan yang lebih baik;
d. Memiliki patokan-patokan yang memungkinkan
terwujudnya hubungan sosial yang lebih terbuka, serta mengendalikan pertumbuhan dari
institusi-institusi yang tidak mempunyai daya tanggap terhadap isyarat-isyarat
lingkungannya.
IV. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan, secara fungsional, merupakan sarana untuk membebaskan dan
menjinakkan teknologi dengan melalui upaya meningkatkan kebudayaan. Tentu saja hal ini
tidak begitu saja dapat dibaca secara mudah. Karena sesungguhnya persoalan hubungan
antara ilmu, teknologi dan kebudayaan merupakan realitas yang komplek. Dalam artian
bahwa mengabaikan satu saja dari realitas tersebut ketika memperbincangkan salah satu di
antaranya, justru akan menghasilkan pandangan yang timpang. Karenanya, upaya memberi
pengertian, pemahaman terhadap salah satu realitas tersebut, teknologi misalnya, hanya dapat
dilakukan dalam bingkai relasinya terhadap realitas lainnya, ilmu dan kebudayaan, dan
begitu seterusnya.
Ilmu pengetahuan mengalami perubahan yang sangat signifikan, terlebih lagi
ditunjang dengan teknologi mutakhir. Tetapi perlu dicatat, perpaduan antara science dan
teknologi tidak selamanya berdampak positive pada masyarakat. Justru terkadang malah
sebaliknya, bisa berakibat negative. Bayangkan saja pada masa ini science dan teknologi
bukan saja digunakan untuk menguasai alam melainkan juga untuk memerangi sesama
manusia dan menguasai mereka, terbukti bermacam-macam senjata pembunuh berhasil
diciptakan dan dikembangkan. Dampak tersebut tergantung pada masing-masing pengguna
teknologi tersebut. Apakah dia mampu memanfaatkannya dengan baik atau tidak? Dari
sinilah pendidikan moral “pendidikan agama” perlu dipertimbangkan. Sebenarnya pengaruh
science dan teknologi tidak hanya berdampak pada permasalahan moral saja, tetapi lebih
berat lagi, karena dengannya dapat merubah kebudayaan masyarakat tertentu dan juga dapat
menghilangkan nilai-nilai suatu budaya yang merupakan jiwa dari kebudayaan itu sendiri,
sekaligus menjadi dasar dari segenap wujud kebudayaan.
Pengalihan dan penggunaan teknologi yang berasal dari masyarakat lain harus
dilakukan dengan persiapan yang seksama, agar isyarat-isyarat yang terkandung di dalam
teknologi yang dialihkan sesempurna mungkin difahami, sehingga terhindar terjadinya
degradasi kinerja dan risiko pengoperasian yang besar, serta meminimumkan ketergantungan
teknologis. kesemuanya dapat berakibat meningkatnya biaya-biaya dalam pengoperasiannya
dan menurunkan daya saing produk teknologis yang dihasilkan, serta hal-hal lain yang
merugikan.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Amsal Baktiar, MA,. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Jujun S. Suriasumantri. 1999. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan,
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. 2001. Jakarta : Balai Pustaka
Koentjaranigrat. 1994. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
The Liang Gie. 1991. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberti
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. 1992. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty,
1986)
FILSAFAT ILMU

Pengampu : Prof. Dr. Ir. I Wayan Supartha, MS

TUGAS PAPER
ILMU, TEKNOLOGI DAN KEBUDAYAAN

Oleh :
LINDA YUPITA (NIM 1990611001)

PROGRAM STUDI DOKTOR ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019

Anda mungkin juga menyukai