I. Pendahuluan
I.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu dan teknologi didominasi oleh dunia Barat. Sejak abad ke-18
perkembangan itu begitu pesat ditandai dengan kehadiran revolusi industri, di bawah
naungan jiwa dan semangat Zaman Renaissance dan Aufklarung. Bisa dipahami bahwa
kebudayaan Barat pun akhirnya banyak dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi.
Menurut Koentjaraningrat (1994:2) unsur-unsur kebudayaan yang ada di dunia ini
adalah; sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem
pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, dan sistem teknologi dan
peralatan. Dari ketujuh unsur itu yang akan menjadi telaahan adalah sistem pengetahuan
khususnya ilmu pengetahuan dan sistem teknologi.
Ilmu dan teknologi sebagai kerangka kebudayaan dapat dilihat, pertama sebagai
kekuatan produksi, kedua sebagai ideologi yang didalam termasuk politik, ketiga sebagai
kerangka kebudayaan modern, dan keempat mencari relevansi bagi pembangunan Indonesia
(Wartaya, 1987:306).
Ilmu merupakan hal dasar dari setiap pengetahuan yang sering kita telaah dan terus
kita gali. Pengetahuan yang dimulai dari rasa ingin tahu, kemudian kepastian yang kadang-
kadang kita merasa ragu. Dorongan rasa ingin tahu akan kepastian sesuatu yang belum kita
ketahui ataupun yang sudah kita tahu. Ilmu itu sendiri memiliki ciri-cirinya serta kriteria-
kriteria yang dapat membedakan antara pengetahuan-pengetahuan yang lain dengan yang
bukan ilmu.
Dalam perkembangannya, ilmu pun menjadi aspek utama terhadap perkembangan
teknologi serta kebudayaan. Perkembangan dua unsur tersebut tidak akan terlepas dari
perkembangan pengetahuan.
I.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
I.3. Tujuan
Adapun tujuannya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu, teknologi, dan kebudayaan.
2. Untuk mengetahui hubungan antara ilmu dan teknologi.
3. Untuk mengetahui hubungan ilmu dan kebudayaan.
4. Untuk mengetahui hubungan teknologi dan kebudayaan.
5. Untuk mengetahui hubungan antara ilmu, teknologi, dan budaya.
II. Pembahasan
Jika dicermati secara sepintas antara ilmu, teknologi dan kebudayaan memiliki
hubungan yang sangat erat. Hubungan tersebut dapat dipahami dalam bingkai yang sangat
luas dari kehidupan manusia. Membicarakan hubungan istilah-istilah tersebut sesungguhnya
dapat ditelusuri dengan memahami terlebih dahulu pengertian masing-masing istilahnya.
Dengan ungkapan lain, dapat disebutkan ketiga istilah itu berkaitan secara definitif. Dalam
sudut pandang yang demikianlah makalah sederhana ini ingin mengurai bagaimana ketiga
istilah itu saling berhubungan.
Sebelum membicarakan kesaling-hubungan antara ilmu, teknologi dan kebudayaan
dalam konteks sebagaimana disebut di atas, hal bijaksana yang perlu dilakukan adalah
merumuskan definisi antara ketiga istilah di atas, secara berturut-turut sebagai berikut :
II.1. Ilmu
Kendati telah banyak pakar yang mencoba mendefinikan ilmu, namun setidaknya
definisi atau rumusan yang mengatakan bahwa ilmu merupakan produk dari aktifitas dan
proses berpikir manusia dalam mencari kebenaran dengan menggunakan prosedur atau
metode tertentu, sehingga diperoleh pengetahuan yang sistematik dan logis, dapat dianggap
cukup representatif.
Hal penting yang patut diperhatikan dalam pengertian ilmu di atas adalah bahwa
istilah tersebut merujuk pada serangkaian aktivitas yang memiliki tujuan tertentu dan
dilakukan dengan kesadaran. Aktivitas yang dimaksud adalah segala kegiatan dan proses
yang dialami oleh seorang peneliti dalam membangun pengetahuan ilmiah. Secara sistematis
pengertian ilmu ini sesungguhnya menyangkut tiga hal, yakni: produk, proses dan prosedur.
Jika ilmu diperbicarakan pada tataran hasil dari aktivitas manusia dalam kegiatan ilmiah
(penelitian) maka ilmu dipandang sebagai hasil atau produk dari aktivitas tersebut. Adapun
jika ilmu diperbincangkan dalam konteks proses maka ia menunjuk pada “penelitian ilmiah.”
Sedang jika dipersoalkan sebagai suatu tata cara untuk mendapatkan kebenaran ilmiah
menunjuk pada “metode ilmiah.”
Menurut Prent (1969) sebagaimana dikutip oleh Tim Dosen Filsafat UGM (2003:
149) secara etimologis ilmu berasal dari kata ”Scientia” yang berarti pengetahuan tentang,
tahu juga tentang, pengetahuan mendalam, faham benar-benar. Masih pada buku yang sama
dijelaskan, bahwa ilmu memiliki makna denotatif dan makna konotatif. Dari makna
denotatif, ilmu dapat diartikan sebagai ”pengetahuan” sebagaimana dimiliki oleh setiap
manusia maupun ”pengetahuan ilmiah” yang disusun secara sistematis dan dikembangkan
melalui prosedur tertentu. Adapun konotasi istilah ilmu merujuk pada serangkaian aktivitas
manusia yang manusiawi, bertujuan dan berhubungan dengan kesadaran. Dari titik pandang
internal dan sistematis, konotasi ilmu sesungguhnya menyangkut tiga hal yaitu; proses,
prosedur, dan produk. Proses menunjuk pada ”penelitian ilmiah”, prosedur mengacu pada
”metode ilmiah”, dan ilmu sebagai produk mengandung maksud ”pengetahuan ilmiah”.
Dari dimensi sosiologi ilmu, ilmu dibedakan menjadi dua yaitu sudut pandang
”internal” yang mengacu pada ”ilmu akademis’, dan sudut pandang ”eksternal” yang
mengacu pada ”ilmu industrial”.”Ilmu akademis” relatif lebih menekankan pada pengkayaan
tubuh pengetahuan ilmiah untuk pengambangan ilmu itu sendiri, tanpa adanya pemikiran
untuk kemungkinan-kemungkinan penerapannya lebih jauh (ilmu untuk ilmu). Sedangkan
”ilmu industrial” memusatkan diri pada pengkajian efek-efek teknologis dari pengetahuan
ilmiah yang dihasilkan oleh ”ilmu-ilmu murni”. Titik beratnya pada kemampuan
instrumental ilmu dalam memecahkan problem-problem praktis di segala bidang kehidupan
manusia.
Ilmu merupakan suatu cara berfikir dalam menghasilkan suatu simpulan yang berupa
pengetahuan yang dapat diandalkan. Berfikir bukan satu-satunya cara dalam mendapatkan
pengetahuan, demikian juga ilmu bukan satu-satunya produk dari kegiatan berfikir. Ilmu
merupakan produk dari proses berfikir menurut langkah-langkah tertentu yang secara umum
dapat disebut sebagai berfikir ilmiah. Ilmu merupakan kegiatan berfikir untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar, atau secara lebih sederhana ilmu bertujuan untuk mendapatkan
kebenaran. Ilmu bersifat rasional, logis, bojektif dan terbuka (Jujun. S, 2007).
II.2. Teknologi
Secara etimologis akar kata teknologi adalah ”techne”yang berarti serangkaian
prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu objek atau kecakapan
tertentu. Juga berarti seni atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode (Runer,
1976). Beberapa pengertian teknologi yang dikaitkan dengan dimensi pengetahuan.
Teknologi adalah penerapan dari pengetahuan ilmiah kealaman (natural science) (Brinkmann
1971). Teknologi merupakan pengetahuan sistematis tentang seni industrial atau sebutan
singkatnya sebagai ilmu industrial (The Liang Gie, 1982). Atau penerapan pengetahuan
ilmiah untuk industri (Hill,1971). Bunge menyatakan bahwa teknologi adalah ilmu terapan
(apllied science) yang dipilihnya menjadi 4 cabang yaitu, teknologi fisik (misal teknik mesin,
teknik sipil), teknologi biologis (misal, farmakologi), teknologi sosial (misal, riset, operasi),
teknologi pikir (misal, ilmu komputer) (The Liang Gie. 1982). Fleibleman memandang
teknologi sebagai pertengahan antara ilmu murni dan ilmu terapan atau merujuk pada
teknologi sebagai keahlian atau skill (The Liang Gie, 1982). Layton memandang teknologi
sebagai pengetahuan (The Liang Gie, 1982). Sedangkan Karl Mark menggunakan istilah
teknologi dalam 3 makna yang berbeda, yaitu sebagai alat kerja, pengajaran praktis dari
sekolah industri dan ilmu tentang teknik (The Liang Gie, 1982). Dari definisi di atas jelas
terdapat beberapa pendapat, pertama teknologi bukan ilmu, melainkan penerapan ilmu.
Kedua, teknologi merupakan ilmu, yang dirumuskan dalam kaitan dengan aspek eksternal,
yaitu industri dan aspek internal yang dikaitkan dengan objek material ”ilmu” maupun aspek
”murni terapan”. Dan ketiga teknologi merupakan keahlian yang terkait dengan realitas
kehidupan sehari-hari.
Sedangkan dari dimensi bukan pengetahuan, teknologi diartikan sebagai suatu
produksi untuk tujuan-tujuan ekonomis. Merupakan suatu sistem yang netral untuk tujuan
penggunaan apapun. Teknologi juga merupakan ungkapan kepentingan manusia untuk
berkuasa. Segala aktivitas kerja manusia untuk membantu secara fisik maupun intelektual
dalam menghasilkan bangunan, produk, atau layanan yang dapat meningkatkan produktivitas
manusia guna memahami, beradaptasi, dan mengendalikan lingkungannya secara lebih baik
(Brinkmann, 1971). Berkner dan kranzberg memberikan pengetian teknologi sebagai
aktivitas kerja manusia untuk membantu baik secara fisik ataupun intelektual dalam
menghasilkan bangunan, produk-produk atau layanan yang dapat meningkatkan
produktivitas manusia untuk memahami, beradaptasi terhadap, dan mengendalikan
lingkungannya secara lebih baik (The Liang Gie, 1971). Reckover memahami teknologi tidak
lain sebagai artefak yang dihasilkan oleh manusia industrial modern dalam rangka
memperluas kekuasannya atas jiwa dan raga. Teknologi juga dapat diartikan sebagai aktivitas
dan hasil dari aktivitas yang merujuk pada pabrik-pabrik, barang, dan layanan (The Liang
Gie, 1971). Nash bahkan lebih sempit lagi, yakni dengan memahami teknologi sebagai
aktivitas hasil dari aktivitas, yang merujuk pada pabrik pabrik, barang dan layanan (The
Liang Gie, 1971). Dan Zimah mendefinisikan teknologi dalam kaitan dengan ilmu, dengan
merumuskan ilmu sebagai ”seni untuk tahu”( The Art of knowing), dan teknologi sebagai
”Seni untuk tahu bagaimana nya” (The Art of Knowing How)( The Liang Gie, 1971). Abrams
menyatakan bahwa teknologi merupakan ”penerapan teknik”(Aplication of techniques) (The
Liang Gie, 1982).
Sebagai suatu sistem yang kompleks, teknologi memiliki input, komponen, output,
dan lingkungan. Input teknologi berupa kekuatan-kekuatan material, keahlian, teknik,
pengetahuan, alat. Komponen teknologi berupa keahlian teknik, proses, fabrikasi,
manufaktur, maupun organisasi. Output dari teknologi adalah bangunan fisik, barang,
makanan, alat, organisasi, ataupun benda. Sedangkan lingkungan dari teknologi adalah
sebagai komponen kebudayaan terutama ilmu.
Teknologi merupakan istilah yang lahir kemudian dalam perkembangan pengetahuan
manusia. Sebagaimana definisi ilmu, teknologi memiliki berbagai macam pengertian
tergantung pada perspektif dan konteks apa teknologi itu didefinisikan. Terlepas dari itu,
pada garis besarnya, teknologi dapat didefinisikan sebagai penggunaan sumber-sumber dan
kekuatan-kekuatan alam secara metodik berdasarkan pada ilmu pengetahuan untuk maksud
memperhatikan dan memenuhi kebutuhan manusia. Namun apabila dikaitkan dengan dimensi
pengetahuan, teknologi dapat diartikan sebagai penerapan ilmu-ilmu kealaman, pengetahuan,
seni industrial, alat kerja dan sebagainya.
Adapun Perbedaan ilmu dan teknologi adalah: Ilmu bertujuan untuk menambah
pemahaman manusia terhadap fenomena alam, sedangkan Teknologi bertujuan untuk
memberikan kepraktisan bagi manusia, Input ilmu adalah ilmu yang sudah ada sebelumnya,
sedangkan Input teknologi adalah teori ditambah dengan SDA dan SDM. Karena input ini,
ilmu bersifat supranasional, maka Teknologi terbatas pada lingkungan tertentu. Output ilmu
adalah ilmu baru, sedangkan Output teknologi adalah produk.
Untuk memperjelas lagi identifikasi ilmu dan teknologi, The Liang Gie
mengumpulkan tujuh pembeda, yaitu:
Ilmu Teknologi
Ilmu Teknologi
Dr. Amsal Baktiar, MA,. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Jujun S. Suriasumantri. 1999. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan,
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. 2001. Jakarta : Balai Pustaka
Koentjaranigrat. 1994. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
The Liang Gie. 1991. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberti
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. 1992. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty,
1986)
FILSAFAT ILMU
TUGAS PAPER
ILMU, TEKNOLOGI DAN KEBUDAYAAN
Oleh :
LINDA YUPITA (NIM 1990611001)