Anda di halaman 1dari 4

Tugas KD 1 Falsafah Teknik Industri (S2 T.

Industri)
Surakarta, 23 Oktober 2015

KONTRIBUSI FALSAFAH ILMU PADA PRADIKMA PENGEMBANGAN DISIPLIN


ILMU TEKNIK INDUSTRI YANG BERKAITAN DENGAN ASPEK ERGONOMI
MAKRO

Garnet Filemon Waluyo 1, Ringgo Ismoyo Buwono2


1,2
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126
Telp. 0271-6322110
Email: garnetwaluyo@gmail.com, ringgois1409@gmail.com

ABSTRAKS
Ergonomi adalah ilmu terapan yang menjelaskan interaksi antara manusia dengan tempat kerjanya.
Tujuan akhir dari ilmu ergonomi adalah untuk kesempurnaan kerja dengan meminimalkan tekanan kerja
yang diterima oleh tubuh. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu ergonomi ini juga ikut mengalami
perkembangan. Pada generasi pertama ilmu ergonomi berfokus pada sistem manusia mesin, generasi
kedua berfokus pada ergonomi mikro dan generasi ketiga berfokus pada ergonomi makro. Perkembangan
ilmu ergonomi tersebut tidak dapat dipisahkan dengan kontribusi falsafah ilmu yang mengkaji ilmu
tersebut berdasarkan aspek ontologis, epistimologi dan axiologi. Pada paper ini membahas kontribusi
filsafat ilmu pada pradigma pengembangan disiplin ilmu teknik industri yang berkaitan dengan aspek
ergonomi makro.

Kata kunci: ergonomi, falsafah ilmu, teknik industri, ergonomi makro

ABSTRACT
Ergonomics is the applied science that describes the interaction between man and the workplace. The
final goal of the science of ergonomics is to perfection of work by minimizing the working pressure
received by the body. Along with the times, the ergonomics is also evolved. In the first generation of
ergonomics focuses on human machine system, the second-generation focuses on micro ergonomics and
the third-generation focuses on macro ergonomics. The development of the science of ergonomics cant
be separated from the philosophy of science that examines the contribution that science is based on the
ontological aspect, epistemological and axiologis. This paper discusses the contribution of the philosophy
of science in the development paradigm in industrial engineering disciplines related to macro ergonomic
aspects.

PENDAHULUAN
Tujuan ergonomi adalah untuk mencapai hasil kerja yang lebih baik, sehingga sejak perkembangan
peradaban manusia, secara common sense manusia sudah mengembangkan peralatan yang cocok
digunakan sesuai dengan kondisi fisiknya. Contohnya adalah peninggalan antropologi jaman purba dan
jaman prasejarah dimana manusia membuat alat pemotong daging hewan sesuai dengan bentuk dan
ukuran genggaman tangan sehingga lebih nyaman saat digunakan. Contoh lain di peradaban yang lebih
modern adalah pengembangan alat-alat makan, tempat duduk, tempat tidur dan peralatan masak yang
sesuai dengan kondisi saat itu. Perkembangan lebih lanjut yang dapat disaksikan hingga sekarang adalah
pengembangan alat-alat pembelaan diri/perang secara tradisional misalnya pembuatan tombak, pedang,
keris dan sebagainya yang sangat mempertimbangkan aspek keseimbangan, titik berat dan momen inersia
sehingga dapat digunakan secara dinamis dengan sangat baik.
Dalam merancang sistem kerja, faktor utama yang harus dipertimbangan sebagai pusat perhatian
adalah faktor manusia (Human Centre Design). Menurut Alexander dan Pulat (1991) pendekatan dalam
perancangan industrial disebut dengan Human Integrated Design, yaitu dengan memanfaatkan segala
informasi tentang manusia mencakup kelebihan dan kekurangannya dan secara terintegrasi digunakan
sebagai dasar perancangan sistem. Sampai saat ini ada 2 pendekatan perancangan secara ergonomi yaitu
pendekatan mikro ergonomi dan makro ergonomi. Pada awal perkembangan ergonomi, para ergonom
Tugas KD 1 Falsafah Teknik Industri (S2 T. Industri)
Surakarta, 23 Oktober 2015

lebih memfokuskan pada perancangan system kerja yang menitikberatkan pada kaitan kesesuaian
kemampuan manusia dengan pekerjaan/tugas yang harus diselesaikan. Pendekatan seperti ini adalah
cirikhas dari ergonomi mikro. Dalam perkembangan selanjutnya, Hendrik (1987,2002) menyampaikan
suatu pendekatan perancangan sistem kerja yang dikaitkan dengan struktur organisasi, interaksi manusia
dan organisasi serta aspek motivasi dalam pekerjaan. Pendekatan ini dikenal dengan Macro Ergonomic.
Di dalam sistem industri, pendekatan ini disebut juga dengan Organizational Design (OD) dan digunakan
dalam perancangan struktur organisasi dan hubungan antar komponen struktur tersebut.
Hendrick dalam paper yang berjudul Macro Ergonomics: A Concept Whose Time Has Come,
beliau sampaikan bahwa ada 3 urutan generasi pengembangan. Generasi pertama adalah ergonomi yang
memfokuskan pada perancangan tugas secara spesifik, kelompok kerja, hubungan manusia-mesin,
termasuk display, pengaturan ruang kerja, lingkungan fisik kerja. Penelitian ergonomi dalam tahap ini
diarahkan pada antropometri dan karakteristik fisik manusia dan implikasinya dalam perancangan alat.
Menurut IEA, definisi ergonomi generasi pertama ini disebut Physical Ergonomics. Generasi kedua
menitik beratkan pada peningkatan perhatian faktor kognitif kerja yang direfleksikan dalam perancangan
sistem. Model pengembangan yang ditekankan adalah user-system interface technology. Pengembangan
egonomi di era kedua ini menjadi dasar pada pengembangan selanjutnya karena sudah mulai banyak
menyentuh masalah sistem teknologi. Pendekatan yang serupa ini di Amerika Serikat disebut juga Human
Factor Engineering. Menurut IEA, ranah ini disebut dengan Cognitive Ergonomics. Generasi ketiga yang
menurut IEA disebut dengan Organizational Ergonomics, lebih menitikberatkan pada perancangan sistem
secara makro, optimisasi sistem kerja dalam kaitannya dengan perilaku organisasi dan psikologi
organisasi. Model pengembangan yang ditekankan adalah organization-machine interface technology.
Pendekatan ini disebut dengan ergonomi makro, dimana dalam proses perancangan dilakukan penilaian
terhadap organisasi dari atas ke bawah menggunakan pendekatan sistem sosioteknik. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa perancangan level komponen atomistik spesifik tidak dapat dilakukan secara
efektif tanpa diawali dengan membuat keputusan ilmiah tentang keseluruhan organisasi , termasuk
bagaimana hal tersebut nantinya akan diatur. Nagamachi (1996) telah mengkaji masalah hubungan antara
perancangan sistem kerja, ergonomi makro dan produktivitas. Dalam penelitian tersebut ditunjukkan
bahwa ada hubungan sangat erat antara perkembangan teknologi dan perkembangan manusia, terutama
dalam sistem industri yang banyak melibatkan tenaga kerja.
Benang merah perkembangan ergonomi yang dapat ditarik adalah bahwa ranah mikro telah bergerak
ke ranah makro. Mulai dari pertimbangan rancangan yang hanya mempertimbangkan aspek fisik, sampai
dengan perhatian terhadap aspek psikis misalnya motivasi dalam bekerja. Implikasi yang dapat dihasilkan
mulai dari pengembangan sistem manusia-mesin sampai dengan sistem antarmuka manusia-organisasi.

PENGEMBANGAN DISIPLIN ILMU ERGONOMI


Menurut Hendrick (1986), perkembangan illmu ergonomi dapat dibagi menjadi tiga tahap generasi
yang berbeda yaitu :
1. Generasi pertama
Ergonomi berkaitan dengan kemampuan fisik, fisiologis, lingkungan, dan karakteristik perceptual
dalam merancang dan mengaplikasikan sistem antar manusia dan mesin atau lebih dikenal dengan
Physical Ergonomics. Ergonomi ini mulai dikenal pada Tahun 1949. Akan tetapi aktivitas yang
berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Beberapa kejadian penting
diilustrasikan oleh Thackrah. Thackrah adalah seorang dokter dari Inggris/England yang meneruskan
pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzuu, dalam serangkaian kegiatan yang berhubungan
dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan oleh para operator ditempat kerjanya. la
mengamati postur tubuh pada saat bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu
Thackrah mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursimeja yang kurang
sesuai secara antropometri, serta pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga mengakibatkan
membungkuknya badan dan iritasi indera penglihatan. Disamping itu juga mengamati para pekerja
yang berada pada lingkungan kerja dengan temperatur tinggi, kurangnya ventilasi, jam kerja yang
panjang, dan gerakan kerja yang berulang-ulang (repetitive work).
Tugas KD 1 Falsafah Teknik Industri (S2 T. Industri)
Surakarta, 23 Oktober 2015

a. Kajian Ontologis
Di tahun 1949 ergonomi dipandang sebagai ilmu yang mengkaji masalah hubungan manusia dan
mesin (human-machine). Dimana ergonomi pada masa itu sangat erat kaitannya dengan sistem
kerja manusia dan lingkungan. Sebagai salah satu contoh mengukur kekuatan/daya fisik manusia
ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang agar sesuai
dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktifitas tersebut. Penelitian ini merupakan
bagian dari biomekanik.
b. Kajian Epistimologi
Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja dimulai dari yang sederhana dan pada
tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan yang ergonomis akan dapat meningkatkan efisiensi,
efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang
cocok, aman, nyaman dan sehat.
Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik
pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya.
Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
Treatment
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat
sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai.
Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
Follow-up
Dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan
kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-
lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka
kecelakaan dan lain-lain.
c. Kajian Aksiologi
Ergonomi merupakan ilmu interdisipliner yang melibatkan beberapa keilmuan antara lain:
Anatomi, Fisiologi, Psikologi, Biomekanik, Kinesiologi, Engineering, Desain, dan Manajemen/
Orgasnisasi. Menurut (Adnyana, 2000) ergonomi, merupakan satu upaya dalam bentuk ilmu,
teknologi, dan seni untuk menyerasikan peralatan, mesin pekerjaan, sistem, organisasi dan
lingkungan dengan kemampuan, kebolehan dan batasan manusia sehingga tercapai suatu kondisi
dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman, efesien dan produktif, melalui pemanfaatan tubuh
mausia secara maksimal dan optimal. Agar tercapai kondisi seperti itu, seharusnya peralatan dan
lingkungan dikondisikan sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, bukan sebaliknya
manusia disesuaikan dengan alat. Untuk keperluan perancangan alat dan lingkungan diperlukan
nilai standar ergonomis yang dibuat disesuaikan dengan kemampuan dan batasan manusia.
Menurut Gempur (2004) apabila ingin meningkatkan kemampuan manusia untuk melakukan
tugas, maka beberapa hal di sekitar lingkungan alam manusia seperti peralatan, lingkungan fisik,
posisi gerak (kerja) perlu direvisi atau dimodifikasi atau redesain atau didesain disesuaikan dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia. Dengan kemampuan tubuh yang meningkat secara
optimal, maka tugas kerja yang dapat diselesaikan juga akan meningkat. Sebaliknya, apabila
lingkungan alam sekitar termasuk peralatan yang tidak sesuai dengan kemampuan alamiah tubuh
manusia, maka akan boros penggunaan energi dalam tubuh, cepat lelah, hasil tidak optimal bahkan
mencelakakan.
Ergonomi yang berpijak pada kemampuan psikologis, fisiologis, dan biomekanik yang melekat
pada antropometri dan karakteristik manusia, tentu berbeda kemampuan yang dimiliki antara anak,
pemuda (remaja), dewasa (orang tua), laki-laki, perempuan, cacat, kurus atau gemuk. Perbedaan
tersebut tidak dapat dihindari, karena perbedaan adalah bersifat hakiki. Atas perbedaan tersebut,
segala peralatan, jenis pekerjaan, dan kondisi lingkungan perlu disesuaikan dengan penggunanya.
Menurut Adnyana (2000) pekerjaan yang memerlukan kekuatan otot, jelas orang tua, perempuan,
dan anak-anak lebih lemah daripada kaum muda dan laki-laki. Menurut Sumamur (1994)
pekerjaan yang memerlukan tanggungjawab besar dan ketepatan memberikan kebijakan, lebih
cocok diberikan orang dewasa dari pada anak muda. Terkadang anak-anak terpaksa harus bekerja,
pekerjaan di tempat yang tinggi, pekerjaan yang menggunakan api, jangan diberikan pada anak-
anak, ini membahayakan dan rawan kecelakaan, karena sifat mereka masih suka bermain-main.
Oleh karena itu desain peralatan dan jenis pekerjaan harus sudah diarahkan sedini mungkin dan
sedemikian rupa disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
Tugas KD 1 Falsafah Teknik Industri (S2 T. Industri)
Surakarta, 23 Oktober 2015

2. Generasi kedua (tahun, tokoh2, ontologis, epistimologi dan axiology)


3. Generasi ketiga (tahun, tokoh2, ontologis, epistimologi dan axiology)

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Sistem informasi manajemen persediaan obat yang dirancang sudah sesuai dengan kebutuhan sistem
dan dapat dijalankan dengan baik.
2. Aplikasi yang dirancang sudah terintegrasi dengan metode perencanaan dan pengendalian persediaan
yang berbasis pada model persediaan EOQ.

PUSTAKA
Al Fatta, H. (2007). Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk Keunggulan Bersaing
Perusahaan dan Organisasi Modern. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Kristanto, A. (2003). Perancangan Sistem Informasi dan Aplikasinya. Yogyakarta: Gayamedia.
Meliani dan Miftahuddin. (2011). Perancangan Sistem Informasi Manajemen Persediaan
(Study Kasus: PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci). Jurnal Ilmiah Teknik Industri

Anda mungkin juga menyukai