B. Proses Pengecoran
Ada beberapa tahapan pada proses pengecoran sebagai berikut :
Pembuatan cetakan
Persiapan dan peleburan logam
Penuangan logam cair ke dalam cetakan :
a) Untuk cetakan terbuka (lihat gambar 2.1.a) logam cair hanya dituang hingga
memenuhi rongga yang terbuka
b) Untuk cetakan tertutup (lihat gambar 2.1.b) logam cair dituang hingga memenuhi
sistem saluran masuk :
C. Cetakan Logam
Cetakan Logam adalah sebuah media pembentuk logam di dalam proses pengecoran
logam.
1) Bagian-Bagian Cetakan Logam
Secara umum cetakan harus memiliki bagian-bagian utama sebagai berikut:
Cavity (rongga cetakan), merupakan ruangan tempat logam cair yang dituangkan
kedalam cetakan. Bentuk rongga ini sama dengan benda kerja yang akan dicor.
Rongga cetakan dibuat dengan menggunakan pola.
Core (inti), fungsinya adalah membuat rongga pada benda coran. Inti dibuat
terpisah dengan cetakan dan dirakit pada saat cetakan akan digunakan.
Gating sistem (sistem saluran masuk), merupakan saluran masuk kerongga cetakan
dari saluran turun.
Sprue (Saluran turun), merupakan saluran masuk dari luar dengan posisi vertikal.
Saluran ini juga dapat lebih dari satu, tergantung kecepatan penuangan yang
diinginkan.
Pouring basin, merupakan lekukan pada cetakan yang fungsi utamanya adalah
untuk mengurangi kecepatan logam cair masuk langsung dari ladle ke sprue.
Kecepatan aliran logam yang tinggi dapat terjadi erosi pada sprue dan terbawanya
kotoran-kotoran logam cair yang berasal dari tungku kerongga cetakan.
Raiser (penambah), merupakan cadangan logam cair yang berguna dalam mengisi
kembali ruangan cetakan.
2) Bahan–Bahan Cetakan
Ada beberapa jenis bahan yang biasanya digunakan untuk bahan cetakan, hal
ini tergantung atas benda produksi yang akan dicetak, jens dari bahan– bahan cetakan
yang dimaksud adalah :
Pasir
Keramik
Plaster
Logam.
Dalam pembuatan logo cetakan Politeknik Negeri Sriwijaya ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan antara lain :
Rongga cetakan harus dirancang lebih besar dari pada produk cor yang akan
dibuat, hal ini berfungi untuk mengimbangi penyusutan logam.
Setiap logam memiliki koefisien susut yang berbeda (dalam merancang suatu
cetakan biasanya digunakan mistar susut).
3) Jenis–Jenis Cetakan :
Cetakan Tidak Permanen (Expendable Mold)
Cetakan tidak permanen (Expendable mold) hanya dapat digunakan satu kali
saja. Contoh : Cetakan pasir (sand casting), cetakan kulit (shell mold casting), dan
cetakan presisi (precisian casting).
Cetakan Permanent (Permanent Mold)
Cetakan permanen (permanent mold) dapat digunakan berulang-ulang
(biasanya dibuat dari logam). Permanent mold casting adalah pembuatan logam
dengan cetakan yang dipadukan dengan tekanan hidrostastik. Cara ini tidak
praktis untuk pengecoran yang berukuran besar dan ketika menggunakan logam
dengan titik didih tinggi. Logam bukan baja seperti alumunium, seng, timah,
magnesium, perunggu bila dibuat dengan cara ini hasilnya baik.
Cetakan ini terdiri atas dua atau lebih bagian yang digabung dengan sekrup,
klam, plat atau alat lain yang dapat dilepas setelah produk mengeras. Pada
umumnya, permanent molds dibuat dari close-grain dan dijepit satu sama lain.
Cetakan ini biasanya dilapisi dengan bahan perekat tahan panas (heatresistingwet
mixture) dan jelaga yang akan menjaga cetakan agar tidak lengket dan
mengurangi efek dingin pada logam.
Setelah cetakan disiapkan, kemudian ditutup dan seluruh bagian inti atau
bagian yang bebas dikunci ditempat. Kedua biji besi dan biji baja dapat digunakan
dalam cetakan jenis ini. Untuk mengantisipasi suhu logam dilakukan dengan
menuangkan air kedalam cetakan melalui pintu yang terbuka. Setelah hasil
cetakan cukup dingin, bagian yang bebas ditarik dan cetakan dibuka dan hasil
cetakan diangkat. Cetakan tersebut kemudian dibersihkan dan susun kembali
bagian-bagian cetakan, cetakan pun siap dituangi lagi (digunakan lagi).
Permanent mold casting termasuk otomatis, sehingga dapat diperoleh
produk yang cukup banyak.
Contoh Permanent Mold :
Gravity permanent mold casting
Pressure die casting
Centrifugal die casting
E. Pencairan Logam
Logam dapat dicairkan dengan jalan memanaskan hingga mencapai temperature
1300°C. Berat jenis logam cair besi cor 6,8 gr/cm3 sampai 7,0 gr/cm3 , paduan
alumunium (2,2–2,3) gr/cm3 , paduan timah (6,6–6,8) gr/cm3 . Karena berat jenis logam
tinggi maka aliran logam memiliki kelembaban dan gaya tumbuk yang besar.
Kekentalan logam tergantung temperaturnya, semakin tinggi temperature
kekentalannya semakin rendah. Berikut daftar kekentalan berbagai macam logam.
F. Pembekuan Logam
Proses pembekuan logam cair dimulai dari bagian logam cair yang bersentuhan
dengan dinding cetakan, yaitu ketika panas dari logam cair diambil oleh cetakan sehingga
bagian logam yang bersentuhan dengan cetakan itu mendingin sampai titik beku. Selama
proses pembekuan berlangsung, inti-inti kristal tumbuh. Bagian dalam coran mendingin
lebih lambat daripada bagian luarnya sehingga kristal-kristal tumbuh dari inti asal
mengarah ke bagian dalam coran dan butir-butir kristal tersebut berbentuk panjang-
panjang seperti kolom. Struktur ini muncul dengan jelas apabila gradien temperature yang
besar terjadi pada permukaan coran besar. Akibat adanya perbedaan kecepatan
pembekuan, terbentuklah arah pembekuan yang disebut dendritik. Proses pembekuan
logam cair diilustrasikan sebagaimana pada gambar berikut :
A. Metalurgi Serbuk
Proses produksi logam secara metalurgi serbuk sudah cukup dikenal sekitar abad ke
18. Metalurgi serbuk adalah suatu kegiatan yang mencakup pembuatan benda komersial,
baik yang jadi atau masih setengah jadi (disebut kompak mentah), dari serbuk logam
melalui penekanan. Proses ini dapat disertai pemanasan akan tetapi suhu harus berada
dibawah titik cair serbuk. Pemanasan selama proses penekanan atau sesudah penekanan
yang dikenal dengan istilah sinter menghasilkan pengikatan partikel halus.
Serbuk logam jauh lebih mahal harganya dibandingkan dengan logam padat dan
prosesnya, yang hanya dimanfaatkan untuk produksi massal sehingga memerlukan die
dan mesin yang mahal harganya. Harga yang cukup mahal ini dapat dibenarkan berkat
sifat-sifat khusus yang dimiliki benda jadi. Beberapa produk hanya dapat dibuat melalui
proses serbuk; produk lainnya mampu bersaing dengan proses lainnya karena ketepatan
ukuran sehingga tidak diperlukan penyelesaian lebih lanjut. Serbuk emas dan perak serta
yang lainnya telah lama dikenal dan penemuan pres tekan lainnya menggalakkan
perkembangan metalurgi serbuk
Metalurgi serbuk merupakan proses pembuatan serbuk dan benda jadi dari serbuk
logam atau paduan logam dengan ukuran serbuk tertentu tanpa melalui proses peleburan.
Energi yang digunakan dalam proses ini relative rendah sedangkan keuntungan lainnya
antara lain hasil akhirnya dapat langsung disesuaikan dengan dimensi yang diinginkan
yang berarti akan mengurangi biaya permesinan dan bahan baku yang terbuang. Yang
menjadi masalah utama untuk memanfaatkan hasil serbuk tersebut adalah perlakuan-
perlakuan terhadap serbuk logam tersebut dengan sebaikbaiknya, sehingga menjadi
sebuah benda yang mempunyai nilai yang tinggi (Rusianto, 2009).
Sifat khusus serbuk (Pramono & Junus, 2011) adapun ukuran partikel, bentuk dan
distribusi ukuran serbuk logam, mempengaruhi karakter dan sifat fisis dari benda yang
dimampatkan. Serbuk dibuat menurut spsifikasi antara lain bentuk, kehalusan, distribusi
ukuran partikel, mampu alir (flowability), sifatkimia, mampu tekan (compressibility),
berat jenis semu dan sifat-sifat sinter.
1. Bentuk
Bentuk partikel serbuk tergantung pada cara pembuatannya, dapat bulat, tidak
teratur, dendritik, pipih atau bersudut tajam. Bentuk dari partikel tergantung pada
cara pembuatannya, bentuk partikel ini akan mempengaruhi packing, aliran (flow)
dan kompresitas(German, 1994). Bentuk partikel ada bermacam-macan seperti :
5. Sifat Kimia
6. Kompresibilitas
Berat jenis curah atau berat jenis serbuk dinyatakan dalam kilogram per meter
kubik atau gram per centi meter kubik. Harga ini harus tetap, agar jumlah serbuk
yang mengisi cetakan setiap waktunya tetap sama. Serbuk yang ditempatkan pada
sebuah silinder yang sudah diketahui volumenya lalu berat serbuk yang memenuhi
silinder tersebut ditimbang beratnya.
8. Kemampuan Sinter
Umumnya produsen serbuk metal berbeda dengan pembuat part-part dari metal
serbuk.
Secara prinsip metode pembuatan serbuk metal melalui :
1. Atomisasi (Atomization)
Atomisasi adalah proses mengkonversi cairan logam melalui penyemprot
bertekanan sehingga partikel-partikel tersebut berubah menjadi serbuk. Material
cair dapat dijadikan powder (serbuk) dengan cara menuangkan material cair
dilewatkan pada nozzel yang dialiri air bertekanan, sehingga terbentuk butiran
kecil-kecil. Proses ini paling banyak digunakan untuk memproduksi serbuk metal.
Dapat diaplikasikan ke hampir semua jenis logam baik paduan maupun murni.
Proses atomisasi dengan metode :
Pada proses atomisasi dengan metode gas atau air ; ukuran partikel di
kendalikan dari kecepatan aliran fluida, ukuran partikel berbanding terbalik
dengan kecepatan.
2. Kimiawi (chemical)
Dengan reaksi kimia maka unsur-unsur logam akan terpisahkan dari
oksidanya menggunakan unsur-unsur pereduksi seperti hydrogen atau karbon
monoksida (unsur-unsur pereduksi akan mengikat oksigen yang ada di dalam
elemen-elemen logam. Proses ini digunakan untuk memproduksi serbuk besi,
tungsten, & tembaga. Proses kimiawi lainnya misalkan dengan mendekomposisi
besi pentakarbonil untuk menghasilkan partikel-partikel berbentuk bola (spherical)
dengan kemurnian yang tinggi. Prosesnya dapat diamati menggunakan photo
micrograph (diameter 0,25 – 3,0 μm).
3. Elektrolisa (electrolytic)
Pembutan serbuk dengan cara proses elektrolisis yang biasanya
menghasilkan serbuk yang sangat reaktif dan brittle. Untuk itu material hasil
electrolytic deposition perlu diberikan perlakuan annealing khusus. Bentuk butiran
yang dihasilkan oleh electolitic deposits berbentuk dendritik. Di dalam sel
elektrolisa logam / metal yang akan diurai berfungsi sebagai anoda. Dengan diberi
tegangan secara perlahan anoda akan terurai & melalui larutan elektrolite akan
mengendap di kutub kathoda. Endapan dipindahkan/ diangkat, dibersihkan & di
keringkan sehingga di dapat metal serbuk dengan kemurnian sangat tinggi. Teknik
ini digunakan untuk memproduksi serbuk berilium, tembaga, besi, perak, titanium.
4. Decomposition
Terjadi pada material yang berisikan elemen logam. Material akan
menguraikan/memisahkan elemen-elemenya jika dipanaskan pada temperature
yang cukup tinggi. Proses ini melibatkan dua reaktan, yaitu senyawa metal dan
reducing agent. Kedua reaktan mungkin berwujud solid, liquid, atau gas.
A. difusi: terjadinya pencampuran karena gerak antar partikel serbuk yang dihasilkan
oleh putaran drum;
2. Pembentukan (Compaction).
Proses kompaksi adalah suatu proses pembentukan logam dari serbuk logam
dengan mekanisme penekanan setelah serbuk logam dimasukkan ke dalam
cetakan (die). Proses kompaksi pada umumnya dilakukan dengan penekanan satu
arah dan dua arah. Pada penekan satu arah penekan atas bergerak kebawah.
Sedangkan pada dua arah, penekan atas dan penekan bawah saling menekan
secara bersamaan dalam arah yang berlawanan. Jenis dan macam produk yang
dihasilkan oleh proses metalurgi serbuk sangat ditentukan proses kompaksi dalam
membentuk serbuk dengan kekuatan yang baik.
Bahan bahan dengan kekerasan rendah, seperti aluminium, kuningan, dan
perunggu memerlukan tekanan pemadatan yang rendah. Bahan-bahan dengan
kekerasan tinggi seperti besi, baja, dan nikel paduan memerlukan tekanan
pemadatan yang tinggi. Semakin tinggi tekanan pemadatan akan menaikkan berat
jenis hingga kondisi optimum. Di atas tekanan optimum tersebut, peningkatan
tekanan tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kenaikan
massa jenis.
Penekanan terhadap serbuk dilakukan agar serbuk dapat menempel satu
dengan lainnya sebelum ditingkatkan ikatannya dengan proses sintering. Dalam
proses pembuatan suatu paduan dengan metode metalurgi serbuk, terikatnya serbuk
sebagai akibat adanya interlocking antar permukaan, interaksi adesikohesi, dan
difusi antar permukaan. Untuk yang terakhir ini (difusi) dapat terjadi pada saat
dilakukan proses sintering.
Bentuk benda yang dikeluarkan dari pressing disebut bahan kompak mentah,
telah menyerupai produk akhir, akan tetapi kekuatannya masih rendah. Kekuatan
akhir bahan diperoleh setelah proses sintering. Tekanan pemadatan yang
diperlukan tergantung pada jenis bahan serbuk yang berkisar antara 70 Mpa (10
ksi) hingga 800 Mpa (120 ksi) (Kalpakjian,1989).
Table Tekanan Kompaksi pada Berbagai Macam Serbuk Logam
3. Pemanasan (Sintering).
Pada proses sinter terdapat beberapa tahapan yang dialami oleh partikel-
partikel serbuk, yakni :
1. Initial stage
Tahap awal (initial stage) secara umum ditandai dengan penyusunan
kembali formasi leher, yang meliputi penyusunan kembali partikel dan formasi
leher awal di titik kontak antar partikel, penyusunan kembali formasi partikel
setelah mengalami pergerakan untuk meningkatkan jumlah titik kontak dan
pada akhirnya membentuk ikatan pada titik kontak tersebut, dengan
pergerakan material terjadi dengan energi permukaan tertinggi.
Gambar tahap awal proses sinter (a) partikel awal, (b) penyusunan Kembali,
(c) terbentuknya formasi leher
2. Intermediate stage
Tahap kedua (intermediate stage) pertumbuhanleher terus berlanjut,
yang diikuti dengan pertumbuhan butir dan pertumbuhan pori. Perubahan fisik
selama tahap kedua adalah sebagai berikut pertumbuhan ukuran leher antar
partikel, porositas menurun atau berkurang, pusat partikel bergerak semakin
dekat secara bersama-sama, penyusutan setara dengan jumlah berkurangnya
porositas, batas butir mulai berpindah sehingga butir mulai bertumbuh,
terbentuknya saluran yang saling berhubungan(continuous channel) dan
berakhir ketika porositas terisolasi. Penyusutan secara maksimal terjadi pada
tahap kedua.
E. Pengolahan Pasca
Perawatan setelah sintering dapat mengadopsi berbagai metode sesuai dengan
kebutuhan produk yang berbeda. Seperti finishing, oil immersion, machining, heat
treatment dan electroplating, steam treatment, dll. Selain itu, dalam beberapa tahun
terakhir, beberapa proses baru seperti rolling dan forging juga telah diterapkan pada
pengolahan bahan metalurgi serbuk setelah sintering, dan telah mencapai hasil yang
ideal.
Impregnasi
Gunakan fenomena kapiler porositas bagian yang disinter untuk
direndam dalam berbagai cairan. Untuk tujuan pelumasan, dapat direndam
dalam minyak pelumas; untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan anti-
korosi, dapat direndam dalam larutan tembaga; untuk perlindungan
permukaan, dapat direndam dalam resin atau pernis.
Perawatan uap
Karena adanya pori-pori pada produk metalurgi serbuk, hal ini
menyebabkan kesulitan pada perlindungan permukaan. Perawatan kebiruan
uap sangat penting untuk meter, industri militer dan produk metalurgi serbuk
dengan persyaratan anti-korosi, dan dapat meningkatkan ketahanan karat dan
celah kedap udara dari bagian metalurgi serbuk.
Tekanan permukaan dingin
Untuk meningkatkan akurasi dimensi bagian dan mengurangi
kekasaran permukaan, dapat digunakan pembentukan; untuk meningkatkan
kepadatan bagian, beberapa penekanan dapat digunakan; untuk mengubah
bentuk bagian, pengepresan halus dapat digunakan.
Perawatan panas
Karena adanya pori-pori, produk dengan porositas lebih besar dari
10%, karburasi cair atau pemanasan penangas garam tidak boleh digunakan
untuk mencegah larutan garam masuk ke dalam pori-pori dan menyebabkan
korosi internal; untuk produk dengan porositas kurang dari 10%, dapat
digunakan dengan baja umum Metode perlakuan panas yang sama, seperti
pendinginan keseluruhan, pendinginan karburasi, pendinginan karbonitriding,
dll. perlakuan panas dapat meningkatkan kekuatan dan kekerasan produk
berbasis besi.
Gambar Bearing
Berikut ini merupakan beberapa aplikasi dan produk akhir yang dihasilkan
dalam proses metalurgi serbuk :
1. Kelebihan
Laju produksi yang tinggi. Hal ini dikarenakan setiap tahapan yang ada pada
metode metalurgi serbuk sangat mudah dan sederhana. Kebutuhan akan
tenaga kerja pun sangat rendah, dan produk yang dihasilkan memiliki tingkat
keseragaman yang tinggi.
Mampu memproduksi benda dengan ukuran yang rumit, seperti roda gigi.
2. Kekurangan
Serbuk metal tidak dapat mengalir secara lateral pada cetakan selama proses
pressing, sehingga diperlukan kelonggaran untuk mengeluarkan part dari
cetakan (dies) setelah pressing.
Bervariasinya kerapatan (density) material dari part merupakan problem MS,
khususnya utk bentuk-bentuk geometris yg rumit
Biaya pembuatan alat mahal. Hal ini dikarenakan alat akan menerima
tekanan saat proses kompaksi sehingga material penyusunnya harus mampu
menahan beban.
Keterbatasan ukuran dan bentuk benda. Benda yang diproduksi ukuran dan
bentuknya terbatas pada benda-benda yang dapat dikeluarkan dengan mudah
dari cetakan.
A. Perlakuan Panas
Secara umum perlakuan panas (heat treatment) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Annealing
2. Normalising
3. Hardening
4. Tempering
Gambar 1. Diagram Suhu Perlakuan Panas (Heat Treatment) Untuk Baja Karbon
1. Annealing
a. Mengurangi kekerasan.
c. Memperbaiki kekuatan.
d. Memperbaiki ductility.
a. Full annealing.
b. Recrystallisation annealing.
Proses dari Annealing ini adalah benda kerja dipanaskan sampai suhu
3) Untuk tool steel dan high alloy steel, pemanasan antara 750 - 8000
atau lebih tinggi dan dipertahankan pada suhu tersebut untuk
beberapa jam, diikuti oleh pendinginan yang perlahan-lahan.
2. Normalizing
Normalizing bertujuan untuk mendapatkan struktur butiran yang halus dan
seragam, juga untuk menghilangkan tegangan dalam. Pemakaian
normalizing adalah untuk baja-baja konstruksi, baja rol, material yang
mengalami penempaan, tidak mempunyai . struktur yang sama karena
jumlah beban tidak sebanding dan karena perubahan bentuk pada tahap-
tahap pendinginan yang tidak merata untuk benda yang ketebalannya tidak
sama.
Proses normalizing ini adalah memanaskan sampai sedikit di atas suku kritis
(± 60oC di atas suhu kritis atas), kemudian setelah suhu merata didinginkan
di udara. Hasil yang diperoleh adalah sifat mampu di mesin.
3. Hardening
a. Direct Hardening
Umumnya hanya disebut hardening, bertujuan untuk merubah
struktur baja sedemikian rupa sehingga diperoleh struktur martensit
yang keras dari permukaan hingga inti benda kerja. Proses dari Direct
Hardening ini adalah baja dipanaskan sampai Suhu tertentu antara 770–
830°C (tergantung dari kadar karbon) kemudian ditahan pada suhu
tersebut, beberapa saat, kemudian didinginkan secara mendadak dengan
mencelupkan dalam air oli atau media pendingin yang lain. Dengan
pendinginan yang mendadak, tak ada waktu yang cukur bagi austenit
untuk berubah menjadi perlit dan ferit atau perlit dan sementit.
Pendinginan yang cepat menyebabkan austenit berubah menjadi
martensit. Hasilnya adalah kekerasan tinggi, kekenyalan (ductility)
rendah
1) Carburizing/penambahan karbon
Proses carburizing didasarkan atas kemampuan baja
2) Flame hardening
Proses ini sangat cepat untuk menghasilkan permukaan keras
dari baja yang kandungan karbonnya lebih dari 0,4%.
Permukaan baja dipanaskan dengan Cepat hingga suhu
kritisnya dengan perantaraan semburan api Flame atau dengan
induction coil frekuensi tinggi, kemudian diquenching untuk
mendapatkan struktur martensit. Setelah quenching,
perambatan panas dari inti ke permukaan baja sudah cukup
untuk tempering lapisan permukaan. Proses ini banyak
digunakan terutama untuk mempererat poros- poros
pendukung.
4. Tempering
Tempering adalah memanaskan kembali baja yang telah dikeraskan
untuk menghilangkan tegangan dalam dan mengurangi kekerasan.
Prosesnya adalah memanaskan kembali berkisar pada suhu 150 - 650°C dan
didinginkan secara perlahan-Iahan tergantung sifat akhir baja tersebut.
Tempering dibagi dalam:
a. Tempering pada suhu rendah (150 - 300°C). Tujuannya hanya untuk
mengurangi tegangan-tegangan kerut dan kerapuhan dari baja. Proses ini
digunakan untuk alat-alat kerja yang tak mengalami beban yang berat,
seperti misalnya alat-alat potong, mata bar yang dipakai untuk kaca dan
lain-lain.
b. Tempering pada suhu menengah (300 - 500°C). Tujuannya, menambah
keuletan, dan kekerasannya menjadi sedikit berkurang. Proses ini digunakan
pada alat-alat kerja yang mengalami beban berat, seperti palu, pahat,
pegas-pegas.
c. Tempering pada suhu tinggi (50C - 650°C)· Tujuannya, untuk memberikan
daya keuletan yang besar dan sekaligus kekerasan menjadi agak rendah.
Proses ini digunakan pada roda gigi, poros, batang penggerak dan lain-
lain.
C. Diagram T - T - T (Pendinginan)
Pelaksanaan perlakuan panas terhadap: baja melibatkan penggunaan
bermacam-macam kecepatan pendinginan. Meskipun pengaruh waktu tidak
terlihat secara jelas pada diagram besi-zat arang dengan demikian studi tentang
phenomena transformasi menjadi penting dan phase transformasi untuk
bermacam-macam, baja dicatat dengan hubungannya terhadap perubahan waktu
dan temperatur. Hal ini disajikan dengan diagram transformasi isothermal, Gambar
10 untuk suatu baja perkakas. Diagram ini disebut curva TTT untuk pendinginan
(waktu temperatur-transformasi) atau kadang- kadang juga disebut curva s
sesuai dengan bentuk garisnya.
D. Perlengkapan untuk Proses Perlakuan Panas
1. Dapur Pemanas
Dapur pemanas digunakan untuk pemanasan, baik untuk preheating ataupun untuk
final heating pada proses perlakuan panas.
3. Dapur Tempering
Dapur tempering digunakan untuk pemanasan ulang yang bertujuan:
a. Mengurangi stress yang timbul selama quenching
b. Menambah sifat yang terpenting, yaitu keuletan.
c. Pada Hot Work Steel & High Speed Steel, kadang untuk menaikkan
kekerasan.
PROSES PERAKITAN (ASSEMBLY PROCESS)