Anda di halaman 1dari 21

POLA DAN INTI

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Teknik Pegecoran logam
Yang Diampu Oleh Duwi Leksono Edy, S. Pd., M. Pd.

Disusun Oleh :
Cholid Saifullah (180512526003)
Fildatus Safhadewi (180512526002)
Vingki Bayu Setiawan (180512526042)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
Agustus 2019
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .............................................................................................................................. i

Daftar Isi ......................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................1

1.3 Tujuan ........................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pola...............................................................................................................................2

2.2 Perencanaan Pembuatan Pola ....................................................................................................2

1. Konstruksi Pengecoran .........................................................................................................2

2. Macam Pola ..........................................................................................................................8

3. Bahan-Bahan Pola ..............................................................................................................12

2.3 Inti (Core)................................................................................................................................14

2.4 Kotak Inti .................................................................................................................................14

2.5 Pembuatan Pola........................................................................................................................15

1. Perhatian pada pembuatan pola ..........................................................................................15

2. Mesin dan perkakas untuk membuat pola ..........................................................................15

2.6 Pemeriksaan Pola .....................................................................................................................16

1. Pengertian gambar dari referensi pola ................................................................................16

2. Pemeriksaan dengan penglihatan........................................................................................16

3. Pemeriksaan ukuran ............................................................................................................16

ii
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................................................17

RUJUKAN .....................................................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pengecoran Logam adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair
dan cetakan untuk menghasilkan bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir produk jadi.
Logam cair akan dituangkan atau ditekan ke dalam cetakan yang memiliki rongga cetak
(cavity) sesuai dengan bentuk atau desain yang diinginkan. Setelah logam cair memenuhi
rongga cetak dan tersolidifikasi, selanjutnya cetakan disingkirkan dan hasil cor dapat
digunakan untuk proses sekunder.

Untuk menghasilkan hasil cor yang berkualitas maka diperlukan pola yang
berkualitas tinggi, baik dari segi konstruksi, dimensi, material pola, dan kelengkapan lainnya.
Pola digunakan untuk memproduksi cetakan. Sehingga, keberadaan pola dalam proses
pengecoran menjadi sangat penting. Selain pola, adajuga inti. Inti juga perlu dalam proses
pengecoran. Untuk produk cor yang memiliki lubang/rongga seperti pada blok mesin
kendaraan atau katup-katup biasanya diperlukan inti. Sehingga dalam makalah ini akan
dijabarkan penjelasan tentang inti.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa itu pola?
2) Bagaimana perencanaan pola untuk pengecoran?
3) Apa itu inti?
4) Apa itu kotak inti?
5) Bagaimana prosedur pembuatan pola?
6) Bagaimana proses pemeriksaan dari pola?
1.3 Tujuan
1) Menjelaskan definisi pola
2) Menjelaskan perencanaan pembuatan pola
3) Menjelaskan definisi inti
4) Menjelakan kotak inti
5) Menjelaskan prosedur pembuatan pola
6) Menjelaskan proses pemeriksaan pola

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pola
Untuk membuat benda tuang diperlukan logam cair dan cetakan, dimana logam cair
itu dituang ke dalam rongga cetakan, kemudian setelah logamnya membeku dan suhunya
cukup untuk pembongkaran dilakukan pembongkaran cetakan. Pada pembuatan cetakan
dalam hal membuat rongga-rongga cetak yang teliti ukurannya dengan berbagai bentuk
diperlukan sebuat alat yang disebut pola.
Sehingga pola dapat didefinisikan sebagai model yang dibentuk sedemikian rupa
sehingga dapat digunakan untuk membuat bentuk yang disebut "cetakan" di pasir lembab
atau bahan yang cocok lainnya. Selain itu, pola juga dapat diartikan sebagai tiruan benda
kerja yg akan diproduksi dg teknik pengecoran, dg toleransi/suaian ukuran sesuai
perhitungan pengecoran. Ukuran pola, biasanya lebih besar dari benda kerja.
2.2 Perencanaan Pembuatan Pola
Sebelum proses pembuatan pola dilakukan, diperlukan perencanaan pola yang
bertujuan agar dihasilkan pola yang layak untuk dicetak di laboratorium pengecoran logam.
Dengan membuat pola yang sesuai dengan tuntutan diharapkan benda tuang yang dihasilkan
dapat memenuhi fungsi dan kualitasnya terjamin. Pola juga diharapkan tahan terhadap
gesekan pasir cetak dan tahan terhadap cuaca sehingga bentuk dan dimensi pola tidak
berubah akibat kedua faktor tersebut. Faktor penting untuk menetapkan jenis pola adalah
metode pembuatan cetakan yang akan diterapkan pada pola dan pertimbangan ekonomis
yang sesuai dengan jumlah benda cor yang akan dibuat.
1. Konstruksi Pengecoran
Hal pertama yang harus dilakukan pada pembuatan pola adalah mengubah gambar
perencanaan menjadi gambar untuk pengecoran. Desainer pengecoran menyampaikan
informasi-informasi perencanaan pembuatan pola yang antara lain meliputi: bentuk, ukuran,
bahan dan penyelesaian akhir permukaan pola. Hal-hal yang perlu dipehatikan dalam
konstruksi pola untuk membuat coran yang baik adalah sebagai berikut:
- Biaya pembuatan cetakan murah,
- Pola mudah dibuat,
- Inti (core) stabil,

2
- Mudah saat pembongkaran cetakan,
- Penetapan arah kup dan drag,
- Penetapan posisi permukaan pisah (parting line),
- Bagian yang dibuat cetakan utama,
- Bagian yang dibuat oleh inti,
- Penetapan tambahan penyusutan,
- Penetapan tambahan untuk penyelesaian mesin,
- Kemiringan pola.

1) Menetapkan kup , drag, dan permukaan pisah (parting line)


Penentuan kup, drag, dan permukaan pisah dalah hal yang paling penting
dalam pembuatan cetakan coran yang baik. Permukaan pisah dirancang sesuai
dengan kebutuhan cetakan. Dengan adanya permukaan pisah yang baik maka
diharapkan pola dapat dicetak dan mudah dicabut dari cetakan. Konstruksi warna
permukaan pisah pada umumnya adalah merah.
Hal ini diperlukan pengalaman yang luas dan pada umumnya harus memenuhi
ketetapan-ketetapan dibawah ini, yaitu:
 pola harus mudah dikeluarkan dari cetakan, pemukaan pisah lebih baik satu
bidang, dan kup dibuat agak dangkal.
 Penempatan inti harus mudah. Tempat inti dalam cetakan utama harus
ditetukan secara teliti.
 Sistem saluran (gating system) harus dibuat sempurna agar mendapat aliran
logam cair yang optimum.
 Terlalu banyaknya permukaan pisah akan membutuhkan waktu lama dalam
proses pembuatan cetakan yang menyebabkan tonjolan-tonjolan sehingga
pembuatan pola menjadi mahal. Sehingga harus mempertimbangkan
penghematan permukaan pisah.
2) Penentuan tambahan penyusutan
Karena coran menyusut pada waktu pembekuan dan pendinginan, maka
pembuat pola perlu mempergunakan mistar susut yang telah diperpanjang
sebelumnya sebanyak tambahan penyusutan pada ukuran pola. Besarnya

3
penyusutan sering tidak isotropis sesuai dengan : bahan coran, bentuk, tempat,
tebalnya coran, atau ukuran dan kekuatan inti. Penyusutan untuk material baja
austenitik adalah 2,6%.
Kemudian mengingat bentuknya kadang-kadang mistar susut dirubah sesuai
dengan arah tegak atau mendatar. Oleh karena itu persyaratan harus dituliskan pada
gambar untuk pengecoran.
Tambahan
Bahan
Penyusutan
8/1000 Besi cor, baja cor tipis
9/1000 Besi cor, baja cor tipis yang banyak menyusut
10/1000 Sama dengan dengan di atas & aluminium
12/1000 Panduan aluminium, brons, baja cor (tebal 5-7 mm)
14/1000 Kuningan kekuatan tinggi, baja cor
16/1000 Baja cor (tebal lebih dari 10 mm)
20/1000 Coran baja yang besar
25/1000 Coran baja besar dan tebal
Tabel 1. Tambahan Penyusutan yang Disarankan

3) Penentuan tambahan menyelesaikan mesin


Tempat yang memerlukan penyelesaian mesin setelah pengecoran harus
dibuat dengan kelebihan tebal yang diperlukan saja. Kelebihan tebal dalam
pengerjaan pemesinan tergantung dari :
a. Jenis bahan
b. ukuran
c. arah kup dan drug
d. keadaan pekerjaan mekanis.

4
Daftar 1. Tambahan penyelesaian mesin Daftar 2. Tambahan penyelesaian
yang biasa dari coran besi cor mesin untuk coran baja

Daftar 3. Tambahan penyelesaian mesin yang


biasa untuk coran paduan bukan
4) Kemiringan Pola besi

Permukaan-permukaan tegak dari pola dimiringkan mulai dari permukaaan


pisah untuk memudahkan pengangkatan pola dari cetakan. Besar kemiringan ini
tergantung dari :
a. Fungsi benda cor
b. Kehalusan pola
c. Cara pencetakan, misalnya dengan tangan atau dengan mesin cetak
d. Ketinggian pola
e. Alat Bantu pada pemesinan
f. Bahan pola
Meskipun dalam hal mempergunakan pola logam, pola ditarik dari pengarah
pena-pena. Untuk pola logam membutuhkan kemiringan 1/200, 1 artinya
perbedaan ukuran atas dan bawah, dan 200 adalah ukuran ketinggian pola.
Demikian juga pola kayu membutuhkan kemiringan 1/30 sampai 1/100. Besar
kemiringan pola ditentukan sebesar 1 – 2 o.

5
Gambar 1. Gambar Kemiringan Pola

5) Tambahan pelenturan
Penyusutan dari coran pada waktu pembekuan dan pendinginan kadang-
kadang bukan saja mengecilkan keseluruhan tetapi juga mengakibatkan
pelenturan yang tergantung pada bentuknya. Untuk menghindari pelenturan pada
coran maka pola dengan sengaja dilenturkan dengan membuat petunjuk dalam
rencana pembuatan pola agar disimpangkan kearah yang beralawanan, seperti
dengan jalan: menempatkan rusuk-rusuk atau penambahan tebal sesuai dengan
besar pelenturan yang diharapkan. Tambahan tersebut dinamakan tambahan
pelenturan.

Gambar 2. Tambahan pelenturan (untuk pelenturan


karena terhalang oleh inti)

6
Gambar 3. Tambahan Gambar 4. Tambahan
pelenturan (untuk pelenturan pelenturan (untuk pelenturan
disebabkan oleh perbedaan disebabkan terhalangnya
penyusutan pada permukaan ) penyusutan oleh inti )

6) Faktor koreksi
Dalam membuat pola, dibutuhkan faktor koreksi seperti toleransi yang
diakibatkan oleh pemberian pelapis pada pembuatan cetakan, toleransi akibat
penetrasi cairan logam dan toleransi perubahan bentuk tanpa mengabaikan
bentuknya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan benda tuang yang sesuai dengan
tuntutan bukan untuk mendapatkan pola sesuai dengan gambar kerja.
7) Penempatan telapak inti
Pada pembuatan pola juga harus memperhitungkan penempatan telapak
inti untuk coran yang berongga. Telapak inti ini berfungsi untuk :
 meletakkan inti pada cetakan saat penuangan.
 memegang inti
 menyalurkan udara dan gas
Telapak inti memiliki bentuk yang bermacam-macam diantaranya yaitu
1) Telapak inti mendatar bertumpu dua
2) Telapak inti dasar tegak

Gambar 5. Telapak inti mendatar bertumpu dua


dan Telapak inti dasar tegak

7
3) Telapak untuk penghalang menggantung
4) Telapak inti lebih

Gambar 6. Telapak untuk penghalang


menggantung dan Telapak inti lebih

5) Telapak inti pancang


6) Telapak inti berhubungan

Gambar 7. Telapak inti pancang dan


Telapak inti berhubungan

2. Macam Pola
Pola mempunyai berbagai macam bentuk seperti diuraikan di bawah ini. Pada
pemilihan macam pola, harus diperhatikan produktivitas, kualitas coran, dan harga pola.
 Pola pejal; pola yang biasa dipakai yang bentuknya hamper serupa dengan bentuk
coran. Pola ini dibagi menjadi pola tunggal dan pola belahan.
a) Pola tunggal. Pola ini dibentuk serupa dengan corannya, disamping itu kecuali
tambahan penyusutan, tambahan penyelesaian dan kemiringan pola.
b) Pola setengah. Pola ini dibuat untuk corn dimana kup dan dragnyasimetris
terhadap permukaan pisah. Kup dan drag dicetak dengan setengah pola.
c) Pola belahan. Pola ini dibelah ditengah untuk memudahkan pembuatan cetakan

8
d) Pola belahan banyak. Dalam hal ini pola dibagi menjadi tiga belah atau lebih
untuk memudahkan penarikan dari cetakan dan untuk penyederhanaan
pemasangan itu. Pada cetakan yang dibuat dengan pola ini kadang terjadi
pergeseran sehingga dapat menyebabkan salah ukuran.

Gambar 8. Pola tunggal, Pola setengah, Pola


belahan dan Pola belahan banyak

e) Pola penarikan terpisah. Pola penarikan terpisah dipakai untuk pola berukuran
besar atau untuk cetakan mengeras sendiri. Pola dibuat secara terbagi-bagi
untuk memudahkan pengambilannya dari cetakan. Bagian yang ditengah ditari
terlebih dulu, kemudian bagia terluar diambil satu per satu.
f) Pola penarikan sebagian. Pada pengambilanola dari cetakan, apabbila sebagian
pola tidak dapat ditarik, maka bagian tersebut harus dipisahkan terlebih dahulu.
Kemudian bagian utama ditarik terlebih dahulu dan bagian cabang ditarik satu
per satu.

Gambar 9. Pola penarikan terpisah dan


pola penarikan sebagian

9
 Pola pelat pasangan, pola ini merupakan pelat dimana pada kedua belahnya
ditempelkan pola demikian juga saluran turun, pengalir, saluran masuk, dan
penambah.

Gambar 10. Pola pelat pasangan

 Pola pelat kup dan drag. Dalam hal ini, pola dilekatkan pada dua plat demikian juga
saluran, turun pengalir, saluran masuk dan penambah. Kedua plat ‘dijamin oleh pena-
pena agar bagian bawah dan atas dari coran menjadi cocok. Pola jenis ini dipakai
untuk meningkatkan produksi.

Gambar 11. Pola pelat kup dan drag

 Pola cetakan sapuan, dalam hal ini bentuk coran silinder atau bentuk benda putar.
Alat ini dibuat dari sebuah plat dengan penggeret dan pemutar pada
tengahnya.pembuatan cetakan dilakukan dengan memutar penggeret disekeliling
pemutar.

Gambar 12. Pola cetakan sapuan

10
 Pola penggeret dengan penuntun, ini digunakan untuk pipa lurus atau pipa lengkung
yang penampangnya tidak berubah. Penuntun dibuat dari kayu dan pembuatan
cetakan dibuat dengan menggerakkan penggeret sepanjang penuntun. Harga pola ini
tidak mahal, tetapi pembuatan cetakannya membutuhkan waktu dua atau tiga kali
waktu yang diperlukan untuk pembuatan cetakan biasa dengan pola tunggal.

Gambar 13. Pola penggeret dengan penuntun

 Pola penggeret dengan kerangka cetak, ini suatu kasus dimana bagian pola dapat
ditukar secara konsentris. Kedua ujung dari penggeret mempunyari poros.
Pembuatan cetakan dilakukan dengan mengayunkan penggeret sekeliling porosnya.

Gambar 14. Pola penggeret berputar dengan kerangka cetak

 Pola kerangka, pola ini dibuat dengan meletakkan pelat dasar dan mebuat pelat
dudukan penuntun di atasnya dan mengikat pelat-pelat untuk menahan pasir antara
tiap penuntun. Pasir ditimbunkan diatasnya dan disapu oleh penggeret untuk
membuat permukaan lengkung yang kontinyu. Ini cocok untuk bentuk dengan
lengkungan yang berbeda-beda, sedangkan lama pembuatan cetakan menjadi
bertambah, sehingga hanya dipakai untuk jumlah produksi yang terbatas.

11
Gambar 15. Pola kerangka

3. Bahan-Bahan Pola
Bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan pola adalah :
 Kayu
Syarat-syarat kayu untuk pembuatan pola :
1) Kering sekali (jangan melenting). Kadar air 5-8%.
2) Mudah dikerjakan dengan mesin atau tangan
3) Mempunyai serat-serat halus
4) Tidak mudah retak atau pecah karena pengerjaan pencetakan.
Kayu yang umumnya dipakai untuk membuat pola adalah kayu saru, kayu
aras, Jati, mahoni, pinus, damar (agathis), multiplek (cocok sekali untuk landasan
pola, terutama untuk pencetakan dengan mesin (kadar air rendah sekali)).
Pemilihan kayu menurut macam dan ukuran pola, jumlah produksi dan lamanya
dipakai
 Logam
Bahan logam yang digunakan dalam pembuatan pola harus mempunyai
syarat-syarat sebagai berikut:
1) tahan aus, bahan yang dipakai besi cor
2) tahan panas
3) ringan, bahan yang dipakai aluminium
4) mudah dikerjakan, bahan yang dipakai alluminium
5) liat (tidak mudah pecah), bahan yang dipakai besi cor liat dapat
memanaskan cetakan dengan ketebalan merata dalam hal ini cara
pencetakan kulit (shell mould) bahan yang dipakai tembaga.

12
 Resin sintetis
Dari berbagai banyak resin sintetis, hanya resin epoksid yang banyak
digunakan. Hal ini dikarenanakan resin epoksi memiliki sifat-sifat sebagai
berikut:
1) Penyusutan yang kecil padawaktu mengeras
2) Tahan aus yang tinggi
3) Memberikan pengaruh yang lebih baik dengan menambah pengencer
4) Zat pemlastis atau zat penggemmuk menurut penggunaannya.
Resin polistirena (polistirena berbusa) dipakai sebagai bahan pembuatan
pola yang dibuang setelah dipakaidalam carapembuatan cetakan yang lengkap.
Pola dibuat dengan menambahkan zat pembuat busa pada polistirena untuk
membuat berbutir, bentuk dan berbusa. Berat jenisnya sangat kecil yaitu 0,002-
0,004 dan resin ini mudah dikerjakan, tetapi tidak dapat menahan penggunaan
yang berulang-ulang. Selain itu, juga ada Resin epoksit yang dipakai untuk coran
yang kecil-kecil dari satu masa produksi.
 Lilin
Bahan pola dari lilin biasa dipakai untuk benda coran kecil, produksi masa
dan pengecoran paduan kelas tinggi. Untuk pola lilin kita harus menyediakan
cetakan untuk membuat pola lilin. Pola lilin ini biasanya tidak diambil dari
cetakan secara utuh tetapi dikeluarkan dengan cara pemanasan. Pemakaian
cetakan pola lilin akan lebih ekonomis bila benda tuangnya kurang dari 3 kg dan
banyaknya lebih dari seratus benda tuang. Ketebalan minimum dari pengecoran
ini adalah 1 mm. cara pola lilin cocok sekali untuk benda tuang temperature
tinggi, barang ornament (patung) dan bagian-bagian senjata pola.
 Styrofoam
Pola dari Styrofoam biasanya dipakai satu kali karena pola tersebut tidak
dikeluarkan lagi dari cetakan, cetakan yang dipakai adalah semen atau chemical
moulding yang tidak berpengaruh bahan pola.
 Gips
Bahan pola dari gips biasanya dipakai untuk membuat benda tuang dengan
jumlahnya satuan, mengingat bahan ini mudah pecah. Bahan pola ini biasanya

13
dipakai untuk benda tuang dari barang-barang seni, alat teknik, dsb. Cara
pembuatannya bias secara cetakan atau ukiran dan irisan.
2.3 Inti (Core)
Inti adalah bagian dari cetakan yang terpisah yang dibuat khusus memakai cetakan
inti atau kotak inti. Inti diperlukan untuk produk cor yang memiliki lubang/rongga seperti
pada blok mesin kendaraan atau katup-katup biasanya diperlukan inti. Inti ditempatkan
dalam rongga cetak sebelum penuangan untuk membentuk permukaan bagian dalam produk
dan akan dibongkar setelah cetakan membeku dan dingin. Seperti cetakan, inti harus kuat,
permeabilitas baik, tahan panas dan tidak mudah hancur (tidak rapuh). tujuan lain dari
penggunaan inti selain untuk membuat rongga, yaitu:
a. Mempermudah cara pencetakan
b. Untuk mendapatkan permukaan halus, biasanya pada permukaan atas.
c. Untuk mengganti bagian-bagian pasir yang tipis supaya lebih kuat.
Macam-macam inti dibedakan berdasar pengikatnya atau cara pembuatannya, antara
lain: inti minyak, kulit, CO2, udara dan sebagainya, disamping pasir dengan pengikat tanah
lempung.
Agar inti tidak mudah bergeser pada saat penuangan logam cair, diperlukan dudukan
inti (core prints). Dudukan inti biasanya dibuatkan pada cetakan seperti pada gambar 8.
pembuatan inti serupa dengan pembuatan cetakan pasir yaitu menggunakan no-bake, cold-
box dan shell.
2.4 Kotak Inti
Untuk membuat inti harus disediakan cetakan inti (kotak inti). Bahan kotak inti :
 Kayu
 Logam (untuk seri produksi)
 Plastik (untuk membuat rongga-rongga yang susah dikerjakan dengan tangan atau
mesin)
Syarat-syarat kotak inti adalah :
a) Kuat
b) Pasir mdah dimasukkan dan mudah pula dikeluarkan
c) Ada saluran-saluran udara, terutama untuk inti yang dibuat dengan mesin.
Kotak inti dapat digolongkan sebagai berikut :

14
a) Kotak inti berukir terbuat dari kayu atau tripleks dan diukir dengan pahat. Cocok
untuk membuat inti dengan ukuran kecil.
b) Kotak inti biasa berbentuk persegi dan permukaannya yang terluas merupakan
permukaan tumbuk. Bagian-bagian menonjol terdapat di samping atau di dasar.
c) Kotak inti lengkung dipakai untuk membuat inti dengan diameter besar yang
terbagi menjadi beberapa bagian yang sama.
d) Kotak inti setengah dengan pelat penyapu berupa setengah kotak dengan sebuah
penggeret yang dapat diputar di sekeliling poros pada kedua ujung kotak.
e) Kotak inti untuk membuat tebal dipakai untuk membuat inti yang bertebal tetap.
f) Kotak inti untuk mesin pembuat cetakan dipergunakan dengan memasangnya pada
mesin pembuat cetakan. Ukurannya harus cocok dengan ukuran mesin. Di dalam
kotak dipasang pola. Penggunaannya jika benda coran harus mempunyai ketelitian
tinggi atau sukar untuk membuat cetakan dengan tangan.

Gambar 16. Macam-macam kotak


inti
2.5 Pembuatan Pola
1. Perhatian pada pembuatan pola
Setelah penentuan macam pola, maka gambarnya dibuat. Pola dibagi menjadi pelat
bulat, silinder, setengah lingkaran, segi empat siku, parelel elipipidum atau plat biasa
menurut bentuk dari setiap bagian pola. Penentuan struktur pola dibuat dengan
mempergunakan sifat kayu (dalam lingkaran tahun).
2. Mesin dan perkakas untuk membuat pola

15
Pada pembuatan pola, pemanfaatan mesin dan perkakas masih dipergunakan. Untuk
membuat pola diperlukan pengalaman, keahlian dan hati-hati dalam keselamatan, karena
mesin-mesin berputar cepat dan perkakas mempunyai ujung yang tajam.
2.6 Pemeriksaan Pola
1. Pengertian gambar dari referensi pola
Perincian dari gambaryaitu bahan coran, jumlah produksi, macam pola,
tambahanpenyusutan, tambahan penyelesaian mesin, tambahan pembetulan, permukaan
pisah, bentuk telapak inti, tahanan tekanan hidrolisatau perlakuan panas, semua itu harus
dipahami.
2. Pemeriksaan dengan penglihatan
Pemeriksaan dengan penglihatan dilakukan sejak dari pola sampai ke kootak inti.
Rencana pandangan muka dan pandangan samping, dari gambar ditempatkan disamping
pola pada arah yang sama, dicek dengan arah yang memutar dan membandingkannya.
Pengecekan dimulai dari garis tengah untuk bagian-bagian utama, kemudian dari kiri ke
kanan dan akhirnya dari atas ke bawah.
3. Pemeriksaan ukuran
Setelah mempersiapkan mistar susut, pengukuran permukaan, jangka ukur, dan alat
pengukur umum lainnya diperlukan untuk pemeriksaan. Pada tempat dimana ketebalan
irisan ditentukan, angka harga pengukuran harus dicatat dalam (+) atau (-) dalam arah dari
(+) atau (-). Kotak inti juga dicek dengan cara yang sama seperti pengecekan pola. Jika ada
lebih dari dua kotak inti, mereka diberi nomor dari yang terbesar. Umpama ada 5 kotak inti,
dituliskan 1/5 sampai 5/5.
Sebagai hasil dari pemeriksaan yang diutarakan, kesalahan yang ditemukan dicatat
pada daftar pemeriksaan. Pengubahan harus diperintahkan pada pembuat pola. Setelah
pengubahann harus dicek kembali dan disahkan.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pola adalah model yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk
membuat bentuk yang disebut "Cetakan" Di pasir lembab atau bahan yang cocok lainnya.
Sebelum proses pembuatan pola dilakukan, diperlukan perencanaan pola yang bertujuan
agar dihasilkan pola yang layak untuk dicetak di laboratorium pengecoran logam. Hal-hal
yang perlu dipehatikan dalam pembuatan pola untuk membuat coran yang baik adalah
sebagai berikut: Biaya pembuatan cetakan murah, pola mudah dibuat, inti (core) stabil,
mudah saat pembongkaran cetakan, penetapan arah kup dan drag, penetapan posisi
permukaan pisah (parting line), bagian yang dibuat cetakan utama, bagian yang dibuat oleh
inti, penetapan tambahan penyusutan, penetapan tambahan untuk penyelesaian mesin, dan
kemiringan pola. Bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan pola adalah kayu, logam,
resin sintetis, lilin, styrofoam, dan gips
Inti adalah bagian dari cetakan yang terpisah yang dibuat khusus memakai cetakan
inti atau kotak inti. Inti diperlukan untuk produk cor yang memiliki lubang/rongga seperti
pada blok mesin kendaraan atau katup-katup biasanya diperlukan inti. Agar inti tidak mudah
bergeser pada saat penuangan logam cair, diperlukan dudukan inti (core prints).untuk
membuat inti harus disediakan cetakan inti (kotak inti).

17
RUJUKAN
Surdia, Tata dan Kenji Chijiwa. 1982. Teknik Pengecoran Logam. Jakarta: Pradnya Paramita
Bandanadjaja, Beny, Supratman, Firman B., m Ibnu QS., Dan Totk k. 2005. Perancangan Dan
Pembuatan Pola Untuk Mempermudah Proses Pembuatan Cetakan Benda Cor Grate Plate
dari
https://www.researchgate.net/publication/326058986_PERANCANGAN_DAN_PEMBU
ATAN_POLA_UNTUK_MEMPERMUDAH_PROSES_PEMBUATAN_CETAKAN_B
ENDA_COR_GRATE_PLATE
Abdulah, Dendi. 2008. Teknik Pengecoran Logam (Online), (http://indonesia-
mekanikal.blogspot.com/2008/03/teknik-pengecoran-logam.html)

18

Anda mungkin juga menyukai