Anda di halaman 1dari 13

POLA DAN INTI

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Teknik Pegecoran logam
Yang Diampu Oleh Duwi Leksono Edy, S. Pd., M. Pd.

Disusun Oleh :
Cholid Saifullah (180512526003)
Fildatus Safhadewi (180512526002)
Vingki Bayu Setiawan (180512526042)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
AGUSTUS 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pengecoran Logam adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair
dan cetakan untuk menghasilkan bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir produk jadi.
Logam cair akan dituangkan atau ditekan ke dalam cetakan yang memiliki rongga cetak
(cavity) sesuai dengan bentuk atau desain yang diinginkan. Setelah logam cair memenuhi
rongga cetak dan tersolidifikasi, selanjutnya cetakan disingkirkan dan hasil cor dapat
digunakan untuk proses sekunder.

Untuk menghasilkan hasil cor yang berkualitas maka diperlukan pola yang
berkualitas tinggi, baik dari segi konstruksi, dimensi, material pola, dan kelengkapan lainnya.
Pola digunakan untuk memproduksi cetakan. Sehingga, keberadaan pola dalam proses pengecoran
menjadi sangat penting. Selain pola, adajuga inti. Inti juga perlu dalam proses pengecoran. Untuk
produk cor yang memiliki lubang/rongga seperti pada blok mesin kendaraan atau katup-katup
biasanya diperlukan inti. Sehingga dalam makalah ini akan dijabarkan penjelasan tentang inti.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu pola?
2. Bagaimana membuat gambar untuk pengecoran?
3. Apa saja macam-macam pola?
4. Apa bahan yang digunakan dalam pembuatan pola?
5. Bagaimana membuat pola?
6. Bagaimana proses pemeriksaan dari pola?
7. Apa itu inti?
8. Apa saja macam kotak inti?
9. Apa saja macam telapak inti?

1.3 Tujuan
1) Menjelaskan definisi pola
2) Menjelaskan perencanaan pembuatan pola
3) Menjelaskan definisi inti
4) Menjelakan macam kotak inti
5) Menjelaskan macam telapak inti
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pola
Untuk membuat benda tuang diperlukan logam cair dan cetakan, dimana logam cair
itu dituang ke dalam rongga cetakan, kemudian setelah logamnya membeku dan suhunya
cukup untuk pembongkaran dilakukan pembongkaran cetakan. Pada pembuatan cetakan
dalam hal membuat rongga-rongga cetak yang teliti ukurannya dengan berbagai bentuk
diperlukan sebuat alat yang disebut pola.
Sehingga pola dapat didefinisikan sebagai model yang dibentuk sedemikian rupa
sehingga dapat digunakan untuk membuat bentuk yang disebut "cetakan" di pasir lembab
atau bahan yang cocok lainnya. Selain itu, pola juga dapat diartikan sebagai tiruan benda
kerja yg akan diproduksi dg teknik pengecoran, dg toleransi/suaian ukuran sesuai
perhitungan pengecoran. Ukuran pola, biasanya lebih besar dari benda kerja.

2.2 perencanaan pembuatan pola


1. Gambar Untuk Pengecoran
Hal pertama yang harus dilakukan pada pembuatan pola adalah mengubah
gambar perencanaan menjadi gambar untuk pengecoran. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pembuatan pola untuk membuat coran yang baik adalah sebagai
berikut :
- Biaya pembuatan cetakan murah,
- Pola mudah dibuat,
- Inti (core) stabil,
- Mudah saat pembongkaran cetakan,
- Penetapan arah kup dan drag,
- Penetapan posisi permukaan pisah (parting line),
- Bagian yang dibuat cetakan utama,
- Bagian yang dibuat oleh inti,
- Penetapan tambahan penyusutan,
- Penetapan tambahan untuk penyelesaian mesin,
- Kemiringan pola.
Berikut merupakan proses mengubah gambah perencanaan menjadi gambar
untuk pengecoran.
1) Menetapkan kup , drag, dan permukaan pisah (parting line)
Penentuan kup, drag, dan permukaan adalah hal yang paling penting dalam
pembuatan cetakan coran yang baik. Hal ini diperlukan pengalaman yang luas dan
pada umumnya harus memenuhi ketetapan-ketetapan dibawah ini, yaitu:
 pola harus mudah dikeluarkan dari cetakan, pemukaan pisah lebih baik satu
bidang, dan kup dibuat agak dangkal.
 Penempatan inti harus mudah. Tempat inti dalam cetakan utama harus
ditetukan secara teliti.
 Sistem saluran (gating system) harus dibuat sempurna agar mendapat aliran
logam cair yang optimum.
 Terlalu banyaknya permukaan pisah akan membutuhkan waktu lama dalam
proses pembuatan cetakan yang menyebabkan tonjolan-tonjolan sehingga
pembuatan pola menjadi mahal. Sehingga harus mempertimbangkan
penghematan permukaan pisah.
2) Penentuan tambahan penyusutan
Karena coran menyusut pada waktu pembekuan dan pendinginan, maka
pembuat pola perlu mempergunakan mistar susut yang telah diperpanjang
sebelumnya sebanyak tambahan penyusutan pada ukuran pola. Besarnya
penyusutan sering tidak isotropis sesuai dengan : bahan coran, bentuk, tempat,
tebalnya coran, atau ukuran dan kekuatan inti. Kemudian mengingat bentuknya
kadang-kadang mistar susut dirubah sesuai dengan arah tegak atau mendatar. Oleh
karena itu persyaratan harus dituliskan pada gambar untuk pengecoran.

Tabel 3.1 Tambahan Penyusutan yang Disarankan


Tambahan
Bahan
Penyusutan
8/1000 Besi cor, baja cor tipis
9/1000 Besi cor, baja cor tipis yang banyak menyusut
10/1000 Sama dengan dengan di atas & aluminium
12/1000 Panduan aluminium, brons, baja cor (tebal 5-7 mm)
14/1000 Kuningan kekuatan tinggi, baja cor
16/1000 Baja cor (tebal lebih dari 10 mm)
20/1000 Coran baja yang besar
25/1000 Coran baja besar dan tebal

3) Penentuan tambahan menyelesaikan mesin


Tempat yang memerlukan penyelesaian mesin setelah pengecoran harus
dibuat dengan kelebihan tebal yang diperlukan saja. Kelebihan tebal dalam
pengerjaan pemesinan tergantung dari :
a. Jenis bahan
b. ukuran
c. arah kup dan drug
d. keadaan pekerjaan mekanis.
Daftar 3.2 Tambahan penyelesaian mesin Daftar3.3 Tambahan penyelesaian
yang biasa dari coran besi cor mesin untuk coran baja

Daftar3.4 Tambahan penyelesaian mesin yang biasa untuk coran paduan bukan besi
4) Kemiringan Pola
Permukaan-permukaan tegak dari pola dimiringkan mulai dari permukaaan
pisah untuk memudahkan pengangkatan pola dari cetakan. Besar kemiringan ini
tergantung dari :
a. Kehalusan pola
b. Cara pencetakan, misalnya dengan tangan atau dengan mesin cetak
c. Ketinggian pola
d. Alat Bantu pada pemesinan
Meskipun dalam hal mempergunakan pola logam, pola ditarik dari pengarah
pena-pena. Untuk pola logam membutuhkan kemiringan 1/200, 1 artinya
perbedaan ukuran atas dan bawah, dan 200 adalah ukuran ketinggian pola.
Demikian juga pola kayu membutuhkan kemiringan 1/30 sampai 1/100. Besar
kemiringan pola ditentukan sebesar 1 – 2 o.

Gambar 3.2 Gambar Kemiringan Pola

5) Tambahan pelenturan
Penyusutan dari coran pada waktu pembekuan dan pendinginan kadang-
kadang bukan saja mengecilkan keseluruhan tetapi juga mengakibatkan
pelenturan yang tergantung pada bentuknya. Untuk menghindari pelenturan pada
coran maka pola dengan sengaja dilenturkan dengan membuat petunjuk dalam
rencana pembuatan pola agar disimpangkan kearah yang beralawanan, seperti
dengan jalan: menempatkan rusuk-rusuk atau penambahan tebal sesuai dengan
besar pelenturan yang diharapkan. Tambahan tersebut dinamakan tambahan
pelenturan.

Daftar 3.2 Tambahan pelenturan (untuk pelenturan


karena terhalang oleh inti
Daftar 3.2 Tambahan pelenturan Daftar 3.2 Tambahan pelenturan
(untuk pelenturan (untuk pelenturan
disebabkan oleh disebabkan
perbedaan penyusutan terhalangnya
pada permukaan penyusutan oleh inti)
dalam dan permukaan
luar)
2. Macam Pola
Pola mempunyai berbagai macam bentuk seperti diuraikan di bawah ini. Pada
pemilihan macam pola, harus diperhatikan produktivitas, kualitas coran, dan harga pola.
 Pola pejal; pola yang biasa dipakai yang bentuknya hamper serupa dengan bentuk
coran. Pola ini dibagi menjadi pola tunggal dan pola belahan.
a. Pola tunggal. Pola ini dibentuk serupa dengan corannya, disamping itu kecuali
tambahan penyusutan, tambahan penyelesaian dan kemiringan pola.
b. Pola setengah. Pola ini dibuat untuk corn dimana kup dan dragnyasimetris
terhadap permukaan pisah. Kup dan drag dicetak dengan setengah pola.
c. Pola belahan. Pola ini dibelah ditengah untuk memudahkan pembuatan cetakan
d. Pola belahan banyak. Dalam hal ini pola dibagi menjadi tiga belah atau lebih
untuk memudahkan penarikan dari cetakan dan untuk penyederhanaan
pemasangan itu. Pada cetakan yang dibuat dengan pola ini kadang terjadi
pergeseran sehingga dapat menyebabkan salah ukuran.
e. Pola penarikan terpisah. Pola penarikan terpisah dipakai untuk pola berukuran
besar atau untuk cetakan mengeras sendiri. Pola dibuat secara terbagi-bagi untuk
memudahkan pengambilannya dari cetakan. Bagian yang ditengah ditari terlebih
dulu, kemudian bagia terluar diambil satu per satu.
f. Pola penarikan sebagian. Pada pengambilanola dari cetakan, apabbila sebagian
pola tidak dapat ditarik, maka bagian tersebut harus dipisahkan terlebih dahulu.
Kemudian bagian utama ditarik terlebih dahulu dan bagian cabang ditarik satu
per satu.
 Pola pelat pasangan, pola ini merupakan pelat dimana pada kedua belahnya
ditempelkan pola demikian juga saluran turun, pengalir, saluran masuk, dan
penambah.
 Pola pelat kup dan drag. Dalam hal ini, pola dilekatkan pada dua plat demikian
juga saluran, turun pengalir, saluran masuk dan penambah. Kedua plat ‘dijamin
oleh pena-pena agar bagian bawah dan atas dari coran menjadi cocok. Pola jenis
ini dipakai untuk meningkatkan produksi.
 Pola cetakan sapuan, dalam hal ini bentuk coran silinder atau bentuk benda putar.
Alat ini dibuat dari sebuah plat dengan penggeret dan pemutar pada
tengahnya.pembuatan cetakan dilakukan dengan memutar penggeret disekeliling
pemutar.
 Pola penggeret dengan penuntun, ini digunakan untuk pipa lurus atau pipa
lengkung yang penampangnya tidak berubah. Penuntun dibuat dari kayu dan
pembuatan cetakan dibuat dengan menggerakkan penggeret sepanjang penuntun.
Harga pola ini tidak mahal, tetapi pembuatan cetakannya membutuhkan waktu
dua atau tiga kali waktu yang diperlukan untuk pembuatan cetakan biasa dengan
pola tunggal.
 Pola penggeret dengan kerangka cetak, ini suatu kasus dimana bagian pola dapat
ditukar secara konsentris. Kedua ujung dari penggeret mempunyari poros.
Pembuatan cetakan dilakukan dengan mengayunkan penggeret sekeliling
porosnya.
 Pola kerangka, ini dibuat dengan meletakkan pelat dasar dan mebuat pelat
dudukan penuntun di atasnya dan mengikat pelat-pelat untuk menahan pasir
antara tiap penuntun. Pasir ditimbunkan diatasnya dan disapu oleh penggeret
untuk membuat permukaan lengkung yang kontinyu. Ini cocok untuk bentuk
dengan lengkungan yang berbeda-beda, sedangkan lama pembuatan cetakan
menjadi bertambah, sehingga hanya dipakai untuk jumlah produksi yang terbatas.
Gambar 3.3 Macam Pola
a. Bahan-Bahan Pola
Bahan utama untuk pembuatan pola adalah :
 Kayu
Syarat-syarat kayu untuk pembuatan pola :
1) Kering sekali (jangan melenting). Kadar air 5-8%.
2) Mudah dikerjakan dengan mesin atau tangan
3) Mempunyai serat-serat halus
4) Tidak mudah retak atau pecah karena pengerjaan pencetakan.
Kayu yang umumnya dipakai untuk membuat pola adalah kayu saru, kayu
aras, Jati, mahoni, pinus, damar (agathis), multiplek (cocok sekali untuk
landasan pola, terutama untuk pencetakan dengan mesin (kadar air rendah
sekali)). Pemilihan kayu menurut macam dan ukuran pola, jumlah produksi
dan lamanya dipakai
 Logam
Bahan logam yang digunakan dalam pembuatan pola harus mempunyai
syarat-syarat sebagai berikut:
1. tahan aus, bahan yang dipakai besi cor
2. tahan panas
3. ringan, bahan yang dipakai aluminium
4. mudah dikerjakan, bahan yang dipakai alluminium
5. liat (tidak mudah pecah), bahan yang dipakai besi cor liat dapat
memanaskan cetakan dengan ketebalan merata dalam hal ini cara
pencetakan kulit (shell mould) bahan yang dipakai tembaga.
 Resin sintetis
Dari berbagai banyak resin sintetis, hanya resin epoksid yang banyak
digunakan. Hal ini dikarenanakan resin epoksi memiliki sifat-sifat sebagai
berikut:
1. Penyusutan yang kecil padawaktu mengeras
2. Tahan aus yang tinggi
3. Memberikan pengaruh yang lebih baik dengan menambah pengencer
4. Zat pemlastis atau zat penggemmuk menurut penggunaannya.
Resin polistirena (polistirena berbusa) dipakai sebagai bahan pembuatan pola
yang dibuang setelah dipakaidalam carapembuatan cetakan yang lengkap.
Pola dibuat dengan menambahkan zat pembuat busa pada polistirena untuk
membuat berbutir, bentuk dan berbusa. Berat jenisnya sangat kecil yaitu
0,002-0,004dan resin ini mudah dikerjakan, tetapi tidak dapat menahan
penggunaan yang berulang-ulang. Selain itu, juga ada Resin epoksit yang
dipakai untuk coran yang kecil-kecil dari satu masa produksi.
 Lilin
Bahan pola dari lilin biasa dipakai untuk benda coran kecil, produksi masa
dan pengecoran paduan kelas tinggi. Untuk pola lilin kita harus menyediakan
cetakan untuk membuat pola lilin. Pola lilin ini biasanya tidak diambil dari
cetakan secara utuh tetapi dikeluarkan dengan cara pemanasan. Pemakaian
cetakan pola lilin akan lebih ekonomis bila benda tuangnya kurang dari 3 kg
dan banyaknya lebih dari seratus benda tuang. Ketebalan minimum dari
pengecoran ini adalah 1 mm. cara pola lilin cocok sekali untuk benda tuang
temperature tinggi, barang ornament (patung) dan bagian-bagian senjata pola.
 Styrofoam
Pola dari Styrofoam biasanya dipakai satu kali karena pola tersebut tidak
dikeluarkan lagi dari cetakan, cetakan yang dipakai adalah semen atau
chemical moulding yang tidak berpengaruh bahan pola.
 Gips
Bahan pola dari gips biasanya dipakai untuk membuat benda tuang dengan
jumlahnya satuan, mengingat bahan ini mudah pecah. Bahan pola ini
biasanya dipakai untuk benda tuang dari barang-barang seni, alat teknik, dsb.
Cara pembuatannya bias secara cetakan atau ukiran dan irisan.

3. Pembuatan pola
1. Perhatian pada pembuatan pola
Setelah penentuan macam pola, maka gambarnya dibuat. Pola dibagi menjadi pelat bulat,
silinder, setengah lingkaran, segi empat siku, parelel elipipidum atau plat biasa menurut
bentuk dari setiap bagian pola. Penentuan struktur pola dibuat dengan mempergunakan
sifatkayu (dalam lingkaran tahun)
2. Mesin dan perkakas untuk membuat pola
4. Pemerikasaan pola
1. Pengertian gambar dari referensi pola
2. Pemerikasaan dengan penglihatan
3. Pemeriksaan ukuran
1.2 Inti (Core)
Inti adalah bagian dari cetakan yang terpisah yang dibuat khusus memakai cetakan inti atau
kotak inti. Maksud pemakaian inti adalah :
a. Untuk membuat rongga
b. Mempermudah cara pencetakan
c. Untuk mendapatkan permukaan halus, biasanya pada permukaan atas.
d. Untuk mengganti bagian-bagian pasir yang tipis supaya lebih kuat.
Dudukan Inti
Maksud dari dudukan inti adalah :
a. Untuk menentukan penempatan inti
b. Menyalurkan udara dan gas-gas dari cetakan yang keluar melalui inti
c. Memegang inti supaya tidak bergerak setelah cetakan terisi oleh logam cair, juga
memegang inti terhadap daya apung dari logam.
Kotak Inti
Untuk membuat inti harus disediakan cetakan inti (kotak inti). Bahan kotak inti :
a. Kayu
b. Logam untuk seri produksi)
c. Plastik (untuk membuat rongga-rongga yang susah dikerjakan dengan tangan atau
mesin)
Syarat-syarat kotak inti adalah :
a. Kuat
b. Pasir mdah dimasukkan dan mudah pula dikeluarkan
c. Ada saluran-saluran udara, terutama untuk inti yang dibuat dengan mesin.

Gambar 3.4 Casting

Anda mungkin juga menyukai