Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL

MODUL A METALOGRAFI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Uji Material pada
Program Studi S-1 Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Singaperbangsa Karawang Semester Genap
Tahun Akademik 2023/2024

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8 (KELOMPOK KECIL 2)
DAFFA ARI PUTRA 2210631150016
M. KEITARO RAMADHAN 2210631150028

MAHATHIR BYANTARA 2210631150029


PISKY AWAN SAPUTRA 2210631150095

PRODI S1-TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL
Laporan Praktikum Uji Material ini disusun sebagai tugas akhir dalam
menyelesaikan tugas Mata Kuliah Praktikum Uji Material dan salah satu syarat
lulus mata kuliah Praktikum Uji Material.
Karawang, 5 Januari 2023

Menyetujui, Menyetujui,
Asisten Praktikum Asistem Praktikum

Chanisa Mutiara Azhari Candan Tabayyun


NPM. 2110631150011 NPM. 2110631150110

Menyetujui,
Dosen Penanggung Jawab Praktikum

Nanang Burhan, B.Sc., M.T.


NIDN. 0024077009

Menyetujui,
Koordinator Program Studi

Rizal Hanifi, S.T.,M.T.


NIDN. 0425077201

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas praktikum
yang berjudul “Laporan Praktikum Uji Material Modul A Uji Metalografi” ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Praktikum Uji Material. Selain itu, laporan ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan mengenai Uji Tarik pada Material bagi para
pembaca dan juga bagi kami para penulis. Kami mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Rizal Hanafi, S.T., M.T. selaku kaprodi S-1 Teknik Mesin Universitas
Singaperbangsa Karawang.
2. Bapak Nanang Burhan, B.Sc., M.T. sebagai Dosen Pengampu mata kuliah
Praktikum Uji Material.
3. Kepada Teman-teman dan beberapa sumber internet yang telah membantu
dalam menyusun laporan praktikum ini.
Kemudian, kami juga menyadari bahwasannya tugas yang kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Kami memohon maaf jika terdapat kesalahan
dalam penyusunan kata, Bahasa ataupun dalam membuat laporan praktikum ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi
kesempurnaan laporan ini.

Karawang, 5 Januari 2024

Kelompok 8 (2)

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL ................................. i

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1

1.3 Tujuan Laporan .................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3

2.1 Landasan Teori ...................................................................................................................... 3

BAB III ALAT DAN BAHAN ...................................................................................................... 10

3.1 Alat dan Bahan .................................................................................................................... 10

BAB IV PROSEDUR PENGUJIAN ........................................................................................... 12

4.1 Prosedur / Pelaksanaan praktikum ................................................................................... 12

BAB V PENGAMATAN DAN HASIL PENGUJIAN................................................................ 14

5.1 Data Pemeriksaan Metalografi .......................................................................................... 14

5.2 Pengamatan ......................................................................................................................... 15

BAB VI PEMBAHASAN .............................................................................................................. 16

6.1 Pembahasan......................................................................................................................... 16

BAB VII KESIMPULAN .............................................................................................................. 17

7.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 18

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................. 19

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. 1 Amplas halus dan kasar ............................................................ 10


Gambar 3.1. 2 Gambar Microscope .................................................................. 10
Gambar 3.1. 3 Zat Etsa ....................................................................................... 10
Gambar 3.1. 4 Kain Poles ....................................................................................11
Gambar 3.1. 5 Resin .............................................................................................11
Gambar 3.1. 6 Pc atau Laptop ............................................................................11
Gambar 4.1. 1 Mesin Cutting ............................................................................. 12
Gambar 4.1. 3 Proses mounting (pencetakan).................................................. 12
Gambar 4.1. 4 Proses polishing (pemolesan) .................................................... 12
Gambar 4.1. 5 Gambar Proses etching ............................................................. 13
Gambar 4.1. 6 Observasi struktur mikro.......................................................... 13
Gambar 6.1. 1 Grafik fraksi vs Temperatur temperin .................................... 16

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.5. 1 Data Pemeriksaan Metalografi ...................................................... 14

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan metalografi pada dasarnya adalah mempelajari karakteristik
ataususunan dari suatu logam atau paduan logam dalam hubungannya dengan
suatuanalisis kimia dan metalografi dari suatu logam atau paduan logam.
Biasanya logam tidak memiliki keseluruhan potongan disebabkan oleh
pembawaanheterogen dalam logam.
Terdapat beberapa jenis bahan yang digunakan pada industri-industri
atautujuan-tujuan lain. Dengan beragamnya jenis logam ini, perlu adanya
pengujianuntuk mengetahui struktur dan sifat dari logam tersebut, agar dapat
digunakansesuai kebutuhan. Metalografi adalah ilmu yang mempelajari struktur
mikro suatu logam dan karakteristiknya. Metalografi dapat mencari struktur
mikro suatumaterial dan menghubungkannya dengan sifat mekanik material
tersebut. Metalografi ini menggunakan mikroskop optic untuk meliat struktur
mikromaterial yang diuji.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam Laporan Praktikum
Pengujian Tarik (Tensile Test) ini, yaitu:
1. Bagaimana pengaruh perlakuan panas terhadap struktur mikro dan
fasa pada material yang diuji?
2. Bagaimana cara mempersiapkan spesimen untuk pengujian
metalografi?
3. Bagaimana cara mengamati struktur butir, bentuk, dan ukuran butir
pada material menggunakan metalografi?
4. Bagaimana pengaruh komposisi kimia, topografi, dan dislokasi
terhadap sifat-sifat material?

1
5. Bagaimana cara menganalisis struktur mikro dan sifat-sifat material
berdasarkan hasil pengujian metalografi?

1.3 Tujuan Laporan


Adapun tujuan dari Laporan Praktikum Metalografi yang dilakukan, yaitu:
1. Untuk mempelajari pengaruh perlakuan panas terhadap struktur
mikro dan fasa pada material yang diuji.
2. Untuk memahami proses persiapan spesimen untuk pengujian
metalografi.
3. Untuk mengamati dan menganalisis struktur butir, bentuk, dan
ukuran butir pada material menggunakan metalografi.
4. Untuk memahami pengaruh komposisi kimia, topografi, dan
dislokasi terhadap sifat-sifat material.
5. Untuk menganalisis dan mengevaluasi sifat-sifat material
berdasarkan hasil pengujian metalografi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
Metalografi merupakan disiplin ilmu yang mempalajari karakteristik
mikrostruktur dan makrostruktur suatu logam, paduan lgam dan material lainnya
serta hubungannya dengan sifatsifat material atau biasa juga dikatakan suatu
proses mengukur suatu material bahan secara kualitatif maupun kuantitatif
berdasarkan informasi-informasi yang didapatkan dari material yang diamati.
Dalam ilmu metalurgi struktur mikro merupakan hal yang sangat penting untuk
dipelajari karena struktur mikro sangat berpengaruh pada sifat-sifat mekanik suatu
logam. Struktur mikro yang kecil akan membuat kekerasan logam meningkat dan
juga sebaiknya, struktur mikro yang besar akan membuat logam menjadi ulet atau
kekerasannya menurun. Struktur mikro itu sendiri dipengaruhi oleh komposisi
kimia dari logam tersebut serta yang dialaminya. Metalografi bertujuan
mendapatkan struktur makro dan mikro dari suatu logam sehingga dapat dianalisa
sifat mekanik dari suatu logam tersebut. Pengamatan metalografi dibagi menjadi
dua, yaitu:
1. Metalografi makro
2. Metalografi mikro
Untuk mengamati struktur mikro yang terbentuk pada logam yang diamati
biasanya memakai mikroskop optik. Sebelum benda uji diamati dengan
mikroskop optik, benda uji terebut harus melewati tahap-tahap preparasi.
Tujuannya agar pada sat mengamati benda yang diuji, struktur mikronya terlihat
dengan jelas. Semakin sempurna preparasi benda yang akan diuji, semakin
sempurna gambar yang akan diperoleh. Struktur mikro meliputi fasa yang
setimbang. Fasa yang setimbang adalah fasa yang terbentuk dari fasa cair ke fasa
padat dengan laju pendinginan sangat lambat. Jenis fasa ini terdiri dari perlit, ferit,
austenit dll. yang dapat dianalisis dengan menggunakan diagram fasa (Fe-C). Fasa
yang tidak seimbang adalah fasa yang terbentuk akibat pendinginan cepat. Jenis
ini terdiri atas martensit, bainit, yang dapat dianalisis dengan menggunakan

3
diagram CCT (ContinousCooling Tansformation). Sedangkan ditinjau dari bentuk
butir logam memiliki dua bentuk butir, yaitu equxial dan elongation. Terdapat dua
skala pengamatann yaitu: Skala pengamatan makro, yaitu pengamatan dengan
perbesaran 10 kali atau lebih kecil. Yang diamati: Porositas, segregasi pada
produk cor, pengotor, jennis perpatahan, dan homogenitas struktur las. Skala
pengamatan mikro yaitu pengamatan 100 kali atau lebih besar. Yang diamati: fasa,
besar butir dan endapan. Alat yang digunakan: Mikroskop optik (sampai dengan
1000 kali), Scanning Electron Microscope (SEM); (sampai dengan 300000 kali),
Transmission Electron Microscope (TEM); (sampai dengan 1000000 kali). Pada
metalografi yang diperoleh dengan suatu analisa kimia dan metalografi logam
atau paduannya dan potongannya. Disebabkan oleh pembawan heteroen dari
logam tersebut. Pembawaan ketidak homogenan dalam suatu logam lebih
ditentukan dengan macroetching dan pemasarannya dapat dilakukan dengan
menggunakan luas power mikropis, ini dinotasikan olah jenis metalografi data
yang diperlukan atau dibutuhkan. Pengamatan microetching dapat memberikan
gambaran kondisi dalam mental yang berhubungan dengan satu arah lebih. Untuk
hal-hal berikut:
Crystalin Heterogencity, hadir dan meluas yang tergantung pada jalannya
solidifikasi akan tumbuhnya kristalin dari logam atau paduannya. Chemicalin
Heterogencity, disebabkan oleh tidak berisinya logam atau padannya dan lokasi
pemisah dari susunan kimia tertentu. Pemisah serupa dapat dengan sengaja
(karbon dalam permukaan baja selama proses karburasi). Mechanical
Heterogencity, timbul dari Cold working atau setiap proses yang menimbulkan
tegangan-tegangan permanen dalam logam yang dituangi. Selama proses makro
suatu logam atau paduannya terdiri dari tiga langkah, yaitu: Mendapatkan sampel
logam yang sesaat untuk tujuan pemeriksaan Menyiapkan microetching teradap
penampang yang boleh disiapkan atau belum disiapkan agar tidak mengalami
kesulitan nanti. Menyiapkan secara hati-hati permukaan yang akan dietsa dan
kemudian diperiksa (tidak terlalu layak atau perlu). Pemakaian macroeching
tergantung pada tiga faktor penting, yaitu: Koreksi permukaan logam yang akan
dietsa, yaitu apakah tidak kasar, licin, atau dipoles. Komposisi kimia dari etsa

4
yang dipilih. Lama waktu spesimen yang dietsa kebanyakan bagian penting dari
sejumlah metalografi. Sebelum dilakukan pengamatan mikrostruktur dengan
mikroskop maka diperlukan preparassi sampel. Tahapan kerja preparasi sampel:
1. Penentuan Wilayah Kerja Sampel
Dalam pemotongan dan pengambilan sampel, perlu diperhatikan wilayahdaerah
kerja sampel yang akan diamati yang biasanya disebut sebagai bidangorientasi
dasar, yaitu:
a. bidang transversal: tegak lurus terhadap arah sumbu deformasi panas bidang
b. planar: sejajar dengan sumbu pengerjaan dan memiliki lua permukaan yang
paling besar dan yang paling sering bersinggungan dengan rol
c. bidang longitudinal: tegak lurus terhadap bidaqng planar dan sejajar dengan
arah pengerjaan.
2. Pemotongan sample
Teknik pemotobgan sampel dapat dilakukan dengan:
a. pematahan: untuk bahan getas dan keras
b. pengguntingan: untuk baja karbon rendah yang tipis dan lunak
c. penggergajian: untuk bahan yang lebih lunak dari 350 HB
d. pemotongan abrasie.electric discharge machining : untuk bahan dengan
konduktivitas baik dimana sampel direndam dalam fluida dielektrik lebih dahulu
sebelumdipotong dengan memasang catu listrik antara elektroda dan sampel
3. Pemasangan sampel (monting)
Prosedur mounting dilakukan apabila sampel terlalu kecil, bentuk tak beraturan,
sangat lunak, mudah pecah dan berongga. Caranya adalah dengan meletakkan
sampel ke dalam cetakan mounting, lalu memasukkan resin yang telah dicampur
denga hardener. Larutan mounting harus memiliki sifat:
a. tak bereaksi dengan sampel
b. kekentalannnya sedang dalam bentuk cair dan bebas udara pada bentuk
padatnya c. adhesi yang baik dengan sampel
d. kekuatan dan tahanan yang sama besar dengan sampele kemampuan susut yang
renda. Permukaan sampel yang akan diuji harus ada di bagian bawah. Setelah

5
dibiarkan selama 25 menit maka bahan mounting telah siap dan sampel telah siap
dipreparasi dengan langkah berikutnya.
4. Pengamplasan
Pengamplasan bertujuan untuk meratakan dan menghaluskan permukaan sampel
yang akan diamati. Pengamplasan ini dilakukan secara berurutan yaitu dengan
memakai amplas kasar hingga amplas halus (no # tinggi). Pengamplasan kasar
dilakukan dengan menggunakan amplas dengan nomor di bawah 180 #,
sedangkan pengamplasan halus menggunakan amplas dengan nomor lebih tinggi
dari 180 #. Pengamplasan dimulai dengan meletakkan sampel pada kertas amplas
dengan permukaan yang akan diamati bersentuhan langsung dengan bagian kertas
amplas yang kasar, kemudian sampel ditekan dengan gerakan searah. Selama
pengamplasan terjadi gesekan antara permukaan sampel dan kertas amplas yang
memungkinkan terjadinya kenaikan suhu yang dapat mempengaruh
imikrostruktur sampel sehingga diperlukan pendinginan dengan caramengaliri air.
Apabila ingin mengganti arah pengamplasan, sampel diusahakan berada pada
kedudukan tegak lurus terhadap arah mula-mula. Pengamplasan selesai apabila
tidak teramati lagi adanya goresan-goresan pada permukaan sampel, selanjutnya
sampel siap dipoles.
5. Pemolesan
Pemolesan bertujuan untuk lebih menghaluskan dan melicinkan permukaan
sampel yang akan diamati setelah pengamplasan. Seperti halnya pengamplasan,
pemolesan dibagi dua yaitu pemolesan kasar dan halus. Pemolesan kasar
menggunakan abrasive dalamrange 30 – 3 µm, sedangkan pemolesan halus
menggunakan abrasive sekita 1 µm atau di bawahnya. Sebelum pemolesan
dilakukan sampel terlebih dulu di bersihkan dengan air. Pemolesan dimulai
dengan menjalankan mesin poles sambil dialiri air. Sample digerakkan secara
radial dengan bagian permukaan sample yang telah dipoles harus dilihat secara
berkala. Berikut dilakukan pemolesan halus dengan cara yang sama seperti di atas
tetapi dengan mengganti air dengan autosol.
6. Etsa (Etching) Etsa/etching dilakukan dengan mengikis daerah batas butir
sehingga struktur bahan dapat diamati dengan jelas dengan bantuan mikroskop

6
optik. Zat etsa bereaksi dengan sampel secara kimia pada laju reaksi yang berbeda
tergantung pada batas butir, kedalaman butir dan komposisi dari sampel. Sampel
yang akan dietsa haruslah bersih dan kering. Selama etsa, permukaan sampel
diusahakan harus selalu erendam dalam etsa. Waktu etsa harus diperkirakan
sedemikian sehingga permukaan sampel yang dietsa tidak sampai gosong karena
pengikisan yang terlalu lama. Oleh karena itu sebelum dietsa, sampel sebaiknya
diolesi alkohol untuk memperlambat reaksi. Pada pengetsaan masing-masing zat
etsa yang digunakan memiliki karakteristik tersendiri sehingga pemilihannya
disesuaikan dengan sampel yang akan diamati. Zat etsa yang umum digunakan
untuk baja ialah nitral dan prical. Setelah reaksi etsa selesai, zat esta dihilangkan
dengan cara mencelukan sampel ke dalam air panas. Seandainya tidak
memungkinkan dapat digunakan air bersuhu ruang dan dilanjutkan dengan
pengeringan dengan alat pengering. Permukaan sampel yang telah dietsa tidak
boeh disentuh untuk mencegah permukaan menjadi kusam. Setelah dietsa, sampel
siap untuk diperiksa dibawah mikroskop.
7. Pengamatan
Metalografi Kuantitatif
Ilmu yang mempelajari secara kuantitatif hubungan antara pengukuran-
pengukuran yang dibuat pada bidang dua dimensi dengan besaran-besaran
struktur mikro dari suatu spesimen berdimensi tiga. Metalografi kuantitatif adalah
pengukuran gambar struktur dari potongan, replika, atau lapisan tipis dari logam-
logam yang dapat diamati dengan mikroskop optik dan mikroskop elektron.
Obyek yang diukur fasa dan butir yang meliputi.
Fraksi volume
Perhitungan fraksi volume dilakukan untuk menentukan fraksi volume dari fasa
tertentu atau dari suatu kandungan tertentu. Teknik yang paling sederhana yaitu
dengan melihat struktur mikro, memperkirakan fraksi luas. Atau dengan
membandingkan struktur mikro dengan pembesaran tertentu terhadap standar
tertentu yang terdiri dari beberapa jenis dan gambar struktur yang ideal dengan
persentase yang berbeda. Dengan metode perhitungan ada dua cara. Cara yang
pertama adalah dengan analisa luas yang diperkenalkan pertama kali oleh Delesse,

7
Geologis Jerman pada tahun 1848, yang menunjukkan fraksi luas Aa, dari
potongan dua dimensi adalah suatu perhitungan fraksi volume:
Vv = A /AT
Dimana A adalah jumlah luas fasa yang dimaksud AT adalah luas total
pengukuran. Pengukuran dapat dengan metode planimetri atau dengan memotong
foto fasa yang dimaksud dan mencoba membandingkan lebar 11 fasa yang
dimaksud dengan lebar foto yang dimaksud. Metode ini kurang sesuai untuk fasa
halus. Cara yang kedua adalah dengan analisa garis, metode ini diperkenalkan
oleh Reziwal seorang Geologis Jerman pada tahun 1898. Ia mendemonstrasikan
ekuivalensi antara fraksi garis LL dan fraksi volum. Pada analisa garis, total
panjang dari garis-garis yang ditarik sembarangan memotong fasa yang diukur L
dibagi dengan total panjang garis LT untuk memperoleh fraksi garis:
LL = L /LT = Vv
Cara yang kedua yaitu dengan perhitungan titik, diperkenalkan oleh Thomson
1933, Glagolev 1933, Chalkley 1943. Metode ini menggunakan point grind dua
dimensi. Caranya test grind diletakkan pada lensa okuler atau dapat diletakkan di
depan layar proyeksi atau foto dengan bantuan lembaran plastik. Pembesaran
harus cukup tinggi sehingga lokasi titik uji terhadap struktur tampak jelas.
Pembesaran sekecil mungkin dimana hasil memungkinkan pembesaran
disesuaikan dengan daya pisah dan ukuran area untuk ketelitian statistik. Semakin
kecil pengukuran semakin banyak daerah yang dapat dianalisa dengan derajat
ketelitian statistik tertentu. Titik potong adalah perpotongan 2 garis grind:
Pp = P /PT = L /nPo
Dimana n adalah jumlah perhitungan dan Po jumlah titik dari grind. Jadi PT =
nPo, jumlah total titik uji pada lensa okuler umumnya menggunakan jumlah titik
terbatas yaitu 9, 16, 25, dan seterusnya dengan jarak teratur. Sedangkan untuk
grind yang digunakan didepan screenmempunyai 16, 25, 29, 64 atau 100 titik.
Fraksi volume sekitar 50% sangat baik 32 menggunakan jumlah grind yang
sedikit, seperti 25 titik. Untuk volume fraksi yang amat rendah baik digunakan
grind dengan jumlah titik yang banyak dalam kebanyakan pekerjaan, fraksi

8
volume dinyatakan dengan persentase dengan dikalikan 100. Ketiga metode dapat
dianggap mempunyai ketelitian yang sama.
VV =AA =LL =P
ii. Ukuran /besar butir
Metode perhitungan besar butir ada dua cara. Cara yang pertama adalah metode
Planimetri yang diperkenalkan oleh Jefferies. Metodenya yaitu dengan rumus:
G = [3,322 Log (NA) ± 2,95]
Dimana NA adalah jumlah butir/ mm2 = (F) (n1+ n2/2) = NAF adalah bilangan
Jefferies = M2 / 5000. 5000 mm2 = Luas lingkaran. No butir dapat dilihat di table
ASTM Metoda yang kedua adalah dengan metode Intercept yang diperkenalkan
oleh Heyne yaitu dengan rumus:
G = [6,646 log 9L3) ± 3,298]
PL = P / (LT/M)
Panjang garis perpotongan;
-L3 = 1 / PL
P = Jumlah titik potong batas butir deng an lingkaran
LT = Panjang garis total
M = Perbesaran P1 atau L3 dapat dilihat di table besar butir ASTM
Sebenarnya masih banyak obyek-oblek pengukuran metalografi kuantitatif
lainnya yang belum disebutkan. Seperti mengukur luas permukaan dan panjang
garis volume, dan distribusi ukuran partikel dengan metode yang berbeda-beda.
Semuanya dipakai sesuai dengan permintaan analisa metalografinya. Tetapi yang
paling sering menjadi obyek dalam metalografi kuantitatif biasanya adalah
perhitungan fraksi volume dan perhitungan besar atau ukuran butir

9
BAB III
ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat dan Bahan
Untuk pengujian metalografi alat dan bahan yang digunakan:
1. Sampel (baja karbon)
2. Amplas

Gambar 3.1. 1 Amplas halus dan kasar

3. Mikroskop optic

Gambar 3.1. 2 Gambar Microscope

4. Zat etsa

Gambar 3.1. 3 Zat Etsa

10
5. Kain poles

Gambar 3.1. 4 Kain Poles

6. Resin

Gambar 3.1. 5 Resin

7. Laptop untuk melihat struktur mikro

Gambar 3.1. 6 Pc atau Laptop

11
BAB IV
PROSEDUR PENGUJIAN
4.1 Prosedur / Pelaksanaan praktikum
1. Siapakan sampel baja karbon dan lakukan proses pemotongan sampel.
Sampel dipotong menjadi 2 bagian kecil

Gambar 4.1. 1 Mesin Cutting

2. Taruh sampel pada mesin mounting (pencetak) dan tuangkan resin bubuk
kedalam cetakan mesin mounting sebanyak 2 sendok takar. lalu tunggu 5
menit agar cetakan sampel menjadi bentuk yang sempurna

Gambar 4.1. 2 Proses mounting (pencetakan)

3. Meratakan permukaan sampel dengan proses polishing yaitu dengan cara


di amplas menggunakan mesin polishing dan kertas amplas yang sesuai.
setelah itu, lakukan proses polishing dengan kain poles yang sesuai hingga
sampel rata,halus dan bersih.

Gambar 4.1. 3 Proses polishing (pemolesan)

12
4. Lakukan Proses Etching untuk mengikis permukaan sampel guna
mengungkap batas butir / butir – butir kristal yang nantinya akan di amati,
dengan menggunakan zat etsa dalam batas waktu lamanya yaitu 2 detik
dan setelah itu di bilas dengan air lalu di lap bersih menggunakan tisu

Gambar 4.1. 4 Gambar Proses etching

5. Lakukan pengamatan sampel pada mikroskop untuk mengamati struktur


mikronya.

Gambar 4.1. 5 Observasi struktur mikro

6. Simpan gambar struktur micro pada folder yang sudah disediakan.


7. Selesai

13
BAB V
PENGAMATAN DAN HASIL PENGUJIAN
5.1 Data Pemeriksaan Metalografi
Jenis Tungku : .....................................................
Kapasitas : .....................................................
Jenis Perlakuan Panas : .....................................................

Tungku
Media Pemb Jumlah Struktur
NO. Bahan Etsan
Suhu Waktu Pendingin esaran Butir Mikro
(°𝐶) (menit)
1. Karbo 200°C - Coolant Alko 50x 4902
nbaja hol

2. Karbo 200°C - Coolant Alko 100x 3980


nbaja Hol

3. Karbo 200°C - Coolant Alko 150x 2783


nbaja Hol

4. Karbo 200°C - Coolant Alko 200x 1903


nbaja hol

Tabel 1.5. 1 Data Pemeriksaan Metalografi

14
5.2 Pengamatan
Pada praktikum uji metalografi, dilakukan pengamatan struktur mikroskopis
dari sampel logam yang telah dipersiapkan secara khusus. Proses persiapan
melibatkan pemotongan, pengamplasan, pengerasan, dan pengasaman sampel
logam untuk mengungkapkan struktur mikroskopisnya. Dengan menggunakan
mikroskop optik atau elektron, pengamatan dilakukan untuk memeriksa butir-butir
logam, batas butir, inklusi, dan segala jenis cacat yang mungkin ada. Hasil dari
praktikum ini memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai struktur
internal logam, seperti ukuran butir, distribusi fase, dan homogenitas material
tersebut. Informasi ini penting dalam menilai sifat mekanis, termal, dan kimia dari
logam, serta memahami proses pembentukan material yang dapat memengaruhi
kualitas dan kekuatan bahan logam untuk aplikasi tertentu dalam industri dan
rekayasa.

15
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan
1. Buat grafik banyaknya fraksi setiap fasa vs temperatur temperin (untuk
kelompok 1 dan 6: banyaknya setiap fasa vs media pendingin).
Berikut grafik dari data yang kami dapat:

Gambar 6.1. 1 Grafik fraksi vs Temperatur temperin

2. Analisis data dan grafik yang anda buat.


Berdasarkan dari data grafik kami, kami mendapat kesimpulan
bahwa setiap dilihat dengan kebesaran yang semakin naik maka jumlah
fraksi setiap fasa akan mengurang.
3. Apa kesimpulan yang bisa ditarik dari pengaruh suhu tempering (untuk
Kelompok 1 dan 6: media pendingin) pada fasa yang terdapat material
baja tersebut?
Kesimpulan yang dapat ditarik dari perubahan suhu tempering
adalah jumlah fraksi yang ada pada model akan berubah ubah jumlahnya.
Semakin tinggi suhu semakin banyak fraksi yang dihasilkan,

16
BAB VII
KESIMPULAN
7.1 Kesimpulan
Praktikum metalografi merupakan metode yang penting dalam ilmu metalurgi
yang memungkinkan pemahaman yang lebih dalam tentang struktur mikrologam.
Melalui praktikum ini, materi logam dipersiapkan, dipotong, diasah, dan diasam
untuk mengungkap struktur mikroskopisnya. Proses ini memungkinkan pengamat
untuk melihat butiran logam, perbatasan butir, dan fasa-fasa yang ada, serta
mengevaluasi struktur tersebut secara kuantitatif. Dengan menggunakan
mikroskop optik atau mikroskop elektron, mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis
logam, mengukur ukuran butir, serta menganalisis karakteristik lainnya seperti
inklusi, porositas, atau cacat. Praktikum ini memberikan pemahaman yang
mendalam tentang hubungan antara struktur mikrologam dengan sifat
mekaniknya, yang sangat penting dalam mendesain, memproduksi, dan menguji
material logam untuk berbagai aplikasi industri.

17
DAFTAR PUSTAKA
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-metalografi/147120
https://id.scribd.com/doc/92479468/Bab-II-Metalografi
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Metalografi

18
DAFTAR LAMPIRAN

19

Anda mungkin juga menyukai